Oleh : Ria Anggita Potabuga : S1. Pendidikan Ekonomi ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh : Ria Anggita Potabuga : S1. Pendidikan Ekonomi ABSTRAK"

Transkripsi

1 Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif 1 Studi Kasus Di Kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo Oleh Nama Jurusan Program Studi : Ria Anggita Potabuga : Pendidikan Ekonomi : S1. Pendidikan Ekonomi ABSTRAK Ria Anggita Potabuga, Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif 1 (Studi Kasus Di Kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo). Program Studi Pendidikan Ekonomi Kosentrasi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo dibawah bimbingan Ibu Meyko Panigoro, S.Pd, M.Pd dan Ibu Radia Hafid, S.Pd, M.Si Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif 1 di Kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif yakni untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru Terhadap motivasi belajar siswa pada Mata Pelajaran produktif 1 di Kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo. Berdasarkan data dari 30 orang sampel, dengan menggunakan analisis regresi maka hasilnya menunjukan bahwa terdapat pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa, hal ini dibuktikan melalui uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Berdasarkan perhitungan pada lampiran 6 diperoleh t hitung = 7,38 sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis terima H 0 jika t (1 - ½ά) < t hitung < t (1 - ½ά) dengan ά = 0,05, dan dk = n 2. t daftar = 1,701 dengan demikian t hitung t daftar telah berada diluar penerimaan H 0, atau menolak H 0 dan menerima H a. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh signifikan antara kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif 1 di Kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo dinyatakan dapat diterima. Kata Kunci: Kompetensi Pedagogik Guru dan Motivasi Belajar Siswa

2 Pendahuluan Latar Belakang Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pada prinsipnya yang memiliki tanggung jawab besar adalah penyelenggara pendidikan. Guru sebagai bagian dari penyelenggara pendidikan memiliki fungsi dan peran dalam kegiatan pembelajaran, yang tidak hanya terbatas pada transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) kepada siswa, tetapi juga bagaimana membangun pengetahuan siswa secara maksimal melalui penciptaan lingkungan belajar yang kondusif serta pembentukan lingkungan belajar bagi siswa, dan yang paling penting adalah menciptakan semangat belajar siswa. Guru dalam kedudukannya dapat ditempatkan sebagai tenaga profesional di bidang pendidikan, di samping memahami hal-hal yang bersifat filosofis (khususnya menyangkut bidang pendidikan) dan konseptual, juga diharapkan mampu melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis. Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran sangat diharapkan, guna mendorong ataupun meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Sehingga yang paling penting adalah kompetensi guru yang memadai. Peningkatan kompetensi guru sebagai bagian komponen pendidikan terdepan seharusnya menjadi prioritas untuk diperhatikan. Hal ini dapat disadari mengingat bahwa kualifikasi serta kompetensi guru yang memadai menjadi faktor penting dalam menuntaskan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang diharapkan. Kompetensi tenaga kependidikan yang memadai akan memberikan jaminan bahwa penyelenggaraan pembelajaran pada berbagai tingkatan pendidikan benarbenar mengarah pada pembentukan kualitas belajar siswa secara efektif dan dapat diandalkan. Sebagai tenaga pendidikan, guru dituntut untuk memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar secara serius serta memiliki kemandirian. Dalam fungsinya sebagai motivator, guru juga diharapkan memberikan suasana yang menyenangkan kepada siswa untuk dapat belajar baik pada saat berada dalam ruangan kelas maupun diluar kelas. Perwujudan kompetensi tenaga guru kaitannya dengan fungsi motivasi selanjutnya akan memberikan implikasi positif bagi peningkatan kualitas serta hasil-hasil belajar yang diperoleh siswa. Sejalan dengan pemikiran tersebut, kenyataan yang masih terjadi dalam dunia pendidikan adalah persoalan rendahnya motivasi belajar siswa. Akibatnya rendahnya hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, baik hasil yang diperoleh melalui ujian semester maupun ujian nasional (UN). Satu kesadaran bersama, bahwa ke depan peran guru dalam memberikan bimbingan serta motivasi belajar kepada siswa masih perlu ditingkatkan. Tugas guru tidak hanya terbatas pada memberikan informasi dan pengetahuan kepada siswa, tetapi pula menyangkut peran guru dalam membangun komunikasi secara baik dengan siswa yang ada, kaitannya dengan kedudukan siswa sebagai pihak yang akan ataupun sedang belajar. Ketuntasan pembelajaran tidak hanya dipandang melalui kuantitas materi atau bahan ajar yang telah dilaksanakan, tetapi juga menjadikan kegiatan pembelajaran sebagai wahana penyadaran serta dorongan kepada siswa secara bijak dalam memahami makna belajar sebagai salah satu keutuhan hidup yang perlu mendapatkan prioritas.

3 Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti SMK Negeri I Kota Gorontalo, bahwa kompetensi guru di SMK Negeri 1 Kota Gorontalo telah mengalami berbagai peningkatan jauh lebih baik dari sebelumnya. Secara akademik, tenaga pengajar disekolah tersebut sudah memenuhi tingkat kualifikasi pendidikan formal sebagaii guru di SMK Negeri I Kota Gorontalo. Namun terkait dengan kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat mendorong motivasi belajar siswa di kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo, belum menjadi perhatian khusus. Komunikasi non formal yang terjadi antara guru dan siswa belum berjalan dengan baik, artinya bahwa komunikasi yang dilakukan oleh guru di luar lingkungan sekolah belum menunjukan suasana keakraban dan kedekatan antara guru dan siswa. Hal ini merupakan indikasi bahwa tingkat pemahaman guru tentang peserta didik masih sangat rendah. Selain hal tersebut, kurang kreatifnya guru dalam memilih strategi belajar mengajar juga merupakan faktor yang mempengaruhi semangat siswa untuk belajar terkait dengan mata pelajaran Produktif 1. Dalam proses belajar mengajar, suasana kelas masih didominasi oleh guru, artinya siswa tidak diperkenankan untuk mengemukakan pendapatnya terkait dengan mata pelajaran sehingga tidak terjadi komunikasi edukatif antar guru dan siswa. Guru masih dominan menggunakan metode ceramah sebagai model pembelajaran dikelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo. Kondisi juga merupakan indikasi bahwa pengembangan kurikulum atau silabus dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis pada mata pelajaran Produktif 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Kota Gorontalo belum berjalan dengan efektif dan efisien. Kemudian dilihat dari segi penilaian, evaluasi hasil belajar siswa kelas X AK SMK Negeri I Kota Gorontalo menunjukan peningkatan yang signifikan terkait mata pelajaran Produktif 1. Berdasarkan uraian permasalahan tersebut diatas, maka penelitii merumuskan judul penelitian sebagai berikut: Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif 1 (Studi Kasus Di Kelas X Ak SMK Negeri I Gorontalo). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini,sebagai berikut: kurangnya tingkat pemahaman guru terhadap peserta didik atau siswa kelas X Ak, belum optimalnya pengembangan kurikulum/ silabus dan pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis belum berjalan efektif serta evaluasi hasil belajar siswa belum menunjukan hasil yang signifikan terkait dengan mata pelajaran Produktif 1 di Kelas X Ak SMK Negeri I Kota Gorontalo.

4 Landasan Teori Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran yang berhubungan dengan peserta didik, meliputi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Pengertian kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dengan pemahaman siswa dan pengelolaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Lebih lanjut, (Mulyasa 2007: 75) menyatakan dalam bukunya bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran siswa yang meliputi: (a) Pemahaman wawasan atau landasan guruan, (b) Pemahaman terhadap siswa, (c) Pengembangan kurikulum atau silabus, (d) Perancangan pembelajaran, (e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, (f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran, (g) Evaluasi hasil belajar (EHB), (h) Pengembangan siswa. Kemampuan pedagogik guru diharapkan sudah mampu menguasai seluk beluk dunia pembelajaran. Dalam ruang lingkup pedagogik guru dituntut menguasai dasar-dasar pengajaran dalam kelas. Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama uantuk menghadapi hidupnya di masa depan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 88), yang dimaksudkan dengan kompetensi pedagogis adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: Pemahaman Wawasan Atau Landasan Kependidikan Seorang guru harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait dengannya. Diantaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, Konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional, dan inovasi pendidikan. Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi strategisnya ditengah masyarakat dan perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Karena itu, mereka juga sadar bagaimana harus bersikap disekolah dan masyarakat, dan bagaimana cara memenuhi kualifikasi statusnya, yaitu sebagai guru profesional Pemahaman Tentang Peserta Didik Guru harus mengenal dan memahami siswa dengan baik, memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang memengaruhinya (Sukmadinata, 2006: 197). Pada dasarnya anak-anak itu ingin tahu, dan sebagian tugas guru ialah membantu perkembangan keingintahuan tersebut, dan membuat mereka lebih ingin tahu.

5 Horowitz, (Darling-Hammond dan Bransford, 2005: 88) dalam Educating Teachers for Developmentally Appropriate Practice, menjelaskan tentang kriteria guru yang baik dan efektif berikut ini: guru yang baik memahami bahwa mengajar buka sekedar berbicara, dan belajar bukan sekedar mendengarkan. Guru yang efektif mampu menunjukkan bukan hanya apa yang ingin mereka ajarkan, namun juga bagaimana siswa dapat memahami dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan baru. Selanjutnya, mereka tahu apa yang dibutuhkan siswa, maka mereka memilih tugas yang produktif, dan mereka menyusun tugas ini melalui cara yang menimbulkan pemahaman. Akhirnya, mereka memantau keterlibatan siswa disekolah, belajar produktif, dan tumbuh sebagai anggota masyarakat yang kooperatif dan bijaksana yang akan dapat berpartisipasi di masyarakat. Lang dan Evans (2006: 1) menulis tentang kriteria guru efektif, yaitu Pembicara yang baik, memahami peserta didiknya, menghargai perbedaan, dan menggunakan beragam variasi pengajaran dan aktivitas. Kelas mereka menarik dan menantang serta penilaian dilakukan secara adil, karena terdapat beragam cara yang dapat siswa tunjukkan terhadap apa yang telah mereka pelajari. Tugas guru adalah berusaha menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang menakutkan. Dalam proses mengajar dan mendidik itu, setiap guru perlu memiliki kesabaran dan kasih sayang terhadap para siswanya, hingga mereka benar-benar telah menjadi pribadi dewasa Pengembangan Kurikulum/Silabus Setiap guru menggunakan buku sebagai bahan ajar. Buku pelajaran banyak tersedia, demikian pula buku penunjang. Guru dapat mengadaptasi materi yang akan diajarkan dari buku-buku yang telah distandardisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP). Singkatnya, guru tidak perlu repot menulis buku sesuai dengan bidan studinya. Meskipun demikian, guru harus memperhatikan proses pengembangan kurikulum, yang menurut Miller dan Seller (dalam Musfah 2011: 33-34) mencakup tiga hal : 1. Menyusun tujuan umum dan tujuan khusus 2. Mengidentifikasi materi yang tepat 3. Memilih strategi belajar mengajar Doll (dalam Eisner 2002: 26) menjelaskan makna kurikulum, yaitu Seluruh pengalaman yang dialami anak dibawah pengawasan sekolah. Pengalaman ini sebagian besar telah didesain oleh sekolah sebelumnya. Ia juga menjelaskan bahwa, Kurikulum sekolah, atau pelatihan, atau kelas dapat dibuat sebagai seri pertunjukkan yang dimaksudkan dapata mendidik satu atau lebih siswa Perancangan Pembelajaran Menurut Naegle (2002: 8), guru efektif mengatur kelas mereka dengan prosedur dan mereka menyiapkannya. Di hari pertama masuk kelas, mereka telah memikirkan apa yang mereka ingin siswa lakukan dan bagimana hal itu harus dilakukan. Jika guru memberitahu siswa sejak awal bagaimana guru mengharapkan mereka bersikap dan belajar di kelas, guru menegaskan otoritasnya, maka mereka akan serius dalam belajar. Guru mengetahui apa yang diajarkannya pada siswa. Guru menyiapkan matode dan media pembelajaran menimbulkan dampak positif berikut ini:

6 1. Siswa akan selalu mendapat pengetahuan baru dari guru, tidak akan terjadi pengulangan materi yang tidak perlu yang dapat mengakibatkan kebosanan siswa dalam belajar. Pengulangan materi perlu sebatas untuk penguatan. 2. Menumbuhkan kepercayaan siswa pada guru, sehingga mereka akan senang dan giat belajar. Guru yang baik akan memotivasi siswa untuk meneladani kebaikan dan kedisiplinannya, meskipun siswa itu tidak mengatakannya pada guru. Perbuatan guru lebih efektif mendidik siswa dibanding perkatannya. 3. Belajar akan menjadi aktifitas yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh dan bagi siswa, karena mereka merasa tidak akan sia-sia datang belajar ke kelas. Berbeda perasaan siswa saat berhadapan dengan guru yang mengajar selalu tanpa persiapan kadan siap kadang tidak siap (mengajar). Menurut Khaldun (Ahmad, 1975: 300), bahwa ilmu pengetahuan dalam kaitannya dengan proses pendidikan, sangat tergantung pada guru dan bagimana mereka menggunakan berbagai metode yang tepat dan baik. Oleh karena itu, guru wajib mengetahui manfaat dari metode yang digunakan Pelaksanaan Pembelajaran Yang Mendidik Dan Dialogis Pada anak-anak dan remaja, inisiatif harus muncul dari para guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka, guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak monoton baik dari sisi kemasan maupun isi dan materinya. Menurut Mulyasa (2007: 75-76), Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian, karena pendidikan di Indonesia kurang berhasil, dinilai kering dari aspek pedagogis, dan sekolah tampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran produktif I di Kelas X Ak SMK Negeri I Kota Gorontalo. Metodologi Penelitian Tempat Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri I Kota Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada beberapa alasan yakni: 1. Karena dilokasi tersebut terdapat pemasalahan sebagaimana yang telah diuraikan oleh peneliti pada latar belakang masalah 2. Data yang akan digunakan sebagai bahan penelitian cukup memadaii dan mudah untuk memperolehnya. 3. Dilihat dari segi waktu, biaya dan tenaga yang dibutuhkan masih dalam taraf kesanggupan peneliti Waktu Penelitian

7 Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Akademik 2012/2013. Adapun waktu penelitian direncanakan berdasarkan jadwal kegiatan penelitian sebagai berikut : 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap motivasi belajar siswa di SMK Negeri I Kota Gorontalo. Adapun desain penelitian sebagai berikut: X Keterangan: X = Kompetensi Pedagogik Guru Y = Motivasi Belajar Siswa Y 3.3 Operasional Variabel Menurut Sugiyono (2011: 38) bahwa operasional variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka peneliti menetapkan penelitian variabel sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (Kompetensi Pedagogik Guru) Menurut BSNP (2008: 30-31) bahwa kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: 1. Pemahaman peserta didik 2. Pengembangan Kurikulum/Silabus 3. Perancangan Pembelajaran 4. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis 5. Evaluasi Hasil Belajar 6. Pengembangan peserta didik 2. Variabel Terikat (Motivasi Belajar Siswa) Menurut Sopyan dan Uno (2004: 17) bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seorang siswa untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Untuk mengukur sejauhmana motivasi belajar siswa, maka disebutkan beberapa indikator sebagai berikut: 1. Hasrat dan Keinginan 2. Dorongan Dan Kebutuhan 3. Penghargaan 3.4 Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Arikunto, 2002 : 130 ). Selanjutnya Sugiyono (2011: 80) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun jumlah populasi dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut: Kelas X Ak I = 35 siswa, Kelas X Ak 2 = 33 siswa, Kelas X Ak 3

8 = 35 siswa, Kelas X Ak 4 = 35 siswa, Kelas X Ak 5 = 33 siswa dan Kelas X Ak 6 = 32 Siswa. Jadi jumlah populasinya berjumlah 203 orang Sampel Menurut sugiyono (2011: 81) bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Untuk itu populasi yang diambil dari populasi harus betul-betul refresentatif (mewakili). Menurut Arikunto (2002: 120) bahwa penetapan sampel sebagai berikut: apabilah jumlah populasi kurang dari 100, maka yang menjadi sampel adalah keseluruhan dari populasi yang ada. sedangkan apabila jumlah populasinya lebih dari 100, maka yang menjadi sampel adalah 10%-15% atau 20%-25% atau Lebih. Selanjunya lihat tabel 1.2 berikut ini: Data SMK Negeri I Kota Gorontalo 2013 Karena jumlah Populasinya lebih dari 100, maka peneliti mengambil 15% dari jumlah masing-masing kelas untuk dijadikan sampel. Jadi jumlah sampel dalam penelitian adalah 30,45 dibulatkan menjadi 30 siswa. 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam peneltian ini ditempuh dengan langkahlangkah sebagai berikut: 1. Observasi Menurut Kuswardoyo (2006: 9) bahwa observasi adalah metode pengumpulan data dalam penelitian sosial yang pelaksanaannya peneliti dapat secara langsung mengamati kondisi objek yang diteliti. 2. Wawancara Menurut Sugiyono (2011: 137) bahwa wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabilah peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. 3. Angket Sugiyono (2011: 142) menyatakan bahwa angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Dalam variable skala yang digunakan untuk pembobotan item kuesioner (angket) adalah menggunakan skala likert dimana berisi pernyataan yang sistematis untuk menunjukkan sikap seseorang terhadap pernyataan itu. Dalam penelitian ini, angket yang dibuat dalam bentuk angket tertutup, dimana dalam angket telah disediakan alternatif jawaban yang harus dipilih oleh responden yang diteliti dengan penskoran pada skala likert memberikan suatu nilai skala untuk tiap alternatif jawaban yang berjumlah lima kategori. Skala likert

9 digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Angket disusun dengan menyiapkan 5 pilihan yakni sangat setuju, setuju, ragu-ragu, kurang setuju, tidak setuju. Setiap pilihan akan diberikan bobot nilai sebagai berikut: Sebelum membuat angket penelitian, maka perlu dibuat acuan yang digunakan yaitu kisi-kisi instrumen penelitian yang berkaitan dengan kompetensi pedagogik guru (variabel X) dan motivasi belajar siswa. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 1.3 berikut ini: Teknik Analisis Data Mencari Persamaa Regresi Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan analisis regresi. Karena dalam penelitian ini hanya digunakan satu variabel terikat (motivasi belajar siswa) dan satu variabel bebas (kompetensi guru), maka analisis regresi yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Sederhana. Persamaan umum regresi linier sederhana adalah: Ỳ = a + bx Dimana: Ỳ = Variabel Dependen (motivasi belajar siswa) a = Harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan) b = Angka arah koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen (Motivasi Belajar Siswa) yang didasarkan pada perubahan variabel independen (Kompetensi Pedagogik Guru). Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun. X = Variabel Independen (kompetensi pedagogik guru) Dimana a dan b diperoleh melalui rumus sebagai berikut: Menghitung Koefisien Korelasi Untuk menghitung koefisien korelasi menggunakan rumus sebagai berikut: n XiYi ( Xi ) ( Yi) r = n{ Xi 2 ( Xi 2 )} {n Yi 2 ( Yi 2 )} Menghitung Keberartian Koefisien Korelasi Untuk uji keberartian koefisien korelasi, pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: r n - 2 t = 1 r 2 Dimana: t = nilai t yang dihitung n = jumlah anggota sampel r = koefisien korelasi

10 PEMBAHASAN Berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan sebelumnya, serta rumusan hipotesis yang berbunyi Terdapat Pengaruh Positif Antara Kompetensi Pedagogik Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa. Perlu ditentukan statistika uji yang digunakan sehubungan dengan masalah yang diteliti. Hasil pengujian hipotesis pada persamaan regresi yaitu : Ŷ = 14,91 + 0,69X yang berarti setiap terjadi perubahan sebesar satu unit variabel X (kompetensi pedagogik guru), maka akan diikuti oleh perubahan rata-rata variabel Y (motivasi belajar siswa) sebesar 0,69. Selanjutnya melalui hasil pengujian koefisien korelasi sederhana, maka diperoleh harga r = 0,81 dengan koefisien determinasi sebesar r 2 = 0,6561 atau 65,61%. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 65,61 % variasi yang terjadi pada motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru, sedangkan 34,39% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak didesain oleh peneliti dalam penelitian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah disiplin guru dalam mengajar, kreativitas mengajar dikelas, penggunaan variasi model pembelajaran, keadaan sosial ekonomi orang tua siswa, sekolah dan lingkungan sekitarnya dan lain sebagainya. Kemudian hasil uji koefisien korelasi yang telah dianalisis, yang dihubungkan dengan kriteria pengujian statistik t bahwa t hitung = 7,38 sedangkan t daftar = 1,701. Dengan kriteria pengujian terima H 0, jika t (1 - ½ά) < t hitung < t (1 - ½ά) dengan taraf kenyataan ά = 0,05, dan dk = n 2. Dengan demikian bahwa t hitung lebih besar dari t daftar atau harga t hitung telah berada di luar penerimaan H 0, maka H 0 ditolak dan H a diterima yang menyatakan bahwa hipotesis yang berbunyi terdapat pengaruh signifikan antara kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar siswa pada mata Produktif 1 di kelas X Ak SMK Negeri 1 Gorontalo dinyatakan diterima. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat diketahui bahwa setiap butir indikator variabel X (Kompetensi Pedagogik Guru) memiliki pengaruh terhadap setiap butir indikator variabel Y (Motivasi Belajar Siswa). Menurut BSNP (2008: 30-31), bahwa indikator kompetensi pedagogik guru yang meliputi; pemahaman peserta didik, pengembangan Kurikulum/Silabus, perancangan Pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, evaluasi Hasil Belajar dan pengembangan peserta didik. Sedangkan menurut Sopyan dan Uno (2004: 17) bahwa indikator motivasi belajar siswa adalah hasrat dan Keinginan, dorongan Dan Kebutuhan dan penghargaan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kontribusi indikator kompetensi pedagogik guru dalam proses belajar mengajar, maka di ikuti oleh semakin tinggi pula tingkat motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, begitupun sebaliknya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pada. prinsipnya yang memiliki tanggung jawab besar adalah penyelenggara

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pada. prinsipnya yang memiliki tanggung jawab besar adalah penyelenggara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pada prinsipnya yang memiliki tanggung jawab besar adalah penyelenggara pendidikan. Guru sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Dosen dijelaskan bahwa kompetensi pedagogik merupakan kemampuan 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik 2.1.1 Kompetensi Pedagogik Guru 2.1.1.1 Pengertian Kompetensi Pedagogik Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri I Limboto

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri I Limboto BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti berlokasi di SMK Negeri I Limboto Kabupaten Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang di lakukan oleh peneliti berlokasi di SMA Negeri 4. jangkau sehingga memudahkan dalam pengumpulan data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang di lakukan oleh peneliti berlokasi di SMA Negeri 4. jangkau sehingga memudahkan dalam pengumpulan data. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian yang di lakukan oleh peneliti berlokasi di SMA Negeri 4 Gorontalo. Pemilihan lokasi penelitian ini karena

Lebih terperinci

desain korelasional yang dapat digambarkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini akan dianalisis dua variabel penelitian, yaitu:

desain korelasional yang dapat digambarkan sebagai berikut. Dalam penelitian ini akan dianalisis dua variabel penelitian, yaitu: 20 1.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pola deskriptif korelasional yakni hubungan profesional guru dengan motivasi belajar siswa SMA TRIDHARMA Gorontalo. Adapun rancangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. nama SMEA Negeri Gorontalo dengan status swasta. Kemudian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. nama SMEA Negeri Gorontalo dengan status swasta. Kemudian 37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat SMK Negeri 1 Gorontalo SMK Negeri 1 Gorontalo secara resmi didirikan tahun 1954 dengan nama SMEA Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Artikel Untuk memenuhi salah satu syarat Ujian guna memperoleh

Lebih terperinci

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Walisongo Semarang

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Walisongo Semarang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan menggunakan metode korelasi asosiatif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Langkah yang penting dalam keseluruhan proses penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Langkah yang penting dalam keseluruhan proses penelitian ini 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Langkah yang penting dalam keseluruhan proses penelitian ini adalah menetapkan obyek penelitian, sebab kegiatan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. maka yang menjadi objek penelitian dari penulis yaitu Siswa/siswi Kelas

BAB III METODE PENELITIAN. maka yang menjadi objek penelitian dari penulis yaitu Siswa/siswi Kelas 33 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Tempat Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka yang menjadi objek penelitian dari penulis yaitu Siswa/siswi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu (Sugiyono, 202, hal. 3). Masalah yang penulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peneliti menetapkan objek penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Peneliti menetapkan objek penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Peneliti menetapkan objek penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada beberapa alasan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN TUGAS RUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI PADA SISWA KELAS IV SDN 14/1 SUNGAI BAUNG SKRIPSI

HUBUNGAN PEMBERIAN TUGAS RUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI PADA SISWA KELAS IV SDN 14/1 SUNGAI BAUNG SKRIPSI HUBUNGAN PEMBERIAN TUGAS RUMAH DENGAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KOPERASI PADA SISWA KELAS IV SDN 14/1 SUNGAI BAUNG SKRIPSI Oleh: AGUS HARDIANSAH NIM A1D109038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. maka yang menjadi objek penelitian adalah Pengaruh Keterampilan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. maka yang menjadi objek penelitian adalah Pengaruh Keterampilan 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Waktu Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka yang menjadi objek penelitian adalah Pengaruh Keterampilan

Lebih terperinci

Oleh Nama : Tiskaria Lakajo Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi

Oleh Nama : Tiskaria Lakajo Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE TALKING STIKCK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF 1 AK SMK NEGERI 1 KOTA GORONTALO (Penelitian pada siswa di kelas X ak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA Warkintin STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Jl. Pertamina Sengkuang Sintang Email: warkintin@hotmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMA MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMA MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2013/2014 PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMA MENGAJAR TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Terpadu Di Kelas IX MTs Negeri Bolangitang Timur

Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Terpadu Di Kelas IX MTs Negeri Bolangitang Timur 1 Pengaruh Keterampilan Mengajar Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Terpadu Di Kelas IX MTs Negeri Bolangitang Timur Sasmita Hairia Lauma 1, Salma Bowtha 2, Badriyyah Djula 3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka yang

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka yang 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Waktu Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka yang menjadi objek penelitian adalah sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian tentang pengaruh kompetensi guru terhadap motivasi belajar siswa ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data. Penelitian ini dilaksanakan selama + 4 (empat) bulan mulai dari pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. data. Penelitian ini dilaksanakan selama + 4 (empat) bulan mulai dari pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Guru Sekolah Dasar Negeri se Kecamatan Bilato Kabupaten Gorontalo. Dengan dasar penetapan bahwa terdapatnya konflik

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATAPELAJARAN PRODUKTIF 1 DI SMK NEGERI 1 GORONTALO

PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATAPELAJARAN PRODUKTIF 1 DI SMK NEGERI 1 GORONTALO PENGARUH PENGGUNAAN METODE DISKUSI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATAPELAJARAN PRODUKTIF 1 DI SMK NEGERI 1 GORONTALO Junira Hilumalo 911409106 Yulianto Kadji Irawati Abdul S1 Pendidikan Ekonomi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA Nila Purnama Sari 1 1, Email : nilapurnama90@gmail.com Abstrak MAN 01 Semarang is a high school with

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah-masalah yang telah dipaparkan dalam rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Metode Penelitian Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya, sesara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan

Lebih terperinci

BAB III. dapat dipercaya (dapat diandalkan, reliabilitas) antara iklim organisasi. kepuasan kerja pada karyawan PT Cipta Niaga Semesta.

BAB III. dapat dipercaya (dapat diandalkan, reliabilitas) antara iklim organisasi. kepuasan kerja pada karyawan PT Cipta Niaga Semesta. BAB III A. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang tepat (sahih, benar, valid) dan dapat dipercaya (dapat

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini mengenai pengaruh keragaman tenaga kerja (workforce diversity) terhadap kinerja karyawan bagian pemeliharaan (maintenance section)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JenisdanPendekatanPenelitian Menurut ragam penelitian ditinjau dari bidangnya, penelitian ini termasuk dalam bidang penelitian akademis atau pendidikan. Ditinjau dari tempatnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada fenomena yang sangat dramatis, yakni rendahnya daya saing dalam dunia pendidikan karena belum mampu menghasilkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data valid yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah pengguna sepatu Converse, dan lokasi dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN DI KELAS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka suatu penelitian memerlukan suatu metode penelitian. Menurut Sugiyono (2008:2) Metode penelitan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada 0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Akuntansi. Oleh PENGARUH MATAKULIAH KEPENDIDIKAN DAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN TERHADAP MINAT MENJADI GURU PROFESIONAL PADA MAHASISWA PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGAKATAN 2010 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, menggunakan 58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif jenis korelasional, menggunakan metode exposed facto. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2009:115).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 3 Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan Februari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 3 Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu dari bulan Februari 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 3 Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Menurut ragam penelitian ditinjau dari bidangnya, penelitian ini termasuk dalam bidang penelitian akademis atau pendidikan. Ditinjau dari tempatnya,

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BANDUNG KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGI SMA NEGERI KOTA BANDUNG 1 Syaifullah Syam, 2 Yadi Ruyadi, 3 Lisda Apriyani 1 Dosen Prodi Pendidikan Sosiologi FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia 2 Dosen Prodi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yakni: SMAN 1 kota Gorontalo, SMAN 2 Kota Gorontalo, SMAN. digunakan 3 bulan ( april, mei, juni 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yakni: SMAN 1 kota Gorontalo, SMAN 2 Kota Gorontalo, SMAN. digunakan 3 bulan ( april, mei, juni 2013) 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di sekolah SMA Negeri sekota Gorontalo yakni: SMAN 1 kota Gorontalo, SMAN 2 Kota Gorontalo, SMAN 3 kota Gorontalo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Limboto

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Limboto BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 dan SMA Negeri Limboto Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil observasi kondisi kegiatan supervisi kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu tindakan mengukur atau

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu tindakan mengukur atau III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu tindakan mengukur atau memperkirakan. Namun dalam penelitian survey lebih berarti sebagai suatu cara melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode suvei dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode suvei dengan 5 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode suvei dengan pendekatan korelasi, meliputi jenis dan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir menjelaskan filosofi dari gagasan (ide) riset yang diajukan, sehingga memerlukan suatu model penelitian, yang ditampilkan dalam suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo. Alasan peneliti menetapkan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan,

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo. Alasan peneliti menetapkan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Adapun objek penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Prasetia Kota Gorontalo. Alasan peneliti menetapkan lokasi ini didasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi dan variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi. Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi dan variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi. Variabel 69 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan prosedur penelitian deskriptif inferensial dengan membedakan variabel ke dalam variabel bebas yaitu variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap karyawan PT. Inhutani I Kantor Direksi Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif. Dengan penelitian asosiatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan waktu penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka lokasi penelitian akan dilaksanakan pada Kantor Pengadilan Tinggi Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Kamaludin, Hubungan Persepsi Siswa Terhdap Kompetensi Pendagogik Guru Mata Pelajaran Alat Ukur Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Muhamad Kamaludin, Hubungan Persepsi Siswa Terhdap Kompetensi Pendagogik Guru Mata Pelajaran Alat Ukur Dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam kehidupan manusia dan tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan dapat menunjang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Majalengka, di Jalan Tonjong Pinangraja No.55 Majalengka. 3.2 Metode Penelitian Penelitian adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu suatu metode dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan jenis penelitian verifikatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang

Lebih terperinci

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis dan desain penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Dimana penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 2) metode penelitian adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 2) metode penelitian adalah : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 2) metode penelitian adalah : Metode penelitian adalah ilmu yang mempelajari cara-cara melakukan pengamatan dengan pemikiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field Research), yaitu penelitian yang dilakukan di medan/tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rendahnya mutu lulusan dapat dilihat dari rendahnya daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia dibandingkan dengan daya saing SDM negaranegara Asia lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian diartikan sebagai strategi mengatur latar penilaian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakteristik variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian serta data yang digunakan cukup memadai dan. Tabel 1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian serta data yang digunakan cukup memadai dan. Tabel 1. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Adapun yang menjadi tempat penelitian yakni SMA Negeri I Tibawa, penetapan lokasi tersebut berdasarkan beberapa alasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 014 di SMKN 1 Bojong Picung Tahun Ajaran 014/015. B. Populasi Penelitian Populasi yang digunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KREATIVITAS GURU DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS EKONOMI DI SMP NEGERI 6 BOTUMOITO KABUPATEN BOALEMO.

HUBUNGAN KREATIVITAS GURU DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS EKONOMI DI SMP NEGERI 6 BOTUMOITO KABUPATEN BOALEMO. HUBUNGAN KREATIVITAS GURU DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS EKONOMI DI SMP NEGERI 6 BOTUMOITO KABUPATEN BOALEMO Oleh Sofrianti Suleman Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pendekatan ilmiah adalah kegiatan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pendekatan ilmiah adalah kegiatan penelitian 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian merupakan pendekatan ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pendekatan ilmiah adalah kegiatan penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori 13 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Bab II ini terdiri atas tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan kerangka pikir, dan hipotesis. Sebelum analisis kritis dan komparatif terhadap

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar Bangunan Gedung II terhadap Kesiapan Siswa SMK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif (korelasional). Penelitian korelasi atau penelitian korelasional adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian tentang Bimbingan Orang Tua

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Penelitian tentang Bimbingan Orang Tua 20 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian tentang Bimbingan Orang Tua Data yang dikumpulkan dari jawaban responden terhadap hasil sebaran angket penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pemahaman Guru Tentang Kompetensi Pedagogik. Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik

II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pemahaman Guru Tentang Kompetensi Pedagogik. Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teoritis 2.1.1 Konsep Pemahaman Guru Tentang Kompetensi Pedagogik a. Pengertian Pemahaman Guru Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik profesional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Berdasarkan pada permasalahan yang diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Masyhuri

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Data Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Dalam penelitian ini, untuk menguji apakah kuesioner yang digunakan valid dan reliabel, maka dilakukan uji validitas dan

Lebih terperinci

hlm (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, ( Bandung : Alfabeta, 2009 ),

hlm (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, ( Bandung : Alfabeta, 2009 ), BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu proses penelitian untuk menemukan pengetahuan yang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO PENGARUH PENGELOLAAN KELAS TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO Risni m. lateka 1, Hamzah Yunus 2, Fitri Hadi Yulia Akib

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada 58 BAB III METODE PENELITIAN 3. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan korelasional. Menurut Arikunto (00:70) pendekatan korelasional adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang terdapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang terdapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah yang terdapat dalam judul, maka terlebih dahulu peneliti akan mencoba menjelaskan pengertian serta maksud

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan teoritis pada Bab II, maka langkah berikutnya pada Bab III ini adalah menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, persoalan yang berkaitan dengan guru. senantiasa menjadi salah satu topik perbincangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, persoalan yang berkaitan dengan guru. senantiasa menjadi salah satu topik perbincangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, persoalan yang berkaitan dengan guru senantiasa menjadi salah satu topik perbincangan yang begitu menarik. Sehubungan dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kausal. Sugiyono (2010, hal.13) mengatakan bahwa metode penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. kausal. Sugiyono (2010, hal.13) mengatakan bahwa metode penelitian kuantitatif 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini dapat digolongkan penelitian kuantitatif asosiatif kausal. Sugiyono (2010, hal.13) mengatakan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD N PANDANSARI WARUNGASEM BATANG TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGARUH MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD N PANDANSARI WARUNGASEM BATANG TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGARUH MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD N PANDANSARI WARUNGASEM BATANG TAHUN AJARAN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada dasarnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan data demi tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yang bersangkutan. Oleh sebab itu untuk memperolehnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiyono dalam buku metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D (2011, h. 6) metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi penelitian survay. Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi penelitian survay. Menurut BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Strategi Penelitian Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi penelitian survay. Menurut Singarimbun dan Effendi, ciri strategi ini dibagi ke dalam dua ciri. Pertama,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rangkaian sistematis dari penjelasan secara rinci tentang keseluruhan rencana penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di SMK Negeri 9 Garut, Jl. Raya Bayongbong Km.7 Desa Panembong Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu kerangka kerja yang digunakan dalam melaksanakan suatu penelitian. Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Metode penelitian pendidikan yaitu cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini berusaha meneliti suatu fenomena yang terjadi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini berusaha meneliti suatu fenomena yang terjadi dalam 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan kaidah analisa kuantitatif. Disebut sebagai penelitian lapangan karena penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERADU DI KELAS VII SMP NEGERI 2 SUWAWA

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERADU DI KELAS VII SMP NEGERI 2 SUWAWA PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS TERADU DI KELAS VII SMP NEGERI 2 SUWAWA Surayya, Meyko Panigoro, Agil Bachsoan Jurusan Pendidikan Ekonomi Abstrak

Lebih terperinci