ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PREFERENSI RISIKO PETANI BUNGA KRISAN POTONG DI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR OKY NOVIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PREFERENSI RISIKO PETANI BUNGA KRISAN POTONG DI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR OKY NOVIAN"

Transkripsi

1 ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PREFERENSI RISIKO PETANI BUNGA KRISAN POTONG DI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR OKY NOVIAN DEPARTEMENAGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

2 ii

3 iii PERNYATAAN MENGENAI PROPOSAL PENELITIAN DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA * Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah berjudul Analisis Risiko Produksi dan Preferensi Risiko Petani Bunga Krisan Potong di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir karya ilmiah ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2017 Oky Novian NIM H * Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

4 iv

5 v ABSTRAK OKY NOVIAN. Analisis Risiko Produksi dan Preferensi Risiko Petani Bunga Krisan Potong di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur.Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI. Kecamatan Pacet merupakan salah satu daerah yang menjadi sentra produksi bunga krisan potong yang termasuk ke dalam Kabupaten Cianjur. Adanya fluktuasi produktivitas dan masih dibawahnya standar produktivitas yang ditetapkan oleh dinas pertanian mengindikasikan adanya risiko produksi di dalam produksi bunga krisan di Kecamatan Pacet. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi bunga krisan, menganalisis probabilitas dan dampak dari risiko produksi, serta menganalisis preferensi risiko dari petani bunga krisan di Kecamatan Pacet. Metode penelitian yang digunakan untuk menghitung probabilitas dan dampak risiko adalah z-score dan Value at Risk. Sumber-sumber risiko produksi bunga krisan yang terjadi pada petani bunga di Kecamatan Pacet adalah serangan hama, serangan penyakit, dan cuaca. Nilai probabilitas dampak yang terjadi dari tiap sumber risiko berdasarkan urutan terbesar ke urutan terkecil adalah serangan hama, serangan penyakit dan cuaca.preferensi petani bunga krisan di Kecamatan Pacet terhadap keseluruhan sumber-sumber risiko adalah risk taker dimana hal itu artinya para petani dalam menghadapi risiko-risiko tersebut berani dalam menghadapinya. Kata kunci : bunga krisan, pacet, preferensi, produktivitas, risiko ABSTRACT OKY NOVIAN. An analysis of production risk and preferences risk of chrysanthemum farmer flower in Pacet district Cianjur regency. Supervised by TINTIN SARIANTI Pacet district is one of the regions which become a central place for production of chrysanthemum flower in Cianjur region. Fluctuation in production along with low expectation of production by the local government indicates the risk factors in the chrysanthemum flowers bussiness in Pacet. This research was intended to identify the risk sources of production, analyzing the probability and the effect of production risk and also analyze the prefernces of risk chrysantemum farmer in Pacet district. The method used to get the probability and the effect was z-score and value at risk. The source of the risk from the chrysanthemum farmer in Pacet are pest, disease and weather. The probability risk and effect from the highest to the lowest ones were pest, disease and weather. Preferences risk from the farmer krisan in Pacet from the all risk are risk taker and they are ready to face the risk Keywords : chrysanthemum flower, pacet, preferences, productivity, risk

6 vi

7 vii ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PREERENSI RISIKO PETANI BUNGA KRISAN POTONG DI KECAMATAN PACET KABUPATEN CIANJUR OKY NOVIAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMENAGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017

8 viii

9

10 x

11 xi PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWTatas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam karya ilmiah ini ialah risiko produksi, dengan judul Analisis Risiko Produksi dan Preferensi Risiko Petani Bunga Krisan Potong di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti SP, MM selaku dosen pembimbing, kepada Ir. Popong Nurhayati selaku dosen evaluator kolokium, saudara Yohana Berlian sebagai pembahas seminar serta kepada Rachmat Yanuar, SP, Msi dan Dr. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen penguji utama dan penguji komdik. Penulis juga mengungkapkan terima kasih kepada para petani bunga krisan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur yang telah memberikan waktu dan informasi mengenai risiko produksi bunga krisan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2017 Oky Novian

12 xii

13 xiii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL xiv DAFTAR GAMBAR xiv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 7 Sumber-Sumber Risiko 7 Analisis Peluang dan Dampak Risiko 8 Preferensi Risiko 9 KERANGKA PEMIKIRAN 10 Kerangka Pemikiran Teoritis 10 Kerangka pemikiran Operasional 12 METODE PENELITIAN 14 Lokasi dan waktu penelitian 14 Sumber dan Jenis data 14 Metode Pengambilan Sampel 15 Metode Pengumpulan Data 15 Metode Pengolahan Data 15 GAMBARAN UMUM 19 Letak dan Keadaan Geografis Usaha 19 Profil Usaha 19 Kegiatan Usaha 20 HASIL DAN PEMBAHASAN 26 Identifikasi Risiko Produksi Bunga Krisan Potong 27 Analisis Probabilitas Risiko Produksi Bunga Krisan Potong 30 Analisis Dampak Risiko Produksi Bunga Krisan Potong 33 Analisis Preferensi Risiko Produksi Bunga Krisan Potong 35 SIMPULAN DAN SARAN 36 Simpulan 36 Saran 37 DAFTAR PUSTAKA 38 LAMPIRAN 40 RIWAYAT HIDUP 45

14 xiv DAFTAR TABEL 1. Sentra pengembangan bunga krisan bunga potong di Indonesia 1 2. Produksi tanaman hias di Indonesia tahun Produksi bunga krisan di Pulau Jawa tahun Produksi bunga krisan di beberapa daerah di Jawa Barat tahun Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko petani bunga krisan di Kecamatan Pacet Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko hama periode April-Mei Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit periode April-Mei Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko cuaca periode April Mei Hasil perhitungan dampak risiko produksi periode April-Mei Hasil perhitungan dampak kerugian sumber risiko hama periode April-Mei Hasil perhitungan dampak kerugian sumber risiko penyakit periode April-Mei Hasil perhitungan dampak kerugian sumber risiko cuaca periode April-Mei Hasil dan nilai preferensi risiko pada petani bunga krisan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur periode April-Mei DAFTAR GAMBAR 1. Produksi bunga krisan 8 triwulan terakhir di Kecamatan Pacet tahun Hubungan antara Income yang Diharapkan Dengan Varians Kerangka Pemikiran Operasional Bibit bunga krisan dengan media tanam sekam Pengolahan tanah Pembuatan Bedengan Penanaman Bunga Krisan Pemeliharaan Bunga Krisan Bunga Krisan Siap Panen dan Pemanenan Bunga Krisan Proses Pengemasan Bunga Krisan Proses Pengangkutan Bunga krisan Serangan hama Thrips Serangan Hama Kupu-Kupu Penyakit busuk batang Kegagalan produksi karena serangan cuaca 30

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan dari agribisnis subsektor tanaman hortikultura bagi pendapatan negara dan adanya kecenderungan kenaikan nilai kontribusi subsektor tersebut terhadap PDRB menyebabkan subsektor hortikultura menjadi salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati untuk diusahakaan.komoditas tanaman hortikultura terdapat beberapa jenis kelompok tanaman yaitu tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman bunga dan tanaman obat. Komoditas tanaman bunga (florikultura) sendiri juga mempunyai beberapa jenis seperti tanaman hias bunga potong dan juga bunga pot. Dari berbagai jenis bunga potong, setidaknya ada sembilan jenis bunga potong yang prospektif untuk dikembangkan seperti krisan, mawar, sedap malam, anggrek, anyelir, gerbera, gladiol, dracaena dan melati (Dirjen Hortikultura 2014). Dalam hal kualitas, bunga potong diharuskan memiliki kualitas yang baik, seragam, dan memiliki daya tahan yang lama.adapun beberapa tempat yang dijadikan sebagai sentra pengembangan dari beberapa bunga potong di Indonesia. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1 Sentra pengembangan bunga potong di Indonesia Jenis Komoditas Daerah sentra pengembangan Anggrek Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali Mawar Jawa Timur, Kalimantan Timur, Bali, Jawa Barat, Jawa Tengah Krisan Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Bali, Jawa Tengah Sedap malam Sumatera Utara, Banten, Jawa timur, Jawa Barat, Jawa Tengah Sumber : Dirjen Hortikultura (2014) Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa sentra-sentra pengembangan bunga potong lebih banyak dihasilkan pada daerah-daerah yang terletak di Pulau Jawa. Hal itu ditunjukkan dengan daerah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sebagian besar komoditas bunga potong dihasilkan di daerah tersebut. Perkembangan produksi dari bunga potong saat ini cenderung semakin meningkat. Perkembangan ini bisa terjadi karena secara tidak langsung dipicu oleh semakin berkembangnya bisnis-bisnis jasa seperti florist, hotel dan restoran yang membutuhkan bunga potong untuk estetika ruangan (Permatasari,2014). Selain itu, adanya perkembangan produksi yang terjadi juga mengindikasikan bahwa semakin meningkatnya aktivitas bisnis yang dilakukan pada usaha bunga potong ini. Perkembangan produksi dari komoditas bunga potong ini dapat dilihat pada Tabel 2.

16 2 Tabel 2 Produksi tanaman hias di Indonesia tahun (Tangkai) Tahun Pertum Jenis Komoditas buhan/t ahun (%) Anggrek Anyelir Gerbera Gladiol Krisan Mawar Sedap malam Dracaena Melati Sumber : Dirjen Hortikultura (2016) Salah satu komoditas tanaman florikultura yang mempunyai jumlah produksi terus meningkat dan mempunyai jumlah produksi terbanyak adalah komoditas bunga krisan. Krisan merupakan salah satu jenis tanaman hias penghasil bunga potong yang sangat populer di masyarakat. Hal itu dikarenakan bunga yang memiliki nama latin Chrysanthemum Sp. mempunyai prospek yang sangat cerah dan didukung dengan pasar yang sangat potensial. Hal itu pun sesuai dengan pendapat dari Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian dimana pasar bunga krisan diproyeksikan akan mengalami kenaikan sebesar 12.4 persen per tahunnya. selain itu, keanekaragaman varietasnya yang beragam baik dari segi bentuk dan warna juga menyebabkan bunga krisan begitu populer di masyarakat. Bunga krisan juga memiliki keunggulan dibandingkan dengan bunga potong lainnya salah satunya adalah tanaman krisan dapat diatur pembungaan dan masa penennya menurut kebutuhan pasar. Tanaman krisan sendiri termasuk golongan familia asteraceae, genuschrysantemum, species Chrysantemum morifoliumramat, Chrysantemum indicum, Chrysantemum roseum, Chrysantemummaximum, Chrysantemum coccineun dan lain lainnya (Pusdatin, 2014). Krisan dikenal sebagai tanaman hari pendek yang membutuhkan lama penyinaran kurang dari 14.5 jam untuk pembungaan. Pembudidayaan krisan pun juga harus di daerah yang memiliki ketinggian mdpl, suhu udara mencapai C, kelembaban persen dan ph Selain itu, penanaman krisan juga hanya bisa dapat dilakukan dengan proses penyetekan saja tanpa melalui penanaman secara benih. Variasi bentuk dan warna bunga krisan sendiri sangatlah menakjubkan sehingga tidak mengherankan bila bunga memiliki jenis yang sangat banyak. Saat ini setidaknya terdapat 45 varietas yang dimana krisan yang berwarna putih dan kuning paling banyak dicari oleh pelanggan. Daerah penghasil krisan di Indonesia saat ini masih didominasi oleh daerahdaerah yang berada di Pulau Jawa. Beberapa provinsi di Pulau Jawa yang merupakan penghasil bunga krisan diantaranya adalah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah produksi bunga krisan di beberapa di Pulau Jawa dapat dilihat pada Tabel 3.

17 3 Tabel 3 Produksi bunga krisan di Pulau Jawa tahun Daerah Tahun Pertumbuhan/tahun (%) Jawa Barat ,54 Jawa Timur ,46 Jawa Tengah ,14 Sumber : Dirjen Hortikultura (2016) Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki jumlah produksi bunga krisan paling banyak dibandingkan dengan Jawa Timur atau Jawa Tengah. Hasil produksi bunga krisan potong pada provinsi Jawa Barat mencapai tangkai. Hal ini merupakan produksi tertinggi dibandingkan dengan daerah-daerah sentra lainnya. Walaupun Jawa Barat merupakan daerah pengahasil bunga krisan tertinggi pada tahun 2015, namun laju pertumbuhan produksi bunga krisan di Jawa Barat masih lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya seperti daerah Jawa Timur. Hal ini tentunya mengindikasikan adanya risiko produksi didalam budidaya bunga krisan yang ada di Jawa Barat. Sebagai salah satu provinsi penghasil bunga krisan terbesar, Jawa barat memiliki beberapa daerah yang dijadikan sentra budidaya bunga krisan. Beberapa daerah tersebut adalah Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat dan lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Produksi bunga krisan di beberapa daerah di Jawa Barat tahun 2015 Kabupaten Produksi (Tangkai) Produktivitas (Tangkai/M²) Bandung Bandung Barat Cianjur Sukabumi Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Barat (2016) Berdasarkan Tabel 4, menjelaskan bahwa Kabupaten Cianjur menjadi kabupaten yang paling banyak menghasilkan bunga krisan. Jika dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain, Kabupaten Cianjur merupakan kabupaten yang paling banyak menghasilkan bunga krisan dengan jumlah produksi mencapai tangkai pada tahun Jika melihat produktivitas dari bunga krisan, Kabupaten Cianjur memiliki produktivitas paling rendah dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa, dalam melaksanakan budidaya bunga krisan para petani mempunyai indikasi risiko dalam berproduksi. Salah satu daerah di Kabupaten Cianjur yang menjadi sentra bunga krisan adalah Kecamatan Pacet. Kecamatan Pacet merupakan salah satu kecamatan yang para petaninya melakukan budidaya bunga krisan di Kabupaten Cianjur. Usaha budidaya bunga krisan ini pasti tidak terlepas dari yang namanya risiko, sama halnya dengan usaha budidaya komoditas lainnya(permatasari,2014). Adanya risiko tersebut tentunya sangat mempengaruhi keberlangsungan usaha yang dilakukan oleh para petani termasuk petani bunga krisan di Kecamatan Pacet. Salah satu risiko yang dihadapi oleh petani salah satunya adalah risiko

18 4 dalam berproduksi. Risiko produksi merupakan risiko yang berpengaruh secara langsung pada hasil bunga krisan potong. Salah satu akibat dari risiko produksiadalah adanya fluktuasi yang terjadi terhadap produksi bunga krisan dan masih kurangnya nilai produktivitas yang dihasilkan petani terhadap apa yang telah ditetapkan dinas terkait.adanyakeadaan tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap penerimaan yang diterima oleh para petani walaupun harga jual bunga krisan ini sangat tinggi. Hal itu tentunya sangat merugikan bagi para petani khususnya bagi para petani yang ada di Kecamatan Pacet. Oleh karena risiko produksi perlu di perhatikan dengan baik. Apabila kemungkinan risiko dapat diantisipasi dan ditangani dengan baik maka kerugian dari adanya risiko pun dapat diminimalisasi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu penelitian yang mengkaji risiko produksi bunga krisan yang dihadapi oleh petani krisan di Kecamatan Pacet sehingga hasil produksi yang dihasilkan oleh petani krisan dapat dioptimalkan. Perumusan Masalah Kecamatan Pacet merupakan salah satu daerah yang berada di Kabupaten Cianjur yang masyarakatnya melakukan usaha pertanian. Banyak tanaman yang dibudidayakan di kecamatan ini, mulai dari tanaman sayuran, tanaman biofarmaka hingga tanaman hortikultura, salah satu tanaman hortikultura yang ditanami adalah tanaman krisan. Kecamatan Pacet sendiri merupakan salah satu kecamatan yang menjadi sentra pengembangan budidaya bunga krisan yang berada di kawasan Kabupaten Cianjur disamping kecamatan-kecamtan lainnya seperti Kecamatan Sukaresmi dan Kecamatan Cugenang (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, 2016). Hal itu dikarenakan kecamatan tersebut mempunyai keadaan alam dan kelembaban yang sangat cocok untuk ditanami oleh tanaman krisan. Sehingga tidak mengherankan jika tanaman krisan banyak tumbuh disana. Kecamatan Pacet sendiri terdiri atas beberapa desa yaitu Desa Ciherang, Desa Gadog, Desa Cibodas, Desa Cipendawa, Desa Sukanagalih dan desa lainnya. Berdasarkan tahun 2016 Kecamatan Pacet mampu menghasilkan tangkai bunga krisan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan Pacet merupakan salah satu kecamatan yang menghasilkan atau pemasok bunga krisan terbesar yang berada di wilayah Kabupaten Cianjur. Jumlah produksi yang besar tersebut tentunya sangat didukung oleh beberapa desa yang menjadi sentra di Kecamatan Pacet.. Akan tetapi didalam melakukan budidaya bunga krisan ini, para petani tidak selalu mengalami keuntungan, ada kalanya para petani itu juga mengalami kerugian. Hal tersebut dikarenakan selama ini para petani dalam melakukan budidaya selalu mengalamiketidakmampuan produktivitas bunga yang dihasilkan terhadap apa yang telah ditetapkan oleh dinas terkait. Produktivitas bunga krisan sendiri dapat dilihat pada Gambar 1 berikut

19 5 Tangkai/m² Produktivitas bunga krisan Kecamatan Pacet Tahun 2015 Tahun 2016 Produktivitas bunga selama tahun (tangkai/m²) Produktivitas standar menurut Dirjen Hortikultura (tangkai/m²) Waktu Gambar 1 Produksi bunga krisan 8 triwulan terakhir di Kecamatan Pacet tahun Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur (2017) Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa produktivitas dari bunga krisan periode tahun masih dibawah standar produktivitas yang telah ditetapkan oleh Dirjen Hortikultura.Masih dibawahnya nilai produktivitas bunga krisan pada petani bunga di Kecamatan Pacet terhadap nilai standar produktivitas yang ditetapkan oleh Direktorat Jendral Hortikultura mengindikasikan adanya kegagalan dalam memroduksi bunga krisan. Kegagalan produksi tersebut dapat disebabkan pada beberapa hal yang salah satunya adalah adanya risiko. Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam melakukan usaha dalam bidang pertanian pasti terdapat dengan namanya risiko. Hal itu pun sama dalam melakukan usaha budidaya bunga krisan. Adanya risiko tersebut tentunya sangat berdampak buruk bagi petani karena bisa menurunkan kualitas bunga dan juga penurunan terhadap jumlah produksi bunga dan imbas terakhir dari adanya risiko adalah penurunan penerimaan yang dialami oleh petani bunga krisan potong. Hal ini, penurunan jumlah produksi bunga menjadi dampak adanya risiko produksi terhadap bunga. Risiko produksi tersebut dapat berasal dari berbagai sumber seperti sumber eksternal seperti cuaca, iklim ataupun lainnya dan juga bisa dari sumber internal seperti penurunan kualitas sumber daya manusia, penggunaan atau kualitas input yang tidak sesuai dan lain-lain. Sebenarnya dalam menghadapi risiko produksi ini para petani bisa mempunyai beberapa sikap atau yang biasa disebut dengan preferensi risiko. Kaitan preferensi risiko ini terhadap budidaya yang dilakukan oleh petani adalah supaya para petani mempunyai sikap yang efektif dalam mengambil keputusan dalam budidayanya apakah akan meneruskan usahanya atau mengganti dengan usaha lain. Adapun dalam preferensi ini petani bisa mempunyai sikap seperti menghindari risiko (risk averse), netral terhadp risiko (risk neutral) dan menerima risiko (risk taker). Selanjutnya, berdasarkan sumber-sumber yang terjadi nantinya akan dilihat seberapa besar kemungkinan dan dampak yang dihasilkan dengan melakukan perhitungan nilai kemungkinan dan dampaknya.setelahmengetahui dampak dan nilai kemungkinan tersebut maka dapat diketahui bagaimana sikap para petani

20 6 dalam menghadapi risiko produksi yang didasari dari sumber-sumber risiko tersebut. Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian yang mengkaji dan menganalisis sumber risiko produksi bunga krisan yang ada di Kecamatan Pacet dan juga bagaimana para petani menyikapi hal tersebut sehingga hal itu bisa memberikan para petani keuntungan didalam melakukan produksinya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, yaitu : 1. Sumber-sumber resiko apa saja yang dihadapi berkaitan dengan kegiatan budidaya bunga krisan yang berada di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur 2. Berapa besar tingkat probabilitas resiko yang terjadi beserta dampaknya pada kegiatan budidaya bunga krisan di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur 3. Bagaimana tingkat preferensi risiko petani dalam menghadapi risiko yang dihadapi pada kegiatan budiaya bunga krisan di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Tujuan Penelitian Berdasarkan Perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko yang dihadapi petani dalam kegiatan budidaya bunga krisan di Kecamatan Pacet,Kabupaten Cianjur 2. Untuk menganalisis tingkat probabilitas resiko yang dihadapi petani beserta dampak dalam kegiatan budidaya bunga krisan di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur 3. Untuk mengidentifikasi tingkat preferensi petani dalam mengahadapi risiko yang dihadapi dalama kegiatan budidaya bunga krisan di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur Manfaat Penelitian Hasil Penelitian diharapkan bisa berguna bagi petani, pembaca dan juga bagi penulis. Hasil penelitian ini berguna untuk : 1. Bagi petani, diharapkan bisa memberikan bahan pertimbangan para petani didalam mengambil keputusan. 2. Bagi pembaca, diharapkan penelitian bisa memberikan tambahan informasi dan wawasan lebih lanjut untuk penelitian selanjutnya khususnya tentang penelitian mengenai risiko produksi bunga krisan. 3. Bagi peneliti, sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan khususnya perkuliahan mengenai risiko.

21 7 TINJAUAN PUSTAKA Sumber-Sumber Risiko Dalam kegiatan usaha kita pasti tidak terhindar dari apa namanya risiko, hal itu pun sama dengan risiko dalam pertanian. Salah satu risiko yang sering dijumpai yaitu mengenai risiko dalam berproduksi. Risiko produksi dalam usaha pertanian biasanya lebih besar dibandingkan dengan risiko industri lainnya. Itu karena pertanian membutuhkan waktu sangat sedikit dibandingkan dengan komoditi industri. Berbagai risiko dalam berproduksi sering kali banyak dijumpai oleh para petani dalam melakukan budidaya. Sumber-sumber risiko yang biasanya terjadi adalah berasal dari sumber-sumber seperti pengaruh iklim dan cuaca, penggunaan input, pengaruh hama dan penyakit dan kesalahan sumber daya manusia. Berdasarkan sumber-sumber risiko tersebut pengaruh iklim dan cuaca serta pengaruh hama dan penyakit merupakan salah satu sumber risiko yang sangat potensial untuk merugikan khususnya bagi petani krisan (Nasti 2013; Permatasari 2014). Pada penelitian yang dilakukan keduanya yang sama-sama meneliti tentang krisan yang berada di Kabupaten Bogor menjadi penyebab utama dari adanya risiko dan tentunya hal ini sangat mempengaruhi kegiatan usaha budidaya para petani. Pengaruhnya pun terjadi pada fluktuasi terhadap produksi yang mana itu membuat perusahaan merugi karena hasil yang didapat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Permatasari sumber risiko produksi bukan hanya iklim dan cuaca saja melainkan ada faktor lain yaitu kesalahan teknis yang dilakukan oleh sumber daya manusianya. Namun hasil yang sedikit berbeda justru didapat oleh Sianturi (2011), didalampenelitiannya yang meneliti tentang analisis risiko tentang pengusahaan bunga yang dilakukan di PT Saung Mirwan Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian, sumber risiko yang paling potensial terjadi adalah serangan hama dan penyakit, sedangkan cuaca dan iklim tidak begitu berpengaruh karena sudah di kendalikan dengan adanya greenhouse. Akan tetapi walupun terdapat sedikit perbedaan hal ini tentu saja sangat merugikan bagi petani. Tidak jauh berbeda dengan tanaman krisan, pada tanaman lainnya pasti memiliki risiko dan juga sumber-sumber risikonya. Salah satunya adalah tanaman anggrek, tanaman yang masih satu golongan dengan tanaman krisan. Pada tanaman anggrek disebutkan bahwa sumber risiko produksi anggrek diakibatkan karena kondisi cuaca yang kurang mendukung dan serangan hama dan penyakit (Ikhsan 2016; Tamandala 2013). Namun dalam penelitiannya Tamandala menambahkan ada sumber risiko lainnya yang mempengaruhi produksi anggrek seperti kualitas bibit, tenaga kerja dan media tanam. Pada tanaman lainnya yang sejenis yaitu seperti tanaman mawar, sumber risiko yang menyebabkan adanya risiko dalam berproduksi yaitu perubahan kondisi cuaca dan iklim, serangan hama dan penyakit, serta minimnya keterampilan tenaga kerja (Permana 2011) Pada penelitian Herawati (2015) yang meneliti tentang risiko produksi pada tanaman hias menyebutkan sumber-sumber risiko terjadi di akibatkan karena adanya serangan hama dan penyakit, kondisi cuaca yang tidak menentu dan juga

22 8 kualitas sekam. Sedangkan pada tanaman sayuran organik sumber-sumber risiko yang diketahui adalah cuaca yang sulit diprediksi dan juga serangan hama dan penyakit (Cher 2011). Berdasarkan penelitian-penelitan terdahulu yang berkaitan dengan risiko produksi. Dapat dikatakan bahwa pada umumnya sumber-sumber risiko yang terjadi pada budidaya tanaman hortikultura dikarenakan beberapa variabel seperti kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu, serangan hama dan penyakit serta kesalahan teknis tenaga kerja. Sehinnga dapat diduga bahwa variabel-variabel tersebut juga menjadi sumber risiko dalam budidaya bunga krisan ini. Analisis Peluang dan Dampak Risiko Dalam melakukan analisis suatu permasalahan mengenai risiko, suatu risiko dapat diukur dengan beberapa cara. Umumnya pengukuran risiko dapat dilakukan dengan beberapa alat analisis seperti menghitung rata-rata probabilitas dari terjadinya risiko, Variance, Standard Deviation, dan Coeffiicient Variation. Namun, perhitungan dengan menggunakan alat analisis baru bisa dilakukan jika kita menganalisa dua objek yang diamati. Sedangkan jika hanya satu objek yang dihadapi maka besaran risiko dapat diukur dengan menggunakan Z-Score dan juga Value at Risk. Beberapa indikator tersebut saling berkait antar lainnya. Keterkaitan itu bisa dilihat dari semakin kecil nilai dari indikator-indikator tersebut maka risiko yang didapa semakin kecil, begitupun sebaliknya jika nilai indikator tersebut besar maka semakin besar risiko yang didapat. Dalam penelitiannya Permatasari (2014) menggunakan metode analisis Z- Score dan juga Standard Deviation dalam menghitung probabilitas dan menggunakan metode analisis Value at Risk dalam menghitung dampak dari risiko tersebut. Dalam penelitianya, beliau membagi hasil dari masing-masing nilai tersebut berdasarkan tipe dari bunga tersebut. Pada penelitian tentang komoditas anggrek, Ikhsan (2016) dan Tamandala (2013) sama-sama menggunakan metode Z-Score dan Value at Risk didalam penelitiannya. Z-Score digunakan untuk mengetahui tingkat risiko sedangkan analisis Value at risk digunakan untuk menghitung dampak dari risiko tersebut. Namun didalam penelitian Ikhsan, beliau menambahkan metode analisis probabilitas rata-rata didalam metode analisanya. Nasti (2013) dalam penelitiannya menggunakan metode analisis dengan melakukan perhitungan terhadap nilai Expected Return, Variance, Standard Deviation, Coefficient Variation dalam menghitung probabilitas risiko dan menggunakan metode Value at Risk untuk mengukur dampak dari risiko tersebut. Dalam penelitiannya beliau membagi analisis risiko produksi ke dalam kegiatan spesialisasi dan diversifikasi yang selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap nilai Value at Risk. Selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan Sianturi (2011), beliau menggunakan metode analisis dengan melakukan perhitungan terhadap nilai Expected Return, Variance, dan dilanjutkan dengan mencari nilai Standard Deviation dan terakhir dengan Coefficient Variation untuk mengetahui dari tingkat resiko yang ada di PT Saung Mirwan.Dalam penelitiannya, dapat

23 9 diketahui bahwa kegiatan diversifikasi merupakan salah saatu cara untuk menekan risiko, namun hal itu bisa dilakukan untuk waktu sementara saja. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, metode yang digunakan dalam melakukan pengukuran risiko ada beberapa cara. Ada yang menggunakan metode Standard deviation, Z-Score dan Value at Risk. Namun, ada pula yang menggunakan cara lain seperti dengan memperhitungkan nilai Expected Return, Variance dan lainnya. Hasil perhitungan tersebut diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dan juga sikap para petani dalam menghadapi risiko-risiko tersebut. Perhitungan-perhitungan tersebut nanti juga dapat digunakan dalam penelitian ini. Preferensi Risiko Dalam usaha pertanian para petani selalu dihadapkan dengan berbagai risiko dan ketidakpastian. Kemampuan para petani dalam menerima risiko yang besar berpengaruh terhadap sikap yang akan diambil petani dalam menentukan pengambilan keputusan. Ada petani yang berani mengahadapi risiko, ada yang bersikap netral terhadap risiko dan ada pula petani yang menghindar terhadap risiko. Dalam penelitian terdahulu umumnya para petani kecil sebagian besar mempunyai sifat risk averse. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2011) yang mengemukakan bahwa sebagian besar petani padi organik di Kabupaten Sragen bersifat risk averse. Selain itu Fariyanti (2008) juga menemukan bahwa adanya risiko produksi menyebabkan rumah tangga petani sayuran bersifat risk averse. Dengan keadaan seperti ini menyebabkan petani yang risk averse melakukan pengambilan keputusan produksi dengan mengurangi penggunaan input. Hal itu dikarenakan upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi risiko dengan membutuhkan biaya sehingga ketersediaan dana dalam penggunaan input akan berkurang. Nurhapsa (2013) juga menemukan bahwa rata-rata perilaku risiko produksi petani kentang terhadap input-input produksi adalah risk averse. Untuk inputinput seperti benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk kandang insektisida cair para petani biasanya mempunyai sifat risk averse, sedangkan untuk input fungisida para petani mempunyai sikap risk taker. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, Saptana (2011) menemukan bahwa secara umum petani cabai mempunyai sifat risk neutral yang mengarah ke sifat risk taker terhadap risiko produksi sehingga hal itu berdampak pada peningkatan produktivitas. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian terdahulu preferensi petani dalam menghadapi risiko berbeda-beda. Ada petani yang bersifat berani mengambil risiko (risk taker), menghindari risiko (risk averse) dan ada yang netral terhadap risiko (risk neutral). Dari beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa para petani cenderung untuk menghindari risiko dalam menghadapi di kegiatan usahataninya.

24 10 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 1. Konsep Risiko Pengertian risiko bagi sebagian orang sangat identik dengan kepastian. Terkadang antara keduanya mempunyai pengertian yang sama. Namun sebenarnya kedua hal itu mempunyai pengertian yang sangat berbeda.pada pengertiannya risiko dan ketidakpastian adalah dua hal yang berbeda dimana ketidakpastian merupakan suatu kejadian yang merugikan dengan keadaan atau kondisi yang tidak dapat diketahui peluangnya, sedangkan risiko adalah suatu kejadian yang merugikan dengan kondisi yang dapat diketahui peluangnya (Barry & Robison, 1987) Terkait risiko dan ketidakpastian hal serupa juga dikemukakan oleh Roumasset (1979), beliau menjelaskan bahwa kondisi risiko dan dan ketidakpastian dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya probabilitas yang dapat dijadikan pegangan atas kemunngkinan terjadinya suatu kejadian. Selain itu risiko juga bisa terjadi karena adanya kekurangan informasi yang diterima oleh para pengambil keputusan sehingga menyebabkan kerugian bagi usahanya dan mengakibatkan adanya penurunan tingkat kesejahteraan seseorang, hal itu dikemukakan oleh Harwood et al (1999) yang berpendapat bahwa risiko adalah kemugkinan kejadian yang dapat memberikan kerugian atau berkurangnya kesejahteraan seseorang. Konsep penjelasan mengenai risiko juga dijelaskan oleh Darmawi (2005) yang mengatakan bahwa risiko dihubungkan dengan kemungkinan atau ketidakpastian terjadinya kerugian yang tidak diinginkan. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang menyebabkan tumbuhnya risiko dimana kondisi tersebut muncul disebabkan oleh : a) Jarak waktu sejak dimulainya perencanaan atas kegiatan sampai dengan akhir b) Adanya keterbatasan dalam tersedianya informasi yang diperlukan c) Adanya keterbatasan pengetahuan yang didapat 2. Sumber Risiko Sumber-sumber risiko pada umumnya terdapat dua sumber yaitu sumber eksternal dan juga sumber internal. Sumber internal biasanya memiliki risiko kecil dan biasanya lebih muda untuk dikendalikan, sedangkan sumber eksternal biasanya memiliki risiko yang sulit diperkirakan dan sulit untuk dikendalikan. Dalam Harwood et al (1999) ada beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani yaitu : a) Risiko Produksi Beberapa sumber dari risiko produksi biasanya adalah cuaca, bibit, tenaga kerja, hama dan penyakit dan lain halnya yang bisa mengakibatkan produktiitas rendah ataupun kegagalan panen.

25 11 b) Risiko Pasar atau Risiko Harga Beberapa sumber risiko yang muncul dari risiko pasar yaitu permintaan yang rendah, mutu produk yang dipertanyakan, banyak pesaing yang masuk, banyak produk substitusi dan strategi yang kurang baik, sedangkan sumbeer risiko dari risiko harga adalah harga naik yang diakibatkan adanya inflasi. c) Risiko Kelembagaan Risiko yang ditimbulkan dalam kelembagaan atau institusi adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjdai kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi. d) Risiko Keuangan Risiko yang terjadi adanya risiko keuangan adalah perputaran barang rendah dan laba yang menurun karena adanya piutang tak tertagih. 3. Pengukuran Risiko Pengukuran risiko menurut Elton dan Gruber (1995) dapat menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variance. Ketiga ukuran ini mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Pengukuran risiko dengan menggunakan nilai Variance dan Standard Deviation merupakan ukuran absolute dan tidak mempertimbangkan risiko dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan. Selain itu, nilai dari pengukuran ini juga digunakan untuk mengambil keputusan dalam penilaian risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Tujuan dari penilaian risiko ini menurut Kountur (2008) salah satunya adalah untuk menghasilkan status risiko. Maksud dari status risiko ini adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui risiko mana yang lebih berbahaya dibandingkan dengan risiko lainnya. Selain itu dalam mengukur risiko para peneliti dapat menggunakan beberapa pengukuran seperti pengukuran probababilitas, pengukuran dampak dan pengukuran status. Salah satu metode pengukuran yang dapat digunakan para peneliti untuk memetakan risiko adalah dengan menggunakan metode Z-Score dan Value at risk (Kountur, 2008). 4. Konsep Preferensi Risiko Dalam melakukan kegiatan usaha pasti kita akan berhadapan dengan yang dinamakan dengan risiko. Apalagi jika kita melakukan usaha di bidang agribisnis yang sangat bergantung pada alam. Risiko tentu saja menjadi hal yang paling dihadapi dan menjadi momok bagi kegiatan usahanya. Adanya risiko tentu saja akan mendapatkan respon petani berupa sikap atau prefensi petani dalam menghadapi risiko. Ada yang mempunyai sifat takut atau menghindar terhadap risiko (risk averse), ada yang berani terhadap risiko (risk taker) dan ada juga yang netral terhadap risiko (risk Neutral) (Debertin dalam Reny (2016)). Debertin (1986) juga mengilustrasikan perbedaan perilaku petani dan income yang dapat dilihat pada Gambar 2

26 12 Gambar 2 Hubungan antara income yang diharapkan dengan varians Pada Gambar 2 terlihat bahwa pada petani yang memiliki sifat risk avers, semakin bertambahnya varians (risiko) maka ia pun ingin bertambah pula nilai dari expectedincome (return) tetapi jika petani itu bersikap risk taker maka ia mempunyai sikap sebaliknya yaitu semakin beresiko kesempatan yang ia pilih maka ia akan mengambil kesempatan itu walaupun nilai return atau income yang diharapkan kecil. Sedangkan untuk orang yang mempunyai risk neutral ia tentu saja tidak berpengaruh terhadap perubahan risiko, itu dikarenakan nilai return atau income yang diharapkan akan tetap sama. Ellis dalam Reny (2016) juga mengemukakan bahwa umumnya para petani kecil adalah risk averse, dimana petani yang risk averse akan terhambat dalam inovasi sehingga sulit untuk meningkatkan produktivitas produksinya. Jadi karena usaha agribisnis merupakan usaha yang bergantung sama alam dan memiliki risiko yang lebih besar dibanding dengan usaha industri, maka sebaiknya petani perlu untuk mengelola risiko-risiko tersebut dengan baik dan petani juga harus cermat dalam melakukan tindakan dalam menghadapi risiko tersebut. Hal itu dimaksudkan agar tidak menghambat kegiatan usaha yang dilakukannya. Kerangka pemikiran Operasional Kecamatan Pacet merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur. Sebagian besar mata pencaharian yang dilakukan oleh warganya adalah dengan melaksanakan usaha di bidang pertanian, salah satunya adalah pertanian budidaya bunga krisan. Para petani kini dihadapkan pada kendala fluktuasi produksi komoditas bunga krisan sehingga mengindikasikan adanya risiko produksi yang mengakibatkan adanya jumlah produksi yang naik turun. Adanya faktor risiko seperti cuaca, kualitas bibit yang rendah, tenaga kerja yang kurang memadai dan hama dan penyakit menjadi beberapa variabel penyebab yang mengindikasikan adanya risiko produksi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini adalah dengan mengkaji faktor yang menyebabkan fluktuasi terhadap produksi yang mengindikasikan adanya risiko seperti pengaruh hama dan penyakit, bibit,

27 13 tenaga kerja untuk faktor internalnya dan cuaca, iklim, kelembaban untuk faktor eksternalnya, hal itu dilakukan secara analisis deskriptif.. Kemudian dilakukan analisis risiko untuk mengetahui risiko yang dihadapi. Analisis risiko pun dilakukan dengan menggunakan dua analisis yaitu analisis kualitatif untuk sumber risiko eksternal dan analisis kuantitatifyang digunakan untuk sumber risiko internal. Selanjutnya mencari perilaku atau preferensi para petani yang tepat dan efektif dalam menghadapi risiko. Adapun alur kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini Permasalahan Adanya fluktuasi dari Produktivitas bunga krisan yang terjadi di Kecamatan Pacet Adanya indikasi risiko dalam produksi bunga krisan potong bagi para petani di Kecamatan Pacet Sumber eksternal Cuaca Iklim Tekstur tanah Keadaan biologis lahan Sumber internal Benih Pupuk Pestisida Tenaga kerja Peralatan Analisis Kualitati Analisis kuantitatif dalam menghitung sumber-sumber risiko dengan menggunakan metode Z-Score dan Value at risk Sikap para petani dalam menghadapi risiko produksi Risk Averse Risk Neutral Risk Taker Rekomendasi Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional

28 14 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu penelitian Penelitian tentang risiko produksi bunga krisan ini dilakukan di daerah Kabupaten Cianjur lebih tepatnya di Kecamatan Pacet meliputi beberapa desa yaitu desa Sukanagalih, Desa Ciherang, Desa Cipendawa dan desa lainnya. Penetapan Kabupaten Cianjur sebagai daerah penelitian dikarenakan Kabupaten Cianjur memiliki potensi yang sangat baik menjadi daerah sentra pengembangan budidaya bunga krisan potong selain di daerah-daerah lainnya seperti di Manado, Malang ataupun di Medan. Pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Pacet dilakukan secara Purposive Sampling. Beberapa pertimbangan pemilihan lokasi sendiri dikarenakan Kecamatan Pacet merupakan salah satu daerah yang sebagian besar para petaninya melakukan usaha budidaya bunga krisan potong dan juga salah satu sentra bunga krisan potong yang berada di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April Sumber dan Jenis data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua hal yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang bersifat bukan angka yang berkaitan dengan gambaran umum petani, kondisi usaha, perkembangan usahatani, penggunaan peralatan, teknis pelaksanaan dan alternatif penanganan risiko yang diambil. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang bersifat numerik yang berkaitan erat dengan jumlah produksi, jumlah kegagalan panen, harga produk, luas lahan dan biaya-biaya yang dikeluarkan. Kedua jenis data diatas dapat diperoleh dari data secara primer maupun data secara sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber-sumber yang valid dan dapat dikaji, sedangkan data sekunder adalah data yang sudah ada sebelum penelitian dilakukan atau yang sudah tertulis. Cara memperoleh data perimer dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan, wawancara ataupun dengan kuesioner yang akan diberikan kepada sumber yang valid. Data primer yang dapat dilakukan dengan wawancara berkaitan dengan kondisi usaha, proses produksi hingga kendala atau risiko yang dihadapi oleh petani dalam melakukan budidaya sehingga menyebabkan kegagalan dalam berusaha, sedangkan data primer dengan kuesioner berkaitan erat dengan asset petani, input yang digunakan, jumlah produksi, biaya produksi, dan juga data pengamatan untuk mengidentifikasikan sumber-sumber risiko yang dihadapi. Selain data primer data yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data dari studi pustakan yang mendukung tujuan penelitian ini. Cara memperoleh data sekunder dapat dilakukan melalui artikel, skripsi, jurnal, serta data dari instansi yang terkait dalam

29 15 penelitian ini semisal data dari Badan Pusat Statistik, Dirjen Holtikultura dan Kementerian Pertanian. Metode Pengambilan Sampel Dalam penelitian yang dilakukan ini, metode pengambilan responden yang digunakan adalah metode sensus. Metode sensus sendiri merupakan pengambilan responden secara satu per satu dan menyeluruh.pemilihan secara sensus digunakan karena jumlah responden yang sangat sedikit dan dimungkinkan untuk melakukan sensus. Jumlah petani yang akan menjadi responden sendiri sebanyak 32 orang dimana hal itu pun sesuai dengan syarat secara statistik.jumlah pemilihan responden didasari dari Balai Penyuluhan Pertanian Kecamata Pacet. Selain itu dalam penelitian ini juga diketahui bahwa risiko yang dikaji adalah risiko pada saat kegiatan pada satu siklus terakhir saat peneliti berada di lokasi penelitian. Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penjelasan yang sudah dijelaskan salah satunya adalah data primer. Cara memperoleh data primer pun dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini seperti para petani bunga krisan di Kecamatan Pacet atau kepada petugas penuluh pertanian yang berada di Kecamatan Pacet. Selain wawancara, metode pengumpulan juga dilakukan dengan observasi yang dilakukan secara langsung oleh peneliti. Observasi yang dilakukan dengan melakukan pencatatan terhadap aktivitas produksi yang dilakukan oleh petani. Proses pengumpulan data yang digunakan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan akan informasi yang diperlukan terhadap penelitian yang dilakukan. Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi dua hal yaitu melalui kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan kualitatif dilakukan dengan menjelaskan gambaran umum, kondisi petani dan bagaimana para petani menyikapi dalam menghadapi risiko dalam berproduksi. Sedangkan pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan bantuan aplikasi-aplikasi software. Perhitungan secara kuantitatif dimulai dengan perhitungan kemungkinan risiko dan dilanjutkan dengan dampak risiko. Setelah itu baru dilanjutkan dengan menghitung tingkat preferensi risiko.

30 16 Analisis Kemungkinan Terjadi Risiko dan Dampak Risiko 1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko. Rumus yang digunakan sebagai berikut : Keterangan : X = Nilai rata-rata dari kematian bunga yang disebabkan karena sumber risiko (tangkai) = nilai kematian bunga yang disebabkan karena oleh sumber risiko (tangkai) = banyaknya observasi (32 responden) 2. Selanjutnya menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut X Keterangan S = Standar deviasi dari kejadian berisiko X = Nilai rata-rata dari kematian bunga yang disebabkan karena sumber risiko (tangkai) = nilai kematian bunga yang disebabkan karena oleh sumber risiko (tangkai) = banyaknya observasi (32 responden) 3. Selanjutnya mendapatkan nilai dari standar deviasi langkah selanjutnya adalah mencari nilai Z-Score. Adapun rumus yang digunakan dalam nilai ini adalah sebagai berikut : Keterangan Z = Nilai Z dari kematian bunga krisan x = Batas kematian bunga yang telah ditentukan petani dan dianggap normal S = Nilai standar deviasi X = Nilai rata-rata dari kematian bunga yang disebabkan karena sumber risiko (tangkai) x

31 17 4. Setelah mendapatkan nilai Z-Score langkah selanjutnya adalah mengetahui kemungkinan probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari nilai tabel distribusi Z (normal) sehingga nanti akan diketahui persen kemungkinan terjadinya keadaan produksi bunga krisan yang mendatangkan kerugian. 5. Setelah diketahui persen kemungkinan keadaan yang dianggap merugikan, maka kita telah mengetahui tingkat risiko dari beberapa sumber risiko. Maka langkah selanjutnya adalah kita harus melihat dampak dari sumbersumber risiko tersebut. Salah satu metode yang efektif dan bisa digunakan dalam mengukur dampak risiko yang dihadapi dengan menggunakan metode Value at Risk (VaR). Pada nilai VaR ini menunjukkan besarnya potensi kerugian dari suatu kejadian yang bisa terjadi pada suatu periode tertentu ke depan dengan tingkat toleransi tertentu. Penggunaan VaR dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur besaran dampak yang terjadi terhadap risiko produksi. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data produksi dua tahun terakhir dari 32 petani bunga krisan di Kecamatan Pacet. Kejadian yang dianggap merugikan adalah penurunan produksi yang diakibatkan karena adanya risiko dari sumber-sumber risiko tersebut. Adapun rumus VaR adalah sebagai berikut: Var = x + z [ ] Keterangan Var = Dampak yang terjadi akibat dari risiko produksi bunga krisan di Kecamatan Pacet Z = Nilai Z-Score yang diambil dari tabel Z S = Nilai standar deviasi x = Nilai rata-rata dari kematian bunga yang disebabkan karena sumber risiko (tangkai) n = Banyaknya responden yaitu 32 responden Analisis Tingkat Preferensi Risiko Setelah melakukan perhitungan terhadap risiko yang terjadi, langkah selanjutnya adalah dengan melakukan identifikasi terhadap sikap para petani dalam menghadapi risiko. Dalam hal ini kita menggunakan perhitungan Absolute Risk Aversion (ARA). Perhitungan ARA ini merupakan perhitungan yang menggunakan asumsi maksimisasi utilitas. Maksimisasi utilitas sendiri selalu diidentikkan dengan maksimisasi pendapatan dalam suatu usaha, maka : Max U π Π= P.y - (Px (x) + C)...(1) Dimana : Π : Keuntungan usaha P : Harga output(rp) Y : Output

32 18 Px X C : Harga input(rp) : Input yang digunakan : Biaya tetap Output usaha adalah : Y = f(x) + g(x)... (2) Dimana : f(x) = Produksi aktual g(x) = Risiko produksi Dengan mensubstitusikan persamaan 2 ke dalam persamaan 1, maka akan diperoleh : U(Π)= P.(f(x) + g(x)) - (Px (x) + C) U(Π)= P.f(x) + P. g(x) - (Px (x) + C) Dari persamaan diatas, maka selanjutnya dicari First Order Condition(FOC) dan Second Order Condition(SOC) terhadap masing-masing variabel, maka : First Order Condition(FOC) dari fungsi utilitas U (Π)= P.f (x) + P. g (x) Px Second Order Condition(SOC) dari fungsi utilitas U (Π)= P.f (x) + P. g (x) Setelah dicari nilai FOC dan SOC maka langkah selanjutnya adalah menghitung nilai preferensi risiko petani dengan menggunakan metode Absolute Risk Aversion(ARA). Perhitungan ARA bisa diperoleh dari rasio antara nilai SOC dan FOC dari fungsi utilitas. Adapun rumus dari ARA dapat dilihat sebagai berikut : AR = U π /U π) Dimana : AR : Absolute Risk Aversion U : Turunan kedua dari fungsi utilitas U : Turunan pertama dari fungsi utilitas Dari perhitungan ARA ini hasil yang didapat menurut Robison dan Barry (1987) adalah jika nilai AR < 0 maka petani dapat dikatakan mempunyai sifat risk taker, jika nilai AR > 0 maka petani dikatakan mempunyai sifat risk averse, sedangkan jika nilai AR = 0 maka petani mempunyai sifat risk neutral.

33 19 GAMBARAN UMUM Letak dan Keadaan Geografis Usaha Kecamatan Pacet secara letak geogrfis berada pada posisi lintang selatan dan bujur timur. Batas wilayah Kecamatan Pacet sendiri adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Cipanas, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaresmi, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cugenang dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupatren Sukabumi. Kecamatan Pacet secara umum merupakan suatu daerah yang mempunyai lembah dan hamparan. Jika ditinjau dari ketinggian Kecamatan Pacet mempunyai rataan ketinggian mdpl dimana desa yang tertinggi terletak di ketinggian mdpl sedangkan yang terendah 800 mdpl. Adapaun kemiringan dari kecamatan ini terdiri atas tiga kemiringan yaitu kemiringan landai, kemiringan sedang dan juga kemiringan curam. Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur secara administrasi mempunyai 7 Desa, 32 Dusun, 88 Rw dan 316 Rt. Desa-desa di Kecamatan Pacet antara lain Desa Sukatani, Desa Sukanagalih, Desa Ciputri, Desa Cibodas, Desa Gadog, Desa Ciherang dan Desa Cipendawa. Secara umum letak geografis antar desa di Kecamatan Pacet mempunyai karakteristik seperti 1 desa berada di puncak; 1 desa berada di lembah; 1 desa di lembah dan, 4 desa lainnya berada di hamparan. Penduduk di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur saat ini di dominasi oleh penduduk muda/dewasa. Jumlah penduduk di Kecamatan Pacet berjumlah jiwa dengan juwa laki-laki dan jiwa pria (BPS, 2016). Secara umum kepadatan penduduk di Kecamatan Pacet mempunyai rataan jiwa per km². Terdapat dua desa di Kecamatan Pacet yang mempunyai kepadatan penduduk diatas jiwa yaitu Desa Sukanagalih dan Desa Gadog, sedangkan desa yang paling jarang penduduknya yaitu Desa Sukatani. Penduduk Kecamatan Pacet sebagian besar mata pencahariannya berada pada sektor non-pertanian seperti berdagang, pegawai dan lainnya. Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur (2016) sebanyak 28.4 % keluarga bekerja di sektor pertanian sedangkan sisanya bekerja di sektor non pertanian. Adapun yang bekerja di sektor pertanian, petani tanaman hortikultura masih mendominasi dibandingkan dengan tanaman lainnya. Profil Usaha Kecamatan Pacet merupakan merupakan salah satu kecamatan yang berada di daerah Kabupaten Cianjur yang masyarakatnya banyak melakukan usaha budidaya komoditas pertanian termasuk komoditas bunga krisan. Kecamatan ini termasuk kedalam salah satu kecamatan penghasil bunga terbesar di Kabupaten Cianjur selain Kecamatan Sukaresmi dan Kecamatan Cugenang. Sejak dulu kecamatan ini memang merupakan kecamatan yang para petaninya melakukan usaha budidaya di bidang pertanian hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan. Namun sejak beberapa tahun terakhir para petani mulai melakukan usaha budidaya bunga krisan. Hal itu disebabkan karena usaha

34 20 budidaya bunga krisan lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha budidaya lainnya. Berbekal dari penyuluhan yang dilakukan oleh orang-orang dinas Kabupaten Cianjur maka banyak petani yang mencoba melakukan budidadaya komoditas ini. Setidaknya saat ini telah ada 32 petani yang melakukan budidaya bunga krisan dimana dari jumlah petani tersebut tergabung ke dalam beberapa kelompok tani. Para petani bunga krisan di Kecamatan Pacet tidak menggunakan teknologi yang modern dalam melakukan budidayanya. Hal itu dikarenakan para petani ini tidak mempunyai biaya untuk membelinya, selain itu juga banyak petani yang tidak mengerti dalam menggunakannya. Hal itu menyebabkan petani masih menggunakan peralatan yang sederhana saja. Bunga krisan yang ditanam optimalnya dapat dipanen setelah kurang lebih 3 bulan. Pemanenan sendiri dilakukan sebanyak tiga kali saja dalam seminggu yaitu pada hari Senin, Selasa, dan Rabu. Harga krisan sendiri ketika keadaan normal dapat berkisar Rp per ikat dimana tiap ikat berjumlah 10 batang, namun akhir-akhir ini krisan mengalami harga terendah dari biasanya yaitu sebesar Rp per ikat. Harga tersebut merupakan harga yang berasal dari petani. Pemasaran bunga krisan yang dimilik oleh petani di Kecamatan Pacet biasanya dilakukan melalui tengkulak. Biasanya disini petani meletakkan terlebih dahulu barangnya di tengkulak baru kemudian dari tengkulak bunga krisan tersebut di jual kepada konsumen. Akan tetapi ada juga para petani yang langsung menjualnya ke pasar dimana pasar tujuannya adalah Pasar Rawabelong di Jakarta, Pasar Bogor dan juga menjualnya di daerah Bandung. Selain dijual ke pasar, para petani juga melakukan penjualan di sekitar daerah Kecamatan Pacet dan juga untuk dekorasi dimana harga yang dijual untuk dekorasi lebih mahal daripada di jual di pasar. Kegiatan Usaha Kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para petani di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur saat ini ada yang melakukan budidaya bunga krisan. Kegiatan usaha yang dilakukan pada budidaya ini pun sama dengan budidaya lainnya yang mencakup kegiatan hulu dan hilir. Kegiatan budidaya krisan pun juga sangat mudah karena dengan alat yang sederhana pun budidaya ini bisa dilakukan, hanya pembuatan greenhouse sajalah yang dikiranya membutuhkan biaya yang besar. Adapun proses kegiatan dari budidaya bunga krisan dapat di tunjukkan di bawah ini 1. Persiapan Dalam melakukan kegiatan budidaya bunga krisan ini diperlukan tahapan penyiapan ini. Kegiatan ini merupakan kegiatan penyediaan sarana produksi yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya khususnya di budidaya krisan. Tentunya sarana produksi yang digunakan berpengaruh terhadap kelancaran budidaya. Sarana produksi yang dibutuhkan dalam budidaya ini antara lain, (1) Lahan yang digunakan sebagai tempat pembibitan dan budidaya bunga krisan; (2) Greenhouse yang dibangun sebagai tempat untuk menjaga pertumbuhan dan perkembangan bunga; (3) Jaring yang digunakan sebagai penopang dari batang; (4) Bibit,

35 21 tentunya bibit yang digunakan yaitu bibit yang diambil dari indukan yang telah berakar; (5) serta peralatan pendukungnya seperti gembor, cangkul, kored dan alat pendukung lainnya. 2. Pembibitan Pembibitan merupakan suatu kegiatan untuk menghasilkan bibit yang akan digunakan dalam proses produksi bunga krisan potong. Dalam budidaya bunga potong krisan bibit yang digunakan yaitu bibit stek yang telah berakar. Bibit ini biasanya diambil dari bibit indukan (motherplant). Cara menghasilkan bibit yang siap tanam itu sendiri adalah dengan melakukan penyetekan pada pucuk bibit indukan yang kemudian di beri perlakuan khusus setelah itu baru bibit itu siap ditanam. Pada petani yang berasal dari Kecamatan Pacet jarang sekali ada petani yang melakukan kegiatan ini, karena biasanya mayoritas para petani di kecamatan ini melakukan pembelian bibit bunga dari petani bibit dengan harga Rp 70. Gambar 4 Bibit bunga krisan dengan media tanam sekam 3. Pembuatan Greenhouse Pembangunan rumah lindung ini merupakan kegiatan awal budidaya. kegiatan ini termasuk dalam kegiatan yang sulit dan memerlukan biaya yang besar. Tahapan dalam pembuatan rumah lindung adalah sebagai berikut: a. Siapkan bambu yang akan digunakan sebagai tiang. Jumlahnya disesuaikan dengan luas lahan yang akan dikelola. b. Siapkan bambu yang sudah dibelah-belah untuk penyangga plastik dibagian atap rumah lindung. c. Siapkan paku, kawat dan peralatan yang diperlukan. d. Bangun kerangka rumah lindung dengan bambu dan belahan bambu. Ketinggian rumah lindung sekitar 3 4,5 m dari permukaan tanah. Panjang dan lebar disesuaikan dengan ketersediaan lahan e. Pasang plastik yang digunakan sebagai atap 4. Pengolahan Lahan Pengolahan lahan dilakukan baik pada tanah bekas panen krisan ataupun tanah bekas tanaman lain. Lahan bekas krisan biasanya diberakan terlebih dahulu selama 1-2 minggu.kegiatan pengolahan lahan terdiri dari: a. Pembersihan pengumpulan gulma bekas panen krisan atau tanaman lain. b. Perataan tanah dan penggemburan tanah dengan menggunakan cangkul sekaligus penimbunan gulma yang sudah dikumpulkan ke dalam tanah.

36 22 c. Perendaman tanah yang sudah diratakan. Perendaman bertujuan agar gulma membusuk sehingga dapat menjadi pupuk organik yang dapat menambah unsur hara. Selain itu perendaman juga bertujuan agar hama dan penyakitpenyakit yang berada dalam tanah hilang. Perendaman dilakukan selama kurang lebih 1 minggu. d. Setelah 2 minggu air disurutkan dan dikeringkan selama 2-3 hari untuk kegiatan selanjutnya Gambar 5 Pengolahan tanah 5. Pembuatan Bedengan Pembuatan bedengan dilakukan setelah proses pengeringan tanah selesai. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 1 m sedangkan untuk panjangnya disesuaikan dengan panjang rumah lindung. Bedengan memiliki tinggi sekitar 20 cm. Lebar parit yang digunakan adalah sekitar 50 cm. Langkah-langkah pembuatan bedengan adalah sebagai berikut: a. Membuat parit dengan bantuan tali yang dibentang dari ujung ke ujung agar panjang parit lurus. Jarak antar parit 1 m. jarak tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai bedengan b. Menaikan tanah hasil pencangkulan parit ke samping kanan atau kiri untuk membentuk bedengan. c. Bedengan dicangkul dengan kedalaman sekitar cm untuk menggemburkan tanah yang ada pada bedengan. Apabila pada saat penggemburan dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang maka bedengan didiamkan terlebih dahulu selama 3 hari. d. Bedengan yang telah digemburkan kemudian diratakan agar siap untuk dilakukan penanaman. Gambar 6 Pembuatan Bedengan

37 23 6. Pembuatan Jaring Pembuatan jaring dilakukan lebih awal, walaupun jaring diturunkan pada saat tanaman berumur 2 4 minggu. Hal itu bertujuan agar pembuatan jaring tidak merusak tanaman sehingga dilakukan setelah pembuatan bedeng. Tahapan dalam pembuatan jaring adalah sebagai berikut: a. Menyiapkan tali tambang besar dan tali tambang tipis. b. Menyiapkan bambu dengan panjang kira-kira 1 m. banyaknya jumlah bambu disesuaikan dengan jumlah bedengan. Setiap bedeng membutuhkan 2 buah bambu. c. Memasangkan bambu pada setiap ujung bedeng. Bambu dipasang tidak bersifat permanen tetapi dapat digeser ke atas atau ke bawah d. Tali tambang besar diikiatkan ke bambu pada ujung satu dan ditarik keujung yang lain, kemudian diikatkan pada bambu. Dalam satu bedengan terdapat 4 bentangan tali tambang besar. Jarak antara bentangan tali kira-kira 25 cm e. Tali tambang tipis dipotong-potong dengan ukuran 1 m. banyaknya potongan tali disesuaikan dengan panjang bedengan. f. Tali tambang tipis tersebut diikatkan secara terbalik pada setiap bentangan tali tambang besar. Contoh apabila bentangan tali tambang besar horizontal, tali tambang tipis diikatkan secara vertikal, sehingga membentuk kotakkotak. Jarak antara setiap ikatan tali tambang tipis adalah sekitar 15 cm. g. Setelah jaring selesai dibuat, jaring digeser ke atas. 7. Penanaman Penanaman merupakan kegiatan selanjutnya yang dilakukan setelah bibit krisan telah dihasilkan. Bibit ini tentunya didapat setelah proses pembibitan ataupun bibit pembelian. Waktu yang baik dalam melakukan penanaman biasanya adalah pada pagi hari. Penanaman pada petani yang ada di Kecamatan Pacet ini menggunakan jarak tanam yang rapat yaitu 5 cm x 10 cm. Hal itu dikarenakan para petani beranggapan semakin banyak bibit yang didapat maka semakin banyak hasil yang didapat, walaupun anggapan tersebut belum tentu benar. Adapun langkah-langkah dalam melakukan penanaman adalah sebagai berikut : a. Sebelum dilakukan penanaman, lahan yang akan dijadikan lokasi peneneman harus disiram terlabih dahulu agar bibit tidak mengalami stress pada saat ditanam dilapang. b. Bibit yang akan ditanam disiapkan diatas bedengan agar mempermudah dalam penanaman. c. Bibit ditanam pada lubang tanam dengan kedalaman 3-5cm dan jarak tanam 5cm x 10 cm d. Kemudian pangkal batang bibit dimasukan ke dalam lubang tanam dan ditutup dengan tanah disertai dengan penekanan. e. Setelah bibit ditanam langsung dilakukan penyiraman agar bibit tidak layu.

38 24 Gambar 7 Penanaman Bunga Krisan 8. Pemeliharaan Setelah dilakukan penanaman, kegiatan selanjutnya yang dilakukan dalam melakukan budidaya bunga krisan adalah pemeliharaan. Kegiatan ini sendiri merupakan kegiatan memelihara bunga krisan dimulai bibit ditanam sampai krisan siap panen. Bunga krisan potong sendiri merupakan salah satu tanaman yang tidak memerlukan perlakuan khusus dalam hal pemeliharaan. Pemeliharaan yang dilakukan cukup dengan melakukan kegiatan penyiraman, penyiangan, pemupukan dan pemberian pestisida. Kegiatan penyiraman dalam pemeliharaan bunga krisan dilakukan setiap dua hari akan tetapi jika terjadi musim kemarau penyiraman dilakukan setiap hari. Selain itu, pada petani di Kecamatan Pacet kegiatan penyiraman masih dilakukan dengan menggunakan alat yang manual. Kegiatan lainnya dalam kegiatan pemeliharaan adalah penyiangan. Kegiatan dimaksudkan untuk membersihkan gulma pada bedengan. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 3 kali selama masa pemeliharaan. Selain kegiatan penyiraman, kegiatan lainnya dalam kegiatan pemeliharaan yaitu pemupukan dan juga pemberian pestisida. Pemupukan yang dilakukan dalam kegiatan budidaya bunga krisan potong dilakukan sebanyak 3 kali selama kegiatan pemeliharaan. Pupuk yang digunakan oleh para petani masih menggunakan pupuk kimia seperti pupuk NPK. Kegiatan selanjutnya dalam kegiatan pemeliharaan adalah kegiatan pemberian pestisida. Pemberian pestisida dilakukan untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit. Pemberian pestisida dilakukan seminggu sekali oleh para petani selama kegiatan produksi. Hal itu dikarenakan tanaman krisan merupakan tanaman yang rentan terhadap penyakit. Gambar 8 Pemeliharaan Bunga Krisan

39 25 Selain ketiga kegiatan tersebut, dalam kegiatan pemeliharaan dalam budidaya krisan terdapat tambahan kegiatan yang harus dilakukan yaitu kegiatan pembuangan tunas pada bunga krisan jenis standar. Kegiatan ini oleh warga sekitar disebut menul. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan satu bunga saja pada bunga krisan tipe standar. 9. Pemanenan Panen merupakan kegiatan pemetikan bunga potong krisan setelah masa produksi dilampaui. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemanenan yaitu waktu panen dan cara pemanenan. Kriteria waktu panen untuk tanaman jenis standar adalah ketika bunga telah mekar sempurna sedangkan untuk tanaman jenis spray adalah ketika kemekaran telah mencapai 70%. Cara penen yang dilakukan pada kelompok ini adalah adalah sebagai berikut: a. Memilih tangkai bunga yang siap panen dan tidak terserang hama dan penyakit. b. Mencabut tangkai bunga dan memotongnya sepanjang 5 cm dari akar. c. Membuang daun yang berada pada batang bagian bawah d. Menyusun 10 tangkai bunga kemudian diikat dengan karet. Pada satu lahan dapat dilakukan pemanenan 2-3 kali dengan selang waktu satu minggu. Hal itu dikarenakan tanaman tidak tumbuh seragam sehingga perlu diadakan pemanena kedua bahkan yang ketiga kalinya. Gambar 9 Bunga Krisan Siap Panen Gambar 10 Pemanenan Bunga Krisan 10. Pasca Panen Kegiatan pasca panen merupakan kegiatan yang dilakukan setelah panen. Kegiatan pasca panen dalam budidaya krisan adalah kegiatan penyortiran, pengemasan, dan pemasaran. Kegiatan penyortiran dilakukan guna memilih bunga yang sesuai dengan kriteria siap panen. Jadi pada saat panen langsung dipilih tanaman yang memenuhi kriteria sedangkan yang tidak memenuhi kriteria akan ditinggalkan atau dipanen saat panen kedua atau ketiga. Akan tetapi setelah kegiatan penyortiran sebagian besar para petani di Kecamatan Pacet tidak melakukan kegiatan grading, hal itu dikarenakan banyak petani yang memasarkan hanya di pasar saja jadi tidak memerlukan kegiatan grading. Setelah melakukan penyortiran kegiatan selanjutnya adalah pengemasan. Kegiatan pengemasan biasanya dilakukan dilahan tempat panen dengan menggunakan kertas koran, tali dan gunting. Pengemasan dilakukan dengan cara menggabung 20 ikat bunga potong. Gabungan tersebut dikemas dengan menggunakan kertas koran dan diikat dengan tali rapia. Setiap satu ikat terdapat 10 tangkai dan satu gabung terdapat 20 ikat sehingga dalam satu gabung terdapat 200 tangkai bunga potong krisan. Setelah bunga potong selesai dikemas, bunga

40 26 potong tersebut kemudian diangkut ke gudang penyimpanan. Biasanya bunga potong hasil panen langsung dijual ke konsumen tanpa adanya masa simpan. Gambar 11 Proses Pengemasan Bunga Krisan Kegiatan terakhir dalam kegiatan pasca panen adalah pemasaran. Hasil produksi bunga potong krisan dipasarkan ke dua daerah yaitu Cianjur dan Rawa Belong, Jakarta. Pelanggan yang berada di daerah Cianjur biasanya merupakan konsumen akhir yaitu salon atau perusahaan dekorasi sedangkan pelanggan yang berada di Rawa Belong merupakan pengumpul yang menjual lagi bunga potong krisan ke konsumen lain. Konsumen pengumpul yang berada di Rawa Belong biasanya merupakan konumen akhir dan Florist. Gambar 12 Proses Pengangkutan Bunga krisan HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada usaha budidaya bunga krisan milik para petani yang berada di Kecamatan Pacet di Kabupaten Cianjur. Penelitian mengenai risiko yang dilakukan pada lahan milik petani, hanya pada kegiatan hasil panen pada siklus terakhir saat peneliti berada di lokasi penelitian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa pemicu adanya risiko dikarenakan adanya faktor alam. Beberapa faktor pendukung yang disebabkan karena faktor alam sehingga memicu adanya sumber risiko seperti bencana alam, kondisi alam dan juga makhluk hidup. Hasil dari penelitian langsung di lapangan tersebut akan dikonversi menggunakan data cross section dengan jumlah data sebanyak 32 petani. Konversi data ini nantinya akan melihat kerugian dan dampak yang dihasilkan oleh sumber risiko dan jua sikap petani dalam menghadapi risiko.

41 27 Identifikasi Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Petani bunga krisan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur dalam menjalankan usaha budidayanya dihadapkan pada berbagai masalah risiko salah satunya adalah risiko produksi. Risiko dalam usaha perlu dilakukan dan identifikasikan agar dapat diketahui keadaannya sehingga dapat ditangani dengan tepat. Hal itu dikarenakan risiko produksi dapat memengaruhi pendapatan petani dan juga keberlangsungan usaha. Proses identifikasi sangat perlu dilakukan agar dapat diketahui sumbersumber risiko apa saja yang sedang dihadapi dalam budidaya bunga krisan potong.identifikasi risiko produksi dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pada penelitian budidaya bunga krisan potong identifikasi risiko dapat dilakukan melalui kegiatan pengamatan di lokasi usaha dan wawancara langsung dengan petani. Risiko produksi yang terjadi pada bunga krisan potong dapat dilihat dari jumlah bunga yang mati atau tidak dapat dipanen. Sumber risiko yang dibahas dalam penelitian merupakan sumber risiko yang mempunyai pengaruh secara langsung dalam kegiatan budidaya ini. Sumber risiko yang biasa terjadi pada budidaya bunga krisan umumnya adalah cuaca, hama, pemyakit, tenaga kerja, bibit, dan media tanam. Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan terdapat tiga sumber utama yang menyebabkan bunga krisan menjadi mati atau tidak bisa dipanen. Ketiga sumber tersebut antara lain cuaca, hama dan penyakit. Sedangkan untuk sumber-sumber risiko lainnya tidak terlalu mempengaruhi hasil produksi bunga krisan potong. Berikut uraian dari masing-masing sumber risiko produksi yang terjadi pada budidaya bunga krisan potong. 1. Serangan Hama Serangan hama merupakan salah satu sumber risiko yang terjadi pada petani bunga krisan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Hama ini menjadi salah satu sumber yang paling sering dihadapi oleh petani. Serangan hama ini juga merupakan salah satu sumber risiko yang mempunyai dampak langsung pada budidaya bunga krisan dan mempunyai pengaruh paling besar terhadap kegagalan proses produksi yang diderita oleh petani. Hal itu dapat dilihat pada lampiran 1.Adapun hama-hama yang sering dijumpai oleh petani bunga krisan khususnya petani bunga krisan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur a. Thrips Serangan hama yang terjadi bagi petani bunga krisan di Kecamatan Pacet salah satunya adalah thrips. Hama ini merupakan hama yang sering menyerang para petani di Kecamatan Pacet. Adanya thrips ini tentunya bisa mengakibatkan kerusakan hingga kematian dari tanaman krisan. Bagian yang biasanya diserang oleh hama ini adalah pada bagian daun bagian bawah dari bunga krisan. Biasanya hama ini menyerang pada daun yang umur bunganya masih muda. Tanaman yang terindikasi terserang dari thrips ini biasanya mempunyai ciri-ciri daun yang berwarna kekuning-kuningan.

42 28 Gambar 13 Serangan hama Thrips b. Whitefly (Kupu-kupu) Whitefly atau biasa petani sekitar menyebutnya sebagai kupu-kupu juga merupakan salah satu hama yang sering terjadi pada bunga krisan. Kupu-kupu ini juga merupakan hama yang menyebabkan kerusakan pada bunga krisan. Kupukupu ini bentuknya bukan seperti kupu-kupu yang kita ketahui, tetapi kupu-kupu ini bentuknya adalah semacam serangga kecil dan berwarna hitam. Biasanya hama ini menyerang pada bagian bunga dari tanaman krisan. Salah satu indikator adanya hama penyakit ini adalah bunga menjadi kecoklatan. Efek dari adanya bunga krisan mengalami kerusakan dan tidak bisa dipanen. Gambar 14 Serangan Hama Kupu-Kupu c. Ulat Hama ulat juga menjadi salah satu hama yang menyerang para petani bunga krisan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur. Hama ini biasa hinggap disekitar daun bahkan di sekitar bunga. Hama ulat ini biasanya berwarna kecoklatan. Hama ini biasanya memakan daun atau bunga dari petani sehingga mengakibatkan daun atau bunga menjadi rusak. Hal itu mengakibatkan petani mengalami kerugian. 2. Penyakit Sumber risiko selanjutnya selain dari adanya serangan hama adalah sumber risiko penyakit. Seperti kita ketahui tanaman krisan merupakan salah satu tanaman yang sangat rentan dengan penyakit. Tentunya penyakit-penyakit ini dapat menurunkan hasil produksi yang didapat oleh petani sehingga petani mengalami

43 29 kerugian. Serangan penyakit ini termasuk kedalam risiko karena penyakit berperan langsung dalam penurunan hasil produksi petani. Hal itu dapat dilihat pada lampiran 2 Beberapa penyakit yang sering dijumpai dalam budidaya bunga krisan adalah sebagai berikut a. Karat Karat atau yang biasa dikenal dengan white rust merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di budidaya bubnga krisan. Penyakit ini biasanya menyerang pada bagian daun. Pada serangan selanjutnya penyakit ini dapat menghambat perkemabgan daun. Adanya penyakit ini dapat ditandai dengan bercak-bercak berwarna putih yang terdapat pada bagian bawah daun. b. Busuk Batang Penyakit selanjutnya yang juga sering merugikan bagi para petani adalah penyakit busuk batang. Penyakit ini biasanya menyerang pada tanaman krisan yang masih muda. Indikasi adanya penyakit ini adalah tanaman menjadi layu, daun menguning dan bawang berubah menjadi hitam karena pembusukan. Contoh dari penyakit itu dapat dilihat pada gambar berikut Gambar 15 Penyakit busuk batang 3. Cuaca Sumber risiko terakhir dari budidaya bunga krisan adalah kondisi cuaca. Seperti kita ketahui bahwa adanya perubahan cuaca yang sulit diprediksi juga sangat memengaruhi para petani dalam hal hasil produksi dan tentunya juga memberikan dampak bagi petani. Hal itu dikarenakan cuaca yang tidak menentu di sekitar lokasi usaha memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bunga.sebab seperti kita ketahui bunga krisan merupakan salah satu tanaman yang sangat rentan terhadap cuaca. Karena seperti diketahui tanaman krisan merupakan tanaman yang memerlukan intensitas cahaya yang tinggi dan pengairan harus cukup. Namun tanaman krisan ini juga tidak boleh terkena cahaya matahari secara berlebihan ataupun terkena air hujan, untuk itulah mengapa pada tanaman krisan dibangun sebuah greenhouse. Jika cuaca terlalu panas atau hujan dengan intensitas yang tinggi maka tanaman krisan akan mengalami kekeringan atau cepat busuk. Selain itu kondisi cuaca yang lembab juga dapat membuat tanaman bunga menjadi rentan terkena serangan hama dan penyakit. Karena ketika kondisi cuaca mempunyai curah hujan yang tinggi, gulma dan jamur mampu tumbuh dengan subur. Hal itu mengakibatkan adanya perebutan unsur hara antara tanaman krisan dengan gulma tersebut. Tanaman pengganggu ini jika tidak segera dibersihkan

44 30 akan mengakibatkan tanaman krisan bisa terkena penyakit dan juga terserang hama. Perubahan cuaca yang ektrim yang disertai dengan angin kencang pada budidaya bunga krisan ini juga memberikan dampak lainnya dan yang paling rentan adalah rusaknya greenhouse. Bahkan tidak jarang juga adanya angin kencang menyebabkan greenhouse menjadi ambruk sehingga mengakibatkan bunga krisan menjadi patah dan rontok. Gambar 16 kegagalan produksi karena serangan cuaca Analisis Probabilitas Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Setalah melakukan tahapan identifikasi sumber-sumber risiko produksi yang memengaruhi usaha budidaya bunga krisan potong, maka proses selanjutnya adalah melakukan analisis probabilitas risiko produksi.analisis probabilitas sumber-sumber risiko ini perlu dilakukan untuk mengetahui risiko mana yang mempunyai kemungkinan terjadinya risiko paling besar sehingga dapat diurutkan prioritasnya dan dapat dilakukan penanganan yang tepat. Data yang digunakan untuk mengukur pronbabilitas dari setiap sumbersumber risiko yang dihadapi oleh petani bunga krisan adalah data cross section, dimana dilihat dari data produksi aktual pada bulan April sampai Mei 2017 atau selama penelitian dilaksanakan. Siklus yang dilihat pun adalah siklus terakhir petani panen selama penelitian berlangsung. Langkah yang dilakukan dalam mengukur probabilitas ketiga sumber risiko tersebut adalah dengan mengukur nilai z-score pada ketiga sumber risiko tersebut. Adapun hasil perhitungan dari nilai probabilitas masing-masing sumber risiko yang terjadi pada budidaya bunga krisan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko petani bunga krisan di Kecamatan Pacet Sumber risiko Probabilitas (%) Hama 52,79 Penyakit 51,99 Cuaca 51,2 Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa sumber risiko yang mempunyai nilai probabilitas paling tinggi adalah sumber risiko hama. Selanjutnya yang kedua

45 31 adalah sumber risiko penyakit sedangkan yang terakhir adalah sumber risiko cuaca. Adapun penjelasan dari hasil nilai ketiga sumber risiko tersebut yaitu 1. Serangan Hama Berdasarkan hasil nilai probabilitas dari masing-masing sumber risiko diketahui bahwa hama menempati peringkat tertinggi dibandingkan dengan sumber risiko lainnya. Sumber risiko hama didapat berasal dari beberapa jenis hama yang menyerang tanaman krisan. Namun, hama yang paling sering menyerang itu adalah hama thrips dan kupu-kupu. Batas kematian tanaman krisan akibat serangan hama yang masih dianggap normal oleh para petani krisan di Kecamatan Pacet diperoleh dari persentase rata-rata kematian krisan yang disebabkan karena serangan hama dikalikan dengan jumlah tanam tanaman krisan. Kematian krisan sendiri akibat dari serangan hama yang masih dianggap normal oleh petani di Kecamtan Pacet setelah dirata-ratakan adalah 5911 tangkai pada siklus terakhir. Penentuan batas sangatlah besar, hal itu dikarenakan memang serangan hama merupakan sumber risiko yang paling sering dijumpai oleh petani krisan di Kecamatan Pacet. Nilai probabilitas terjadinya kematian tanaman krisan yang melebihi atau kurang dari batas normal dihitung dengan menggunakan metode z-score. Berdasarkan data pada Tabel 4 diketahui juga bahwa nilai probabilitas untuk sumber risiko hama adalah sebesar 52,79 persen. Berdasarkan nilai probabilitas itu juga dapat disimpulkan bahwa kemungkinan kehilangan produksi bunga krisan yang melebihi batas normal yang telah ditetapkan oleh petani di Kecamatan Pacet yaitu sebesar 5911 tangkai adalah 52,79 persen. Adapun hasil dari nilai dari probabilitas sumber risiko hama dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko hama periode April-Mei 2017 Keterangan Nilai Jumlah Tanam (tangkai) Rata-rata (tangkai) Rata-rata tanaman mati (tangkai) 6116 Standar Deviasi 0,08 X 5911 Z 0,06 Nilai Z-Score 0,5279 Probabilitas (%) 52,79 2. Penyakit Berdasarkan hasil nilai probabilitas yang dihitung diketahui bahwa serangan penyakit menempati peringkat kedua tertinggi setelah serangan hama. Sumber risiko penyakit ini tentunya sangat berpengaruh terhadap hasil yang didapat oleh petani bunga di Kecamatan Pacet. Serangan penyakit yang sering menyerang bunga krisan adalah penyakit karat dan juga busuk batang. Batas kematian tanaman krisan akibat serangan penyakit yang masih dianggap normal oleh para petani krisan di Kecamatan Pacet diperoleh dari persentase rata-rata kematian krisan yang disebabkan karena serangan penyakit dikalikan dengan jumlah tanam tanaman krisan. Kematian krisan sendiri akibat dari serangan penyakit yang masih dianggap normal oleh petani di Kecamtan Pacet setelah dirata-ratakan adalah

46 tangkai pada siklus terakhir. Nilai probabilitas terjadinya kematian tanaman krisan yang melebihi atau kurang dari batas normal dihitung dengan menggunakan metode z-score. Berdasarkan data pada Tabel 6 diketahui bahwa nilai probabilitas untuk serangan penyakit adalah sebesar 51,99 persen. Berdasarkan nilai probabilitas itu juga dapat disimpulkan bahwa kemungkinan kehilangan produksi bunga krisan akibat serangan penyakit yang melebihi batas normal yang telah ditetapkan oleh petani di Kecamatan Pacet yaitu sebesar 3274 tangkai adalah 51,99 persen. Adapun hasil dari nilai probabilitas karena serangan penyakit dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 7 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko penyakit periode April-Mei 2017 Keterangan Nilai Jumlah Tanam (tangkai) Rata-rata (tangkai) Rata-rata tanaman mati (tangkai) 3137 Standar Deviasi 0,06 X 3274 Z 0,05 Nilai Z-Score 0,5199 Probabilitas (%) 51, Cuaca Sumber risiko cuaca merupakan sumber risiko yang mempunyai nilai probabilitas urutan terakhir diantara tiga risiko lainnya pada petani bunga krisan di Kecamatan Pacet. Batas kematian tanaman krisan akibat cuaca yang masih dianggap normal oleh para petani krisan di Kecamatan Pacet diperoleh dari persentase rata-rata kematian krisan yang disebabkan karena cuaca dikalikan dengan jumlah tanam tanaman krisan pada siklus terakhir. Kematian krisan sendiri akibat dari cuaca yang masih dianggap normal oleh petani di Kecamtan Pacet setelah dirata-ratakan adalah 2273 tangkai pada siklus terakhir. Nilai probabilitas terjadinya kematian tanaman krisan yang melebihi atau kurang dari batas normal dihitung dengan menggunakan metode z-score. Berdasarkan data pada Tabel 4 diketahui bahwa nilai probabilitas untuk cuaca adalah sebesar 51,20 persen. Berdasarkan nilai probabilitas itu juga dapat disimpulkan bahwa kemungkinan kehilangan produksi bunga krisan akibat serangan penyakit yang melebihi batas normal yang telah ditetapkan oleh petani di Kecamatan Pacet yaitu sebesar 2273 tangkai adalah 51,20 persen. Adapun hasil nilai probabilitas sumber risiko cuaca dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 8 Hasil perhitungan probabilitas sumber risiko cuaca periode April Mei 2017 Keterangan Nilai Jumlah Tanam (tangkai) Rata-rata (tangkai) Rata-rata tanaman mati (tangkai) 2353

47 33 Standar Deviasi 0,07 X 2273 Z 0,03 Nilai Z-Score 0,5120 Probabilitas (%) 51,20 Analisis Dampak Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Analisis dampak risiko merupakan tahapan selanjutnya dalam proses mengetahui risiko didalam produksi budidaya. Analisis dampak risiko produksi perlu dilakukan guna melihat seberapa besar dampak yang diakibatkan karena adanya sumber-sumber risiko tersebut. Untuk melihat dampak dari adanya risiko bisa dihitung dengan menggunakan metode Value at Risk. Metode tersebut merupakan salah satu metode yang dapat memperlihatkan dampak yang ditimbulkan karena adanya risiko. Dalam metode ini juga kita bisa melihat dampak dari sumber risiko dalam satuan nilai, dalam penelitian ini berupa rupiah. Harga yang digunakan dalam untuk menghitung dampak risiko ini menggunakan harga jual bunga krisan potong periode April-Mei Harga jual bunga krisan sendiri adalah Rp 500,- per tangkai. Error yang digunakan pada perhitungan dampak risiko produksi dengan metode VaR ini sebesar 5% hal itu karena tingkat kepercayaannya sebesar 95%. Adapun hasil dari perhitungan dampak risiko dengan menggunakan metode VaR dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9 Hasil perhitungan dampak risiko produksi periode April-Mei 2017 Sumber Risiko Dampak Kerugian (Rp) Hama Penyakit Cuaca Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa sumber risiko yang nmempunyai dampak terbesar adalah karena serangan hama. Kemudian diikuti dengan serangan penyakit dan yang terakhir adalah karena cuaca. Adapun penjelasan dari hasil penilaian kemungkinan dampak risiko tersebut yaitu 1. Serangan Hama Berdasarkan Tabel 9 dijelaskan bahwa serangan hama mempunyai dampak kerugian yang paling besar diantara sumber risiko lainnya. Kerugian yang ditimbulkan dari sumber risiko tersebut sebesar Rp dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Artinya selama bulan April-Mei 2017 dampak kerugian maksimal yang diakibatkan oleh sumber risiko hama sebesar Rp Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kemungkinan ditimbulkannya dampak lebih dari kerugian maksimal tersbut adalah 5%. Adapun hasil perhitungan dari dampak kerugian serangan hama dapat dilihat pada Tabel 10.

48 34 Tabel 10 Hasil perhitungan dampak kerugian sumber risiko hama periode April- Mei 2017 Keterangan Nilai Total Kerugian(Rp) Rata-rata (Rp) Standar Deviasi (Rp) Nilai Z (α = 5%) 1,645 VaR (Rp) Serangan penyakit Berdasarkan Tabel 9 sumber risiko yang menempati urutan kedua dalam hal dampak kerugian yang diakibatkan karena adanya risiko produksi yaitu serangan penyakit. kerugain yang ditimbulkan karena adanya sumber risiko penyakit ini adalah Rp dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya selama bulan April-Mei 2017 dampak kerugian maksimal yang diakibatkan oleh sumber risiko penyakit sebesar Rp Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kemungkinan ditimbulkannya dampak lebih dari kerugian maksimal tersbut adalah 5%. Adapun hasil perhitungan dari dampak kerugian serangan hama dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Hasil perhitungan dampak kerugian sumber risiko penyakit periode April-Mei 2017 Keterangan Nilai Total Kerugian(Rp) Rata-rata (Rp) Standar Deviasi (Rp) Nilai Z (α = 5%) 1,645 VaR (Rp) Cuaca Cuaca yang buruk juga dapat memengaruhi kematian tanaman krisan pada petani bunga di Kecamtan Pacet Kabupaten Cianjur. Cuaca buruknya itu pun seperti cuaca yang terlalu panas atau hujan yang sangat ekstrim. Rata-rata kematian bunga krisan yang disebabkan oleh cuaca sendiri mencapai 2273 tangkai bunga. Hal itu tentunya sangat merugikan bagi petani. Selain itu berdasarkan hasil perhitungan nilai VaR pada Tabel 8 sumber risiko menempati urutan ketiga diantara sumber risiko lainnya. Walaupun berada diurutan terakhir hal itu juga merugikan bagi petani. Dampak kerugian yang diderita petani karena disebabkan cuaca yaitu sebesar Rp Arti dari adanya dampak itu juga adalah selama bulan April-Mei dampak kerugian maksimal yang diderita karena adanya sumber risiko cuaca adalah sebesar Rp dan bisa dikatakan bahwa kemungkinan yang ditimbulkannya dampak kerugian lebih dari kerugian maksimal sebesar 5%. Adapun hasil perhitungan dari dampak kerugian karena serangan cuaca dapat dilihat pada Tabel 13.

49 35 Tabel 12 Hasil perhitungan dampak kerugian sumber risiko cuaca periode April- Mei 2017 Keterangan Nilai Total Kerugian(Rp) Rata-rata (Rp) Standar Deviasi (Rp) Nilai Z (α = 5%) 1,645 VaR (Rp) Analisis Preferensi Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Setelah diketahui tentang risiko produksi dan juga dampak yang terjadi pada budidaya bunga krisan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur, maka langkah selanjutnya adalah mengetahui bagaimana sikap para petani dalam menghadapi risiko tersebut. Sikap dalam menghadapi risiko sebenarnya juga perlu dilakukan. Hal itu dikarenakan agar para petani dapat melakukan tindakan yang tepat dalam menghadapi risiko-risiko tersebut. Dalam melakukan perhitungan analisis sikap petani dalam menghadapi risiko terdapat beberapa kondisi yaitu jika nilai preferensi atau AR>0, maka dapat dikatatakan bahwa petani merupakan risk averse, sedangkan jika AR=0, maka petani dapat dikatakan risk neutral, sedangkan AR<0 maka petani tersebut merupakan risk taker. Adapun hasil analisis preferensi risiko petani dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13 Hasil dan nilai preferensi risiko pada petani bunga krisan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur periode April-Mei 2017 Sumber Risiko Nilai rata-rata AR Hasil Preferensi Hama Risk Taker Penyakit Risk Taker Cuaca Risk Taker Berdasarkan hasil Tabel 13 terlihat bahwa hasil mayoritas preferensi petani dari sumber-sumber risiko tersebut adalah risk taker. Hal itu menunjukkan bahwa petani bunga krisan di Kecamatan Pacet cenderung untuk tidak menghindari adanya risiko pada budidaya bunga krisan. Adapun penjelesan nilai preferensi dari tiap sumber dapat dijelaskan di bawah ini 1. Preferensi Sumber Risiko Hama Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai rata-rata AR dari sumber risiko hama adalah Berdasarkan nilai itu dapat dijelaskan bahwa nilai AR dalam menghadapi serangan hama adalah < 0. Nilai AR<0 ini dapat diartikan bahwa petani bunga krisan dalam menghadapi serangan hama mempunyai sikap risk taker. Sikap risk taker ini dapat diartikan bahwa tiap-tiap petani dalam menghadapi serangan hama mayoritas berani menghadapi risiko tersebut. Hal itu pun sesuai dengan apa yang ada dilapangan dimana para petani dalam menghadapi risiko hama ini selalu menggunakan cara-cara tertentu dan tidak

50 36 menghindari risiko-risiko tersebut. Dengan demikian dapat diartikan bahwa serangan hama bukan menjadi sumber risiko yang ditakutkan oleh petani. 2. Preferensi Sumber Risiko Penyakit Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai rata-rata AR dari sumber risiko penyakit adalah Berdasarkan nilai tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai AR dalam menghadapi sumber risiko penyakit adalah < 0. Nilai AR < 0 dapat diartikan bahwa dalam menghadapi serangan penyakit sikap petani adalah risk taker. Sikap risk taker ini sendiri dapat diartikan dalam menghadapi sumber risiko ini tiap-tiap petani berani menghadapi sumber risiko tersebut. Hal itu juga sesuai dengan dilapangan dimana dalam melawan sumber risiko ini petani mempunyai cara yang efektif untuk menghadapi risiko tersebut. Dengan demikian juga bisa dikatakan bahwa sumber risiko ini bukan menjadi suatu hal yang ditakutkan oleh petani. 3. Preferensi Sumber Risiko Cuaca Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan bahwa nilai rata-rata AR dari sumber risiko cuaca adalah berdasarkan nilai tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam nilai AR tersebut < 0. Nilai AR < 0 dapat diartikan bahwa dalam menghadapi sumber risiko cuaca petani bunga krisan mempunyai sikap risk taker. Sikap risk taker ini dapat diartikan bahwa tiap-tiap petani dalam menghadapi risiko cuaca ini berani menghadapi risiko tersebut. Hal itu pun juga sesuai dengan dilapangan dimana setiap ada sumber risiko cuaca para petani mempunyai sikap yang biasa saja dan seolah serangan cuaca ini memang suatu sumber risiko yang harus dilawan karena ini disebabkan oleh faktor alam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa serangan hama bukan menjadi sesuatu hal yang ditakutkan oleh petani. Jadi berdasarkan penjelasan dapat dikatakan bahwa para petani bunga krisan di Kecamatan Pacet mampu untuk menghadapi dan mengantisipasi sumber risiko tersebut. Dengan demikian perlu dilakukan upaya pengembangan bunga krisan di Kecamatan Pacet. Hal itu dikarenakan para petani bisa menghadapi masalah yang bisa menyebabkan kerugian bagi kegiatan usahanya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Sumber risiko yang mengakibatkan kegagalan tanaman krisan pada petani bunga krisan di Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur yaitu serangan hama, serangan penyakit dan kondisi cuaca yang tidak mendukung. Serangan hama yang biasa menyerang tanaman krisan bagi para petani biasanya adalah hama thrips, kupu-kupu dan juga ulat. Sedangkan sumber risiko penyakit yang biasanya menyerang petani krisan adalah penyakit karat dan juga busuk batang. Sedangkan untuk sumber risiko kondisi cuaca yang tidak mendukung maksudnya adalah kondisi cuaca yang terlalu ekstrim ataupun kondisi cuaca yang terlalu panas

51 37 2. Masing-masing dari sumber risiko tersebut memiliki nilai probabilitas dan dampak yang berbeda. Hasil dari nilai probabilitas dapat diketahui dengan menggunakan metode z-score. Sedangkan untuk dampaknya menggunakan metode Value at Risk. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan metode tersebut diketahui bahwa serangan hama menempati urutan pertama sebagai sumber risiko yang memiliki probabilitas paling tinggi dan dampak yang besar, diikuti sumbe risiko penyakit dan terakhir adalah sumber risiko cuaca. 3. Preferensi petani krisan di Kecamatan Pacet dalam menghadapi risiko mayoritas adalah bersikap risk taker atau berani menghadap risiko. Sikap berani menghadapi risiko ini ditujukan untuk menghadapi sumber risiko hama dan juga penyakit, sedangkan untuk menghadapi sumber risiko cuaca para petani bersikap risk taker. Saran 1. Dalam penanganan risiko produksi yang disebabkan karenan serangan hama dan serangan penyakit sebaiknya para petani memperbaiki sistem dalam produksinya seperti memperbaiki dan mensterilkan penggunaan greenhouse dan juga mengganti penggunaan tanaman induk yang sudah lama. Hal itu bertujuan untuk memutus siklus hama dan juga penyakit pada bunga. 2. Selain itu dalam melakukan penanganan terhadap sumber risiko serangan hama dan juga serangan penyakit sebaiknya petani mengikuti penyuluhan dari Dinas Pertanian yang berkaitan dengan penanganan hama dan penyakit pada tanaman krisan. 3. Dalam penanganan risiko yang disebabkan risiko produksi cuaca sebaiknya para petani mengatur pola tanam dengan baik. Salah satunya adalah dengan mengatur pola tanam yang sesuai dengan informasi dan ramalan dari BMKG untuk memprediksi musim tanam yang tepat. 4. Dalam penanganan preferensi risiko memang sebaiknya para petani mempunyai sikap risk taker atau berani menghadapi risiko. Dengan demikian sebaiknya dinas pertanian terkait hendaknya lebih mengupayakan pengembangan budidaya bunga krisan di Kecamatan Pacet. Karena terbukti para petani mampu untuk menghadapi risiko yang terjadi

52 38 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik Produksi Tanaman Hias di Indonesia. Indonesia (ID): BPS [BPS] Badan Pusat Statistik PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun Indonesia (ID): BPS [Distan] Dinas Pertanian Jawa Barat Produksi Tanaman Hias Krisan. Indonesia (ID): Distan [Dirjenhorti] Direktorat Jendral Hortikultura Produksi Tanaman Hias Nasional. [ Internet]. [diunduh 2017 Jan 23]. Tersedia pada : Cher PA Analisis Risiko Produksi Sayuran Organik Pada PT. Masada Organik Indonesia Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fariyanti A Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Herawati R Risiko Produksi Tanaman Hias Wali Songo Pada PT. Godongijo Asri Depok Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hidayati R Pengaruh Teknis dan Preferensi Risiko Petani Terhadap Penerapan Usahatani Kubis Organik di Kecamatan Baso Kabupaten Agam Sumatera Barat. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ikhsan S Analisis Risiko Anggrek Vanda Douglas di Desa Rawakalong Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kountur R Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: PPM. Nasti Y Analisis Risiko Produksi Krisan Potong Pada Perusahaan Natalia Nursery di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nurhapsa Analisis Efisiensi Teknis dan Perilaku Risiko Petani serta Pengaruhnya terhadap Penerapan Varietas Unggul pada Usahatani Kentang di Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Permatasari SD Analisis Risiko Produksi Bunga Krisan Potong Pada Perusahaan Berkah Flora Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Pusdatin] Pusat Sistem Data Informasi Outlook Komoditi krisan. Indonesia (ID): Pusdatin. Rachmi DM. 2014, Analisis Risiko Produksi Pembibitan Bunga Krisan pada MBA Farm Cianjur Jawa Barat [skripsi]. Bogor ( ID): Institut Pertanian Bogor. Rahayu RB Preferensi Risiko Petani pada Usahatani Padi Organik di Kabupaten Sragen [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Robison, LJ., PJ. Barry The Competitive Firm s Response to Risk. New York : Macmillan Publishing Company.

53 Saptana Efisiensi Produksi dan Perilaku Petani Terhadap Risiko Produktivitas Cabai Merah di Provinsi Jawa Tegah [Disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Sianturi N Analisis Risiko Pengusahaan Bunga Pada PT. Saung Mirwan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor ( ID): Institut Pertanian Bogor. Tamandala TMP Risiko Produksi Anggrek Dendrobium Pada Dede Anggrek Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi. Vinanda G Risiko Produksi dan Risiko Harga Ayam Broiler Serta Preferensi Peternak di Kabupaten Bekasi. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 39

54 40 LAMPIRAN

55 41 Lampiran 1 Sumber risiko karena Serangan Hama No Responden Jumlah Tanam (Tangkai) Tingkat kegagalan karena serangan Hama Total yang mati (Tangkai) Kerugian (RP) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Total Catatan : kerugian didapat dari total jumlah yang mati dikalikan dengan harga jual (Rp 500)

56 42 Lampiran 2 sumber risiko karena serangan penyakit No Responden Jumlah Tanam (Tangkai) Tingkat kegagalan karena serangan Penyakit Total yang mati (Tangkai) Kerugian (Rp) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Total Catatan : kerugian didapat dari total jumlah yang mati dikalikan dengan harga jual (Rp 500)

57 43 Lampiran 3 sumber risiko karena cuaca No Responden Jumlah Tanam (Tangkai) Tingkat kegagalan karena cuaca Total yang mati (Tangkai) Kerugian (Rp) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Total Catatan : kerugian didapat dari total jumlah yang mati dikalikan dengan harga jual (Rp 500)

58 44 Lampiran 4 Hasil Peerhitungan Preferensi Risiko No Responden AR Hama AR Penyakit AR Cuaca 1-1, , , , , ,65-2,5-0,8 7-1,5-1, ,75-0, , , , , , , ,5-1, , , , ,5 0-0,8 23-0,75-1, ,25-0, ,4 26-1, , ,5 28-0,75-0,8-0,5 29-0, ,625-1, , ,5 0-1 Total -35, , ,1 Rata-rata -1, , ,97188

59 45 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Jakarta tanggal 26 November Penulis dilahirkan sebagai anak keempat dari 4 bersaudara dari pasangan Umar Abadi dan Erfani. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak- Kanak Cendrawasih, Kemayoran, Jakarta Pusat. Kemudian dilanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 11 Serdang Jakarta Pusat. Setelah lulus, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 79 Jakarta. Kamudian penulis melanjukan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Jakarta. Pada tahun 2012 penulis diterima diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Program Diploma Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan lulus pada tahun Pada tahun 2015 penulis diterima Program Sarjana Alih Jenis Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dan tergabung dalam organisasi Faster pada tahun 2015 sampai Penulis selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik di dalam dunia pendidikan

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-Sumber Risiko Produksi pada Pertanian Pada dasarnya kegiatan produksi pada pertanian mengandung berbagai risiko dan ketidakpastian dalam pengusahaannya. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi wortel dan bawang daun dilakukan di Kawasan Agropolitan Cianjur Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diukur oleh pembuat keputusan. Pada umumnya peluang terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di perusahaan Anisa Adenium, yang berada di Bekasi Timur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilaksanakan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Tipe Data dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Natalia Nursery. Perusahaan ini merupakan perusahaan pribadi yang memiliki dua lahan budidaya yaitu di Desa Tapos,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Ekonomi ASEAN yang telah diberlakukan pada akhir 2015 lalu tidak hanya menghadirkan peluang yang sangat luas untuk memperbesar cakupan bisnis bagi para pelaku dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin) II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin (Brassica rapa cv. caisin) Caisin (Brassica rapa cv. caisin) merupakan tanaman yang termasuk ke dalam suku kubis-kubisan atau sawi-sawian (Brassicaceae/Cruciferae).

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, yaitu mengenai konsep risiko dan teori lainnya yang berkaitan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry 2.2 Penelitian Terdahulu II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Tomat Cherry Tomat (Lycopersicon esculentum) termasuk dalam famili Solanaceae. Tomat varietas cerasiforme (Dun) Alef sering disebut tomat cherry yang didapati tumbuh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Komoditas hortikultura dapat menjadi sumber pendapatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sub sektor dalam sektor pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas Abstract This research aimed to determine the risk of production and income in a group of farmers who use local seeds and farmers

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Memahami konsep risiko secara luas merupakan dasar yang sangat penting untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Komoditi Melon Melon (Cucumis melo L.) berasal dari daerah Mediterania kemudian menyebar luas ke Timur Tengah dan Asia. Akhirnya, tanaman melon menyebar ke segala

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di CV Multi Global Agrindo yang berlokasi di Jl. Solo, Tawangmangu KM 30 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI

PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI i PENGELOLAAN RISIKO PRODUKSI BUNCIS MINI PADA PD PACET SEGAR, KABUPATEN CIANJUR MARISA IBELA GUSTIANI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 ii ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PENGUSAHAAN BUNGA PADA PT SAUNG MIRWAN KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI NATALINA SIANTURI H34086062 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI TANAMAN HIAS ADENIUM DI PERUSAHAAN ANISA ADENIUM, BEKASI TIMUR PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI YUNITA ARIANI ZEBUA H34096127 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK 6.1. Analisis Risiko Produksi Risiko produksi menyebabkan tingkat produktivitas tanaman sayuran organik mengalami fluktuasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI ANALISIS RISIKO PRODUKSI BUNGA KRISAN POTONG PADA PERUSAHAAN BERKAH FLORA KECAMATAN MEGAMENDUNG, KABUPATEN BOGOR SUKMANINGRUM DWI PERMATASARI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Tanaman Hias dan Tanaman Buah Indonesia memiliki iklim dan wilayah tropis yang menyebabkan banyak tanaman dapat tumbuh dengan baik di Indonesia, sehingga wilayah dan

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN DAN MENDASARI PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis LOUR var) MELALUI TENGKULAK (Studi Kasus Desa Wringinagung Kecamatan Gambiran Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian

I. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor dalam perekonomian nasional dinilai strategis dan mampu menjadi mesin penggerak pembangunan suatu negara. Pada tahun 2009 sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Bandung salah satu kota besar yang ada di Indonesia, merupakan kota yang memiliki julukan sebagai Kota Kembang. Hal tersebut karena lebih dari 70% mata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Usaha agribisnis tanaman hias saat ini sedang berkembang cukup pesat. Tanaman hias tidak hanya berperan dalam pembangunan sektor pertanian, akan tetapi juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian khususnya tanaman hortikultura selama ini mempunyai peluang yang besar, tidak hanya sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang saat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai risiko produksi cabai merah ini dilakukan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional. Pengelolaan dan pemanfaatan hasil-hasil produk pertanian ini diharapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia Sektor perikanan di Indonesia masih dipandang memiliki prospek yang cerah untuk terus dikembangkan karena potensi yang dimiliki tidak hanya dari

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang diakibatkan krisis moneter serta bencana alam yang terus menerus telah ikut mempengaruhi perekonomian Indonesia baik secara makro maupun

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Organik Pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang berdasarkan daur ulang hara secara hayati. Daur ulang hayati dapat terjadi

Lebih terperinci

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A

: NUSRAT NADHWATUNNAJA A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PAPRIKA HIDROPONIK DI DESA PASIR LANGU, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG Oleh : NUSRAT NADHWATUNNAJA A14105586 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang kehidupan sosial dan ekonomi bagi masyarakat di negara Indonesia ini. Selain menyediakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan,

Lebih terperinci

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut

Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Potensi Efektivitas Asuransi Pertanian Terhadap Pendapatan Bersih Petani Cabai Besar Kabupaten Garut Yohanes Andika Tj. 2013110060 Al Faisal Mulk 2013110067 M. Ibnu Haris 2014110011 Abstrak Kebijakan asuransi

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT i ANALISIS RISIKO PRODUKSI ANGGREK Vanda douglas DI DESA RAWAKALONG KECAMATAN GUNUNG SINDUR KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SOFYAN IKHSAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAN PERILAKU PENAWARAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI IRIANA WAHYUNINGSIH H34080045 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN

RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN 1 RISIKO USAHA DIVERSIFIKASI MELON HIDROPONIK PADA PT REJO SARI BUMI UNIT TAPOS DI KABUPATEN BOGOR BRAIN ROBSON ULUAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci