KERAGAAN KLON-KLON UBI KAYU DENGAN POTENSI HASIL UMBI DAN PATI TINGGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERAGAAN KLON-KLON UBI KAYU DENGAN POTENSI HASIL UMBI DAN PATI TINGGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI"

Transkripsi

1 KERAGAAN KLON-KLON UBI KAYU DENGAN POTENSI HASIL UMBI DAN PATI TINGGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI Kartika Noerwijati Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Malang Jl. Raya Kendalpayak Kotak Pos 66 Malang Telp ABSTRAK Produksi ubi kayu nasional saat ini belum dapat memenuhi pemintaan yang ada. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk yang masih cukup tinggi dan semakin berkembangnya industri berbasis ubi kayu akan meningkatkan permintaan ubi kayu, sehingga perlu upaya peningkatan produksi. Salah satu faktor pendukung peningkatan produksi adalah tersedianya varietas unggul berdaya hasil dan berkadar pati tinggi. Tujuan penelitian adalah mengetahui keragaan potensi hasil umbi dan kadar pati klon-klon ubi kayu sebagai bahan baku industri. Percobaan dilakukan di KP Muneng (Probolinggo) pada tahun Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Bahan penelitian adalah 25 klon ubi kayu hasil persilangan pada tahun 2002 dan Variabel yang diamati mencangkup hasil umbi segar, kadar bahan kering umbi, kadar air (basis kering), kadar pati (basis basah), kadar pati (basis kering), hasil pati, warna kulit umbi, warna daging umbi, dan rasa umbi segar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel yang diamati beragam antarklon. Hasil umbi berkisar antara 25,31 48,62 t/ha (rata-rata 36,23 t/ha), kadar bahan kering 33,68 44,43% (rata-rata 39,43%), kadar air umbi segar 7,66 8,76% (rata-rata 8,05%), kadar pati basis basah 17,79 21,80% (rata-rata 19,04%), kadar pati basis kering 76,66 84,32% (rata-rata 79,89%), dan hasil pati 4,55 9,06 t/ha (rata-rata 6,88 t/ha). Berdasarkan variabel hasil umbi dan hasil pati, terseleksi sembilan klon yang memiliki hasil umbi dan hasil pati di atas rata-rata populasi, yaitu CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , dan CMM Kata kunci: ubi kayu, hasil tinggi, kadar pati, hasil pati, bahan baku industri ABSTRACT Performance of cassava clones with high yield potential and starch content as industrial raw materials. National cassava production has not been able to meet the existing demand. Increasing the population growth rate and growing cassava-base industries will likely increase the demand for cassava, thus increase the production is required. One supporting factor for increasing cassava production is the availability of high yielding varieties and high starch content. The objective of the research was to determine the performance of yield potential and starch content of cassava clones as industrial raw materials. An experiment was carried out in Experimental Station in 2009, using randomized block design with three replications. A number of 25 cassava clones from crosses in 2002 and 2003 were tested. Observation was done on fresh tuber yield, tuber dry matter content, water content (dry basis), starch content (wet basis), starch content (dry basis), starch yield, outer dry skin colour, root parenchyma colour, and fresh tuber taste. The results reported the variation among clones for all parameters observed. Tuber yield ranged from t ha-1 (average t ha- 1), dry matter content % (average 39.43%), water content (dry basis)-66 to 8.76% (average 8.05%), starch content (wet basis) % (average 19.04%), starch content (dry basis) % (average 79.89%), and starch yield tha-1 (average 6.88 t/ha-1). Based on tuber and starch yield, there were nine clones with tuber and starch yield higher than those of population average. Keywords: cassava, high yield, starch content, industrial raw material Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

2 PENDAHULUAN Peluang pengembangan bisnis ubi kayu terbuka luas, karena kebutuhan terhadap produk berbahan baku ubi kayu sangat besar, seperti tapioka, gaplek, pelet, tepung, dengan kebutuhan pasar lokal untuk industri pangan dan minuman (sirup), tekstil, kertas, dan industri ternak. Di samping itu, pasar ekspor juga mempunyai peluang yang besar di antaranya ke Eropa, Jepang, Korea, China, Amerika, dan Jerman (Bio Research Development 2012). Pada saat ini produksi ubi kayu nasional baru mencapai 20 juta ton, sedangkan permintaan untuk pangan, pakan, dan industri telah mencapai sekitar 24,8 juta ton. Kebutuhan tersebut belum termasuk sebagai bahan baku bioetanol (Anonim 2012 a ). Ubi kayu memiliki kemampuan besar untuk mengubah energi matahari menjadi karbohidrat per unit area. Di antara tanaman berpati, ubi kayu menghasilkan karbohidrat 40% lebih tinggi dibanding padi dan 25% lebih tinggi dibanding jagung. Ubi kayu juga merupakan sumber kalori paling murah, baik untuk konsumsi manusia maupun pakan ternak. Komposisi ubi kayu meliputi 70% air, 25% pati, 2% serat, 1% protein, dan 3% substansi lain termasuk mineral (Tonukari 2004). Lebih dua pertiga dari total produksi ubi kayu digunakan untuk pangan. Ubi kayu untuk pangan langsung harus memenuhi syarat utama, yaitu tidak beracun (kadar HCN rendah, < 50 ppm) (Anonim 2012 b ). Untuk bahan baku industri seperti dipaparkan oleh Sundari (2010), ubi kayu yang sesuai adalah yang memiliki potensi hasil tinggi, kadar bahan kering dan kadar pati tinggi. Pati adalah produk tanaman paling penting bagi manusia, di antaranya merupakan komponen esensial pada produk pangan. Di Afrika Barat, tepung ubi kayu dikonsumsi dalam jumlah besar. Di samping itu, pati ubi kayu digunakan untuk industri dan pangan olahan. Pati merupakan bisnis bernilai miliaran dolar di seluruh dunia dan diaplikasikan pada berbagai macam industri. Industri yang menggunakan pati di antaranya industri tekstil, farmasi, kosmetik, lem, kertas, detergen, gula modifikasi, asam organik (Tonukari 2004, FAO 2006). Ubi kayu juga merupakan sumber bahan baku etanol. Roble et al. (2003) dalam Tonukari (2004) menunjukkan produksi asam L-Lactic dari pati ubi kayu dalam bioreaktor menggunakan jamur Aspergillus awamori dan bakteri Lactococcus lactis spp. Ampas ubi kayu dapat digunakan untuk menghasilkan phytase setelah penambahan sumber nitrogen dan garam (Hong et al dalam Tonukari 2004). Kulit ubi kayu juga dapat diubah menjadi karbon teraktivasi yang merupakan penyerap pewarna dan besi. Sebagai bahan baku industri, ubi kayu yang digunakan sebaiknya memiliki kadar protein rendah dan kadar HCN tinggi (Anonim 2012 b ). Saleh et al. (2012) menyebutkan bahwa tingginya jumlah penduduk Indonesia dengan laju pertumbuhan yang masih cukup tinggi (1,47% per tahun) mendorong pemerintah untuk meningkatkan produksi ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif mendukung ketahanan pangan nasional. Sebelumnya, Saleh dan Widodo (2007) menyebutkan bahwa sejalan dengan program diversifikasi pangan, berkembangnya industri pakan ternak, dan industri kimia berbasis ubi kayu (termasuk industri bioetanol), maka permintaan terhadap ubi kayu akan meningkat, sehingga perlu upaya peningkatan produksi, baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam. Peluang pengembangan ubi kayu masih terbuka dengan tersedianya lahan, pangsa pasar tidak terbatas, dan didukung oleh tersedianya varietas unggul berdaya hasil dan berkadar pati tinggi serta paket teknologi budi daya spesifik lokasi. 530 Noerwijati: Klon Ubi Kayu Hasil dan Pati Tinggi Sebagai Bahan Baku Industri

3 Jumlah varietas unggul ubi kayu di Indonesia relative tidak sebanyak varietas unggul dari kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi jalar. Hal ini antara lain disebabkan oleh umur ubi kayu yang relatif panjang sehingga memerlukan seleksi yang lebih lama. Selain itu, ubi kayu bukan merupakan komoditas prioritas meskipun memiliki peran penting dalam beragam industri. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui potensi hasil umbi dan kadar pati beberapa klon ubi kayu sebagai bahan baku industri. BAHAN DAN METODE Percobaan dilakukan di KP Muneng (Probolinggo) pada tahun Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan tiga ulangan. Bahan penelitian adalah 25 klon ubi kayu hasil persilangan pada tahun 2002 dan Stek ditanam pada plot berukuran 5 m x 4 m dengan jarak tanam 100 cm x 80 cm. Tanaman dipupuk dengan 200 kg Urea kg SP kg KCl/ha. Pemeliharaan tanaman meliputi pewiwilan tunas pada umur 1 BST, penyiangan pada umur 1 dan 3 BST, dan pembumbunan yang dilakukan setelah penyiangan. Variabel yang diamati adalah hasil umbi segar, kadar bahan kering umbi, kadar air (basis kering), kadar pati (basis basah menggunakan metode specific gravity), kadar pati (basis kering), hasil pati, warna kulit umbi, warna daging umbi, dan rasa umbi segar. Pengamatan dilakukan pada umur 9 bulan. Data yang diperoleh dianalis dengan model rancangan acak kelompok (Tabel 1) mengikuti Baihaki (2000). Tabel 1. Analisis varian dan komponen varian rancangan acak kelompok. Sumber variasi Derajat bebas Kuadrat tengah Harapan kuadrat tengah F hitung Ulangan r - 1 KTr σ 2 e + t σ 2 g KTr / KTe Klon t - 1 KTg σ 2 e + r σ 2 g KTg / KTe Galat (r 1)(t 1) KTe σ 2 e Total rt - 1 r = ulangan t = perlakuan (klon). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil umbi, kadar bahan kering umbi, kadar air umbi segar, kadar pati (basis basah dan basis kering), dan hasil pati menunjukkan perbedaan yang nyata antarklon (Tabel 2). Hasil umbi dari 25 klon yang diuji berkisar antara 25,31 48,62 t/ha dengan rata-rata 36,23 t/ha. Hasil umbi terendah terdapat pada klon CMM dan tertinggi pada klon CMM Hasil umbi klon CMM lebih tinggi 20,9% dibandingkan dengan rata-rata hasil pembanding (40,22 t/ha). Terdapat 11 klon yang memiliki hasil di atas ratarata populasi dan empat klon setara atau di atas rata-rata pembanding, yaitu klon CMM , CMM , CMM , dan CMM (Tabel 3). Rata-rata hasil nasional ubi kayu per hektar saat ini adalah sekitar 20,3 t/ha (BPS 2012), rata-rata dunia hanya sekitar 10 t/ha. Hartojo dan Puspitorini (2012) menyebutkan bahwa ubi kayu mempunyai potensi untuk menghasilkan umbi segar hingga 100 t/ha, dan menurut Saleh et al. (2012) hal tersebut dapat dicapai melalui penerapan teknologi budi daya yang tepat. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

4 Tabel 2. Karakter Hasil analisis ragam dan koefisien keragaman beberapa karakter kuantitatif 25 klon ubi kayu. KP Muneng, Probolinggo, Kuadrat tengah KK (%) Blok Klon Galat Hasil umbi 238,940 * 97,115 * 48,262 19,17 Kadar bahan kering umbi 7,716 tn 25,351 * 11,927 8,76 Kadar air 0,0004 tn 0,2003 ** 0,0013 0,45 Kadar pati (bb) 1,0983 tn 5,857 ** 1,6421 6,73 Kadar pati (bk) 0,0037 tn 15,7467 ** 0,0251 0,198 Hasil pati 6,136 * 3,928 ** 1,767 19,32 KK = koefisien keragaman tn, *, dan ** masing-masing menunjukkan tidak berbeda nyata, berbeda nyata, dan berbeda sangat nyata pada taraf uji 5% dan 1%. Bahan kering umbi beragam antarvarietas dengan kisaran 33,68-44,43% dengan ratarata 39,43%. Klon yang memiliki bahan kering paling rendah adalah CMM , sedangkan bahan kering tertinggi dimiliki oleh klon CMM yang tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding UJ 5 dan Malang 6. Sepuluh klon mempunyai kadar bahan kering di atas rata-rata populasi sekaligus di atas rata rata pembanding (39,28%) (Tabel 3), yaitu klon CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , dan CMM Sebagian besar klon yang diuji mempunyai kisaran bahan kering 37,26 39,05%. Chavez et al. (2008) memperoleh rata-rata kadar bahan kering 35,89% dari 243 sampel dengan kisaran 21,68 48,01%. Kadar air basis kering klon-klon yang diuji rata rata 8,05%. Kadar air terendah terdapat pada klon CMM (7,66%) dan tertinggi pada klon CMM (8,76%) (Tabel 3). Tiga belas klon memiliki kadar air di bawah rata-rata. Sebanyak 36% dari klon yang diuji memiliki kadar air 8,02 8,21%. Kadar air basis kering pada penelitian ini lebih rendah dari penelitian Piyachomkwan (2011) dengan kadar air 10 14%. Kadar pati basis basah klon-klon yang diuji berkisar antara 16,79 21,80%, dengan rata rata 19,04%, sedangkan rata-rata varietas pembanding adalah 19,12% (Tabel 3). Kadar pati tertinggi dicapai oleh klon CMM , tidak berbeda nyata dengan UJ 5, CMM , CMM , dan CMM Terdapat sebelas klon yang mempunyai kadar pati basis basah di atas rata-rata populasi sekaligus di atas rata-rata pembanding (Tabel 3). Ubi kayu pada umur optimal mempunyai kadar pati basis basah 15 33% (BeMiller dan Whistler 2009), bahkan kadar pati terendah dapat mencapai 12%, dengan kisaran normal 22 31% (Darkwa et al. 2003), bergantung pada umur, varietas, tanah, iklim, dan saat panen (BeMiller dan Whistler 2009, Darkwa et al. 2003). Umbi yang dipanen kurang dari umur optimal (<9 bulan) akan memiliki kadar pati lebih rendah, berkisar 18 27%, sedangkan umbi yang dipanen melebihi umur optimal (>24 bulan) memiliki kadar pati lebih rendah dan mengandung serat lebih tinggi sehingga prosesing pati menjadi lebih sulit (Darkwa et al. 2003). 532 Noerwijati: Klon Ubi Kayu Hasil dan Pati Tinggi Sebagai Bahan Baku Industri

5 Tabel 3. Keragaan beberapa karakter kuantitatif dari 25 klon ubi kayu. KP Muneng, Kadar bahan Kadar air Kadar pati Kadar pati Klon Hasil (t/ha) kering umbi (%) (%bk) (% bk) (%bb) UJ 5 41,90 abc 44,36 a 8,13 de 77,63 jkl 21,51 a Malang 6 41,06 abcd 41,39 abcde 7,69 k 76,66 l 19,56 bcde Malang 4 43,37 ab 38,55 cdefgh 8,13 def 78,76 hijk 18,20 defgh Adira 4 34,55 bcdef 37,33 efghi 8,21 cd 77,41 jkl 18,48 defgh CMM ,18 bcdef 42,99 abc 7,97 h 82,10 bcd 21,48 a CMM ,71 cdef 42,65 abcd 7,96 hi 80,91 cdefg 18,63 defgh CMM ,96 abcd 38,05 defghi 8,15 de 81,34 cdef 18,17 efgh CMM ,22 abcd 40,68 abcdef 8,01 gh 78,13 ijkl 20,51 abc CMM ,33 bcdef 43,04 abc 8,18 de 81,07 cdefg 20,99 ab CMM ,31 f 37,41 efghi 8,09 efg 80,08 efgh 18,78 cdefg CMM ,91 abcd 40,49 abcdef 8,14 de 81,60 cde 19,41 bcde CMM ,96 bcde 38,40 cdefgh 8,59 b 80,95 cdefg 20,03 abcd CMM ,60 bcdef 37,80 efghi 7,97 h 77,11 kl 18,01 efgh CMM ,14 def 38,51 cdefgh 7,76 jk 79,23 ghij 17,41 fgh CMM ,37 ab 34,36 hi 8,76 a 76,68 l 17,10 gh CMM ,36 ef 38,11 defghi 7,66 k 81,29 cdef 17,09 gh CMM ,53 abcd 40,59 abcdef 7,76 jk 81,03 cdefg 18,63 defgh CMM ,13 bcdef 43,69 ab 8,20 cde 83,71 ab 21,80 a CMM ,62 a 38,48 cdefgh 7,77 jk 77,29 kl 18,49 defgh CMM ,44 bcdef 44,43 a 8,30 c 84,32 a 20,04 abcd CMM ,13 bcdef 35,75 ghi 8,02 fgh 76,81 l 19,25 bcdef CMM ,54 bcdef 33,68 i 7,92 hi 77,13 kl 16,79 h CMM ,22 abcd 39,55 bcdefg 7,85 ij 79,64 fghi 18,31 defgh CMM ,96 bcde 36,56 fghi 8,18 de 80,54 defgh 17,86 efgh CMM ,31 f 43,51 ab 7,92 hi 82,48 abc 20,68 ab Rata-rata 36,23 39,43 8,05 79,89 19,04 Rata-rata pembanding 40,22 39,28 8,04 77,62 19,44 BNT (5%) 11,40 5,67 0,06 0,26 2,10 Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. Seperti halnya kadar pati basis basah, kadar pati basis kering juga menunjukkan keragaman antarklon. Kadar pati basis kering mempunyai rata-rata 79,89% dengan kisaran 76,66 84,32%, dan rata-rata varietas pembanding 77,61%. Kadar pati basis kering tertinggi dicapai klon CMM , tidak berbeda nyata dengan CMM dan terendah terdapat pada varietas Malang 6 (Tabel 3). Sebanyak 13 klon (52%) memiliki kadar pati basis kering di atas rata-rata populasi. Rata rata kadar pati varietas pembanding lebih kecil dari rata rata populasi sehingga sebagian besar klon yang diuji memiliki kadar pati basis kering lebih tinggi dari varietas pembanding. Numawanya et al. (2010) memperoleh rata-rata kadar pati basis kering sebesar 80,99% dari 568 klon dan rata-rata pembanding 81,25%. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

6 Analisis korelasi menunjukkan terdapat korelasi positif antara kadar bahan kering dengan kadar pati basis basah (0,60**) dan kadar pati basis kering (0,50**), dan antara kadar pati basis basah dengan basis kering (0,41**). Hal tersebut menunjukan peningkatan kadar bahan kering umbi juga akan meningkatkan kadar pati, baik basis basah maupun kering, dan peningkatan kadar pati basis basah akan diikuti oleh peningkatan kadar pati basis kering. Hasil pati klon-klon ubi kayu yang diuji berkisar antara 4,55 9,06 t/ha dengan rata-rata 6,88 t/ha, sedangkan rata-rata varietas pembanding adalah 7,65 t/ha. Hasil pati tertinggi terdapat pada klon CMM dan CMM (Tabel 4). Terdapat 12 klon yang mempunyai hasil pati di atas rata-rata populasi dan dua klon dengan hasil pati lebih tinggi dari rata-rata varietas pembanding yaitu CMM dan CMM Sebagian besar klon (36%) menghasilkan pati 6,80 7,55 t/ha. Santisopasri et al. (2001) melaporkan bahwa hasil pati enam klon yang diamati berkisar antara 0,1 0,2 t/ha pada kondisi stres air dan 5,0 8,7 t/ha pada kondisi optimal. IITA (2005) menyebutkan bahwa sekitar 25% pati dapat diperoleh dari umbi pada umur optimal dan berkualitas baik. Selain ketersediaan air, faktor umur dan kualitas umbi sangat menentukan hasil pati yang diperoleh. Daging umbi dari semua klon berwarna putih, kecuali klon CMM , CMM , dan CMM yang mempunyai warna daging umbi kuning. Terdapat dua warna kulit luar umbi yaitu putih (6 klon) dan coklat (19 klon). Rasa umbi segar tidak pahit sebanyak 12 klon dan pahit 13 klon. Dari tiga klon berwarna umbi kuning terdapat satu klon yang mempunyai rasa umbi pahit, sedangkan dua klon lain rasa manis. Warna daging umbi putih merupakan salah satu syarat sebagai bahan baku industri terutama industri pati dan tepung karena derajat putih merupakan salah satu syarat mutu produk yang harus dipenuhi (Sembiring 2011). Sundari (2010) menyebutkan bahwa sebagai bahan baku industri, kadar HCN tinggi (rasa pahit) tidak menjadi masalah karena HCN akan hilang dalam proses pencucian, pemanasan, maupun pengeringan. Berdasarkan variabel hasil umbi dan hasil pati maka terpilih sembilan klon yang mempunyai hasil umbi sekaligus hasil pati di atas rata-rata populasi, yaitu klon CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , dan CMM Klon CMM mempunyai hasil umbi dan pati lebih tinggi dari hasil tertinggi varietas pembanding. 534 Noerwijati: Klon Ubi Kayu Hasil dan Pati Tinggi Sebagai Bahan Baku Industri

7 Tabel 4. Hasil pati, warna kulit, daging umbi, dan rasa umbi segar dari 25 klon ubi kayu. Probolinggo, Klon Hasil pati (t/ha) Warna kulit umbi Warna daging umbi Rasa umbi segar UJ 5 8,33 ab Putih Putih Pahit Malang 6 8,03 abc Putih Putih Pahit Malang 4 7,87 abc Coklat Putih Pahit Adira 4 6,35 bcdef Coklat Putih Pahit CMM ,53 abc Coklat Putih Pahit CMM ,94 cdef Coklat Putih Tidak pahit CMM ,04 abcde Coklat Putih Tidak pahit CMM ,84 abc Coklat Putih Tidak pahit CMM ,64 abc Coklat Putih Pahit CMM ,74 f Coklat Putih Pahit CMM ,34 abcd Coklat Kuning Pahit CMM ,40 abc Coklat Putih Tidak pahit CMM ,09 cdef Coklat Putih Pahit CMM ,18 def Coklat Kuning Tidak pahit CMM ,40 abc Putih Putih Tidak pahit CMM ,55 f Putih Putih Tidak pahit CMM ,56 abc Putih Putih Tidak pahit CMM ,44 abc Coklat Putih Tidak pahit CMM ,06 a Coklat Putih Pahit CMM ,93 abcde Coklat Putih Pahit CMM ,57 bcdef Coklat Putih Tidak pahit CMM ,11 cdef Coklat Putih Pahit CMM ,37 abc Coklat Putih Pahit CMM ,56 bcdef Coklat Kuning Tidak pahit CMM ,12 ef Coklat Putih Tidak pahit Rata-rata 6,88 Rata-rata pembanding 7,65 Koefisien keragaman (%) 19,32 BNT (%) 2,18 Angka selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Hasil umbi berkisar antara 25,31 48,62 t/ha (rata-rata 36,23 t/ha), kadar bahan kering 33,68 44,43% (rata-rata 39,43%), kadar air umbi basah 7,66 8,76% (rata-rata 8,05%), kadar pati basis basah 17,79 21,80% (rata-rata 19,04%), kadar pati basis kering 76,66 84,32% (rata-rata 79,89%), dan hasil pati 4,55 9,06 t/ha (rata-rata 6,88 t/ha). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

8 2. Terdapat sembilan klon yang memiliki hasil umbi dan hasil pati di atas rata-rata, yaitu CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , CMM , dan CMM Terdapat satu klon yang mempunyai hasil umbi dan pati lebih tinggi dari hasil tertinggi varietas pembanding, yaitu klon CMM Klon dengan potensi hasil umbi dan pati tinggi perlu diuji lebih lanjut untuk mengetahui kestabilan hasil umbi dan patinya pada berbagai lingkungan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Bp. Wisnu Unjoyo, SP selaku kepala KP Muneng dan Bp. Sugiyanto yang telah membantu kelancaran pelaksaan percobaan. DAFTAR PUSTAKA Anonim a Potensi Produksi Ubi Kayu sebagai Bahan Baku Bioethanol. Diakses tanggal 22 Juni Anonim b Ubi Kayu. Diakses tanggal 22 Juni Baihaki, A Teknik Rancang dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Diktat Kuliah. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung. 91p. Tidak diterbitkan. BeMiller, JW and RL. Whistler Starch : Chemistry and Technology. Food Science and Technology, International Series. ISBN id=anbz_whrm2yc&pg=pa544&lpg=pa544&dq=starch+content+(wet+basis)+in+cassav a&source=bl&ots=dwj5soay4o&sig=jofmp_9zzhpqraxiq8fjdduxqjc&hl=id&sa=x&ei= m6t5malnhkrae04-thbw&ved=0ceuq6aewag#v=onepage&q=starch%20content%20(wet%20basis)%20in%20cassava&f=false Diakses tanggal 22 Mei Bio Research Development About Cassava. com_content&task=view&id=68&itemid=160 Diakses tanggal 7 Mei BPS online Statistics Indonesia. Diakses tanggal 3 Juli Breuninger, W.F., K. Piyachomkwan, and K. Sriroth Tapioca/Cassava Starch : Production and Uses. P In Cassava Bioethanol Production (Ed. K. Piyachomkwan). South-South Technology Transfer : Ethanol Production from Cassava. Siam City Hotel, Bangkok, Thailand, June Chavez, A.L., H. Ceballos, D.B. Rodriguez-Amaya, J.C. Perez, T. Sanchez, F. Calle, M. Morante Sampling Variation for Carotenoids and Dry Matter Content in Cassava Roots. Journal of Root Crops Vol.34 (1) : ISSN Darkwa, N.A., F.K. Jetuah and D. Sekyere Utilization of Cassava Flour for Production of Adhesive for the Manufacture of Paperboards. Sustainable industrial markets for cassava project. Final reports on project output Forestry Research Institute of Ghana. Diakses tanggal 22 Mei FAO Starch Market Adds Value to Cassava. Agriculture 21. Fehr, R.W Principles of Cultivar Development. Vol. I. Macmillan Inc. New York. Hartojo, K. dan P. Puspitorini Cassava Germplasm Conservation and Crop Improvement in Indonesia. 10p. pdf Diakses tanggal 21 Mei 2012 IITA Cassava Starch Production. Integrated Cassava Project. postharvest/starch03.htm Diakses tanggal 23 Mei Nuwamanya, E., Y. Baguma, N. Emmambux and P. Rubaihayo Crystalline and Properties of Cassava starch are Influenced by Its Molecular Properties. African Journal of Food Science Vol.4 (1): ISSN Noerwijati: Klon Ubi Kayu Hasil dan Pati Tinggi Sebagai Bahan Baku Industri

9 Olomo, V. and O. Ajibola Processing Factors Affecting the Yield and Physicochemical Properties of Starch from Cassava Chips and Flour. Starch Starke Vol. 55 (10) : Piyachomkwan K Cassava Bioethanol Production. South South Technology Transfer : Ethanol Production from Cassava. Siam City Hotel, Bangkok June p. Santisopasri V., Kurotjanawong K., Chotineranat S., Piyachomkwan K., Sriroth K., and Oates CG Impact of Water Stress on Yield and Quality of Cassava Starch. Ind. Crop. Prod. 13 : Saleh, N. Dan Y. Widodo Profil dan Peluang Pengembangan Ubi kayu di Indonesia. Buletin Palawija (2007) No.4 : Saleh, N., St.A. Rahayuningsih, dan M.M. Adie Peningkatan Produksi dan Kualitas Umbiumbian. Sundari, T Petunjuk teknis : Pengenalan Varietas Unggul dan Teknik Budidaya Ubi Kayu (Materi Pelatihan Agribisnis bagi KMPH). Diakses tanggal 31 Juli 2012 Tonukari, NJ Cassava and the future starch. Electronic Journal of Biotechnology Vol. 7. No.1. Issue of April 15, Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi

KERAGAAN KOMPONEN HASIL, HASIL, DAN KUALITAS UMBI KLON-KLON UBI KAYU DI LAHAN ENTISOL KABUPATEN KEDIRI

KERAGAAN KOMPONEN HASIL, HASIL, DAN KUALITAS UMBI KLON-KLON UBI KAYU DI LAHAN ENTISOL KABUPATEN KEDIRI KERAGAAN KOMPONEN HASIL, HASIL, DAN KUALITAS UMBI KLON-KLON UBI KAYU DI LAHAN ENTISOL KABUPATEN KEDIRI Kartika Noerwijati Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak

Lebih terperinci

POTENSI HASIL KLON HARAPAN UBIKAYU PADA TIGA UMUR PANEN BERBEDA

POTENSI HASIL KLON HARAPAN UBIKAYU PADA TIGA UMUR PANEN BERBEDA POTENSI HASIL KLON HARAPAN UBIKAYU PADA TIGA UMUR PANEN BERBEDA Sutrisno dan Titik Sundari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan ubi-ubian JL. Raya Kendalpayak, KM 8, Kotak Pos 66 Malang, Telp.

Lebih terperinci

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23 VI. UBIKAYU 6.1. Perbaikan Genetik Kebutuhan ubikayu semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya berbagai industri berbahan baku ubikayu, sehingga diperlukan teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya peningkatan produksi ubi kayu seringkali terhambat karena bibit bermutu kurang tersedia atau tingginya biaya pembelian bibit karena untuk suatu luasan lahan, bibit yang dibutuhkan

Lebih terperinci

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41 VI. UBI KAYU 6.1. Perbaikan Genetik Sejatinya komoditas ubi kayu memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Pada level harga ubi kayu Rp750/kg, maka dengan produksi 25,5 juta ton (tahun

Lebih terperinci

Potensi Hasil Umbi dan Hasil Pati Klon-Klon Harapan Ubi Kayu

Potensi Hasil Umbi dan Hasil Pati Klon-Klon Harapan Ubi Kayu Potensi Hasil Umbi dan Hasil Pati Klon-Klon Harapan Ubi Kayu Kartika Noerwijati Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak Km. 8 Kotak Pos 66 Malang 65101 E-mail: tika_iletri@yahoo.com

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI Ubi kayu dapat dimanfaatkan untuk keperluan pangan, pakan maupun bahan dasar berbagai industri. Oleh karena itu pemilihan varietas ubi kayu

Lebih terperinci

PENAMPILAN TUJUH KLON HARAPAN UBIKAYU DI LAHAN KERING MASAM

PENAMPILAN TUJUH KLON HARAPAN UBIKAYU DI LAHAN KERING MASAM PENAMPILAN TUJUH KLON HARAPAN UBIKAYU DI LAHAN KERING MASAM Sholihin 1, K. Noerwijati 1, dan I M.J. Mejaya 2 1 Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi; Jl. Raya Kendalpayak km 8 Kotak Pos 66 Malang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Varetas Adira-1

Lampiran 1. Deskripsi Varetas Adira-1 LAMPIRAN 39 Lampiran 1. Deskripsi Varetas Adira-1 Adira-1 Dilepas tahun : 1978 Nomor seleksi klon : W-78 Asal : Persilangan Mangi/Ambon, Bogor 1957 Hasil rata-rata : 22 t/ha umbi basah Umur : 7 10 bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

Hubungan antara Komponen Hasil dan Hasil Umbi Klon Harapan Ubi Kayu

Hubungan antara Komponen Hasil dan Hasil Umbi Klon Harapan Ubi Kayu Hubungan antara Komponen Hasil dan Hasil Umbi Klon Harapan Ubi Kayu Titik Sundari, Kartika Noerwijati, dan I. Made J. Mejaya Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak,

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL 99 PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL Effect of Plant Spacing on Yield of Various Types of Rice Cultivars Abstrak Penelitian yang bertujuan mempelajari pengaruh jarak tanam terhadap

Lebih terperinci

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBI KAYU UK-1

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBI KAYU UK-1 DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBI KAYU 19782016 UK-1 Klik nama Varietas untuk menuju ke halaman informasi Varietas VARIETAS ADIRA 1 ADIRA 2 ADIRA 4 MALANG 1 MALANG 2 DARUL HIDAYAH UJ-3 UJ-5 MALANG 4 MALANG

Lebih terperinci

POTENSI HASIL UMBI DAN PATI BEBERAPA KLON HARAPAN UBIKAYU

POTENSI HASIL UMBI DAN PATI BEBERAPA KLON HARAPAN UBIKAYU POTENSI HASIL UMBI DAN PATI BEBERAPA KLON HARAPAN UBIKAYU Sri Wahyuningsih dan Titik Sundari Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak km 8, Kotak Pos 66 Malang Email

Lebih terperinci

V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU

V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU V. VARIETAS UNGGUL UBI KAYU Pemilihan varietas yang akan ditanam tergantung tujuan. Ubi kayu dengan rasa enak (tidak pahit, HCN 40 mg/kg umbi segar) dan tekstur daging umbi lembut sangat sesuai untuk pangan

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UK-1

DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UK-1 DESKRIPSI VARIETAS UNGGUL UBIKAYU 1978 2012 UK-1 ADIRA 1 Dilepas tahun : 1978 Nomor seleksi klon : W-78 Asal : Persilangan Mangi/Ambon, Bogor 1957 Hasil rata-rata : 22 t/ha umbi basah Umur : 7 10 bulan

Lebih terperinci

KETAHANAN VARIETAS/KLON UBI KAYU TERHADAP HAWAR BAKTERI SECARA ALAMI DI LAPANGAN

KETAHANAN VARIETAS/KLON UBI KAYU TERHADAP HAWAR BAKTERI SECARA ALAMI DI LAPANGAN KETAHANAN VARIETAS/KLON UBI KAYU TERHADAP HAWAR BAKTERI SECARA ALAMI DI LAPANGAN Nasir Saleh, Budhi Santoso r., dan Muslikul Hadi Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak

Lebih terperinci

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN Sumarni T., S. Fajriani, dan O. W. Effendi Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaJalan Veteran Malang Email: sifa_03@yahoo.com

Lebih terperinci

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa) JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN : 2338-3976 PENGARUH PUPUK N, P, K, AZOLLA (Azolla pinnata) DAN KAYU APU (Pistia stratiotes) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa) THE

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC LAMPIRAN 38 38 Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC Perlakuan Laju pertambahan tinggi (cm) kedelai pada minggu ke- a 1 2 3 4 5 6 7 AUHPGC (cmhari)

Lebih terperinci

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi

UBI JALAR. Seleksi Gulud Tunggal Klon-klon Ubi jalar. Berkadar Betakarotin Tinggi UBI JALAR Ubi jalar memiliki prospek dan peluang besar untuk bahan pangan dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, ubi jalar mempunyai beberapa keunggulan, antara lain relatif memiliki nilai gizi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.) PENGARUH PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) PADA SISTEM OLAH TANAH THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Juni, 2013 Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan PROSPEK KLON-KLON HARAPAN DAN VARIETAS UBIKAYU DI KALIMANTAN TIMUR PROSPECT OF CASSAVA PROMISING CLONES AND VARIETIES IN KALIMANTAN TIMUR Sholihin Balitkabi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan komoditas andalan Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan komoditas andalan Indonesia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan komoditas andalan Indonesia, khususnya Provinsi Lampung. Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu

Lebih terperinci

KARAKTER AGRONOMIS GALUR-GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS, BURANGRANG, DAN ANJASMORO

KARAKTER AGRONOMIS GALUR-GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS, BURANGRANG, DAN ANJASMORO KARAKTER AGRONOMIS GALUR-GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN TANGGAMUS, BURANGRANG, DAN ANJASMORO Rina Artari 1 dan Heru Kuswantoro 1 1 Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pembangunan pertanian tidak lagi berorientasi semata - mata

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pembangunan pertanian tidak lagi berorientasi semata - mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini pembangunan pertanian tidak lagi berorientasi semata - mata pada peningkatan produksi tetapi kepada peningkatan produktivitas dan nilai tambah. Untuk itu

Lebih terperinci

RAGAM PERTUMBUHAN, HASIL UMBI, DAN PATI KLON-KLON UBIKAYU PADA UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN

RAGAM PERTUMBUHAN, HASIL UMBI, DAN PATI KLON-KLON UBIKAYU PADA UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN RAGAM PERTUMBUHAN, HASIL UMBI, DAN PATI KLON-KLON UBIKAYU PADA UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN Tinuk Sri Wahyuni 1* dan T. Sundari 1 1 Balai Penelitian Aneka Tanaman Kacang dan Umbi Jl.Raya Kendalpayak, Km-8,

Lebih terperinci

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk, sementara lahan untuk budi daya tanaman biji-bijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya dalam melakukan aktivitas sehari-hari manusia memerlukan beberapa asupan kedalam tubuh. Beberapa asupan yang dibutuhkan oleh tubuh manusia antara lain

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan daerah tropis. Ubi kayu menjadi tanaman pangan pokok ketiga setelah padi dan jagung.

Lebih terperinci

Karakteristik Agronomis dan Fisikokimia Umbi Klon Ubikayu Genjah

Karakteristik Agronomis dan Fisikokimia Umbi Klon Ubikayu Genjah Karakteristik Agronomis dan Fisikokimia Umbi Klon Ubikayu Genjah Titik Sundari dan Rahmi Yulifianti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak Km 8, Kotak Pos 66 Malang

Lebih terperinci

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK Sunyoto *, R. Murtopo, dan M. Kamal Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung Bandar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN HASIL BERBAGAI VARIETAS KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) Wilczek) PADA KADAR AIR YANG BERBEDA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PERSETUJUAN. iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT v UCAPAN TERIMA KASIH vi ABSTRAK viii ABSTRACT. ix RINGKASAN..

Lebih terperinci

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *) Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif Oleh : Sri Purwanti *) Pendahuluan Pangan produk peternakan terutama daging, telur dan susu merupakan komoditas

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Juni, 2013 KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL UBI JALAR (Ipomoea batatas L.) DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN SRAGEN THE PERFORMANCE

Lebih terperinci

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT Baiq Tri Ratna Erawati 1), Awaludin Hipi 1) dan Andi Takdir M. 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO 646. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.3, Juni 2013 ISSN No. 2337-6597 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI ( Brassica juncea L ) TERHADAP PEMBERIAN URINE KELINCI DAN PUPUK GUANO Teuku Alvin Djafar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia di bumi ini masih membutuhkan sandang, pangan dan perumahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia di bumi ini masih membutuhkan sandang, pangan dan perumahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek usaha yang jelas merupakan faktor pendukung untuk mewujudkan tujuan. Dengan demikian berlandaskan pada prospek, diharapkan semua pelaku usaha bisa bersemangat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

Keragaman Sifat Agronomi dan Kandungan Pati 20 Aksesi Tanaman Garut (Maranta arundinaceae L)

Keragaman Sifat Agronomi dan Kandungan Pati 20 Aksesi Tanaman Garut (Maranta arundinaceae L) Keragaman Sifat Agronomi dan Kandungan Pati 20 Aksesi Tanaman Garut (Maranta arundinaceae L) Fitrahtunnisa 1, Eka Widiastuti 1 dan Lelya Pramudyani 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB 2

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Pupuk anorganik. : / 0,25 m. : tanaman. : g / tan.

Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Pupuk anorganik. : / 0,25 m. : tanaman. : g / tan. Lampiran 1. Perhitungan Kebutuhan Pupuk anorganik Jarak antar larikan : 25 cm Populasi : Luas Lahan / Jarak tanam : 10.000 / 0,25 m : 40.000 tanaman Kebutuhan Pupuk K1 Urea 100 kg /Ha : Dosis / Populasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Cock (1985), ubikayu merupakan salah satu tanaman penghasil kalori penting di daerah tropik. Tanaman ubikayu ini dapat membentuk karbohidrat dengan efisien. Dalam Widodo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu perhatian utama dalam pembangunan nasional. Usaha peningkatan produksi bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki konsumsi yang besar terhadap produk tepung terigu baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu nasional masih belum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009 UJI ADAPTASI POPULASI-POPULASI JAGUNG BERSARI BEBAS HASIL PERAKITAN LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Peneliti

Lebih terperinci

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO Sutardi, Kristamtini dan Setyorini Widyayanti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta ABSTRAK Luas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penentuan jenis tanaman pangan yang sesuai ditanam pada lahan tertentu didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai pendukung pengambilan keputusan,

Lebih terperinci

Ketergantungan kebutuhan karbohidrat pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional.

Ketergantungan kebutuhan karbohidrat pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional. Ketergantungan kebutuhan karbohidrat pada padi seperti yang terjadi saat ini sangat tidak menguntungkan bagi kelangsungan ketahanan pangan nasional. Luas sawah yang relatif tetap bahkan cenderung berkurang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu (Manihot Esculenta) merupakan tanaman umbi berupa perdu dengan nama lain singkong atau kasape. Ubi kayu berasal dari benua Amerika Selatan, tepatnya dari negara

Lebih terperinci

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI Fitri Handayani 1, Nurbani 1, dan Ita Yustina 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur; 2 Balai Pengkajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 19 ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) Nur Edy Suminarti 1) 1) Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 e-mail

Lebih terperinci

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati Kebutuhan pangan selalu mengikuti trend jumlah penduduk dan dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan per kapita serta perubahan

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL

VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL Penggunaan bahan bakar fosil (fossil fuel) secara terus menerus menimbulkan dua ancaman serius: (1) faktor ekonomi, berupa jaminan

Lebih terperinci

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH: NEZLY NURLIA PUTRI No. BP 07117037 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perekonomian nasional tidak terlepas dari berkembangnya sumber daya alam yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki

Lebih terperinci

PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI

PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI PENGARUH PROPORSI TERIGU DAN TAPIOKA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BANDENG SKRIPSI OLEH: FELICIA DEVITA WIJAYA 6103007041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

Deskripsi Ubikayu Varietas Adira 1

Deskripsi Ubikayu Varietas Adira 1 Deskripsi Ubikayu Varietas Adira 1 Nama Varietas : Adira 1 Tahun : 1978 : Mangi/Ambon Rataan Hasil : 22 t/ha : Umur tanaman : 7-10 bulan Tinggi batang : 1-2 m Bentuk daun : menjari agak lonjong Warna pucuk

Lebih terperinci

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari The Effect of Peanut (Arachis hypogaea L.) and Corn (Zea mays

Lebih terperinci

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai

Lebih terperinci

USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG

USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG DEA NADIA KERJASAMA ABG DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA - IPB CV HORTITEK Pangalengan Bandung UPTD BPSBTPH PROVINSI JAWA BARAT 2008 Dalam Kerangka Horticultural Partnership

Lebih terperinci

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.)

PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.) PENGARUH MACAM AUKSIN PADA PEMBIBITAN BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JATI (Tectona grandis, L.) Didi Kuntoro 1), Rahayu Sarwitri 2), Agus Suprapto 3) Abstract An experiment about of the effect auxin kind on

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka termasuk industri hilir, di mana industri ini melakukan proses pengolahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Tepung Tapioka Skala Rakyat Industri tepung tapioka merupakan industri yang memiliki peluang dan prospek pengembangan yang baik untuk memenuhi permintaan pasar. Industri

Lebih terperinci

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya. PENDAHULUAN Kebutuhan pangan secara nasional setiap tahun terus bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk sementara lahan untuk budidaya untuk tanaman bijibijian seperti padi dan jagung luasannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian harus dipandang dari dua pilar utama secara terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm agriculture/agribusiness)

Lebih terperinci

Kata kunci : rimpang garut, pati garut, umur panen, industri pangan

Kata kunci : rimpang garut, pati garut, umur panen, industri pangan Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi KARAKTERISASI FISIK DAN KIMIA RIMPANG DAN PATI GARUT (Marantha arundinacea L.) PADA BERBAGAI UMUR PANEN (Physicochemical characterization of arrowroot rhizome

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi tanaman singkong di Indonesia sangat tinggi, menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia mencapai 24.044.025 ton

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap komoditas beras sebagai bahan pangan utama cenderung terus meningkat setiap

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir) PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir) THE EFFECT OF COW MANURE DOSAGE AND NITROGEN FERTILIZER ON GROWTH AND

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki beragam ekosistem sangat cocok bila bahan pangan pokok penduduknya beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Respon Umur Tanaman Pada Cekaman Kekeringan Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor pembatas yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN 19 GALUR TOMAT F6(Lycopersicon esculentum Mill.)

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN 19 GALUR TOMAT F6(Lycopersicon esculentum Mill.) 654 Jurnal Produksi Tanaman Vol. 4 No. 8, Desember 2016: 654-659 ISSN: 2527-8452 UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN 19 GALUR TOMAT F6(Lycopersicon esculentum Mill.) YIELD POTENSTIAL TEST OF 19 TOMATOES LINES F6(Lycopersicon

Lebih terperinci

Jl. Raya Kendalpayak Km.8 Malang Jl. Merdeka 147, Bogor

Jl. Raya Kendalpayak Km.8 Malang Jl. Merdeka 147, Bogor PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN AIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL UBI JALAR Effect Of Water Frequency On The Growth And Yield Of Sweet Potato Ratri Tri Hapsari 1 dan I Made Jana Mejaya 2 1 Balai Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI Oleh Ahmad Fitriyanto NIM 091510501143 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Ubi Kayu Ubi kayu yang sering pula disebut singkong atau ketela pohon merupakan salah satu tanaman penghasil bahan makanan pokok di Indonesia. Tanaman ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cakupan pangan di Indonesia secara mandiri masih merupakan masalah serius yang harus kita hadapi saat ini dan masa yang akan datang. Bahan pokok utama masih bertumpu

Lebih terperinci

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali

Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali Evaluasi Beberapa Galur Harapan Padi Sawah di Bali Rubiyo 1, Suprapto 1, dan Aan Darajat 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Bali 2 Balai Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi ABSTRACT Superior variety

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

6 Hasil Utama Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016

6 Hasil Utama Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016 Uji Adaptasi Galur Harapan Kedelai Tahan Pecah Polong dan Toleran Hama Pengisap Polong Uji adaptasi galur harapan kedelai tahan pecah polong dan toleran hama pengisap polong dilaksanakan di 10 sentra produksi

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

Growth of Sweet Potato (Ipomoea batatas. L) Variety Sari and Beta 2 At Compost and KCl Fertilizer Aplication

Growth of Sweet Potato (Ipomoea batatas. L) Variety Sari and Beta 2 At Compost and KCl Fertilizer Aplication Pertumbuhan Ubi Jalar (Ipomoea batatas. L) Varietas Sari dan Beta 2 Akibat Aplikasi dan Pupuk KCl Growth of Sweet Potato (Ipomoea batatas. L) Variety Sari and Beta 2 At Compost and KCl Fertilizer Aplication

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengamatan diferensial leukosit pada mencit yang diinfeksi dengan P.berghei setelah pemberian ekstrak akar kayu kuning (C. fenestratum) dengan pelarut etanol yaitu sebagai

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP HASIL UBIKAYU PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING

PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP HASIL UBIKAYU PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING PEMBERIAN PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP HASIL UBIKAYU PADA TANAH PODSOLIK MERAH KUNING Sri Wahyuningsih *), Subandi, dan Arief Harsono Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Jl. Raya Kendalpayak

Lebih terperinci

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dapat dimanfaatkan bagian umbinya sebagai bahan pangan alternatif lokal karena memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Salah satu tantangan terbesar yang dimiliki oleh Indonesia adalah ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan nasional adalah masalah sensitif yang selalu

Lebih terperinci