BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Human Error 1 Menurut Dhillon, human error didefenisikan sebagai kegagalan untuk menyelesaikan sebuah tugas atau pekerjaan yang spesifik (atau melakukan tindakan yang tidak diizinkan) yang dapat menimbulkan gangguan terhadap jadwal operasi atau mengakibatkan kerusakan benda dan peralatan. Menurut Meister, human error dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori, yaitu : 1. Error pada proses operasi Error yang terjadi pada proses ini berhubungan dengan batas waktu pekerjaan yang harus diselesaikan operator. Hampir semua error yang terjadi disebabkan oleh batas waktu yang tidak bisa dipenuhi dalam proses operasi. Adapun situasi yang menyebabkan terjadinya error pada proses operasi, yaitu : a. Kurangnya prosedur yang jelas. b. Kompleksitas pekerjaan dan kondisi yang berlebihan. c. Buruknya proses seleksi dan pelatihan terhadap operator. d. Kecerobohan dan kurangnya minat operator terhadap pekerjaan. e. Kondisi lingkungan kerja yang buruk. f. Prosedur operator yang dibuat belum benar.

2 2. Error pada proses perakitan Error jenis ini disebabkan oleh manusia dan terjadi pada proses perakitan produk. Adanya error tersebut terjadi sebagai hasil dari kurangnya keahlian yang dimiliki oleh operator. Beberapa contoh dari proses perakitan adalah : a. Pemasangan komponen yang tidak tepat. b. Menghilangkan sebuah komponen. c. Hasil rakitan yang tidak sesuai dengan blueprint (standar) dari perusahaan. d. Penyolderan yang tidak tepat. e. Kabel yang dipasang pada komponen terbalik. Selain itu, Dhillon (1987) juga menjelaskan bahwa menurut penelitian Meister lainnya di tahun 1976 ditemukan banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya error di bagian produksi. Beberapa diantaranya adalah : a. Pencahayaan yang kurang baik. b. Tingkat kebisingan yang berlebihan. c. Rancangan fasilitas kerja yang buruk. d. Komunikasi dan informasi buruk dan temperatur yang berlebihan. e. Pelatihan dan pengawasan yang kurang memadai. f. Standard Operating Procedure (SOP) yang buruk. 3. Error pada proses perancangan Error jenis ini disebabkan oleh hasil rancangan yang kurang sesuai dengan sistem kerja. Hal ini merupakan kegagalan untuk mengimplementasikan kebutuhan manusia dalam rancangan, kurang tepatnya fungsi yang dirancang 1 Dhillon, Balbir S Human Reliability: With Human Factors. Exeter, UK : Pergamon Press.

3 dan kegagalan untuk memperhitungkan efektivitas interaksi antara manusia dan mesin. Beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya error pada proses perancangan adalah terburu-burunya dalam melakukan perancangan, kesalahan menginterpretasikan solusi dengan teliti dalam perancangan. 4. Error pada proses inspeksi Tujuan dari kegiatan inspeksi adalah menemukan adanya kecacatan atau kesalahan. Namun, pada kegiatan inspeksi juga dapat terjadi error karena inspeksi yang dilakukan belum 100% akurat. 5. Error pada proses instalasi Error jenis ini terjadi pada proses instalasi peralatan dan tergolong ke dalam error jangka pendek. Salah satu penyebab utama terjadinya error selama proses instalasi adalah kegagalan operator untuk melakukan instalasi peralatan sesuai dengan instruksi atau blueprint yang telah diberikan. 6. Error pada proses perawatan Error yang terjadi pada proses perawatan disebabkan tidak tepatnya tindakan perbaikan ataupun perawatan yang dilakukan oleh operator. Beberapa contohnya adalah tidak melakukan kalibrasi peralatan, pelumasan pada bagianbagian yang tidak seharusnya dan lain-lain. 2 Sebab-sebab human error dapat dibagi menjadi : 1. Sebab-sebab primer Hlm Lucky Andoyo W, dkk Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal. Jurnal Fakultas Teknik, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

4 Sebab-sebab primer merupakan sebab-sebab human error pada level individu. Untuk menghindari kesalahan pada level ini, ahli teknologi cenderung menganjurkan pengukuran yang berhubungan ke individu, misalnya meningkatkan pelatihan, pendidikan, dan pemilihan personil. 2. Sebab-sebab manajerial Penekanan peran dari pelaku individual dalam kesalahan merupakan suatu hal yang tidak tepat. Kesalahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, pelatihan dan pendidikan mempunyai efek yang terbatas dan penipuan atau kelalaian akan selalu terjadi, tidak ada satupun penekanan penggunaan teknologi yang benar akan mencegah terjadinya kesalahan. Fakta ini telah diakui secara luas pada literatur kesalahan dalam industri yang beresiko tinggi. 3. Sebab-sebab global Kesalahan yang berada di luar kontrol manajemen, meliputi tekanan keuangan, tekanan waktu, tekanan sosial dan budaya organisasi Hierarchial Task Analysis (HTA) 3 Hierarchial Task Analysis (HTA) merupakan salah satu metode yang digunakan dalam proses analisa task. HTA merupakan metode yang paling sering digunakan karena penerapannya yang sangat detail, mudah dan langsung mengenai sasaran. Task Analysis (TA) merupakan metode formal untuk mendeskripsikan dan menganalisa interaksi manusia dengan sistem. Analisa task mendefenisikan dengan detail peran operator dalam suatu sistem tersebut. TA 3 Dhillon, Balbir S Human Reliability: With Human Factors. Exeter, UK : Pergamon Press.

5 mendeskripsikan apa yang operator perlu lakukan dalam bentuk aktivitas fisik maupun kognitif untuk mencapai goal sistem. Langkah-langkah dalam menggunakan metode HTA (Human Task Analysis) adalah sebagai berikut: 1. Pendeskripsian ulang proses Pendeskripsian ulang tentang proses yang terjadi sangat penting dilakukan agar informasi yang diperoleh untuk digambarkan ke dalam diagram HTA sesuai dengan kondisi nyata dimana pekerjaan tersebut dilakukan. Untuk menghindari deskripsi pekerjaan dalam HTA menjadi sangat kompleks, maka diagram yang digambarkan dapat disusun ke dalam beberapa diagram yang terpisah agar lebih memudahkan dalam memahami hubungan setiap elemen pekerjaan. Ketentuan dalam menyusun HTA ke dalam beberapa diagram yang terpisah adalah: a. Skenario pekerjaan berbeda Meskipun terdapat dua pekerjaan dengan tujuan yang sama dengan elemen pekerjaannya masing-masing namun saling pararel, maka kedua pekerjaan tersebut dapat dipisah. b. Menggunakan mesin/peralatan yang sama namun jenis pekerjaan berbeda Ketentuan ini dapat dijelaskan dengan contoh, yaitu pekerjaan operasional dan perawatan atau perbaikan yang menggunakan mesin yang sama dapat digambar ke dalam diagram terpisah karena interaksi manusia-mesin dalam pekerjaan operasional bertujuan untuk mengoperasikan mesin, sementara

6 interaksi manusia-mesin dalam perawatan atau perbaikan menggunakan mesin tersebut untuk melakukan perawatan atau perbaikan. c. Pekerjaan yang sama namun dilakukan oleh operator yang berbeda Diagram HTA untuk pekerjaan ini dapat dipisahkan jika interaksi antar operator yang bekerja tersebut sedikit. 2. Stopping rules (aturan untuk berhenti) Dengan adanya pendeskripsian ulang proses, maka informasi yang diperoleh untuk digambarkan ke dalam diagram HTA sesuai dengan kondisi nyata dimana pekerjaan tersebut dilakukan. Namun, adakalanya informasi yang diperoleh tersebut perlu dibatasi sesuai dengan topik yang akan dianalisis sehingga tidak semua pekerjaan harus digambarkan dalam HTA. Pembatasan dilakukan agar bahasan dapat lebih dalam dan terarah sesuai dengan pokok permasalahan yang ada. Ketentuan ini disebut dengan stopping rules (aturan berhenti) bukan berarti pemberhentian untuk mendeskripsikan ulang pekerjaan, tetapi mengenai pembatasan pekerjaan apa saja yang akan digambarkan ke dalam HTA sesuai dengan topik masalahnya. 3. Plan (Rencana) Plan merupakan penjelasan mengenai hubungan setiap pekerjaan yang disusun dalam HTA. Sebagai contoh, jika elemen pekerjaan 1.2 terdiri dari tiga subelemen pekerjaan (1.2.1, 1.2.2, 1.2.3), maka plan 1.2 mendeskripsikan hubungan antara tiga subelemen tersebut. Semua plan yang dibuat harus memenuhi minimum satu dari beberapa jenis hubungan dalam setiap pekerjaan yang masih dapat dibagi atas beberapa elemen pekerjaan, yaitu :

7 a. Hubungan linier sederhana atau urutan proses secara linier b. Urutan linier dengan beberapa syarat atau ketentuan Elemen pekerjaan berikutnya dapat dikerjakan jika kondisi tertentu pada elemen pekerjaan sebelumnya telah tercapai. c. Daftar pekerjaan bebas Artinya adalah operator bebas untuk memilih melakukan pekerjaan yang mana terlebih dahulu. d. Kondisional atau pilihan bebas Artinya operator dapat memilih dengan bebas melakukan pekerjaan yang mana apabila telah melakukan pekerjaan sebelumnya. e. Continual attainment looping Hubungan ini menjelaskan bahwa pekerjaan berikutnya akan dilanjutkan apabila suatu kondisi tertentu telah dipenuhi. f. Continual lopping Contoh hubungan ini seperti pekerjaan pemantauan dan pengendalian yang pada waktu-waktu tertentu dilakukan secara pararel dengan pekerjaan lainnya. g. Concurrent task Hubungan yang menunjukkan bahwa operator harus melakukan dua pekerjaan atau lebih dalam waktu yang bersamaan.

8 3.3. Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach (SHERPA) 4 Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach (SHERPA) dikembangkan oleh Embrey sebagai teknik untuk memprediksi human error yang juga menganalisis tugas dan mengidentifikasi solusi potensial untuk error secara terstruktur. Teknik ini didasarkan pada taksonomi human error, dan dalam bentuk aslinya itu ditentukan mekanisme psikologis yang terlihat dalam kesalahan. Secara umum, sebagian besar teknik-teknik untuk memprediksi human error memiliki dua kunci masalah (Stanton,2002). Pertama dari masalah ini berkaitan dengan kurangnya representasi lingkungan eksternal atau objek. Kedua, cenderung ada banyak ketergantungan yang dibuat untuk analisis mengambil keputusan. Berbeda analis, dengan pengalaman yang berbeda, dapat membuat prediksi yang berbeda mengenai masalah yang sama (disebut interanalyst relianility). Demikian pula, analis yang sama mungkin membuat penilaian yang berbeda pada kesempatan yang berbeda (intraanalyst reliability). SHERPA pada awalnya dirancang untuk membantu orang dalam proses industri (misalnya, konvensional dan daya nuklir, pengolahan petrokimia, ekstraksi minyak, gas dan listrik) (Embrey, 1986). Contoh dari aplikasi SHERPA diterapkan pada prosedur untuk mengisi tangki chorine yang ditemukan Kirwas (1994). Sebuah contoh dari SHERPA diterapkan untuk minyak dan eksplorasi gas yang ditemukan Stanton dan Wilson (2000). Domain aplikasi telah diperluas dalam beberapa tahun terakhir untuk menyertakan tiket mesin (Baber dan Stanton, 4 Stanton, Neville Handbook of Human Factors and Ergonomic Method. Londin : CRC

9 1996), mesin penjual otomatis (Stanton dan Stevenage,998), dan mesin radio kaset mobil (Stanton dan Young,1999). Prosedur yang harus dilakukan dalam menggunakan metode SHERPA, yaitu sebagai berikut : 1. Hierarchical Task Analysis (HTA) Tahap pertama untuk menggunakan metode SHERPA dalam menganalisis human error adalah dengan menyusun seluruh daftar pekerjaan ke dalam diagram HTA sehingga pekerjaan yang akan dianalisis menjadi lebih rinci dan sistematis. Keterangan mengenai HTA telah dibahas pada bagian sebelumnya. 2. Klasifikasi pekerjaan Setiap daftar pekerjaan yang telah diuraikan dalam diagram HTA selanjutnya diklasifikasi ke dalam beberapa tipe error. Adapun tipe-tipe error yang digunakan dalam metode SHERPA adalah sebagai berikut : a. Action (tindakan), contohnya : menekan tombol, menekan saklar, membuka pintu b. Retrieval (perolehan atau pencarian), contohnya : memperoleh informasi dari layar atau secara manual lewat kertas c. Checking (pemeriksaan), contohnya : melakukan sebuah prosedur pemeriksaan d. Selection (pemilihan), contohnya : memilih satu alternatif di antara beberapa alternatif yang ada e. Information (informasi), contohnya : berkomunikasi dengan orang lain Press. Hlm

10 3. Identifikasi human error Prosedur identifikasi error adalah dengan menyusun daftar pekerjaan yang telah diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe error di tahap sebelumnya sesuai kategori yang cocok pada Tabel 3.1. sampai dengan Tabel 3.5 berikut ini. Tabel 3.1. Kategori Action Error Berdasarkan Metode SHERPA Kode Action Error A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 Operasi terlalu lama/cepat Tindakan yang salah dalam membagi waktu Tindakan dalam urutan yang salah Tindakan terlalu sedikit/banyak Tindakan tidak sesuai Tindakan tepat namun pada objek yang salah Tindakan salah namun pada objek yang tepat Tindakan ditiadakan Tindakan tidak lengkap Tindakan salah pada objek yang salah Sumber : Stanton, Neville (Ed), et al. (2005 : 37-38) Tabel 3.2. Kategori Checking Error Berdasarkan Metode SHERPA Kode Checking Error C1 C2 C3 C4 C5 Pemeriksaan ditiadakan Pemeriksaan tidak lengkap Pemeriksaan tepat namun pada objek yang salah Pemeriksaan salah namun pada objek yang tepat Pemeriksaan yang salah dalam membagi waktu

11 C6 Pemeriksaan salah pada objek yang salah Sumber : Stanton, Neville (Ed), et al. (2005 : 37-38) Tabel 3.3. Kategori Retrieval Error Berdasarkan Metode SHERPA Kode Retrieval Error R1 R2 R3 Informasi yang diperoleh sesuai Informasi yang diperoleh salah Penerimaan informasi tidak lengkap Sumber : Stanton, Neville (Ed), et al. (2005 : 37-38) Tabel 3.4. Kategori Communication Error Berdasarkan Metode SHERPA Kode Communication Error 11 Informasi tidak disampaikan 12 Penyampaian informasi tidak tepat 13 Penyampaian informasi tidak lengkap Sumber : Stanton, Neville (Ed), et al. (2005 : 37-38) Tabel 3.5. Kategori Selection Error Berdasarkan Metode SHERPA Kode Selection Error S1 S2 Pemilihan ditiadakan Salah dalam melakukan pemilihan Sumber : Stanton, Neville (Ed), et al. (2005 : 37-38) 4. Analisis konsekuensi Pada tahap ini, dilakukan penyusunan daftar konsekuensi yang paling mungkin terjadi jika suatu pekerjaan yang dilakukan operator termasuk ke dalam tipe

12 error. Konsekuensi dapat berupa akibat yang akan terjadi pada manusia, mesin, peralatan, lingkungan, bahkan mempengaruhi sistem kerja secara keseluruhan apabila terjadi human error. Jika dibutuhkan, daftar konsekuensi untuk satu jenis pekerjaan boleh lebih dari satu, dengan ketentuan bahwa konsekuensi tersebut diurutkan dari tingkat resiko yang tertinggi sampai terendah. 5. Analisis pemulihan Pemulihan dalam hal ini dimaksudkan pada tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki error. Pada umumnya, di kolom recovery ditujukan apakah operator melanjutkan pekerjaannya atau melakukan alternatif pekerjaan lain yang merupakan usaha untuk memperbaiki error yang terjadi. Pekerjaan apa yang akan dilakukan operator juga merupakan implikasi dari daftar konsekuensi yang dibuat di kolom sebelumnya. Jika tidak dibutuhkan, maka dapat dituliskan kata tidak ada sehingga dapat disesuaikan dengan kepentingan masing-masing. 6. Penilaian probabilitas error ordinal Nilai probabilitas ordinal yang digunakan dalam metode SHERPA adalah rendah, sedang, atau tinggi. Ketentuan dalam analisis probabilitas error ordinal dalam metode SHERPA adalah: a. Jika selama ini tidak pernah ditemukan terjadinya error pada item pekerjaan yang dianalisis, maka nilai ordinal probabilitas error nya rendah dan diberi tanda L (low).

13 b. Jika selama ini error pada item pekerjaan yang dianalisis pernah terjadi beberapa waktu yang lalu namun dengan frekuensi yang sedikit, maka nilai ordinal probabilitas error nya sedang dan diberi tanda M (medium). c. Jika selama ini error pada item pekerjaan yang dianalisis terjadi beberapa waktu yang lalu dengan frekuensi yang tinggi, maka nilai ordinal probabilitas error nya tinggi dan diberi tanda H (high). Penilaian probabilitas error ordinal dilakukan berdasarkan data historis kesalahan operator dalam item pekerjaan yang dianalisis dan/atau wawancara dengan orang yang ahli dalam pekerjaan tersebut, misalnya supervisor terkait. 7. Analisis tingkat kritis Jika konsekuensi error yang muncul sifatnya kritis (contoh: mengakibatkan kerugian yang tidak dapat ditoleransi), maka pada item pekerjaan yang dianalisis harus ditandai sebagai item pekerjaan yang kritis. Tanda yang digunakan sebagai petunjuk bahwa error dari item pekerjaan yang dianalisis bersifat kritis adalah tanda seru (!), sedangkan untuk error yang sifatnya tidak kritis diberi tanda pisah (-). Tingkat kritisnya error dalam suatu item pekerjaan dapat diketahui dari dampak yang diakibatkan terhadap lantai produksi, fasilitas, proses, produk, atau operator yang melakukan pekerjaan. 8. Strategi untuk memperbaiki error Tahap berikutnya dalam metode SHERPA adalah menyusun rencana strategis dan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan agar dapat mereduksi error. Secara umum, strategi yang disusun dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori utama, yaitu :

14 a. Peralatan, contohnya adalah memodifikasi atau merancang ulang peralatan yang digunakan selama ini. b. Pelatihan, contohnya menyusun materi-materi pelatihan yang lebih efektif agar diperoleh hasil yang lebih baik. c. Prosedur, contohnya perancangan peraturan baru, perbaikan prosedur yang lama, atau pembuatan prosedur yang baru. d. Organisasional, contohnya melakukan perubahan pada kebijakan-kebijakan organisasi dan manajemen atau perubahan budaya organisasi Human Error Assessment and Reduction Technique (HEART) 5 Fungsi pertama proses perhitungan HEART adalah untuk mengelompokkan task dalam kategori generalnya dan nilai level nominal untuk human unreliability menurut tabel HEART generic categories (Kirwan, 1994). Berikutnya adalah mengidentifikasi kondisi yang mengakibatkan terjadinya error (Error Producing Conditions, EPCs) yang ditunjukkan dalam bentuk skenario yang memberikan pengaruh negatif terhadap performansi manusia. Jadi HEART merupakan bagian dari perhitungan keandalan yang diartikan sebagai seberapa besar operator melakukan kesalahan dalam task yang seharusnya dilakukan. Tahapan yang dilakukan untuk menentukan nilai HEP dengan menggunakan metode HEART adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi seluruh jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh operator. Dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan, wawancara dan pencatatan uraian 5

15 pekerjaan operator sehingga peneliti dapat memahami secara menyeluruh mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh operator. 2. Mengkategorikan setiap item pekerjaan ke salah satu dari 8 kategori yang ada di tabel Generic Task Type (GTT). Setiap item pekerjaan yang dikategorikan harus benar-benar sesuai. Oleh karena itu, diperlukan wawancara langsung dengan supervisor atau orang yang berpengalaman terhadap pekerjaan tersebut. Selain itu, nominal human error probability juga masih dapat disesuaikan berdasarkan wawancara dengan supervisor. Adapun nilai nominal human error probability dapat dilihat dalam Tabel 3.6. Tabel 3.6. Generic Task Type dan Nominal Human Error Probability Nominal Human Type Generic Task Type Error Probability A B C D E F Benar-benar asing; dikerjakan dengan kecepatan tinggi tanpa adanya pemikiran tentang kemungkinan terjadinya konsekuensi. Mengubah atau mengembalikan sistem pada keadaan yang baru dan dilakukan dengan usaha sendiri tanpa adanya supervisi atau prosedur. Pekerjaan bersifat kompleks sehingga membutuhkan tingkat kemampuan dan perhatian yang tinggi. Pekerjaan sederhana yang dilakukan dengan cepat dan perhatian yang sedikit. Rutin; sering dikerjakan; pekerjaan yang dilakukan membutuhkan tingkat kemampuan yang relatif rendah. Mengubah atau mengembalikan sistem pada keadaan yang baru dengan mengikuti beberapa prosedur; dengan beberapa pemeriksaan 0,55 0,26 0,16 0,09 0,02 0,003

16 G H Sepenuhnya dikenali; dirancang dengan baik; sering dikerjakan; tugas rutin terjadi beberapa kali per jam; dilakukan untuk standar tertinggi dengan sangat termotivasi; personil sangat terlatih dan berpengalaman; terdapat waktu untuk memperbaiki kesalahan potensial; tetapi tanpa alat bantu kerja yang signifikan Merespon perintah sistem dengan tepat bahkan ketika ada tambahan atau sistem pengawasan otomatis yang disediakan untuk menghasilkan interpretasi yang akurat tentang keadaan sistem. 0,0004 0,00002 Sumber : Sandom, Carl dan Roger S. Harvey (Ed.) (2009:180) 3. Identifikasi Error Producing Conditions (EPCs) sesuai dengan skenario yang ada di tabel HEART EPCs. EPCs merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kegagalan kerja operator atau dalam istilah yang lain disebut dengan Performance Shaping Factors (PSFs). EPCs dapat dilihat pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Error Producing Conditions (EPCs) No Kategori I Error Producing Conditions (EPCs) Kondisi yang tidak biasa (jarang terjadi atau baru) namun penting Kurangnya waktu yang tersedia bagi operator untuk melakukan deteksi dan perbaikan kegagalan Kurangnya tanda peringatan yang mengidentifikasikan munculnya gangguan dalam pekerjaan Adanya upaya menekan atau mengutamakan informasi atau adanya peralatan yang memudahkan dalam Nilai Efek Maksimum yang Dapat Mempengaruhi HEP

17 5 6 7 mengakses suatu informasi Tidak ada saran untuk menyampaikan informasi spesial dan fungsional untuk operator dalam format yang dengan mudah dipahami operator tersebut Adanya ketidasesuaian antara model yang terdapat pada operator dengan yang diimajinasikan oleh perancang Tidak ada prosedur yang jelas dalam memperbaiki kesalahan kerja yang tidak disengaja Informasi yang diterima berlebihan Dibutuhkan teknik (cara) yang berbeda dari biasanya dalam melakukan perkerjaan Perlu adanya transfer pengetahuan tertentu dalam setiap pekerjaan yang dilakukan, namun tanpa adanya informasi yang hilang atau berkurang Ambiguitas dalam standar performansi yang diberikan (batasan standar performansi tidak jelas) Adanya ketidaksesuaian antara persepsi terhadap resiko dengan resiko nyata yang terjadi Feedback dari sistem buruk, ambigu, atau tidak sesuai dengan yang diharapkan Tindakan yang dimaksudkan untuk mengontrol pekerjaan yang dilakukan tidak jelas dan terlambat 6 5,

18 Tabel 3.7. Error Producing Conditions (EPCs) (Lanjutan) No Error Producing Conditions (EPCs) Operator tidak berpengalaman (operator yang telah memenuhi syarat dalam melakukan pekerjaannya, tapi belum tergolong ahli) Kesesuaian informasi yang diinginkan yang disampaikan dalam prosedur dan interaksi antarpekerja buruk Pemeriksaan secara independen terhadap output (hasil) sedikit atau mungkin tidak diperiksa Nilai Efek Maksimum yang Dapat Mempengaruhi HEP Kategori II Ada konflik yang terjadi mengenai tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang Informasi yang diterima tidak seragam sehingga mempersulit proses pemeriksaan Tingkat pendidikan operator tidak sesuai dengan kebutuhan kerja yang seharusnya Ada pemberian insentif kepada operator untuk melakukan prosedur kerja lain yang lebih berbahaya Sedikit waktu yang diberikan untuk melatih pikiran dan tubuh pada saat melakukan pekerjaan Peralatan tidak andal (dengan penilaian langsung) Diperlukan adanya tenaga yang lebih ahli dari operator yang biasa melakukan pekerjaannya 2,5 2, ,8 1,6 1,6 25 Alokasi tugas dan tanggung jawab tidak 1,6

19 26 jelas Tidak ada cara yang jelas untuk menjaga atau meningkatkan pengawasan selama melakukan pekerjaan 1,4 Sumber : Sandom, Carl dan Roger S. Harvey (Ed.).(2009: ) Nilai EPCs yang tercantum pada Tabel 3.7 merupakan nilai yang diperoleh berdasarkan hasil eksperimen mengenai pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap performansi manusia dalam bekerja. Aturan untuk menentukan EPCs adalah faktor-faktor yang masuk ke dalam kategori II dapat digunakan apabila telah memperhatikan seluruh faktor yang ada di kategori I. Hal tersebut karena kecilnya perbandingan nilai efek terhadap human error probability. Dalam menentukan EPCs yang dapat mempengaruhi nilai HEP dapat dilakukan dengan menggunakan teknik expert judgement, baik dari peneliti maupun dari supervisor terkait yang telah berpengalaman terhadap SOP dan operator yang mengerjakannya. Oleh karena itu, keputusan untuk menentukan EPCs yang akan digunakan dalam proses kuantifikasi dengan metode HEART harus didasarkan pada tingkat kritisnya suatu pekerjaan dan operator yang melakukan pekerjaan tersebut. 4. Menentukan proporsi efek atau Assessed Proportion of Effect (APOE) dan menghitung besarnya nilai Assessed Effect (AE) dari setiap EPCs yang telah diidentifikasi. Nilai Assessed Effect (AE) ditentukan dengan menggunakan persamaan : AEi = ((Max. Effect-1) x APOE) + 1 Keterangan : a. i = AE ke i b. Nilai Max. Effect diperoleh dari Tabel 3.7

20 c. Nilai APOE diperoleh dengan menggunakan teknik expert judgment, yaitu dngan mewawancarai pihak yang telah berpengalaman dalam pekerjaan yang dianalisis, misalnya supervisor terkait. Penilaian dengan cara ini adalah satu-satunya teknik yang dapat digunakan dan belum ada panduan yang jelas mengenai teknik lainnya yang lebih objektif di beberapa literatur yang membahas metode HEART. Nilai maksimum APOE setiap EPCs adalah 1 dan jumlah APOE dari semua EPCs tidak harus sama dengan Menghitung total nilai AE Total nilai AE dihitung dengan menggunakan persamaan : Total AE = AEI x AE2 x AE3 x... x Aen Dimana n adalah banyaknya AE yang diidentifikasi sebagai faktor EPCs. 6. Melakukan perhitungan nilai Human Error Probability (HEP) Nilai HEP dihitung dengan menggunakan persamaan : HEP = Nominal HEP x Total AE Keterangan : a. HEP = Human Error Probability b. Nominal HEP = Nilai nominal HEP yang diperoleh dari Tabel GTT pada langkah ke-2. Total AE = Hasil perhitungan yang diperoleh di langkah ke-5.

21 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sumatera Timberindo Industry yang berlokasi di Jl. Batang Kuis Km 2 Desa Buntu Bedimbar, Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Februari- Juni Jenis Penelitian Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang memaparkan pemecahan masalah terhadap satu masalah yang ada secara sistematis dan faktual berdasarkan fakta Objek Penelitian Objek penelitian yang diamati adalah seluruh operator yang ada pada proses produksi pintu mexicano Variabel Penelitian Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Dependen a. Kecacatan dalam proses produksi

22 2. Variabel Independen a. Kesalahan cara kerja b. Prosedur kerja c. Ketidaktelitian operator 4.5. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir menunjukkan hubungan logis antara faktor/variabel penting yang telah diidentifikasi untuk menganalisis masalah penelitian (Sinulingga, 2015). Kerangka berpikir yang terdapat dalam penelitian ini diawali data kecacatan proses produksi, kemudian dilakukan identifikasi dengan pendekatan SHERPA untuk menganalisis human error. Kemudian dilakukan analisis untuk menemukan akar penyebab kecacatan, kemudian dengan metode HEART untuk menemukan nilai HEP (Human Error Probability). Yang menjadi kerangka berpikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1. Metode SHERPA Human error dalam proses produksi Identifikasi human error dan menentukan nilai HEP Analisis human error dan usulan perbaikan Metode HEART Gambar 4.1. Kerangka Berpikir 4.6. Blok Diagram Rancangan Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai :

23 1. Studi pendahuluan untuk menentukan masalah yang akan diteliti. 2. Pengumpulan data primer berupa proses produksi dan jenis kesalahan yang terjadi yang diperoleh dari hasil wawancara. 3. Pengumpulan data sekunder yang berasal dari arsip perusahaan. Prosedur penelitian ditampilkan dalam blok diagram pada Gambar 4.2.

24 Perumusan Masalah Penetapan Tujuan Studi Pendahuluan 1. Kondisi perusahaan 2. Informasi pendukung Studi Literatur 1. Metode pemecahan masalah 2. Teori pendukung Pengumpulan Data Data Primer 1. Proses produksi 2. Jenis kesalahan yang terjadi yang diperoleh dari wawancara langsung Data Sekunder 1. Gambaran umum perusahaan 2. Data persentase kecacatan produk Pengolahan Data I. Memprediksi Human Error dengan Metode SHERPA : 1. Langkah I : Hierarchial Task Analysis (HTA) 2. Langkah II : Klasifikasi Pekerjaan 3. Langkah III : Human Error Identification (HEI) 4. Langkah IV : Analisis Konsekuensi 5. Langkah V : Penilaian Probabilitas Error Ordinal 6. Langkah VI : Analisis Tingkat Kritis 7. Langkah VII : Strategi untuk Memperbaiki Error II. Perhitungan Probabilitas Terjadinya Human Error dengan Metode HEART : 1. Identifikasi seluruh jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh operator. 2. Mengkatergorikan setiap item pekerjaan ke salah satu dari 8 kategori yang ada di tabel Generic Task Type (GTT). 3. Identifikasi Error Producing Conditions (EPCs) sesuai dengan skenario yang ada di tabel HEART EPCs. 4. Menentukan proporsi efek atau Assessed Proportion of Effect (APOE) dan menghitung besarnya nilai Assessed Effect (AE) dari setiap EPCs yang telah diidentifikasi. 5. Menghitung total nilai AE. 6. Melakukan perhitungan nilai Human Error Probability (HEP). Analisis Pemecahan Masalah Kesimpulan dan Saran Gambar 4.2. Blok Diagram Rancangan Penelitian

25 4.7. Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh melalui proses pengukuran dengan bantuan suatu instrumen. Data yang termasuk dalam kategori ini adalah uraian proses pengolahan produk pintu dan jenis kesalahan yang sering terjadi yang diperoleh dari wawancara langsung di PT. Sumatera Timberindo Industry. 2. Data Sekunder Data sekunder bersumber dari dokumen perusahaan yang dapat diperoleh dari pihak manajemen di bagian produksi. Data yang termasuk dalam kategori ini adalah data jumlah kecacatan produk pintu. Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data untuk digunakan sebagai sumber informasi dalam melaksanakan analisa terhadap masalah yang ada Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah lembar kerja (work sheet) dan alat tulis untuk mencatat jumlah kecacatan produksi yang terjadi selama proses produksi, serta wawancara langsung kepada operator dan supervisor.

26 4.9. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu : 1. Observasi (Pengamatan) Pengamatan dilakukan untuk mengetahui urutan proses produksi, kemampuan operator. 2. Dokumentasi Dokumentasi yang diambil adalah dokumen-dokumen perusahaan, baik historis maupun sekarang. Dokumentasi dilakukan terhadap data jumlah kecacatan produksi. 3. Wawancara Wawancara dilakukan dengan melakukan proses tanya jawab terhadap pihak yang bertanggung jawab. 4. Studi kepustakaan, yaitu mencatat dan mempelajari data-data yang berasal dari perusahaan serta teori-teori yang berhubungan dengan pemecahan masalah dari berbagai buku yang sesuai dengan permasalahan yang diamati Metode Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode : 1. Metode SHERPA (Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach) Langkah-langkah untuk menganalisis menggunakan SHERPA adalah sebagai berikut :

27 a. Hierarchical Task Analysis (HTA) Tahap pertama untuk menggunakan metode SHERPA dalam menganalisis human error adalah dengan menyusun seluruh daftar pekerjaan ke dalam diagram HTA sehingga pekerjaan yang akan dianalisis menjadi lebih rinci dan sistematis. Keterangan mengenai HTA telah dibahas pada bagian sebelumnya b. Klasifikasi pekerjaan Setiap daftar pekerjaan yang telah diuraikan dalam diagram HTA selanjutnya diklasifikasi ke dalam beberapa tipe error c. Identifikasi human error Prosedur identifikasi error adalah dengan menyusun daftar pekerjaan yang telah diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe error di tahap sebelumnya sesuai kategori yang cocok d. Analisis konsekuensi Pada tahap ini, dilakukan penyusunan daftar konsekuensi yang paling mungkin terjadi jika suatu pekerjaan yang dilakukan operator termasuk ke dalam tipe error e. Analisis pemulihan Pemulihan dalam hal ini dimaksudkan pada tindakan-tindakan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki error. Pada umumnya, di kolom recovery ditujukan apakah operator melanjutkan pekerjaannya atau melakukan alternatif pekerjaan lain yang merupakan usaha untuk memperbaiki error yang terjadi

28 f. Penilaian probabilitas error ordinal Nilai probabilitas ordinal yang digunakan dalam metode SHERPA adalah rendah, sedang, atau tinggi g. Analisis tingkat kritis Jika konsekuensi error yang muncul sifatnya kritis (contoh: mengakibatkan kerugian yang tidak dapat ditoleransi), maka pada item pekerjaan yang dianalisis harus ditandai sebagai item pekerjaan yang kritis h. Strategi untuk memperbaiki error Tahap terakhir dalam metode SHERPA adalah menyusun rencana strategis dan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan agar dapat mereduksi error 2. Metode HEART (Human Error Assessment and Reduction Technique) Langkah-langkah dalam menggunakan metode HEART adalah : a. Identifikasi seluruh jenis pekerjaan yang harus dilakukan oleh operator. Dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan, wawancara dan pencatatan uraian pekerjaan operator sehingga peneliti dapat memahami secara menyeluruh mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh operator. b. Mengkategorikan setiap item pekerjaan ke salah satu dari 8 kategori yang ada di tabel Geberic Task Type (GTT). Setiap item pekerjaan yang dikategorikan harus benar-benar sesuai. Oleh karena itu, diperlukan wawancara langsung dengan supervisor atau orang yang berpengalaman terhadap pekerjaan tersebut. c. Identifikasi Error Producing Conditions (EPCs) sesuai dengan skenario yang ada di tabel HEART EPCs. EPCs merupakan faktor-faktor yang dapat

29 mempengaruhi tingkat kegagalan keja operator atau dalam istilah yang lain disebut dengan Performance Shaping Factors (PSFs). d. Menentukan proporsi efek atau Assessed Proportion of Effect (APOE) dan menghitung besarnya nilai Assessed Effect (AE) dari setiap EPCs yang telah diidentifikasi. e. Menghitung total nilai AE. f. Melakukan perhitungan nilai Human Error Probability (HEP) Kesimpulan dan Saran Langkah terakhir yang dilakukan dalam penelitian adalah penarikan kesimpulan yang berisi hal-hal penting dalam penelitian tersebut. Selain itu, peneliti akan memberikan saran yang bermanfaat bagi perusahaan untuk dapat mencegah terjadinya human error di perusahaan.

30 BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1. Pengumpulan Data Uraian Proses Pengolahan Produk Pintu Mexicano Dalam proses pengolahan pintu mexicano urutan proses yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan ukuran partical board Bahan baku atau partical board akan dibentuk sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan oleh pelanggan 2. Pembuatan liping steal Bahan baku liping steal akan dibentuk sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan 3. Pengeleman secara manual Proses penyatuan dua bagian kayu dengan menggunakan lem untuk membentuk komponen pintu bagian inti yang masih sederhana. 4. Pengepresan awal 5. Pembuatan ukiran Pembuatan ukiran dari komponen pintu dengan menggunakan mesin shaper. Komponen tersebut kemudian di bor dengan menggunakan mesin bor. 6. Pemasangan liping tanam Setelah diukir dimasukkan liping tanam ke dalam ukiran

31 7. Penghalusan (sanding) Sebelum dihaluskan, komponen-komponen yang lebarnya kurang dari spesifikasi yang ditetapkan akan didempul terlebih dahulu. Penghalusan dilakukan dengan menggunakan mesin sanding 8. Pemilihan warna veneer 9. Pemasangan veneer (manual) 10. Pengepresan akhir 11. Pemotongan veneer 12. Pembentukan 13. Finishing Finishing merupakan proses revisi dengan melakukan penyisipan, pembersihan/penghalusan secara manual dengan menggunakan kertas pasir dilanjutkan dengan pembersihan debu dengan menggunakan air gun. 14. Inspeksi Diperiksa kembali hasil akhir 15. Pengepakan Pengepakan dimulai dengan pemberian label dan karton pengaman siku pada daun pintu kemudian pembungkusan dengan plastik (wrapping) lalu disatukan sebanyak 20 pintu dalam satu bundelan dengan menggunakan kawat baja.

32 Jenis Kesalahan yang Terjadi Berdasarkan data historis dan wawancara langsung dengan pembimbing lapangan, beberapa kesalahan yang sering terjadi pada saat proses pengolahan pintu mexicano adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya pengontrolan saat pengepresan sehingga adanya kayu yang retak karena kelamaan 2. Kurangnya keahlian dan ketelitian saat proses pengukiran 3. Kurangnya pengontrolan dan ketelitian dalam proses memberi lem sehingga komponen yang dihasilkan tidak optimal (kayunya tidak nempel sempurna) 4. Kesalahan pengontrolan waktu mesin saat proses pengetaman sehingga produk yang dihasilkan kurang baik Pengolahan Data Analisa Human Error yang Terjadi dengan Metode SHERPA (Systematic Human Error Reduction and Prediction Approach) Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penentuan human error dengan menggunakan metode SHERPA adalah sebagai berikut : 1. Langkah I : Hierarchical Task Analysis (HTA) 2. Langkah II : Klasifikasi Pekerjaan 3. Langkah III : Identifikasi Human Error 4. Langkah IV : Analisis Konsekuensi 5. Langkah V : Penilaian Probabilitas Error Ordinal 6. Langkah VI : Analisis Tingkat Kritis 7. Langkah VII : Strategi untuk Memperbaiki Error (Remedy Analysis)

33 Hierarchical Task Analysis (HTA) Tahap pertama untuk menggunakan metode SHERPA dalam menganalisis human error adalah dengan menyusun seluruh daftar pekerjaan ke dalam diagram HTA sehingga pekerjaan yang akan dianalisis menjadi lebih rinci dan sistematis. HTA pada proses pengolahan produk pintu mexicano dapat dilihat pada Gambar 5.1.

34 Proses Pembuatan Pintu Mexicano 1. Persiapan bahan baku 2. Perakitan partical board dengan liping steal 3. Pengukiran terhadap partical board 4. Pemasangan liping tanam 5. Melakukan pendempulan 6. Menghaluskan permukaan pintu 7. Pemasangan piner 8. Melakukan pengepresan 9. Merapikan hasil pemasangan piner 10. Pembuatan ukuran pintu 11. Finishing 6.2. Meratakan hasil dempulan dengan 1.1. Membawa partical board ke meja 1.2. Membawa liping steal 3.1. Pemindahan hasil rakitan ke mesin rooter 3.2. Melakukan pengukiran dengan mesin rooter 5.1. Inspeksi semua bagian pintu mesin ketam 8.1. Membawa pintu ke mesin hot press 8.2. Melakukan pengepresan terhadap pintu Membawa pintu ke mesin rooter Melakukan pengukiran 5.2. Melakukan 2.1. Mengelem liping steal terhadap partical board secara manual 2.2. Melakukan pengepresan dengan mesin moulder pendempulan pada bagian yang berlubang 7.1. Memilih warna piner sesuai warna pintu 7.2. Melakukan pengeleman piner pada pintu 9.1. Membawa pintu ke meja perakitan 9.2. Melakukan pemotongan terhadap piner yang lebih 4.1. Membawa pintu ke meja perakitan 4.2. Membawa liping tanam ke meja perakitan 4.3. Melakukan perakitan secara manual Menghaluskan permukaan hasil ukuran dengan kertas pasir Inspeksi terhadap keseluruhan pintu Mengemas pintu dengan plastik Mengemas pintu dengan karton Gambar 5.1. Hierarchical Task Analysis (HTA) Proses Pembuatan Produk Pintu Mexicano

35 Klasifikasi Pekerjaan Setiap daftar pekerjaan yang telah diuraikan dalam diagram HTA selanjutnya diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe error. Tipe-tipe error yang digunakan dalam metode SHERPA, yaitu : 1. Action, cthnya : menekan tombol dan membuka pintu 2. Checking, cthnya : Melakukan sebuah prosedur pemeriksaan 3. Selection, cthnya : memilih satu alternatif di antara beberapa alternatif yang ada Daftar pekerjaan untuk proses pembuatan pintu mexicano secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.1 Tabel 5.1. Klasifikasi Kerja Proses Pembuatan Pintu Mexicano Kode Uraian Kerja Klasifikasi 1.1 Membawa partical board ke meja Action 1.2 Membawa liping steal Action 2.1 Mengelem liping steal terhadap partical board secara manual Action 2.2 Melakukan pengepresan dengan mesin moulder Action 3.1 Membawa hasil rakitan ke mesin rooter Action 3.2 Melakukan pengukiran dengan mesin rooter Action 4.1 Membawa pintu ke meja perakitan Action 4.2 Membawa liping tanam ke meja perakitan Action

36 4.3 Melakukan perakitan secara manual Action 5.1 Inspeksi semua bagian pintu Checking Tabel 5.1. Klasifikasi Kerja Proses Pembuatan Pintu Mexicano (Lanjutan) Kode Uraian Kerja Klasifikasi 5.2 Melakukan pendempulan pada bagian yang berlubang Action 6.1 Meratakan hasil dempulan dengan mesin ketam Action 7.1 Memilih warna piner sesuai warna pintu Selection 7.2 Melakukan pengeleman piner pada pintu Action 8.1 Membawa pintu ke mesin hot press Action 8.2 Melakukan pengepresan terhadap pintu Action 9.1 Membawa pintu ke meja perakitan Action 9.2 Melakukan pemotongan terhadap piner yang lebih Action 10.1 Membawa pintu ke mesin rooter Action 10.2 Melakukan pengukiran Action 11.1 Menghaluskan permukaan hasil ukiran dengan kertas pasir Action 11.2 Inspeksi terhadap keseluruhan pintu Checking

37 11.3 Mengemas pintu dengan plastik Action 11.4 Mengemas pintu dengan karton Action Human Error Identification (HEI) Prosedur identifikasi error adalah dengan menyusun daftar pekerjaan yang telah diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe error di tahap sebelumnya sesuai kategori yang cocok pada tabel kategori error menurut metode SHERPA. Kategori action error berdasarkan metode SHERPA adalah sebagai berikut: A1 : Operasi terlalu lama/cepat A4 : Tindakan terlalu sedikit/banyak A5 : Tindakan tidak sesuai A6 : Tindakan tepat namun pada objek yang salah A7 : Tindakan salah namun pada objek yang tepat C2 : Pemeriksaan tidak lengkap C5 : Pemeriksaan yang salah dalam membagi waktu S2 : Salah dalam melakukan pemilihan Identifikasi error dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2. Identifikasi Error Kerja pada Proses Pembuatan Pintu Mexicano Kode Klasifikasi Kategori Deskripsi 1.1 Action A5 Salah cara pengambilan partical board sehingga bergesekan dengan yang lain

38 1.2 Action A5 Liping steal yang dibawa bertabrakan dengan yang lain 2.1 Action A4 Operator lalai dalam memberikan lem yang terlalu sedikit sehingga tidak nempel 2.2 Action A1 Pengepressan terlalu lama sehingga pintu retak 3.1 Action A7 Pintu yang sudah dirakit tercampur dengan partical board 3.2 Action A7 Pengukiran terlalu melebar ke yang lain Tabel 5.2. Identifikasi Error Kerja pada Proses Pembuatan Pintu Mexicano (Lanjutan) Kode Klasifikasi Kategori Deskripsi 4.1 Action A5 Pintu yang telah diukir tercampur dengan yang belum diukir 4.2 Action A5 Operator lalai dalam mengukur liping tanam sesuai ukiran 4.3 Action A6 Peletakan liping tanam tidak pada tempat yang seharusnya 5.1 Checking C2 Operator hanya memeriksa sebagian saja tidak

39 keseluruhan 5.2 Action A4 Dempul yang diberikan operator terlalu sedikit 6.1 Action A6 Perataan ke bagian yang tidak di dempul 7.1 Selection S2 Warna veneer yang dipilih operator tidak sesuai dengan warna pintu 7.2 Action A4 Operator lalai dalam memberikan lem yang terlalu sedikit sehingga tidak terlalu nempel 8.1 Action A7 Pintu yang sudah dirakit tercampur dengan bagian lain 8.2 Action A1 Pengepressan terlalu lama sehingga veneer retak 9.1 Action A5 Pintu yang sudah dirakit dengan veneer tercampur dengan pintu yang belum dirakit dengan veneer Tabel 5.2. Identifikasi Error Kerja pada Proses Pembuatan Pintu Mexicano (Lanjutan) Kode Klasifikasi Kategori Deskripsi 9.2 Action A7 Veneer dipotong tidak sesuai dengan ukuran pintu 10.1 Action A7 Salah meletakkan pintu pada meja perakitan 10.2 Action A7 Pengukiran terhadap pintu terlalu dalam

40 11.1 Action A6 Bagian yang tidak diukir diratakan dengan kertas pasir 11.2 Checking C5 Ada bagian pintu yang belum rata 11.3 Action A4 Plastik yang diberikan terlalu sedikit 11.4 Action A4 Karton yang diberikan terlalu sedikit Analisis Konsekuensi Pada tahap ini, dilakukan penyusunan daftar konsekuensi yang paling mungkin terjadi jika suatu pekerjaan yang dilakukan operator termasuk kedalam tipe error. Konsekuensi dapat berupa akibat yang akan terjadi pada manusia, mesin, peralatan, lingkungan, bahkan mempengaruhi sistem kerja secara keseluruhan apabila terjadi human error. Berikut adalah hasil identifikasi konsekuensi kerja. Tabel 5.3. Analisis Konsekuensi Kerja pada Proses Pembuatan Pintu Mexicano Kode Kategori Error Deskripsi Error Konsekuensi 1.1 A5 1.2 A5 Salah cara pengambilan partical board sehingga bergesekan dengan yang lain Liping steal yang dibawa bertabrakan dengan yang lain Partical board terkelupas Liping steal yang dibawa tergesek dan tidak sesuai lagi Tabel 5.3. Analisis Konsekuensi Kerja pada Proses Pembuatan Pintu Mexicano (Lanjutan) Kode Kategori Deskripsi Error Konsekuensi

41 Error 2.1 A4 Operator lalai dalam memberikan lem yang terlalu sedikit Perakitan tidak sempurna dan harus dilakukan pengulangan 2.2 A1 Pengepressan yang terlalu lama Pintu yang dipress akan retak 3.1 A7 Pintu yang sudah dirakit tercampur dengan partical board Pekerjaan jadi lama karena operator harus memilah lagi 3.2 A7 Pengukiran terlalu melebar ke yang lain Lebih banyak dempul yang digunakan 4.1 A5 4.2 A5 4.3 A6 5.1 C2 5.2 A4 Pintu yang telah diukir tercampur dengan yang belum diukir Operator lalai dalam mengukur liping tanam sesuai ukiran Peletakan liping tanam tidak pada tempat yang seharusnya Operator hanya memeriksa sebagian saja tidak keseluruhan Dempul yang diberikan operator terlalu sedikit Pekerjaan jadi lama karena operator harus memilah lagi Perakitan yang dilakukan tidak berjalan Terjadinya ketidaksesuaian terhadap pintu Ada bagian pintu yang bolong tidak didempul Terdapat rongga yang kosong pada pintu 6.1 A6 Perataan ke bagian yang tidak di dempul Pintu semakin menipis 7.1 S2 7.2 A4 8.1 A7 Warna veneer yang dipilih operator tidak sesuai dengan warna pintu Operator lalai dalam memberikan lem yang terlalu sedikit sehingga tidak terlalu nempel Pintu yang sudah dirakit tercampur dengan bagian lain Warna produk yang dihasilkan terlihat jelek Perakitan tidak sempurna dan harus dilakukan pengulangan Pekerjaan jadi lama karena operator harus memilah

42 lagi 8.2 A1 Pengepressan terlalu lama Veneer yang ikut dipress akan pecah 9.1 A5 9.2 A7 Pintu yang sudah dirakit dengan veneer tercampur dengan pintu yang belum dirakit dengan veneer veneer dipotong tidak sesuai dengan ukuran pintu Pekerjaan jadi lama karena operator harus memilah lagi Produk yang dihasilkan tidak sesuai ukuran Tabel 5.3. Analisis Konsekuensi Kerja pada Proses Pembuatan Pintu Mexicano (Lanjutan) Kode Kategori Error Deskripsi Error Konsekuensi 10.1 A7 Salah meletakkan pintu pada meja perakitan Semua pintu tercampur sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk memisahkan 10.2 A7 Pengukiran terhadap pintu terlalu dalam Waktu pengerjaan akan lama 11.1 A6 Bagian yang tidak diukir diratakan dengan kertas pasir Banyak produk tidak sesuai 11.2 C5 Ada bagian pintu yang belum rata Banyak produk yang cacat 11.3 A4 Plastik yang diberikan terlalu sedikit 11.4 A4 Karton yang diberikan terlalu sedikit Pintu tidak tertutup secara keseluruhan Pintu tidak tertutup secara keseluruhan Penilaian Probabilitas Error Ordinal Nilai probabilitas ordinal yang digunakan dalam metode SHERPA adalah rendah, sedang, dan tinggi. Nilai probabilitas ordinal yang digunakan dalam metode

43 SHERPA adalah rendah (L), sedang (M), dan tinggi (H). Penilaian probabilitas error ordinal dilakukan berdasarkan data historis kesalahan operator dalam item pekerjaan yang dianalisis. Tabel berikut adalah probabilitas error ordinal proses pembuatan pintu mexicano.

44 Tabel 5.4. Probabilitas Error Ordinal Proses Pembuatan Pintu Mexicano Kode Deskripsi Error Salah cara pengambilan partical board sehingga bergesekan dengan yang lain Liping steal yang dibawa bertabrakan dengan yang lain Operator lalai dalam memberikan lem yang terlalu sedikit sehingga tidak nempel Pengepressan terlalu lama sehingga pintu retak Pintu yang sudah dirakit tercampur dengan partical board Probabilitas Error Ordinal M L M H L 3.2 Pengukiran terlalu melebar ke yang lain H Pintu yang telah diukir tercampur dengan yang belum diukir Operator lalai dalam mengukur liping tanam sesuai ukiran Peletakan liping tanam tidak pada tempat yang seharusnya Operator hanya memeriksa sebagian saja tidak keseluruhan Dempul yang diberikan operator terlalu sedikit L M M L M

45 6.1 Perataan ke bagian yang tidak di dempul L Warna piner yang dipilih operator tidak sesuai dengan warna pintu Operator lalai dalam memberikan lem yang terlalu sedikit sehingga tidak terlalu nempel L M Tabel 5.4. Probabilitas Error Ordinal Proses Pembuatan Pintu Mexicano (Lanjutan) Kode Deskripsi Error Pintu yang sudah dirakit tercampur dengan bagian lain Pengepressan terlalu lama sehingga piner retak Pintu yang sudah dirakit dengan piner tercampur dengan pintu yang belum dirakit dengan piner Piner dipotong tidak sesuai dengan ukuran pintu Probabilitas Error Ordinal L H M L 10.1 Salah meletakkan pintu pada meja perakitan L 10.2 Pengukiran terhadap pintu terlalu dalam H 11.1 Bagian yang tidak diukir diratakan dengan kertas pasir L 11.2 Ada bagian pintu yang belum rata M 11.3 Plastik yang diberikan terlalu sedikit M

46 11.4 Karton yang diberikan terlalu sedikit M Analisis Tingkat Kritis Jika konsekuensi error yang muncul sifatnya kritis (contoh: mengakibatkan kerugian yang tidak dapat ditoleransi), maka pada item pekerjaan yang dianalisis harus ditandai sebagai item pekerjaan yang kritis. Tanda yang digunakan sebagai petunjuk bahwa error dari item pekerjaan yang dianalisis bersifat kritis adalah tanda seru (!), sedangkan untuk error yang sifatnya tidak kritis diberi tanda pisah (-). Tabel 5.5. Tingkat Kritis Kerja Proses Pembuatan Pintu Mexicano Kode Konsekuensi Tingkat Kritis 1.1 Partical board terkelupas Liping steal yang dibawa tergesek dan tidak sesuai lagi Perakitan tidak sempurna dan harus dilakukan pengulangan Pintu yang dipress akan retak! 3.1 Pekerjaan jadi lama karena operator harus memilah lagi Lebih banyak dempul yang digunakan -

47 4.1 Pekerjaan jadi lama karena operator harus memilah lagi Perakitan yang dilakukan tidak berjalan Terjadinya ketidaksesuaian terhadap pintu Ada bagian pintu yang bolong tidak didempul Terdapat rongga yang kosong pada pintu Pintu semakin menipis Warna produk yang dihasilkan terlihat jelek Perakitan tidak sempurna dan harus dilakukan pengulangan - Tabel 5.5. Tingkat Kritis Kerja Proses Pembuatan Pintu Mexicano (Lanjutan) Kode Konsekuensi Tingkat Kritis 8.1 Pekerjaan jadi lama karena operator harus memilah lagi Piner yang ikut dipress akan pecah! 9.1 Pekerjaan jadi lama karena operator harus -

ANALISA HUMAN ERROR DENGAN METODE SHERPA DAN HEART PADA KECELAKAAN KERJA DI PT XYZ

ANALISA HUMAN ERROR DENGAN METODE SHERPA DAN HEART PADA KECELAKAAN KERJA DI PT XYZ ANALISA HUMAN ERROR DENGAN METODE SHERPA DAN HEART PADA KECELAKAAN KERJA DI PT XYZ Tiara Rahmania 1, Elisabeth Ginting 2, Buchari 3 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI HUMAN EROR PADA PROSES PRODUKSI CASSAVA CHIPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHERPA DAN HEART DI PT. INDOFOOD FRITOLAY MAKMUR

IDENTIFIKASI HUMAN EROR PADA PROSES PRODUKSI CASSAVA CHIPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHERPA DAN HEART DI PT. INDOFOOD FRITOLAY MAKMUR IDENTIFIKASI HUMAN EROR PADA PROSES PRODUKSI CASSAVA CHIPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHERPA DAN HEART DI PT. INDOFOOD FRITOLAY MAKMUR Anisah Haidar Alatas dan Roudhotul Jannah Kalista Putri Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada industri kecil dan menengah, umumnya teknologi yang digunakan masih sederhana dan sebagian besar pekerjaan masih dilakukan secara manual. Kondisi ini juga ditemukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Findiastuti et al (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk memprediksi terjadinya human error pada task yang dilakukan pada saat aktivitas

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UKUR HUMAN RELIABILITY ANALYSIS PADA PROSES ADMINISTRASI OBAT DI RUMAH SAKIT HAJI

PERANCANGAN ALAT UKUR HUMAN RELIABILITY ANALYSIS PADA PROSES ADMINISTRASI OBAT DI RUMAH SAKIT HAJI PERANCANGAN ALAT UKUR HUMAN RELIABILITY ANALYSIS PADA PROSES ADMINISTRASI OBAT DI RUMAH SAKIT HAJI JOHAN ARIFIN 2508100148 DOSEN PEMBIMBING Dr. Ir. Sri Gunani Partiwi, M.T. DOSEN KO-PEMBIMBING Arief Rahman,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Human error merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari manusia. Sebaik-baiknya orang bekerja, pasti orang tersebut pernah melakukan kesalahan. Hal yang

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor 2 2017 ISSN 1412-7350 REDUKSI PRODUK CACAT PADA KEGIATAN PENCETAKAN Nismah Panjaitan 1*, Dini Wahyuni 1, Mangara Tambunan 1 1 Departemen Teknik Industri; Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem produksi tersusun atas beberapa elemenelemen. Elemen elemen tersebut saling berinteraksi untuk mencapai satu tujuan tertentu. Elemen-elemen yang menyusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi telah membawa dampak perubahan peradaban dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN SISTEM KERJA MESIN BENDING DI PT. X MENGGUNAKAN METODE SYSTEMATIC HUMAN ERROR REDUCTION AND PREDICTION APPROACH (SHERPA) *

USULAN PERBAIKAN SISTEM KERJA MESIN BENDING DI PT. X MENGGUNAKAN METODE SYSTEMATIC HUMAN ERROR REDUCTION AND PREDICTION APPROACH (SHERPA) * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.2 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2015 USULAN PERBAIKAN SISTEM KERJA MESIN BENDING DI PT. X MENGGUNAKAN METODE SYSTEMATIC

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sumatera Timberindo Industry didirikan pada tanggal 31 Agustus 2000. Perusahaan ini merupakan rebranding dari PT. Wira Lanao Ltd. yang berdiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keselamatan Kerja Menurut Daryanto (2002), yang dimaksud keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja, serta cara-cara

Lebih terperinci

Analisis Human Error Dengan Pendekatan Cognitive Reliability And Error Analysis Method (CREAM) Pada Operator Forklift Di PT. SMART Tbk.

Analisis Human Error Dengan Pendekatan Cognitive Reliability And Error Analysis Method (CREAM) Pada Operator Forklift Di PT. SMART Tbk. Analisis Human Error Dengan Pendekatan Cognitive Reliability And Error Analysis Method (CREAM) Pada Operator Forklift Di PT. SMART Tbk. Novita Rahmawati 1, Anda Iviana Juniani 2., Vivin Setiani 3 1 Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesalahan operator, kesalahpahaman, kesalahan pengawasan. Kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesalahan operator, kesalahpahaman, kesalahan pengawasan. Kesalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses produksi berlangsung ketika seluruh komponen saling berinteraksi sesuai dengan tahapan yang telah ditentukan. Interaksi ini tidak hanya dipahami sebagai kegiatan

Lebih terperinci

APLIKASI HUMAN RELIABILITY ASSESSMENT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BATIK

APLIKASI HUMAN RELIABILITY ASSESSMENT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BATIK APLIKASI HUMAN RELIABILITY ASSESSMENT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BATIK Agus Widaryanto 1, Choirul Bariyah 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad

Lebih terperinci

APLIKASI METODE SHERPA UNTUK MENURUNKAN POTENSI KESALAHAN OPERATOR MESIN CUT SAW

APLIKASI METODE SHERPA UNTUK MENURUNKAN POTENSI KESALAHAN OPERATOR MESIN CUT SAW PLIKSI METODE SHERP UNTUK MENURUNKN POTENSI KESLHN OPERTOR MESIN CUT SW Choirul Bariyah Program Studi Teknik Industri, Univ hmad Dahlan Jl. Prof. Dr. Soepomo, SH, Janturan, Yogyakarta *email : choirul.bariyah@ie.uad.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai macam sarana transportasi sangat dibutuhkan oleh manusia baik itu transportasi darat, laut, bahkan udara. Semua transportasi dimanfaatkan untuk mengangkut

Lebih terperinci

ANALISIS HUMAN ERROR DENGAN METODE SHERPA DAN HEART PADA PROSES PRODUKSI BATIK CAP (Studi Kasus di UKM Batik Cap Supriyarso Kampoeng Batik Laweyan)

ANALISIS HUMAN ERROR DENGAN METODE SHERPA DAN HEART PADA PROSES PRODUKSI BATIK CAP (Studi Kasus di UKM Batik Cap Supriyarso Kampoeng Batik Laweyan) ANALISIS HUMAN ERROR DENGAN METODE SHERPA DAN HEART PADA PROSES PRODUKSI BATIK CAP (Studi Kasus di UKM Batik Cap Supriyarso Kampoeng Batik Laweyan) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MEREDUKSI HUMAN ERROR PADA BAGIAN HAMMERING DI PT. SARANA PANEN PERKASA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 1. SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi Tujuan : Untuk mempermudah dalam melakukan setting mesin. Dan memastikan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN di PT. X MENGGUNAKAN METODE HEART DAN PEMBUATAN SOP PADA PROYEK PEMBANGUNAN RS. SITI KHODIJAH SEPANJANG

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN di PT. X MENGGUNAKAN METODE HEART DAN PEMBUATAN SOP PADA PROYEK PEMBANGUNAN RS. SITI KHODIJAH SEPANJANG IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN di PT. X MENGGUNAKAN METODE HEART DAN PEMBUATAN SOP PADA PROYEK PEMBANGUNAN RS. SITI KHODIJAH SEPANJANG Bella Ayu Ratiyanti 1*, Agung Nugroho 2, Haidar Natsir Amrullah

Lebih terperinci

Analisis Human Error Menggunakan Metode TAFEI dan SHERPA Pada Pengoperasian Turbin Gas Blok 2 Pasca Overhaul di Perusahaan Power Plant

Analisis Human Error Menggunakan Metode TAFEI dan SHERPA Pada Pengoperasian Turbin Gas Blok 2 Pasca Overhaul di Perusahaan Power Plant Analisis Human Error Menggunakan Metode TAFEI dan SHERPA Pada Pengoperasian Turbin Gas Blok 2 Pasca Overhaul di Perusahaan Power Plant Faizal Nur Alvianto 1, Am Maisarah D 2, Binti Mualifatul R 3. 1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa memenuhi permintaan sandang yang semakin meningkat tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. bisa memenuhi permintaan sandang yang semakin meningkat tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak bisa dipungkiri lagi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan akan sandang kian hari juga terus meningkat, sehingga pabrik-pabrik industri tekstil

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Suryamas Lestari Prima adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam industri pembuatan daun pintu. PT. Suryamas Lestari Prima didirikan atas

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha Tujuan : Untuk mempermudah dalam melakukan setting mesin. Dan memastikan setting mesin tepat, sehinggan tidak menyebabkan cacat. Ruang Lingkup : Lantai Produksi PT Aswi Perkasa Standar-standarnya : 1.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal

Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-10 Analisis Human Error terhadap Kecelakaan Kapal pada Sistem Kelistrikan berbasis Data di Kapal Lucky Andoyo W, Sardono Sarwito,

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

ANALISA HUMAN ERROR DALAM KASUS KECELAKAAN DI PERSILANGAN KERETA API (Studi Kasus Persilangan Kereta Api 25 Jemur Andayani - Surabaya)

ANALISA HUMAN ERROR DALAM KASUS KECELAKAAN DI PERSILANGAN KERETA API (Studi Kasus Persilangan Kereta Api 25 Jemur Andayani - Surabaya) ANALISA HUMAN ERROR DALAM KASUS KECELAKAAN DI PERSILANGAN KERETA API (Studi Kasus Persilangan Kereta Api 25 Jemur Andayani - Surabaya) Oleh: Weny Findiastuti (*), Sritomo Wignjosoebroto (**), Dyah Santhi

Lebih terperinci

PENGUKURAN HUMAN ERROR PADA OPERATOR PEMBUATAN PATUNG FIBERGLASS DENGAN METODE HEART DAN SHERPA

PENGUKURAN HUMAN ERROR PADA OPERATOR PEMBUATAN PATUNG FIBERGLASS DENGAN METODE HEART DAN SHERPA PENGUKURAN HUMAN ERROR PADA OPERATOR PEMBUATAN PATUNG FIBERGLASS DENGAN METODE HEART DAN SHERPA TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri RENANDA

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UKUR HUMAN RELIABILITY ANALYSIS PADA PROSES ADMINISTRASI OBAT DI RUMAH SAKIT HAJI

PERANCANGAN ALAT UKUR HUMAN RELIABILITY ANALYSIS PADA PROSES ADMINISTRASI OBAT DI RUMAH SAKIT HAJI PERANCANGAN ALAT UKUR HUMAN RELIABILITY ANALYSIS PADA PROSES ADMINISTRASI OBAT DI RUMAH SAKIT HAJI Johan Arifin, Sri Gunani Partiwi, Arief Rahman Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Faktor Kecukupan Organisasi dan Time Of Day pada Pekerjaan Manual OAW Cutting dengan Menggunakan Metode CREAM di PT. Packaging Surabaya

Faktor Kecukupan Organisasi dan Time Of Day pada Pekerjaan Manual OAW Cutting dengan Menggunakan Metode CREAM di PT. Packaging Surabaya Faktor Kecukupan Organisasi dan Time Of Day pada Pekerjaan Manual OAW Cutting dengan Menggunakan Metode CREAM di PT. Packaging Surabaya Khusnul Eka Septiana 1, Lukman Handoko 2., Vivin Setiani 3 1 Program

Lebih terperinci

Analisa Tingkat Keandalan Operator Inside Welding dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique

Analisa Tingkat Keandalan Operator Inside Welding dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.3, September 2013, pp.245-250 ISSN 2302-495X Analisa Tingkat Keandalan Operator Inside Welding dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique Saida Masitoh

Lebih terperinci

Analisis Human Error pada Pramudi Transjakarta dengan Pendekatan HEART dan Fault Tree Analysis

Analisis Human Error pada Pramudi Transjakarta dengan Pendekatan HEART dan Fault Tree Analysis Petunjuk Sitasi: Safitri, D. M., Oktaviasari, A., Astuti, P., & Azmi, N. (2017). Analisis Human Error pada Pramudi Transjakarta dengan Pendekatan HEART dan Fault Tree Analysis. Prosiding SNTI dan SATELIT

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA PADA PEKERJAAN GRINDING DI SEBUAH PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SUCCESS LIKELIHOOD INDEX METHOD

IDENTIFIKASI BAHAYA PADA PEKERJAAN GRINDING DI SEBUAH PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SUCCESS LIKELIHOOD INDEX METHOD IDENTIFIKASI BAHAYA PADA PEKERJAAN GRINDING DI SEBUAH PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SUCCESS LIKELIHOOD INDEX METHOD Ratna Ayu Ratriwardhani 1) dan Mohamad Hakam 2) 1) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

(Studi Kasus: Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan)

(Studi Kasus: Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan) Human Reliability Assesment Pada Produksi AMDK dengan Metode HEART dan Sistem Pendukung Keputusan Dalam Menentukan Rekomendasi Berbasis AHP (Analitical Hierarchy Process) (Studi Kasus: Perusahaan Air Minum

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

ANALISA KUALITAS PRODUK KANTONG KRAFT LEM AKIBAT KESALAHAN MANUSIA DI PT. X TUBAN

ANALISA KUALITAS PRODUK KANTONG KRAFT LEM AKIBAT KESALAHAN MANUSIA DI PT. X TUBAN ANALISA KUALITAS PRODUK KANTONG KRAFT LEM AKIBAT KESALAHAN MANUSIA DI PT. X TUBAN Irwan Soejanto Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur E-mail : irwansj@yahoo.co.id INTISARI Persaingan antara industri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Kesalahan (error) yang disebabkan oleh manusia disebut dengan kesalahan manusia (human error). Meister (1971) menyebutkan bahwa 20%-50% kegagalan yang terjadi

Lebih terperinci

Disusun Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) JAKARTA 2015

Disusun Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) JAKARTA 2015 USULAN PERBAIKAN KUALITAS PERCETAKAN BUKU YASIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Andi Putra Pratama NPM : 30411742 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Dr. Ir. Sudaryanto, MSc. Pembimbing 2 :

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA penelitian ini. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dalam 4.1 Observasi Pada tahapan ini dilakukan observasi pada tiga bagian yaitu

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Produk Kantong Plastik dalam Menurunkan Tingkat Kegagalan Produk Jadi

Pengendalian Kualitas Produk Kantong Plastik dalam Menurunkan Tingkat Kegagalan Produk Jadi Petunjuk Sitasi: Suliawati, & Gumay, V. S. (2017). Pengendalian Kualitas Produk Kantong Plastik dalam Menurunkan Tingkat Kegagalan Produk Jadi. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. D70-75). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Lampiran I : Uraian Tugas dan Tanggung Jawab PT. Sinar Makmur 1. Direktur Direktur merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang bertanggung jawab terhadap seluruh

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PT. MAHOGANY LESTARI 1. Direktur Direktur merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional perusahaan

Lebih terperinci

Berty Dwi Rahmawati, Sriyanto, Wiwik Budiawan

Berty Dwi Rahmawati, Sriyanto, Wiwik Budiawan ANALISIS TINGKAT KEANDALAN OPERATOR PENGENDALI KERETA API PASCA PEMBANGUNAN JALUR GANDA LINTASAN KERETA API (DOUBLE TRACK) (Studi Kasus : Daerah Operasi IV Semarang) Berty Dwi Rahmawati, Sriyanto, Wiwik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dapat berkembang dan bertahan. Kualitas merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dapat berkembang dan bertahan. Kualitas merupakan faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang mampu bertahan dan bersaing secara efektif adalah perusahaan yang dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimiliki, sehingga mampu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis yang dilakukan. Bisa disimpulkan, bahwa sebenarnya prosedur kerja yang ada di PT Aswi Perkasa saat

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pengendalian kualitas pada perusahaan manufaktur sangat diperlukan. Perusahaan harus menjaga kualitas produk yang dihasilkan agar dapat diterima oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Identifikasi Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Identifikasi Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, maksud dan tujuan, metode penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Analisis Probabilitas Human Error Pada Pekerjaan Grinding dengan Metode HEART dan SLIM-ANP di Perusahaan Jasa Fabrikasi dan Konstruksi

Analisis Probabilitas Human Error Pada Pekerjaan Grinding dengan Metode HEART dan SLIM-ANP di Perusahaan Jasa Fabrikasi dan Konstruksi Analisis Probabilitas Human Error Pada Pekerjaan Grinding dengan Metode HEART dan SLIM-ANP di Perusahaan Jasa Fabrikasi dan Konstruksi Diani Ayundha Novianti 1*, Am Maisarah Disrinama 2, dan Haidar Natsir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah dan tujuan penelitian. Selain itu, juga diuraikan mengenai batasan masalah dan asumsi yang digunakan serta sistematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perawatan / Maintenance 1. Pengertian Maintenance Maintenance Menurut Lindley R. Higgis & R. Keith Mobley, (Maintenance Enginering Handbook, Sixth Edition, McGraw-Hill, 2002)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri obat jadi dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 terdiri dari industri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang human error sudah banyak yang dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu dengan situasi dan tempat serta analisis yang berbeda-beda untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah keterlambatan selesainya produk yang diakibatkan banyaknya waktu

BAB I PENDAHULUAN. masalah keterlambatan selesainya produk yang diakibatkan banyaknya waktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk Menghindari masalah-masalah yang dihadapi perusahaan khususnya masalah keterlambatan selesainya produk yang diakibatkan banyaknya waktu menganggur (idle

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian a. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri sarung tangan dan berlokasi di kota

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Selama ini Perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ Saiful Mangngenre 1, Amrin Rapi 2, Wendy Flannery 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

WORKING PLAN SIMPLE WALL SHELF S001

WORKING PLAN SIMPLE WALL SHELF S001 A DESKRIPSI PRODUK Simple Wall Shelf berukuran jadi 1.200 x 200 x 50 mm. Ukuran panjang dan lebar bisa ditambah/dikurangi sesuai dengan rencana penempatan anda. Varian ukuran panjang adalah 1.000 1.400mm,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

Human Reliability Assessment dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique pada Operator Stasiun Shroud PT. X

Human Reliability Assessment dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique pada Operator Stasiun Shroud PT. X Human Reliability Assessment dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique pada Operator Stasiun Shroud PT. X Dian Mardi Safitri 1, Ayu Rachma Astriaty 2, Nataya C. Rizani 3 1,2,3) Laboratorium

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di PT Liza Christina Garment Industry dan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENUNJANG

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENUNJANG STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PERALATAN TENAGA LISTRIK SUB-BIDANG PENUNJANG DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

YustinaJoumil Aidil SZS Ngatilah Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK

YustinaJoumil Aidil SZS Ngatilah Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Analisis Ketidaksuksesan Kualitas Produk Pada Bagian Pencetakan Akibat Kesalahan Manusia (Human Error) Melalui Pendekatan Human Reliability Assesment (HRA) (Studi Kasus di PT. Madju Warna Steel Surabaya)

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan yaitu : 1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari human error yang terjadi pada target produksi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis yang dilakukan. Bisa disimpulkan sebenarnya prosedur kerja yang ada di PT Aswi Perkasa saat ini sudah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN TAGUCHI. Pengertian metode penelitian secara umum adalah membahas bagaimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN TAGUCHI. Pengertian metode penelitian secara umum adalah membahas bagaimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN TAGUCHI Pengertian metode penelitian secara umum adalah membahas bagaimana secara berurut suatu penelitian dilakukan, yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN MASINIS DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN METODE HEART

ANALISIS KEANDALAN MASINIS DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN METODE HEART ANALISIS KEANDALAN MASINIS DAOP VI YOGYAKARTA DENGAN METODE HEART TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri oleh Jean Pama Marinda 09 06 05864 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 68 BAB 4 PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses untuk menjadi informasi yang berguna. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan yang telah dikemukakan pada penulis pada PT. Sari Keramik Indonesia mengenai Peranan Pengendalian Porduksi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan adalah banyaknya jumlah unit pengantongan semen (packing plant) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan adalah banyaknya jumlah unit pengantongan semen (packing plant) yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri semen merupakan salah satu industri prospektif saat ini. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyebutkan pada tahun 2012 kebutuhan semen nasional mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Human error dalam research, desain, konstruksi, instalasi, operasi, perawatan, manufaktur, inspeksi, manajemen dan lain sebagainya seringkali menjadi penyebab sebagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA

BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA Pada bab ini akan dibahas mengenai rencana implementasi yang telah diperoleh dari analisis solusi bisnis dan kebutuhan mengenai sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA Yudha Rahadian 1*, Giusti Arcibal 1, Irwan Iftadi 1,2 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jln. Ir. Sutami 36A,

Lebih terperinci

BAB l Pengujian Perangkat Lunak

BAB l Pengujian Perangkat Lunak BAB l Pengujian Perangkat Lunak 1.1 Pengertian Pengujian Pengujian Perangkat Lunak (Software Testing) adalah suatu teknik yang digunakan untuk menentukan bahwa perangkat lunak yang dihasilkan telah memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling sering digunakan oleh manusia adalah komputer. Komputer telah merambah. digunakan sebagai media menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. paling sering digunakan oleh manusia adalah komputer. Komputer telah merambah. digunakan sebagai media menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini teknologi telah berkembang pesat. Penggunaan teknologi dapat ditemukan pada hampir setiap aspek kehidupan manusia. Salah satu teknologi yang paling sering

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, maka BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada PT X, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan

Lebih terperinci

Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan

Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan Layanan Pengoptimalan Cepat Dell Compellent Keterangan Ikhtisar Layanan Keterangan Layanan ini ("Keterangan Layanan") ditujukan untuk Anda, yakni pelanggan ("Anda" atau "Pelanggan") dan pihak Dell yang

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Ananda Oktaria 1,Marlinda Apriyani 2, Cholid Fatih 3 Mahasiswa 1, Dosen Politeknik Negeri Lampung 1 2, Dosen Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan dan Pengembangan Konsep Produk 2.1.1 Desain Adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisa, menilai, dan menyusun suatu sistem (fisik/ nonfisik) yang optimum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menejemen Resiko Manajemen resiko adalah suatu proses komprehensif untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan resiko yang ada dalam suatu kegiatan. Resiko

Lebih terperinci

3/17/16 Testing dan Audit Perangkat Lunak - Universitas Mercu Buana Yogyakarta

3/17/16 Testing dan Audit Perangkat Lunak - Universitas Mercu Buana Yogyakarta Dosen Pengampu: Anief Fauzan Rozi, S.Kom., M.Eng. Phone/WA: 0856 4384 6541 PIN BB: 29543EC4 Email: anief.umby@gmail.com Website: http://anief.mercubuana- yogya.ac.id 3/17/16 Testing dan Audit Perangkat

Lebih terperinci

Analisis Human Error pada Operator Harbour Mobile Crane untuk Pekerjaan Bongkar Muat dengan Metode SHERPA. (Studi Kasus : Perusahaan Bongkar Muat)

Analisis Human Error pada Operator Harbour Mobile Crane untuk Pekerjaan Bongkar Muat dengan Metode SHERPA. (Studi Kasus : Perusahaan Bongkar Muat) Proceeding 1 st Conference on Safety Engineering and Its Application ISSN. 2581-2653 Analisis uman Error pada Operator arbour Mobile Crane untuk Pekerjaan Bongkar Muat dengan Metode SERPA (Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci