BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU"

Transkripsi

1 BAB II KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN KUPU-KUPU A. Keanekaragaman Keanekaragaman diartikan sebagai jumlah total spesies dalam suatu area tertentu atau dapat dijelaskan juga sebagai jumlah spesies yang terdapat dalam suatu area antar jumlah total individu dari spesies yang ada dalam suatu komunitas (Michael, ). Selain itu, keanekaragaman spesies merupakan suatu karakteristik ekologi yang dapat diukur dan khas untuk organisasi ekologi pada tingkat komunitas (Suhara, h. 20). Keanekaragaman spesies suatu komunitas terdiri dari berbagai macam organisme berbeda yang menyusun suatu komunitas. (Campbell, edisi 8. h. 385). Dapat disimpulkan keanekaragaman adalah jumlah total organisme yang bermacam-macam yang menempati suatu lokasi tertentu. Ada dua komponen utama dari keanekaragaman spesies yaitu kekayaan spesies (species richness) dan kelimpahan relatif (relative abundance). Jadi, keanekaragaman spesies mempunyai kaitan erat dengan kelimpahan spesies yang ada dalam area tersebut. Keanekaragaman dalam komposisi spesies berkaitan erat pula dengan stabilitas komunitas (McArthur, 1995 dalam Suhara, h. 20). Stabilitas dalam konteks ini mengacu pada kecenderungan komunitas untuk mencapai dan mempertahankan komposisi spesies pada keadaan konstan. Komunitas merupakan bagian dari ekosistem. Ekosistem sangat dipengaruhi oleh faktor 8

2 9 abiotik maupun faktor biotik, sehingga untuk menjaga keseimbangan jumlah spesies dalam suatu komunitas sangatlah bergantung pada mekanisme kontrol internal maupun eksternal setiap spesies. Selain itu, suatu komunitas dengan keanekaragaman spesies yang tinggi mempunyai jalinan lintasan trofik yang lebih kompleks, sehingga dapat melakukan mekanisme kontrol populasi yang tergantung pada kerapatan (Suhara, h. 20). Keanekaragaman suatu spesies dinyatakan dalam indeks keanekaragaman. Indeks keanekaragaman jenis adalah nisbah- nisbah antara jumlah suatu spesies dan jumlah individu- individu dalam suatu komunitas. Untuk menganalisis keanekaragaman dapat menggunakan Indeks Shannon Wiener (H ) diartikan sebagai suatu gambaran secara sistematik yang melukiskan struktur komunitas dan memudahkan proses analisa informasi mengenai macam dan jumlah organismenya. Adapun tingkat keanekaragaman menurut (Michael,1984, h.172) yaitu : H > 3,0 = tingkat keanekaragaman tinggi H 1,0-3,0 = tingkat keanekaragaman sedang H < 1,0 = tingkat keanekaragaman rendah. B. Kelimpahan Kelimpahan adalah banyaknya individu yang menempati wilayah tertentu atau jumlah individu suatu spesies per satuan luas atau per satuan volume (Michael, 1984, h. 57). Kelimpahan adalah proporsi yang direpresentasikan oleh masing-masing spesies dari seluruh individu dalam suatu komunitas

3 10 (Cambpell,edisi 8, h. 385). Selain itu, kelimpahan juga merupakan jumlah total spesies pada suatu wilayah atau ekosistem yang didalamnya terdapat suatu mahkluk hidup yang satu dengan lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelimpahan suatu spesies adalah banyaknya individu dari suatu spesies yang menempati area atau wilayah tertentu. Kelimpahan suatu spesies dalam area tertentu juga dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia lingkungan. Selain faktor abiotik, faktor biotik juga dapat mempengaruhi, diantaranya predator, makanan, dan ruang. Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya serta didukung oleh faktor lingkungan yang cocok dan tercukupi kebutuhan sumber makanannya (Gopal dkk.1979) dalam (Anggara F, 2012, h. 34). C. Ekologi Kata ekologi mulai digunakan sekitar pertengahan abad ke-19. Henry Thoreau menggunakan kata ekologi pada suratnya tahun 1858 namun tidak menjelaskan pengertian dari kata tersebut. Menurut Ernst Haeckel ekologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara organisme (makhluk hidup) dengan lingkungan sekitarnya (Krebs, 1978, h. 3). Kata ekologi berasal dari bahas Yunani, yaitu Oikos yang berarti rumah, oleh sebab itu ekologi dianggap sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan suatu organisme dengan habitat hidupnya (Begon, Harper, & Townsend. 1986, h. 1). Dapat ditarik kesimpulan bahwa ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme atau makhluk hidup yang meliputi

4 11 manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme dengan lingkungan tempat hidupnya. Masalah yang paling mendasar dalam ekologi adalah menentukan kelimpahan suatu organisme, karena suatu organisme hidup dalam suatu matriks dan waktu yang bisa disebut sebagai suatu kesatuan. D. Ekosistem Tansley (1935) adalah yang pertama kali mengemukakan tentang ekosistem. Dia mengemukakan bahwa hubungan timbal balik antara komponen biotik (tumbuhan, hewan, manusia dan mikroba) dengan komponen abiotik (cahaya, udara, air, tanah, dsb) di alam, sebenarnya merupakan hubungan antara komponen yang membentuk suatu sistem. Ini berarti baik dalam struktur maupun fungsi komponen-komponen tadi merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sebagai konsekuensinya apabila salah satu komponen terganggu, maka komponen-komponen lainnya secara cepat atau lambat akan terpengaruh pula. Sistem alami ini oleh Transley disebut sistem ekologi yang kemudian di singkat menjadi lebih terkenal dengan istilah ekosistem (Mulyadi, 2010, h. 1). Ekosistem dibagi menjadi dua, yaitu ekosistem air (akuatik) dan ekosistem darat (terestial). Ekosistem darat yang umumnya diakui paling beranekaragam serta tingkat evolusinya telah menonjolkan perkembangan dari kategori-kategori taksonomi yang lebih tinggi dari dua kerajaan yaitu tumbuhan dan binatang. Oleh karena itu, organisme yang paling kompleks dan khusus seperti tumbuhan biji,

5 12 serangga-serangga, dan vertebrata-vertebrata berdarah panas lebih dominan tumbuh dan hidup di darat. (Odum, 1993, h. 446). E. Situ Cangkuang Salah satu jenis ekosistem air tawar yang terdapat di Indonesia adalah Situ Cangkuang. Situ Cangkuang terletak di kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Situ Cangkuang memiliki luasnya 8,3 Ha, terletak pada ketinggian 400 m diatas permukaan laut dan berdasarkan letak geografisnya, Situ Cangkuang terletak diantara ,0 LS dan ,0 BT (Sulawesty dkk, 2008, h. 54). Di tengah- tengah kawasan situ Cangkuang terdapat sebuah pulau kecil yang memiliki luass sekitar 16,5 hektar. Pulau kecil ini aslinya dikelilingi oleh danau akan tetapi saat ini sebagian danau telah beralih fungsi menjadi kawasan persawahan dan perkebunan warga kampung pulo. Selain itu, situ Cangkuang ini juga dijadikan sebagai tempat pariwisata oleh masyarakat. Penduduk setempat melayani para pendatang ini dengan cara berjualan di pulau situ Cangkuang. Adanya alih fungsi danau serta aktivitas penduduk tersebut dapat mempengaruhi keberadaan flora dan fauna yang menjadikan wilayah situ Cangkuang sebagai habitatnya. Salah satu fauna yang hidup di daratan situ Cangkuang ini adalah kupu-kupu (Lepidoptera).

6 13 Gambar 2.1. Situ Cangkuang. Sumber: Dokumentasi pribadi F. Ordo Lepidoptera Lepidoptera berasal dari Lepidos = sisik, pteron = sayap yang memiliki arti sayap bersisik (Elzinga: ). Lepidoptera mempunyai 2 pasang sayap, sayap belakang sedikit lebih kecil dari sayap depan, sayap dari lepidoptera ditutupi dengan bulu-bulu/sisik. Lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu ngengat yang mempunyai sayap kusam dan kupu-kupu yang mempunyai sayap indah dan menarik (Lilies, 1991, h. 145). Kupu-kupu dapat membedakan kelompoknya, jantan dan betina dengan cara melihat warna dan pola sayap. Pewarnaan sayap pada kupu-kupu jantan lebih kuat dan mempunyai banyak corak. Ordo Lepidoptera adalah ordo yang terbesar, dengan lebih dari spesies yang ada di dunia ini. Jumlah tersebut merupakan 10% dari jumlah keseluruhan spesies (Peggie & Amir, 2006, h. 14). Dari jumlah tersebut kupukupu mempunyai jumlah lebih sedikit dibandingkan ngengat. Tetapi, kupu-kupu lebih banyak dikenal oleh umum karena kupu-kupu mempunyai sifat yang aktif di siang hari dan memiliki warna yang indah dan mempunyai corak khas.

7 14 Lepidoptera hidup di hampir semua daerah yang mempunyai iklim tropis seperti Indonesia, beberapa spesies dapat bertahan hidup di batas vegetasi kutub. Indonesia merupakan daerah tropis, struktur ekologi, geografi dan geologinya yang sangat kompleks itu mempengaruhi pada keanekaragaan kupu-kupu di Indonesia yang tinggi. Di Indonesia saat ini memiliki sekitar 2500 spesies kupukupu, beberapa diantaranya sudah mulai punah dan beberapa lagi dilindungi. Indonesia menjadi Negara kedua pemilik kupu-kupu terbanyak di dunia dengan presentase 50% nya yaitu kupu-kupu yang hanya ada ditempat itu (endemic) (Suhara. 2009). 1. Klasifikasi Lepidoptera Berdasarkan dasar kerangka sayapan dan sifat penggandengan sayapnya, ordo Lepidoptera dibagi menjadi 2 subordo yaitu Yugatae dan Frenatae (Borror, 1996, h. 730). Yang termasuk kedalam subordo Yugatae yaitu Familia Eriocraniidae, Micropterygidae dan Hepialidae dan yang termasuk ke dalam subordo Frenatae antara lain Familia Cossidae, Plutellidae, Pyralidae, Zygaenidae, Psychidae, Geometridae, Bombycidae, Saturniidae, Sphingidae, Papilionidae, Danaidae, Nymphalidae, Pieridae, Hesperidae (Hadi,et.al., 2009). a. Sub Ordo Yugatae Subordo Yugatae memiliki ciri-ciri dimana kedua sayap dan sayap belakang dihubungkan oleh yugum. Bentuk yugum seperti kait (tajuk) berada pada bagian dasar dari sayap depan dan menjorok ke bagian bawah sayap belakang (Hidayat,

8 , h. 91). Dengan adanya yugum sayap depan dan sayap belakang berlekatan satu sama lainnya sehingga pada waktu terbang bergerak bersamaan. b. Sub Ordo Frenatae Subordo Frenatae mempunyai organ khusus yang disebut frenulum. Frenatae merupakan sekumpulan rambut kasar yang menjulur ke depan, terdapat pada pangkal sayap belakang di bagian depannya. Sayap pada anggota subordo frenatae memiliki bentuk sayap depan lebih besar dibandingkan sayap belakang dan pola penulangan sayapnya berbeda (Hidayat, 2004, h. 92). Beberapa familia yang termasuk kedalam subordo Frenatae anatara lain: 1) Familia Papilionidae Familia Papilionidae tersebar di dunia sekitar 700 spesies, sekitar 120 spesiesnya terdapat di Indonesia (Noerdjito, 2011, h. 54). Anggota dari familia papilonidae ini biasanya mempunyai warna menarik dengan kombinasi hitam dan putih. Ada beberapa spesies yang tidak mempunyai ekor namun ada beberapa spesies yang mempunyai ekor yang merupakan perpanjangan sudut sayap belakang (Peggie & Amier, 2006, h. 18). Anggota dari Papilionidae hanya dijumpai pada tanaman inang tertentu saja. Telur dari papilionidae biasanya tersusun seperti piramid. Larva dari familia Papilionidae mempunyai tubuh yang halus dan memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan bau yang tidak enak bila larva terganggu, kelenjar ini terdapat pada bagian atas protoraks (Borror, 1996, h. 789). Kupu-kupu dari familia ini

9 16 (Polimorfi) mempunyai bentuk morfologi yang macam-macam (Hidayat, 2004, h. 94). Pupa atau kepompong dari Papilionidae biasanya ditopang oleh benang sutera, dengan posisi kepala tengadah dan ujung belakang dari kepompong menempel pada substrat bantalan sutera. Warna pupa umumnya berwarna hijau kekuningan atau coklat. Masa pupasi dari Papilionidae beragam tergantung jenisnya berkisar hari (Suhara. 2009). Banyak spesies yang mempunyai sifat sexual dimorphic yaitu pola sayap jantan dan betinanya berbeda. Pada beberapa spesies, kupu-kupu betina bersifat polymorphic yaitu terdapat beberapa pola sayap. Dimana kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina tampak serupa, dan kupu-kupu betina biasanya berukuran lebih besar dan mempunyai sayap yang lebih membulat (Peggie&Amier, 2006, h. 18). Gambar 2.2. Graphium agamemnon (Papilionidae) Sumber: Dokumentasi Pribadi

10 17 2) Familia Nymphalidae Kupu-kupu yang termasuk ke dalam familia Nymphalidae adalah salah satu kelompok yang cukup besar jumlahnya (Borror, 1996, h. 794). Nymphalidae sangat bervariasi, mempunyai warna yang beragam seperti coklat, orange, kuning dan hitam. Ukuran dari kupu-kupu ini juga beragam, mulai dari yang kecil sampai besar (Peggie & Amier, 2006, h. 19). Nymphalidae mempunyai ciri-ciri yang penting yaitu pasangan tungkai depan pada kupu-kupu jantan dan kupu-kupu betina (kecuali pada kupu-kupu betina Libytheinae) mengecil sehingga tungkai dari kupu-kupu familia ini tidak berfungsi untuk berjalan. Pada kupu-kupu jantan, pasangan tungkai bagian depan biasanya ditutupi oleh kumpulan sisik yang padat menyerupai sikat, sehingga kupu-kupu dari familia Nymphalidae ini dikenal sebagai kupu-kupu berkaki sikat (Peggie & Amier, 2006, h. 19). Gambar 2.3. Hypolimnas bolina (Nymphalidae) Sumber: Dokumentasi Pribadi

11 18 3) Familia Lycaenidae Kupu-kupu dari famili Lycaenidae merupakan kupu-kupu yang kecil, halus dan mempunyai warna yang seringkali terang. Tubuh dari Lycaenidae berbentuk ramping, sungut-sungut biasanya dilingkari warna putih dan di sekitar matanya terdapat sebuah garis sisik-sisik (Borror, 1996, h. 791). Banyak spesies yang mempunyai ekor sebagai hasil perpanjangan dari sayap belakangnya. Beberapa anggota dari famili ini bersimbiosis mutualistik dengan semut, semut dimanfaatkan oleh ulat untuk melindunginya dari serangan parasit, dan ulat mendapatkan cairan manis yang keluar dari kelenjar pada ruas ketujuh abdomen ulat (Peggie& Amir, 2006, h. 19). Gambar 2.4. Catochrysops strabo (Lycanidae) Sumber: Dokumentasi Pribadi 4) Familia Pieridae Pieridae merupakan kupu-kupu yang mempunyai ukuran sedang sampai dengan kecil. Kupu-kupu yang termasuk kedalam familia Pieridae memiliki ciri-

12 19 ciri antara lain radius pada sayap depannya bercabang menjadi tiga atau empat, tungkai-tungkai depannya berkembang dengan bagus dan kuku-kuku tarsus terbelah menjadi dua (Borror, 1996, h. 790). Kupu-kupu ini mempunyai banyak jenis yang menunjukan variasi sesuai dengan musim. Beberapa jenis kupu-kupu yang termasuk kedalam familia Piridae memiliki kebiasaan bermigrasi. Biasanya kupu-kupu betina berwarna lebih gelap dan dapat dengan mudah dibedakan dengan kupu-kupu jantan (Peggie& Amir, 2006, h. 18). Gambar 2.5Eurema blanda (Pieridae) Sumber: Dokumentasi Pribadi 2. Morfologi Bagian tubuh kupu-kupu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu caput, thoraks, dan abdomen. Tubuh kupu-kupu seperti serangga jenis lainnya, ditopang oleh kerangka luar eksoskeleton yaitu tempat melekatnya otot dan organ melekat

13 20 pada sisi bagian dalam. Kepala dan dada dilengkapi dengan otot-otot yang berfungsi sebagai alat gerak dari bagian-bagian mulut dan sayap kupu-kupu. Sebagian besar rangka luar dari Lepidoptera berupa lapisan kitin (Suhara. 2009). Ketiga bagian tubuh kupu-kupu yang berbeda-beda dan mempunyai fungsinya masing-masing, yaitu: a. Caput (kepala) Kupu-kupu mempunyai kepala yang gerakannya terbatas, yang terdiri dari enam ruas. Kepala kupu-kupu gerakannya terbatas, terdiri atas enam ruas. Tiga ruas pertama berhubungan dengan 3 komponen sensori yaitu mata majemuk, mata tunggal dan sungut (antena). Dan tiga ruas lainnya berhubungan dengan bagian mulut kupu-kupu. Rahang bawah dari kupu-kupu beradaptasi menjadi alat penghisap, berbentuk belahan tabung bersatu yang disebut proboscis. Proboscis ini digunakan untuk menghisap nektar bunga dan apabila tidak sedang digunakan proboscis ini digulung (Suhara. 2009). b. Thoraks (dada) Thoraks kupu-kupu merupakan tempat melekatnya kepala, kaki dan sayap yang dihubungkan oleh selaput tipis, selaput tipis ini merupakan leher sehingga kepala dari kupu-kupu ini dapat digerakkan. Thoraks kupu-kupu dilengkapi dengan ruas-ruas yang kuat, ruas-ruas tersebut berisi otot. Thoraks kupu-kupu terbagi menjadi tiga bagian protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Pada protoraks menempel kaki depan dari kupu-kupu, sedangkan kaki tengah dan sayap depan kupu-kupu melekat pada mesotoraks. Kaki belakang dan pasangan sayap belakang melekat pada metatoraks (Suhara. 2009).

14 21 c. Abdomen (perut) Abdomen dari Lepidoptera merupakan bagian tubuh yang paling lunak dibandingkan kepala dan thoraks. Kupu-kupu memiliki abdomen yang terdiri dari sepuluh ruas, ruas terakhir dari abdomen mengalami modifikasi menjadi alat kelamin kupu-kupu. Di dalam abdomen kupu-kupu ini terdapat alat pencernaan jantung, organ ekskresi dan sistem otot yang kompleks (Suhara. 2009). 3. Siklus Hidup Kupu-kupu Kupu-kupu merupakan serangga yang mempunyai siklus hidup yang sempurna dan tiap tingkatan siklusnya megalami bentuk yang berbeda. Siklus hidup dari kupu-kupu dimulai dari telur kemudian berubah menjadi larva (ulat) selanjutnya larva membentuk menjadi kepompong dan akhirnya muncul menjadi kupu-kupu (imago). Umur dari kupu-kupu berkisar antara tiga sampai dengan empat minggu. Larva yang baru menetas mempunyai ukuran sangat kecil. Pada saat stadia larva, hidupnya secara berkelompok dan sebagian besar kegiatan dari larva tersebut adalah makan. Dan mayoritas makanannya adalah dedaunan. Stadia larva adalah fase dimana larva intensif makan karena sebagian besar pertumbuhan tubuh kupu-kupu terjadi pada fase ini. Pada fase ini juga, larva mengalami pergantian kulit. Kulit lama larva dilepaskan dan diganti dengan kulit baru sesuai dengan ukuran tubuhnya (Kunte, 2006) dalam (Andrianti, 2011). Pupa adalah masa tidak makan dan masa reorganisasi serta transformasi organ-organ calon imago (Braby, 2000) dalam (Andrianti, 2011). Pada tahapan

15 22 pupa sangat berbeda dengan tahapan dewasa yang memungkinkan mengalami perkembangan yang khusus. Larva lebih terspesialisasi dalam hal kegiatan mengumpulkan makanan dan setelah menjadi dewasa berkembang lebih jauh dalam bereproduksi dan melakukan penyebaran (Hadi, 2009). Kupu-kupu dewasa membutuhkan waktu untuk menyempurnakan warna dan pengeringan sayap sebelum siap untuk terbang mencari makanan dan menemukan pasangan, waktu yang dibutuhkan untuk proses itu semua sekitar tiga sampai empat jam (Suhara. 2009). Kupu-kupu dewasa memakan nektar bunga untuk keberlangsungan hidupnya (Hadi, 2009).. Gambar.2.7. siklus hidup kupu-kupu Sumber: http//wathri8fitrada.files.wordpress.com/2011/03/siklus.jpg

16 23 4. Peran dan Keberadaan Kupu-kupu Kupu-kupu memiliki arti penting yaitu dapat memberikan informasi yang baik sebagai bioindikator lingkungan, serta perubahan yang mungkin terjadi di alam. Kupu-kupu juga memiliki peran penting dalam mempertahankan keseimbangan alam dengan bertindak sebagai polinator (penyerbuk) pada proses pembuahan bunga dengan hewan penyerbuk lainnya (Anonim, 2010) dalam (Andrianti, 2011). Pada bidang pertanian, larva dari kupu-kupu dapat dianggap menjadi hama dan musuh bagi manusia. Selain itu kupu-kupu juga mempunyai nilai estetika yang sangat tinggi karena sayap dari kupu-kupu mempunyai warna yang sangat artistik (Suhara, 2009). Dari hal tersebut kupu-kupu bisa dimanfaatkan menjadi produk ekonomi wisata kreatif yang dapat mendidik, seperti museum zoologi di Kebun Raya Bogor. Kupu-kupu termasuk kedalam golongan hewan yang sangat rentan punah, karena hidup kupu-kupu yang bergantung dengan tanaman dan lingkungan tertentu. Kepunahan jenis kupu-kupu tertentu dapat mengindikasikan adanya sesuatu yang hilang atau rusak dalam ekosistem tersebut. G. Hasil Penelitian Terdahulu Untuk mendukung penelitian kupu-kupu (Lepidoptera) di Situ Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut Jawa Barat, maka disajikan beberapa hasil penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut:

17 24 Hasil penelitian di kawasan Sungai Sarah tentang kelimpahan dan keanekaragaman kupu-kupu (Lepidoptera), dapat di simpulkan bahwaterdapat kelimpahan dan keanekeragaman kupu-kupu (Lepidoptera) di kawasan Sungai Sarah mengalami peningkatan dibanding tahun 2007 dan 2009 seiring terjadinya suksesi tumbuhan pada kawasan tersebut, pasca terjadinya tsunami Aceh tahun Komposisi jenis kupu-kupu yang ditemukan terdiri dari Nymphalidae 50,00%, Pieridae 23,33%, Papilionidae 16,67%, Lycaenidae 8,33% dan hesperidae 1,67%. Danau crysippus dan Appias lyncida mempunyai nilai kelimpahan dan frekuensi relatif tertinggi diantara 60 jenis kupu-kupu yang didapatkan. H. Kerangka Berpikir Danau merupakan salah satu contoh ekosistem air tawar. Danau sebagai bagian dari ekosistem yang menampung, menyimpan, mendistribusikan air, dan sebagai habitat tempat kelangsungan hidup flora dan fauna. Salah satu contoh dari ekosistem perairan yang meliputi danau adalah Situ Cangkuang, yang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut Jawa Barat. Sebagai habitat dari flora dan fauna, Situ Cangkuang memiliki banyak keanekargaman dan kelimpahan berbagai jenis organisme yang salah satunya adalah kupu-kupu (Lepidoptera). Kupu-kupu (Lepidoptera) ini sangat berperan penting dalam keseimbangan ekosistem, oleh karena itu keanekaragaman dan kelimpahannya perlu dilestarikan. Situ cangkuang yang oleh masyarakat setempat dimanfaatkan sebagian besar untuk ladang, berkebun dan pariwisata dapat mempengaruhi

18 25 banyak atau sedikitnya keanekaragaman dan kelimpahan dari kupu-kupu (Lepidoptera) ini. Situ Cangkuang merupakan danau yang terletak di Desa Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat Kupu-kupu (Lepidoptera) Keanekaragaman dan kelimpahan Banyak/sedikitnya kenekaragaman dan kelimpahan kupu-kupu (Lepidoptera) Aktivitas masyarakat: Berladang Berkebun Parawisata

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI Lepidoptera Serangga dewasa mudah dikenal karena seluruh badan dan sayapnya ditutupi oleh sisik. Sayap berupa membran yang ditutupi oleh sisik. Imago Lepidoptera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kupu-kupu Kupu-kupu termasuk ordo Lepidoptera, kelas Insekta yang dicirikan dengan sayap tertutup oleh sisik. Ordo Lepidoptera mempunyai 47 superfamili, salah

Lebih terperinci

BAB II KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG. pada sayapnya. Lepidoptera sendiri terbagi menjadi 2 yaitu kupu-kupu yang

BAB II KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG. pada sayapnya. Lepidoptera sendiri terbagi menjadi 2 yaitu kupu-kupu yang 7 BAB II KUPU-KUPU DAN TANAMAN INANG A. Ordo Lepidoptera Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, yang berarti "sayap bersisik" dan mengacu pada karakteristik yang mencakup sisik mikroskopis yang mirip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu 2.1.1 Taksonomi Kupu-kupu termasuk kedalam kelas serangga (insekta) yang memiliki ciri tubuh beruas-ruas dan memiliki tiga pasang kaki. Sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Kupu-kupu Menurut Borror dkk (1992) klasifikasi kupu-kupu adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Kelas : Insekta Subkelas : Pterygota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meidita Aulia Danus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lepidoptera merupakan salah satu ordo dari ClassisInsecta(Hadi et al., 2009). Di alam, lepidoptera terbagi menjadi dua yaitu kupu-kupu (butterfly) dan ngengat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik dan Klasifikasi Kupu-Kupu Klasifikasi kupu-kupu menurut Scobel (1995) adalah sebagai berikut : Kerajaan Filum Kelas Bangsa : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi. Salah satu kekayaan fauna di Indonesia yang memiliki daya tarik tinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang PENDAHULUAN Latar belakang Lepidoptera adalah serangga bersayap yang tubuhnya tertutupi oleh sisik (lepidos = sisik, pteron = sayap) (Kristensen 2007). Sisik pada sayap kupu-kupu mengandung pigmen yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna. Flora dan fauna tersebut tersebar luas di Indonesia baik di

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ruang Terbuka Hijau di Yogyakarta Open space atau ruang terbuka menurut William, et al. (1969), merupakan suatu daerah hijau yang relatif tidak berkembang dan disediakan dalam suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Ekologi Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea 20 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Biodiversitas Biodiversitas atau keanekaragaman hayati merupakan suatu istilah yang mencakup pada kelimpahan spesies, komposisi genetik, komunitas, dan ekosistem. Biodiversitas

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA

2016 PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI MACAM PAKAN ALAMI TERHAD APPERTUMBUHAN D AN PERKEMBANGAN FASE LARVA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kupu-kupu merupakan satwa liar yang menarik untuk diamati karena keindahan warna dan bentuk sayapnya. Sebagai serangga, kelangsungan hidup kupu-kupu sangat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun II.TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun demikian burung adalah satwa yang dapat ditemui dimana saja sehingga keberadaanya sangat sulit dipisahkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

I. PENDAHULUAN. mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu-kupu merupakan serangga yang memiliki keindahan warna dan bentuk sayap sehingga mudah dikenali oleh setiap orang. Seperti serangga lainnya, kupu-kupu juga mengalami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia TINJAUAN PUSTAKA Pengendalian Hayati Di beberapa perkebunan kelapa sawit masalah UPDKS khususnya ulat kantong M. plana diatasi dengan menggunakan bahan kimia sintetik yang mampu menurunkan populasi hama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kupu kupu adalah kelompok serangga yang termasuk ke dalam bangsa Lepidotera, yang berarti mempunyai sayap bersisik. Kupu-kupu merupakan bagian kecil dari 155.000 spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Mega Biodiversity yang kaya akan keanekaragaman hayati. Menurut Asti, (2010, hlm. 1) bahwa Diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies)

TINJAUAN PUSTAKA. ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Morfologi Capung Capungdiklasifikasikankedalam kingdom animalia, kelasinsekta, ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies) dansubordozygopteraa (damselflies)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan yang sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang kurang baik. Namun, untuk menghasilkan pertumbuhan yang sehat

Lebih terperinci

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram

Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen dan Dendogram SP-011-00 Proceeding Biology Education Conference (ISSN: 5-57), Vol 1(1) 016: 5-60 Perhitungan Tingkat Kekerabatan Ordo Lepidoptera (Kupu Kupu) di Tahura Bromo Karanganyar Menggunakan Indeks Kesamaan Sorensen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Kupu-kupu Pieridae Terdapat lima famili kupu-kupu subordo Rhopalocera di Indonesia, yaitu Pieridae, Papilionidae, Nymphalidae, Lycanidae dan Hesperiidae. Kupu-kupu famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran TINJAUAN PUSTAKA Ulat kantong Metisa plana Walker Biologi Hama Menurut Borror (1996), adapun klasifikasi ulat kantong adalah sebagai berikut: Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species : Animalia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bogor merupakan kota yang terus berkembang serta mengalami peningkatan jumlah penduduk dan luas lahan terbangun sehingga menyebabkan terjadinya penurunan luas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati nomor dua di dunia yang memiliki keanekaragaman flora, fauna, dan berbagai kekayaan alam lainnnya yang tersebar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruangan Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian pada pagi hari 22,4 0 C dan 78,6%, siang hari 27,4 0 C dan 55%, sore hari 25 0 C dan 75%. Hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-Kupu Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga yang masuk ke dalam ordo Lepidoptera, yang berasal dari kata lepis yang berarti sisik dan pteron yang berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diversitas atau keanekaragaman makhluk hidup termasuk salah satu sumber daya lingkungan dan memberi peranan yang penting dalam kestabilan lingkungan. Semakin tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bioekologi Kupu-kupu Troides helena (Linn.) Database CITES (Convention on International Trade of Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna) 2008 menyebutkan bahwa jenis ini termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Ekosistem Daratan Kebanyakan bioma darat dinamai sesuai ciri fisik atau iklim utama dan vegetasi dominan di bioma tersebut. Pada kenyataanya

Lebih terperinci

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2

KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG. Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1. Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2 ISSN 2580-5703 KERAGAMAN KUPU-KUPU DI TAMAN WISATA ALAM BANING SINTANG Hilda Aqua Kusuma Wardhani 1 Abdul Muis 2 1 Staf Pengajar FKIP Universitas Kapuas Sintang 2 Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Univrsitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di TINJAUAN PUSTAKA I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4 TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi Siklus hidup S. litura berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva yang terdiri dari 6 instar : 20 26 hari, pupa 8

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati

I. PENDAHULUAN. Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi. Keanekaragaman kupu-kupu ini merupakan potensi sumber daya alam hayati namun belum dimanfaatkan secara optimal.

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kupu-kupu merupakan salah satu kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia dan harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga masuk dalam filum Arthropoda dan kingdom Animalia yang memiliki keragaman Spesies terbesar dibandingkan dengan binatang yang lain yaitu hampir 75% dari total

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total 15 TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Penelitian Pulau Sembilan merupakan salah satu pulau yang terdapat di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total luas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ulat Kantong (Metisa plana) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat Kantong (M. plana) merupakan salah satu hama pada perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Hama ini biasanya memakan bagian atas daun, sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara tropis yang dilalui garis ekuator terpanjang, Indonesia memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya tersebar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA

BAB II DATA DAN ANALISA BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas akhir ini diperoleh dari : Literature, sumber dan data melalui buku tentang kupu-kupu seperti (Kupukupu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Serangga adalah kelompok hewan yang paling sukses sekarang. Meskipun mereka berukuran kecil, mereka telah menghuni setiap jenis habitat dan jumlah mereka lebih banyak

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 28 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, dimulai dari bulan November- Desember 2011. Lokasi pengamatan disesuaikan dengan tipe habitat yang terdapat di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kupu-kupu Famili Nymphalidae Menurut Kristensen et al. (2007) superfamili Papilionoidea terdiri dari lima famili, yaitu Papilionidae, Pieridae, Riodinidae, Lycaenidae dan Nymphalidae.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat Habitat adalah kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang

Lebih terperinci

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer Ekosistem adalah kesatuan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik yang komplek antara organisme dengan lingkungannya. Ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki tidak kurang dari 17.500 pulau dengan luasan 4.500 km2 yang terletak antara daratan Asia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPH Lawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah

Keanekaragaman kupu-kupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo, BKPH Lawu Utara, Karanganyar, Jawa Tengah PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 6, September 2015 ISSN: 24078050 Halaman: 12841288 DOI: 10.13057/psnmbi/m010604 Keanekaragaman kupukupu (Insekta: Lepidoptera) di Wana Wisata Alas Bromo,

Lebih terperinci

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Suksesi dan Restorasi Hutan Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang di dominasi oleh pepohonan. Masyarakat hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang hidup dan tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia tergolong dalam 10 negara megadiversitas dunia yang memiliki keanekaragaman paling tinggi di dunia (Mackinnon dkk dalam Primack dkk, 2007:454). Keanekaragaman

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Burung Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem maupun bagi kepentingan kehidupan manusia dan membantu penyebaran Tumbuhan yang ada disuatu kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keanekaragaman hayati di suatu negara memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Keanekaragaman hayati merupakan sumber penghidupan dan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu kawasan yang terletak pada daerah tropis adalah habitat bagi kebanyakan hewan dan tumbuhan untuk hidup dan berkembang biak. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat

Lebih terperinci

Ekologi ilmu tentang rumah atau tempat tinggal organisme atau rumah tangga mahluk hidup.

Ekologi ilmu tentang rumah atau tempat tinggal organisme atau rumah tangga mahluk hidup. Istilah ekologi pertama kali dekenalkan oleh ahli biologi Jerman, yaitu Ernst Haeckel (1834-1919). Ekologi berasal dari bahasa Yunani; oikos, artinya rumah atau tempat tinggal dan logos, artinya ilmu.

Lebih terperinci

Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makluk hidup dan lingkungannya. Kata ekologi pertama diusulkan

Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makluk hidup dan lingkungannya. Kata ekologi pertama diusulkan DASAR EKOLOGI Ekologi merupakan cabang ilmu biologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara makluk hidup dan lingkungannya. Kata ekologi pertama diusulkan oleh Ernst Haeckel (1869; German), dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan secara terus-menerus. Maka dari itu, setiap manusia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alam yang diciptakan Allah SWT ini sungguh penuh rahasia, rahasia tersebut hanya dapat diketahui dengan ilmu, karena ilmu tiada tepinya. Kehidupan di ibaratkan sebuah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Indeks keanekaragaman/ Indeks Diversitas Insdeks keanekaragaman dapat dipegunakan dalam menyatakan hubungan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Keanekaragaman jenis terdiri dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) TINJAUAN PUSTAKA Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Gambar 1. Telur C. sacchariphagus Bentuk telur oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keanekaragaman Hayati Keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan)

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP EKOLOGI

RUANG LINGKUP EKOLOGI EKOLOGI TEMA 1 RUANG LINGKUP EKOLOGI Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember A. Pengertian & Ruang Lingkup Ekologi Ekologi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Ulat Kantong Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti : Kingdom : Animalia Subkingdom : Bilateria Phylum Subphylum Class Subclass Ordo Family Genus Species

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA Serangga merupakan kelompok hama paling banyak yang menyebabkan kerusakan hutan. Hama tanaman hutan pada umumnya baru menimbulkan kerugian bila berada pada tingkat populasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura S. litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi TINJAUAN PUSTAKA Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak

Lebih terperinci

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS KOMUNITAS ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS KONSEP KOMUNITAS BIOTIK Komunitas biotik adalah kumpulan populasi yang menempati suatu habitat dan terorganisasi sedemikian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Geografis 2.1.1. Pengertian dan Konsep Dasar Prahasta (2001) menyebutkan bahwa pengembangan sistem-sistem khusus yang dibuat untuk menangani masalah informasi

Lebih terperinci

SATU. Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung

SATU. Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung SATU Taman Nasional Bantimurung- Bulusaraung Indonesia dengan julukan zamrud khatulistiwa adalan negara tropis yang mempunyai keanekaragaman fauna dan flora terbesar setelah Brasil. Keindahan hutan hujan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitan ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan dengandesain tujuan utama untuk membuat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Dalam rangka memecahkan masalah yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan penelitian ini

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah. Materi pengembangan bahan ajar mata kuliah ini akan disajikan dalam 9 (sembilan) modul sebagai berikut.

Tinjauan Mata Kuliah. Materi pengembangan bahan ajar mata kuliah ini akan disajikan dalam 9 (sembilan) modul sebagai berikut. ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini memberikan dasar pengetahuan tentang serangga dan manusia. Selain itu, juga memberikan pengetahuan tentang struktur, anatomi, dan perkembangan serangga, serta siklus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut, seperti halnya daratan, dihuni oleh biota yakni tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme hidup.biota laut hampir menghuni semua bagian laut, mulai dari pantai,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna I. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Ulat Api (Setothosea asigna) Hama ulat api (Setothosea asigna) merupakan salah satu hama paling penting di Indonesia yang dapat merusak tanaman kelapa sawit. Spesies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada daerah yang berair payau dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove memiliki ekosistem khas karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci