BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
|
|
- Yandi Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi dua hal sebagaimana judul bab ini. Pertama akan dikemukakan hasil penelitian dan yang kedua adalah analisis. Dalam bagian hasil penelitian, akan diuraikan secara lengkap tentang Putusan 1887 yang menjadi objek analisis, berupa penerapan prinsip-prinsip hukum yang adapada Bab II. Adapun tujuan dari pemaparan ini adalah dalam rangka tindak lanjut, usaha untuk menjawab perumusan masalah sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab I Hasil Penelitian Adapun rumusan penelitian, yang intisarinya sebagaimana telah Penulis kemukakan pada bagian 2 pada Bab terdahulu dari skripsi ini adalah sebagai berikut. Putusan 1887 bermula dari suatu sengketa yang pada intinya, adalah sebagai berikut: Pada Akhir tahun 1982/permulahan tahun 1983, PT. Gespamindo mengimpor pupuk dari Phosphate Mining Co., sebanyak 3000 metric ton. Nilai 1 Rumusan masalah Penelitian dan Penulisan karya tulis ini dapat dilihat dalam Bab I, Sub Judul: Perumusan Masalah, hlm., 8. Supra. 74
2 3000 metric ton pupuk tersebut adalah seharga seluruhnya US.$ ,-. Pupuk tersebut sebetulnya adalah pesanan PT. Patra Buana, PT. Kapuas Dua Belas danpt. Sinar Mulia Buana, masing-masing memesan 1000 metric ton pupuk. Untuk membayar harga 3000 metric ton pupuk impor tersebut kepada penjualnya di Australia, PT. Gespamindo mengajukan permohonan kredit kepada PT. Sajahtera Umum PT. Gespamindo membuka 3 buah L/C di PT. Sajahtera Bank (the issuing Bank) melalui the Chartered Bank (Corresponding Bank) di Jakarta. Ketiga buah L/C untuk dibayarkan kepada penjual pupuk (Phosphate Mining Co.) sebagai pihak beneficiary tersebut, yang keseluruhannya berjumlah US.$ ,-. Pupuk impor yang dibeli dari Phosphate Mining Co. tersebut telah dikirim dan diangkut olep PT. Samudera Indonensia, sesuai B/L. Pengiriman dilakukan dari Melbourne tertanggal 24 Maret 1983, menuju pelabuhan (port) tujuannya, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. PT. Sajahtera Bank yang telah membayar harga pupuk impor tersebut kepada Phosphate Mining Co. di Australia melalui the Chartered Bank di Jakarta.Dengan demikian otomotis PT. Sajahtera Bank menguasai B/L sebagai the Issuing Bank. Termasuk di dalam paket documentary credit tersebut adalah dokumen pengangkutan, dalam hal ini B/L yang diterbitkan oleh pengangkut. Ternyata seluruh pupuk impor yang dibeli oleh PT. Gespamindo telah diserahkan kepada pemesannya melalui pengangkut. Diduga penyerahan dilakukan tanpa B/L, padahal L/C tersebut di atas belum dilunasi oleh PT. 75
3 Gespamindo kepada PT. Sajahtera Bank yang telah membeli (negotiate) dari the Chartered Bank di Jakarta senilai total sisa seluruhnya US.$ ,- 2. Berhubung PT. Gespamindo tidak melakukan pembayaran atas sisa kewajibanya, maka dalam pandangan PT. Sajahtera Bank, PT. Gespamindo telah melakukan perbuatan melawan hukum. Pengacara PT. Sajahtera Bank juga menyeret pengangkut, dalam hak ini PT. Samudera Indonesia, ke dalam sengketa mereka, dengan tuduhan bahwa PT. Samudera Indonesia sebagai pengangkut terikat dalam perikatan tanggung-menanggung dengan PT. Gespamindo untuk memenuhi pelunasan kewajiban mereka kepada PT. Sajahtera Bank 3. Hakim yang berhasil diyakinkan, kemudian menghukum untuk bertanggung jawab secara renteng PT. Gespamindo dan PT. Samudera Indonesia, membayar kepada PT. Sajahtera Bank secara tunai dan sekaligus, masing-masing setengah bagian dari US.$ ,- + bunga sebesar US.$ ,72,-. Menurut Hakim adil apabila resiko atas gagal bayar PT. Gespamindo itu dipikul oleh PT. Gespamindo sendiri dan PT. Samudera Indonesia secara bersama-sama. Kedua pihak itu, oleh Hakim, masing-masing dihukum untuk membayar kepada PT. Sajahtera Bank uang sejumlah US. $ ,-. 2 Lihat juga uraian dan analisis dalam hal., 43 pada Bab II skripsi ini. 3 Menurut pendapat Penulis, mengingat di sana-sini pada skripsi ini telah dikemukakan bahwa sejatinya konversi itu adalah itu adalah PMH maka pandangan para pengacara di atas tidak sepenuhnya dapat dipersalahkan. 76
4 3.2. Analisis Sesuai dengan fakta yang dapat dilihat dalam gugatan, yang menjadi pokok perkara, kerugian yang dialami oleh Issuing Bank yang merupakan akibat dari tidak dilunasinya kewajiban PT. Gespamindo kepada PT. Sajahtera Bank dan perbuatan pengangkut PT. Samuderta Indonesia yang menyerahkan pupuk kepada PT. Gespamindo tanpa B/L. Sehingga hakim mengadili sendiri, mengakui bahwa adanya kerugian yang sebabkan oleh tidak diserahkannya B/L yang masih ditahan oleh the Issuing Bank dan memutus perkara dengan menggunakan hukum positif Indonesia yaitu KUH Perdata Pasal 1365 Perbuatan Melawan Hukum. Hanya saja, dalam pandangan Penulis, mestinya Mahkamah Agung dalam memutus Perkara 1887 menggunakan prinsip dan kaedah-kaedah dalam hukum perdagangan internasional yaitu konversi dan sekaligus sebagai upaya memperbaiki pandangan hakim yang memutus perkara pada tingkat Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 009/PDT/1985/PN.JKT.BAR., yaitu putusan tanggal 18 September 1985, menyatakan Tergugat I, PT. Samudera Indonesia telah melakukan perbuatan konversi sebagai perbuatan melawan hukum dalam perdagangan internasional, yakni dalam kedudukannya sebagai pengangkut dan/atau sebagai agen pelayaran telah menyerahkan barang berupa 3000 metric ton pupuk phosphate kepada pihak ketiga tanpa penyerahan B/L. Sehingga merugikan the Issuing Bank sebesar US.$ 77
5 ,-, para hakim itu menghukum Tergugat I untuk membayar dengan tunai dan sekaligus, dengan penerimaan surat tanda pembayaran yang sah, dengan kurs US.$ 1 = Rp ,- atau kurs yang sedang berlaku pada saat pembayaran dilakukan. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 009/PDT/G/1985/PN.JKT. BAR., di atas yaitu, putusan mana dalam tingkat banding atas permohonan Tergugat I telah diperbaiki oleh Pengadilan Tinggi Jakarta dengan putusannya tanggal 8 Januari 1986 No. 544/PDT/1985/PT.DKI., yang dimohonkan banding ini, akan tetapi dengan perbaikan sehingga berbunyi antara lain; Tergugat I, PT. Samudera Indonesia dalam kedudukannya sebagai pengangkut dan sebagai agen pelayaran dengan menyerahkan barang berupa 3000 metric ton pupuk phospate kepada pihak ketiga tanpa B/L dan PT. Gespamindo yang telah meminta agar 3000 metric ton itu diserahkan tanpa B/L, telah melakukan perbuatan melawan hukum, dan oleh sebab itu para hakim telah menghukum importir dan pengangkut secara tanggung renteng untuk membayar kepada the issuing Bank secara tunai dan sekaligus uang sejumlah US.$ ,- dengan nilai tukar rupiah pada saat pembayaran dilakukan, ditambah dengan ganti rugi sebesar 6% setahun dari jumlah tersebut mulai dari gugatan didaftarkan sampai dibayar lunas. Menurut Penulis, sikap hakim menjatuhkan putusan dengan keyakinan adanya perbuatan melawan hukum (hukum positif Indonesia) sebagaimana telah dikemukakan di atas telah mengesampingkan prinsip hukum perdagangan internasional yaitu konversi yang seharusnya bisa digunakan. Mungkin hal itu 78
6 terjadi karena alasan belum dipahami lembaga atau konsep hukum asing itu di dalam hukum positif Indonesia. Penulis juga berpendapat bahwa, hakim dalam memutuskan perkara 1887 seharusnya berusaha menemukan kaidah-kaidah hukum yang sejalan dengan hakikat dari suatu hubungan hukum dan hakikat atau inti dari suatu hubungan hukum yang terletak pada faktor-faktor yang menyebabkan hubungan hukum itu menjadi khas (karakteristik) sifatnya, bukan sebaliknya menggunakan ukuranukuran yang tidak selalu sesuai dengan prinsip dan sistem hukum asing yang seharusnya diberlakukan. Jika diperhatikan Putusan 1887 seperti sudah dikemukakan di atas, merupakan suatu persoalan yang mengandung unsur-unsur konversi, maka dalam penerapan hukum yang lebih berlaku di dalam transaksi adalah adil bila para hakim dalam mengadili dan memutus perkara Putusan 1887 mengikuti saja prinsip ilmu hukum dengan cara menetapkan lex causae dan menerapkan prinsip hukum perdagangan internasional yaitu lex mercatoria, khususnya konversi. Aspek selanjutnya dalam analisi ini perlu dikemukakan bahwa baik PMH maupun konversi, di sana-sini telah dinyatakan mempunyai unsur yang sejatinya sama, menurut pandangan penulis pada prinsipnya adalah perikatan-perikatan (obligations) atas kontrak-kontrak (contracts) yang lahir karena adanya perbuatan melawan hukum, dalam hal ini adalah perbuatan melawan hak dalam perdagangan internasional. 79
7 3.3. Matrix Perbandingan Wanprestasi dan PMH Seperti telah dipaparkan diawal tulisan ini bahwa putusan 1887 dikritik oleh Derry Firmansyah 4 seperti dalam judul skripsi yang telah dikemukakan di atas. Derry Firmansyah berpendapat bahwa tidak setuju dengan hakim yang menyatakan perbuatan melawan hukum. Seharusnya Hakim wajib mengenakan hukum tanggung jawab secara renteng, karena pengangkut memang nyata membuat perjanjian dengan issuing Bank dan kerugian yang dialami oleh Issuing Bank adalah akibat dari ingkar janji atau wanprestasi atau breach of contract dari pengangkut bersama-sama dengan PT. Gespamindo. Lebih lajut Derry menilai bahwa seharusnya pihak pembeli kemudian menunjukkan B/L kepada pengangkut. Tetapi dalam kasus tersebut, PT. Gespamindo tidak menunjukkan B/L kepada PT. Samudera Indonesia. Alhasil, hakim yang telah dapat diyakinkan oleh pihak dari PT. Sajahtera Bank juga memperoleh keyakinan bahwa pengangkut turut melakukan perbuatan melawan hukum. Hal ini dikarenakan secara tanpa hak PT. Samudera Indonesia menyerahkan pupuk yang diangkutnya kepada pihak ketiga tanpa dapat menunjukan B/L. Kemudian Derry berpendapat bahwa dasar hakim menjatuhkan putusan seperti itu dengan kenyakinan bahwa ada perbuatan melawan hukum adalah keliru 5. Rasionalisasi pemikiran tersebut menurut Derry adalah karena ia melihat bahwa kedah hukum dalam perdagangan internasional yang berlaku, bahwa B/L 4 Derry Firmansyah,Op.Cit.,hlm., Ibid. 80
8 mempunyai beberapa fungsi yang salah satunya adalah sebagai kontrak pengangkutan laut antara tiga pihak 6, yaitu shipper (pengirim/eksportir), carrier (perusahan pelayaran), dan consignee (penerima barang/importir), carrier (perusahan pelayaran), dan consignee (penerima barang/importir) 7. Dengan perkataan lain, B/L yang merupakan atau masuk dalam kategori surat berharga (negotiable instrument) meskipun hanya merupakan suatu document of title to goods, namun, berdasarkan kaedah hukum, bahwa si drawer B/L, dalam hal ini adalah PT. Samudera Indonesia sebagai pengangkut terikat secara tanggung-menanggung terhadap the Issuing Bank, yang dalam kenyataanya telah menegotiate B/L dari the Standart Chartered Bank Jakarta. Dengan menegotiate B/L dari the Standart Chartered Bank, maka the Issuing Bank menjadi dapat mengklaim barang, karena memegang B/L sebagai the document of title to goods dari PT. Samudera Indonesia sebagai drawer 8. Dari alur pemikiran di atas Derry menganalisis bahwa, hubungan tersebut adalah hubungan kontraktual atau perikatan yang lahir karena perjanjian, bukan karena undang-undang, dan oleh sebab itu lebih tepat menurut Derry, jika perbuatan itu adalah bukan suatu PMH (perbuatan melawan hukum), tetapi suatu wanprestasi karena ada tindakan yang melanggar prestasi 9. 6 Rivai Wirasasmita SH., dkk., Seluk Beluk Kredit Berdokumen dan Peraturan Devisa, Penerbit Pionir Jaya, Bandung 1999, hlm., Derry Firmansyah., op.cit., hlm., Ibid. hlm., Ibid. 81
9 Dari analisis Derry Firmasnyah terhadap Putusan 1887 di atas menurut Penulis;bahwa hakim dalam Putusan 1887 tidak serta merta keliru dalam memutus perkara 1887 sebagai perbuatan melawan hukum. Hanya saja perbuatan melawan hukum dari PT. Samudera Indonesia selaku pengangkut yang menyerahkan seluruh pupuk kepada pemesannya melalui PT. Gespamindo, harus mendasarkan pada asas dan kaedah-kaedah hukum perdagangan internasional yaitu konversi. Hal ini berangkat dari elaborasi dan analisis mengenai unsur-unsur dari suatu konversi yang dipandang, secara hakiki dapat disebut sebagai suatu PMH atau perbuatan melawan hukum. Pada prinsipnya unsur-unsur konversi yang dapat disebut sebagai perbuatan melawan hukum dalam perdagangan internasional tersebut adalah adanya kepemilikan barang;adanya kelalaian, dan terdapat kerugian. Pertama, tentang kepemilikan barang sebagai syarat konversi terletak pada si penjual (eksportir ). Rasionalisasinya terletak pada adanya transferable L/C, disebabkan kadangkala penjual/eksportir itu sebenarnya bukanlah penjual/eksportir dari barang. Ia hanya sebagai perantara (pihak bank), akan tetapi karena bonafiditasnya dan reputasinya baik maka relasi luar negeri itu hanya mengenal dia dan menginginkan dia sebagai penyelenggara dari transaksi. Namun dalam kasus Putusan 1887, unsur kepemilikan yang terlanggar atau yang secara aktif di lawan oleh PT. Gespamindo maupun oleh PT. Pelayaran Indonesia adalah tidak digubrisnya B/L sebagai bukti kepemilikan atas barang (pupuk) bahwa kepemilikan yang ditandai oleh penguasaan B/L oleh PT. Sajahtera Bank umum 82
10 telah dilawan oleh PT. Gespamindo maupun PT. Samudera Indonesia. Sehingga terpenuhilah unsur pertama yaitu perlawanan terhadap hak kepemilikan. Kedua, kelalaian dalam Putusan 1887 terletak pada PT. Gespamindo dapat mengalihkan penguasaan atas barang-barang yang dia beli dari Phosphate Mining,Co di Australia dari pihak pengangkut tanpa menunjukan konosemen B/L. Maka hal ini sejalan dengan praktek yang berkembang akhir-akhir ini, bahwa banyak sekali pengangkut yang melepas barang-barang tanpa adanya penunjukan konosemen. Padahal konosemen adalah berfungsi sebagai bukti adanya jaminan dan warranties. Sebagai contoh dalam putusan 1887 PT. Samudara Indonesia menyerahkan barang berupa pupuk kepada PT. Gespamindo tanpa PT. Gespamindo menunjukan konosemen. Seharusnya, dokumen-dokumen itu diambil terlebih dahulu dari pihak bank (PT. Sajahtera Bank) sebagaimana dikehendaki di dalam L/C. Dengan tidak ditunjukannya dokumen yang diperoleh dari pihak bank, PT. Gespamindo sebagai pembeli tidak mempunyai hak untuk mengambil barangbarang itu dari pihak pengangkut. Ketiga, kerugian yang dialami oleh Issuing Bank dalam Putusan 1887 dikarenakan telah diserahkan barang (pupuk) yang diangkut oleh pengangkut, yang atas permintaan importir kepada pemesanya, padahal importir belum melakukan kewajiban pembayaran kepada issuing bank uang sejumlah US.$ ,- sebagai akibat dibukanya L/C untuk mengimpor pupuk dari Australia. Sehingga akan merupakan tindak konversi sebab perpindahan penguasaan barang, dilakukan oleh si PT. Samudera Indonesia kepada si PT. Gespamindo yang telah 83
11 menyerahkan barang-barang itu secara melawan hak sehingga menimbulkan kerugian kepada issuing Bank. 84
BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak Dapat Dikuasainya Bill of Lading oleh Importir dalam Perdagangan Internasional", dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul & Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul & Latar Belakang Masalah Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) dengan Register Perkara Perdata No. 1887 K/PDT/1986 1 yang di dalamnya berisi
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi dua hal sebagaimana judul dalam bab ini. Pertama dikemukakan hasil penelitian dan yang kedua adalah analisis atas hasil penelitian tersebut. Dalam bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional, mengingat, sifat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul: Conversion Sebagai Perbuatan Melawan Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional, mengingat, sifat keaslian atau orisinalitas dari
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab ini Penulis menggambarkan suatu hasil penelitian yang diperoleh dari putusan pengadilan No. 1887. Uraian tentang hasil penelitian atas putusan tersebut akan
Lebih terperinciMAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Reg. No K/PDT/1986 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG
LAMPIRAN 78 MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Reg. No. 1887 K/PDT/1986 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG Memeriksa perkara perdata tingkat kasasi, telah mempunyai
Lebih terperinciMateri Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 49 Materi Minggu 7 Prosedur Dasar Pembayaran Internasional Cara-cara melakukan penyelesaian akhir hutang piutang antar negara, yaitu tidak lain adalah apa yang kita
Lebih terperinciBAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Sesuai dengan titel Bab yaitu Tinjauan Kepustakaan berisi suatu tinjauan terhadap buku atau karya tulis yang khusus membicarakan tentang Trust Receipt. Meskipun Penulis menyadari
Lebih terperinciProses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9
Proses dan Prosedur Impor Pertemuan ke-9 1. Tahapan impor 2. Bagan proses permohonan perizinan impor via on-line dan secara manual 3. Proses Importasi 4. Prosedur Impor DEFINISI IMPORTIR Badan usaha
Lebih terperinciTATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK
TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK I. PENDAHULUAN Pada umumnya dalam kontrak-kontrak bisnis selalu terdapat klausula tentang tata cara pembayaran. Pembayaran (penyerahan sejumlah uang) merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Interdependensi telah menjadi ciri dari pola perkembangan dunia modern dalam hubungan internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam jangka waktu pendek atau panjang, perjanjian sudah menjadi bagian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita sadari atau tidak, perjanjian sering kita lakukan dalam kehidupan seharihari. Baik perjanjian dalam bentuk sederhana atau kompleks, lisan atau tulisan, dalam jangka
Lebih terperinciBAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor
BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat kelebihan atau adventage masing-masing sebagai akibat dari letak geografis, kondisi alam yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan di Indonesia memiliki peranan penting dalam memajukan dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya pengangkutan dapat memperlancar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern sekarang ini, menyebabkan orang-orang serta para pengusaha menginginkan segala sesuatunya bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori
5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori keunggulan komparatif bahwa perdagangan luar negeri dapat terjadi apabila masing-masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih Penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah dalam bidang hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam Perdagangan Internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, globalisasi ekonomi guna mencapai kesejahteraan rakyat berkembang semakin pesat melalui berbagai sektor perdangangan barang dan jasa. Seiring dengan semakin
Lebih terperinciPembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13
Pembayaran Transaksi Ekspor Impor Pertemuan ke-13 2 CARA-CARA PEMBAYARAN 1. Pembayaran dilakukan di muka, 2. Pembayaran dg sight letter of credit (Atas unjuk), 3. Pembayaran dilakukan dg wesel inkaso (Collection
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan kegiatan jual disebut ekspor, sehingga ekspor-impor merupakan perjanjian jual-beli juga. Transaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan antar negara atau pedagangan luar negeri merupakan salah satu kegiatan yang penting sebagai bagian dari perdagangan internasional. Kegiatan ini juga merupakan
Lebih terperinciBAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami
BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan
Lebih terperinciBAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk
BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 143 TAHUN 2000 (143/2000) TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS
Lebih terperinciBerbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6
Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH Pengangkutan atau lebih dikenal dengan istilah transportasi di masa yang segalanya dituntut serba cepat seperti sekarang ini memiliki peran yang sangat besar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara
Lebih terperinciCONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT
CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT PERJANJIAN KREDIT Yang bertanda tangan di bawah ini : I. ------------------------------------- dalam hal ini bertindak dalam kedudukan selaku ( ------ jabatan ------- ) dari
Lebih terperinciCONVERSION SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
CONVERSION SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Skripsi Diajukan Untuk Gelar Sarjana Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga SUKMA MAASAWET 312009031
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan mengemukakan gambaran yang diperoleh dari hasil studi terhadap UU ITE dan UU Telekomunikasi. Diskripsi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO A. Pengertian Deposito Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito disebut
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperlancar transaksi perdagangan dalam negeri perlu
Lebih terperinciKodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
LAMPIRAN : Keputusan Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia Nomor : Kep-04/BAPMI/11.2002 Tanggal : 15 Nopember 2002 Nomor : Kep-01/BAPMI/10.2002 Tanggal : 28 Oktober 2002 PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE
Lebih terperinciAmelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor
1. Jelaskan tiga dokumen yang diperlukan untuk mengurus pengiriman sebelum melaksanakan ekspor! a. Delivery Order (DO), yaitu surat dari perusahaan pelayaran sebagai jawaban dari shipping instruction b.
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. Universitas Indonesia. Penundaan eksekusi..., Edward Kennetze, FHUI, 2009
51 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 KASUS POSISI Kasus yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah adanya penundaan eksekusi terhadap putusan bernomor perkara 158 K/PDT/2005 jo No. 63/Pdt.G/2004/PN. Jak.Sel mengenai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil keseimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Perusahaan Anggun Rotan cenderung memilih Advance Payment dengan Telegraphic
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sesuai dengan judul di atas, maka dalam bab ini Penulis melakukan suatu tinjauan atau studi kepustakaan. Adapun tujuan dari tinjauan kepustakaan dimaksud adalah untuk menjawab rumusan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 10 /PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/14/PBI/2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK DENGAN
Lebih terperinciBAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING
BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order
Lebih terperinciMANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL
MANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL Dhiani Dyahjatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id - info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting. Oleh sebab itu banyak pengusaha asing yang berlomba
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Tidak dapat kita pungkiri bahwa merek merupakan suatu aset yang sangat berharga dalam dunia perdagangan sehingga memegang peranan yang sangat penting. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum dalam Perjanjian Pembukaan L/C Antara PT. SPI dan PT. Bank Century. Skripsi yang mengkaji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada Hakim menjatuhkan putusan tanpa hadirnya Tergugat. Putusan verstek
BAB I PENDAHULUAN Putusan verstek merupakan bagian dari Hukum Acara Perdata di Indonesia. Putusan verstek tidak terlepas hubungannya dengan beracara dan penjatuhan putusan atas perkara yang dipersengketakan,
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia, bidang transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda kehidupan perekonomian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia yang semakin kompleks mengakibatkan semakin meningkatnya pula kebutuhan ekonomi masyarakat terutama para pelaku usaha. Dalam menjalani kehidupan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis
Lebih terperinciKetentuan-ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak A. SOMASI l. Dasar Hukum dan Pengertian Somasi 2. Bentuk dan Isi Somasi
Ketentuan-ketentuan Umum Dalam Hukum Kontrak A. SOMASI l. Dasar Hukum dan Pengertian Somasi Istilah pernyataan lalai atau somasi merupakan terjemahan dari ingebrekestelling. Somasi diatur dalam Pasal 1238
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini
Lebih terperinciBAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab ini akan diketengahkan gambaran dari suatu hasil penelitian Penulis. Gambaran hasil penelitian dimaksud bukanlah penelitian terhadap studi kepustakaan seperti
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah semakin besar.
Lebih terperincikemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perjanjian kredit, pihak kreditor perlu untuk mengantisipasi kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada kepastian
Lebih terperinciMateri Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 43 Materi Minggu 6 Lalu Lintas Pembayaran Internasional 6.1. Gambaran Umum Lalu Lintas Pembayaran Internasional Transaksi-transaksi pembayaran antar daerah tidak
Lebih terperinciMANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM
MANAJEMEN PERBANKAN By : Angga Hapsila, SE. MM BAB VII MANAJEMEN JASA BANK LAINNYA 1. TUJUAN DAN JENIS JASA BANK LAINNYA 2. KEUNTUNGAN JASA BANK LAINNYA 3. JASA PENGIRIMAN UANG, JASA KLIRING, JASA INKASO,
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR
STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 A. Latar Belakang.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Impor Transaksi Ekspor - Impor adalah transaksi perdagangan internasional (International Trade) yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang
Lebih terperinciPendanaan Ekspor dan Impor
Pendanaan Ekspor dan Impor Tehnik Pendanaan Kas dimuka L/C Draft Konsinyasi Piutang dagang Kas dimuka Eksportir : resiko pembayaran nol Importir : kecurangan dari importir, ada pembatasan aliran modal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor
BAB I PENDAHULUAN Pengenalan transaksi ekspor impor Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor pada dasarnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih
Lebih terperinciPengajuan Keberatan, Banding, dan Peninjauan Kembali Tagihan Bea Masuk
Pengajuan Keberatan, Banding, dan Peninjauan Kembali Tagihan Bea Masuk ABSTRAK Importir yang tidak setuju atas penetapan tarif dan/atau nilai pabean oleh pihak pabean sehingga mengakibatkan tambah bayar
Lebih terperinciKekhususan Jual Beli Perusahaan
JUAL BELI DAGANG Suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan perusahaan yakni perbuatan pedagang / pengusaha lainnya yang berdasarkan jabatannya melakukan perjanjian jual beli Kekhususan Jual Beli Perusahaan
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi alasan yang pertama, mengapa Penulis memilih: Hak Debitur untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Alasan Pemilihan Judul Apakah hukum itu acuh tak acuh dan tidak peduli kepada pihak Debitur, ketika terjadi peralihan piutang dari Krediturnya, dalam hal ini apabila Kreditur mengalihkan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 9 /PBI/2014 TENTANG
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 9 /PBI/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 7/14/PBI/2005 TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI RUPIAH DAN PEMBERIAN KREDIT VALUTA ASING OLEH BANK
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata
23 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM A. Pengertian Pinjam Meminjam Perjanjian Pinjam Meminjam menurut Bab XIII Buku III KUH Pedata mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata
Lebih terperinciSKBDN. 1. Konsep SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 1.2 Tujuan Penerbitan SKBDN
SKBDN 1. Konsep SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 1.1 Definisi SKBDN Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) atau lazim dikenal sebagai Letter of Credit (LC) Dalam Negeri adalah setiap
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI
65 TINJAUAN YURIDIS Abstrak : Perjanjian sewa beli merupakan gabungan antara sewamenyewa dengan jual beli. Artinya bahwa barang yang menjadi objek sewa beli akan menjadi milik penyewa beli (pembeli) apabila
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/11/PBI/2012
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/11/PBI/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/20/PBI/2011 TENTANG PENERIMAAN DEVISA HASIL EKSPOR DAN PENARIKAN DEVISA UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
No. 5383 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Devisa. Ekspor. Penerimaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 285) PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan
A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta
Lebih terperinciKUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG
0 KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG (Studi terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor Register 318.K/Pdt/2009 Tanggal 23 Desember 2010) TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Guna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada prinsipnya manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang hidup bermasyarakat, sebagai mahluk sosial, manusia selalu mempunyai naluri untuk hidup bersama
Lebih terperinciAKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSAKSI MATA UANG ASING MATERI AKL 1, RABU 25 DESEMBER 2013
AKUNTANSI MULTINASIONAL TRANSAKSI MATA UANG ASING MATERI AKL 1, RABU 25 DESEMBER 2013 Perusahaan yang beroperasi di pasar internasional dipengaruhi oleh resiko bisnis normal : 1. Kurangnya permintaan atas
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a.
Lebih terperinciBAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau
BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan-kepentingan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia di dalam memenuhi
Lebih terperinciDEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P U T U S A N Nomor : 28/Pdt/2014/PT. BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan
Lebih terperinciProsedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI
Prosedur Dasar Pembayaran Internasional By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI 1 Transaksi pembayaran dan trasaksi pembiayaan Setiap transaksi jual beli selalu mengenal adanya transksi pembayaran. Transaksi
Lebih terperinciKETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB
KETENTUAN-KETENTUAN DAN SYARAT-SYARAT PPJB Form.# Tgl. R Halaman 1 dari 8 Pasal 1 Letak 1.1. Pengembang dengan ini berjanji dan mengikatkan dirinya sekarang dan untuk kemudian pada waktunya menjual dan
Lebih terperinciBAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan
BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan Pemasok Dalam kamus istilah keuangan dan perbankan disebutkan bahwa : Consgnment
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena itu kembali berulang. Setelah 10 tahun redup, skandal derivatif kembali menggema. Krisis keuangan global yang melanda akhir tahun 2008 memicu maraknya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut
Lebih terperincimemperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
101 kepemilikannya, bertujuan untuk memberikan kepastian hukum terhadap sertipikat hak atas tanah dan perlindungan terhadap pemegang sertipikat hak atas tanah tersebut. Namun kepastian hukum dan perlindungan
Lebih terperinciNo.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA
No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Perubahan Keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/14/DPM tanggal 17 September
Lebih terperinciBerikut ini adalah beberapa istilah dalam Syarat dan Ketentuan di bawah ini akan memiliki arti sebagai berikut:
Syarat dan Ketentuan Pendana Terima kasih telah mengunjungi platform kami di www.danain.co.id, kami sebagai penyedia jasa layanan investasi berbasis digital akan selalu berupaya sebaik mungkin dalam memberikan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.285, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Devisa. Ekspor. Penerimaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5383) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/25/PBI/2012
Lebih terperinciDOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi
DOKUMEN EKSPOR IMPOR Hertiana Ikasari, SE, MSi Dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan Internasional bervariasi tergantung pada jenis transaksi, ketentuan atau peraturan negara pengimpor dan pengekspor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan penurunan nilai rupiah terhadap nilai dolar Amerika yang dimulai sekitar bulan Agustus 1997, telah
Lebih terperinci-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Barang. Pembayaran. Penyerahan. Ekspor. Impor (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 167) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Mengikuti perkembangan dari perekonomian yang moderen, adanya pengangkutan merupakan salah satu sarana yang cukup penting dalam menunjang pembangunan ekonomi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN. Istilah hukum jaminan merupakan terjemahan dari security of law,
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN A. Istilah dan Pengertian Hukum Jaminan Istilah hukum jaminan merupakan terjemahan dari security of law, zekerheidstelling, atau zekerheidsrechten. Istilah hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan hubungan tersebut tentunya berbagai macam cara dan kondisi dapat saja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam kehidupannya pasti mengadakan hubungan dengan orang lain, baik di lingkungan rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat atau tempat bekerja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber alam, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja,
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara berbeda dengan negara lainnya ditinjau dari sudut sumber alam, iklim, letak geografis, penduduk, keahlian, tenaga kerja, tingkat
Lebih terperinci