Oleh Nama : Tiskaria Lakajo Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh Nama : Tiskaria Lakajo Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi"

Transkripsi

1 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE TALKING STIKCK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 1 AK SMK NEGERI 1 KOTA GORONTALO (Penelitian pada siswa di kelas X ak smk negeri 1 gorontalo) Oleh Nama : Tiskaria Lakajo Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi ABSTRAK Tiskaria Lakajo, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe talking stikck Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif 1 (Penelitian Pada Siswa Kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo). Program Studi Pendidikan Ekonomi Kosentrasi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo dibawah bimbingan Ibu Irina Popoi, S.Pd, M.Pd dan Bapak Drs. Rusli Isa, M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif yakni untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo. Kemudian teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah observasi, wawancara dan angket. Adapun jumlah populasi dalam penelitian adalah 203 0rang. Berdasarkan data dari 30 orang sampel, dengan menggunakan analisis regresi maka hasilnya menunjukan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap motivasi belajar siswa, hal ini dibuktikan melalui uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 6 diperoleh t hitung = 2,44 sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis terima H 0 jika t (1 - ½ά) < t hitung < t (1 - ½ά) dengan ά = 0,05, dan dk = n 2. t daftar = 1,701 dengan demikian t hitung t daftar telah berada diluar penerimaan H 0, atau menolak H 0 dan Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh signifikan antara penerapan model pembelajaran Cooperatif terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produkif 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo dapat diterima. Kata Kunci: Penerapan Model Pembelajaran Cooperatif Tipe talking stikck dan Motivasi Belajar Siswa

2 PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pendapat tersebut diungkapkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana dalam proses pembelajaran agar siswa menjadi manusia yang lebih baik. Sekolah sebagai tempat penyelenggara pendidikan mengajarkan tentang berbagai pengetahuan sosial yang dapat menjadi bekal siswa untuk dapat menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Di sekolah, guru menjadi orang yang menentukan dalam perancangan dan penyiapan proses pembelajaran di kelas. Guru juga merupakan orang yang menentukan dalam pengaturan kelas dan pengendalian siswa serta sebagai motivator untuk siswa sehingga proses pembelajaran berlangsung optimal. Tantangan guru dalam mengajar akan semakin kompleks. Siswa saat ini cenderung mengharapkan gurunya mengajar dengan lebih santai dan menggairahkan. Persoalannya adalah guru sering kali kurang memahami bentuk-bentuk metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses mengajar.

3 Ketidak pahaman itulah membuat banyak guru secara praktis hanya menggunakan metode konvensional, sehingga banyak siswa merasa jenuh, bosan atau malas mengikuti pelajaran. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru dan belajar oleh siswa inilah yang dimaksud dengan pembelajaran. Namun sampai saat ini, pembelajaran secara klasikal dengan berpusat pada guru(teacher Centered) masih dominan dilaksanakan di sekolah. Guru merupakan sumber informasi dan sumber belajar utama, perannya sangat mendominasi dalam menentukan semua kegiatan pembelajaran dalam kelas. Akibatnya sistem komunikasi yang terjadi justru satu arah yaitu guru yang aktif dalam segala hal. Sedangkan siswa menjadi pasif. Secara umum siswa hanya duduk diam, mendengarkan, menyelidiki dan mengembangkan pengetahuannya menjadi kurang. Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka upaya untuk memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar, guru di tuntut untuk dapat menggunakan dan mengembangkan proses pembelajaran. Diantaranya, peneliti memilih model pembelajaran Talking Stick. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong minat siswa dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, bahwa proses penggunaan model pembelajaran di kelas X Ak SMK Negeri I Gorontalo belum berjalan dengan efektif. Hal ini dapat dilihat dari beberapa permasalahan yang ada dilokasi penelitian tersebut. Permasalahan tersebut seperti: penjelasan guru tentang materi pokok terkait mata pelajaran produktif I belum memperhatikan tingkat

4 kemampuan siswa, kesempatan siswa untuk menyimak dan membaca materi produktif I serta wacana yang ada masih kurang, belum tersedianya alat atau media pembelajaran berupa tongkat yang digunakan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru mata pelajaran, rendahnya pembimbingan siswa dalam proses belajar mengajar terkait penggunaan metode Talking Stick dan penarikan kesimpulan materi pembelajaran dengan menggunakan metode Talking Stikck pada akhir kegiatan pembelajaran belum belum dilaksanakan oleh guru mata pelajaran produktif I khususnya pada siswa kelas X Ak SMK Negeri I Gorontalo. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menerapkan metode Talking Stick. Metode Talking Stick ini adalah sebuah metode pendidikan yang dilaksanakan dengan cara memberi kebebasan kepada siswa untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa sejauh mungkin menghindari unsur-unsur perintah dan keharus paksaan sepanjang tidak merugikan bagi siswa dengan maksud untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri. LANDASAN TEORI Suprijono (2009: 54) menjelaskan pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentukbentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

5 Arif Rohman (2009: 186) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar-individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok. Untuk itulah dalam pembelajaran kooperatif terdapat ciri-ciri yaitu: (1) adanya tujuan kelompok; (2) akuntabilitas diri; (3) kesempatan yang sama untuk berhasil; (4) kompetisi antar-kelompok; (5) adanya spesialisasi tugas; dan (6) adaptasi kebutuhan individu. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa cooperative learning (pembelajaran kooperatif) adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua orang atau lebih secara heterogen untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran dengan menekankan pada saling ketergantunganpositif antarindividu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok sehingga pengelolaan kelas menjadi lebih efektif Metode-Metode Pendukung Pendukung Model Pembelajaran Cooperatif Metode-metode pendukung pengembangan Cooperative Learning menurut Suprijono (2009: 102) ada berbagai macam, yaitu sebagai berikut. a. PQ4R Merupakan metode yang dikembangkan supaya membaca lebih efektif. Kegiatan ini diawali dengan preview yaitu menemukan ide-ide pokok yang

6 dikembangkan dalam bahan bacaan. Langkah kedua adalah question yaitu siswa merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk dirinya sendiri. Langkah ketiga adalah read yaitu membaca yaitu siswa diarahkan untuk mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang telah dirumuskan. Langkah keempat yaitu reflect yaitusiswa mencoba memahami apa yang dibacanya. Langkah terakhir adalah recite yaitu siswa diminta untuk merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari kemudian siswa diminta untuk merangkum inti sari dari bahan yang telah dibacanya. b. Guided Note Talking (Metode Catatan Terbimbing) Metode catatan terbimbing diawali dengan memberikan bahan ajar misalnya handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode ceramah kepada siswa. Guru mengosongkan istilah atau definisi dan menghilangkan beberapa kata kunci dengan tujuan supaya para siswa tetap berkosentrasi mengikuti pembelajaran. Selama ceramah berlangsung, siswa diminta mengisi bagian-bagian yang kosong tersebut. Setelah penyampaian materi dengan ceramah selesai, mintalah kepada peserta didik membacakan handoutnya. c. Snowball Drilling Dalam penerapan snowball drilling, peran guru adalah mempersiapkan paket soal-soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk atau mengundi untuk mendapatkan siswa yang akan menjawab soal nomor 1. Jika peserta didik yang mendapat giliran pertama menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar, maka siswa tersebut diberi kesempatan untuk menunjuk salah satu teman untuk menjawab soal nomor berikutnya begitu seterusnya

7 sampai semua siswa mendapat giliran untuk menjawab. Langkah akhir metode ini adalah guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari siswa Ruang Lingkup Model Pembelajaran Talking Stick Pengertian Metode Talking Stick Menurut Hamalik (2011: 3) bahwa berbagai pendekatan dalam pembelajaran yang harus diketahui guru dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu: 1. Pembelajaran penerimaan (reception learning). 2. Pembelajaran penemuan (discovery learning). 3. Pembelajaran penguasaan (mastery learning). 4. Pembelajaran terpadu (unit learning). Keempat pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran. Depdiknas (2006: 10), menjelaskan bahwa yang dimaksud metode adalah: upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu. Merujuk pada defenisi istilahnya, metode talking stick dapat diartikan sebagai metode pembelajaran bermain tongkat, yaitu pembelajaran yang dirancang untuk mengukur tingkat penguasaan materi pelajaran oleh murid dengan menggunakan media tongkat.

8 Metode talking stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar mela lui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Menurut Isjoni (2010: 18) bahwa Talking stick termasuk salah satu metode pembelajaran kooperatif. pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan. Kolaboratif sendiri diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik betanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Metode talking stick termasuk dalam pembelajaran kooperatif karena memiliki ciri -ciri yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif yaitu: a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

9 c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda. d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Teknis pelaksanaan metode talking stick sebagaimana tercantum dalam buku panduan materi sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional 2006 dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Guru menyiapkan sebuah tongkat, 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi, 3. Setelah selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk menutup buku, 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru, 5. Guru memberikan kesimpulan, 6. Melakukan evaluasi, dan 7. Menutup pelajaran.

10 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan model pembelajaran cooperative Tipe talking stikck terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif I di kelas X Ak SMK Negeri I Gorontalo. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo yang beralamat di Jalan Ternate. SMK Negeri 1 Kota Gorontalo merupakan sekolah kejuruan yang memiliki akreditasi diakui ditambah lagi sebagai Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Penelitian ini dilakukan pada Siswa Kelas X AK (Akuntansi) Tahun Ajaran 2012/2013. Dipilihnya lokasi ini karena sekolah secara geografis mudah untuk dijangkau. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun akademik 2012/2013 dan dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai bulan Mei sampai bulan Juli Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka peneliti menetapkan variable penelitian sebagai berikut : 1) (Variabel X) dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran (Talking Stikck) dan (Variabel Y) Motivasi Belajar Siswa. Dalam hal ini, Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran yang dimaksud adalah penerapan model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo, dengan indikator (Djamarah dan Zain : 2010) : a) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik, b) Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, c) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif,

11 d) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan. 2) (Variabel X) Variabel Penerapan Model Pembelajaran Talking stikck (Variabel Y) adalah Variabel Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi, dengan indikator (Dimiyati dan Mujiono) : a) Motivasi intrinsik : cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan belajar/ siswa dan kondisi siswa/ rohani dan jasmani. B) Motivasi ekstrinsik : kondisi Lingkungan siswa, unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran dan upaya Guru Dalam Membelajarkan Siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum lokasi penelitian : 1) Sejarah singkat Smk Negeri 1 Kota Gorontalo yaitu dimana SMK Negeri 1 Gorontalo secara resmi didirikan tahun 1954 dengan nama SMEA Negeri Gorontalo dengan status swasta. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan No. 4404/B/III tanggal 31 agustus 1955 diubah menjadi SMK Negeri 1 Gorontalo. 2) Visi dan Misi SMK Negeri 1 Gorontalo : a) Visi : Lembaga Pendidikan dan Pelatihan yang dapat menhasilkan tamatan yang Profesional dan Mandiri dan b) Misi : Meningkatkan manajamen sekolah dengan pendekatan bisnis, meningkatkan mutu pembelajaran, meningkatkan kemampuan berbahasa inggris bagi warga sekolah, meningkatkan kerjasama dunia usaha dan industri, mengembangkan Jiwa kewirausahaan warga sekolah, dan mengembangkan kegiatan ekstra kurikuler dan kreatifitas siswa. meningkatkan kesehatan, kebersihan, keindahan, kerindangan serta kenyamanan Lingkungan sekolah.

12 1.1.1 Uji Normalitas Data Variabel X (Penerapan Model Pembelajaran) Hasil pengujian normalitas data untuk variabel X (Penerapan Model Pembelajaran) menunjukan skor χ 2 hitung = 1,42. Sedangkan dari daftar distribusi frekuensi diperoleh harga χ 2 daftar (0,95) (3) = 12,592. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa χ 2 hitung χ 2 daftar (1,42 12,592). Hal ini menunjukan bahwa data hasil penelitian variabel X berasal dari populasi yang berdistribusi normal (perhitungan terlampir pada lampiran 5) Uji Normalitas Data Variabel Y (Motivasi Belajar Siswa) Hasil pengujian normalitas data variabel Y (Motivasi Belajar siswa) menunjukan skor χ 2 hitung = 11,114. Sedangkan dari daftar distribusi frekuensi diperoleh harga χ 2 daftar (0,95) (3) = 12,592. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa χ 2 hitung χ 2 daftar (11,114 12,592). Hal ini menunjukan bahwa data hasil penelitian variabel Y berasal dari populasi yang berdistribusi normal (perhitungan terlampir pada lampiran 5). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan oleh peneliti, menunjukan bahwa hipotesis (H o ) yang diuji ditolak, yang artinya signifikan, dan hipotesis penelitian (H a ) yang diajukan diterima. Hal ini terlihat dari semua harga F hitung yang lebih besar dari F daftar pada taraf signifikan ά = 0,05. Adapun hipotesis yang diajukan adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model

13 pembelajaran dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif I di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo. Hasil uji koefisien korelasi yang telah dianalisis, yang dihubungkan dengan kriteria pengujian statistik t bahwa t hitung = 2,44 sedangkan t daftar = 1,701. Dengan kriteria pengujian terima H 0, jika t (1 - ½ά) < t hitung < t (1 - ½ά) dengan taraf kenyataan ά = 0,05, dan dk = n 2. Dengan demikian bahwa t hitung lebih besar dari t daftar atau harga t hitung telah berada di luar penerimaan H 0, maka H 0 ditolak dan H a diterima yang menyatakan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif 1 dikelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo dinyatakan diterima. Hasil pengujian hipotesis pada persamaan regresi yaitu: Ŷ = 26,91 + 0,46X yang berarti setiap terjadi perubahan sebesar satu unit variabel X (Penerapan Model Pembelajaran), maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata variabel Y (motivasi belajar siswa) sebesar 0,46. Selanjutnya melalui hasil pengujian koefisien korelasi sederhana, maka diperoleh harga r = 0,42 dengan koefisien determinasi sebesar r 2 = 0,1764 atau 17,64%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 17,64% variasi yang terjadi pada motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran, sedangkan 82,36% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak didesain oleh peneliti.

14 Simpulan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan oleh peneliti dalam konteks penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan penerapan model pembelajaran (Talking Stick) berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Produkti 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo tersebut, dapat diuji kebenarannya dan hipotesis penelitian ini dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis pada persamaan regresi yaitu: Ŷ = 26,91 + 0,46X yang berarti setiap terjadi perubahan sebesar satu unit variabel X (Penerapan Model Pembelajaran), maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata variabel Y (motivasi belajar siswa) sebesar 0,46. Selanjutnya, hasil pengujian koefisien korelasi yang telah dianalisis, dimana koefisien determinasi sebesar 0,1764 atau 17,64% variasi yang terjadi pada motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh penerapan, sedangkan 82,36% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak didesain oleh peneliti dalam penelitian ini, misalnya kondisi sosial ekonomi orang tua, kondisi sarana dan prasarana sekolah, kemampuan guru dalam mengadakan variasi gaya mengajar, lingkungan dan lain sebagainya. Kemudian, harga t hitung lebih besar dari harga t daftar atau 2,44 1,701. Ini berarti bahwa t hitung telah berada luar garis penerimaan H o, maka H o ditolak dan H a dapat diterima.

15 Saran Mengacu pada kesimpulan penelitian di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut: Penerapan model pembelajaran Talking Stick perlu diperhatikan, karena hal ini dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan motivasi belajar siswa Perlu adanya intervensi Kepala Sekolah dalam hal pengembangan dan penerapan berbagai model pembelajaran Perlu adanya keterampilan guru dalam mengadakan variasi penerapan model pembelajaran DAFTAR PUSTAKA Suprijono. Agus, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta; Pustaka Pelajar. Dimyati dan Mudjiono. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Roestiyah (2008) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pt Rineka Cipta Slameto (2010) Belajar dan faktor-faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta : PT Rineka Cipta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. nama SMEA Negeri Gorontalo dengan status swasta. Kemudian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. nama SMEA Negeri Gorontalo dengan status swasta. Kemudian 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Lokasi Penelitian SMK Negeri 1 Gorontalo secara resmi didirikan tahun 1954 dengan nama SMEA Negeri Gorontalo dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. nama SMEA Negeri Gorontalo dengan status swasta. Kemudian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. nama SMEA Negeri Gorontalo dengan status swasta. Kemudian 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat SMK Negeri 1 Gorontalo SMK Negeri 1 Gorontalo secara resmi didirikan tahun 1954 dengan nama SMEA Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain Menurut UU No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang dibutuhkan dan melatih peserta didik dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang dibutuhkan dan melatih peserta didik dalam menjalani 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan hal yang sangat mendasar yang tidak bisa lepas dari kehidupan semua orang. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan yang meningkat, pemerintah

Lebih terperinci

Oleh : Ria Anggita Potabuga : S1. Pendidikan Ekonomi ABSTRAK

Oleh : Ria Anggita Potabuga : S1. Pendidikan Ekonomi ABSTRAK Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif 1 Studi Kasus Di Kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo Oleh Nama Jurusan Program Studi : Ria Anggita Potabuga

Lebih terperinci

Ratnajuwita Danar Sari, Satrijo Budi Wibowo dan Juli Murwani : Perbedaan Prestasi Belajar...

Ratnajuwita Danar Sari, Satrijo Budi Wibowo dan Juli Murwani : Perbedaan Prestasi Belajar... PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS XII IPS DI SMA NEGERI 1 WUNGU Ratnajuwita Danar Sari, Satrijo

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Hasil Belajar Menurut Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang berkelanjutan untuk menyiapkan seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya sendiri. Sesuai dengan

Lebih terperinci

Badrul Wajdi. STKIP Hamzanwadi Selong, ABSTRAK

Badrul Wajdi. STKIP Hamzanwadi Selong,   ABSTRAK Jurnal EducatiO Vol. 5 No. 2, Desember 2010, hal. 31-42 PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI ALAT-ALAT OPTIK KELAS VIII

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian tentang Bimbingan Orang Tua

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian tentang Bimbingan Orang Tua 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian tentang Bimbingan Orang Tua Data yang dikumpulkan dari jawaban responden terhadap hasil sebaran angket penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 1989 Bab III. memperoleh Pendidikan, kemudian pada pasal 6 berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. atur dalam Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 1989 Bab III. memperoleh Pendidikan, kemudian pada pasal 6 berbunyi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari manusia dan tidak terbatas oleh usia. Pendidikan tidak hanya didapat dari pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhakti tri Gunarto, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhakti tri Gunarto, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 dikemukakan :

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 dikemukakan : 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan jalur sekolah atau pendidikan formal salah satunya melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak lepas dari pendidikan. Untuk menghadapi tantangan IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara global. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian keseluruhan dalam pembangunan. Perkembangan dan meningkatnya kemampuan siswa selalu muncul bersamaan dengan situasi dan kondisi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah berdasarkan hipotesis penelitian dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data penelitian ini diolah berdasarkan hipotesis penelitian dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang hubungan minat

Lebih terperinci

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM PEMBELAJARAN PKn RINGKASAN SKRIPSI Oleh : ENDAH KUSUMASTUTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya pembangunan sumber daya manusia yang berperan dalam membentuk peserta didik yang diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. permasalahan yang akan dihadapi. Selama ini proses pembelajaran PKn di

BAB 1 PENDAHULUAN. permasalahan yang akan dihadapi. Selama ini proses pembelajaran PKn di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran PKn sebenarnya mempunyai peran yang sangat penting. Mata pelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk siswa yang ideal memiliki mental yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar dapat dipandang dari dua subyek yaitu peserta didik dan pendidik. Dalam proses belajar peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam arti luas mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal, non formal maupun informal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Perkembangan dan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan modern. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat pesat,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan modern. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat penting yakni sebagai Bahasa Negara dan Bahasa Nasional. Mengingat fungsi yang diemban oleh Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu amanat yang yang tercantum dalam Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan bangsa ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan untuk generasi muda sangat menentukan masa depan bangsa. Namun, kenyataannya kualitas pendidikan sangat rendah, terutama pendidikan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat dengan perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan di Indonesia telah mengalami berbagai perkembangan. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa mendatang, melalui pengembangan potensi dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Konsep

Lebih terperinci

ARTIKEL. Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Mengikuti Ujian Sarjana Pada Fakulats Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

ARTIKEL. Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Mengikuti Ujian Sarjana Pada Fakulats Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE PROBLEM-BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI SMK NEGERI 1 BOALEMO DI KAB.BOALEMO ARTIKEL Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KELAS X SMK NEGERI 1 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KELAS X SMK NEGERI 1 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KELAS X SMK NEGERI 1 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO NAMA JURUSAN PRODI : LISNAWATI AHMAD : PENDIDIKAN EKONOMI : S1

Lebih terperinci

Berlian Mangestuti. Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas PGRI Semarang ABSTRAK

Berlian Mangestuti. Pendidikan Matematika FPMIPA Universitas PGRI Semarang ABSTRAK Prosiding KEEFEKTIFAN Mathematics MODEL and Sciences PEMBELAJARAN Forum 2014 GUIDED NOTE TAKING... ISBN 978-602-0960-00-5 723 KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED NOTE TAKING DAN MODEL PELAJARAN TRADE

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN

IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN IMPLEMENTASI PROSES PEMBELAJARAN DALAM MENCAPAI KOMPETENSI GURU BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PERKANTORAN Drs. Uep Tatang Sontani, M.Si 1 Dr. Suwatno, M.Si. Drs. Ade Sobandi, M.Si. Rasto, S.Pd., M.Pd. ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN / Selanjutnya, sekolah ini beralamat di desa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN / Selanjutnya, sekolah ini beralamat di desa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Singkat SMP Negeri 1 Suwawa SMP Negeri 1 Suwawa memiliki NSS/NPSN yakni; 201300401001/40500880. Selanjutnya, sekolah ini beralamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA WANDY Guru SMP Negeri 3 Tapung wandy6779@gmail.com ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa atau negara dapat dikatakan maju, berkembang atau terbelakang dapat dilihat dari sejauh

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 TOLINGGULA

PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 TOLINGGULA PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 TOLINGGULA Yolandra Pongoliwu, Imran R. Hambali, Badriyyah Djula 1 Jurusan Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan sampai saat ini terus dilaksanakan. Berbagai upaya telah ditempuh oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan di sekolah memiliki tiga variabel yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan di sekolah memiliki tiga variabel yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pendidikan di sekolah memiliki tiga variabel yang sangat berkaitan. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru, dan proses belajar mengajar. dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Gelar Sarjana Strata-1 Program studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Gelar Sarjana Strata-1 Program studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KESULITAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD PADA MATA KULIAH GEOGRAFI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA ANGKATAN 2006A DI JURUSAN GEOGRAFI-FIS-UNESA Sri Murtini *) Abstrak : Model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain. Menurut

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF

KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 74 KONTRIBUSI PERSEPSI SISWA MENGENAI PERAN ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF Hadi Heriawan 1, Iwa Kuntadi 2, Haryadi 3 Departemen Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DENGAN METODE DRILL PADA MATERI KERTAS KERJA (WORKSHEET) MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X 5 SMA NEGERI 2 GORONTALO ROSITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan bangsa. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan, dikembangkan bibit-bibit sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini bangsa Indonesia telah dituntut untuk bersaing disegala bidang, terutama bidang pendidikan. Dalam hal ini kesiapan generasi penerus bangsa baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan diharapkan untuk selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta. UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KASIHAN Reny Tri Setia Ningsih Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS PENGESAHAN ARTIKEL MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS.2 DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang Kecerdasan Spiritual Siswa dan Kondisi Psikologis Keluarga di SMP Negeri 2 Telaga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang Kecerdasan Spiritual Siswa dan Kondisi Psikologis Keluarga di SMP Negeri 2 Telaga BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Hasil Penelitian Data hasil penelitian ini berbentuk skor yang diperoleh dari alat ukur berupa angket tentang Kecerdasan Spiritual Siswa dan Kondisi

Lebih terperinci

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar   1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Question Student Have (QSH) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran pada Siswa Kelas IV Aminudin 1 1 SDN Sukorejo 01, Kota Blitar Email:

Lebih terperinci

OLEH. : Nurdin Dunggio. Nim : : Pendidikan Ekonomi. : Meyko Panigoro, S.Pd, M.Pd ABSTRAK

OLEH. : Nurdin Dunggio. Nim : : Pendidikan Ekonomi. : Meyko Panigoro, S.Pd, M.Pd ABSTRAK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KELAS X THP-1 SMK NEGERI 1 LIMBOTO. OLEH Nama : Nurdin Dunggio Nim

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data hasil tes dan angket mengenai Kontribusi Hasil Belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data hasil tes dan angket mengenai Kontribusi Hasil Belajar A. Pemaparan Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengolahan data hasil tes dan angket mengenai Kontribusi Hasil Belajar Membuat Kriya Tekstil dengan Teknik Makrame Terhadap Kesiapan Kerja di Kriya

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MTS MUHAMMADIYAH 1 NATAR TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Naila Milaturrahmah 1, Jazim Ahmad 2, Swaditya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana utama untuk membentuk dan menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas baik melalui pendidikan informal di rumah, melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULAN A. LATAR BELAKANG Menurut UU no 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan perkembangan dan pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa bergantung pada bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sistem pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan sistem pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan persoalan pendidikan. Masa depan suatu bangsa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MENGGUNAKAN LKS PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DI KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 TILAMUTA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak pengaruh era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di indonesia merupakan masalah nasional. Meningkatkan mutu. merupakan petunjuk adanya usaha yang dilakukan siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di indonesia merupakan masalah nasional. Meningkatkan mutu. merupakan petunjuk adanya usaha yang dilakukan siswa dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat dan canggih didukung pula oleh arus globalisasi yang semakin hebat. Fenomena tersebut memunculkan

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT

ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT ARTIKEL ILMIAH STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFE TIPE SCRIPT DENGAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DI KELAS X SMA NEGERI 7 BATANGHARI OLEH WIDIA GAMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana

Lebih terperinci

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya,

Sriningsih Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN BANTUAN LKS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DI KELAS X AKUNTANSI Sriningsih Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru

BAB 1 PENDAHULUAN. penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dilakukan antara guru dan siswa hendaknya mengacu pada peningkatan aktivitas dan partisipasi siswa. Guru tidak hanya melakukan kegiatan penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seseorang, dimana kemajuan teknologi dari hari ke hari perkembangannya semakin pesat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan perlu direspon oleh kinerja pendidikan yang professional dan bermutu tinggi. Mutu pendidikan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat kemajuan pendidikannya. Apa yang dapat dihasilkan dari sebuah pendidikan itulah yang akan memberikan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL KELASX DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG SEMESTER GENAP TA 2014/2015 Popi Radyuli, Inkha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Karena pendidkan merupakan saran yang

Lebih terperinci

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci