SIFAT KIMIA DAN SENSORIS DELAPAN KLON PLASMA NUTFAH UBIKAYU PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIFAT KIMIA DAN SENSORIS DELAPAN KLON PLASMA NUTFAH UBIKAYU PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA"

Transkripsi

1 SIFAT KIMIA DAN SENSORIS DELAPAN KLON PLASMA NUTFAH UBIKAYU PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA Erliana Ginting dan Kartika Noerwijati Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak km 8, Kotak Pos 66 Malang Telp ABSTRAK Pati merupakan komponen utama dalam pemanfaatan ubikayu sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri. Oleh karena itu, kadar pati tinggi merupakan karakter penting dalam pembentukan varietas ubikayu, di samping potensi hasil, kadar HCN dan rasa enak. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi sifat kimia dan sensoris delapan klon ubikayu koleksi plasma nutfah Balitkabi pada umur panen enam dan 10 bulan. Ubikayu ditanam di Kebun Percobaan Muneng pada bulan April Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Pengolahan Pangan Balitkabi pada bulan Oktober 2007 hingga Mei 2008 dan disusun dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua umur panen (6 dan 10 bulan) dimana waktu sebagai seri, ulangan. Pengamatan, meliputi komposisi kimia umbi dan sifat sensoris umbi kukus dengan uji Hedonic menggunakan 20 panelis. Antara umur panen enam dan 10 bulan, terjadi kenaikan dan penurunan kadar air, bahan kering, serat, amilosa dan HCN pada delapan klon ubikayu yang diuji, sedangkan kadar abu relatif tetap dan kadar pati meningkat 10 2%. Kadar pati tertinggi (6,11 0,06% bk) pada umur panen enam bulan diperoleh pada klon MLG 1020, MLG dan MLG 1001 serta klon MLG 1008 dan MLG 1020 pada umur 10 bulan (67,9 70,12% bk). Berdasarkan peningkatan kadar pati tersebut, diperkirakan klon MLG 10262, MLG 10288, MLG 1001 dan MLG memiliki umur panen optimum antara 6 sampai <10 bulan, sedangkan klon MLG 10298, MLG 1020, MLG 1010 dan MLG bulan. Delapan klon ubikayu yang diuji tergolong jenis manis karena kadar HCN-nya <0 ppm, berarti aman untuk dikonsumsi dalam bentuk olahan segar. Kadar HCN tertinggi pada umur panen enam bulan diperoleh pada klon MLG 10288, MLG dan MLG 1008 (28,9 0,82 ppm) serta klon MLG dan MLG pada umur 10 bulan (2,18 2,8 ppm). Berdasarkan sifat sensoris umbi kukusnya pada umur panen 10 bulan (warna, tingkat kemekaran, tektur dan rasa), dua klon cukup disukai panelis, yakni MLG dan MLG Klon MLG berpeluang untuk digunakan sebagai tetua dalam perakitan varietas ubikayu berkadar pati tinggi dan rasa umbi enak. Kata kunci: ubikayu, genotipe, kimia, sensoris. ABSTRACT Chemical and sensorial characteristics of eight cassava germ plasm collection at different maturity. Starch is the main ingredient of cassava roots, which is used for food and industry purposes. Therefore, high starch content is an important character in cassava breeding in addition to high potential yield and HCN content. This study was performed to identify chemical and sensorial characteristics of eight cassava germplasm collection at six and 10 month-maturity. All cassava clones were grown in April 2007 at Muneng Experimental Station. The trial was performed at the Food Chemistry and Processing Laboratory of Iletri from October 2007-May A randomized complete design with three replicates was applied. Maturity was used as time series. Observations included chemical characteristics of the fresh roots and sensory attributes of the steamed roots (10 month maturity) using Hedonic test with 20 panelists. The results showed that between six and 10 month-maturity, there was a fluctuation of moisture, dry matter, crude fiber, amylose and HCN contents of the fresh roots, whilst the ash content was stable and starch content significantly increased by 10-2%. The highest starch content was obtained from MLG 1020, MLG and MLG 1001 clones at six month maturity ( % dw) and from MLG 1008 and MLG 1020 at 10 month-maturity ( % dw). Based on the strach increase, it was 70 Ginting dan Noerwijati: Sifat Kimia dan Sensoris Klon Ubikayu pada Umur Panen Berbeda

2 predicted that MLG 10262, MLG 10288, MLG 1001 dan MLG had an optimum maturity between 6 to <10 months, while MLG 10298, MLG 1020, MLG 1010 and MLG 1008 clones 10 months. All clones belonged to sweet type of cassava as the HCN content <0 ppm, suggesting that they were safe for direct consumption. The highest HCN content at six month-maturity was seen in MLG 10288, MLG and MLG 1008 clones that ranged from ppm, and in MLG and MLG clones at 10 month-maturity ( ppm). Based on sensory attributes of the steamed roots at 10 month-maturity (color, root expansion, texture and taste), two clones were fairly liked by panelists, namely MLG and MLG MLG had the possibility to be used in cassava breeding for producing high starch content and palatable varieties. Keywords: cassava, germplasm, chemical characteristics, sensorial attributes PENDAHULUAN Menurut Kementrian Pertanian (2011), produksi ubikayu pada tahun 2010 mencapai 2,9 juta ton dengan luas panen 1,2 juta hektar dan produktivitas 20,2 t/ha. Sebagian besar (6%) ubikayu digunakan sebagai bahan pangan, 2% untuk pakan ternak, 11% untuk ekspor, dan sisanya (1%) untuk bahan baku industri, terutama untuk pati dan produk nonpangan lainnya (BPS 200). Peningkatan kebutuhan ubikayu diperkirakan sebesar 2,7% per tahun, sementara peningkatan produksi hanya 1,2% per tahun (Suyamto dan Wargiono 2009). Untuk itu diperlukan upaya peningkatan produksi melalui penggunaan varietas unggul berpotensi hasil tinggi dan sesuai pemanfaatannya. Pati merupakan komponen utama ubikayu yang dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk bahan pangan dan pakan serta sifat fungsionalnya sebagai bahan pengental, pengisi dan stabilizer pada produk pangan. Selain itu, pati diperlukan sebagai bahan baku pada industri kimia, farmasi, kertas dan tekstil (Mweta et al. 2008). Ubikayu dengan kadar gula total dan pati tinggi juga sesuai untuk bahan baku bioetanol (Ginting et al. 2011). Oleh karena itu, kadar pati tinggi di samping potensi hasil tinggi merupakan karakter penting dalam pembentukan varietas ubikayu. Khusus untuk bahan pangan, kadar HCN juga penting dari aspek keamanan pangan karena umbi dengan kadar HCN >100 ppm bersifat toksik (Coursey 197 dalam Richana dan Suarni 1990). Keberadaan HCN pada umbi juga menyebabkan rasa pahit sehingga kurang disukai. Untuk bahan baku industri pangan, seperti tepung dan pati, kadar HCN tinggi tidak menjadi masalah karena larut dalam air dan menguap pada suhu 2,7 o C (Nweke dan Bokanga 199 dalam Ginting dan Widodo 200). Karakterisasi komposisi kimia plasma nutfah ubikayu perlu dilakukan agar dapat digunakan sebagai tetua (sumber gen) atau bahan persilangan untuk mendapatkan varietas ubikayu yang sesuai untuk bahan pangan dan bahan baku industri. Kadar pati ubikayu dipengaruhi oleh umur tanaman yang berkisar antara 9 10 bulan karena berpengaruh terhadap kadar air umbi (Ginting et al. 2011). Namun terdapat beberapa klon yang berumur genjah (7 9 bulan) ditinjau dari kadar bahan kering/pati optimumnya (Sholihin et al. 2009), sehingga dapat dipanen lebih awal. Hal ini menguntungkan, baik bagi petani maupun industri ubikayu. Oleh karena itu informasi umur panen optimum klon-klon ubikayu, termasuk koleksi plasma nutfah, juga penting untuk diidentifikasi. Sejauh ini, penelitian terhadap komposisi kimia koleksi plasma nutfah dan varietas ubikayu di Indonesia masih terbatas (Soenarjo dan Wargiono 1977 dalam Antarlina dan Harnowo 1992; Antarlina dan Harnowo 1992, Ginting et al. 1998; Hidayat et al. 2000; Hidayat et al. 2002; Ginting dan Noerwijati 2008; Anggraini et al. 2009). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat kimia dan sensoris delapan klon Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

3 ubikayu koleksi plasma nutfah Balitkabi yang memiliki kadar pati tinggi dan rasa enak. Informasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam pemanfaatan ubikayu sebagai bahan pangan, bahan baku industri atau sebagai materi persilangan dalam pemuliaan tanaman. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Pengolahan Pangan Balitkabi, Malang, pada bulan Oktober 2007 hingga Mei Bahan percobaan berupa umbi yang berasal dari delapan klon ubikayu yang merupakan koleksi plasma nutfah Balitkabi, yakni MLG 1020, MLG 10260, MLG 10262, MLG 10288, MLG 10298, MLG 1001, MLG 1008, MLG 1010 yang ditanam di Kebun Percobaan Muneng pada bulan April 2007 dan dipanen pada umur enam dan 10 bulan. Rancangan percobaan adalah acak lengkap (waktu panen sebagai seri) dengan tiga ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap umbi segar (umur panen enam dan 10 bulan), meliputi kadar air dan bobot kering dengan metode oven mengikuti prosedur AOAC (1990). Selain itu, diamati kadar HCN umbi dengan metode Argentometri (AOAC 1970 dalam Sudarmadji et al. 1997), kadar pati (hidrolisis asam) dan gula reduksi dengan metode Nelson Somogy (Sudarmadji et al. 1997), kadar serat dengan metode asam basa (Apriyantono et al. 1989) dan kadar amilosa (Juliano 1971). Uji sensoris terhadap tingkat kemekaran umbi, tekstur, kesan berserat/tidak dan rasa umbi kukus hanya dilakukan pada umur panen 10 bulan (umur panen optimum ubikayu) dengan uji Hedonic yang melibatkan 20 panelis. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat kimia umbi Kadar air Hasil analisis menunjukkan bahwa interaksi antara klon ubikayu dengan umur panen berpengaruh nyata terhadap kadar air umbi (Tabel 1). Kadar air umbi tertinggi pada umur enam bulan dimiliki oleh klon MLG dan terendah pada klon MLG Sementara pada umur 10 bulan, klon MLG dan MLG memiliki kadar air yang nyata lebih tinggi daripada enam klon lainnya. Kadar air umbi dipengaruhi oleh jenis/klon, umur panen, dan musim panen. Semakin bertambah umur tanaman, kadar air umbi cenderung turun sampai umur panen optimal (9 10 bulan). Panen pada musim hujan umumnya menghasilkan umbi dengan kadar air yang relatif lebih tinggi dibanding panen pada musim kemarau (Ginting et al. 2011). Lima klon mengalami penurunan kadar air dengan meningkatnya umur panen, sementara tiga klon lainnya mengalami peningkatan. Ubikayu yang dipanen pada umur enam bulan jatuh pada musim kemarau (Oktober), sedangkan yang dipanen pada umur 10 bulan jatuh pada musim hujan (Februari). Kisaran kadar air umbi yang dipanen pada umur 10 bulan relatif lebih sempit dibanding hasil penelitian Ginting dan Noerwijati (2008) terhadap 1 klon plasma nutfah ubikayu yang berkisar antara 62,0 7,9%. 72 Ginting dan Noerwijati: Sifat Kimia dan Sensoris Klon Ubikayu pada Umur Panen Berbeda

4 Tabel 1. Klon ubikayu MLG 1020 MLG MLG MLG MLG MLG 1001 MLG 1008 MLG 1010 MLG 1020 MLG MLG MLG MLG MLG 1001 MLG 1008 MLG 1010 KK (%) BNT % Kadar air, bahan kering dan abu delapan klon ubi kayu pada umur panen enam dan 10 bulan Umur panen Kadar air (%) 6 bulan, g 70,1 a 6, cd 6,8 cd 6,6 d 61,8 e 66,7 bc 9, h 10 bulan 9, f 66,7 bc 68, ab 61,9 e 9,7 f 9,8 f 6, g 60,9 ef 1,7 1,7 Kadar bahan kering (%), a, f 6,8 e 6,0 e 0,6 cd 2,6 ab 2,6 ab 1,8 abc,2 a 2, g,2 fg 7, e 0,2 d 0,8 cd 2,6 ab 1, bcd 2,1 1, Kadar abu (% bk) 2,6 a 2,7 a 2, a 2, a 2, a 2, a 2,1 a 2, a 2,0 a 2,1 a 2, a 2, a 2,2 a 2, a 2, a 2, a Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT %. bk = basis kering Kadar Bahan Kering Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara klon ubikayu dengan umur panen berpengaruh nyata terhadap bahan kering umbi. Pada umur enam bulan, kadar bahan kering tertinggi tampak pada klon MLG 1020, MLG 1001, MLG 1008, MLG 1010 dan terendah pada klon MLG Sementara pada umur 10 bulan, klon MLG 1020 dan MLG 1008 menunjukkan kadar bahan kering tertinggi dan terendah masing-masing pada klon MLG dan MLG Menurut Benesi et al. (200), perbedaan kadar bahan kering lebih banyak dipengaruhi oleh genotipe ubikayu (,6%) dibanding lokasi/lingkungan (7,9%). Peningkatan kadar bahan kering umbi seiring dengan meningkatnya umur tanaman dan mencapai maksimal pada umur panen optimum. Kadar bahan kering berkorelasi negatif dengan kadar air, sehingga umbi yang kadar airnya meningkat karena dipanen pada musim hujan akan menghasilkan umbi dengan kadar bahan kering rendah (Ginting et al. 2011). Di antara delapan klon yang diamati, terdapat tiga klon yang kadar bahan keringnya turun dan lima klon tetap pada umur panen 10 bulan dibandingkan dengan umur enam bulan. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi beberapa klon yang relatif kering (kadar airnya cukup rendah) pada umur panen enam bulan dan umbinya berserat karena mengalami kekeringan, khususnya MLG 1020 dan MLG 1010, sehingga bobot bahan kering relatif tinggi. Menurut Antarlina dan Harnowo (1992), ubikayu dengan kadar bahan kering tinggi (>0%) sesuai untuk bahan baku industri. Komponen utama (70 90%) bahan kering adalah pati (Benesi et al., 200), sedang sisanya adalah serat. Kadar serat meningkat bila umbi dipanen melebihi umur optimumnya (Antarlina 1991). 6,7 tn Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

5 Kadar Abu Kadar abu umbi tidak berbeda nyata pada umur panen enam dan 10 bulan (Tabel 1). Hal ini menunjukkan, kandungan mineral umbi yang direpresentasikan oleh kadar abu telah mencapai maksimum pada umur enam bulan dan tidak mengalami perubahan meski dipanen pada umur 10 bulan. Kisaran kadar abu pada penelitian ini (2,0 2,7% bk) relatif lebih sempit dibandingkan dengan hasil penelitian Ginting dan Noerwijati (2008) yang nilainya 2,02,6% pada 1 klon plasma nutfah ubikayu. Kadar abu dikehendaki minimal pada produk antara ubikayu, seperti SNI pati dan tepung yang mensyaratkan angka maksimal 1,% dan 0,6% (DSN 199; DSN 1996) karena kadar abu yang tinggi cenderung memberi warna gelap pada produk olahannya. Pada pengolahan pati dan tepung yang menggunakan banyak air (pencucian dan perendaman umbi), sebagian mineral akan hilang karena larut dalam air sehingga kadar abunya akan berkurang dan dapat memenuhi angka yang ditetapkan SNI. Kadar Pati Kadar pati berbeda nyata antarklon ubikayu pada umur panen enam dan 10 bulan (Tabel 2). Nilai tertinggi pada umur panen enam bulan terdapat pada klon MLG 1020, MLG dan MLG 1001 dan terendah pada klon MLG Sementara panen pada umur 10 bulan, klon MLG 1008 dan MLG 1020 menunjukkan kadar pati tertinggi dengan kisaran 68 70% bk. Seperti halnya kadar bahan kering, kadar pati umbi juga mengikuti pola yang sama, yakni meningkat seiring dengan meningkatnya umur tanaman dan mencapai maksimal pada umur panen optimum. Tabel 2. Kadar pati, amilosa, serat, dan HCN delapan klon ubi kayu pada umur panen enam dan 10 bulan. Klon ubikayu Umur panen Pati (% bk) Amilosa (% bk) Serat (% bk) HCN (ppm bb) MLG 1020 MLG MLG MLG MLG MLG 1001 MLG 1008 MLG 1010 MLG 1020 MLG MLG MLG MLG MLG 1001 MLG 1008 MLG bulan 0,0 ef, g, g,1 g 9,7 f 6,1 fg,9 g 0,2 h 10 bulan 67,9 ab,9 cd,0 de,7 cd 6,7 b 7, cd 70,1 a 8,6 c 2, a 17,8 f 20, de 20, de 22,2 bc 19, e 22, b 21,1 bcd 22,1 bc 17,2 f 22, b 2,1 a 19, e 20,7 cde 20,7 cde 20, de 2,0 a 2,0 a 1,7 ab 2,0 a 1, bc 1, c 1, bc 1,7 abc 1, c 1,7 abc 22,6 bc 18, de 16,2 e 0,8 a 29,2 a 16,6 e 28,9 a 12,2 f 12,6 f 2,2 bc 2, b 17,9 de 12, f 18,0 de 17,9 de 20,8 cd KK (%) BNT %,,0,1 1, 11,0 0, 8, 2,8 bb = basis basah; bk = basis kering. Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT %. Kadar pati semua klon ubikayu meningkat 10 2% pada umur panen 10 bulan. Diperkirakan klon MLG 10262, MLG 10288, MLG 1001 dan MLG memiliki umur 7 Ginting dan Noerwijati: Sifat Kimia dan Sensoris Klon Ubikayu pada Umur Panen Berbeda

6 panen optimum antara 6 sampai <10 bulan. Sementara umur panen optimum klon MLG 10298, MLG 1020, MLG 1010 dan MLG 1008 diduga 10 bulan. Kisaran kadar pati umbi yang dipanen pada umur 10 bulan (,0 70,1% bk) sedikit lebih lebar dibanding hasil penelitian Ginting et al. (1998) dan Ginting dan Noerwijati (2008) masing-masing 60,6 70,2% bk dan 8, 67,9% bk dari 1 klon ubikayu yang dipanen pada umur yang sama. Selain sifat genetik, perbedaan lokasi dan musim tanam/panen serta cara budidaya juga dapat menyebabkan perbedaan kadar pati tersebut. Beberapa varietas unggul ubikayu yang berpotensi hasil tinggi (>0 t/ha), seperti Adira, Malang, Malang 6, UJ dan UJ, dilaporkan memiliki kadar pati 18 2% basis basah (Balitkabi 2011). Dua klon yang kadar patinya tertinggi dalam penelitian ini (umur 10 bulan), yakni MLG 1008 dan MLG 1020 memiliki kadar pati 0,7% dan 27,6% basis basah, masih dalam kisaran varietas UJ dan UJ (19 0%) serta Malang dan Malang 6 (2 2%) (Balitkabi 2011). Kadar Amilosa Tabel 2 menunjukkan, interaksi antara klon ubikayu dengan umur panen berpengaruh nyata terhadap kadar amilosa umbi. Pada umur panen enam bulan, kadar amilosa tertinggi terdapat pada klon MLG 1020 dan terendah pada klon MLG Sementara pada umur 10 bulan, klon MLG menunjukkan kadar amilosa tertinggi dan terendah pada klon MLG MLG Pada pemanenan umur 10 bulan, empat klon mengalami peningkatan kadar amilosa, dua klon tetap, dan satu klon turun dibanding panen pada umur enam bulan. Amilosa merupakan komponen pati, sehingga fenomena kenaikan dan penurunan kandungannya sejalan dengan kadar pati. Namun bila terdapat perbedaan, hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan proporsi masing-masing amilosa pada setiap jenis/klon ubikayu. Kadar amilosa umbi pada umur panen 10 bulan (17,2 2,1% bk), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Ginting et al. (1998) dan Ginting dan Noerwijati (2008) yang masing-masing berkisar antara 22, 26,8% bk dan 2,0 0,8% bk. Sebagai bahan baku pembuatan roti dan kue diperlukan ubikayu yang kadar amilosanya rendah (amylose free), yakni <20% bk karena kemampuan mengembang amilopektin (swelling properties) sesuai dengan yang dikehendaki kedua produk tersebut. Di antara delapan klon yang diteliti (umur 10 bulan), terdapat dua klon yang memenuhi kriteria tersebut, yakni MLG dan MLG dan tiga klon lainnya sekitar 21% bk (Tabel 2). Sementara untuk bahan baku biodegradable film yang dimanfaatkan sebagai substrat enzim atau sebagai bahan pengikat pada pembuatan tablet, diperlukan pati dengan kadar amilosa tinggi (Hartati dan Prana 200). Kadar Serat Interaksi antara klon ubikayu dengan umur panen berpengaruh nyata terhadap kadar serat umbi (Tabel 2), meskipun relatif kecil. Pada umur panen 10 bulan, dua klon menunjukkan penurunan kadar serat, sementara enam klon lainnya relatif tetap. Hal ini menunjukkan bahwa umur panen delapan klon ubikayu yang diuji optimum pada sekitar 10 bulan karena belum tampak peningkatan kadar serat. Pada penelitian ini, kisaran kadar serat relatif lebih rendah dibanding hasil evaluasi 1 kon ubikayu (umur panen 10 bulan) Ginting et al. (1998) dengan nilai 1,8 2,9% bk dan oleh Ginting dan Noerwijati (2008) dengan kisaran 1,,% bk. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

7 Kadar HCN Interaksi antara klon ubikayu dengan umur panen berpengaruh nyata terhadap kadar HCN umbi segar. Pada umur enam bulan, kadar HCN tertinggi terdapat pada klon MLG dan terendah pada klon MLG Sementara pada umur 10 bulan, klon MLG menunjukkan kadar HCN tertinggi dan terendah pada klon MLG Pada pemanenan umur 10 bulan, empat klon mengalami peningkatan kadar HCN, dua klon tetap dan satu klon turun dibanding panen umur enam bulan. Tidak ditemukan klon ubikayu yang kadar HCN-nya >0 ppm, berarti delapan klon yang diamati termasuk jenis manis (Coursey 197 dalam Richana dan Suarni 1990), sehingga aman untuk dikonsumsi dalam bentuk olahan segar, seperti dikukus, direbus atau digoreng. Kadar HCN tertinggi pada penelitian ini relatif sama nilainya dengan varietas Adira 1 (27, ppm) dan lebih rendah dibandingkan dengan varietas Malang 1, Malang 2, dan Darul Hidayah (<0 ppm), UJ, UJ, dan Adira (0 8 ppm), serta Malang dan Malang 6 (>100 ppm) (Balitkabi 2011; Solikhin et al. 2009). Seleksi ubikayu untuk mendapatkan klon yang memiliki potensi hasil tinggi dan rasa enak (kadar HCN <0 ppm) masih terus dilakukan melalui pemuliaan tanaman (Sundari et al. 2000) karena klon yang berpotensi hasil tinggi umumnya pahit (kandungan HCN tinggi). Sifat Sensoris Umbi Kukus Warna dan kesukaan terhadap warna Warna umbi kukus dari delapan klon ubikayu bervariasi dari kuning hingga putih (Tabel ). Diperoleh masing-masing satu klon yang warnanya kuning (MLG 1020) dan sangat putih (MLG 10262), sementara enam klon lainnya berwarna putih. Ada enam klon yang warna ubi kukusnya cukup disukai (termasuk satu klon yang berwarna kuning) dan dua klon agak tidak disukai (termasuk yang berwarna sangat putih). Hal ini menunjukkan bahwa panelis menyukai warna umbi yang bervariasi. Umbi berwarna kuning biasanya disukai untuk tape karena warnanya menarik. Sementara umbi yang berwarna putih sesuai untuk tepung dan pati yang menginginkan derajat putih yang tinggi, masing-masing minimum 8% (DSN 1996) dan 92% (DSN 199). Tabel. Hasil uji sensoris umbi kukus delapan klon ubikayu pada umur panen 10 bulan Klon ubikayu Warna Kesukaan terhadap warna MLG 1020 MLG MLG MLG MLG MLG 1001 MLG 1008 MLG Tingkat kemekaran umbi Tekstur a. Warna: 1 = Sangat kuning, 2 = Kuning, = Kuning muda, = Sangat putih, = Putih, dan 6 = Agak putih/sedikit gelap. b. Tingkat kesukaan terhadap warna dan rasa: 1 = Sangat tidak suka, 2 = Tidak suka, = Agak tidak suka, = Cukup suka, dan = Sangat suka c. Tingkat kemekaran: 1 = Sangat tidak mekar, 2 = Tidak mekar, = Agak mekar, = Cukup mekar, dan = Sangat mekar. d. Tekstur, 1 = Sangat keras, 2 = Keras, = Agak keras, = Cukup empuk/lunak, = Sangat empuk/lunak. Rasa 2 76 Ginting dan Noerwijati: Sifat Kimia dan Sensoris Klon Ubikayu pada Umur Panen Berbeda

8 Tingkat Kemekaran Tingkat kemekaran umbi kukus delapan klon ubikayu relatif sama dengan kategori agak mekar (Tabel ). Kisaran tingkat kemekaran umbi kukus pada penelitian ini relatif lebih sempit dibanding hasil evaluasi 1 klon yang melaporkan lima klon tergolong cukup mekar, empat klon agak mekar, dan lima klon tidak mekar (Ginting et al. 1998). Umbi yang tingkat kemekarannya tinggi umumnya memiliki tekstur lunak/pulen dan disukai. Tingkat kemekaran umbi kukus berkorelasi dengan kadar amilosa umbi segar yang menghendaki kadar amilosa 2,8 2,8% untuk mendapatkan umbi kukus dengan kriteria cukup mekar sampai sangat mekar (Ginting et al. 1998). Pada penelitian ini, tidak satu klon pun yang memenuhi kriteria tersebut (Tabel 2). Tekstur Tekstur umbi kukus dari delapan klon ubikayu yang diteliti bervariasi dari agak keras sampai cukup empuk/lunak (Tabel ). Ada tiga klon yang teksturnya cukup lunak/empuk (MLG 10260, MLG dan MLG 1001), sedangkan sisanya bertekstur agak keras. Perbedaan tekstur umbi kukus ini berkaitan dengan perbedaan kadar amilosa dan amilopektin umbi masing-masing klon. Bahan berkadar amilosa tinggi umumnya banyak menyerap air dan stabilitasnya tinggi (tahan tetap utuh dalam pemanasan tinggi) serta memiliki kemampuan retrogradasi yang tinggi setelah dingin, sehingga gel yang terbentuk menjadi kuat/kokoh dan tidak mudah hancur. Sebaliknya, bahan berkadar amilosa rendah (kadar amilopektin tinggi) tidak banyak menyerap air dan tetap lunak setelah dingin (Damardjati et al. 1989). Hasil evaluasi terhadap 1 klon ubikayu menunjukkan bahwa tekstur umbi kukus yang cukup remah sampai sangat remah dapat diperoleh pada kisaran kadar amilosa umbi 2,7 2,6% bk (Ginting et al. 1998). Dari tiga klon yang teksturnya cukup remah pada penelitian ini, tidak satu klonpun yang memenuhi kriteria tersebut. Hal ini dapat disebabkan oleh lebih lebarnya kisaran kadar amilosa umbi pada penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Ginting et al. (1998). Rasa Rasa umbi kukus delapan klon ubikayu bervariasi dari tidak suka sampai cukup suka (Tabel ). Klon MLG 1020, MLG 10298, dan MLG 1001 cukup disukai, sementara empat dan satu klon lainnya agak tidak disukai dan tidak disukai. Perbedaan tingkat kesukaan dipengaruhi oleh kadar HCN umbi (rasa pahit), tekstur dan tingkat kemekaran umbi kukus yang akan menentukan diterima tidaknya sifat sensoris umbi kukus secara keseluruhan (Ginting et al. 1998). Ketiga klon tersebut memiliki kadar HCN yang cukup rendah (1 18 ppm), sementara kadar HCN klon MLG lebih tinggi, yakni 2 ppm (Tabel 2), sehingga kurang disukai rasanya. Hal ini menunjukkan, meskipun kadar HCN umbi <0 ppm aman untuk dikonsumsi dan sebagian hilang dalam pengolahan (pencucian dan pemanasan), namun umbi segar dengan kadar HCN awal >20 ppm sudah terdeteksi rasa pahit pada umbi kukusnya. KESIMPULAN 1. Antara umur panen enam dan 10 bulan terjadi kenaikan dan penurunan kadar air, bahan kering, serat, amilosa dan HCN dari delapan klon ubikayu yang diuji, sedangkan kadar abu relatif tetap. 2. Kadar pati meningkat 10 2% pada umur panen 10 bulan dibandingkan dengan umur panen enam bulan. Berdasarkan peningkatan kadar pati, diperkirakan klon Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

9 MLG 10262, MLG 10288, MLG 1001 dan MLG memiliki umur panen optimum 6 sampai <10 bulan, sedangkan klon MLG 10298, MLG 1020, MLG 1010 dan MLG bulan.. Delapan klon ubikayu aman dikonsumsi dalam bentuk olahan segar, baik yang dipanen pada umur enam maupun 10 bulan karena kadar HCN-nya <0 ppm.. Berdasarkan sifat sensoris umbi kukus yang dipanen pada umur 10 bulan (warna, tingkat kemekaran, tektur dan rasa), diperoleh dua klon yang cukup disukai, yakni MLG dan MLG Kadar pati klon MLG adalah 6,8% bk, sehingga berpeluang digunakan sebagai tetua dalam perakitan varietas ubikayu dengan kadar pati tinggi dan rasa enak. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Suprapto, SP; Soning Dwi Listiowati, dan Anifatum Masruroh (keduanya Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Malang) dan Ninik Wahyuni yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, V., E. Sudarmonowati, N.S. Hartati, L. Suurs and R.G.F. Visser Charaterization of cassava starch attributes of different genotypes. Starch 61: Antarlina, S.S Pengaruh umur panen dan beberapa klon terhadap sifat sensoris, fisik dan kimiawi tepung ubijalar. Thesis S2. Fakultas Pasca Sarjana, Program KPK UGM. Universitas Brawijaya, Malang. 100 hlm. Antarlina, S.S dan D. Harnowo Identifikasi teknologi pengolahan ubikayu. Laporan penelitian APBN tahun 1991/1992. Kelti Pasca Panen BALITTAN Malang. 1 hal. AOAC, Official methods of analysis of association of official analytical chemist. AOAC Int. Washington D.C. Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.L. Puspitasari, Sedarnawati dan S. Budiyanto Petunjuk laboratorium analisis pangan. PAU-IPB, Bogor. Balitkabi Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. 179 hlm. Benesi, I.R.M., Labuschagne, M.T., Dixon, A.G.O. and Mahungu, N.M Stability of native starch quality parameters, strach extraction and root dry matter of cassava genotypes in different environments. J Sci Food Agric 8: Biro Pusat Statistik Statistik Indonesia 200. Biro Pusat Statistik. Jakarta. Damardjati, D.S., S.D. Indrasari dan B.A.S. Santosa Pengembangan Teknologi Pasca Panen Sekunder Tanaman Pangan di Pedesaan. BALITTAN Sukamandi. DSN Standar Nasional Indonesia untuk tapioka (SNI ). Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta. 22 hal. DSN Standar Nasional Indonesia untuk tepung singkong (SNI ). Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta. 6 hal. Ginting, E. K. Hendroatmodjo dan Solikhin Pengujian mutu klon ubikayu. Laporan Teknis Penelitian APBN Tahun 1997/1998 No. II.D... BALITKABI Malang. 1 hal. Ginting, E. and Y. Widodo Cyanide reduction in cassava root products through processing and selection of cultivars in relation to food safety. hlm In (I.W. Rusastra, S. Bahrein, T. Subarna and A. Nurawan (eds). Proceeding of the International Seminar on Investment Opportunity on Agribusiness in Perspective of Food Safety and Bioterorism Act. Indonesian Centre for Agricultural Socio-Economic Research and Development. Bogor. Ginting, E. dan K. Noerwijati Identifikasi 1 klon plasmanutfah ubikayu untuk bahan pangan dan bahan baku industri. Agritek 16(): Ginting dan Noerwijati: Sifat Kimia dan Sensoris Klon Ubikayu pada Umur Panen Berbeda

10 Ginting, E., T. Sundari, B. Triwiyono dan Triadmodjo Identifikasi varietas/klon ubikayu unggul untuk bahan baku bioetanol. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 0(2): Hartati, N.S. dan T.K. Prana Analisis kadar pati dan serat kasar tepung beberapa kultivar talas (Colocasia esculenta L. Schott). Jurnal Natur Indonesia 6(1):29. Hidayat, A., N. Zuraida, I. Hanarida and D.S. Damardjati Cyanogenic content of cassava root of 170 cultivars grown in Indonesia. J. Food Composition and Analysis. 1: Hidayat, A., N. Zuraida and I. Hanarida The cyanogenic potential of roots and leaves of ninenty nine cassava cultivars. Indonesian Journal of Agricultural Science (1):2 2. Juliano, B.O A simplified assumy for milled rice amylose. Cereal Sci. Today 16: 0. Kementrian Pertanian Statistik Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Kementrian Pertanian. Jakarta. Mweta, D. E., M.T. Labuschagne, E. Koen, I.R.M. Benesi and J.D.K. Saka Some properties of starches from cocoyam (Colocasia esculenta) and cassava (Manihot esculenta Crantz.) grown in Malawi. African Journal of Food Science 2: Richana, N. dan Suarni Pengaruh pengemasan dan penyimpanan tepung ubikayu dan campurannya. Laporan Penelitian Mekanisasi dan Teknologi 1989/1990. BALITTAN Maros. hlm Sholihin, T. Sundari, E. Ginting, dan W. Unjoyo Laporan Teknis Hasil Penelitian Komponen Teknologi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Badan Litbang Pertanian. Pusat Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Malang. Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi Prosedur analisa untuk bahan makanan dan pertanian. Liberty. Yogyakarta. Sundari, T., K. Hendroatmodjo, Sholihin, S.W. Indiati, E. Ginting dan W. Unjoyo Pembentukan klon unggul ubikayu tidak pahit toleran terhadap tungau merah. Laporan Teknis Penelitian Balitkabi tahun 1999/ hlm. Suyamto dan J. Wargiono Kebijakan pengembangan agribisnis ubikayu. hlm. 2. Dalam J. Wargiono, Hermanto dan Subihardi (eds). Ubikayu Inovasi Teknologi dan Kebijakan Pengembangan. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas ubi kayu

Lebih terperinci

KERAGAAN KOMPONEN HASIL, HASIL, DAN KUALITAS UMBI KLON-KLON UBI KAYU DI LAHAN ENTISOL KABUPATEN KEDIRI

KERAGAAN KOMPONEN HASIL, HASIL, DAN KUALITAS UMBI KLON-KLON UBI KAYU DI LAHAN ENTISOL KABUPATEN KEDIRI KERAGAAN KOMPONEN HASIL, HASIL, DAN KUALITAS UMBI KLON-KLON UBI KAYU DI LAHAN ENTISOL KABUPATEN KEDIRI Kartika Noerwijati Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak

Lebih terperinci

V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU

V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU Pemilihan varietas yang akan ditanam tergantung tujuan. Ubi kayu dengan rasa enak (tidak pahit, HCN 40 mg/kg umbi segar) dan tekstur daging umbi lembut sangat sesuai untuk pangan

Lebih terperinci

PENAMPILAN TUJUH KLON HARAPAN UBIKAYU DI LAHAN KERING MASAM

PENAMPILAN TUJUH KLON HARAPAN UBIKAYU DI LAHAN KERING MASAM PENAMPILAN TUJUH KLON HARAPAN UBIKAYU DI LAHAN KERING MASAM Sholihin 1, K. Noerwijati 1, dan I M.J. Mejaya 2 1 Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi; Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang

Lebih terperinci

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UK-1

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UK-1 DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU 1978 2012 UK-1 ADIRA 1 Dilepas tahun : 1978 Nomor seleksi klon : W-78 Asal : Persilangan Mangi/Ambon, Bogor 1957 Hasil rata-rata : 22 t/ha umbi basah Umur : 7 10 bulan

Lebih terperinci

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41 VI. UBI KAYU 6.1. Perbaikan Genetik Sejatinya komoditas ubi kayu memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Pada level harga ubi kayu Rp750/kg, maka dengan produksi 25,5 juta ton (tahun

Lebih terperinci

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBI KAYU UK-1

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBI KAYU UK-1 DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBI KAYU 19782016 UK-1 Klik nama Varietas untuk menuju ke halaman informasi Varietas VARIETAS ADIRA 1 ADIRA 2 ADIRA 4 MALANG 1 MALANG 2 DARUL HIDAYAH UJ-3 UJ-5 MALANG 4 MALANG

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN AMILOGRAFI PATI GARUT DAN GANYONG

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN AMILOGRAFI PATI GARUT DAN GANYONG KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN AMILOGRAFI PATI GARUT DAN GANYONG Joko Susilo Utomo, Rahmi Yulifianti, dan Astanto Kasno Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak km 8

Lebih terperinci

Potensi Hasil Umbi dan Hasil Pati Klon-Klon Harapan Ubi Kayu

Potensi Hasil Umbi dan Hasil Pati Klon-Klon Harapan Ubi Kayu Potensi Hasil Umbi dan Hasil Pati Klon-Klon Harapan Ubi Kayu Kartika Noerwijati Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak Km. 8 Kotak Pos 66 Malang 65101 E-mail: tika_iletri@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

POTENSI HASIL KLON HARAPAN UBIKAYU PADA TIGA UMUR PANEN BERBEDA

POTENSI HASIL KLON HARAPAN UBIKAYU PADA TIGA UMUR PANEN BERBEDA POTENSI HASIL KLON HARAPAN UBIKAYU PADA TIGA UMUR PANEN BERBEDA Sutrisno dan Titik Sundari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan ubi-ubian JL. Raya Kendalpayak, KM 8, Kotak Pos 66 Malang, Telp.

Lebih terperinci

RAGAM PERTUMBUHAN, HASIL UMBI, DAN PATI KLON-KLON UBIKAYU PADA UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN

RAGAM PERTUMBUHAN, HASIL UMBI, DAN PATI KLON-KLON UBIKAYU PADA UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN RAGAM PERTUMBUHAN, HASIL UMBI, DAN PATI KLON-KLON UBIKAYU PADA UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN Tinuk Sri Wahyuni 1* dan T. Sundari 1 1 Balai Penelitian Aneka Tanaman Kacang dan Umbi Jl.Raya Kendalpayak, Km-8,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varetas Adira-1

Lampiran 1. Deskripsi Varetas Adira-1 LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Deskripsi Varetas Adira-1 Adira-1 Dilepas tahun : 1978 Nomor seleksi klon : W-78 Asal : Persilangan Mangi/Ambon, Bogor 1957 Hasil rata-rata : 22 t/ha umbi basah Umur : 7 10 bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan daerah tropis. Ubi kayu menjadi tanaman pangan pokok ketiga setelah padi dan jagung.

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL

VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL Penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) secara terus menerus menimbulkan dua ancaman serius: (1) faktor ekonomi, berupa jaminan

Lebih terperinci

Karakteristik Agronomis dan Fisikokimia Umbi Klon Ubikayu Genjah

Karakteristik Agronomis dan Fisikokimia Umbi Klon Ubikayu Genjah Karakteristik Agronomis dan Fisikokimia Umbi Klon Ubikayu Genjah Titik Sundari dan Rahmi Yulifianti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak Km 8, Kotak Pos 66 Malang

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan PROSPEK KLON-KLON HARAPAN DAN VARIETAS UBIKAYU DI KALIMANTAN TIMUR PROSPECT OF CASSAVA PROMISING CLONES AND VARIETIES IN KALIMANTAN TIMUR Sholihin Balitkabi,

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA BLANCHING TERHADAP KUALITAS STIK UBIJALAR (Ipoema batatas L.) DARI TIGA VARIETAS

PENGARUH LAMA BLANCHING TERHADAP KUALITAS STIK UBIJALAR (Ipoema batatas L.) DARI TIGA VARIETAS PENGARUH LAMA BLANCHING TERHADAP KUALITAS STIK UBIJALAR (Ipoema batatas L.) DARI TIGA VARIETAS SUPRAPTO Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-Umbian, Kendalpayak PO. Box 66 Malang 65101 RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN Bambang Sigit A 1), Windi Atmaka 1), Tina Apriliyanti 2) 1) Program Studi Ilmu dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian

Lebih terperinci

PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID SKRIPSI OLEH : BOSVIN ABDALLA TAMBUNAN 100305047 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi UBI JALAR Ubi jalar memiliki prospek dan peluang besar untuk bahan pangan dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, ubi jalar mempunyai beberapa keunggulan, antara lain relatif memiliki nilai gizi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Sidang Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan komoditas andalan Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan komoditas andalan Indonesia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan komoditas andalan Indonesia, khususnya Provinsi Lampung. Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN

PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN PENGARUH RASIO TEPUNG KOMAK DENGAN TEPUNG TERIGU DAN PENGGUNAAN PUTIH TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK BROWNIES YANG DIHASILKAN RATIO INFLUENCE OF LABLAB FLOUR WITH WHEAT FLOUR AND EGG WHITE USE OF THE CHARACTERISTICS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil kalori penting di daerah tropik. Tanaman ubikayu ini dapat membentuk karbohidrat dengan efisien. Dalam Widodo

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

Deskripsi Ubikayu Varietas Adira 1

Deskripsi Ubikayu Varietas Adira 1 Deskripsi Ubikayu Varietas Adira 1 Nama Varietas : Adira 1 Tahun : 1978 : Mangi/Ambon Rataan Hasil : 22 t/ha : Umur tanaman : 7-10 bulan Tinggi batang : 1-2 m Bentuk daun : menjari agak lonjong Warna pucuk

Lebih terperinci

KARAKTERISASI TEPUNG KASAVA YANG DIMODIFIKASI DENGAN BAKTERI SELULOLITIK SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK MIE DAN BISKUIT

KARAKTERISASI TEPUNG KASAVA YANG DIMODIFIKASI DENGAN BAKTERI SELULOLITIK SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK MIE DAN BISKUIT KARAKTERISASI TEPUNG KASAVA YANG DIMODIFIKASI DENGAN BAKTERI SELULOLITIK SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK MIE DAN BISKUIT SKRIPSI Oleh : SIMON PETRUS SEMBIRING 060305004/TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23 VI. UBIKAYU 6.1. Perbaikan Genetik Kebutuhan ubikayu semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya berbagai industri berbahan baku ubikayu, sehingga diperlukan teknologi

Lebih terperinci

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Force (Gf) V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.2 Tekstur Tekstur merupakan parameter yang sangat penting pada produk cookies. Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies. Tekstur

Lebih terperinci

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle. PEMANFAATAN TEPUNG KULIT SINGKONG DALAM PEMBUATAN MI SAGU INSTAN Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle. Ucok Wandi Siagian (0606113340) Usman Pato and Vonny Setiaries Johan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) termasuk tumbuhan berbatang lunak atau

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) termasuk tumbuhan berbatang lunak atau 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) termasuk tumbuhan berbatang lunak atau getas (mudah patah) dan bisa mencapai ketinggian 1-4 meter (Arief, 2007). Ubikayu merupakan

Lebih terperinci

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004)

Oleh: Totok Agung Dwi Haryanto Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 25 Agustus 2004, disetujui: 27 September 2004) PERTUMBUHAN, HASIL, DAN MUTU BERAS GENOTIPE F5 DARI PERSILANGAN PADI MENTIK WANGI X POSO DALAM RANGKA PERAKITAN PADI GOGO AROMATIK GROWTH, YIELD, AND RICE QUALITY OF F5 GENOTYPES PROGENY OF CROSSING BETWEEN

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TEPUNG MOCAF DARI BEBERAPA VARIETAS/KLON UBIKAYU

KARAKTERISTIK TEPUNG MOCAF DARI BEBERAPA VARIETAS/KLON UBIKAYU KARAKTERISTIK TEPUNG MOCAF DARI BEBERAPA VARIETAS/KLON UBIKAYU Rahmi Yulifianti dan Erliana Ginting Balai Penelitian Tanaman Kacangkacangan dan Umbiumbian ABSTRAK Tepung mocaf potensial sebagai bahan substitusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, roti, kue sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, roti, kue sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Industri makanan di Indonesia tidak lepas dari bahan baku tepung terigu. Tepung terigu digunakan untuk pembuatan mie, roti, kue sebagai bahan utamanya. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

POTENSI HASIL UMBI DAN PATI BEBERAPA KLON HARAPAN UBIKAYU

POTENSI HASIL UMBI DAN PATI BEBERAPA KLON HARAPAN UBIKAYU POTENSI HASIL UMBI DAN PATI BEBERAPA KLON HARAPAN UBIKAYU Sri Wahyuningsih dan Titik Sundari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak km 8, Kotak Pos 66 Malang Email

Lebih terperinci

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI Rejuvenasi SDG Kedelai Evaluasi Ketahanan SDG Kedelai terhadap Cekaman Salinitas

IV. PLASMA NUTFAH KEDELAI Rejuvenasi SDG Kedelai Evaluasi Ketahanan SDG Kedelai terhadap Cekaman Salinitas Balitkabi memiliki SDG aneka kacang (kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang nasi, kacang gude, kacang tunggak, dan koro-koroan) sebanyak 2.551 aksesi serta aneka umbi (ubi kayu, ubi jalar, suweg,

Lebih terperinci

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI

KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NUR AINI ERNA ROSTIAMINASIH J 310 090 008 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott) SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott) SUBSTITUTION OF GREEN BEAN FLOUR (Phaseolus radiathus L) IN MAKING KIMPUL BISCUIT

Lebih terperinci

PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID

PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID SKRIPSI Oleh: RIRIS MARITO SIMATUPANG 100305017/ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu

Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu Perbedaan Karakteristik Kimia dan Sensoris Keripik Simulasi dengan Bahan Dasar Tepung Jagung-Ubikayu Wayan Trisnawati 1, Made Sugianyar 2 dan Ketut Ari Tantri Yanthi 2 1 Peneliti Pangan pada Balai Pengkajian

Lebih terperinci

Aplikasi Dekstrin Ubi Kayu Metode Pragelatinisasi Parsial Pada Produk Cassava Stick

Aplikasi Dekstrin Ubi Kayu Metode Pragelatinisasi Parsial Pada Produk Cassava Stick Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 501-507 Aplikasi Dekstrin Ubi Kayu Metode Pragelatinisasi Parsial Pada Produk Cassava

Lebih terperinci

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM

EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM SKRIPSI Oleh: FORIANUS WARUWU 090305025/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

KERAGAAN KLON-KLON UBI KAYU DENGAN POTENSI HASIL UMBI DAN PATI TINGGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI

KERAGAAN KLON-KLON UBI KAYU DENGAN POTENSI HASIL UMBI DAN PATI TINGGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI KERAGAAN KLON-KLON UBI KAYU DENGAN POTENSI HASIL UMBI DAN PATI TINGGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI Kartika Noerwijati Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang Jl. Raya Kendalpayak

Lebih terperinci

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch Arfendi (0706112356) Usman Pato and Evy Rossi Arfendi_thp07@yahoo.com

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penilitian,

Lebih terperinci

PRODUKSI CASSAVA SOUR STARCH DENGAN VARIASI MEDIA STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT DAN LAMA FERMENTASI

PRODUKSI CASSAVA SOUR STARCH DENGAN VARIASI MEDIA STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT DAN LAMA FERMENTASI PRODUKSI CASSAVA SOUR STARCH DENGAN VARIASI MEDIA STARTER BAKTERI ASAM LAKTAT DAN LAMA FERMENTASI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan ketiga sebagai sumber karbohidrat bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 19 ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) Nur Edy Suminarti 1) 1) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 e-mail

Lebih terperinci

Food Science and Culinary Education Journal

Food Science and Culinary Education Journal FSCEJ () () Food Science and Culinary Education Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/fsce PENGARUH PENGGUNAAN JENIS GULA TERHADAP KUALITAS PEMBUATAN KUE JAHE DARI TEPUNG JAGUNG Tya Nurfalakha

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI

PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI OLEH: BERNADETTE MAUREEN SOEWANDI 6103008100 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MUTU PATI UBI TALAS (Colocasia esculenta) PADA PERBANDINGAN AIR DENGAN HANCURAN UBI TALAS DAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT SKRIPSI

KARAKTERISTIK MUTU PATI UBI TALAS (Colocasia esculenta) PADA PERBANDINGAN AIR DENGAN HANCURAN UBI TALAS DAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT SKRIPSI KARAKTERISTIK MUTU PATI UBI TALAS (Colocasia esculenta) PADA PERBANDINGAN AIR DENGAN HANCURAN UBI TALAS DAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT SKRIPSI OLEH : FARHANDI SAPUTRA NIM. 1111205045 JURUSAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PRODUKSI DEKSTRIN DARI UBI JALAR ASAL PONTIANAK SECARA ENZIMATIS

PRODUKSI DEKSTRIN DARI UBI JALAR ASAL PONTIANAK SECARA ENZIMATIS Produksi Dekstrin dari Ubi Jalar Asal Pontianak secara Enzimatis (Nana Supriyatna) PRODUKSI DEKSTRIN DARI UBI JALAR ASAL PONTIANAK SECARA ENZIMATIS (Dextrin Production by Enzimatic Process from Various

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE NASKAH PUBLIKASI KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE Disusun oleh: Florencia Grace Ferdiana NPM : 120801253 UNIVERSITAS ATMA JAYA

Lebih terperinci

KARAKTER AGRONOMIS GALUR-GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS, BURANGRANG, DAN ANJASMORO

KARAKTER AGRONOMIS GALUR-GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS, BURANGRANG, DAN ANJASMORO KARAKTER AGRONOMIS GALUR-GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS, BURANGRANG, DAN ANJASMORO Rina Artari 1 dan Heru Kuswantoro 1 1 Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF GULA CAIR KIMPUL

KEUNGGULAN KOMPETITIF GULA CAIR KIMPUL KEUNGGULAN KOMPETITIF GULA CAIR KIMPUL Fungki Sri Rejeki *, Diana Puspitasari, dan Endang Retno Wedowati Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya *e-mail: fungki_sby@yahoo.com

Lebih terperinci

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *) Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif Oleh : Sri Purwanti *) Pendahuluan Pangan produk peternakan terutama daging, telur dan susu merupakan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia. Sekitar 30 % ubi kayu dihasilkan di Lampung. Produksi tanaman ubi kayu di Lampung terus meningkat

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU SKRIPSI Oleh: SYAHDIAN LESTARI 110305018 / ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA (Effect of Addition of Palm Sugar and Heating Temperature on Organoleptic and Quality of Coconut Water

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang terus meningkat. Namun demikian peningkatan ini tidak seimbang dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga terjadi masalah

Lebih terperinci

PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA)

PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA) PEMANFATAN LIMBAH BUAH NANAS DALAM PEMBUATAN NATA DE PINA (PINEAPPLE FRUIT WASTE UTILIZATION FOR THE MAKING OF NATA DE PINA) Farid R. Abadi 1 dan Ita Yustina 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta Crantz.) merupakan salah satu tanaman pangan daerah tropis yang tumbuh di Indonesia. Komoditas ini merupakan salah

Lebih terperinci

Hubungan antara Komponen Hasil dan Hasil Umbi Klon Harapan Ubi Kayu

Hubungan antara Komponen Hasil dan Hasil Umbi Klon Harapan Ubi Kayu Hubungan antara Komponen Hasil dan Hasil Umbi Klon Harapan Ubi Kayu Titik Sundari, Kartika Noerwijati, dan I. Made J. Mejaya Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak,

Lebih terperinci

Ubikayu mempunyai peranan strategis sebagai pangan sumber

Ubikayu mempunyai peranan strategis sebagai pangan sumber Potensi Peningkatan Hasil Ubikayu melalui Stek Sambung (Mukibat) Budhi S. Radjit, Nila Prasetiaswati, dan E. Ginting 1 Ringkasan Budi daya ubikayu stek sambung (mukibat) telah lama dikenal, namun sejauh

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK

KAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK Volume 16, Nomor 2, Hal. 11 16 Juli Desember 2014 ISSN:0852-8349 KAJIAN PENGGUNAAN PATI DARI UBI KAYU SEBAGAI BAHAN EDIBLE COATING UNTUK MEMBUAT KERIPIK NENAS RENDAH LEMAK Fortuna, D,. F. Tafzi dan A.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merah (Oriza sativa) merupakan beras yang hanya dihilangkan kulit bagian luar atau sekamnya, sehingga masih mengandung kulit ari (aleuron) dan inti biji beras

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL 1 KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL PROGRAM STUDI S-1 TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

* (Telp: ) ABSTRACT ABSTRAK

*  (Telp: ) ABSTRACT ABSTRAK (JSTP) ISSN: 2527-6271 2017 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG RUMPUT LAUT PADA TEPUNG UBI KAYU TERHADAP UJI ORGANOLEPTIK DAN KOMPOSISI KIMIA KERUPUK KEPANG (Effect of Substitution of Seaweed Flour on Cassava

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai keunggulan, yaitu kaya karbohidrat. Oleh karena itu, ubi jalar dapat

I. PENDAHULUAN. mempunyai keunggulan, yaitu kaya karbohidrat. Oleh karena itu, ubi jalar dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi jalar ungu (Ipomea batatas L.) merupakan salah satu bahan pangan yang mempunyai keunggulan, yaitu kaya karbohidrat. Oleh karena itu, ubi jalar dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG TINGGI SERAT DARI AMPAS BENGKUANG DAN AMPAS JAGUNG TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK KUE KERING Alsuhendra dan Ridawati 1) 1) Staf Pengajar PS Tata Boga Jur. IKK Fakultas.

Lebih terperinci

The, Kevin Ciandra T. NRP 6103009136. Pengaruh Proporsi Tapioka dan Tepung Jagung terhadap Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Kerupuk Jagung. Di bawah bimbingan: 1. Ir. Indah Kuswardani, MP. 2. Erni Setijawati,

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN TAPIOKA TERHADAP MUTU BRONDONG JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRUDER

PENGARUH PENAMBAHAN TAPIOKA TERHADAP MUTU BRONDONG JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRUDER PENGARUH PENAMBAHAN TAPIOKA TERHADAP MUTU BRONDONG JAGUNG DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRUDER Suhardi dan Bonimin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Jagung adalah salah satu bahan pangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS Aniswatul Khamidah 1 dan Eliartati 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret FORMULASI DAN KARAKTERISASI TEPUNG BUMBU KOMPOSIT BERBASIS TEPUNG BERAS, TEPUNG TAPIOKA DAN TEPUNG UBI JALAR PUTIH SEBAGAI ALTERNATIF PEMBUATAN TEPUNG BUMBU BEBAS GLUTEN Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

RASA UMBI KUKUS DAN RASA DAUN REBUS UBI KAYU VARIEGATA (Manihot esculenta Crantz)

RASA UMBI KUKUS DAN RASA DAUN REBUS UBI KAYU VARIEGATA (Manihot esculenta Crantz) RASA UMBI KUKUS DAN RASA DAUN REBUS UBI KAYU VARIEGATA (Manihot esculenta Crantz) Masturoh 1, Dewi Indriyani Roslim 2, Herman 2 1 Mahasiswa Program S1 Biologi 2 Dosen Bidang Genetika Jurusan Biologi Fakultas

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak hanya menginginkan makanan yang enak dengan mouthfeel yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak hanya menginginkan makanan yang enak dengan mouthfeel yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dewasa ini telah memandang pentingnya menjaga kesehatan sehingga tidak hanya menginginkan makanan yang enak dengan mouthfeel yang baik tetapi juga yang dapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : 1. Latar Belakang, 2. Identifikasi Masalah, 3. Maksud dan Tujuan Penelitian, 4. Manfaat Penelitian, 5. Kerangka Pemikiran, 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu

Lebih terperinci

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU

FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU FORMULASI MI KERING SAGU DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU Formulation of Dry Sago Noodles with Mung Bean Flour Substitution Hilka Yuliani, Nancy Dewi Yuliana, Slamet Budijanto Departemen Ilmu dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT FUNGSIONAL KACANG MERAH REBUS DENGAN VARIASI WAKTU PEREBUSAN SKRIPSI OLEH: RICHARD WANG

KARAKTERISTIK SIFAT FUNGSIONAL KACANG MERAH REBUS DENGAN VARIASI WAKTU PEREBUSAN SKRIPSI OLEH: RICHARD WANG KARAKTERISTIK SIFAT FUNGSIONAL KACANG MERAH REBUS DENGAN VARIASI WAKTU PEREBUSAN SKRIPSI OLEH: RICHARD WANG 6103009109 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor pertanian yang cukup besar. Berbagai komoditas pertanian memiliki kelayakan yang cukup baik

Lebih terperinci

Evaluasi Sifat Fisiko Kimia dan Fungsional Plasma Nutfah Tanaman Pangan

Evaluasi Sifat Fisiko Kimia dan Fungsional Plasma Nutfah Tanaman Pangan Evaluasi Sifat Fisiko Kimia dan Fungsional Plasma Nutfah Tanaman Pangan Nani Zuraida, Ida H. Somantri, Tiur S. Silitonga, Sri G. Budiarti, Hadiatmi, Minantyorini, Sri Widowati, dan A. Hidayat Balai Penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SISKA SANITA

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SISKA SANITA OPTIMALISASI TEPUNG PISANG (KEPOK PUTIH, RAJA ULI, DAN TANDUK) DALAM FORMULASI MIE KERING : EVALUASI FISIK, KIMIA, DAN SENSORIS OPTIMALISATION BANANA FLOUR (KEPOK PUTIH, RAJA ULI AND TANDUK) IN THE FORMULATION

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TAHU DARI BAHAN BAKU BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI

KARAKTERISTIK TAHU DARI BAHAN BAKU BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI KARAKTERISTIK TAHU DARI BAHAN BAKU BEBERAPA VARIETAS UNGGUL KEDELAI Rahmi Yulifianti *) dan Erliana Ginting Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian PO Box 66 Malang 65101 *) E-mail: rahmi_stp@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati 1 I. PENDAHULUAN Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang banyak mengandung pati (lebih banyak mengandung amilopektin dibanding amilosa). Untuk keperluan yang lebih luas lagi seperti pembuatan biskuit,

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu)

OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu) OPTIMASI PROSES DAN FORMULA PADA PENGOLAHAN MI SAGU KERING (Metroxylon sagu) Process and Formula Optimizations on Dried Sago (Metroxylon sagu) Noodle Processing Adnan Engelen, Sugiyono, Slamet Budijanto

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PANGAN OLAHAN BERBAHAN DASAR UBIJALAR LOKAL

KARAKTERISTIK PANGAN OLAHAN BERBAHAN DASAR UBIJALAR LOKAL KARAKTERISTIK PANGAN OLAHAN BERBAHAN DASAR UBIJALAR LOKAL Gelora H. Augustyn 1*), Helen Hetharie 2), Simon H.T. Raharjo 2), dan Marietje Pesireron 3) 1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Faperta Unpatti,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RESIDU BREM SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN ARENIA STICKY RICE

PEMANFAATAN RESIDU BREM SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN ARENIA STICKY RICE Jurnal Ilmiah Teknosains, Vol. 3 No. 1 Mei 2017 PEMANFAATAN RESIDU BREM SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN ARENIA STICKY RICE Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Veteran

Lebih terperinci

Ubi jalar yang bernilai jual adalah yang ukuran umbinya besar dengan

Ubi jalar yang bernilai jual adalah yang ukuran umbinya besar dengan Peningkatan Daya Guna dan Nilai Tambah Ubi Jalar Berukuran Kecil melalui Pengolahan Menjadi Saos dan Selai Erliana Ginting, Nila Prasetiaswati, dan Yudi Widodo 1 Ringkasan Ubi jalar berukuran kecil seringkali

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci