BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul & Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul & Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul & Latar Belakang Masalah Keputusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) dengan Register Perkara Perdata No K/PDT/ yang di dalamnya berisi peradilan memutus perkara perselisihan (dispute) perdata antara subyek hukum (a party to contract) perusahaan berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yaitu PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia melawan dua subyek hukum (parties to contract) dalam kategori ilmu hukum sebagai sesama badan hukum lainnya juga, yaitu PT. Sejahtera Bank Umum dan PT. Gespamindo, mengirimkan sinyal yang cukup terang kepada pencari keadilan di Indonesia dan seluruh dunia bahwa nampaknya Hakim Republik Indonesia yang memutus perkara tersebut sudah berusaha melakukan penemuan hukum. Meskipun demikian, Penulis berpendapat bahwa usaha para hakim dalam kasus tersebut untuk menemukan hukum masih perlu dieksaminasi (reviewed) lebih jauh. Terutama dari sudut pandang atau perspektif hukum perdagangan/bisnis internasional (lex mercatoria). 2 Hanya saja sudah barang tentu tidak semua kaedah (rules) dalam hukum perdagangan internasional harus dipakai 1 Selanjutnya untuk mempermudah, Penulis sebut dengan Putusan Mata kuliah dalam Kurikulum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga untuk subyek ini yaitu Hukum dan Transaksi Bisnis Internasional. 1

2 untuk mengeksaminasi lebih jauh Putusan 1887 tersebut. Dalam Skripsi ini Penulis hanya memilih satu kaedah, yaitu nemo dat rule. Menurut pendapat Penulis, hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara dalam Putusan 1887 seharusnya menerapkan hukum yang mengatur perdagangan internasional. Hukum yang mengatur perdagangan internasional yang dimaksud adalah nemo dat rule. Bagaimanakah argumen di balik pendapat Penulis yang demikian itu? Menjawab pertanyaan itulah suatu latar belakang Penulis memilih judul penulisan karya tulis dan penelitian ilmiah dalam bidang hukum sebagai karya tulis kesarjanaan ini. Perlu dikemukakan di sini bahwa suatu transaksi perdagangan dapat diidentifikasikan sebagai transaksi perdagangan internasional apabila mempunyai karakteristik (1) pergerakan barang ataupun jasa yang berpindah dari suatu negara ke negara lain; (2) kedudukan tempat berusaha para pihak dalam transaksi berada di negara yang berbeda; dan (3) hibrida. 3 Pertama, dengan melihat apakah dalam transaksi tersebut melibatkan pergerakan barang atau jasa yang berpindah dari satu negara ke negara lain. Transaksi dalam Putusan 1887, yakni pembelian pupuk sejumlah 3000 metric ton oleh PT. Gespamindo yang berkedudukan di Indonesia dari Phosphate Mining Company of Christmas Island Limited. Perusahaan asing yang Penulis sebutkan belakangan itu adalah suatu badan hukum berkewarganegaraan Australia dan 3 Jeferson Kameo, Pembiayaan dalam Perdagangan Internasional (Suatu Kapita Selekta Untuk Hukum & Transaksi Bisnis Internasional), Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Uraian mengenai hal ini Penulis kemukakan lagi, sebagai penekanan lebih jauh di Bab II, hlm., 17, infra. 2

3 berkedudukan di Canberra, Australia. 4 Disini telah terjadi pergerakan barang berupa pupuk yang berpindah dari negara Australia pindah ke negara Indonesia yang diangkut oleh perusahaan pengangkutan PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia. Kedua, dengan melihat apakah kedudukan tempat berusaha dari masing-masing pihak dalam transaksi ada di negara yang berbeda. 5 Transaksi dalam Putusan 1887 yakni pihak Pengekspor adalah Phosphate Mining Co. yang berkedudukan di negara Australia dan Pengimpor adalah PT. Gespamindo yang berkedudukan di negara Indonesia. Disini terlihat jelas, bahwa kedudukan para pihak yang bertransaksi ini berada di negara yang berbeda. Ketiga, dengan cara hibrida, yakni cara yang umum digunakan oleh banyak pihak dalam menentukan karakteristik perdagangan internasional yaitu dengan memperhatikan jual-beli ekspor (export sales). 6 Transaksi dalam Putusan 1887 jelas memperlihatkan bahwa transaksi yang diadakan merupakan transaksi perdagangan berkarakteristik internasional, sebab jual beli tersebut melibatkan pihak Phosphate Mining Co. yang bertindak sebagai eksportir yang berkedudukan di negara Australia dan PT. Gespamindo yang bertindak sebagai importir yang berkedudukan di negara Indonesia dan melibatkan pergerakan barang berupa pupuk dari negara Australia berpindah ke negara Indonesia. 4 Selanjutnya untuk mempermudah, Penulis sebut dengan Phosphate Mining Co. 5 Sifat kedua dari transaksi bisnis internasional tersebut dapat juga dilihat dari pengertian hukum transaksi bisnis internasional. Wyasa Putra I. D., Aspek-Aspek Hukum Perdata Internasional Dalam Transaksi Bisnis internasional, Refika Aditama, Bandung, 2008, hlm. 2. Lihat juga Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, Alumni, Bandung, 1987, hlm., 3 dan 21. Dan lihat juga Sunaryati Hartono, Pokok-Pokok Hukum Perdata Internasional, Binacipta, Jakarta, 1989, hlm., Jeferson Kameo, Op. Cit., hlm., 5. 3

4 Dari uraian yang telah Penulis kemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa transaksi yang diadakan dalam Putusan 1887 merupakan transaksi yang mempunyai karakteristik transaksi perdagangan internasional. Oleh sebab itu, seperti yang telah dikemukakan di atas oleh Penulis bahwa mengingat transaksi yang diadakan adalah transaksi perdagangan internasional, maka akan lebih bermanfaat dan adil apabila hakim yang memeriksa dan mengadili perkara tersebut menggunakan kaidah dan asas hukum perdagangan internasional. Kaidah dan asas hukum perdagangan internasional yang dimaksud adalah nemo dat rule. Nemo dat rule adalah satu asas yang mengatur hukum perdagangan internasional. Nemo dat rule juga dikenal dengan nama nemo dat quot non habet, merupakan berasal dari bahasa Latin. Nemo dat rule mempunyai arti bahwa tak seorangpun dapat menyerahkan sesuatu yang tidak dia punyai. 7 Nemo dat rule dalam ilmu hukum didefinisikan sebagai berikut: 8 The basic rule that a person who does not own property (e.g. a thief) cannot confer it on another except with the true owner's authority (i.e. as his agent). Exceptions to this rule include sales under statutory powers and cases in which the doctrine of estoppel prevents the true owner from denying the authority of the seller to sell. Dalam kaedah hukum yang berlaku umum tersebut, nemo dat rule diterjemahkan juga dalam Bahasa Inggris yaitu if you don t have, you can not give, yakni apabila anda tidak mempunyai maka anda tidak dapat memberi. 7 Diambil dari Catatan Penulis dalam kuliah Hukum Transaksi Bisnis Internasional yang diampu oleh Jeferson Kameo, Fakultas Hukum, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, E. A. Martin MA., Oxford Dictionary of Law, New Edition, Oxford University Press, Oxford, 1997, hlm., 306. Konsep nemo dat rule telah juga diterjemahkan oleh I.P.M Ranohandoko B.A, Kamus Terminologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hlm., 410. Nemo dat rule mempunyai pengertian bahwa orang tidak bisa memberikan barang yang ia sendiri tidak punyai. 4

5 Sejatinya Putusan 1887 secara mendetail Penulis gambarkan dalam Bab III Hasil Penelitian. 9 Namun dalam kaitannya Penulis menggambarkan bagaimana nemo dat rule dibalik Putusan 1887, maka perlu Penulis kemukakan gambaran ringkas Putusan 1887 di awal karya tulis ini. 10 Perkara yang melahirkan Putusan 1887 tersebut mulai masuk ke ranah hukum pada awal tahun Cerita di balik nemo dat rule dalam Putusan 1887 yakni, dimulai dari PT. Gespamindo, suatu badan hukum (rechtspersoon) Indonesia dan berkedudukan di Indonesia membeli pupuk dari Phosphate Mining Co. yaitu suatu badan hukum berkewarganegaraan Australia dan berkedudukan di Canberra, Australia. Gambaran tentang bagaimanakah nemo dat rule di balik Putusan 1887 semakin jelas dapat dilukiskan di sini, yaitu tatkala orang memperhatikan fakta bahwa PT. Gespamindo memesan 3000 metric ton pupuk dari Australia atau setara dengan nilai uang Dolar Amerika Serikat US $ ,- tersebut tidak untuk dirinya sendiri, namun ternyata merupakan pesanan dari tiga subjek hukum (parties to contract) berbadan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, yaitu PT. Putra Buana, PT. Kapuas Dua Belas dan PT. Sinar Mulia Buana. Pesanan masing-masing dari pihak tersebut adalah sebanyak 1000 metric ton pupuk. Dalam nemo dat rule, apabila PT. Gespamindo belum membayar pupuk yang dibelinya, maka PT. Gespamindo belum bisa mengalihkan pupuk 9 Putusan 1887 sudah dikaji dari beberapa perspektif yang berbeda dari perspektif yang Penulis gunakan dalam karya tulis ini. Itulah sebabnya, tidak terelakan uraian Putusan 1887 di dalam karya tulis ini, kata-per-kata hampir mirip dengan uraian kasus yang sama oleh beberapa penulis skripsi lainnya yang sudah ada di Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Namun, Penulis berusaha sedemikian rupa, bahwa uraian hasil penelitian yang berfokus pada Putusan 1887 itu tidak terkesan hanya menyadur uraian oleh para Penulis sebelumnya. 10 Kata bagaimana telah Penulis gunakan sebagai alat bedah ilmiah di dalam karya tulis kesarjanaan ini untuk melakukan review terhadap Putusan 1887 dalam rangka menemukan bagaimana sejatinya nemo dat rule itu mengejawantahkan diri di sana. 5

6 tersebut kepada tiga subjek hukum pemesan pupuk itu. Namun, fakta membuktikan bahwa ketiga pemesan pupuk dari PT. Gespamindo dapat menguasasi pupuk, mungkin telah menjualnya sama seperti pemilik yang memperoleh barang tanpa melanggar nemo dat rule. Itulah satu latar belakang lainnya atau gambaran dari bagaimana nemo dat rule dalam Putusan 1887 yang menjadi obyek kajian skripsi ini. Perlu pula Penulis kemukakan di sini bahwa cara pembayaran yang dilakukan oleh PT. Gespamindo adalah menggunakan surat berharga (negotiable instrument) berbentuk Letter of Credit (L/C). 11 Penggunaan mekanisme pembayaran internasional dengan menggunakan L/C oleh pihak PT. Gespamindo tersebut mekanismenya dimulai dengan pembukaan tiga buah L/C di PT. Sejahtera Bank Umum. Namun demikian, Penulis dapat memastikan bahwa sesungguhnya issuing bank yang melakukan pembukaan L/C tersebut adalah the Chartered Bank di Jakarta, yang sudah barang tentu merupakan subsidiary atau dapat dikatakan anak perusahaan dari the Chartered Bank yang ada di Australia, atau mungkin kantor Pusat Bank tersebut ada di dalam yurisdiksi atau negara lain. Adapun maksud dari pembukaan L/C tersebut, sebagaimana telah Penulis kemukakan di atas adalah untuk dipakai menggantikan uang kertas Dolar, yang apabila dibayar secara tunai oleh yang bersangkutan maka akan tidak aman. Lagi pula, mungkin saja pada waktu itu PT. Gespamindo tidak mempunyai Dolar sebanyak itu. Pembayaran dengan surat berharga tersebut yaitu, pembayaran atas 11 Letter of Credit (L/C), dikenal pula dengan istilah Surat Kredit Berdokumen (documentary letter of credit), adalah janji tertulis (a promise) dari bank, atas perintah pembeli (importir), untuk membayarkan sejumlah uang kepada penjual (eksportir) yang sudah memenuhi persyaratan dan kondisi yang ditetapkan dalam L/C. 6

7 pembelian 3000 metric ton pupuk kepada Phosphate Mining Co. seperti telah Penulis singgung di atas, kepada pihak Phosphate Mining Co. di Australia, dilakukan melalui the Chartered Bank, kantor pusat atau cabang the Standard Chartered Bank lainnya yang berada di Australia. Ketiga buah L/C yang telah dibayarkan tersebut keseluruhannya senilai US $ ,-. Dengan demikian, dari perspektif kontrak, maka L/C tersebut dapat dikatakan sebagai suatu bukti adanya perjanjian pembayaran internasional antara pihak yang bernama PT. Sejahtera Bank Umum sebagai the issuing bank dengan pihak PT. Gespamindo. Sampai di sini, apabila dilihat dari nemo dat rule, manakala PT. Gespamindo belum melunasi L/C kepada PT. Sejahtera Bank Umum, maka PT. Gespamindo belum dapat mengalihkan kepemilikan atas 3000 metric ton pupuk kepada pihak lain, apabila hal itu ternyata dilakukan juga, maka ada terjadi pelanggaraan terhadap nemo dat rule. Selain pihak-pihak di atas, masih ada lagi pihak selanjutnya yang juga sangat penting dalam transaksi perdagangan internasional dalam Putusan 1887 yang tidak dapat dilepaskan dari konteks mencari jawaban bagaimana nemo dat rule dalam Putusan Pihak yang dimaksud yaitu PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia. Badan hukum ini adalah suatu perusahaan pengangkutan. PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia mengikatkan diri dalam suatu perjanjian dengan pihak PT. Gespamindo untuk mengangkut pupuk yang dibeli dari Phosphate Mining Co. di Australia tersebut. Pengangkutan sesuai dengan Bill of Lading (B/L), 12 yakni dikirim dari Kota 12 Bill of Lading (B/L) atau disebut juga konosemen adalah dokumen yang diterbitkan pengangkut yang berfungsi sebagai bukti kontrak pengangkutan laut antara 3 pihak. Pertama shipper (pengirim), dapat saja importir atau dapat pula eksportir yang berkewajiban mempersiapkan 7

8 Melbourne tertanggal 24 Maret 1983 menuju Pelabuhan tujuannya yaitu Pelabuhan Tanjung Priok yang ada di Jakarta. The issuing bank yakni PT. Sejahtera Bank Umum yang telah membayar harga 3000 metric ton pupuk tersebut kepada Phosphate Mining Co. di Australia melalui the Chartered Bank di Jakarta secara otomatis menguasai Documentary Credit. Isi dari Documentary Credit tersebut adalah B/L, L/C, Certificate of Origin 13 dan Dokumen Asuransi 14. Ternyata, seluruh pupuk yang diangkut oleh PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia telah diserahkan kepada PT. Gespamindo sebagai pembeli. Kemudian sebagaimana telah dikemukakan di atas, menyalahi nemo dat rule, 3000 metric ton pupuk tersebut diserahkan (dijual) oleh PT. Gespamindo kepada ketiga subjek hukum pemesan pupuk yakni PT. Putra Buana, PT. Kapuas Dua Belas dan PT. Sinar Mulia Buana. Penyerahan dilakukan oleh pengangkut atas permintaan PT. Gespamindo. Hal ini merupakan pernyataan yang tertulis dalam Putusan Pengambilan 3000 metric ton pupuk itu dilakukan tanpa B/L. Disisi lain Documentary Credit masih dikuasai oleh PT. Sejahtera Bank Umum sebagai the issuing bank. Artinya, L/C belum dilunasi oleh PT. barang menjadi siap ekspor dan mengirimkannya kepada pembeli/importir. Pihak kedua adalah carrier (dalam perdagangan internasional, sebagian barang ekspor dan impor diangkut melalui laut, karena itu jasa perusahaan pelayaran memegang peranan yang sangat menentukan). Pihak yang terakhir adalah consignee (penerima barang/importir). 13 Certificate of Origin atau keterangan asal barang, adalah dokumen yang diterbitkan oleh badan sertifikasi berwenang yang menyebutkan asal negara suatu barang. 14 Dokumen Asuransi adalah dokumen yang menunjukkan jenis dan besarnya pertanggungan asuransi untuk kiriman barang. Dokumen ini digunakan untuk meyakinkan pihak penerima barang bahwa kerusakan atau kehilangan barang selama perjalanan dijamin dan dilindungi oleh asuransi. 8

9 Gespamindo. Adapun nilai total sisa pinjaman yang harus dilunasi PT. Gespamindo seluruhnya adalah sebesar US $ ,-. Pandangan pengacara dari PT. Sejahtera Bank Umum dalam Putusan 1887 ialah bahwa PT. Gespamindo terbukti tidak melakukan pembayaran atas sisa kewajibannya, maka PT. Gespamindo telah melakukan perbuatan melawan hukum. Pengacara PT. Sejahtera Bank Umum juga menyeret pengangkut, dalam hal ini adalah PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia. Tuduhan PT. Sejahtera Bank Umum adalah bahwa PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia sebagai pengangkut terikat dalam perikatan tanggung-menanggung dengan PT. Gespamindo untuk memenuhi pelunasan kewajiban mereka kepada PT. Sejahtera Bank Umum. Menurut Penulis, kaitannya dengan nemo dat rule yaitu PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia juga memenuhi pelanggaran terhadap nemo dat rule, yang oleh para hakim dan juga oleh penulis-penulis skripsi sebelumnya dikatakan sebagai perbuatan melawan hukum (PMH) 15, wanprestasi 16 dan juga konversi 17. Hakim yang berhasil diyakinkan oleh Penggugat menghukum untuk Tergugat bertanggungjawab secara renteng yakni PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia dan PT. Gespamindo membayar kepada PT. Sejahtera Bank Umum secara tunai dan sekaligus, masing-masing setengah bagian dari US $ ,- dan bunga sebesar US $ ,72,-. Menurut para Hakim yang memutuskan perkara itu, adil apabila resiko atas gagal bayar oleh PT. 15 Putusan 1887, pendapat para Hakim. 16 Argumentasi ilmiah oleh Derry Firmansah. 17 Simpulan ilmiah oleh Sukma Maasawet. 9

10 Gespamindo dan PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia ditanggung secara bersama-sama karena perbuatan melawan hukum. Kedua pihak itu, oleh Hakim masing-masing dihukum untuk membayar kepada PT. Sejahtera Bank Umum uang sejumlah US $ ,-. Dalam Putusan 1887 yang dijadikan dasar hukum para Hakim dalam mengadili perkara tersebut adalah perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad) sebagaimana ada dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Seperti yang telah Penulis kemukakan di atas bahwa eksaminasi terhadap Putusan 1887 telah dilakukan oleh senior Penulis, yakni Derry Firmansyah 18, dalam skripsi berjudul Tanggung Menanggung Importir dan Pengangkut dalam Transaksi Perdagangan Internasional. Dalam skripsi hasil eksaminasi terhadap Putusan 1887 tersebut, Firmansyah mengemukakan bahwa dasar Hakim dalam memutuskan perkara tersebut kurang tepat. Tergugat yang dalam hal ini adalah PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia yang telah menyerahkan 3000 metric ton pupuk kepada pihak ketiga tanpa B/L dan PT. Gespamindo yang meminta 3000 metric ton pupuk tersebut diserahkan tanpa B/L, hal itu merupakan perbuatan wanprestasi (breach of agreement), bukanlah perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad). Firmansyah menyatakan bahwa pengangkut dapat dikatakan wanprestasi, sebab pengangkut membuat suatu perjanjian dengan the issuing bank sebagai drawer dalam B/L (suatu negotiable instrumen/surat berharga) dan kerugian yang dialami oleh the issuing bank selain belum dilunasinya pembayaran L/C oleh PT. Gespamindo, juga akibat dari 18 Derry Firmansyah, Tanggung Menanggung Importir dan Pengangkut dalam Transaksi Perdagangan Internasional, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2012, hlm.,

11 perbuatan pengangkut PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia yang menyerahkan 3000 metric ton pupuk kepada PT. Gespamindo tanpa B/L. Mencermati analisis Derry Firmansyah terhadap Putusan 1887, menurut Penulis, Hakim dalam memutuskan perkara tersebut tidak serta merta keliru. Dalam pertimbangan hukum di balik putusan tersebut, Hakim melihat ada suatu perbuatan melawan hukum. Namun para Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara tersebut haruslah memperhatikan asas dan kaidah dalam hukum perdagangan internasional. Asas dan kaidah dalam hukum perdagangan internasional yang dimaksud Penulis adalah nemo dat rule, mengingat transaksi dalam perkara tersebut mempunyai karakteristik perdagangan internasional. Kemudian Sukma Maasawet 19, yang juga meneliti dan menulis mengenai Putusan 1887, dengan skripsi yang berjudul Conversion sebagai Perbuatan Melawan Hukum Transaksi Perdagangan Internasional, mengemukakan, bahwa perbuatan PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia sebagai pengangkut dengan menyerahkan 3000 metric ton pupuk kepada pihak ketiga tanpa B/L dan PT. Gespamindo yang meminta agar 3000 metric ton pupuk itu diserahkan tanpa B/L, kurang tepat apabila diputuskan sebagai perbuatan melawan hukum yang mendasarkan atas Pasal 1365 KUHPerdata. Seharusnya, Hakim dalam memutuskan perkara itu wajib menggunakan kaidah hukum perdagangan internasional yaitu conversion, dengan maksud untuk lebih memberikan dimensi perdagangan internasional, mengingat dalam perkara 19 Sukma Maasawet, Conversion sebagai Perbuatan Melawan Hukum Transaksi Perdagangan Internasional, Skripsi, Fakultas Hukum, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 2013, hlm.,

12 tersebut berkarakteristik perdagangan internasional. Sukma Maasawet menyatakan bahwa conversion sebagai perbuatan melawan hukum merupakan suatu perbuatan melawan hak. Dalam putusan tersebut, adanya kerugian the issuing bank, uang sejumlah US.$ ,- sebagai akibat dari dibukanya L/C untuk mengimpor pupuk dari Australia. Artinya, kerugian yang dialami oleh the issuing bank, dalam pandangan Hakim adalah perbuatan karena akibat dari perbuatan melawan hukum dari PT. Gespamindo yang mengambil barang (pupuk) tanpa menunjukkan B/L dan perbuatan melawan hukum pengangkut yang menyerahkan barang (pupuk) kepada PT. Gespamindo tanpa menunjukkan B/L. Oleh karena itu, menurut Maasawet seharusnya Hakim menerapkan prinsip conversion sebagai perbuatan melawan hukum dalam putusan 1887 tersebut. Mencermati analisis Sukma Maasawet dalam Putusan 1887, Penulis berpendapat, bahwa Penulis setuju Hakim dalam memutuskan perkara di Putusan 1887 seharusnya memperhatikan asas dan kaidah dalam hukum transaksi perdagangan internasional, mengingat transaksi dalam Putusan 1887 mempunyai karakteristik transaksi perdagangan internasional. Namun berbeda dengan apa yang disimpulkan Maasawet, asas dan kaidah dalam hukum perdagangan internasional yang dimaksud Penulis adalah nemo dat rule. Perlu kembali dikemukakan oleh Penulis bahwa nemo dat rule adalah asas yang mengatur hukum perdagangan internasional, yang mempunyai pengertian bahwa tidak ada seorangpun yang dapat menyerahkan barang yang tidak ia punyai. Perbuatan PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia sebagai agen pengangkutan yang telah menyerahkan 3000 metric ton pupuk kepada PT. Gespamindo, yang kemudian pupuk tersebut oleh PT. Gespamindo 12

13 diserahkan (dijual) kepada pihak ketiga sebagai pemesan pupuk yakni PT. Putra Buana, PT. Kapuas Dua Belas dan PT. Sinar Mulia Buana. Penyerahan yang dilakukan pengangkut atas permintaan PT. Gespamindo dan dilakukan tanpa B/L. Hal demikian adalah sebagai perbuatan melanggar nemo dat rule karena PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia sebagai agen pengangkutan tidak mempunyai hak atas 3000 metric ton sehingga seharusnya PT. Perusahaan Pelayaran Samudera Samudera Indonesia tidak dapat menyerahkan pupuk tersebut kepada pihak lain. Kemudian PT. Gespamindo yang belum melunasi kewajiban pembayaran L/C terhadap PT. Sejahtera Bank Umum sebagai the issuing bank yang telah membayarkan terlebih dahulu 3000 metric ton pupuk tersebut kepada Phosphate Mining Co. maka PT. Gespamindo tidak mempunyai hak terhadap 3000 metric ton pupuk tersebut. Sehingga seharusnya PT. Gespamindo tidak dapat menyerahkan (menjual) pupuk tersebut kepada ketiga pihak sebagai pemesan pupuk yakni PT. Putra Buana, PT. Kapuas Dua Belas dan PT. Sinar Mulia Buana. Oleh sebab itu seharusnya Hakim dalam memutuskan perkara dalam Putusan 1887 menyatakan bahwa terdapat pelanggaran terhadap nemo dat rule. Namun hal demikian sama sekali tidak dibicarakan oleh para Hakim dalam memeriksa dan memutuskan perkara tersebut, baik perkara tersebut ada di tingkat Pengadilan Negeri maupun berada pada tingkat banding yaitu Pengadilan Tinggi ataupun pada tingkat Kasasi sekalipun. Kenyataan seperti yang dikemukakan di atas sungguh sangat disayangkan, padahal Majelis Hakim dalam Putusan 1887, ternyata diketuai oleh seorang Hakim Agung dengan kaliber pengalaman yang tidak tanggung-tanggung yakni Purwoto S. Gandasabrata SH., Hakim Ketua 13

14 Majelis dalam dalam Putusan adalah anak dari R. A. A. Sudjiman Mertadiredja Gandasabrata, Bupati Banyuman (turun-temurun) ke-15 (Tahun ) dengan R. Ay. Siti Subinjei Tarunomihardjo (mahasiswa putri Indonesia pertama pada Rechts Hoge School) dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga Pamong Praja dengan empat orang pamannya (ahli hukum Zaman Belanda), yang tiga orang menjadi Hakim tiga zaman, dan seorang lagi menjadi Jaksa Agung Republik Indonesia yang pertama, sehingga tidak mengherankan setelah menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada tahun 1956, langsung tertarik untuk mengabdikan dirinya sebagai Hakim. Namun ternyata mengabaikan pengetahuan terhadap asas dan kaedah hukum perdagangan internasional yakni nemo dat rule. Demikian uraian mengenai apa yang menjadi alasan pemilihan judul dan latar belakang permasalahan Penulis untuk melakukan penelitian dan penulisan karya tulis kesarjanaan ini Rumusan Masalah Sebagaimana telah diuraikan dalam bagian latar belakang masalah, maka pada bagian ini Penulis merumuskan permasalahan, bagaimana nemo dat rule dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No K/PDT/1986? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana nemo dat rule dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No K/PDT/ Sebagaimana dituliskan dalam buku Renungan Hukum, yang diterbitkan oleh Ikatan Hakim Indonesia (IKAHI), Cabang Mahkamah Agung Republik Indonesia, untuk Lingkungan Sendiri, Cetakan I, Maret 1998, adalah anak dari R. A. A. Sudjiman Mertadiredja Gandasabrata, Bupati Banyumas (turun-temurun) ke-15 (Tahun ). 14

15 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dapat dikategorikan sebagai manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya ilmu hukum perdagangan internasional, lebih khusus lagi terkait dengan penerapan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum perdagangan internasional. Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi para penegak hukum khususnya Hakim yang apabila menemui perkara yang serupa, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi Hakim dalam memeriksa dan mengadili perkara tersebut Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian hukum (legal research 21 ). Adapun yang dimaksud dengan penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan bagaimana asas-asas dan kaedah hukum dalam hal ini adalah nemo dat rule dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No K/PDT/1986. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang (statute approach). Pendekatan ini digunakan oleh Penulis karena bahan-bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa undangundang dan putusan-putusan pengadilan. Sedangkan bahan hukum sekunder pada penelitian ini adalah buku-buku hukum khususnya hukum perdagangan internasional, skripsi-skripsi dan kamus hukum. Satuan amatan dalam penelitian ini adalah Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan Register Perkara Perdata No K/PDT/1986, 21 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, hlm.,

16 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, dan Sale of Goods Act Sedangkan satuan analisis dalam penelitian ini yaitu bagaimana nemo dat rule dalam Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No K/PDT/

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi dua hal sebagaimana judul bab ini. Pertama akan dikemukakan hasil penelitian dan yang kedua adalah analisis. Dalam bagian hasil penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak Dapat Dikuasainya Bill of Lading oleh Importir dalam Perdagangan Internasional", dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional, mengingat, sifat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional, mengingat, sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul: Conversion Sebagai Perbuatan Melawan Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional, mengingat, sifat keaslian atau orisinalitas dari

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Bab ini berisi dua hal sebagaimana judul dalam bab ini. Pertama dikemukakan hasil penelitian dan yang kedua adalah analisis atas hasil penelitian tersebut. Dalam bagian

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Dalam Bab ini Penulis menggambarkan suatu hasil penelitian yang diperoleh dari putusan pengadilan No. 1887. Uraian tentang hasil penelitian atas putusan tersebut akan

Lebih terperinci

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Reg. No K/PDT/1986 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Reg. No K/PDT/1986 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG LAMPIRAN 78 MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Reg. No. 1887 K/PDT/1986 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH AGUNG Memeriksa perkara perdata tingkat kasasi, telah mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih Penelitian hukum dengan judul: Problematika Hukum dalam Perjanjian Pembukaan L/C Antara PT. SPI dan PT. Bank Century. Skripsi yang mengkaji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Sesuai dengan titel Bab yaitu Tinjauan Kepustakaan berisi suatu tinjauan terhadap buku atau karya tulis yang khusus membicarakan tentang Trust Receipt. Meskipun Penulis menyadari

Lebih terperinci

CONVERSION SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

CONVERSION SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL CONVERSION SEBAGAI PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Skripsi Diajukan Untuk Gelar Sarjana Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga SUKMA MAASAWET 312009031

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Bab ini sesuai dengan judul di atas, akan dikemukakan suatu tinjauan kepustakaan atas kaedah nemo dat rule. Tujuan dari pemaparan kepustakaan yang membicarakan mengenai nemo

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam

BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih Penelitian dan penulisan karya tulis ilmiah dalam bidang hukum dengan judul: Jaminan Deposito atas Documentary Credit dalam Perdagangan Internasional

Lebih terperinci

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 49 Materi Minggu 7 Prosedur Dasar Pembayaran Internasional Cara-cara melakukan penyelesaian akhir hutang piutang antar negara, yaitu tidak lain adalah apa yang kita

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Chidir, Yurisprudensi Indonesia Tentang Perbuatan Melanggar Hukum,

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Chidir, Yurisprudensi Indonesia Tentang Perbuatan Melanggar Hukum, DAFTAR PUSTAKA BUKU DAN KAMUS: Ali, Chidir, Yurisprudensi Indonesia Tentang Perbuatan Melanggar Hukum, Binacipta 1978. Amir M.S., Teknik Perdagangan Luar Negeri, Cetakan Kedua, Penerbit Bhratara Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan ekspor sangat penting bagi Indonesia karena menghasilkan devisa dan pendapatan negara (export earnings) yang merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9 Proses dan Prosedur Impor Pertemuan ke-9 1. Tahapan impor 2. Bagan proses permohonan perizinan impor via on-line dan secara manual 3. Proses Importasi 4. Prosedur Impor DEFINISI IMPORTIR Badan usaha

Lebih terperinci

JAMINAN DEPOSITO ATAS KREDIT BERDOKUMEN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. Skripsi

JAMINAN DEPOSITO ATAS KREDIT BERDOKUMEN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. Skripsi JAMINAN DEPOSITO ATAS KREDIT BERDOKUMEN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL Skripsi Diajukan Untuk Gelar Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga LIDYA PRATIWI TJUYITNO NIM: 312009015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi sesama manusia dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tingkat kelebihan atau adventage masing-masing sebagai akibat dari letak geografis, kondisi alam yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH Pengangkutan atau lebih dikenal dengan istilah transportasi di masa yang segalanya dituntut serba cepat seperti sekarang ini memiliki peran yang sangat besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong berbagai perubahan pada setiap aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh terhadap meningkatnya perdagangan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. Perdagangan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi, pihak (the party to contract) penyelenggara jaringan telekomunikasi diwajibkan untuk memenuhi permohonan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberian kredit bagi bank merupakan kegiatan yang utama, karena pendapatan terbesar dari bank berasal dari sektor kredit baik dalam bentuk bunga, provisi, ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa Indonesia. Kasus ini dilatarbelakangi perjanjian pinjam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada hari Senin tanggal 17 Juni 2013 menjatuhkan putusan batal demi hukum atas perjanjian yang dibuat tidak menggunakan

Lebih terperinci

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6 Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK I. PENDAHULUAN Pada umumnya dalam kontrak-kontrak bisnis selalu terdapat klausula tentang tata cara pembayaran. Pembayaran (penyerahan sejumlah uang) merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN Oleh : Dewa Made Sukma Diputra Gede Marhaendra Wija Atmadja Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Kekhususan Jual Beli Perusahaan JUAL BELI DAGANG Suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan perusahaan yakni perbuatan pedagang / pengusaha lainnya yang berdasarkan jabatannya melakukan perjanjian jual beli Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring majunya ekonomi suatu negara, maka semakin banyak. kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring majunya ekonomi suatu negara, maka semakin banyak. kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring majunya ekonomi suatu negara, maka semakin banyak kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Barang kebutuhan itu belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbukti secara sederhana bahwa persyaratan permohonan

BAB I PENDAHULUAN. terbukti secara sederhana bahwa persyaratan permohonan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 8 ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 menentukan bahwa permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan jika terdapat fakta atau keadaan yang terbukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jual beli sebagai salah satu cara untuk memperoleh hak dan kepemilikan atas tanah yang pelaksanaannya memiliki aturan dan persyaratan serta prosedur tersendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah semakin besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk sengketa beraneka ragam dan memiliki sekian banyak liku-liku yang

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk sengketa beraneka ragam dan memiliki sekian banyak liku-liku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan bisnis dan perdagangan sangat pesat dan tidak dapat dibatasi oleh siapa pun. Pelaku bisnis bebas dan cepat untuk menjalani transaksi bisnis secara

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. investor asing yang menjadi pokok kajian skripsi ini. khusus Polisi Resort Demak untuk menyelesaikan sengketa dengan melibatkan

BAB IV PENUTUP. investor asing yang menjadi pokok kajian skripsi ini. khusus Polisi Resort Demak untuk menyelesaikan sengketa dengan melibatkan BAB IV PENUTUP Dalam Bab ini Penulis mengemukakan sejumlah kesimpulan sehubungan dengan penggunaan diskresi sebagai alat penyelesaian sengketa dengan keterlibatan investor asing yang menjadi pokok kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hubungan hukum yang terjadi antara penyelenggara jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hubungan hukum yang terjadi antara penyelenggara jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Hubungan hukum yang terjadi antara penyelenggara jaringan telekomunikasi dan penyelenggara jasa telekomunikasi menurut Undang-Undang No. 36 tahun 1999 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) merupakan badan yang menyelesaikan sengketa konsumen melalui cara di luar pengadilan. BPSK memiliki tujuan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan dalam bidang usaha pada zaman modern sekarang ini, menyebabkan orang-orang serta para pengusaha menginginkan segala sesuatunya bersifat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Interdependensi telah menjadi ciri dari pola perkembangan dunia modern dalam hubungan internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangkutan di Indonesia memiliki peranan penting dalam memajukan dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya pengangkutan dapat memperlancar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori keunggulan komparatif bahwa perdagangan luar negeri dapat terjadi apabila masing-masing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat dibutuhkan di Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun pengangkutan barang barang dan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tengah perekonomian yang terus berkembang mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan modal bagi setiap masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan usahanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gamelan merupakan alat musik tradisional yang berasal dari daerah jawa, kemudian alat musik ini digunakan sebagai hiburan seperti acara perkawinan maupun acara-acara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alasan yang pertama, mengapa Penulis memilih: Hak Debitur untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alasan yang pertama, mengapa Penulis memilih: Hak Debitur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Alasan Pemilihan Judul Apakah hukum itu acuh tak acuh dan tidak peduli kepada pihak Debitur, ketika terjadi peralihan piutang dari Krediturnya, dalam hal ini apabila Kreditur mengalihkan

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL ANTARA PEKERJA DAN PENGUSAHA Oleh: I Made Wirayuda Kusuma A.A. Ngurah Wirasila Hukum Keperdataan, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRAK Proses pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan penurunan nilai rupiah terhadap nilai dolar Amerika yang dimulai sekitar bulan Agustus 1997, telah

Lebih terperinci

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor 1. Jelaskan tiga dokumen yang diperlukan untuk mengurus pengiriman sebelum melaksanakan ekspor! a. Delivery Order (DO), yaitu surat dari perusahaan pelayaran sebagai jawaban dari shipping instruction b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

Pihak-pihak (the parties to contract) yang terlibat dalam putusan 2. diputus pada tanggal 21 September 2004 adalah Livio Tarantino 3.

Pihak-pihak (the parties to contract) yang terlibat dalam putusan 2. diputus pada tanggal 21 September 2004 adalah Livio Tarantino 3. Putusan 137/Pdt.G/2004.PN.SMG 1 Pihak-pihak (the parties to contract) yang terlibat dalam putusan 2 yang diputus pada tanggal 21 September 2004 adalah Livio Tarantino 3. Livio Tarantino (Livio) yang adalah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBAYARAN EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT (L/C) PADA CV.RASDI & CO PADANG ABSTRAK

PELAKSANAAN PEMBAYARAN EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT (L/C) PADA CV.RASDI & CO PADANG ABSTRAK PELAKSANAAN PEMBAYARAN EKSPOR IMPOR DENGAN MENGGUNAKAN LETTER OF CREDIT (L/C) PADA CV.RASDI & CO PADANG (Dendi Doran, 07940081, Fakultas Hukum Reguler Mandiri Universitas Andalas, 68 hal, Tahun 2012) ABSTRAK

Lebih terperinci

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi DOKUMEN EKSPOR IMPOR Hertiana Ikasari, SE, MSi Dokumen yang dibutuhkan dalam perdagangan Internasional bervariasi tergantung pada jenis transaksi, ketentuan atau peraturan negara pengimpor dan pengekspor,

Lebih terperinci

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI Prosedur Dasar Pembayaran Internasional By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI 1 Transaksi pembayaran dan trasaksi pembiayaan Setiap transaksi jual beli selalu mengenal adanya transksi pembayaran. Transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia dikenal sebagai Negara Hukum. Hal ini ditegaskan pula dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) yaitu Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan digilib.uns.ac.id 1 BAB I Pendahuluan A. Latar belakang masalah Perkembangan serta kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan transportasi telah memberi pengaruh yang besar dalam hubungan antar negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri atas beribu pulau sepanjang garis khatulistiwa, berada di antara 2 (dua) benua dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Globalisasi menyebabkan ilmu pengetahuan kian berkembang pesat termasuk bidang ilmu hukum, khususnya dikalangan hukum pidana. Banyak perbuatan-perbuatan baru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan antar negara atau pedagangan luar negeri merupakan salah satu kegiatan yang penting sebagai bagian dari perdagangan internasional. Kegiatan ini juga merupakan

Lebih terperinci

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013

SILABUS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG 2013 SILABUS Mata Kuliah : Hukum Perdagangan Luar Negeri Kode Mata Kuliah : HKIn 2056 SKS : 2 Dosen : 1. M. Budianto, S.H., M.Hum 2. Totok Tumangkar, S.H., M.Hum 3. Purwanto, S.H., M.Si FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan suatu masalah (perselisihan) yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan suatu masalah (perselisihan) yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penyelesaian sengketa merupakan institusi hukum yang dipelajari oleh seorang yuris. 1 Penyelesaian sengketa di dalam ilmu hukum hadir dalam rangka pemecahan

Lebih terperinci

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu peradilan di Indonesia yang berwenang untuk menangani sengketa Tata Usaha Negara. Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul: Kompetensi Absolut PTUN dalam Memutus

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul: Kompetensi Absolut PTUN dalam Memutus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Alasan Pemilihan Judul Penulis memilih judul: Kompetensi Absolut PTUN dalam Memutus Obyek Sengketa Hubungan Industrial antara Yayasan Perguruan Tinggi Swasta dengan Dosen atau Karyawan

Lebih terperinci

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perjanjian kredit, pihak kreditor perlu untuk mengantisipasi kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada kepastian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin. pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin. pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkembangan dunia usaha dalam perkembangan dunia yang semakin pesat membutuhkan suatu hukum guna menjamin kepastian dan memberi perlindungan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan dalam kehidupan dewasa ini bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi. Bank tidak hanya menjadi sahabat masyarakat perkotaan, tetapi juga masyarakat perdesaan.

Lebih terperinci

PEMBATALAN PERJANJIAN CESSIE OLEH BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 3025.

PEMBATALAN PERJANJIAN CESSIE OLEH BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 3025. SKRIPSI PEMBATALAN PERJANJIAN CESSIE OLEH BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL (Studi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 3025.K/Pdt/2001) AN ANNULMENT OF CESSIE AGREEMENT BY INDONESIAN BANK RESTRUCTURING

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN IMPORTIR ATAS KERUGIAN EKSPORTIR AKIBAT DARI FREE ON BOARD TRAP

PERTANGGUNGJAWABAN IMPORTIR ATAS KERUGIAN EKSPORTIR AKIBAT DARI FREE ON BOARD TRAP PERTANGGUNGJAWABAN IMPORTIR ATAS KERUGIAN EKSPORTIR AKIBAT DARI FREE ON BOARD TRAP oleh Angela Paramitha Sasongko I Made Pujawan Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Dalam transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membeli dan menjual (perdagangan) barang antara pengusaha yang bertempat di

BAB I PENDAHULUAN. membeli dan menjual (perdagangan) barang antara pengusaha yang bertempat di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan eksporimpor pada hakikatnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih dari membeli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan adalah salah satu sumber dana bagi masyarakat perorangan atau badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk membeli rumah, mobil

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR

AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR AKIBAT HUKUM TERHADAP PEMBELI YANG MELAKUKAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI SEPEDA MOTOR Oleh : A.A. Istri Prami Yunita I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This

Lebih terperinci

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN Oleh: I Nyoman Wahyu Triana I Made Udiana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan apabila menghadapi masalah hukum. Class action merupakan contoh

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan apabila menghadapi masalah hukum. Class action merupakan contoh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu keprihatinan dalam penyelesaian hukum di Indonesia adalah faktor ketidaktahuan masyarakat tentang bagaimana upaya hukum yang harus dilakukan apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana bertujuan untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, yaitu kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari

Lebih terperinci

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE Oleh Ni Made Asri Alvionita I Nyoman Bagiastra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil keseimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Perusahaan Anggun Rotan cenderung memilih Advance Payment dengan Telegraphic

Lebih terperinci

Daftar Isi. User Manual. Sistem e-sm untuk Eksportir VERSI 1.0

Daftar Isi. User Manual. Sistem e-sm untuk Eksportir VERSI 1.0 Daftar Isi User Manual Sistem e-sm untuk Eksportir VERSI 1.0 COPYRIGHT @2013 Daftar Isi i Daftar Isi Pendahuluan... 2 Tujuan Penulisan Dokumen... 2 Login ke Sistem e-sm... 2 Petunjuk Penggunaan Sistem...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. exchange of goods and services between nations dan selanjutnya as

BAB I PENDAHULUAN. exchange of goods and services between nations dan selanjutnya as BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional menurut Sumantoro adalah: the exchange of goods and services between nations dan selanjutnya as used, it generally refers to the total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, yang berarti hukum harus dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, yang berarti hukum harus dijalankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang tertuang dalam Undangundang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 Ayat 3 yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Setiap interaksi antar individu maupun kelompok memiliki akibat hukum. Oleh karena itu, untuk mengatasi semua akibat hukum

Lebih terperinci

No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA

No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA No.17/49/DPM Jakarta, 21 Desember 2015 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DEVISA DI INDONESIA Perihal : Perubahan Keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 16/14/DPM tanggal 17 September

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila

Lebih terperinci

Fendhi Harsinto Aji NIM : C

Fendhi Harsinto Aji NIM : C TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PENYELESAIAN KETERLAMBATAN PEMBAYARAN LETTER OF CREDIT DALAM TRANSAKSI EKSPOR FURNITURE (Studi Kasus di CV. Karunia Cipta Persada Surakarta) S K R I P S I Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN PERJANJIAN DALAM JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DALAM HUKUM DI INDONESIA

BAB II KEDUDUKAN PERJANJIAN DALAM JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DALAM HUKUM DI INDONESIA 49 BAB II KEDUDUKAN PERJANJIAN DALAM JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DALAM HUKUM DI INDONESIA 2.1. Kedudukan Kontrak Repuschase Agreement (REPO) Pengertian perjanjian atau kontrak diatur

Lebih terperinci

PERKARA NO. 451/PDT. G/ 2012/ PN. JKT BARAT

PERKARA NO. 451/PDT. G/ 2012/ PN. JKT BARAT PERKARA NO. 451/PDT. G/ 2012/ PN. JKT BARAT Penggugat Tergugat : PT Bangun Karya Pratama Lestari : Nine AM Ltd. FAKTA & LATAR BELAKANG PERKARA 1. Penggugat telah memperoleh pinjaman uang dari Tergugat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu perjanjian tertulis merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini

Lebih terperinci

Pendanaan Ekspor dan Impor

Pendanaan Ekspor dan Impor Pendanaan Ekspor dan Impor Tehnik Pendanaan Kas dimuka L/C Draft Konsinyasi Piutang dagang Kas dimuka Eksportir : resiko pembayaran nol Importir : kecurangan dari importir, ada pembatasan aliran modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena jumlah jemaah haji dan umroh Indonesia yang sangat besar, melibatkan berbagai instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam menjalankan hubungan hukum terhadap pihak lain akan membutuhkan suatu kesepakatan yang akan dimuat dalam sebuah perjanjian, agar dalam

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013. PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL 1 Oleh : Raditya N. Rai 2

Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013. PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL 1 Oleh : Raditya N. Rai 2 PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL 1 Oleh : Raditya N. Rai 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui prinsip-prinsip apa yang ada dalam hukum kontrak dagang internasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan hukum dalam mendukung jalannya roda pembangunan maupun dunia usaha memang sangat penting. Hal ini terutama berkaitan dengan adanya jaminan kepastian hukum.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1. Pengertian Ekspor Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan barangbarang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah sekarang ini, tidak hanya harga kebutuhan sehari-hari yang semakin tinggi harganya, namun harga-harga produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan suatu hubungan hukum yang dikategorikan sebagai suatu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Manusia dalam mencapai kebutuhan hidupnya saling berinteraksi dengan manusia lain. Masing-masing individu dalam berinteraksi adalah subjek hukum yang

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5932 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 194). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Pidana di Indonesia merupakan pedoman yang sangat penting dalam mewujudkan suatu keadilan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) adalah dasar yang kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pembangunan dan perkembangan Ekonomi di Indonesia semakin tahun semakin meningkat. Hal tersebut ditandai dengan semakin pesatnya laju perekonomian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana penipuan merupakan salah satu tindak pidana terhadap harta benda yang sering terjadi dalam masyarakat. Modus yang digunakan dalam tindak pidana

Lebih terperinci