BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak Dapat Dikuasainya Bill of Lading oleh Importir dalam Perdagangan Internasional", dalam rangka mencari tahu, hakikat dari jalan yang bernama Trust Receipt. Lebih jelasnya Penulis ingin mengetahui apakah jalan itu dimungkinkan oleh hukum untuk mengatasi kendala dalam perdagangan internasional terkait dengan tidak dapat dilepas -nya barang yang telah dipesan importir sekaligus pengguna jasa pengangkut manakala bank khawatir jika importir tidak melunasi, L/C (Letter of Credit) yang telah dibukanya guna kepentingan membayar harga barang yang dipesan importir dari eksportir yang berada di luar negeri. Penulis juga menemukan pengertian tentang perdagangan internasional yaitu dalam Trade as engine of growth menyatakan bahwa perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan Jika aktifitas perdagangan internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. (Salvatore, 2004) 1

2 2 Masalah hukum (legal issue) yang muncul adalah seperti yang telah disinggung di atas, apa hakikat dari trust receipt 1 atau the letter of trust sebagaimana di atas tersebut? Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Penulis memilih judul sebagaimana telah dikemukakan di atas untuk melakukan penelitian dan akhirnya menulis sesuatu hasil penelitian dalam bentuk skripsi kesarjanaan yang disyaratkan oleh Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Perlu pula dikemukakan di sini bahwa penelitian hukum (Law research) dalam rangka menemukan hakikat dari sudut pandang hukum surat bukti perwaliamanatan atau Trust Receipt ini adalah merupakan suatu penelitian yang original sebab Penulis belum menemukan penelitian dan penulisan yang sama mengenai Trust Receipt yang pernah dilakukan sebelumnya oleh mahasiswa FH- UKSW Salatiga Latar Belakang Permasalahan Perlu dikemukakan di sini bahwa dokumen atau kontrak pengangkutan yang bernama bill of lading (B/L) atau konosemen adalah bukti bahwa sebelum penerbitan konosemen, ada perjanjian pengangkutan yang diterbitkan oleh pengangkut untuk orang yang menggunakan jasa angkutan laut. Dalam hal ini, bisa saja kontrak pengangkutan itu dilakukan antara pengangkut dengan importir 1 Trust Receipt atau disamakan dengan Letter of Trust Penulis artikan dengan Surat Bukti Perwaliamanatan atau suatu akta yang terdapat dalam transaksi perdagangan internasional dimana Issuing Bank atau Bank Penerbit Letter of Credit (L /C) memberikan kekuasaan kepada importir sehingga importir dapat mengambil barang yang dibeli oleh the issuing bank atau importir dari pengangkut yang mengangkut barang import tersebut atas permintaan pengguna jasa angkutan atau (pengangkutan laut), atau pembeli.

3 3 atau orang yang membeli barang. Secara konsepsional, dokumen-dokumen itu, kemudian dibeli oleh Bank Penerbit (the issuing bank). Alhasil, meskipun suatu bill of lading sudah lama diketahui sebagai suatu dokumen yang menunjukkan bukti kepemilikan atas barang (a document of tittle), dan hal itu berarti kepemilikan atas barang yang jenis, nama, jumlahnya sudah tertentu dan ditulis dalam bill of lading itu dapat beralih hanya dengan mengalihkan dokumen itu 2 meskipun demikian kontrak pengangkutan masih tetap antara pihak pihak yang asli, dalam hal ini antara pengangkut dan pihak yang menggunakan jasa pengangkutan laut yang ada. Artinya, kontrak pengangkutan dengan demikian, dengan penyerahan bill of lading tersebut berubah, antar pihak pengangkut dengan pihak yang menguasai dokumen. Secara yuridis suatu bill of lading memiliki setidak-tidaknya tiga fungsi 3, yang dikemukakan di bawah ini. Pertama, konosemen adalah suatu dokumen bukti kepemilikan hak atas barang-barang impor yang dicantumkan dalam dokumen tersebut. Hal inilah yang menyebabkan sangat sering, dokumen tersebut kemudian dikirimkan melalui pos kilat, atau pos udara ke pelabuhan tujuan. Apabila si pengguna jasa pengangkutan laut, dalam hal ini si pengirim adalah pembeli (importir) maka ia akan mengirimkan dokumen tersebut kepada 2 Dengan karakteristik dapat dialihkannya Bill of Lading tersebut secara demikian maka ilmu hukum telah mengategorikan Bill of Lading atau konosemen sebagai surat berharga (negotiable instrument). 3 Hasil penelitian individual Jeferson Kameo, SH, LLM, PhD tidak dipublikasikan.

4 4 dirinya sendiri 4, tidak lain maksudnya agar dia, si importir, dapat mengklaim barang tersebut di pelabuhan tujuan ketika barang - barang itu tiba. Banyak masalah (dalam pengertian issues hukum) dalam perdagangan internasional yang berkaitan dengan B/L tidak dapat diselesaikan secara efektif misalnya bagaimana apabila bank khawatir jika importir tidak melunasi, L/C (Letter of Credit) yang telah diterbitkan oleh bank penerbit guna kepentingan membayar harga barang yang dipesan importir yang secara konseptual sebetulnya adalah bank penerbit itu sendiri dari eksportir. Dalam kaitan yang baru saja Penulis kemukakan di atas, pembayaran (financing) adalah sebagai suatu kewajiban kontraktual yang harus dipenuhi oleh pihak pembeli dalam jual beli, termasuk jual beli di perdagangan internasional. Penulis berinisiatif untuk memahami Trust Receipt sebagai suatu metode penyelesaian masalah, atau mengatasi permasalahan seperti di atas sebagaimana tuntutan hukum (the dictate of law) memberikan kontribusi kepada para pihak dalam transaksi perdagangan internasional, antara lain dengan mencermati berbagai issues hukum yang tersurat maupun tersirat dalam kasus pada Putusan Reg. No K/PDT/ Kaitan dengan pembayaran (financing) yang baru saja Penulis kemukakan di atas, Bank akan membayar harga pembelian import yang seolah-olah dilakukan 4 Dimaksudkan dengan dirinya sendiri adalah Kantor Pusat si Pengirim di negara tujuan barang. Penelitian Individual Jeferson Kameo SH,LLM,Ph.D, Faculty of Law and Financial Studies University of Glasgow , Glasgow, Scotland the UK. 5 Untuk selanjutnya, skripsi ini, Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tersebut Penulis singkat dengan Putusan 1887.

5 5 oleh Bank atas nama importir melalui pinjaman yang disebut letter of credit. Importir akan dapat menjual isi kargo, dan menggunakan uang hasil penjualan untuk membayar kembali kredit yang dipinjam dari Bank. Kaitan dengan itu, hukum berpendapat bahwa hal ini akan menguntungkan importir dalam transaksi bisnis, juga menguntungkan Bank, dan melancarkan peralihan atau transaksi barang sampai ke tangan konsumen. 6 Sementara itu apabila orang yang menyewa kapal untuk mengapalkan barang yang ada dicatat dalam konosemen tersebut adalah pihak penjual, maka ia si penjual akan mengirimkan (bill of lading) tersebut kepada pembeli, atau bisa juga, mengirimkan bill of lading itu kepada suatu bank untuk diberikan kepada pembeli apabila si pembeli membeli (L/C) dari bank yang menerbitkan (the issuing bank) L/C tersebut, bersama-sama dengan dokumen-dokumen lainnya yang tergabung dalam satu paket bernama documentary credit. Kedua, bill of lading juga berfungsi sebagai suatu bukti atau surat atau akta tanda terima (a receipt) hak penguasaan atas barang-barang yang diimpor dan diangkut oleh pengangkut. Hal ini telah dikemukakan secara singkat di atas. Ketiga, bill of lading juga mencantumkan dengan rinci semua hak dan kewajiban para pihak yang membuat kontrak atau perjanjian pengangkutan (the contract of carriage). 6 Sejalan dengan fungsi-fungsi dalam Kontrak, hukum kontrak dan perikatan yang berkaitan dengannya adalah untuk memfasilitasi, atau melancarkan, atau memudahkan transaksi bisnis perdagangan. Lihat Buku Jeferson Kameo SH.LLM.Ph.D, Fakultas Hukum Satya Wacana Salatiga, hal.5.

6 6 Memerhatikan uraian fungsi-fungsi bill of lading sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka khusus mengenai fungsi bill of lading yang pertama dalam hal apabila pihak yang menyewa perusahaan pengangkutan (pengirim), menjual bill of lading tersebut kepada bank (issuing bank), maka penguasaan bill of lading tersebut oleh pihak bank penerbit akan menyulitkan pihak importir atau pembeli barang apabila si pembeli barang (importir) tersebut belum melunasi kreditnya kepada the issuing bank 7 Dia (importir) tidak dapat mengambil barangnya dari pengangkut. Sehingga, persoalannya adalah apakah dengan demikian bill of lading menjadi semacam fidusia 8 bagi bank? Memahami legal karakteristik yang demikian juga merupakan latar belakang penelitian dan penulisan karya tulis kesarjanaan ini. Dalam situasi seperti itulah Trust Receipt atau The Letter of Trust dapat dipergunakan. Mengingat, hal itu memang diijinkan oleh hukum, untuk memecahkan kebuntuan sebagaimana telah dikemukakan di atas, yaitu keadaan buntu si importir tidak dapat mengambil barang yang telah dibelinya, dari perusahaan pengangkutan laut yang mengangkut barang-barang tersebut. Mengingat belum adanya suatu kajian ilmiah yang mendetail mengenai asas-asas dan kaedah-kaedah yang mengatur mengenai Trust Receipt inilah yang telah memicu rasa ingin tahu Penulis untuk mengadakan penelitian dalam rangka 7 Penulis berpendapat bahwa sejatinya the issuing bank dalam kasus pada Putusan 1887 adalah The Chartered Bank, bukan PT Bank Sejahtera Umum. 8 Apabila jawaban tersebut hendak ditemukan, maka suatu kajian terhadap UU No. 42 tahun 1999 tentang jaminan Fidusia harus dilakukan. hanya saja, ketentuan mengenai Fidusia tersebut adalah hukum positif Indonesia yang bisa jadi kurang terlalu relevan dalam konteks hukum perdagangan internasional.

7 7 mencari kembali prinsip-prinsip dan kaedah-kaedah di balik Trust Receipt tersebut dan pada akhirnya menulis suatu skripsi kesarjanaan menyangkut hal itu. Suatu contoh problematika yuridis yang perlu ditemukan asas-asas atau prinsip-prinsip dan kaedah tersebut misalnya di dalam hukum, mengingat bill of lading yang adalah bukti kepemilikan, apabila telah diserahkan kepada pihak lain, maka si pemegang bill of lading yang menyerahkan bill of lading tersebut menjadi kehilangan status kepenguasaan atas barang-barang yang diangkut oleh pengangkut. Munculnya Trust Receipt dalam hubungan hukum antara the Issuing Bank dengan pihak pengirim, apakah dengan demikian (memastikan) prinsip atau kaedah hukum yang mengesahkan bahwa the Issuing Bank adalah pemilik atas barang-barang yang telah di impor oleh importir 9? Latar belakang seperti ini adalah contoh permasalahan yang akan Penulis temukan dalam penelitian penjelasan ilmiah / yuridisnya. Berikut ini, suatu skenario perhubungan hukum, dalam mana telah terjadi suatu kendala yaitu kesulitan bagi pihak pengirim mengambil barangnya dari pihak pengangkut, dan yang disebabkan oleh karena ada penguasaan atas bill of lading oleh bank yang dianggap telah menerbitkan letter of credit dapat diatasi dengan mengambil jalan sebagaimana dikemukakan di atas sebagai Trust Receipt. 9 Penulis berpendapat bahwa sejatinya the issuing bank dalam kasus pada Putusan 1887 adalah The Chartered Bank, bukan PT Bank Sejahtera Umum.

8 8 Skenario ini Penulis ambil dari suatu Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dalam hal ini Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Pengadilan No. 1887/K/Pdt atau Putusan Adapun duduk perkara Putusan , kurang lebih sebagai berikut: Pada akhir 1982/permulaan tahun 1983, PT. Gespamindo mengimpor/membeli pupuk dari Phosphate Mining Co., Canberra, Australia, sebanyak 3000 metric ton. Nilai uang 3000 metric ton pupuk tersebut adalah seharga seluruhnya US.$ ,-. Pupuk tersebut sebetulnya adalah pesanan PT. Patra Buana, PT. Kapuas Dua Belas dan PT. Sinar Mulia Buana, masing-masing memesan 1000 metric ton pupuk. Kemungkinan 11, ketiga PT. yaitu PT. Patra Buana, PT. Kapuas Dua Belas dan PT. Sinar Mulia Buana tidak memiliki izin impor sehingga mereka menggunakan jasa PT. Gaspamindo sebagai importir atau pembeli. Ada kesan setelah Penulis membaca Putusan 1887, bahwa untuk membayar harga 3000 metric ton pupuk impor tersebut kepada penjualnya di Australia, PT. Gespamindo membuka 3 buah L/C (Letter of Credit) di PT. Bank Sejahtera Umum (the issuing bank) melalui The Chartered Bank (corresponding bank) di Jakarta. Ketiga buah L/C (Letter of Credit) tersebut dibuka untuk dibayarkan kepada penjual pupuk (Phosphate Mining Co.) tersebut, yang keseluruhannya 10 Gambaran lengkap duduk Perkara Putusan 1887 sebagai suatu Hasil Penelitian Beserta Analisis, Penulis kemukakan dalam Bab III Karya Tulis Kesarjanaan (Skripsi) ini. 11 Seperti yang juga pernah disinggung oleh Penulis terdahulu yang menjadikan putusan 1887 sebagai objek kajian.

9 9 berjumlah US.$ ,- dapat dipandang merupakan bukti-bukti 12 perjanjian kredit antara the issuing bank dengan PT. Gespamindo? 13 Pupuk impor yang dibeli dari Phosphate Mining Co Ltd. Australia tersebut telah dikirim dan diangkut oleh PT. Samudera Indonesia, sesuai Bill of Lading (B/L) atau Konosemen. Pengiriman dilakukan dari Melbourne tertanggal 24 Maret 1983, menuju pelabuhan (port) tujuannya, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. PT. Bank Sejahtera Umum yang oleh mereka yang awam terhadap hukum memandang seolah olah padahal sesungguhnya dialah yang telah membayar harga pupuk impor tersebut kepada Phosphate Mining Co. Ltd di Australia melalui The Chartered Bank di Jakarta. Dengan demikian otomatis wajar apabila PT. Bank Sejahtera Umum ingin merasa dapat menguasai documentary credit yang mungkin saja dianggap oleh sementara pihak yang awam telah terjadi di antara dirinya sendiri sebagai the issuing bank dan PT. Gespamindo, termasuk di dalam paket documentary credit 12 Masalahnya apabila ada perjanjian kredit maka umumnya harus ada perjanjian jaminan yang mengikutinya (perhatikan ketentuan UU Perbankan yang mengharuskan adanya jaminan). 13 Dalam hubungan dengan itu, UU membenarkan bahwa dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang berkesinambungan para pelaku pembangunan baik pemerintah maupun badan hukum memerlukan dana yang besar seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan maka meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan, yang sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperoleh melalui kegiatan pinjam - meminjam (Penjelasan atas UU RI No. 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, umum, Angka (1).

10 10 tersebut adalah dokumen/kontrak pengangkutan, dalam hal ini Bill of Lading yang diterbitkan oleh pengangkut. 14 Ternyata, seluruh pupuk impor yang oleh PT. Gespamindo merasa telah dibeli dari Phospate Mining Co.Ltd., telah diserahkan kepada pemesannya melalui pengangkut. Diduga penyerahan dilakukan tanpa Bill of Lading (B/L) atau Konosemen asli. Padahal L/C (Letter of Credit) 15 tersebut di atas belum dilunasi oleh PT. Gespamindo kepada PT. Bank Sejahtera Umum yang telah membeli (negotiate) 16 dokumen itu dari The Chartered Bank di Jakarta senilai total sisa seluruhnya US.$ ,-. Berhubung PT. Gespamindo terbukti tidak melakukan pembayaran atas sisa kewajibannya, maka dalam pandangan PT. Bank Sejahtera Umum, PT. Gespamindo telah melakukan perbuatan melawan hukum. Pengacara PT. Bank Sejahtera Umum juga menyeret pengangkut, dalam hal ini PT. Samudera Indonesia ke dalam sengketa mereka. Tuduhan pihak PT. Bank Sejahtera Umum adalah bahwa PT. Samudera Indonesia sebagai pengangkut terikat dalam perikatan tanggung-menanggung dengan PT. Gespamindo untuk pelunasan kewajiban mereka kepada PT. Bank Sejahtera Umum. 14 Ada masalah di sini, apakah dengan dimasukkannya dokumen B/L dalam paket documentary credit tersebut dapat dimaknai sebagai dimulainya kontrak atau perikatan jaminan yang melibatkan pengangkut dan artinya dimaknai pula sebagai dimulainya suatu perikatan tanggung menanggung. 15 Perjanjian kredit. 16 Menebus kepada.

11 11 Hakim yang berhasil diyakinkan oleh penggugat, kemudian menghukum untuk bertanggung jawab secara renteng PT. Gespamindo dan PT. Samudera Indonesia. Kedua pihak tersebut oleh hakim dipaksa untuk membayar kepada PT. Bank Sejahtera Umum secara tunai dan sekaligus, masing-masing setengah bagian dari US.$ ,- + bunga sebesar US.$ Menurut hakim, adil apabila resiko atas gagal bayar PT. Gespamindo itu dipikul oleh PT. Gespamindo dan PT. Samudera Indonesia secara bersama-sama. Kedua belah pihak itu oleh hakim, masing-masing dihukum untuk membayar kepada PT. Bank Sejahtera Umum uang sejumlah US.$ ,-. Penulis berpendapat, seandainya pihak the issuing bank memahami jalan yang tersedia di dalam hukum dalam hal ini Trust Receipt, maka sengketa tersebut di atas mungkin dapat dihindari. Pihak PT. Gespamindo tidak harus dihukum karena melakukan perbuatan melawan hukum. Sebaliknya justru PT. Gespamindo bisa mengambil barang yang dia beli dari perusahaan ekspor di Australia itu kemudian barang tersebut dijual atas nama PT. Bank Sejahtera Umum dan hasil penjualan tersebut dapat dipergunakan oleh PT. Gespamindo untuk melunasi L/C yang dibukanya dari PT. Bank Sejahtera Umum. Namun demikian, apakah jalan tersebut di atas dapat dibenarkan oleh prinsip-prinsip dan kaedah-kaedah hukum yang berlaku dalam sistem hukum (Perdagangan Internasional)?

12 12 Rasa ingin tahu Penulis itulah yang juga menjadi alasan mengapa Penulis memilih judul sebagaimana telah dikemukakan di atas untuk penelitian dan penulisan karya tulis kesarjanaan (skripsi) ini Rumusan Masalah Bagaimanakah Trust Receipt atau Akta Kepercayaan antara Importir dan Bank dalam mengatasi persoalan tidak dapat dikuasainya bill of lading oleh importir dalam perdagangan internasional? Penulis akan menambahkan terlebih dahulu sedikit tentang proses umum perdagangan internasional, dalam hal ini adalah tentang proses pembiayaan L/C oleh Bank Penerbit. Mekanisme Perdagangan Internasional dalam proses pembiayaan jenis L/C Indonesia Australia PT. Patra Buana PT. Sinar Mulia Buana PT. Kapuas Dua Belas 9 Importir PT.Gespamindo 1 5 Eksportir Phospate Mining Cp., Canberra, Australia Bank Importir (Issuing Bank) PT. Bank Sejahtera Umum 3 7 Bank Koresponden The Chartered Bank

13 13 Keterangan : 1. Penandatanganan kontrak jual beli barang antara importir Indonesia (PT. Gespamindo) dengan eksportir Australia (Phospate Mining Cp., Canberra, Australia. 2. Permohonan L/C oleh importir disertai dengan setoran jaminan. 3. Permintaan pembukuan L/C oleh issuing bank kepada The Chartered Bank. 4. Pemberitahuan dari The Chartered Bank kepada PT. Bank Sejahtera Umum kepada eksportir mengenai L/C importir dan jaminan pembayaran. 5. Pengiriman barang kepada importir. 6. Penyerahan dokumen ekspor. Selanjutnya The Chartered Bank melakukan verifikasi dokumen dan pemeriksaan syarat syarat lain. 7. Pengiriman dokumen dan permintaan pembayaran L/C kepada PT. Bank Sejahtera Umum. 8. PT. Bank Sejahtera Umum memberitahukan kedatangan dokumen kepada importir dan permintaan pelunasan L/C (tiga) PT yang disinyalir tidak mempunyai ijin impor dapat mengambil barang tanpa mempunyai Bill of Lading atau konosemen (bukti dokumen kepemilikan). Ketika PT. Gespamindo sebagai importir ternyata belum melunasi L/C seharusnya PT. Gespamindo belum bisa mengambil barang pesanan terlebih dahulu (pengambilan barang melalui 3 (tiga) PT yang disinyalir tidak mempunyai ijin impor yaitu : PT. Patra Buana, PT. Kapuas Dua Belas dan PT. Sinar Mulia Buana). Namun dengan fasilitas Trust Receipt Penulis melihat peluang untuk dapat terselesaikannya permasalahan belum dikuasainya B/L karena belum terlunasinya L/C Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan bagaimanakah Trust Receipt dalam mengatasi persoalan tidak dapat dikuasainya bill of lading oleh importir dalam perdagangan internasional. Perlu Penulis tambahkan disini bahwa konsep bagaimana, baik yang Penulis gunakan dalam perumusan masalah maupun

14 14 tujuan penelitian ini adalah suatu konsep yang memayungi berbagai macam aspek hukum, dalam hal ini kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur tentang Trust Receipt Metodologi Penelitian Penelitian ini adalah penelitian hukum yaitu bahwa apa yang selalu dicari dalam setiap penelitian hukum adalah kaedah-kaedah dan prinsip-prinsip hukum. Oleh sebab itu maka sama dengan penelitian hukum pada umumnya namun penelitian hukum ini hanya akan meneliti dan hanya akan menemukan prinsipprinsip dan kaedah hukum yang mengatur menguasai Trust Receipt sebagai sarana dalam mengatasi persoalan tidak dapat dikuasainya bill of lading oleh importir dalam perdagangan internasional. Adapun satuan amatan dalam penelitian ini adalah dokumen 17 Trust Receipt yang dikenal dalam perdagangan internasional, bill of lading dan dokumen-dokumen terkait dengan Trust Receipt serta peraturan perundangundangan dan keputusan Pengadilan Republik Indonesia dalam putusan 1887 dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya. Sedangkan satuan analisis dari penelitian ini adalah hakikat Trust Receipt yang dipergunakan oleh pihak the issuing bank dengan pihak importir dalam rangka mengatasi persoalan tidak dapat dikuasainya bill of lading oleh importir dalam perdagangan internasional. 17 Yang dimaksud dengan dokumen di sini dapat juga mengandung pengertian institusi atau semangat spirit hukum yang ada, misalnya dapat ditemukan dalam Putusan 1887 seperti dapat dilihat dalam Analisis pada Bab III karya tulis ini.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi dua hal sebagaimana judul bab ini. Pertama akan dikemukakan hasil penelitian dan yang kedua adalah analisis. Dalam bagian hasil penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul & Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul & Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul & Latar Belakang Masalah Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) dengan Register Perkara Perdata No. 1887 K/PDT/1986 1 yang di dalamnya berisi

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi dua hal sebagaimana judul dalam bab ini. Pertama dikemukakan hasil penelitian dan yang kedua adalah analisis atas hasil penelitian tersebut. Dalam bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Sesuai dengan titel Bab yaitu Tinjauan Kepustakaan berisi suatu tinjauan terhadap buku atau karya tulis yang khusus membicarakan tentang Trust Receipt. Meskipun Penulis menyadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional, mengingat, sifat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional, mengingat, sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul: Conversion Sebagai Perbuatan Melawan Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional, mengingat, sifat keaslian atau orisinalitas dari

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab ini Penulis menggambarkan suatu hasil penelitian yang diperoleh dari putusan pengadilan No. 1887. Uraian tentang hasil penelitian atas putusan tersebut akan

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Reg. No K/PDT/1986 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Reg. No K/PDT/1986 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG LAMPIRAN 78 MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Reg. No. 1887 K/PDT/1986 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG Memeriksa perkara perdata tingkat kasasi, telah mempunyai

Lebih terperinci

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 49 Materi Minggu 7 Prosedur Dasar Pembayaran Internasional Cara-cara melakukan penyelesaian akhir hutang piutang antar negara, yaitu tidak lain adalah apa yang kita

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih Penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah dalam bidang hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam Perdagangan Internasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum dalam Perjanjian Pembukaan L/C Antara PT. SPI dan PT. Bank Century. Skripsi yang mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hubungan hukum yang terjadi antara penyelenggara jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hubungan hukum yang terjadi antara penyelenggara jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Hubungan hukum yang terjadi antara penyelenggara jaringan telekomunikasi dan penyelenggara jasa telekomunikasi menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK I. PENDAHULUAN Pada umumnya dalam kontrak-kontrak bisnis selalu terdapat klausula tentang tata cara pembayaran. Pembayaran (penyerahan sejumlah uang) merupakan

Lebih terperinci

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Kekhususan Jual Beli Perusahaan JUAL BELI DAGANG Suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan perusahaan yakni perbuatan pedagang / pengusaha lainnya yang berdasarkan jabatannya melakukan perjanjian jual beli Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 A. Latar Belakang.

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab ini akan diketengahkan gambaran dari suatu hasil penelitian Penulis. Gambaran hasil penelitian dimaksud bukanlah penelitian terhadap studi kepustakaan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah semakin besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan di Indonesia memiliki peranan penting dalam memajukan dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya pengangkutan dapat memperlancar

Lebih terperinci

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Prosedur Dasar Pembayaran Internasional By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI 1 Transaksi pembayaran dan trasaksi pembiayaan Setiap transaksi jual beli selalu mengenal adanya transksi pembayaran. Transaksi

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9 Proses dan Prosedur Impor Pertemuan ke-9 1. Tahapan impor 2. Bagan proses permohonan perizinan impor via on-line dan secara manual 3. Proses Importasi 4. Prosedur Impor DEFINISI IMPORTIR Badan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alasan yang pertama, mengapa Penulis memilih: Hak Debitur untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alasan yang pertama, mengapa Penulis memilih: Hak Debitur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Alasan Pemilihan Judul Apakah hukum itu acuh tak acuh dan tidak peduli kepada pihak Debitur, ketika terjadi peralihan piutang dari Krediturnya, dalam hal ini apabila Kreditur mengalihkan

Lebih terperinci

JAMINAN DEPOSITO ATAS KREDIT BERDOKUMEN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. Skripsi

JAMINAN DEPOSITO ATAS KREDIT BERDOKUMEN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. Skripsi JAMINAN DEPOSITO ATAS KREDIT BERDOKUMEN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Skripsi Diajukan Untuk Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga LIDYA PRATIWI TJUYITNO NIM: 312009015

Lebih terperinci

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor 1. Jelaskan tiga dokumen yang diperlukan untuk mengurus pengiriman sebelum melaksanakan ekspor! a. Delivery Order (DO), yaitu surat dari perusahaan pelayaran sebagai jawaban dari shipping instruction b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. Perdagangan ini merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. Mengingat : 1. 2. bahwa salah satu faktor yang mendukung kelancaran arus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat kelebihan atau adventage masing-masing sebagai akibat dari letak geografis, kondisi alam yang

Lebih terperinci

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6 Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan. peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan. peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional yang berasaskan BAB I PENDAHULUAN V. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, kesinambungan dan peningkatan pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBAYARAN EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT (L/C) PADA CV.RASDI & CO PADANG ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBAYARAN EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT (L/C) PADA CV.RASDI & CO PADANG ABSTRAK PELAKSANAAN PEMBAYARAN EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT (L/C) PADA CV.RASDI & CO PADANG (Dendi Doran, 07940081, Fakultas Hukum Reguler Mandiri Universitas Andalas, 68 hal, Tahun 2012) ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Interdependensi telah menjadi ciri dari pola perkembangan dunia modern dalam hubungan internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan kegiatan jual disebut ekspor, sehingga ekspor-impor merupakan perjanjian jual-beli juga. Transaksi

Lebih terperinci

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi DOKUMEN EKSPOR IMPOR Hertiana Ikasari, SE, MSi Dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan Internasional bervariasi tergantung pada jenis transaksi, ketentuan atau peraturan negara pengimpor dan pengekspor,

Lebih terperinci

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU Dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang saya dapatkan dari teman-2 dan keluarga, perihal Letter of Credit dan juga didasari oleh kedangkalan pengetahuan

Lebih terperinci

CONVERSION SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

CONVERSION SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL CONVERSION SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Skripsi Diajukan Untuk Gelar Sarjana Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga SUKMA MAASAWET 312009031

Lebih terperinci

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Barang. Pembayaran. Penyerahan. Ekspor. Impor (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 167) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan. No.528, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/M-DAG/PER/3/2015

Lebih terperinci

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor Sekilas Tentang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Memberikan sedikit gambaran tentang Bea dan Cukai Indonesia di bawah Kementerian Keuangan RI Macam- macam Pemberitahuan Pabean Dalam rangka melayani pengurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan ekspor sangat penting bagi Indonesia karena menghasilkan devisa dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi dua hal sebagaimana judul bab ini. Pertama akan dikemukakan hasil penelitian dan yang kedua adalah analisis. Gambaran hasil penelitian adalah berupa

Lebih terperinci

Valas dan Risiko Transaksi Ekspor - Impor Bramantyo Djohanputro, PhD

Valas dan Risiko Transaksi Ekspor - Impor Bramantyo Djohanputro, PhD Valas dan Risiko Transaksi Ekspor - Impor Bramantyo Djohanputro, PhD Penulis: Dosen dan konsultan manajemen bidang keuangan, investasi, dan risiko Lecturer and consultant of management in finance, investment,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern sekarang ini, menyebabkan orang-orang serta para pengusaha menginginkan segala sesuatunya bersifat

Lebih terperinci

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2

KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2 KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1 Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2 Transaksi warehouse receipt telah banyak dilakukan baik di negara maju seperti Amerika dan Kanada maupun

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Bidang pelaksanaan kuliah kerja praktek, penulis lakukan di PT. Alenatex Bandung. Disana penulis ditempatkan pada bidang ekspor, dibawah

Lebih terperinci

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK 2.1 Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara lain:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1 Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi di dalam negeri kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Oprasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Oprasional Manajemen Oprasional adalah serangkaian aktivitas untuk menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa melalui transformasi

Lebih terperinci

Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan

Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan Afifah Kusumadara, SH. LL.M. SJD. Unsur esensial perjanjian jual beli adalah adanya penyerahan hak milik atas suatu barang dan pembayarannya harus dengan uang.

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KONTRAK SEWA BELI 65 TINJAUAN YURIDIS Abstrak : Perjanjian sewa beli merupakan gabungan antara sewamenyewa dengan jual beli. Artinya bahwa barang yang menjadi objek sewa beli akan menjadi milik penyewa beli (pembeli) apabila

Lebih terperinci

BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1

BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1 BAB XIII PROSEDUR IMPOR - 1 Tujuan Instruksional Khusus : Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Prosedur Impor, Mahasiswa akan dapat menjelaskan prosedur dan tata laksana impor di Indonesia

Lebih terperinci

Skema SBLC & Bank Garansi

Skema SBLC & Bank Garansi Skema SBLC & Bank Garansi Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya (sebutkan)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

Pengajuan Keberatan, Banding, dan Peninjauan Kembali Tagihan Bea Masuk

Pengajuan Keberatan, Banding, dan Peninjauan Kembali Tagihan Bea Masuk Pengajuan Keberatan, Banding, dan Peninjauan Kembali Tagihan Bea Masuk ABSTRAK Importir yang tidak setuju atas penetapan tarif dan/atau nilai pabean oleh pihak pabean sehingga mengakibatkan tambah bayar

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 44 BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK 3.1 Hubungan Hukum Antara Para Pihak Dalam Perjanjian Kartu Kredit 3.1.1

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan indonesia letaknya yang strategis, menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan indonesia letaknya yang strategis, menjadikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan indonesia letaknya yang strategis, menjadikan Indonesia sebagai jalur perdagangan dan pelayaran karena memiliki sumber daya alam yang berlimpah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring majunya ekonomi suatu negara, maka semakin banyak. kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring majunya ekonomi suatu negara, maka semakin banyak. kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring majunya ekonomi suatu negara, maka semakin banyak kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Barang kebutuhan itu belum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1. Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barangbarang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil keseimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Perusahaan Anggun Rotan cenderung memilih Advance Payment dengan Telegraphic

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put.52474/PP/M.IXA/19/2014. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2012

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put.52474/PP/M.IXA/19/2014. Jenis Pajak : Bea Masuk. Tahun Pajak : 2012 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put52474/PP/MIXA/19/2014 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Penetapan Nilai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Ekspor Impor Transaksi Ekspor - Impor adalah transaksi perdagangan internasional (International Trade) yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan menjual barang

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Universitas Indonesia. Penundaan eksekusi..., Edward Kennetze, FHUI, 2009

BAB 4 PEMBAHASAN. Universitas Indonesia. Penundaan eksekusi..., Edward Kennetze, FHUI, 2009 51 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 KASUS POSISI Kasus yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah adanya penundaan eksekusi terhadap putusan bernomor perkara 158 K/PDT/2005 jo No. 63/Pdt.G/2004/PN. Jak.Sel mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori keunggulan komparatif bahwa perdagangan luar negeri dapat terjadi apabila masing-masing

Lebih terperinci

Pendanaan Ekspor dan Impor

Pendanaan Ekspor dan Impor Pendanaan Ekspor dan Impor Tehnik Pendanaan Kas dimuka L/C Draft Konsinyasi Piutang dagang Kas dimuka Eksportir : resiko pembayaran nol Importir : kecurangan dari importir, ada pembatasan aliran modal

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Pembayaran Transaksi Impor

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Pembayaran Transaksi Impor Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Tim Penyusun Ramlan Ginting Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Pri Hartini Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral

Lebih terperinci

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah? Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah? Oleh : Mohamad Jafar Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Abstrak Nilai transaksi adalah harga yang sebenarnya dibayar atau seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang telah memiliki beberapa Undang-undang yang mengatur tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang telah memiliki beberapa Undang-undang yang mengatur tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan inti dari sistem keuangan pada tiap negara Indonesia, yang telah memiliki beberapa Undang-undang yang mengatur tentang perbankan, diantaranya yaitu

Lebih terperinci

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No. 10/ 48 /DPD Jakarta, 24 Desember 2008 S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan

Lebih terperinci

Pihak-pihak (the parties to contract) yang terlibat dalam putusan 2. diputus pada tanggal 21 September 2004 adalah Livio Tarantino 3.

Pihak-pihak (the parties to contract) yang terlibat dalam putusan 2. diputus pada tanggal 21 September 2004 adalah Livio Tarantino 3. Putusan 137/Pdt.G/2004.PN.SMG 1 Pihak-pihak (the parties to contract) yang terlibat dalam putusan 2 yang diputus pada tanggal 21 September 2004 adalah Livio Tarantino 3. Livio Tarantino (Livio) yang adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 menjatuhkan putusan batal demi hukum atas perjanjian yang dibuat tidak menggunakan

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-29242/PP/M.XVI/19/2011. menurut Pemohon Banding : CIF USD565, menurut Terbanding : CIF USD750,000.

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-29242/PP/M.XVI/19/2011. menurut Pemohon Banding : CIF USD565, menurut Terbanding : CIF USD750,000. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-29242/PP/M.XVI/19/211 Jenis Pajak : Bea Masuk; Tahun Pajak : 29; Pokok Sengketa : bahwa menjadi pokok sengketa dalam banding ini adalah penetapan nilai pabean atas

Lebih terperinci

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013 SILABUS Mata Kuliah : Hukum Perdagangan Luar Negeri Kode Mata Kuliah : HKIn 2056 SKS : 2 Dosen : 1. M. Budianto, S.H., M.Hum 2. Totok Tumangkar, S.H., M.Hum 3. Purwanto, S.H., M.Si FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan antar negara atau pedagangan luar negeri merupakan salah satu kegiatan yang penting sebagai bagian dari perdagangan internasional. Kegiatan ini juga merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu aspek dalam kehidupan manusia adalah perdagangan, perdagangan merupakan salah satu upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang telah berlangsung

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985 LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TANGGAL 4 APRIL 1985 I. TATALAKSANA EKSPOR Untuk memperlancar arus barang ekspor diambil langkah-langkah 1. Terhadap barang-barang ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to contract) penyelenggara jaringan telekomunikasi diwajibkan untuk memenuhi permohonan pihak

Lebih terperinci

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel No.4, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPAJAKAN. PAJAK. PPN. Barang dan Jasa. Pajak Penjualan. Barang Mewah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5271) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang antar pengusaha yang masing masing bertempat tinggal di negara negara

BAB I PENDAHULUAN. barang antar pengusaha yang masing masing bertempat tinggal di negara negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor impor. Perdagangan ini merupakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.03/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.03/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN, PENGADMINISTRASIAN, PEMBAYARAN, SERTA PELUNASAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara-negara yang berbeda. dan cara yang berbeda-beda (Roselyne Hutabarat, 1996: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha-pengusaha yang bertempat di negara-negara yang berbeda. dan cara yang berbeda-beda (Roselyne Hutabarat, 1996: 1). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor-impor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari membeli dan

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. No. Jakarta, HH BB TTTT. Kepada Yang Terhormat : Jl.. Up. :.. Hal : Laporan Hasil Legal Audit

I. PENGANTAR. No. Jakarta, HH BB TTTT. Kepada Yang Terhormat : Jl.. Up. :.. Hal : Laporan Hasil Legal Audit No. Jakarta, HH BB TTTT Kepada Yang Terhormat : Jl.. Up. :.. Hal : Laporan Hasil Legal Audit I. PENGANTAR Kami, kantor konsultan hukum Harri Baskoro and Partners, yang berkantor di -----------, untuk dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI I. TATALAKSANA EKSPOR 1. Kewenangan pemeriksaan barang-barang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.462, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengawasan. Pengadministrasian. Pembayaran. Pelumasan. PPN. Pajak Penjualan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul: Kompetensi Absolut PTUN dalam Memutus

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul: Kompetensi Absolut PTUN dalam Memutus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul: Kompetensi Absolut PTUN dalam Memutus Obyek Sengketa Hubungan Industrial antara Yayasan Perguruan Tinggi Swasta dengan Dosen atau Karyawan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N I. UMUM Pendirian Yayasan di Indonesia sampai saat ini hanya berdasar atas kebiasaan dalam masyarakat dan yurisprudensi

Lebih terperinci

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN 1 KREDIT MENURUT UU NO. 10/1998 TENTANG POKOK-POKOK PERBANKAN Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di jaman seperti sekarang ini, pertukaran barang melewati batas suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di jaman seperti sekarang ini, pertukaran barang melewati batas suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman seperti sekarang ini, pertukaran barang melewati batas suatu negara terjadi karena kebutuhan barang maupun jasa yang tidak terdapat pada suatu negara.

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan digilib.uns.ac.id 1 BAB I Pendahuluan A. Latar belakang masalah Perkembangan serta kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi telah memberi pengaruh yang besar dalam hubungan antar negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya 1. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

2017, No Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tent

2017, No Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tent No.570, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Keberatan di Bidang Kepabeanan dan Cukai. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51/PMK.04/2017 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan adanya perkembangan zaman yang semakin modern, dalam dunia internasional tiap-tiap Negara

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 44 BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X 4.1 Kedudukan Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Perjanjian yang akan dianalisis di dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring meningkatnya perekonomian Indonesia, maka semakin tinggi pula

I. PENDAHULUAN. Seiring meningkatnya perekonomian Indonesia, maka semakin tinggi pula I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring meningkatnya perekonomian Indonesia, maka semakin tinggi pula keinginan masyarakat dalam memenuhi tuntutan kebutuhan ekonominya. Faktor penting dalam pemenuhan

Lebih terperinci

Fendhi Harsinto Aji NIM : C

Fendhi Harsinto Aji NIM : C TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PENYELESAIAN KETERLAMBATAN PEMBAYARAN LETTER OF CREDIT DALAM TRANSAKSI EKSPOR FURNITURE (Studi Kasus di CV. Karunia Cipta Persada Surakarta) S K R I P S I Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengingat alasan sebagaimana dikemukakan di bawah ini;

BAB I PENDAHULUAN. mengingat alasan sebagaimana dikemukakan di bawah ini; BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul: E-mail Sebagai Alat Bukti dalam Perkara Perdata, mengingat alasan sebagaimana dikemukakan di bawah ini; Hukum mendikte (the law dictates)

Lebih terperinci