BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Sesuai dengan titel Bab yaitu Tinjauan Kepustakaan berisi suatu tinjauan terhadap buku atau karya tulis yang khusus membicarakan tentang Trust Receipt. Meskipun Penulis menyadari bahwa kepustakaan yang ditulis dalam Bahasa Indonesia tentang Trust Receipt memang sama sekali hampir tidak ada. Adapun tujuan pemaparan hasil studi kepustakaan dimaksud tidak lain adalah untuk menjawab perumusan masalah yang telah Penulis kemukakan dalam Bab terdahulu 1, yaitu menggambarkan bagaimana Trust Receipt dalam mengatasi persoalan tidak dapat dikusainya bill of lading oleh importir dalam perdagangan internasional. Pokok-pokok analisa kepustakaan dalam uraian ini terdiri dari 1) Hakikat Trust Receipt menurut Kepustakaan, 2) Kemudian diikuti dengan Para Pihak dalam Suatu Trust Receipt, 3) Kausa Surat Perwaliamanatan (The Letter of Trust), 4) Trust Receipt Jalan Pemecah Soal, 5) Trust Receipt dan Resi Gudang, 6) Sekilas Mengenai Jaminan Khusus dalam Perdagangan Internasional, 7) Jaminan dalam Kredit Berdokumen, 8) Gadai Sebagai Jaminan Tambahan, 9) Formalitas Jaminan Gadai, 10) Penggunaan Atas Gadai Sudah Cukup, 11) Persoalan dalam 1 Kepustakaan yang dirujuk oleh Bab ini adalah buku Jeferson Kameo, SH, LLM, Ph.D., Pembiayaan dalam Perdagangan Internasional (Suatu Kapita Selekta untuk Hukum dan Transaksi Bisnis Internasional) Fakultas Hukum UKSW Salatiga. 15

2 16 Gadai, 12) Cara Bank Menyediakan Dana, 13) Pembiayaan Melalui Surat Sanggup, 14) Ciri Ciri Pemberian Kuasa dan Sedikit Mengenai Konversi 2.1. Trust Receipt dalam Ilustrasi Pustaka Importir atau Pembeli dalam ilustrasi yang terdapat dalam Putusan 1887 adalah si (Bank Pemohon) di Jakarta melalui permohonan penerbitan L/C kepada the Chartered Bank Jakarta. Kredit berdokumen (documentary credit) adalah tanda bahwa importir telah memeroleh dana di muka dari bank dimana si (Bank Pemohon) tersebut menjadi kostumer atau nasabah. Dana di muka tersebut, digunakan (Bank Pemohon) untuk membayar harga barang yang pada hakikatnya diimpor oleh Bank Pemohon L/C dari the Chartered Bank Jakarta dari si Phospate Mining Co.Ltd. (eksportir) di Australia. Artinya sekilas hal itu berarti bahwa si (Bank Pemohon) di Jakarta, harus membayar kredit kepada bank (the Chartered Bank) di Jakarta tersebut. Setelah barang - barang impor itu (3000 metric ton pupuk) dia terima dalam bentuk menerima dokumen dokumen ekspor dalam bentuk document credit dari pihak pengangkut, importir (Bank Pemohon) menjual barang itu hingga laku terjual. Pelepasan dokumen-dokumen yang dilakukan oleh (Bank Pemohon) itu dilakukan secara mutlak atau tanpa syarat.

3 17 (unconditional) kemungkinan, bisa saja terjadi, meskipun hal seperti itu merupakan hal yang istimewa, si (Bank Pemohon) dianggap telah membayar lunas kredit berdokumen (L/C) yang dibukanya dari banknya di Jakarta, yaitu the Chartered Bank Jakarta. Dalam hal ini, bank (Bank Pemohon) atau importir itu dapat saja memberikan fasilitas kredit kepada (pihak lain) tanpa jaminan atau dengan jaminan (collateral). Hal ini, kredit tanpa jaminan, merupakan suatu hal yang istimewa, sebab sedikit menyimpang dari prinsip yang berlaku, yaitu bahwa pada umumnya kredit yang diberikan oleh bank, mestinya harus selalu disertai dengan jaminan. 2 Antara lain, jaminan tersebut diperoleh bank dari barang yang diimpor dan atau dokumen-dokumen yang berkaitan dengan barang-barang import itu sambil menunggu penjualan barang-barang import yang sudah ia terima untuk memperoleh kembali kredit yang telah dibelanjakan oleh Bank Pemohon (importir) yang berkududukan di Jakarta tersebut. 3 Ceritera di atas adalah gambaran atau suatu ilustrasi situasi Trust Receipt dalam kepustakaan yang sangat singkat. Dengan kata lain, dalam gambaran kepustakaan mana dapat dilihat apa yang disebut dengan perhubungan hukum yang bernama Trust Receipt dalam perdagangan internasional. 2 Hal yang sama telah Penulis kemukakan pada catatan kaki No. 12 pada Bab I, supra. 3 Ilustrasi ini Penulis ambil / kutip dari Buku: Ibid, Jeferson Kameo SH.LLM.Ph.D, Bab VI, hal 131.

4 Hakikat Trust Receipt Menurut Kepustakaan Apabila gambaran atau ilustrasi situasi Trust Receipt dicermati lebih dalam, maka hampir dapat Penulis pastikan bahwa hubungan khusus seperti yang terjalin antara PT. Bank Sejahtera Umum dengan PT. Gespamindo dengan tiga PT. tak berijin import lainnya memang benar benar ada. Sebagaimana umum dipahami, pada tahun , ketika reformasi masih dalam persemaian, banyak hubungan bisnis yang tercipta dan dicurigai banyak kalangan didasarkan atas lobi-lobi politik berlangsung tanpa ada rahasia. Hubungan hubungan seperti itu kadang kala berlangsung tanpa memerhatikan akibat yang terjadi belakangan. Seperti yang terjadi dalam kasus Putusan 1887; ternyata, PT. Gespamindo dengan mudah dapat mencairkan B/L terkesan tanpa sepengetahuan PT. Bank Sejahtera Umum yang sebetulnya apabila dikaji dengan seksama telah membeli dokumen ekspor (antara lain B/L) dari The Chartered Bank Jakarta, sebagai suatu hubungan hukum yang sah. Memerhatikan gambaran atau ilustrasi hubungan hukum yang sah yang baru saja Penulis dikemukakan di atas, maka Penulis berpendapat bahwa pada prisipnya Trust Receipt adalah suatu kontrak (a contract). Pengertian Kontrak sebagaimana Ilmu Hukum adalah suatu temuan yang pernah dikemukakan dalam suatu thesis Ph.D. 4 Pandangan penulis didasarkan pada tahun Putusan 1887.

5 19 Berikut ini definisi orisinil Kontrak sebagai nama Ilmu Hukum dalam thesis Doktor tersebut: It is the group of kind of obligations all concerned with legal duties undertaken by persons, by promises to, or agreement with, another, to give or do refrain from doing something to or for another or with legal duties impossed by law to give or do something to or for another where justice required it though there is no promises. 5 Mengingat Trust Receipt pada hakikatnya adalah suatu kontrak (a contract) sebagaimannya pengertiannya telah dikemukakan di atas, maka berikut di bawah ini Penulis berusaha sedapat mungkin menganalisis kepustakaan yang membahas Trust Receipt tersebut berdasarkan struktur suatu kontrak. Ada pun struktur analisis kontraktual tersebut akan Penulis mulai dengan menggambarkan terlebih dahulu para pihak (the party of contract) Para Pihak dalam Suatu Trust Receipt Para pihak dalam suatu Trust Receipt, pada prinsipnya terdiri pihak perbankan yang kegiatan usahanya adalah dalam bidang pembiayaan atas perdagangan (jual-beli) Internasional. Dalam praktek sehari-hari, bisnis pembiayaan dalam perdagangan internasional yang dijalankan oleh dunia perbankan itu dikenal dengan istilah Corporate Banking. 5 Jeferson Kameo SH.LLM.Ph.D, Kontrak Sebagaimana Ilmu Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, hal. 2.

6 20 Dalam rangka Penulis memahami lebih jelas akan keberadaan para pihak (perbankan) sebagai pihak atau the parties to contract dalam perdagangan yang terlibat dalam Trust Receipt dimaksud, maka ilustrasi berikut ini barang kali akan sedikit membantu bagi Penulis Kausa Surat Perwaliamanatan (The Letter of Trust) Berikut ini, dalam kaitan yang sangat erat dengan permasalahan karya tulis kesarjanaan ini, Penulis mengemukakan apa yang belum terlalu lama di kenal di Indonesia, jika tidak mau dikatakan belum dikenal sama sekali, apa yang di sebut dengan surat perwaliamanatan atau the letter of trust. Yang hakikatnya telah penulis gambarkan diatas. Jalan yang dibuka oleh hukum dan bernama Surat perwaliamanatan ini muncul, mengingat si Bank PT. Bank Sejahtera Umum, kembali kepada ilustrasi di atas, yang telah menggadaikan konosemen dan dokumen-dokumen pengangkutan barang yang dia impor dari si Pihak Phospate Mining Co.Ltd., di Australia itu kepada banknya di Jakarta (the Chartered Bank Jakarta), sangat membutuhkan dokumen-dokumen itu. Pihak PT. Bank Sejahtera Umum sebagai importir butuh konosemen dan dokumen-dokumen itu, sebab dengan dia memegang konosemen dan dokumendokumen terkait, maka pihak PT. Bank Sejahtera Umum dapat memeroleh penguasaan, dalam hal ini, konkretnya, bisa mengambil barang impornya dari pihak perusahaan Pengangkutan laut.

7 21 Sudah barang tentu, di balik semua itu, si PT. Bank Sejahtera Umum ingin, kalau bisa dia menguasai barang-barang impor yang sudah tiba di Jakarta tersebut dan menjual barang-barang tersebut kepada pembeli dalam hal ini PT. Gespamindo, atau pihak-pihak yang sudah terlebih dahulu memesan dari PT. Gespamindo, dalam hal ini ketiga PT. tanpa ijin impor itu. Hal ini sangat masuk akal, sebab hasil dari penjualan yang dilakukan oleh PT. Bank Sejahtera Umum atas barang-barang impor itu, akan mendatangkan uang dan dengan uang itu dia PT. Bank Sejahtera Umum gunakan untuk membayar kembali pinjaman yang dibukanya dari banknya di Jakarta tersebut, dalam hal ini the Chartered Bank Jakarta Trust Receipt Jalan Pemecah Soal Dengan menggunakan surat perwaliamanatan (Trust Receipt) itu maka dapat diserahkan barang-barang yang diimpor oleh si PT. Bank Sejahtera Umum dari si eksportir di Australia atau dapat diserahkan konosemen (B/L) dan dokumen-dokumen terkait yang sedang dikuasai oleh banknya si PT. Bank Sejahtera Umum. Tadinya berfungsi sebagai jaminan gadai (plegde) yang diberikan oleh si the Chartered Bank Jakarta kepada banknya si PT. Bank Sejahtera Umum di Jakarta karena pembayaran barang oleh Banknya si PT. Bank Sejahtera Umum belum dilunasi. Hal seperti itu tidak menghapuskan perikatan jaminan, dalam hal

8 22 ini gadai antara si PT. Bank Sejahtera Umum dan banknya dalam hal ini the Chartered Bank Jakarta. Artinya, penyerahan konosemen (B/L) dan dokumen-dokumen terkait dalam documentary credit yang semula diberikan oleh si PT. Bank Sejahtera Umum kepada banknya sebagai penerima gadai (pledge) kembali kepada penguasaan the Chartered Bank sebagai pemberi gadai (pledgor), tidak menghapuskan gadai. Atau, tidak melanggar hukum yang mendikte dalam perikatan gadai bahwa banknya si PT. Bank Sejahtera Umum harus selalu menguasai benda gadai. Inilah reward, menurut pendapat Penulis, apabila orang patuh (obedience) kepada kemerdekaan (freedom) atau kebebasan berkontrak yang didikte (the dictate of the law). Dalam hal ini, si PT. Bank Sejahtera Umum sebagai pemberi gadai memegang atau menguasai konosemen dan dokumen-dokumen itu. PT. Bank Sejahtera Umum juga menyimpan dalam tempat yang aman untuk kepentingan banknya si PT. Bank Sejahtera Umum. Dapat pula, si PT. Bank Sejahtera Umum menjual konosemen dan dokumen-dokumen terkait, simbol penjualan barangbarang yang diimpor oleh si PT. Bank Sejahtera Umum dan dibiayai the Chartered Bank Jakarta tersebut. Dengan menguasai barang-barang itu, dalam hal ini konosemen dan dokumen-dokumen terkait, maka si PT. Bank Sejahtera Umum yang tadinya adalah si pemberi gadai menerima konosemen dan dokumen-dokumen itu tidak

9 23 atas namanya sendiri. Namun, si pihak PT. Bank Sejahtera Umum menguasai dokumen dokumen itu untuk kepentingan banknya si PT. Bank Sejahtera Umum sebagai penerima gadai (pledge). Dalam hal ini, banknya si PT. Bank Sejahtera Umum di Jakarta tersebut, secara hukum masih tetap menguasai (constructive possession) konosemen dan dokumen import yang terkait. Dalam arti banknya si PT. Bank Sejahtera Umum tetap memegang konosemen dan dokumen-dokumen terkait, dan terutama barangbarang yang nama, jenis, jumlah dan detailnya dirinci dalam konosemen yang bersangkutan. Itulah gambaran kausa dari apa yang Penulis sebut sebagai surat perwaliamanatan (Trust Receipt) di atas. 6 Surat perwaliamanatan itu dengan sendirinya adalah suatu kausa atau perjanjian (a contract). Di dalam dokumen mana si pihak PT. Bank Sejahtera Umum menyatakan suatu perikatan perwaliamanatan (trust) bahwa sebagai kontraprestasi dari dilepaskannya konosemen dan dokumen-dokumen terkait oleh the Chartered Bank kepada si PT. Bank Sejahtera Umum. Maka si PT. Bank Sejahtera Umum akan memegang konosemen dan dokumen-dokumen itu atas dasar perhubungan hukum yang di dalam sistem hukum Inggris disebut dengan trust atau perwaliamatan untuk banknya si PT. Bank Sejahtera Umum. Dalam hal ini, PT. Bank Sejahtera Umum dapat menjual barang import tersebut kepada PT. Gespamindo atas nama the Chartered Bank, bukan atas nama PT. Bank Sejahtera Umum itu sendiri. Kemudian, hasil penjualan pupuk import metric ton 6 Ibid

10 24 tersebut berlaku sebagai proceeds yang diserahkan oleh PT. Bank Sejahtera Umum kepada the Chartered Bank Jakarta Trust Receipt dan Resi Gudang Dalam kaitan dengan apa yang sedang dituntut dalam Trust Receipt sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas, resi gudang diterbitkan atas nama banknya si the Chartered Bank, bukan atas nama si PT. Bank Sejahtera Umum. Hal ini sejalan dengan prinsip dalam Trust Receipt, yaitu bahwa pihak seperti PT. Bank Sejahtera Umum misalnya, tidak menguasai barang impor atas nama dirinya sendiri, tetapi mempunyai atau menguasai atas dasar perwaliamanatan atas nama si Bank, yang dalam Putusan 1887 adalah pihak the Chartered Bank yang telah membeli sebanyak metric ton dari Bank di Australia. The Chartered Bank menerbitkan L/C untuk PT. Bank Sejahtera Umum. Membayar pupuk dari Phospate Mining Co. Ltd., di Australia. Adapun maksud penerbitan resi gudang atas nama the Chartered Bank adalah supaya banknya si PT. Bank Sejahtera Umum itu dapat menahan barangbarang itu supaya tidak diambil oleh pembeli, terkecuali apabila uang milik banknya si PT. Bank Sejahtera Umum yang belum dilunasi oleh si PT. Bank Sejahtera Umum dengan pembukaan L/C oleh the Chartered Bank di Jakarta sudah terbayarkan secara lunas. Prinsip lainnya yang juga perlu dikemukakan di sini adalah bahwa hak atas gadai yang dipegang oleh the Chartered Bank tidak dapat dikalahkan oleh si

11 25 PT. Bank Sejahtera Umum. Misalnya saja, dalam hal si PT. Bank Sejahtera Umum menolak barang-barang itu. Sebab ketika si importir memeriksa barangbarang impor dari si eskportir di Australia tersebut dan menemukan barangbarang itu tidak sesuai dengan isi kontrak jual beli antara si importir dengan si eksportir di Australia, mestinya dia akan menolak membeli /mengimpor. Alasan pembenar untuk itu adalah bahwa gadai atas konosemen dan dokumen-dokumen terkait yang diberikan oleh si PT. Bank Sejahtera Umum kepada the Chartered Bank Jakarta secara otomatis menghalangi si PT. Bank Sejahtera Umum untuk menggunakan haknya menolak barang-barang impor dari si eksportir atas dasar alasan sebagaimana telah dikemukakan di atas. Hak yang mungkin saja dapat dilakukan oleh si PT. Bank Sejahtera Umum itu jelas tak dapat dilakukan sebab, pada kenyataannya si PT. Bank Sejahtera Umum tidak dapat menguasai konosemen dan dokumen-dokumen terkait dalam arti sepenuhnya. Konosemen dan dokumen-dokumen itu masih dalam keterkaitan dengan surat perwaliamanatan (Trust Receipt) Sekilas Mengenai Jaminan Khusus dalam Perdagangan Internasional Apabila banknya the Chartered Bank Jakarta 7 (the issuing bank) ingin menyediakan dana untuk membiayai import yang dilakukan oleh importir, bank kadang kala memborong membiayai semua import yang dilakukan. Dus Bank itu 7 Perspektif hukum dalam Kepustakaan, Ibid. Jeferson Kameo SH.LLM.Ph.D., apabila dikaitkan dengan real case Putusan 1887 memberi kesan bahwa Bank-Bank seperti Bank dalam Putusn 1887 adalah Bank-Bank yang mempunyai hubungan khusus dengan Costumer-nya seperti PT. Bank Sejahtera Umum dengan the Chartered Bank Jakarta.

12 26 tidak hanya membiayai satu kegiatan import tertentu saja yang dilakukan oleh si importir. Sebagaimana telah Penulis singgung di atas, bisnis bank untuk membiayai import dengan devisa yang berkelanjutan tersebut adalah bisnis yang disebut sebagai corporate banking disamping Bank Retailer yang banyak menghasilkan uang dan keuntungan yang besar bagi bank. Apabila pembiayaan yang dilakukan, oleh bank penerbit L/C kepada si importir tersebut meliputi semua kegiatan impor yang dilakukan maka menurut pustaka yang ada, bank penerbit (The Issuing Bank) itu akan meminta dari importir suatu surat jaminan, dalam surat atau akta mana pihak importir yang dalam hal ini bisa saja suatu bank menyatakan bahwa dia menjaminkan semua barang dan dokumen yang berkaitan dengan barang yang diimport kepada pihak bank penerbit (The Issuing Bank) tersebut. Jaminan itu diberikan kepada banknya si importir untuk setiap barang dan dokumen import yang ada dalam setiap impor yang dilakukan oleh si importir dari waktu ke waktu. Hal itu terjadi mengingat si importir seolah - olah menerima pembiayaan di depan dari The Issuing Bank, juga dari bank tersebut untuk setiap impor yang dilakukan olehnya dari waktu ke waktu. Perlu dikemukakan di sini bahwa kaedah atau prinsip yang berlaku, termasuk pula berlaku juga dalam tradisi hukum yang berlaku di Inggris, suatu surat jaminan (a general letter of charge) atau suatu bentuk hak tanggungan (hypothecation) yang diberikan oleh si importir dengan ciri-ciri seperti telah

13 27 dikemukakan di atas itu menyebabkan pihak importir, apabila ia bukan suatu badan hukum, tidak berlaku untuk pihak ketiga. Terkecuali apabila si importir mendaftarkan surat itu. Misalnya, di Indonesia pendaftaran di Kantor Pendaftaran Fidusia Tentang Pendaftaran Fidusia itu dalam sistem hukum Indonesia dapat dilihat dalam bagian kedua, mulai Pasal 11, UU No. 42 tahun 1999 tentang jaminan Fidusia dan pendaftaran tentang hak tanggungan, kaedah yang mengatur tentang pendaftaran hak tanggungan itu dalam itu dalam sistem hukum Indonesia dapat ditemukan dalam pasal 13 UU No 14 tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda - Benda yang Berkaitan Dengan Tanah. 8 Apabila si importir adalah badan hukum, maka berdasarkan undangundang yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas di Inggris, surat yang demikian tidak berlaku dalam proses likuidasi dan terhadap para kreditur. Terkecuali, apabila surat seperti itu didaftarkan menurut sistem untuk penyetaraan dengan bill of sale manakala si importir tidak berbadan hukum namun mendaftar menurut rezim Pendaftaran sebagaimana diatur dalam undang-undang perseroan terbatas. Dengan catatan bahwa keterangan penyetaraan dari otoritas domestik ditera on the face of the record. Apabila tera penyetaraan seperti demikian tidak ada, maka hal itu sama dengan tidak ada penyetaraan. 8 Inspirasi tentang analisis Studi Perbandingan (Comparatur Law Study) seperti ini Penulis dapatkan dari bacan atas kepustakaan dalam footnote no.1, supra).

14 Jaminan dalam Kredit Berdokumen Pada umumnya pihak bank, seperti the Chartered Bank di Jakarta dalam ilustrasi yang telah Penulis kemukakan di atas itu, tidak semata-mata mengandalkan surat jaminan seperti telah dikemukakan di atas untuk menciptakan suatu mekanisme rasa aman bagi bank tersebut. Namun demikian, bank seperti itu juga meminta dan menguasai suatu jaminan yang khusus terhadap setiap pengapalan barang-barang yang diimpor oleh si importir dan dibiayai di muka oleh dana yang disediakan oleh banknya si importir yang diperoleh dari Bank Devisa seperti The Chatered Bank di Jakarta itu. Ketentuan atau kaedah dan prinsip hukum seperti ini selalu muncul dalam formulir atau blangko kredit yang disediakan oleh pihak bank untuk diisi oleh pihak seperti si importir tersebut. Kaitan erat dengan pembicaraan mengenai jaminan yang khusus sebagaimana dikemukakan di atas tersebut, maka bentuk jaminan yang paling banyak dipergunakan oleh bank seperti the Chartered Bank Jakarta adalah menerima gadai. Dalam hal ini ada pandangan bahwa seolah - olah barang yang dapat digadaikan dalam transaksi itu adalah konosemen (bill of lading), serta berbagai dokumen atau surat lainnya yang berkaitan dengan penggunaan jasa pengangkutan untuk mengangkut barang yang diimpor oleh si importir yang ada di Jakarta tersebut.

15 Gadai Sebagai Jaminan Tambahan Hukum memberlakukan jaminan berupa gadai yang menggunakan konosemen dan dokumen yang berkaitan dengan pengangkutan sebagaimana dikemukakan di atas itu sama dengan menerima barang jaminan gadai berupa barang-barang impornya si importir yang dieksport oleh si eksportir dari Australia tersebut. 9 Syarat yang dibutuhkan hanyalah pencantuman jenis dan jumlah serta detail barang-barang impor tersebut dalam konosemen. Dengan pencantuman barang-barang impor itu dalam konosemen dan konosemen itu dikuasai oleh banknya si importir sebagai penerima gadai, maka lahirlah penguasaan secara legal oleh banknya si importir atau si banknya importir mempunyai kepentingan berupa hak untuk menguasai dalam benda-benda impor tersebut. Gadai atas konosemen itu mulai berlaku sejak penyerahan konosemen beserta dokumen pengangkutan yang berkaitan dengan barang impor tersebut kepada pihak banknya si importir. Penyerahan itu bisa dilakukan dengan andosemen atau tanpa andosemen (in blank). Atau, cara lain yang mungkin ditempuh untuk maksud itu adalah banknya si importir dapat meminta kepada importir supaya mengusahakan bersama-sama dengan si eksportir di Australia, agar barang-barang itu dikirim kepada banknya si importir, secara langsung dan oleh sebab itu banknya si importir menjadi consignee, atau pihak yang dituju dalam pengiriman barang tersebut. 9 Negara eksportir telah Penulis ganti, tidak sama dengan kepustakaan yang Penulis rujuk seluruhnya dalam Bab II ini, yaitu Pustaka dalam catatan kaki no. 1 Bab ini.

16 30 Hanya saja, dalam praktek, pada umumnya bank tidak mau menjadi consignee, mengingat bank ingin menghindari tanggung jawab untuk membayar ongkos kargo (freight) atau biaya pengiriman yang belum terbayarkan. Menurut pendapat Penulis, Bank seperti PT. Bank Sejahtera Umum memang bukanlah importir, tetapi suatu bank. Bank yang berkecimpung dalam bisnis seperti di atas pada umumnya hanya berurusan dengan semata-mata dokumen. Gadai atas konosemen itu terjadi pada saat penyerahan konosemen kepada pihak bank dengan andosemen apabila dibutuhkan, dan tidak dituntut sama sekali perlunya formalitas lainnya. Si pihak seperti PT. Gespamindo dapat membeli secara kredit dari PT. Bank Sejahtera Umum yang telah membeli dokumen ekspor dari The Chartered Bank Jakarta Formalitas Jaminan Gadai Dimaksud dengan formalitas dalam hal ini adalah bahwa hukum menegaskan tidak dibutuhkan adanya pendaftaran. Penelitian terhadap beberapa peraturan perundangan yang berlaku di Inggris, dalam hal ini penelitian dimaksud adalah penelitian Individuil yang dilakukan Jeferson Kameo SH.LLM.Ph.D di Faculty of Law and Financial Studies University of Glasgow , Skotlandia, tidak dipublikasikan, menunjukkan bahwa suatu gadai, sebagai suatu jaminan karena si penerima menguasai barang yang bersangkutan (a possessory security), tidak dapat dimasukkan dalam cengkraman rezim registrasi. Adapun sebab demikian terjadi mengingat rezim undang-undang yang ada tidak mengenal

17 31 apa yang disebut dengan penyerahan konstruktif (constructive delivery). Tradisi hukum sipil Indonesia yang mengatur mengenai Hukum Benda (Buku II) KUHPerdata Indonesia mengenai hal ini dengan istilah constitutum posesorium Penguasaan Atas Gadai Sudah Cukup Secara konsepsional, penguasaan di sini umumnya terjadi karena perjanjian yang berlaku dalam tenggang waktu tertentu saja. Berdasarkan perjanjian tertentu itu seseorang dapat menguasai benda milik orang lain secara konstruktif misalnya karena sewa menyewa, pinjam pakai, gadai. Orang yang menguasai benda itu tidak berkehendak memilikinya, melainkan hanya memegang, memelihara, menyimpan atau menikmati bendanya saja, diberikan dengan kaedah yang tegas bahwa oleh si pemilik benda, si pemakai dijamin rasa aman dan tentram menggunakan barang tersebut. Di Inggris, mengacu kepada undang-undang di Negara itu dikatakan bahwa konosemen mendapat perlakuan istimewa, dalam hal ini dikecualikan sebagai suatu dokumen yang dipergunakan dalam transaksi bisnis dan perdagangan sehari-hari untuk menandakan adanya bukti penguasaan atas benda atau pengendalian benda itu. Penulis berpendapat bahwa hal ini menandakan bahwa tradisi hukum dagang sipil di Inggris menghormati hukum perdagangan internasional yang asli (Lex Mercatoria).

18 Persoalan dalam Kaitan Gadai Menjadi persoalan adalah, apabila banknya si importir itu harus melepas penguasaan atas konosemen dan dokumen-dokumen terkait, dalam hal ini semua itu diberikan kepada si importir secara tanpa syarat (unconditional), maka menurut prinsip dan kaedah hukum yang memerintah institusi gadai (Pledge), gadai adalah institusi hukum di Indonesia diatur dalam pasal 1150 s/d pasal 1160 KUHPerdata (Pledge) Pledge sama dengan gadai, Pledge berlaku di Inggris, satu jenis perikatan jaminan di kolong langit ini, penguasaan banknya si importir atas konosemen dan dokumen-dokumen terkait itu akan lenyap. Hal ini disebabkan ketentuan pada gadai, yang mensyaratkan, bahwa kekuasaan atas bendanya harus pindah / berada pada pemegang gadai sebagaimana diatur dalam pasal 115 ayat (2) KUHPerdata. Apabila dokumen "jaminan" itu dilepas ke dalam penguasaan si importir di Jakarta tersebut. Sudah barang tentu, the Chartered Bank tersebut sama sekali tidak menginginkan hal yang demikian itu terjadi. Pada prinsipnya, dalam suatu gadai, maka ada tidaknya gadai sangat bergantung kepada penguasaan barang gadai oleh banknya si importir di Jakarta sebagai penerima gadai secara berkelanjutan. Tetapi, kontrak sebagai nama ilmu hukum yang mengenal sebagai sumber kebahagiaan (the law as the source of happines) tidak mudah frustrasi. Hukum membuka atau lebih tepatnya menawarkan jalan dan memanggil kedua belah pihak yang berbeban berat itu, hukum memberikan kelegaan, dalam hal ini

19 33 banknya si importir dan si importir sendiri untuk menggunakan apa yang disebut di atas dengan surat perwaliamanatan. (Trust Receipt) Cara Bank Menyediakan Dana Dalam kompleks pembicaraan dan kajian khusus mengenai surat perwaliamanatan, maka Penulis akan mengemukakan suatu gambaran tentang bagaimana hukum memberikan kemungkinan kepada si Penjual atau eksportir, dalam hal ini pihak seperti si eksportir di Australia untuk memeroleh dana dengan menggunakan drafts dan juga kredit yang telah si eksportir peroleh. Ada beberapa cara dalam mana suatu bank dapat menyediakan dana bagi nasabahnya yang terlibat atau yang melakukan transaksi bisnis dalam perdagangan internasional, atau yang didalam tradisi hukum tua di Indonesia dikemas dengan istilah jual beli perusahaan. Dalam hal ini, bagi pihak seperti si eskportir sambil menunggu menerima uang hasil penjualan barang-barang yang telah ia jual kepada si importir di Jakarta sebagaimana perjanjian jual beli yang telah diteken antara kedua belah pihak, maka si bank dimana si eksportir itu menjadi nasabah akan menyediakan beberapa pilihan bagi si eksportir. Pilihan yang pertama adalah bahwa bank itu dapat membeli (negotiate) draft milik si eksportir, yang telah dibuka karena ada uang yang dibayarkan kepada si eskportir oleh si importir. Oleh banknya si importir dalam hal ini bank penerbit L/C yang ada di Jakarta, atau kepada si bank pengadvis yang telah

20 34 menerima perintah untuk melakukan konfirmasi kepada si eksportir dari si bank penerbit yang ada di Jakarta. 10 Hal ini berarti bahwa banknya si eksportir itu akan membeli draft atau wesel milik si eksportir dan nantinya akan melakukan regres, baik kepada si importir, atau kepada si bank penerbit yang ada di Jakarta. Atau, bisa juga kepada si bank pengadvis yang telah menerima perintah dari bank penerbit di Jakarta untuk melakukan konfirmasi bahwa ada kredit yang telah dibuka untuk kepentingan si eksportir Kemungkinan yang kedua adalah, sebagai kelanjutan dari pembelian atas drafts dari si eksportir, maka banknya si eksportir itu kemudian menjual lagi draft itu kepada pihak lain, baik seluruhnya ataupun sebagian dari nilai draft itu untuk nantinya dikembalikan kepada si eksportir ketika jatuh tempo. Dan pada saat itu, banknya si eksportir itu akan memeroleh kembali uang pengganti pada saat drafts itu jatuh tempo dan pihak yang memegang terakhir draft itu mencairkan dana dari pihak banknya si eksportir dalam hal ini eksportir. Kemungkinan yang ketiga adalah, membuka suatu kredit yang disebut dengan kredit berakseptasi untuk kepentingan si eskportir. Atau berjanji untuk melakukan ekseptasi atas wesel (drafts) yang ditarik dari banknya si eksportir oleh si eksportir sampai dengan jumlah uang tertentu. Selanjutnya si eksportir akan dapat menjual drafts itu dengan potongan harga, atau diskonto (discount). 10 Uraian dalam bentuk ilustrasi seperti dikutip dalam Bab ini terkesan seperti suatu uraian praktek perdagangan internasional, namun uraian seperti ini adalah uraian yang telah disederhanakan oleh ahli hukum yang memahami legal issue.

21 35 Pilihan yang keempat adalah menerbitkan kredit berdokumen tumpangan untuk kepentingan si suplayernya si eksportir, dalam hal ini pihak seperti si (M) di Glassgow, supaya memungkinkan si eksportir memenuhi kewajibannya untuk membayar kepada si (M) harga barang yang dia beli dari si (M) di Glasgow berdasarkan perjanjian jual beli diantara mereka. Dengan ilustrasi seperti itu, maka terlihat dengan jelas bahwa suatu kaedah hukum dalam Trust Receipt kadang- kala mengatur perdagangan Internasional yang super kompleks, njelimet Pembiayaan Melalui Surat Sanggup Berikut, masih ada suatu bentuk dari wesel (a bill) yang dijual dengan harga diskonto dan memang sengaja dirancang untuk para eksportir dengan nama forefeiting. Instrumen tersebut adalah suatu cara penyediaan pembiayaan melalui penjualan surat sanggup (promissory notes) tanpa hak regres yang dibuat oleh importir, juga wesel (bill of exchange) yang ditarik oleh si importir. Mengingat si orang yang melakukan forefeiting, dalam hal ini disebut forefeiter, membeli instrumen tersebut tanpa hak regres kepada si eksportir yang menerbitkan atau yang melakukan andosemen terhadap instrumen-instrumen seperti itu, maka ia biasanya mengharuskan kepada si importir untuk menanggung kewajiban yang tertera di dalam surat sanggup (notes) tersebut atau yang tertera di dalam wesel (bill of exchange) tersebut supaya ditopang lagi dengan garansi bank (bank guarentee) atau dengan suretyship yang telah diandosemen. Semua surat yang berharga itu akan dirediskonto oleh si forefeiter pada pasar sekunder.

22 36 Penggunaan bill of exchange yang ditarik oleh para eksportir dari para importir telah menciptakan satu kesulitan sebab Konvensi Genewa tentang Bill of Exchange yang mengatur mengenai berbagai jenis bill of exchange seperti itu tidak memungkinkan si penarik wesel itu untuk mengecualikan adanya hak untuk regres. Namun, si orang yang melakukan andosemen, dibolehkan untuk melakukan hal itu, dalam hal ini mengecualikan hak regres, dan oleh sebab itu biasanya para eksportir menerima surat sanggup untuk kepentingan dirinya dan kemudian mengandosement surat sanggup itu kepada si forefeiter Ciri-Ciri Pemberian Kuasa Terkandung di dalamnya juga pengertian, bahwa si importir akan memegang konosemen dan dokumen-dokumen terkait dan akan menjual konosemen dan dokumen-dokumen itu, terutama barang-barang dalam konosemen tersebut sebagai agen atau kuasa dari banknya si importir di Jakarta. Selanjutnya, penguasaan si importir atas konosemen dan dokumendokumen itu juga berarti bahwa si importir akan memegang barang-barang itu sampai dengan saat ketika barang-barang itu dijual, dan juga memegang hasil dari penjualan (the proceeds) barang-barang itu atas dasar perikatan perwaliamanatan untuk kepentingan banknya si importir. Tegasnya, surat perwaliamanatan (Trust Receipt) itu mendirikan suatu bangunan di atas prinsip bahwa dengan penyerahan konosemen dan dokumendokumen terkait yang dilakukan oleh banknya si importir kepada si importir

23 37 adalah untuk kepentingan, atau maksud dan tujuan yang merupakan maksud dan tujuannya bank si importir, dus dengan demikian bukan untuk kepentingan, atau bukan untuk maksud dan tujuan yang merupakan maksud dan tujuannya si importir, si importir barang-barangnya si eksportir di Australia dalam ilustrasi di atas. Mengacu kepada kaedah yang baru saja dikemukakan di atas itu, maka surat perwaliamanatan itu harus dilihat sebagai suatu sarana atau alat yang didikte oleh hukum untuk menjamin keberlangsungan perikatan gadai antara si importir dan banknya si importir di Jakarta. Dus, tidak bermaksud untuk menghapus gadai Surat perwaliamanatan itu, dengan demikian bukan suatu sarana atau alat jaminan bersifat kontraktual yang baru, yang terpisah sama sekali dari jaminan yang bersifat kebendaan yang lama, dalam hal ini gadai antara si importir dan banknya si impotir itu. Atas dasar itu pula lah, dan juga atas prinsip bahwa surat kepercayaan seperti dalam trust antara si importir dan banknya si importir tidak perlu tunduk kepada rezim pendaftaran. Sebab, surat kepercayaan (Trust Receipt) itu bukanlah suatu bill of sale atau, dalam sistem hukum Indonesia setara dengan akta perikatan jual beli yang dibuat di hadapan notaris, yang di dalam tradisi hukum wajib untuk didaftarkan, supaya dapat berlaku bagi ketiga sebagai the real rights atau hak kebendaan yang droit de suit Droit de suit artinya hak atas benda mengikuti kemana saja benda itu berada.

24 38 Demikian pula, surat perwaliamanatan yang berkarakter Lex Mercatoria atau hukum perdagangan internasional itu tidak sama dengan suatu pemberian jaminan atas pembukuan suatu perusahaan (a charga on book debts), yang mana dalam tradisi hukum Inggris diharuskan adanya penundukan diri terhadap rezim pendaftaran. Dalam praktek sebagaimana dicatat oleh hukum, ketika banknya si importir melepas konosemen dan dokumen-dokumen terkait kepada si importir atas dasar surat perwaliamanatan itu, maka pihak bank biasanya menuntut kepada si importir untuk menyimpan barang-barang itu dalam gudang, atas nama banknya si importir yang dalam Putusan 1887 adalah the Chartered Bank Jakarta Sedikit Mengenai Konversi Seperti diketahui bersama, penolakan oleh si importir atas barang-barang yang diimpor dari si eksportir di Australia itu kalau ada, harus dilakukan dengan terlebih dahulu memberitahukan melalui suatu surat penolakan. Dalam surat itu harus dilampirkan konosemen dan dokumen-dokumen terkait. Padahal pada saat yang bersamaan, konosemen dan dokumen terkait itu ada dalam penguasaan banknya si importir, meskipun melalui surat perwaliamanatan dipegang oleh si importir untuk kepentingan banknya si importir. Dus dengan demikian, apabila si importir memaksakan diri untuk mengembalikan dokumen-dokumen itu kepada si eksportir di Australia atau mengasingkan tanpa diketahui Banknya si importir kepada pihak ketiga, maka

25 39 oleh hukum, si importir melakukan apa yang disebut sebagai tindakan konversi, tindakan mana di dalam sistem hukum Indonesia disebut sebagai suatu perbuatan melawan hukum atau dalam bahasa Inggris Hukum dikenal dengan institusi Tort dan di Skotlandia dikenal dengan institusi bernama delict Arti Penting Studi Pustaka Kini tiba saatnya bagi Penulis untuk dirumuskan arti penting studi kepustakaan yang sebagaimana telah Penulis kemukakan pada awal Bab ini. Pemaparannya dimaksudkan tidak lain adalah menjawab perumusan masalah yang telah Penulis kemukakan, yaitu mengatasi persoalan tidak dapat dikuasainya bill of lading oleh importir dalam perdagangan internasional, terutama bagaimana prinsip-prinsip dan kaedah kaedah hukum tentang Trust Receipt. Arti penting yang pertama, adalah bahwa pada prinsipnya Trust Receipt itu adalah suatu kontrak dalam perdagagan internasional. Kontrak mana dipergunakan oleh para pihak, terutama pihak perbankan dalam mengatasi persoalan tidak dapat dikuasainya bill of lading oleh importir dalam perdagangan internasional. Sebagai suatu kontrak (a contract), Trust Receipt lahir atas kehendak para pihak dalam perdagangan internasional atau karena kesepakatan (agreement) para pihak (the parties). Mengingat dalam kontrak, kesepakatan para pihak mengikat pihak-pihak sebagai Undang-Undang, sepanjang tidak bertentangan dengan 12 Penjelasan detail mengenai ini dapat dilihat dalam buku Jeferson Kameo SH. LLM. Ph.D, Kontrak Sebagai Nama Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

26 40 kepatuhan, undang-undang dan kesusilaan baik, maka Trust Receipt sebagai suatu kontrak adalah instrumen hukum yang sah dalam perdagangan internasional. Perlu ditambahkan, atau arti penting selanjutnya adalah bahwa Trust Receipt sebagai suatu kontrak, berdasarkan Studi Kepustakaan yang ada tidak bertentangan dengan prinsip hukum dalam gadai (pledge) namun bukan gadai. Dalam hal ini si pemegang gadai, dapat tetap menguasai barang jaminan, atas kehendak si pemegang gadai yang telah melepas penguasaan barang gadai kepada debitur. Debitur dapat menguasai barang gadai sebagai suatu constitutum possesorium atas nama pemegang saham gadai. Hal lain yang juga dapat dilihat sebagai suatu arti penting, yaitu Trust Receipt sebagai suatu sarana penyelesaian sengketa antara pihak debitur dan pihak kreditur yang dilakukan oleh mereka sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak Dapat Dikuasainya Bill of Lading oleh Importir dalam Perdagangan Internasional", dalam

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi dua hal sebagaimana judul bab ini. Pertama akan dikemukakan hasil penelitian dan yang kedua adalah analisis. Dalam bagian hasil penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih Penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah dalam bidang hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam Perdagangan Internasional

Lebih terperinci

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 49 Materi Minggu 7 Prosedur Dasar Pembayaran Internasional Cara-cara melakukan penyelesaian akhir hutang piutang antar negara, yaitu tidak lain adalah apa yang kita

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum dalam Perjanjian Pembukaan L/C Antara PT. SPI dan PT. Bank Century. Skripsi yang mengkaji

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional, mengingat, sifat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional, mengingat, sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul: Conversion Sebagai Perbuatan Melawan Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional, mengingat, sifat keaslian atau orisinalitas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori keunggulan komparatif bahwa perdagangan luar negeri dapat terjadi apabila masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul & Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul & Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul & Latar Belakang Masalah Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) dengan Register Perkara Perdata No. 1887 K/PDT/1986 1 yang di dalamnya berisi

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab ini akan diketengahkan gambaran dari suatu hasil penelitian Penulis. Gambaran hasil penelitian dimaksud bukanlah penelitian terhadap studi kepustakaan seperti

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit Kehadiran bank dirasakan semakin penting di tengah masyarakat. Masyarakat selalu membutuhkan

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab ini Penulis menggambarkan suatu hasil penelitian yang diperoleh dari putusan pengadilan No. 1887. Uraian tentang hasil penelitian atas putusan tersebut akan

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi dua hal sebagaimana judul dalam bab ini. Pertama dikemukakan hasil penelitian dan yang kedua adalah analisis atas hasil penelitian tersebut. Dalam bagian

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi dua hal sebagaimana judul bab ini. Pertama akan dikemukakan hasil penelitian dan yang kedua adalah analisis. Gambaran hasil penelitian adalah berupa

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA NO. URAIAN GADAI FIDUSIA 1 Pengertian Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor (si berpiutang) atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur

Lebih terperinci

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi DOKUMEN EKSPOR IMPOR Hertiana Ikasari, SE, MSi Dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan Internasional bervariasi tergantung pada jenis transaksi, ketentuan atau peraturan negara pengimpor dan pengekspor,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA http://www.thepresidentpostindonesia.com I. PENDAHULUAN Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia

BAB I PENDAHULUAN. melakukan transaksi dalam kehidupan sehari-hari. Pada awalnya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesatnya, sehingga mendesak kebutuhan manusia akan adanya sesuatu alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hubungan hukum yang terjadi antara penyelenggara jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hubungan hukum yang terjadi antara penyelenggara jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Hubungan hukum yang terjadi antara penyelenggara jaringan telekomunikasi dan penyelenggara jasa telekomunikasi menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang

Lebih terperinci

Pihak-pihak (the parties to contract) yang terlibat dalam putusan 2. diputus pada tanggal 21 September 2004 adalah Livio Tarantino 3.

Pihak-pihak (the parties to contract) yang terlibat dalam putusan 2. diputus pada tanggal 21 September 2004 adalah Livio Tarantino 3. Putusan 137/Pdt.G/2004.PN.SMG 1 Pihak-pihak (the parties to contract) yang terlibat dalam putusan 2 yang diputus pada tanggal 21 September 2004 adalah Livio Tarantino 3. Livio Tarantino (Livio) yang adalah

Lebih terperinci

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN

BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN BAB III BADAN HUKUM SEBAGAI JAMINAN TAMBAHAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BPR ALTO MAKMUR SLEMAN A. Pelaksanaan Penanggungan dalam Perjanjian Kredit di BPR Alto Makmur Bank Perkreditan Rakyat adalah bank

Lebih terperinci

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU Dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang saya dapatkan dari teman-2 dan keluarga, perihal Letter of Credit dan juga didasari oleh kedangkalan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM. mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata Pasal 1754 KUH Perdata 23 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM A. Pengertian Pinjam Meminjam Perjanjian Pinjam Meminjam menurut Bab XIII Buku III KUH Pedata mempunyai sifat riil. Hal ini disimpulkan dari kata-kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to contract) penyelenggara jaringan telekomunikasi diwajibkan untuk memenuhi permohonan pihak

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK I. PENDAHULUAN Pada umumnya dalam kontrak-kontrak bisnis selalu terdapat klausula tentang tata cara pembayaran. Pembayaran (penyerahan sejumlah uang) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan di Indonesia memiliki peranan penting dalam memajukan dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya pengangkutan dapat memperlancar

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Aset Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Zulkarnain Sitompul

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9 Proses dan Prosedur Impor Pertemuan ke-9 1. Tahapan impor 2. Bagan proses permohonan perizinan impor via on-line dan secara manual 3. Proses Importasi 4. Prosedur Impor DEFINISI IMPORTIR Badan usaha

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini 94 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pembebanan objek jaminan pada perjanjian kredit dengan jaminan polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini menggunakan lembaga jaminan gadai. Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan keterkaitan yang erat antara sektor riil dan sektor moneter, di mana kebijakan-kebijakan khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT A. Pengertian dan Dasar Hukum Tentang Jaminan Kredit Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur yang merumuskan pengertian

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani*

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. Istiana Heriani* Al Ulum Vol.61 No.3 Juli 2014 halaman 17-23 17 AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA Istiana Heriani* ABSTRAK Masalah-masalah hukum yang timbul dalam perjanjian

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperlancar transaksi perdagangan dalam negeri perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN 1.1 Pengertian Jaminan Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda, yaitu zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie mencakup secara umum cara-cara kreditur

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan ekonomi dan perdagangan dewasa ini, sulit dibayangkan bahwa pelaku usaha, baik perorangan maupun badan hukum mempunyai modal usaha yang cukup untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil keseimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Perusahaan Anggun Rotan cenderung memilih Advance Payment dengan Telegraphic

Lebih terperinci

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13 Pembayaran Transaksi Ekspor Impor Pertemuan ke-13 2 CARA-CARA PEMBAYARAN 1. Pembayaran dilakukan di muka, 2. Pembayaran dg sight letter of credit (Atas unjuk), 3. Pembayaran dilakukan dg wesel inkaso (Collection

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA DISTRIBUSI BARANG DAN PERIZINAN USAHA RESUME KELOMPOK 3

UNIVERSITAS INDONESIA DISTRIBUSI BARANG DAN PERIZINAN USAHA RESUME KELOMPOK 3 UNIVERSITAS INDONESIA DISTRIBUSI BARANG DAN PERIZINAN USAHA RESUME KELOMPOK 3 FITRI JAYANTI SITINDAON 1306484450 MAULIA DEWI ANGGRAENI 1306484816 MEIDDY NANDA 1306484822 NUR FITIANI ULFAH 1306484980 PROGRAM

Lebih terperinci

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG]

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG] KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TENTANG KONTRAK UNTUK PERDAGANGAN BARANG INTERNASIONAL (1980) [CISG] Untuk keperluan kutipan versi AS, teks bahasa Inggris bersertifikasi PBB dipublikasikan dalam 52

Lebih terperinci

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Ketentuan mengenai gadai ini diatur dalam KUHP Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan pasal 1160. Sedangkan pengertian gadai itu sendiri dimuat dalam Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan antar negara atau pedagangan luar negeri merupakan salah satu kegiatan yang penting sebagai bagian dari perdagangan internasional. Kegiatan ini juga merupakan

Lebih terperinci

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya 1. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT Rochadi Santoso rochadi.santoso@yahoo.com STIE Ekuitas Bandung Abstrak Perjanjian dan agunan kredit merupakan suatu hal yang lumrah dan sudah biasa dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR. Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR. Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR A. Pengertian Kreditur dan Debitur Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang adapun pengertian

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 29 BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda,

Lebih terperinci

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2 KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1 Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2 Transaksi warehouse receipt telah banyak dilakukan baik di negara maju seperti Amerika dan Kanada maupun

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan

BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI. A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan BAB III KARAKTERISTIK DAN BENTUK HUBUNGAN PERJANJIAN KONSINYASI A. Karakteristik Hukum Kontrak Kerjasama Konsinyasi Distro Dan Pemasok Dalam kamus istilah keuangan dan perbankan disebutkan bahwa : Consgnment

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sesuai judul Bab ini yaitu tinjauan pustaka, berikut di bawah ini Penulis mengemukakan bagaimana pustaka atau literatur menjawab pertanyaan dalam perumusan masalah Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan 1 BAB V PEMBAHASAN A. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat BMT Istiqomah Unit II Plosokandang selaku kreditur dalam mencatatkan objek jaminan di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK JAMINAN MENURUT HUKUM INDONESIA

BENTUK-BENTUK JAMINAN MENURUT HUKUM INDONESIA BENTUK-BENTUK JAMINAN MENURUT HUKUM INDONESIA PENGERTIAN JAMINAN Kesimpulan Kelompok A mengenai Sistem Hukum Jaminan Nasional dalam Seminar Badan Pembinaan Hukum Nasional mengenai Hipotik dan Lembaga-Lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia sebagai makhluk sosial dan bermasyarakat memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia sebagai makhluk sosial dan bermasyarakat memerlukan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk sosial dan bermasyarakat memerlukan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dan berusaha dengan bermacammacam cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

Lebih terperinci

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Prosedur Dasar Pembayaran Internasional By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI 1 Transaksi pembayaran dan trasaksi pembiayaan Setiap transaksi jual beli selalu mengenal adanya transksi pembayaran. Transaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sesuai dengan judul di atas, maka dalam bab ini Penulis melakukan suatu tinjauan atau studi kepustakaan. Adapun tujuan dari tinjauan kepustakaan dimaksud adalah untuk menjawab rumusan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan kegiatan jual disebut ekspor, sehingga ekspor-impor merupakan perjanjian jual-beli juga. Transaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 25 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI 2.1 Pengertian Gadai Salah satu lembaga jaminan yang obyeknya benda bergerak adalah lembaga gadai yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160 KUHPerdata.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk,

BAB III PEMBAHASAN. Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk, BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Wanprestasi Kata wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang diartikan buruk, tidak memenuhi, terlambat, ceroboh, atau tidak lengkap memenuhi suatu perikatan. Wanprestasi

Lebih terperinci

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A.Pengertian perjanjian pada umumnya a.1 Pengertian pada umumnya istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA FIDUSIA DAN DEBITUR PEMBERI FIDUSIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Andri Zulpan Abstract Fiduciary intended for interested parties

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan ekspor sangat penting bagi Indonesia karena menghasilkan devisa dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas. BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara-negara yang berbeda. dan cara yang berbeda-beda (Roselyne Hutabarat, 1996: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara-negara yang berbeda. dan cara yang berbeda-beda (Roselyne Hutabarat, 1996: 1). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. Perdagangan ini merupakan

Lebih terperinci

Pembebanan Jaminan Fidusia

Pembebanan Jaminan Fidusia Jaminan Fidusia Fidusia menurut Undang-Undang no 42 tahun 1999 merupakan pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab mengenai hasil penelitian dan analisis ini, Penulis akan mengemukakan gambaran yang diperoleh dari hasil studi terhadap UU ITE dan UU Telekomunikasi. Diskripsi

Lebih terperinci

Surat Kredit (LC) dan SKBDN

Surat Kredit (LC) dan SKBDN Surat Kredit (LC) dan SKBDN Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam mempertahankan hidupnya haruslah dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, di mana pemenuhan kebutuhan tersebut sangatlah bergantung pada kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. bahwa salah satu faktor yang mendukung kelancaran arus

Lebih terperinci

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6 Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992 PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kondisi ekonomi nasional semakin hari kian memasuki tahap perkembangan yang berarti. Ekonomi domestik indonesia pun cukup aman dari dampak buruk yang diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan 21 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan a. Pengertian Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan P engertian mengenai

Lebih terperinci

HJ-3 MACAM-MACAM JAMINAN. Oleh Herlindah, SH, M.Kn

HJ-3 MACAM-MACAM JAMINAN. Oleh Herlindah, SH, M.Kn HJ-3 MACAM-MACAM JAMINAN Oleh Herlindah, SH, M.Kn 1 JAMINAN JAMINAN UMUM JAMINAN KHUSUS 1131 BW JAMINAN PERORANGAN JAMINAN KEBENDAAN 1132 BW BORGTOCH PENANGGUNGAN BENDA TETAP BENDA BERGERAK TANAH BUKAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tantangan terbesar bagi hukum di Indonesia adalah terus berkembangnya perubahan di dalam masyarakat yang membutuhkan perhatian dan pengaturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara

Lebih terperinci

di Pasar MODAL 1. Surat Berharga yang diperjual belikan

di Pasar MODAL 1. Surat Berharga yang diperjual belikan 1. Surat Berharga yang diperjual belikan di Pasar MODAL 1.1 SAHAM Saham adalah tanda penyertaan modal pada suatu PerseroanTerbatas (PT). Manfaat yang diperoleh dari pemilikan saham adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting bagi masyarakat, terutama dalam aktivitas di dunia bisnis. Bank juga merupakan lembaga yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Impor Transaksi Ekspor - Impor adalah transaksi perdagangan internasional (International Trade) yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Interdependensi telah menjadi ciri dari pola perkembangan dunia modern dalam hubungan internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

Lebih terperinci

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 A. Latar Belakang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alasan yang pertama, mengapa Penulis memilih: Hak Debitur untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alasan yang pertama, mengapa Penulis memilih: Hak Debitur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Alasan Pemilihan Judul Apakah hukum itu acuh tak acuh dan tidak peduli kepada pihak Debitur, ketika terjadi peralihan piutang dari Krediturnya, dalam hal ini apabila Kreditur mengalihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk

Lebih terperinci

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2 1 Oleh: Agus S. Primasta 2 Pengantar Secara awam, permasalahan perkreditan dalam kehidupan bermasyarakat yang adalah bentuk dari pembelian secara angsuran atau peminjaman uang pada lembaga keuangan atau

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kebutuhan yang sangat besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern sekarang ini, menyebabkan orang-orang serta para pengusaha menginginkan segala sesuatunya bersifat

Lebih terperinci