Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP ANAK THALASEMIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP ANAK THALASEMIA"

Transkripsi

1 PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP ANAK THALASEMIA R,Pranajaya*, Nurchairina* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Thalasemia adalah penyakit keturunan yang memerlukan pengobatan dan perawatan ber kelanjutan.tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak thalasemia di RSUD Dr H Abdul Moeloek. Desain penelitian yang digunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.populasi semua anak thalasemia usia 5 18 tahun dengan sampel 102 responden (purposif sampling). Waktu penelitian September sampai Oktober Pengumpulan data kualitas hidup diukur dengan kuesioner PedsQL. Analisis data univariat menggunakan mean dan prosentase, analisis bivariat dengan Uji T independen dan uji Korelasi. Hasil penelitian univariat didapatkan Rerata kualitas hidup subyek penelitian ini adalah 62,75. Rata-rata usia responden 10,38 tahun,berjenis kelamin perempuan (52 %), tingkat pendidikan SD (61,8%),pendidikan ayah dan ibu adalah SMU (46,1 % dan 33,3 %), pekerjaan ayah buruh / petani 65,7 %. Hb pretransfusi 6,43 gr%, kelasi besi secara teratur 61,8 %. frekuensi transfusi setiap 4,28 minggu sekali dan dukungan keluarga 57,65. Analisis bivariat,variabel yang tidak berhubungan jenis kelamin(p value 0,358 ). pendidikan ibu (P value 0,118), pemakaian kelasi besi yang teratur ( P value 0,079), kadar Hb pre transfusi (P value =0,617), frekwensi transfusi (P value =0,419). Variabel yang berhubungan umur (P value 0,014), pendidikan anak (P value 0,022), pendidikan ayah( P value 0,000), pekerjaan ayah ( P value 0,014) dan dukungan orang tua (p value 0,018).Simpulan faktor yang berhubungan dalam penelitian ini adalah umur pendidikan anak/ayah,pekerjaan ayah serta dukungan orang tua.saran agar RSUD Abdul Moeloek meningkatkan kualitas hidup anak, dengan memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua anak setiap kunjungan. Kata kunci: Thalasemia, PedsQl, Kualitas hidup LATAR BELAKANG Thalasemia adalah penyakit keturunan karena adanya kelainan darah yang dapat berdampak pada berbagai organ akibat penyakitnya sendiri atau pengobatan yang diberikan. Penyakit thalasemia ditemukan di seluruh dunia dengan prevalensi gen thalasemia tertinggi di beberapa negara tropis (TIF, 2008). Kurang lebih 3% dari penduduk dunia mempunyai gen thalasemia dimana angka kejadian tertinggi sampai dengan 40% kasus adalah di Asia (Rund, 2005). Adapun di wilayah Asia Tenggara pembawa sifat thalasemia mencapai 55juta orang (Thavorncharoensap, et al 2010). World Health Organization (WHO) tahun 2001 melaporkan sekitar 7% populasi penduduk di dunia bersifat carrier dan sekitar sampai bayi lahir dengan kelainan ini setiap tahunnya. Data Talasemia di Thailand melaporkan sekitar 300 juta orang bersifat carrier terhadap penyakit kelainan darah ini yang tersebar di seluruh dunia dan diantaranya sebanyak 55 juta orang berada di Asia Tenggara.Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk pembawa thalasemia, di mana frekuensi pembawa thalasemia di Indonesia adalah sekitar 3-8%. Di beberapa daerah mencapai 10%, artinya bahwa 3-8 dari 100 penduduk merupakan pembawa gen thalasemia, dimana angka kelahiran rata rata 23 % dengan jumlah populasi penduduk sebanyak 240 juta,diperkirakan akan lahir 3000 bayi pembawa gen thalasemia tiap tahunnya (Bulan, 2009). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi nasional talasemia adalah 0,1 %. Data Pusat thalasemia Departemen Ilmu kesehatan anak (IKA) fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo sampai dengan akhir tahun 2008 terdaftar pasien yang terdiri dari %) % thalasemia β, 48,2 % thalasemia β/ Hb- E dan 1,8 % pasien thalasemia α. Thalasemia merupakan salah satu penyakit kronis yang secara nyata dapat [130]

2 mempengaruhi kualitas hidup penderita akibat penyakitnya sendiri maupun efek terapi yang diberikan, tidak hanya secara fisik melainkan fungsi sosial dan emosionalnya juga dapat terganggu. Secara umum anak yang menderita Thalasemia akan memperlihatkan gejala depresi, cemas, gangguan psikososial, dan gangguan fungsi sekolah. Hal yang sama juga dialami oleh anggota keluarga (orang tua dan saudara) penderita Thalasemia, dimana mereka merasa sedih, kecewa, putus asa, stress, depresi dan cemas terhadap kesehatan dan masa depan penderita selanjutnya.menindaklanjuti kedua kondisi ini, perlu dilakukan penilaian kualitas hidup terhadap anak penderita Talasemia maupun anggota keluarga penderita untuk menentukan tindakan yang mendukung perbaikan kualitas hidup anak penderita Talasemia. Thalasemia beta mayor sebagai penyakit genetik yang diderita seumur hidup akan membawa banyak masalah bagi penderitanya baik sebagai dampak dari proses penyakitnya itu sendiri ataupun karena dari pengobatannya. Penyakit thalasemia terutama thalasemia ß termasuk penyakit yang memerlukan pengobatan dan perawatan yang berkelanjutan diantaranya dengan transfusi terus menerus dan kelasi besi. Kondisi kronik yang dialami oleh anak bisa berpengaruh terhadap kondisi fisik, psikis dan sosial (Bulan, 2009) karena anak sedang mengalami proses maturasi fisik dan perkembangan yang setiap tahapannya memiliki tugas masing-masing. Anak dituntut untuk memenuhi tugas-tugas tersebut yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas hidup anak. Ismail et al (2006) dengan menggunakan Pediatric Quality of Life Inventory (PedsQL) menemukan bahwa dampak negatif pada fisik, emosional dan fungsi sekolah pada pasien thalasemia beta mayor lebih buruk dibandingkan anak sehat sebagai kontrolnya. Sesuai kondisi tersebut, maka sangat jelas bahwa kualitas hidup merupakan hal yang perlu dipertimbangkan dan menjadi hal yang penting dalam suatu efek dalam pengobatan pada anak dengan thalasemia dalam hal ini adalah transfusi darah dan pemberian kelasi besi. Kondisi tersebut menyebabkan kualitas hidup anak umumnya menjadi rendah. Faktor penyebab turunnya kualitas hidup pada anak baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama belum diketahui secara pasti, Demikian juga faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup anak thalassemia beta mayor sangat kompleks dan multifaktorial akibat pengaruh dari penyakitnya sendiri maupun pengobatannya. Hal inilah yang membuat pengukuran kualitas hidup kesehatan anak dengan thalassemia mayor menjadi penting sebagai penilaian biopsikososial secara utuh. RSUD Dr H Abdoel Moeloek merupakan pusat rujukan thalasemia di provinsi Lampung, dimana trend penderita thalasemia dari tahun ketahun mengalami kenaikan, tahun 2012 berjumlah 75 orang, tahun 2013 berjumlah 87 orang dan tahun 2014 tercatat 102 orang,(rekam Medik RSUAM,2014). Berdasarkan data tersebut,maka penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak thalasemia di RSUD Abdoel Moeloek Provinsi Lampung Tahun METODE Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali. Studi cross sectional mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung(efek) dengan pengukuran sesaat. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis thalasemia beta mayor yang rutin menjalani transfusi di ruang rawat thalassemia RSUD Dr H Abdul Moeloek provinsi Lampung. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposif sampling yaitu berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh [131]

3 peneliti sendiri. Kriteria inklusi sampel penelitian ini adalah :Anak dengan thalassemia yang rutin transfusi ;Kesadaran composmentis;berusia 5-18 tahun ; Orang tua/klien bersedia menjadi responden. Pengumpulan data dengan memberikan kuisioner kepada responden. Pengkajian kualitas hidup, menggunakan kuesioner yang telah baku yaitu menggunakan kuesioner Pediatric Quality of Life (PedsQL) yang meliputi empat fungsi yaitu fungsi fisik, emosi, sosial dan sekolah. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer yang meliputi: Pada penelitian ini variabel yang dideskripsikan melalui analisis univariat adalah variabel dependen yaitu kualitas hidup anak thalasemia dan variabel independen yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup. Untuk variabel yang berbentuk kategorik menggunakan persentase dan variabel numerik menggunakan mean, median, SD, min maks. Analisis bivariat yang dilakukan disesuaikan dengan data yang ada pada variabel independen dan dependen, adapun uji bivariat pada penelitian ini terdiri dari Uji T independen yaitu variabel Jenis kelamin, tingkat pendidikan responden, ayah dan ibu,pekerjaan ayah, dan pemberian kelasi besi secara teratur. Uji korelasi untuk variabel Usia, kadar Hb pre transfusi, frekuensi transfusi dan dukungan keluarga. HASIL Analisis Univariat Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa: Hasil analisis didapatkan rata rata kualitas hidup responden ditinjau dari segi fisik adalah 65,72 (95 % CI 61,78-69,65),median 65,50 dengan standar deviasi 20,050.Nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 100. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa rata rata nilai kualitas responden secara fisik adalah diantara 61,78 sampai dengan 69,65. Data selanjutnya rata rata nilai kualitas hidup responden ditinjau dari segi emosi adalah 61,72 (95 % CI 57,54-65,89),median 60,00 dengan standar deviasi 21,254.Nilai terendah 10 dan nilai tertinggi 100. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa rata rata nilai kualitas responden secara emosi adalah diantara 57,54 sampai dengan 65,89. Rata rata nilai kualitas hidup responden ditinjau dari segi sosial adalah 70,34 (95 % CI 66,53-74,16),median 70,00 dengan standar deviasi 19,426.Nilai terendah 30 dan nilai tertinggi 100. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa rata rata nilai kualitas responden secara sosial adalah diantara 66,53 sampai dengan 74,16. Rata rata nilai kualitas hidup responden ditinjau dari segi sekolah adalah 56,01 (95 % CI 52,83-59,19),median 55,00 dengan standar deviasi 16,211.Nilai terendah 25 dan nilai tertinggi 100. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa rata rata nilai kualitas responden secara sosial adalah diantara 52,83 sampai dengan 59,19. Secara keseluruhan Rata rata nilai kualitas hidup responden adalah 62,75 (95 % CI 59,53-65,96),median 61,50 dengan standar deviasi 16,365.Nilai terendah 20 dan nilai tertinggi 98. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa rata rata nilai kualitas responden secara sosial adalah diantara 59,53 sampai dengan 65,96. Hasil analisis didapatkan rata rata umur responden adalah 10,38 tahun ( 95% CI 9,60-11,17,median 10 tahun dengan standar deviasi 3,998 tahun.umur termuda 5 tahun dan tertua 18 tahun,dari Hasil estimasi interval dapat disimpulkan rata rata umur responden adalah diantara 9,60 tahun sampai dengan 11,17 tahun.distribusi jenis kelamin responden hampir sama untuk jenis kelamin.paling banyak perempuan 53 orang (52 %), sedang laki laki 49 orang (48 %).Distribusi tingkat pendidikan anak terbanyak SD 63 orang (61,8 %), sedang untuk TK, SMP,SMU masing masing 12,7 %,14,7 % dan 10,8 %. Distribusi pendidikan Ayah terbanyak SMU 47 orang [132]

4 (46,1 %), sedang untuk SD,SMP dan PT masing masing 29,4 %,14,7 % dan 9,8 %. Distribusi pendidikan ibu hampir merata,terbanyak SMU 34 orang (33,3 %), sedang SD,SMP dan PT masing masing 28,4 %,25,5 % dan 12,7 %.Distribusi pekerjaan Ayah terbanyak lain lain (buruh,petani dll) 67 orang (65,7 %), sedang PNS dan swasta masing masing 6,9 % dan 27,5 %. Didapatkan rata rata kadar Hb responden adalah 6,43 gr/dl ( 95% CI 6,18-6,67 gr/dl,median 6 gr/dl dengan standar deviasi 1,241 gr/dl. Kadar Hb terendah 3 gr/dl dan tertinggi 8 gr/dl,dari Hasil estimasi interval dapat disimpulkan rata rata kadar Hb responden adalah diantara 6,18 gr /dl sampai dengan 6,67 gr /dl.distribusi pemakaian kelasi besi teratur terbanyak 63 orang (61,8 %), sedang untuk yang tidak teratur 39 orang 38,2 %.Distribusi frekwensi transfusi rata rata responden melakukan transfusi adalah setiap 4,28 minggu ( 95% CI 4,04 4,52 minggu, median 4 minggu dengan standar deviasi 1,222 minggu. Frekwensi tercepat 2 minggu dan terlama 6 minggu,dari Hasil estimasi interval dapat disimpulkan rata rata frekwensi transfusi responden adalah diantara 4,04 minggu sampai dengan 4,52 minggu. Dukungan orang tua terhadap responden nilai rata ratanya adalah 57,65 ( 95% CI 54,38 60,92,median 54,38 dengan standar deviasi 16,650. Nilai terendah 25 dan tertinggi 93,dari Hasil estimasi interval dapat disimpulkan nilai rata rata dukungan keluarga terhadap responden adalah 54,38 sampai dengan 60,92. Analisis Bivariat Tabel 1: Hubungan Umur dengan Kualitas Hidup thalasemia Variabel r R2 Persamaan Garis Umur 0,242 0,058 52,467 +0,990 p value 0,014 Hubungan umur dengan kualitas hidup menunjukkan hubungan yang lemah (r =0,242). Hasil uji statistik didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kualitas hidup (p value 0,014) Tabel 2: Hubungan Jenis Kelamin dengan Jenis kelamin Mean SD SE n Laki-laki Perempuan , p value Rata-rata nilai kualitas hidup responden dengan jenis kelamin laki laki adalah 63,59 dengan standar deviasi 17,578. Sedang untuk responden perempuan, rata rata nilai kualitas hidupnya adalah 61,96 dengan standar deviasi 15,285. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,358, berarti pada alpha 5% terlihat tidak ada hubungan yang signifikan nilai rata rata kualitas hidup antara responden laki laki dan perempuan (p value 0,358). Tabel 3: Hubungan Pendidikan dengan Pendidikan Mean SD SE TK, SD SMP,SMU p value 0,022 Rata-rata nilai kualitas hidup responden dengan pendidikan SMP,SMU adalah 69,04 dengan standar deviasi 14,301. Sedang untuk responden dengan pendidikan TK,SD, rata rata nilai kualitas hidupnya adalah 60,04 dengan standar deviasi 16,554. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,022, berarti pada alpha 5 % terlihat ada hubungan signifikan nilai rata rata kualitas hidup antara responden dengan pendidikan SMP,SMU/ remaja dan TK,SD/ anak anak (p value 0,022). Tabel 4: Hubungan Pendidikan Ayah dengan Pendidikan Mean SD SE TK,SD 55, SMP,SMU 69,04 14,301 2,815 p value 0,000 [133]

5 Rata-rata nilai kualitas hidup responden dengan pendidikan Ayah yang tinggi adalah 69,04 dengan standar deviasi 15,090. Sedang untuk responden dengan pendidikan ayah yang rendah, rata rata nilai kualitas hidupnya adalah 55,98 dengan standar deviasi 15,435. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,000, berarti pada alpha 5 % terlihat ada hubungan signifikan nilai rata rata kualitas hidup antara responden dengan pendidikan ayah yang tinggi dan rendah (p value 0,000). Tabel 5: Hubungan Pendidikan ibu dengan Pendidikan Mean SD SE TK,SD , SMP,SMU p value 0,118 Rata rata nilai kualitas hidup responden dengan pendidikan ibu yang tinggi adalah 65,49 dengan standar deviasi 16,102. Sedang untuk responden dengan pendidikan ibu yang rendah, rata rata nilai kualitas hidupnya adalah 60,40 dengan standar deviasi 16,102. Hasil uji statisti didapatkan nilai p = 0,118, berarti pada alpha 5 % terlihat tidak ada hubungan yang signifikan nilai rata rata kualitas hidup antara responden dengan pendidikan ibu tinggi dan rendah (p value 0,118). Tabel 6: Hubungan Pekerjaan Ayah dengan Pekerjaan Mean SD SE PNS,Swasta Buruh,Petani 59,90 15, p value 0,014 Rata rata nilai kualitas hidup responden dengan pekerjaan ayah PNS/Swasta adalah 68,20 dengan standar deviasi 15,946. Sedang untuk responden dengan pekerjaan ayah buruh,petani dll, rata rata nilai kualitas hidupnya adalah 59,90 dengan standar deviasi 15,963. Hasil uji statisti didapatkan nilai p = 0,014, berarti pada alpha 5 % terlihat ada hubungan yang signifikan nilai rata rata kualitas hidup antara responden dengan pekerjaan ayah PNS/Swasta dan buruh,petani dll (p value 0,014). Tabel 7: Hubungan Pemakaian Kelasi Besi dengan Pakai Kelasi Besi Mean SD SE Teratur Tidak Teratur , p value Rata rata nilai kualitas hidup responden yang teratur memakai kelasi besi adalah 64,98 dengan standar deviasi 14,585. Sedang untuk responden yang tidak teratur memakai kelasi besi rata rata nilai kualitas hidupnya adalah 59,13 dengan standar deviasi 18,821. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,079, berarti pada alpha 5 % terlihat tidak ada hubungan yang signifikan nilai rata rata hidup antara responden yang memakai kelasi besi dan yang tidak memakai kelasi besi (p value 0,079). Tabel 8: Hubungan Kadar HB dengan Variabel r R2 Persamaan Garis Kadar Hb 0, p value Hubungan kadar Hb pre transfusi menunjukkan hubungan yang lemah (r =0,05).Hasil statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar Hb dengan kualitas hidup (p value =0,617). Tabel 9: Hubungan Frekuensi Transfusi Dengan Variabel r R2 Persamaan garis Frekuensi , Transfusi pvalue Hubungan frekwensi transfusi menunjukkan hubungan yang lemah (r =0,069).Hasil statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara frekwensi transfusi dengan kualitas hidup (p value =0,491). [134]

6 Tabel 10: Hubungan Dukungan Orangtua Dengan Variabel r R2 Persamaan garis Dukungan Orangtua p value Hubungan dukungan orang tua dengan kualitas hidup menunjukkan hubungan yang lemah (r =0,235). Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan kualitas hidup (p value 0,018). PEMBAHASAN Hubungan Faktor Demografi dengan Kualitas hidup Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan kualitas hidup (p value 0,014), tidak ada hubungan yang signifikan nilai rata rata kualitas hidup antara responden laki laki dan perempuan (P value 0,358), ada hubungan signifikan nilai rata rata kualitas hidup antara responden dengan pendidikan SMP,SMU/ remaja dan TK,SD/ anak anak ( P value 0,022), ada hubungan signifikan nilai rata rata kualitas hidup antara responden dengan pendidikan ayah yang tinggi dan rendah ( P value 0,000).tidak ada hubungan yang signifikan nilai rata rata kualitas hidup antara responden dengan pendidikan ibu tinggi dan rendah ( P value 0,118),ada hubungan yang signifikan nilai rata rata kualitas hidup antara responden dengan pekerjaan ayah PNS/Swasta dan buruh,petani dll ( P value 0,014). Menurut penelitian sebelumnya yaitu Bulan (2009) pada karakteristik demografi didapatkan jenis kelamin sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu 54,5% dan terlihat tidak ada perbedaan jenis kelamin pada rerata kualitas hidup. Hal senada diungkapkan Thavorncharoensap et al (2010) bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi kualitas hidup anak thalasemia., di mana hal tersebut sesuai dengan hukum mendel bahwa gen thalasemia beta mayor diturunkan secara autosomal resesif tidak tergantung jenis kelamin sehingga anak dari pembawa sifat mempunyai kemungkinan anak lahir normal 25%, sebagai pembawa sifat 50% dan kemungkinan 25% adalah penderita. Dalam penelitian ini faktor umur anak mempengaruhi kualitas hidup (p=0,014). Hal ini berbeda dengan penelitian Bulan (2009) yang mengemukakan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap nilai kualitas hidup. Sama dengan penemuan peneliti, Thavorncharoensap et al (2010) menemukan bahwa umur responden berpengaruh terhadap kualitas hidup anak meskipun dalam arah hubungan tidak sama dengan penelitian ini yaitu arah hubungan positif, dalam penelitian tersebut didapatkan semakin bertambah usia anak maka kualitas hidupnya bertambah. Hal tersebut mungkin terjadi karena jumlah responden dalam penelitian Thavorncharoensap et al (2010) cukup besar yaitu sebanyak 315 responden sedangkan dalam penelitian ini hanya 102 responden. Faktor tingkat pendidikan ayah dalam penelitian ini mempengaruhi kualitas hidup anak (P value 0,000). Penemuan ini sama dengan beberapa penelitian sebelumnya, menurut Bulan (2009) pendidikan ayah menunjukkan hubungan bermakna terhadap kualitas hidup anak thalasemia beta mayor. Bulan menyatakan bahwa hal ini dimungkinkan karena tingkat pendidikan ayah dan ibu mencerminkan tingkat pengetahuan terhadap penyakit serta berkontribusi terhadap perjalanan penyakit yang akan berdampak terhadap masalah psikososial. Faktor demografi yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah pekerjaan ayah (P value 0,014).Dalam penelitian ini ditemukan semakin baik pekerjaan ayah, maka nilai kualitas hidup anak semakin tinggi. Meskipun biaya perawatan penderita thalasemia untuk di RSUD Abdul Moeloek dibebankan kepada pemerintah yaitu adanya BPJS, tetapi kebutuhan keluarga tetap meningkat terutama untuk biaya operasional yang tidak dijamin oleh pemerintah seperti [135]

7 transportasi dan akomodasi keluarga yang mendampingi. Senada dengan penelitian ini, Bulan (2009) mengemukakan bahwa dalam penelitiannya ditemukan semakin baik status ekonomi keluarga maka semakin baik kualitas hidupnya. Bulan (2009) menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat status ekonomi keluarga akan meningkatkan perhatian terhadap kesehatan anak, termasuk dalam hal ini adalah sumber dana untuk pengobatan anak juga akan berpengaruh terhadap informasi tentang kesehatan yang diperoleh orang tua. Sejalan dengan penelitian Bulan hal senada disampaikan oleh Clarke et al (2009) bahwa kondisi keuangan keluarga berpengaruh terhadap nilai kualitas hidup anak thalasemia di Inggris. Hubungan Faktor kadar Hb pre transfusidengan Hubungan kadar Hb pre transfusi menunjukkan hubungan yang lemah (r =0,05).Hasil statistik didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar Hb dengan kualitas hidup (P value =0,617). Hal ini berbeda dengan penelitian Mariani Dini 2011 dan Bulan 2009,dimana kadar Hb pretransfusi berhubungan secara signifikan dengan kualitas hidup anak, semakin tinggi kadar Hb pretransfusi maka semakin besar nilai kualitas hidup anak Thavorncharoensap et al (2010) menjelaskan bahwa kadar Hb pretransfusi yang rendah berhubungan dengan adanya beberapa gejala seperti kelelahan, kelemahan umum, dan penurunan status mental dan mempengaruhi kualitas hidup masing-masing domain. Kadar Hb pretransfusi sebaiknya dimonitor secara rutin untuk mempertahankankadar Hb pada 9-10,5 gr%. Hubungan Pemberian Kelasi secara teratur dengan Hasil penelitian terlihat tidak ada hubungan yang signifikan nilai rata rata kualitas hidup antara responden yang memakai kelasi besi secara teratur dan tidak teratur (Pvalue 0,079). Analisis lebih lanjut menjelaskan tidak ditemukan hubungan pemakaian kelasi besi secara teratur dengan nilai kualitas hidup anak. Hal yang sama dengan hasil penelitian Bulan (2009) bahwa tidak ada hubungan antara rerata nilai kualitas hidup dengan jenis kelasi besi. Kelasi besi harus segera diberikan ketika kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih dari 50% atau sekitar setelah 10 sampai dengan 20 kali pemberian transfusi darah. Apabila kadar feritin serum mencapai lebih dari 3000mg/l perlu diberikan jenis kelasi campuran yaitu secara oral dan parenteral.kelasi besi yang sering digunakan yaitu secara parenteral namun memiliki keterbatasan terutama dalam biaya dan kenyamanan anak. Desferioxamine harus diberikan secara subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan dosis mg/kg berat badan/ hari minimal selama 5 hari berturut-turut setiap selesai transfusi darah. Federasi thalasemia internasional merekomendasikan kelasi besi diawali dengan pemberian desferioxamine yaitu secara parenteral deferasirox yaitu secara oral (Hawsawi, 2010; Dubey, 2008; Potts & Mandleco, 2007; Pusponegoro et al, 2005; Olivieri, 1999). Hasil penelitian Anderson et al (2002) menjelaskan bahwa pemberian kelasi secara oral yaitu deferiprone lebih efektif dibandingkan pemberian kelasi secara parenteral yaitu desferrioxamine dalam mengeluarkan besi dalam miokardial, hal tersebut didukung oleh penelitian Hawsawi et al (2010) bahwa pemberian deferiprone secara oral menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam mengeluarkan besi pada miokardial, penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa pemberian Desferioxamine secara subkutan menjadi masalah pada kehidupan sosial dan psikologis anak dan keluarganya. Hubungan frekuensi transfusi dengan Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang lemah (r =0,069), tidak ada hubungan yang signifikan antara frekwensi [136]

8 transfusi dengan kualitas hidup (PValue=0,419). Hasil tersebut sama dengan hasil penelitian Thavorncharoensap et al (2010) bahwa frekuensi transfusi darah dalam satu tahun tidak ada hubungan yang signifikan dengan nilai kualitas hidup anak thalasemia di Thailand. Harapan hidup pada anak dengan thalasemia mayor meningkat dengan transfusi dan kelasi besi, sebab itu diperlukan manajemen yang komprehensif pada anak thalasemia mayor pada unit khusus thalasemia. Durasi transfusi antara 2 sampai 6 minggu tergantung pada berat badan, umur, aktivitas dan jadwal sekolah. Tujuan dari transfusi darah yaitu untuk mempertahankan kadar Hb sebagai dampak adanya anemia berat. Hb pasien dipertahankan antara 8g/dl sampai 9,5 dimana keadaan ini akan memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat, darah diberikan dalam bentuk PRC 3 ml/kgbb untuk setiap kenaikan Hb 1g/dl. Transfusi biasanya setiap dua sampai tiga minggu sekali tergantung dari kondisi anak. Tidak ada hubungan antara frekuensi transfusi dengan kualitas hidup anak thalasemia beta mayor dapat disebabkan karena pertanyaan yang digunakan untuk mengkaji kualitas hidup pada responden berkaitan dengan kondisi dan perasaan responden bulan lalu, selain itu sudah adanya adaptasi pada anak terhadap transfusi yang dijalaninya secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Hubungan dukungan keluarga dengan Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan kualitas hidup (p value 0,018). Hal tersebut didukung oleh Mazzone et al (2009) bahwa dukungan psikososial dari keluarga mengurangi masalah emosi pada penderita thalasemia beta mayor, lebih lanjut dijelaskan bahwa dukungan psikososial mengurangi distress emosional, meningkatkan efektifitas kelasi besi dan menguatkan strategi koping untuk lebih baik dalam kehidupan sehari hari. Penelitian lain yang senada yaitu Knapp et al (2009) menjelaskan Skor Impact On Family (IOF) pada keluarga sebesar 41,97 dengan skor rerata Peds QL pada anak sebesar 50,52. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa perlu adanya Supportive Counseling untuk mendukung keluarga dalam mengidentifikasi pengaruh atau dampak yang berhubungan dengan kondisi kronis anak.dukungan keluarga yang dapat diberikan pada anak terhadap kondisi kronisnya antara lain yaitu; dukungan informasi, dukungan instruksional, dukungan emosional, dukungan instrumental dan advokasi (Hoagwood, 2009). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup anak thalasemia mayor rerata kualitas hidup subyek penelitian ini adalah 62,75. Dari masing masing domain dapat dilihat, fungsi fisik 65,72, fungsi emosi 61,72, fungsi sosial 70,34 dan fungsi sekolah 56,01, nilainya dibawah rerata nilai kualitas hidup populasi normal. Secara demografi, rata-rata usia responden 10,38 tahun, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (52 %), mayoritas tingkat pendidikan responden SD (61,8%), pendidikan ayah dan ibu adalah SMU (46,1 % dan 33,3 %), pekerjaan ayah mayoritas buruh dan petani 65,7 %, rata-rata kadar Hb pre transfusi responden sebesar 6,43 gr/dl. Adapun responden yang menggunakan kelasi besi secara teratur 61,8 %. Rata-rata frekuensi transfusi responden adalah setiap 4,28 minggu sekali dan rata-rata nilai dukungan keluarga sebesar 57,65. Analisis selanjutnya menyimpulkan Hubungan antara faktor demografi dengan kualitas hidup anak thalasemia yaitu, ada hubungan antara umur dengan kualitas hidup anak (p value 0,014), tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup (p value 0,358), ada hubungan antara pendidikan responden/ anak dengan kualitas hidup anak (p value [137]

9 0,022), ada hubungan antara pendidikan ayah dengan kualitas hidup anak (p value 0,000), tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kualitas hidup anak (p value 0,118) dan ada hubungan antara pekerjan ayah dengan kualitas hidup anak (p value 0,014). Analisis selanjutnya menunjukan tidak ada hubungan antara kadar Hb pre transfusi dengan kualitas hidup anak (p value =0,617), terdapat hubungan antara Pemakaian kelasi besi yang teratur dengan kualitas hidup anak (p value 0,079), tidak ada hubungan antara frekwensi transfusi dengan kualitas hidup anak (p value =0,419) dan terdapat hubungan antara dukungan orang tua dengan kualitas hidup anak (p value 0,018). Berdasarkan kesimpulan penulis menyarankan agar RSUD Dr H Abdul Moeloek dapat meningkatkan kualitas hidup anak thalasemia, dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai makanan dan gaya hidup sehat pada orang tua anak thalasemia setiap kunjungan/ saat transfusi. DAFTAR PUSTAKA Azarkeivan, A., et al. (2008). Associates of physical and mental health relatedquality of life in beta thalasemia major/intermedia. journals. JMRS, 14(5): mui.ac.ir/jrms/article/ view Article/ Diunduh tanggal 11 Nopember Bulan, S. (2009). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak thalasemia beta mayor. Clarke, S.A. et al. (2009). Health-related quality of life and financial impact of caring for a child with thalassaemia major in the UK. Journal compilation, Friedman, M. M. (1998). Keperawatan keluarga teori dan praktek. Jakarta: EGC. Ganie, A, Kajian DNA thalasemia alpha di medan. USU Press, Medan Ismail, A., et al. (2006). Health related quality of life in Malaysian children with thalasemia. Kreitler & Ben (2004) Quality of life in children. New York:JohnWiley n Sons. Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification , Perrin JM. Chronic illness in childhood. In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, eds. Nelson Textbook of pediatrics. 17th ed. Philadelphia: WBSaunders Company Polit, D F., & Beck, C.T. (2006). Essentials of Nursing Research: Methods, appraisal, and utilization (6th ed). Philadelphia: Lippincot Williams & Walkims Potts, N. L. & Mandleco, B. L. (2007). Study guide to accompany pediatric nursing(second Edition). Canada: Thomson. Ridley S, Young D. Classification and measurement problems of outcomes after intensive care. In : Griffiths RD, Jones C, eds. Intensive care after careoxford : Butterworth- Heinemann, 2002; Depkes RI Riset Kesehatan Dasar Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia Shaligram, D., Girimaji, S. C., & Chaturvedi, S. K.(2007). Psychological problems and quality of life in children with thalasemia. Indian Journal of Pediatric Thalasemia International Federation (TIF). (2008). Guidelines for the clinical management of thalasemia. Thavorncharoensap, M., et al. (2010). Factors affecting health related quality of lifein thalassaemia.thai children with thalasemia. Journal BMC Disord, 10(1):1-10. [138]

10 Varni JW, penyunting. Scaling and scoring of the pediatric quality of life inventory PedsQL. USA: College of Architecture; 2005 Wahidiyat PAW. Problem and management of thalassemia in Jakarta.Department of child health FKUI. PIT Yogyakarta Wahl, A.K., Rustoen, T., Hanested B.R.,Lerdal, A., & Moum, T. (2004). Quality of life in the general Norwegian population Wong, L. Donna Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta :EGC. [139]

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS HIDUP ANAK THALASSEMIA BETA MAYOR

ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS HIDUP ANAK THALASSEMIA BETA MAYOR Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 17, No.1, Maret 2014, hal 1-10 pissn 1410-4490, eissn 2354-920 ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI KUALITAS HIDUP ANAK THALASSEMIA BETA MAYOR Dini Mariani¹*, Yeni Rustina²,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP ANAK THALASEMIA MAYOR DI RSUD KABUPATEN CIAMIS

HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP ANAK THALASEMIA MAYOR DI RSUD KABUPATEN CIAMIS HUBUNGAN MOTIVASI KELUARGA TERHADAP KUALITAS HIDUP ANAK THALASEMIA MAYOR DI RSUD KABUPATEN CIAMIS Yesi Robi ) Novianti ) Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi (yesi_robi@yahoo.com) )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan penyakit kronis lebih rentan mengalami gangguan psikososial dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit neurologi seperti

Lebih terperinci

Thalassemia merupakan kelompok kelainan

Thalassemia merupakan kelompok kelainan Artikel Asli Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien Thalassemia Mayor di Pusat Thalassemia Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM Daniel Nugraha Aji,Christopher Silman,Citra Aryudi,Cynthia,Centauri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Thalassemia atau sindrom thalassemia merupakan sekelompok heterogen dari anemia hemolitik bawaan yang ditandai dengan kurang atau tidak adanya produksi salah

Lebih terperinci

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI Delia Ulpa*, Mahnum Lailan Nst.** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan kondisi yang mempengaruhi fungsi seharihari selama lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang menyebabkan hospitalisasi dari 1 bulan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyakit dengan angka kematian tinggi. Data Global Action Againts Cancer (2006) dari WHO menyatakan bahwa angka kematian akibat kanker dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data statistik organisasi WHO tahun 2011 menyebutkan Indonesia menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak setelah Amerika Serikat, China, India.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, angka kesakitan dan angka kematian serta peningkatan angka harapan hidup penduduk

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN BOOKLET DALAM MENINGKATKAN PERSEPSI DAN SIKAP KELUARGA UNTUK MENDUKUNG LANSIA MEMANFAATKAN POSYANDU LANSIA Abdul Halim*, Dwi Agustanti* *Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health Organization [WHO], 2011). DM termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016. 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian tentang Hubungan Antara Faktor Demografi dengan Pada Penderita Hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY telah dilakukan di Puskesmas

Lebih terperinci

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

*Korespondensi Penulis, Telp: ,   ABSTRAK PENGARUH EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KAKI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Rina Al-Kahfi 1, Adriana Palimbo

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menggali apakah terdapat perbedaan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden

Lebih terperinci

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA Nurlaila*, Nurchairina* Masa balita adalah Masa Keemasan (golden age) dimana peranan ibu sangat diperlukan untuk tumbuh kembang yang optimal.

Lebih terperinci

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Elisa Putri D. Siahaan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL. Pada bab ini diuraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL. Pada bab ini diuraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi 59 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL Pada bab ini diuraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Kerangka konsep merupakan justifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data

BAB III METODE PENELITIAN. metode case control dilakukan terlebih dahulu kemudian pengambilan data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan metode case control. Pengambilan data variabel dependen pada metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

METODE PENELITIAN. observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mencari hubungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali

METODE PENELITIAN. observasi data variabel independen dan variabel dependen hanya satu kali BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA PENELITIAN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA Sutarmi*, Mardiana Zakir** WHO memperkirakan resiko klematian akibat kehamilan dan persalinandi usia 15 sampai 19 tahun 2 kali

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN Ika Agustina*Nur Asnah Sitohang** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Angka kejadian penyakit talasemia di dunia berdasarkan data dari Badan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

KUALITAS HIDUP PENDERITA THALASEMIA BETA MAYOR DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI

KUALITAS HIDUP PENDERITA THALASEMIA BETA MAYOR DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI KUALITAS HIDUP PENDERITA THALASEMIA BETA MAYOR DI RUANG CEMPAKA RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SOEMARSO WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Dwi Sumiarsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. emosional serta hubungan interpersonal yang memuaskan (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan kondisi sehat baik secara emosional, psikologi, perilaku, koping yang efektif, konsep diri yang positif, kestabilan emosional serta hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Talasemia merupakan penyakit bawaan yang diturunkan dari salah satu orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat perubahan atau kelainan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. pada anggota keluarga yang mengalami halusinasi. Di dalam penelitian ini

BAB III KERANGKA PENELITIAN. pada anggota keluarga yang mengalami halusinasi. Di dalam penelitian ini 1. Kerangka Penelitian BAB III KERANGKA PENELITIAN Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan dengan beban keluarga dalam mengikuti regimen terapeutik pada anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal atau alamiah bagi perempuan yang dimulai dari konsepsi sampai melahirkan bayi. Seorang ibu akan membutuhkan waktu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Osteoartritis (OA) lutut adalah suatu kondisi inflamasi, keadaan reumatik kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan. Osteoartritis

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh fenomena transisi kependudukan di Indonesia. Fenomena ini memang sebagai konsekuensi pembangunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah seseorang yang mengalami usia lanjut. Para ahli membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia biologis (Nawawi, 2009). Pada lansia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel kanker tumbuh dengan cepat, sehingga sel kanker dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal Ginjal Kronik merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting mengingat selain insidens dan pravelensinya yang semakin meningkat, pengobatan pengganti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG Nunung Nurjanah * Tiara Dewi Septiani** Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi kerja, keterampilan, kebosanan, serta peningkatan kecemasan. Kata lelah memiliki arti tersendiri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan variabel independen dan dependen dinilai sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran selang waktu lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2013, WHO, (2013) memperkirakan terdapat 235 juta orang yang menderita asma hingga saat ini. Prevalensi asma di Indonesia tahun 2003 berdasarkan hasil survei

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN a. Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan dua tempat, yaitu : 1. Puskesmas Samigaluh II, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 8,2 juta orang. Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit tidak menular yang ditandai dengan pertumbuhan sel tidak normal/terus-menerus dan tidak terkendali yang dapat merusak jaringan sekitarnya serta

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH 47 HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH Kris Linggardini Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa dari komponen kelenjarnya (epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap kualitas hidup anak, termasuk pada anak dengan Leukemia Limfoblastik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap kualitas hidup anak, termasuk pada anak dengan Leukemia Limfoblastik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis beserta pengobatannya mempunyai dampak besar terhadap kualitas hidup anak, termasuk pada anak dengan Leukemia Limfoblastik Akut (LLA). LLA merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Sastroasmoro & Ismael, 2011). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang pengukuran variabel variabelnya

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN PENELITIAN PENGARUH PEMBERIAN TABLET Fe DAN BUAH KURMA PADA MAHASISWI DI JURUSAN KEBIDANAN TANJUNGKARANG Nora Isa Tri Novadela*, Riyanti Imron* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang E_mail :

Lebih terperinci

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan

I. PENDAHULUAN. World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization Quality of Life (WHOQOL) mendefinisikan kesehatan sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang baik, bukan sekedar tidak

Lebih terperinci

Abstrak. Anih Kurnia, M.Kep., Ners Program Studi D III Keperawatan STIKes BTH Tasikmalaya

Abstrak. Anih Kurnia, M.Kep., Ners Program Studi D III Keperawatan STIKes BTH Tasikmalaya ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEPATUHAN PENDERITA HIPERTENSI DALAM PERAWATAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA Anih Kurnia, M.Kep., Ners Program Studi D III Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta dan diprediksikan meningkat hingga 1,5 miliar pada tahun Lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta dan diprediksikan meningkat hingga 1,5 miliar pada tahun Lebih dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO, 2011) melaporkan bahwa populasi kelompok lanjut usia (lansia) mengalami perkembangan yang pesat dibandingkan kelompok umur lainnya. Jumlah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 1 PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2 Misdarina * Yesi Ariani ** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Banyak tugas yang harus dicapai seorang remaja pada fase ini yang seringkali menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Diabetes Melitus (DM) adalah sindrom kelainan metabolik dengan tanda terjadinya hiperglikemi yang disebabkan karena kelainan dari kerja insulin, sekresi

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN PENELITIAN FAKTOR RISIKO YANG MEMPERCEPAT TERJADINYA KOMPLIKASI GAGAL JANTUNG PADA KLIEN HIPERTENSI Merah Bangsawan*, Purbianto* Studi berbasis masyarakat telah menunjukkan bahwa hipertensi dapat berkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado HUBUNGAN ANTARA JENIS KELAMIN DAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PENDUDUK DI KELURAHAN KOLONGAN KECAMATAN TOMOHON TENGAH KOTA TOMOHON Fera F. Liuw*, Grace D. Kandou*, Nancy S. H Malonda*

Lebih terperinci

DUKUNGAN SOSIAL MENINGKATKAN SELFCARE BEHAVIOR ANAK

DUKUNGAN SOSIAL MENINGKATKAN SELFCARE BEHAVIOR ANAK DUKUNGAN SOSIAL MENINGKATKAN SELFCARE BEHAVIOR ANAK Indanah*, Krisna Yetti **, Luknis Sabri*** *Prodi Keperawatan Stikes Muhammadiyah Kudus, **Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, ***Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Tingginya prevalensi obesitas di dunia, menyebabkan terganggunya kondisi fisik, psikososial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin atau penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh tidak dapat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia. DM ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain atau rancangan penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik (angka) menggunakan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SOSIAL MENINGKATKAN SELF-CARE BEHAVIOR PADA ANAK SEKOLAH DENGAN THALASEMIA MAYOR

PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SOSIAL MENINGKATKAN SELF-CARE BEHAVIOR PADA ANAK SEKOLAH DENGAN THALASEMIA MAYOR PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SOSIAL MENINGKATKAN SELF-CARE BEHAVIOR PADA ANAK SEKOLAH DENGAN THALASEMIA MAYOR Indanah 1,2 *, Krisna Yetti 3, Luknis Sabri 4 1. STIKES Muhammadiyah Kudus, Jawa Tengah 59316,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara herediter. Centre of Disease Control (CDC) melaporkan bahwa thalassemia sering dijumpai pada populasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER SERVIKS DI RSUD Dr. MOEWARDI Dewi Utami, Annisa Andriyani, Siti Fatmawati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 (581-592) TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR Rini Suharni, Indarwati

Lebih terperinci

HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KEPATUHAN MENJALANI KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KEPATUHAN MENJALANI KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN HUBUNGAN GAMBARAN DIRI DENGAN KEPATUHAN MENJALANI KEMOTERAPI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN 5 Bandiyah ABSTRAK Pasien kanker seringkali tidak patuh terhadap pengobatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL Bab III menguraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan definisi operasional. A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis dan Rencana Penelitian Jenis penelitian ini adalah diskriptif degan metode pendekatan diskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis dan Rencana Penelitian Jenis penelitian ini adalah diskriptif degan metode pendekatan diskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rencana Penelitian Jenis penelitian ini adalah diskriptif degan metode pendekatan diskriptif analitik, yang bertujuan memberikan gambaran kepada pembaca dan menganalisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar gula dalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan

Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Hamil Trimester Iii Dalam Persiapan Persalinan Verra Linda Montung 1, Syuul K. Adam 2, Iyam Manueke 3 1. D IV Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang menyebabkan seseorang dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang menderita penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres merupakan suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dari dalam diri dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti seseorang dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis yang akan menimbulkan perubahan yang permanen pada kehidupan setiap individu (Stuart & Sundeen, 2005). Diabetes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai Identifikasi Permasalahan Dosis dan Terapi Obat pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) Rawat Inap Pengguna Askes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENELITIAN PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN MEMERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS Nurhayati* Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang mempunyai prevalensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV KEDIRI HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMAMPUAN MOBILISASI DINI IBU POST SCDI DETASEMEN KESEHATAN RUMAH SAKIT TK IV 05.07.02 KEDIRI Mulazimah Akademi Kebidanan PGRI Kediri mulazimah@gmail.com ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu 38 BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah herediter dimana tubuh mensintesis subunit α atau β-globin pada hemoglobin dalam jumlah yang abnormal (lebih sedikit). 1,2

Lebih terperinci