BAB V ANALISIS HASIL
|
|
- Agus Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V ANALISIS HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis terhadap output yang didapatkan dan interpretasi hasil penelitian. Analisis hasil tersebut diuraikan dalam sub bab berikut ini. 5.1 ANALISIS KARAKTERISTIK MEKANIK Analisis karakteristik mekanik meliputi analisis mengenai nilai MOR berdasarkan standar ANSI A , analisis pengaruh faktor ukuran partikel, persentase perekat, dan penekanan, interaksi antar faktor terhadap nilai MOR, serta nilai MOE Analisis Nilai MOR Berdasarkan Standar ANSI A Berdasarkan ANSI A untuk papan partikel, kerapatan komposit ampas tebu ini tergolong papan partikel kerapatan tinggi dengan nilai kerapatan yaitu lebih dari 0,8 gram/ml. Dari data hasil pengujian diketahui bahwa sebagian besar spesimen mempunyai nilai MOR yang telah memenuhi standar ANSI A Kombinasi faktor yang telah memenuhi standar minimal nilai MOR antara lain kombinasi ukuran partikel 20 mesh, persentase perekat 10%, penekanan 3:2 (a1b2c1), kombinasi a1b3c1, kombinasi a2b2c1, kombinasi a2b3c1, kombinasi a3b3c1, kombinasi a1b1c2, kombinasi a1b2c2, kombinasi a1b3c2, kombinasi a2b1c2, kombinasi a2b2c2, kombinasi a2b3c2, kombinasi a3b1c2, kombinasi a3b2c2, dan kombinasi a3b3c2. Berdasarkan data hasil pengukuran nilai MOR, diketahui bahwa rata-rata nilai MOR yang optimal sebesar 6,989 N/mm 2 pada perlakuan a1b3c2, yaitu kombinasi ukuran partikel 20 mesh, persentase perekat 15%, dan penekanan 2:1. Sedangkan rata-rata nilai MOR yang terendah sebesar 2,094 N/mm 2 pada perlakuan a2b1c1, yaitu kombinasi ukuran partikel 30 mesh, persentase perekat 5%, dan penekanan 3: Pengaruh Faktor Ukuran Partikel Terhadap Nilai MOR Hasil uji ANOVA pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa faktor ukuran partikel berpengaruh terhadap nilai MOR. Setelah dilakukan uji Tukey dengan signifikansi 0,05 diketahui bahwa perlakuan a1 tidak berbeda signifikan dengan V-1
2 perlakuan a2 tetapi berbeda signifikan dengan perlakuan a3 dan perlakuan a2 tidak berbeda signifikan dengan perlakuan a3. Besarnya rata-rata nilai MOR spesimen dengan faktor ukuran partikel terdapat pada Gambar 5.1 berikut ini. Nilai MOR Berdasarkan Ukuran Partikel Nilai MOR (N/mm2) 4,600 4,500 4,400 4,300 4,200 4,100 4,000 3,900 3,800 4,478 4,222 4, mesh 30 mesh 40 mesh Faktor Ukuran Partikel Gambar 5.1. Grafik nilai MOR berdasarkan faktor ukuran partikel Dari Gambar 5.1 diketahui rata-rata nilai MOR spesimen dengan ukuran partikel 20 mesh, 30 mesh, dan 40 mesh berturut turut adalah 4,056 N/mm 2, 4,222 N/mm 2, dan 4,478 N/mm 2. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zheng, dkk. (2006) dan Mahayatra (2013). Zheng, dkk (2006) meneliti papan partikel dari kayu Saline Athel dengan salah satu faktornya yaitu ukuran partikel. Diketahui bahwa ketika partikel kayu dari tiga ukuran yang berbeda (10 20, 20 40, dan mesh) digunakan untuk membuat papan partikel, ukuran mesh mempunyai nilai MOR, tensile strength (TS), dan internal bond strength (IB) tertinggi meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan antara mesh dan mesh untuk modulus of elasticity (MOE), TS, dan IB. Mahayatra (2013) meneliti pengaruh faktor ukuran partikel terhadap sifat mekanik komposit partikel marmer statuari. Nilai kekuatan lentur komposit partikel marmer meningkat seiring dengan semakin kecil ukuran partikel hingga mencapai nilai maksimum pada ukuran tertentu. Hal ini disebabkan karena ukuran partikel yang halus dan distribusi partikel yang merata. Semakin kecil ukuran partikel pengisi komposit maka luas kontak permukaan antar partikel semakin luas, sehingga membuat ikatan yang lebih kuat antara keduanya dalam hal perpindahan beban. V-2
3 Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhanarjaya (2010) yang meneliti komposit dari ampas tebu. Ketika ampas tebu dengan ukuran partikel 30 mesh dan 40 mesh digunakan sebagai komposit, partikel 30 mesh yang lebih kasar mempunyai nilai MOR yang lebih besar dibandingkan partikel yang berukuran 40 mesh Pengaruh Faktor Persentase Perekat Terhadap Nilai MOR Hasil uji ANOVA pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa faktor persentase perekat berpengaruh terhadap nilai MOR. Setelah dilakukan uji Tukey dengan signifikansi 0,05 diketahui bahwa antara perlakuan b1, b2, dan b3 berbeda secara signifikan. Besarnya rata-rata nilai MOR spesimen dengan faktor persentase perekat terdapat pada Gambar 5.2 berikut ini. Nilai MOR Berdasarkan Persentase Perekat Nilai MOR (N/mm2) 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 3,215 4,183 5,357 0,000 5% 10% 15% Faktor Persentase Perekat Gambar 5.2. Grafik nilai MOR berdasarkan faktor persentase perekat Dari Gambar 5.2 diketahui rata-rata nilai MOR spesimen dengan persentase perekat 5%, 10%, dan 15% berturut turut adalah 3,215 N/mm 2, 4,183 N/mm 2, dan 5,357 N/mm 2. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malau (2009) yang meneliti tentang papan partikel dari ampas tebu dengan perekat urea formaldehyde (UF). Diketahui bahwa semakin tinggi kadar perekat maka semakin tinggi nilai MOR yang dihasilkan. Hal ini karena perekat yang lebih banyak mampu menghasilkan ikatan atau perekatan antar partikel sehingga kekuatan papan partikel yang dihasilkan menjadi lebih baik. V-3
4 Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhanarjaya (2010). Ketika ampas tebu digunakan sebagai komposit dengan persentase perekat 10% dan 15%, komposit dengan persentase perekat 10% mempunyai nilai MOR yang lebih besar dibandingkan dengan komposit dengan persentase perekat 15% Pengaruh Faktor Penekanan Terhadap Nilai MOR Hasil uji ANOVA pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa faktor penekanan berpengaruh terhadap nilai MOR. Setelah dilakukan uji Tukey dengan signifikansi 0,05 diketahui bahwa perlakuan c1 dan c2 berbeda secara signifikan. Besarnya rata-rata nilai MOR spesimen dengan faktor penekanan terdapat pada Gambar 5.3 berikut ini. Nilai MOR Berdasarkan Penekanan 6,000 5,462 Nilai MOR (N/mm2) 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000 3,042 3:2 2:1 Faktor Penekanan Gambar 5.3. Grafik nilai MOR berdasarkan faktor penekanan Dari Gambar 5.3 diketahui rata-rata nilai MOR spesimen dengan penekanan 3:2 dan 2:1 berturut turut adalah 3,042 dan 5,462 N/mm 2. Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar penekanannya, atau dengan kata lain semakin tinggi kerapatannya, maka nilai MOR juga semakin meningkat. Hal ini dikarenakan porus atau pori-pori pada spesimen dengan penekanan 2:1 lebih kecil dan lebih rapat dibandingkan dengan spesimen dengan penekanan 3:2. V-4
5 5.1.5 Interaksi Faktor Ukuran Partikel dan Persentase Perekat Terhadap Nilai MOR Selain faktor ukuran partikel, persentase perekat, dan penekanan tersebut yang diuji, diuji pula apakah ada interaksi yang terjadi antar faktor-faktor tersebut. Hasil uji ANOVA pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa interaksi faktor ukuran partikel dan persentase perekat berpengaruh terhadap nilai MOR. Interaksi antara faktor ukuran partikel dan persentase perekat dapat dilihat pada Gambar 5.4 berikut. Nilai MOR (N/mm2) 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0,000 Nilai MOR Berdasarkan Ukuran Partikel dan Persentase Perekat 5% 10% 15% Persentase Perekat 20 mesh 30 mesh 40 mesh Gambar 5.4. Grafik nilai MOR berdasarkan interaksi faktor ukuran partikel dan persentase perekat Berdasarkan Gambar 5.4 terlihat bahwa ketiga garis tidak dalam kondisi sejajar atau linier. Tetapi dapat dilihat secara umum bahwa garis untuk ukuran partikel 20 mesh dan 40 mesh mempunyai puncak nilai MOR tertinggi pada persentase perekat 15%. Hal ini sesuai dengan uji ANOVA pada tabel 4.7 dan uji Tukey yang telah dilakukan. Berbeda dengan garis untuk ukuran partikel 30 mesh, terjadi penurunan di persentase perekat 15%. Tetapi hal ini tidak mengubah hasil pengujian ANOVA dan uji Tukey yang menyatakan bahwa persentase perekat 15% dan ukuran partikel 20 mesh merupakan faktor yang terbaik dalam penelitian ini. Menurut Hicks (1993) jika perubahan dalam satu faktor menghasilkan perubahan variabel respon suatu level dengan level lainnya pada faktor lain, maka dapat disimpulkan terjadi interaksi antara kedua faktor tersebut. V-5
6 5.1.6 Interaksi Faktor Ukuran Partikel dan Penekanan Terhadap Nilai MOR Hasil uji ANOVA pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa interaksi faktor ukuran partikel dan penekanan berpengaruh terhadap nilai MOR. Interaksi antara faktor ukuran partikel dan penekanan dapat dilihat pada Gambar 5.5 berikut. 7,000 Nilai MOR Berdasarkan Ukuran Partikel dan Penekanan Nilai MOR (N/mm2) 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, mesh 30 mesh 40 mesh 0,000 3:2 2:1 Faktor Penekanan Gambar 5.5. Grafik nilai MOR berdasarkan interaksi faktor ukuran partikel dan penekanan Berdasarkan Gambar 5.5 terlihat bahwa ketiga garis tidak dalam kondisi sejajar atau linier. Tetapi dapat dilihat secara umum bahwa garis untuk ukuran partikel 20 mesh, 30 mesh, dan 40 mesh mempunyai puncak nilai MOR tertinggi pada penekanan 2:1. Hal ini sesuai dengan uji ANOVA pada tabel 4.7 dan uji Tukey yang telah dilakukan. Dapat dikatakan bahwa terjadi interaksi antara faktor ukuran partikel dan penekanan Interaksi Faktor Ukuran Partikel, Persentase Perekat, dan Penekanan Terhadap Nilai MOR Hasil uji ANOVA pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa interaksi faktor ukuran partikel, persentase perekat, dan penekanan berpengaruh terhadap nilai MOR. Interaksi antara faktor ukuran partikel, persentase perekat, dan penekanan dapat dilihat pada Gambar 5.6 berikut. V-6
7 Nilai MOR Berdasarkan Ukuran Partikel, Persentase Perekat, dan Penekanan Nilai MOR (N/mm2) 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0, mesh 30 mesh 40 mesh Gambar 5.6. Grafik nilai MOR berdasarkan interaksi faktor ukuran partikel, persentase perekat, dan penekanan Pada Gambar 5.6 terlihat bahwa pola kenaikan dan penurunan grafik tidak seragam. Hal tersebut membuktikan bahwa terjadi interaksi antara ketiga faktor tersebut. Kombinasi faktor yang optimal yaitu ukuran partikel 20 mesh, persentase perekat 15%, dan penekanan 2:1. Hasil ini sesuai dengan uji Tukey yang diketahui bahwa kombinasi tersebut merupakan kombinasi yang terbaik dan berbeda secara signifikan dengan kombinasi faktor lain Analisis Nilai Modulus of Elasicity (MOE) Modulus of Elasticity (MOE) merupakan ukuran ketahanan terhadap pembengkokan. MOE ini berhubungan dengan kekuatan papan partikel. Semakin besar ketahanannya terhadap perubahan bentuk, semakin tinggi MOE papan. MOE akan meningkat dengan bertambahnya panjang dan lebar serat (Sutigno, 1994). Nilai MOE yang dihitung yaitu spesimen dengan nilai MOR terkecil yang masih memenuhi standar. Spesimen dengan kombinasi faktor 30 mesh, persentase perekat 10%, dan penekanan 3:2 mempunyai nilai MOE sebesar 689,45 N/mm 2. Nilai tersebut telah memenuhi standar ANSI A yang mensyaratkan minimal 550 N/mm 2. Maloney (1993) menyatakan bahwa nilai MOE dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang digunakan, daya ikat perekat dan panjang serat. Semakin tinggi nilai MOR, nilai MOE juga semakin meningkat, V-7
8 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua spesimen yang memenuhi standar nilai MOR juga memenuhi standar nilai MOE. 5.2 ANALISIS KARAKTERISTIK FISIK Analisis karakteristik fisik meliputi analisis mengenai perhitungan nilai kerapatan (density) berdasarkan standar ANSI A dan permukaan patah uji ketahanan lentur Analisis Kerapatan (Density) Nilai kerapatan hasil penelitian ini berkisar antara 0,750 0,844 gram/ml dengan rata-rata 0,803 ± 0,053 gram/ml. Nilai kerapatan hasil penelitian sudah mencapai sasaran yang diharapkan yaitu sebesar 0,8 gram/ml. Kerapatan akhir papan partikel dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis kayu (kerapatan kayu), besarnya tekanan kempa, jumlah partikel kayu dalam lapik, kadar perekat serta bahan tambahan lainnya (Kelley, 1997 dalam Sidabutar, 2000). Nilai kerapatan papan partikel yang dihasilkan dalam penelitian ini telah memenuhi standar yang dipersyaratkan dalam ANSI A Analisis Permukaan Patah Uji Ketahanan Lentur Pengamatan permukaan patahan uji ketahanan lentur komposit dilakukan melalui pengamatan visual dengan cara foto makro. Hasil pengamatan struktur makro terhadap permukaan patahan spesimen yang dibandingkan dapat dilihat pada Gambar 5.7. V-8
9 a b titik patahan titik patahan c d titik patahan titik patahan e f titik patahan titik patahan Gambar 5.7. Pengamatan struktur makro terhadap permukaan patahan spesimen (a) 20 mesh, 15%, 2:1 ; (b) 30 mesh, 15%, 2:1 ; (c) 40 mesh, 15%, 2:1 ; (d) 20 mesh, 10%, 2:1 ; (e) 20 mesh, 5%, 2:1 ; (f) 20 mesh, 15%, 3:2 Berdasarkan hasil pengamatan di atas terlihat perbedaan ukuran partikel serat pada masing-masing spesimen. Kemudian dapat dijelaskan bahwa penambahan persentase perekat membuat ikatan antar partikel pada komposit semakin bertambah. Selain itu, perbedaan penekanan pada Gambar 5.7(f) juga memperlihatkan bahwa kepadatannya lebih rendah jika dibandingkan dengan spesimen lain sehingga terlihat pori-pori yang lebih banyak. Jenis patahan pada spesimen yang mempunyai persentase perekat lebih banyak termasuk patahan yang disebut fiber break yang ditandai dengan patahnya serat pada permukaan patahan. Berbeda dengan jenis patahan pada Gambar 5.7(e), dengan persentase perekat 5% membuat jenis patahan yang disebut fiber pull out yang ditandai dengan lepasnya serat ke salah satu commit sisi patahan. to user V-9
10 5.3 ANALISIS WOODWORKING Analisis woodworking dilakukan untuk mengetahui kelayakan komposit ampas tebu dalam pemanfaatannya sebagai produk papan partikel. Pengerjaan kayu dilakukan terhadap prototype papan partikel yang telah dibuat, meliputi penggergajian, pengamplasan, pengeboran, dan penyekrupan. Prototype papan partikel berukuran 20 cm x 20 cm x 1,2 cm digergaji untuk melihat hasil gergajian yang dapat dilihat pada Gambar 5.8(a). Pada gambar terlihat bahwa hasil gergajian cukup rata, namun pada bagian ujung arah gergaji terdapat serat yang tidak terpotong. Papan partikel yang sudah digergaji kemudian diamplas untuk meratakan bagian ujung-ujungnya. Perlakuan terhadap papan partikel selanjutnya yaitu pengeboran dengan menggunakan mesin bor tangan. Pahat yang digunakan untuk pengeboran berukuran diameter 4 mm. Hasil pengeboran dapat dilihat pada Gambar 5.8(b). Pada gambar terlihat bahwa serat ampas tebu juga tidak terpotong pada bagian bawah arah pengeboran. Setelah dilubangi dengan bor, dilakukan pengujian kuat pegang sekrup terhadap permukaan papan partikel. Cara pengujian kuat pegang sekrup dilakukan dengan memasukkan sekrup ke dalam contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1,2 cm. Sekrup yang digunakan berdiameter 5 mm dan panjang 40 mm. Nilai kuat pegang sekrup dinyatakan oleh besarnya beban maksimum yang dicapai dalam newton. Hasil penyekrupan dapat dilihat pada Gambar 5.8(c). Nilai kuat pegang sekrup maksimal papan partikel pada saat pengujian mencapai 245,4 N. Nilai tersebut belum memenuhi standar ANSI A yang mensyaratkan minimal 400 N. Namun, pada saat dilakukan perakitan potongan-potongan papan partikel terlihat kuat yang ditunjukkan oleh Gambar 5.8(d). V-10
11 (a) (b) (c) Gambar 5.8. Hasil perlakuan woodworking (a) penggergajian; (b) pengeboran; (c) penyekrupan; (d) perakitan (d) 5.4 ANALISIS BIAYA Perhitungan biaya dilakukan untuk menghitung besarnya biaya pembuatan produk papan partikel. Biaya yang dihitung meliputi biaya bahan baku untuk proses produksi. Karena ampas tebu merupakan limbah yang tidak terpakai, maka biayanya ditentukan menggunakan biaya transportasi untuk mengangkut ampas tebu ke tempat produksi. Perhitungan biaya didasarkan pada spesifikasi produk papan partikel yang beredar di pasaran untuk membandingkannya dengan produk papan partikel berbahan ampas tebu pada penelitian ini. Biaya bahan baku untuk masing-masing kombinasi yang memenuhi syarat nilai MOR dapat dilihat pada Tabel Biaya bahan baku yang paling tinggi yaitu sebesar Rp ,51 pada kombinasi a1b3c2, a2b3c2, dan a3b3c2. Hal ini dikarenakan penggunaan PVAc sebesar 15% dengan perbandingan penekanan 2:1. PVAc merupakan bahan baku commit yang to mempunyai user harga per kg tertinggi jika V-11
12 dibandingkan dengan bahan baku lain yaitu Rp 9.000,00 sehingga persentase penggunaannya paling berpengaruh terhadap total biaya bahan baku. Namun, untuk biaya yang lebih ekonomis, kombinasi yang dapat dipilih yaitu a1b1c2, a2b1c2, atau a3b1c2 dengan persentase PVAc sebesar 5% dan perbandingan penekanan 2:1. Kombinasi tersebut mempunyai biaya bahan baku yang paling rendah yaitu sebesar Rp ,50. V-12
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pada bab ini akan diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan data hasil eksperimen. Data yang dikumpulkan meliputi langkah-langkah serta hasil pengumpulan dan pengolahan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan diuraikan analisis terhadap hasil pengolahan data. Pembahasan mengenai analisis hasil pengujian konduktivitas panas, pengujian bending, perhitungan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat fisis papan partikel yang diuji meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air dan pengembangan tebal. Sifat mekanis papan partikel yang diuji meliputi Modulus of Elasticity
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisis Papan Semen 4.1.1. Kadar Air Nilai rata-rata kadar air papan semen sekam hasil pengukuran disajikan pada Gambar 7. 12 Kadar air (%) 9 6 3 0 JIS A5417 1992:
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan
TINJAUAN PUSTAKA A. Papan Partikel A.1. Definisi papan partikel Kayu komposit merupakan kayu yang biasa digunakan dalam penggunaan perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan
TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan papan yang terbuat dari bahan berlignoselulosa yang dibuat dalam bentuk partikel dengan menggunakan
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni
Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni Kadar perekat urea formaldehida (UF) = 12% Ukuran sampel = 25 x
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Akustik Papan Partikel Sengon 4.1.1 Koefisien Absorbsi suara Apabila ada gelombang suara bersumber dari bahan lain mengenai bahan kayu, maka sebagian dari energi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
21 4.1 Geometri Strand pada Tabel 1. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran nilai rata-rata geometri strand pada penelitian ini tertera Tabel 1 Nilai rata-rata pengukuran dimensi strand, perhitungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2010. Tempat yang dipergunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut : untuk pembuatan
Lebih terperinci4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT
48 4 PENGARUH KADAR AIR PARTIKEL DAN KADAR PARAFIN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 4.1 Pendahuluan Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, kekuatan papan yang dihasilkan masih rendah utamanya nilai MOR
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2009 dengan rincian waktu penelitian terdapat pada Lampiran 3. Penelitian dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit dan pengujian sifat fisis dan mekanis dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Desain
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tandan Kosong Sawit Jumlah produksi kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2010 mencapai 21.958.120 ton dan pada tahun 2011 mencapai
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH
KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERBUK KAYU JATI DENGAN FRAKSI VOLUME 25%, 30%, 35% TERHADAP UJI BENDING, UJI TARIK DAN DAYA SERAP BUNYI UNTUK DINDING PEREDAM SUARA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data, nilai rata-rata dimensi strand yang ditentukan dengan menggunakan 1 strand
Lebih terperinciIII. METODOLOGI. 3.3 Pembuatan Contoh Uji
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku dan pembuatan papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. III, No. 3 (2015), Hal ISSN :
SINTESIS DAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT DARI LIMBAH PELEPAH SAWIT DAN SABUT KELAPA Erwan 1), Irfana Diah Faryuni 1)*, Dwiria Wahyuni 1) 1) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Bahan Serat Sisal (Agave sisalana Perr.) Serat sisal yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari serat sisal kontrol dan serat sisal yang mendapatkan perlakuan mekanis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan tanaman penghasil kayu yang banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, baik untuk keperluan industri besar, industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit telah berkembang dengan pesat di Indonesia. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun 2011-2012 seluas 8,91 juta Ha 9,27 juta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Persiapan bahan baku, pembuatan dan pengujian sifat fisis papan partikel dilaksanakan di Laboratorium Bio-Komposit sedangkan untuk pengujian sifat mekanis
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober Pembuatan
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2015. Pembuatan papan dan pengujian sifat fisis dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Program Studi Kehutanan,
Lebih terperinci6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT
77 6 PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGEMPAAN TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 6.1 Pendahuluan Pengempaan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas papan yang dihasilkan (USDA, 1972). Salah satu hal
Lebih terperinciPemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam
Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam Andi Aulia Iswari Syam un 1, Muhammad Agung 2 Endang Ariyanti
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Partikel 4.1.1 Kerapatan Kerapatan merupakan perbandingan antara massa per volume yang berhubungan dengan distribusi partikel dan perekat dalam contoh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Geometri Strand Hasil pengukuran geometri strand secara lengkap disajikan pada Lampiran 1, sedangkan nilai rata-ratanya tertera pada Tabel 2. Tabel 2 Nilai pengukuran
Lebih terperinciPENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO
PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL JERAMI (STRAW) TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL RINO FARDIANTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PENGARUH SUHU PEREBUSAN PARTIKEL
Lebih terperinciPEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI *Norman Iskandar, Agung Eko Wicaksono, Moh Farid
Lebih terperinciEffect of Particle Layerson Mechanical Characteristics (MoE And MoR) Of Particle Board Of Ulin Wood (Eusideroxylon Zwageri T.Et.B)
PENGARUH UKURAN.. (19) 1-19 PENGARUH SUSUNAN PARTIKEL TERHADAP SIFAT MEKANIK (MoE dan MoR) PAPAN SEMEN PARTIKEL KAYU ULIN (Eusidexylon zwageri T.Et.B) Effect of Particle Layerson Mechanical Characteristics
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM
BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di laboratorium Produk Majemuk Kelompok Peneliti Pemanfaatan Hasil Hutan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
Lebih terperinciSIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL
SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL NATURE OF FISIS MECHANICAL PARTICLE BOARD FROM RIPSAW WASTE OF PURSUANT TO SIZE MEASURE PARTICLE Saibatul Hamdi
Lebih terperinciPAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)
Papan partikel dari campuran limbah rotan dan penyulingan PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp) Particle Board from Mixture of Rattan Waste and Gemor
Lebih terperinciPEMBUATAN PAPAN PARTIKEL MENGGUNAKAN PEREKAT POLIVINIL ACETAT (PVAc) DENGAN BAHAN PENGAWET BORAKS DAN IMPRALIT COPPER KHROM BORON (CKB)
Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.1, No.2, Desember 2009 : 7 12 PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL MENGGUNAKAN PEREKAT POLIVINIL ACETAT (PVAc) DENGAN BAHAN PENGAWET BORAKS DAN IMPRALIT COPPER KHROM BORON (CKB)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian ini menggunakan bahan-bahan berupa tandan kosong sawit (TKS) yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu akan mempengaruhi kekuatan kayu dalam menerima dan menahan beban yang terjadi pada kayu itu sendiri. Pada umumnya kayu yang memiliki kadar
Lebih terperinciPENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL
IV. PENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL Pendahuluan Dalam pembuatan papan partikel, secara umum diketahui bahwa terdapat selenderness rasio (perbandingan antara panjang dan tebal partikel) yang optimal untuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN METODE PENELITIAN
1 Sifat Fisis dan Mekanis Papan Partikel Dari Serbuk Limbah Gergajian Dengan Berbagai Kadar Perekat Isosianat (Physical and Mechanical properties of The Waste Sawdust Particle Board With Various of Isocyanate
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Mutu Kekakuan Lamina BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penyusunan lamina diawali dengan melakukan penentuan mutu pada tiap ketebalan lamina menggunakan uji non destructive test. Data hasil pengujian NDT
Lebih terperinciSifat-sifat papan semen partikel yang diuji terdiri atas sifat fisis dan mekanis. Sifat fisis meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal dan
PARDOMUAN SJDABUTAR. E02495009. Pengaruh Macam Dan Kadar Katalis Terhadap Sifat Papan Semen Partikel Acacia nrangirtm Willd., Dibawah Bimbingan Ir. Bedyaman Tambunan dan Ir. I.M. Sulastiningsih MSc. Papan
Lebih terperinciStudi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu
Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu Mitra Rahayu1,a), Widayani1,b) 1 Laboratorium Biofisika, Kelompok Keilmuan Fisika Nuklir dan Biofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi plastik membuat aktivitas produksi plastik terus meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Material plastik
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Diameter Serat Diameter serat adalah diameter serat ijuk yang diukur setelah mengalami perlakuan alkali, karena pada dasarnya serat alam memiliki dimensi bentuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,
[ TINJAUAN PUSTAKA Batang Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Nigeria (Afrika Barat). Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 24 m sedangkan diameternya
Lebih terperinciKUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI SABUT KELAPA DAN LIMBAH PLASTIK BERLAPIS BAMBU DENGAN VARIASI KERAPATAN DAN LAMA PERENDAMAN
KUALITAS PAPAN KOMPOSIT DARI SABUT KELAPA DAN LIMBAH PLASTIK BERLAPIS BAMBU DENGAN VARIASI KERAPATAN DAN LAMA PERENDAMAN NaOH Quality of Composite Board Made from Coconut Fiber and Waste Plastic with Bamboo
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai Agustus 2011. Pemotongan kayu dilakukan di Work Shop Laboratorium Peningkatan Mutu Kayu,
Lebih terperinciOleh : Febriana Tri Wulandari Prodi Kehutanan Faperta Unram
ISSN No. 1978-3787 Media Bina Ilmiah 7 DESKRIPSI SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA PAPAN PARTIKEL TANGKAI DAUN NIPAH (Nypa fruticans.wurmb) DAN PAPAN PARTIKEL BATANG BENGLE (Zingiber cassumunar.roxb) Oleh : Febriana
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Penelitian di laksanakan bulan September - November Penelitian ini
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian di laksanakan bulan September - November 2016. Penelitian ini akan dilakukan di Work Shop (WS) dan Laboratorium Teknonologi Hasil Hutan (THH) Program Studi
Lebih terperinciPENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD
i PENGARUH PROPORSI CAMPURAN SERBUK KAYU GERGAJIAN DAN AMPAS TEBU TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA FATHIMA TUZZUHRAH ARSYAD DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tenggara menyediakan kira-kira 80% potensi bambu dunia yang sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bambu merupakan tanaman rumpun yang tumbuh hampir di seluruh belahan dunia, dan dari keseluruhan yang ada di dunia Asia Selatan dan Asia Tenggara menyediakan kira-kira
Lebih terperinciSIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA
SIFAT FISIS-MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI KOMBINASI LIMBAH SHAVING KULIT SAMAK DAN SERAT KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN TEKANAN BERBEDA SKRIPSI MARIA YUNITA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia setelah Nigeria dan Thailand dengan hasil produksi mencapai lebih 23 juta ton pada tahun 2014
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PAPAN PARTIKEL 2.1.1 Definisi dan Pengertian Papan partikel adalah suatu produk kayu yang dihasilkan dari hasil pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau bahan berlignoselulosa
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 204 di Workshop Program Studi Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara untuk membuat
Lebih terperinciPENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI
PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763
16 TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa sawit Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Plantae
Lebih terperinciPAPAN GYPSUM DARI SERBUK KAYU DAN SENYAWA BOR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN UJI BAKAR
Papan Gypsum dari Serbuk Kayu dan Senyawa Bor terhadap Sifat Mekanik dan Uji Bakar.Djoko Purwanto PAPAN GYPSUM DARI SERBUK KAYU DAN SENYAWA BOR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN UJI BAKAR Gypsum Board from Wood
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai Juli 2011 bertempat di Laboratorium Biokomposit, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,
Lebih terperinciPENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE
PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE Harini Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 agustus 1945 Jakarta yos.nofendri@uta45jakarta.ac.id
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.
17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Papan Komposit Anyaman Pandan 4.1.1 Kerapatan Sifat papan yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh kerapatan. Dari pengujian didapat nilai kerapatan papan berkisar
Lebih terperinciOPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT
VI. OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT Pendahuluan Penelitian pada tahapan ini didisain untuk mengevaluasi sifat-sifat papan partikel tanpa perekat yang sebelumnya diberi perlakuan oksidasi.
Lebih terperinci= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij
5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei 2012 Agustus 2012. Dilaksanakan di Laboratorium Bio Komposit, Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Departemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Papan Partikel Papan partikel merupakan produk panil hasil industri manufaktur yang berasal dari bahan berlignoselulosa (biasanya kayu), yang dibentuk menjadi partikel-partikel
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi Penelitian
23 MATERI DAN METODE Materi Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di aboratorium Biokomposit, aboratorium Keteknikan Kayu dan aboratorium Kayu Solid, Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel
TINJAUAN PUSTAKA Papan Partikel Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel kayu yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya, yang diikat menggunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Ikatan Pembuluh Bambu Foto makroskopis ruas bambu tali disajikan pada Gambar 7 dan bukunya disajikan pada Gambar 8. Foto makroskopis ruas bambu betung disajikan
Lebih terperinciKAYU LAPIS BAMBU (BAMBOO PLYWOOD) DARI PEMANFAATAN LIMBAH KERAJINAN BILIK BAMBU
DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.mps.23 KAYU LAPIS BAMBU (BAMBOO PLYWOOD) DARI PEMANFAATAN LIMBAH KERAJINAN BILIK BAMBU Tina Anggraini 1, a), Sulhadi b), Teguh Darsono c) 1 Program Studi Magister Pendidikan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI BATANG PANDAN MENGKUANG (Pandanus atrocarpus Griff) BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL DAN KONSENTRASI UREAFORMALDEHIDA
KARAKTERISTIK PAPAN PARTIKEL DARI BATANG PANDAN MENGKUANG (Pandanus atrocarpus Griff) BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL DAN KONSENTRASI UREAFORMALDEHIDA The Characteristic of Particle Board Made From Pandan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal
TINJAUAN PUSTAKA Kelapa Sawit Menurut Hadi (2004), klasifikasi botani kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida
Lebih terperinciEva Nurmarini 1, Supriyanto Wagiman 2 dan Bandi Supraptono 3 1 Politeknik Pertanian Negeri, Samarinda. 2 Laboratorium Industri Hasil Hutan Fahutan
KETEGUHAN LENTUR STATIS DAN KETEGUHAN REKAT KAYU LAMINA DARI KAYU PALELE [CASTANOPSIS JAVANICA (BLUME.) A.DC.] DAN MALAU (PALAQUIUM QUERCIFOLIUM BURCKL.) Eva Nurmarini 1, Supriyanto Wagiman 2 dan Bandi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu dari bulan Juni hingga Agustus 2011 di Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Laboratorium Peningkatan
Lebih terperinci3 PENGARUH JENIS KAYU DAN KADAR PEREKAT TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT
17 3 PENGARUH JENIS KAYU DAN KADAR PEREKAT TERHADAP KUALITAS PAPAN KOMPOSIT 3.1 Pendahuluan Perbedaan jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan papan komposit akan sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai Juli 2011 Januari 2012 dan dilaksanakan di Bagian Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu, Bagian Kimia Hasil Hutan, Bagian Biokomposit
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2012 Juli 2012. Dilaksanakan di Laboratorium Bio Komposit, Laboratorium Rekayasa Departemen Hasil Hutan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit, menjadi sebuah tantangan dalam ilmu material untuk mencari dan mendapatkan material baru yang memiliki
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisis Sifat fisis dari panel CLT yang diuji yaitu, kerapatan (ρ), kadar air (KA), pengembangan volume (KV) dan penyusutan volume (SV). Hasil pengujian sifat fisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang digunakan untuk menunjang penelitian yang akan dilakukan serta studi pustaka penelitian-penelitian sebelumnya. 2.1 KOMPOSIT Menurut
Lebih terperinciPENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA
i PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PENGARUH PERENDAMAN
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kekuatan Tarik Komposit Partikel Tempurung Kelapa Untuk mengetahui nilai kekuatan tarik dari komposit maka perlu di lakukan pengujian kekuatan tarik pada komposit tersebut.
Lebih terperinciSIFAT FISIK MEKANIK PAPAN PARTIKEL TANPA PEREKAT DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis acq)
Sifat fisik dan mekanik papan partikel tanpa perekat dari tandan kosong kelapa sawit.budi Tri Cahyana SIFAT FISIK MEKANIK PAPAN PARTIKEL TANPA PEREKAT DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis
Lebih terperinciSIFAT MEKANIK PAPAN GYPSUM DARI SERBUK LIMBAH KAYU NON KOMERSIAL
Sifat mekanik papan gypsum dari serbuk limbah kayu non komersial.saibatul Hamdi SIFAT MEKANIK PAPAN GYPSUM DARI SERBUK LIMBAH KAYU NON KOMERSIAL Gypsum Board Mechanical Properties of Non Commercial Sawdust
Lebih terperinciKiki Sinaga, M. Dirhamsyah Dan Ahmad Yani Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol Pontianak
JURNAL HUTAN LESTARI (217) KUALITAS PAPAN PARTIKEL PALEM EKOR TUPAI (Wodyetia bifurcata) DAN KAYU AKASIA (Acacia mangium) BERDASARKAN KOMPOSISI BAHAN BAKU DAN KONSENTRASI PEREKAT (Quality of Particle Board
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel, dan pengujian
Lebih terperinciHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
DAFTAR SIMBOL BJ : Berat Jenis ρ : Berat Jenis (kg/cm 3 ) m : Massa (kg) d : Diameter Kayu (cm) V : Volume (cm 3 ) EMC : Equilibrium Moisture Content σ : Stress (N) F : Gaya Tekan / Tarik (N) A : Luas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu untuk proses persiapan bahan baku, pembuatan panel CLT, dan pengujian
Lebih terperinciSURAT KETERANGAN Nomor : '501K13.3.3rrU/2005
.;.. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPIIIEIEN HISIL HUliN Kampus IPB Darmaga PO BOX 168 Bogor 161 Alamat Kawat FAHUTAN Bogor Phone: (251) 621285, Fax: (251)
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik
34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung dan Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Universitas
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kekuatan sambungan tarik double shear balok kayu pelat baja menurut diameter dan jumlah paku pada sesaran tertentu ini dilakukan selama kurang lebih
Lebih terperinciTriaga Ria Sandi 1), Karyadi 2), dan Eko Setyawan 2) 1) ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN SERAT ANYAMAN BAMBU DENGAN BERBAGAI VARIASI JARAK TERHADAP KUAT LENTUR, TEKAN, DAN TARIK PAPAN PARTIKEL DARI SERBUK GERGAJI KAYU SENGON ) Triaga Ria Sandi 1), Karyadi ), dan Eko Setyawan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dibidang teknologi dan sains mendorong material komposit banyak digunakan pada berbagai macam aplikasi produk. Secara global material komposit dikembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai konstruksi, bangunan atau furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara ketersediaan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian pembuatan CLT dengan sambungan perekat yang dilakukan di laboratorium dan bengkel kerja terdiri dari persiapan bahan baku,
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIESTER TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN TARIK KOMPOSIT PAPAN PARTIKEL ONGGOK LIMBAH SINGKONG
TURBO Vol. 5 No. 1. 2016 p-issn: 2301-6663, e-issn: 2477-250X Jurnal Teknik Mesin Univ. Muhammadiyah Metro URL: http://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo PENGARUH KOMPOSISI RESIN POLIESTER TERHADAP KEKERASAN
Lebih terperinciPapan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI
Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2007 sampai Juli 2008. Pembuatan OSB dilakukan di Laboratorium Biokomposit, pembuatan contoh uji di Laboratorium
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK
Jurnal Perennial, 2012 Vol. 8 No. 2: 75-79 ISSN: 1412-7784 Tersedia Online: http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND
Lebih terperinci(Penulis Korespondensi: 2 Dosen Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Kualitas Papan Partikel Batang Pisang Barangan Berdasarkan Variasi Kadar Perekat Phenol Formaldehida (Particle Board Quality from Barangan Banana Stem Variation Based On Phenol Formaldehyde Resin Levels)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bahan baku industri terus meningkat jumlahnya, akan tetapi rata-rata pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan sebagai salah satu sumber daya alam penghasil kayu menjadi modal dasar bagi pertumbuhan industri sektor pengolahan kayu. Penggunaan kayu sebagai bahan baku industri
Lebih terperinci