BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontrol Diri Pengertian Kontrol Diri Dalam Kamus Lengkap Psikologi, disebutkan bahwa selfcontrol (kontrol-diri) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impulsimpuls atau tingkah laku impulsif (Chaplin, 2005:451).Adapun menurut Hurlock (dalam Khairunnisa, 2013:223) mengatakan bahwa kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya. Sedangkan menurut Berk (dalam Khairunnisa, 2013:223), kontrol diri adalah kemampuan individu untuk menahan keinginan atau dorongan sesaat yang bertentangan dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma sosial. Kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dapat berkembang dan digunakan individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan sekitarnya.kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu, juga kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktorfaktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk mengendalikan 11

2 12 perilaku, kecendrungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, dan menyenangkan orang lain (Ghufron, 2011:21-22). Kontrol diri dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pengendalian tingkah laku.kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif (Aviyah & Varid, 1945:127).Adapun fungsi kontrol diri menurut Mesina & Messina (dalam Khairunnisa, 2013: 223) menyatakan bahwa pengendalian diri memiliki beberapa fungsi yaitu (a) membatasi perhatian individu terhadap orang lain, (b) membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain di lingkungannya, (c) membatasi individu untuk bertingkah laku negatif, (d) membantu individu untuk memenuhi kebutuhan individu secara seimbang. Menurut Mahoney dan Thoresen, kontrol diri merupakan jalinan yang secara utuh ( integrative) yang dilakukan individu terhadap lingkungannya.individu dengan kontrol diri tinggi sangat memerhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi (dalam Ghufron, 2011:22).Selanjutnya, Goldfried dan Merbaum mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif.kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang

3 13 melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan (dalam Ghufron, 2011:22). Menurut Hurlock (da lam Angelina & Matulessy, 1945:174) kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya.kontrol diri juga didefinisikan sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang.dimana kontrol diri ini penting untuk dikembangkan karena individu tidak hidup sendiri melainkan bagian dari kelompok masyarakat.pertama, individu mempunyai kebutuhan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhannya sehingga agar tidak mengganggu dan melanggar kenyamanan dan keselamatan orang lain, individu harus mengontrol perilakunya.kedua, masyarakat menghargai kemampuan, kebaikan yang dimiliki individu sehingga dapat diterima masyarakat lainnya. Thompson (dalam J ekasi, 2016:14) menyatakan bahwa kontrol diri ialah keyakinan individu terhadap dirinya dalam mencapai hasil yang diinginkan dengan cara mengendalikan emosi dan dorongandorongan dari dalam dirinya. Selain itu, Thompson mengatakan bahwa seseorang merasa memiliki kontrol diri ketika mereka mampu mengenal apa yang dapat dan tidak dapat dipengaruhi lewat tindakan pribadi dalam sebuah situasi, ketika mereka memfokuskan pada bagian yang dapat dikontrol lewat tindakan pribadi, dan ketika mereka

4 14 yakin bahwa mereka memiliki kemampuan agar berprilaku dengan sukses. Self-control menggambarkan keputusan individu melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun guna meningkatkan hasil dan tujuan tertentu sebagaimana yang diinginkan.seseorang yang memiliki self-control yang rendah sering mengalami kesulitan menentukan konsekuensi atas tindakan mereka.seseorang dengan self-control tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi (Chita, Dkk, 2015:299). Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi. Kemampuan untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan untuk mengubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform dengan orang lain dan menutup perasaannya (Angelina & Matulessy, 1945: ). Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa kontrol diri merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk menahan, menekan, mengatur, mengarahkan dan mengendalikan segala keinginan atau dorongan sesaat, impuls-impuls

5 15 primitif, dan tingkah laku negatif yang bertentangan dengan norma sosial, sehingga dapat membawa individu ke perilaku yang positif Perkembangan Kontrol Diri Kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok darinya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong dan diancam seperti hukuman yang dialami ketika anak-anak (Ghufron. 2011:28). Vasta dkk (dalam Ghufron. 2011: 26) mengungkapkan bahwa perilaku anak pertama kali dikendalikan oleh kekuatan eksternal.secara perlahan-lahan kontrol eksternal tersebut diinternalisasikan menjadi kontrol internal. Pada remaja kemampuan mengontrol diri berkembang seiring dengan kematangan emosi. Remaja dikatakan sudah mencapai kematangan emosi bila pada akhir masa remajanya tidak meledak emosinya dihadapan orang lain. Akan tetapi, menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan caracara yang lebih diterima. Berdasarkan teori Piaget, remaja telah mencapai tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif.oleh karenanya remaja mampu mempertimbangkan suatu kemungkinan untuk

6 16 menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya. Ketika seorang individu mulai memasuki masa dewasa, ia akan mampu menjadi individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan dalam masyarakat (Ghufron, 2011:28-29) Jenis dan Aspek Kontrol Diri Averill (dalam Ghufron, 2011:29-31) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu kontrol perilaku ( behavior control), kontrol kognitif ( cognitive control), dan mengontrol keputusan (decesional control). a. Kontrol perilaku (Behavior control) Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respons yang dapat secara langsung memengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen, yaitu mengatur pelaksanaan ( regulated administration) dan kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability).kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan. Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal. Kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk

7 17 mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu di antara rangkaian stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya berakhir, dan membatasi intensitasnya. b. Kontrol kognitif (Kognitif control) Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi ( information gain) dan melakukan penilaian ( appraisal).dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. Melakukan penilaian berarti individu berusaha menilai dan menafsirkan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara memerhatikan segi-segi positif secara subjek. c. Mengontrol keputusan (Decesional control) Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu

8 18 yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih berbagai kemungkinan tindakan. Menurut Block dan Block (dalam Ghufron, 2011:31) ada tiga jenis kualitas kontrol diri, yaitu over control, under control, dan appropriate control.over control merupakan kontrol diri yang dilakukan oleh individu secara berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi terhadap stimulus.under control merupakan suatu kecenderungan individu untuk melepaskan impulsivitas dengan bebas tanpa perhitungan yang masak.sementara appropriate control merupakan kontrol individu dalam upaya mengendalikan impuls secara tepat. Hampir senada dengan aspek di atas Smet (dalam Jekasi, 2016: 17-18) mengungkapkan beberapa aspek yang terdapat dalam kontrol diri seseorang, yaitu: a. Aspek kontrol perilaku (behavioral control) Kemampuan mengontrol perilaku merupakan kesiapan atau terjadinya respon yang dapat secara langsung mempengruhi atau memodifikasi keadaan yang tidak menyenangkan.

9 19 b. Aspek kontrol stimulus (stimulus control) Kemampuan mengontrol stimulus ialah kemampuan untuk menggunakan proses dan strategi yang sudak dipikirkan untuk mengubah pengaruh stressor. c. Aspek kontrol peristiwa (informational control) Kemampuan untuk mendapatkan informasi mengenai kejadian yang tidak dikehendaki, alas an peristiwa tersebut terjadi, perkiraan peristiwa selanjutnya yang akan terjadi, konsekuensi yang akan diterima terkait dengan kejadian tersebut. d. Aspek kontrol retrospektif (retrospection control) Kemampuan menilai peristiwa dari segi positif adalah keyakinan tentang apa dan siapa yang akan menyebabkan peristiwa yang penuh dengan stress setelah hal itu terjadi, kemampuan individu untuk mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai atau menggabungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis untuk mengurangi tekanan. e. Aspek kontrol keputusan (decision control) Kemampuan mengambil keputusan adalah kemampuan individu untuk memilih hasil atau tindakan berdasarkan keyakinannya. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memilih aspek dari Averiil karena terdapat persamaan, dan aspek tersebut menjelaskan bahwa kontrol diri digunakan untuk kemampuan dalam kontrol

10 20 perilaku, kontrol kognitif, dan mengontrol keputusan.namun Averiil menjadikan kontrol peristiwa dan kontrol retrospektif ke dalam kontrol kognitif Faktor-faktor Yang Memengaruhi Kontrol Diri Ghufron (2011:32) menyatakan bahwa secara umum faktor - faktor yang memengaruhi kontrol diri terdiri dari dua, yaitu : a. Faktor Internal Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrol diri orang itu. b. Faktor Eksternal Faktor eksternal diantaranya adalah lingkungan keluarga.lingkungan keluarga terutama orang tua menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Bila orang tua menerapkan sikap disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini, dan orang tua tetap konsisten terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang sudah ditetapkan, maka sikap kekonsistensian ini akan diinternalisasikan oleh anak. Dan kemudian akan menjadi kontrol diri baginya Fungsi Kontrol Diri Menurut Messina (dalam Jekasi, 2016: 20-22) menyatakan bahwa kontrol diri memiliki beberapa fungsi yaitu:

11 21 a. Membatasi perhatian individu kepada orang lain Membatasi perhatian individu kepada orang lain maksudnya adalah bahwa dengan adanya kontrol diri, individu akan memberikan perhatiannya pada kebutuhan pribadinya pula, yakni tidak hanya berfokus pada kebutuhan, kepentingan, atau keinginan orang lain di lingkungannya. Perhatian yang terlalu banyak pada kebutuhan, kepentingan atau keinginan orang lain cenderung akan menyebabkan individu mengabaikan bahkan melupakan kebutuhan pribadinya. b. Membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain dan lingkungan Maksudnya adalah bahwa dengan adanya kontrol diri, individu akan membatasi ruang bagi aspirasi dirinya dan memberikan ruang bagi aspirasi orang lain supaya dapat terakomodasi secara bersama-sama. Individu akan membatasi keinginannya atas keinginan orang lain, memberikan kesempatan pada orang lain untuk berada dalam ruang aspirasinya masing-masing, bahkan menerima aspirasi orang lain tersebut secara penuh. c. Membatasi individu untuk bertingkah laku negatif Individu yang memiliki kontrol diri akan terhindar dari berbagai tingkah laku negatif. Kontrol diri memiliki arti sebagai kemampuan individu untuk menahan dorongan atau keinginan

12 22 untuk bertingkah laku negatif yang tidak sesuai dengan norma social. d. Membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang Pemenuhan kebutuhan hidup menjadi dorongan bagi setiap individu dalam bertingkah laku. Individu ynag memiliki kontrol diri yang baik akan berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dalam takaran yang sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Dalam hal ini, kontrol diri membantu individu untuk menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan hidup seperti tidak memakan makanan secara berlebihan, dan melakukan kegiatan berbelanja secara berlebihan melampaui batas kemampuan keuangan. Sedangkan Surya (dalam Jekasi: 2016:22)menyatakan bahwa fungsi self control adalah mengatur kekuatan doronganyang menjadi inti tingkat kesanggupan, keinginan, keyakinan, keberanian dan emosi yang ada dalam diri seseorang. Self control sangat diperlukan agar seseorang tidak terlibat dalam pelanggaran norma keluarga, sekolah dan masyarakat.berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa fungsi kontrol diri yaitu membatasi perhatian individu kepada orang lain, membatasi keinginan individu untuk mengendalikan orang lain dan lingkungan, membatasi individu

13 23 untuk bertingkah laku negatif, serta membantu individu untuk memenuhi kebutuhan hidup secara seimbang Konformitas Pengertian konformitas Dalam kamus lengkap Psikologi conformity (konformitas) diartikan sebagai kecendrungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Ciri pembawaan kepribadian yang cendrung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya (Chaplin, 2009:105). Konformitas adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilakuperilaku tertentu pada anggota kelompok (Fitriyani, 2013: 59). Konformitas terjadi apabila individu mengadopsi sikap atau perilaku orang lain karena merasa didesak oleh orang lain. Desakan untuk konform pada kawan-kawan sebaya cenderung sangat kuat selama masa remaja. Keinginan dari remaja untuk selalu berada dan diterima oleh kelompoknya akan mengakibatkan remaja bersikap konformitas terhadap kelompoknya. Bila remaja sudah terikat dalam suatu kelompok pertemanan, biasanya remaja akan selalu mengikuti apa yang diinginkan dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh, remaja yang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin

14 24 melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan ingin mengikuti kelompoknya (Meilinda, 2013:11). Konformitas ( conformity) adalah perubahan dalam perilaku seseorang untuk menyelaraskan lebih dekat dengan standar kelompok.konformitas memiliki banyak bentuk dan mepengaruhi banyak aspek kehidupan seseorang. Meskipun konformitas memiliki beberapa konotasi yang tidak menyenangkan atau tidak menarik, ia tidaklah seluruhnya perilaku negatif. Menyelaraskan dengan aturan dan peraturan memungkinkan masyarakat berjalan dengan lancar.di Amerika serikat, konformitas terkadang dianggap negatif, karena sebagai budaya, orang Amerika menghargai keindividualan.namun tidak semua orang memandang konformitas seperti itu (King. 2014: 203). Konformitas tidak hanya sekedar bertindak sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang lain, tetapi juga berarti dipengaruhi oleh bagaimana mereka bertindak. Konformitas adalah bertindak atau berpikir secara berbeda dari tindakan dan pikiran yang biasa kita lakukan jika kita sendiri.oleh karena itu konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan agar selaras dengan orang lain (Myers, 2012:252). Santrock (2003:221) menyatakan bahwa konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain, dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Manusia

15 25 mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungan agar bias bertahan hidup. Cara yang termudah adalah melakukan tindakan yang sesuai dan diterima secara sosial. Melakukan tindakan yang sesuai dengan norma sosial dalam psikologi sosial dikenal sebagai konformitas. Konformitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial. Bagaimana cara manusia dapat mengikuti norma sosial, sebenarnya tidak terlepas dari adanya tekanan-tekanan untuk bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan aturan sosial (Sarwono. 2011: 106). Tekanan untuk melakukan konformitas berakar dari kenyataan bahwa diberbagai konteks ada aturan-aturan eksplisit ataupun tak terucap yang mengindikasikan bagaimana seharusnya atau sebaiknya bertingkah laku. Aturan-aturan ini dikenal sebagai norma social (social norms), dan aturan-aturan ini sering kali menimbulkan efek yang kuat pada tingkah laku seseorang. Dengan adanya tekanan yang kuat terhadap konformitas di berbagai keadaan social, sangatlah mengherankan jika kita mengetahui bahwa konformitas sebagai suatu proses social, hanya memperoleh perhatian yang relatif sedikit dibidang psikologi sosial hingga tahun 1950-an (Baron & Byrne. 2005:53-54). Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan seseorang sebagai akibat dari

16 26 tekanan-tekanan kelompok dan suatu jenis pengaruh sosial, dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada Macam-macam Konformitas Nail (dalam Myers. 2012: 253) mengemukakan ada tiga macam konformitas, yaitu: a. Pemenuhan (compliance) Konformitas yang termasuk pada beraksi dalam persetujuan dengan permintaan tersirat maupun tersurat sementara pribadi tidak setuju. Pada dasarnya di luar mengikuti apa yang dilakukan kelompok sementara di dalam tidak menyetujui. Seringkali perilaku kita dipengaruhi oleh permintaan langsung orang lain. Hal tersebut merupakan suaatu bentuk pengaruh sosial yang disebut dengan pemenuhan keinginan (Sarwono. 2011:112). b. Kepatuhan (obedience) Bertindak sesuai dengan perintah atau petunjuk langsung.jika pemenuhan kita adalah pada perintah yang tegas, itu dinamakan dengan kepatuhan ( obedience).selain dipenuhi oleh konformitas dan compliance, perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari juga diwarnai dengan kepatuhan (obedience).obedience merupakan salah satu jenis dari pengaruh sosial, dimana seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang

17 27 lain untuk melakukan tingkah laku tertentu karena adanya unsur power (Sarwono. 2011:116). Obedience adalah perilaku yang patuh pada perintah eksplisit individu yang ada pada posisi berkuasa.yaitu, kita taat ketika sosok berkuasa memerintahkan kita melakukan sesuatu, dan kita melakukannya (King. 2014:205). c. Penerimaan (acceptance) Konformitas yang melibatkan baik bertindak dan meyakini agar sesuai dengan tekanan sosial. Terkadang kita benar-benar meyakini pada apa yang telah dibujuk oleh kelompok untuk kita lakukan. Kita mungkin bergabung dengan jutaan orang lain untuk berolahraga karena kita telah diberikan informasi bahwa berolahraga dapat memberikan kesehatan dan kita menerimanya sebagai kebenaran. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa macammacam konformitas itu ada tiga, yaitu: pemenuhan ( compliance), kepatuhan (obedience), dan penerimaan (acceptance) Faktor-faktor Yang Menyebabkan Konformitas Pada dasarnya orang menyesuaikan diri karena dua alasan utama, yaitu perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat. Kedua menyesuaikan diri karena ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan. Sears, dkk, dalam bukunya

18 28 psikologisosial menyatakan bahwa orang melakukan konformitas atau menyesuaikan diri karena beberapa faktor, yaitu (Sears, 1985:80-82): a. Kurangnya informasi Orang lain merupakan sumber informasi yang penting. Sering kali orang lain mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh seseorang. Dengan melakukan apa yang dilakukan oleh orang lain, maka seseorang akan mendapatkan manfaat dari pengetahuan orang tersebut. Oleh sebab itu, tingkat konformitas yang berdasarkan pada informasi ditentukan oleh dua aspek situasi, yaitu sejauh mana mutu informasi yang dimiliki orang lain tentang apa yang benar, dan sejauh mana kepercayaan seseorang terhadap penilaian dirinya sendiri. b. Kepercayaan terhadap kelompok Dalam situasi konformitas, individu mempunyai suatu pandangan dan kemudian menyadari bahwa kelompoknya menganut pandangan yang bertentangan.individu ingin memberikan informasi yang tepat, oleh karena itu semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok. c. Kepercayaan yang lemah terhadap diri sendiri Sesuatu yang meningkatkan kepercayaan individu terhadap penilaiannya sendiri akan menurunkan konformitas. Salah satu

19 29 faktor yang mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri untuk menampilkan reaksi. d. Rasa takut terhadap celaan sosial Seseorang melakukan konformitas adalah demi memperoleh persetujuan atau menghindari celaan dari kelompok. Tetapi, sejumlah faktor akan menentukan bagaimana pengaruh persetujuan dan celaan ini terhadap tingkat konformitas individu. e. Rasa takut terhadap penyimpangan Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. Rasa takut akan dipandang sebagai orang yang menyimpang ini diperkuat oleh tanggapan kelompok terhadap perilaku menyimpang. Orang yang tidak mau mengikuti apa yang berlaku di dalam kelompok akan menanggung resiko mengalami akibat yang tidak menyenangkan Dasar Pembentuk Konformitas Menurut Morton Deutsch dan Harold Gerard orang melakukan konformitas karena beberapa alasan. Diantaranya adalah dua alasan penting, yaitu sebagai pengaruh informasional dan pengaruh normatif hal yang pertama muncul dari keinginan untuk menjadi benar, dan yang kedua muncul dari keinginan untuk disukai (Myers, 2012:285).

20 30 a. Pengaruh Informasi (informational influence) Keinginan untuk merasa benar, salah satu alassan konformitas adalah perilaku orang lain sering memberikan informasi yang bermanfaat. Ini disebut dengan informational influence (pengaruh informasi).tendensi untuk menyesuaikan diri berdasarkan pengaruh informasi ini bergantung pada dua aspek situasi, yaitu seberapa besar keyakinan kita pada kelompok dan seberapa yakinkah kita pada penilaian diri kita sendiri. Semakin besar kepercayaan kita pada informasi dan opini kelompok, semakin mungkin kita menyesuaikan diri dengan kelompok itu. Segala sesuatu yang meningkatkan kepercayaan kita pada kebenaran kelompok kemungkinan juga akan menaikan tingkat konformitas kita. Pengaruh informasi karenanya dapat dilihat sebagai proses rasional yang menyebabkan perilaku orang lain bisa mengubah keyakinan kita atau interpretasi kita atas situasi, dan konsekuensinya membuat kita bertindak sesuai dengan kelompok itu (Sears, Dkk. 2012: ). Pengaruh informasional mendorong seseorang untuk secara diam-diam menerima pengaruh orang lain. Konformitas terjadi ketika seseorang menerima bukti tentang kenyataan yang diberikan oleh orang lain (Myers. 2012: ). Pengaruh sosial informasional merujuk pada pengaruh orang lain pada seseorang karena ingin menjadi benar. Kelompok sosial

21 31 dapat memberikan informasi apa yang tidak seseorang ketahui, atau dapat membantu kita melihat hal-hal yang tidak kita lihat. Sebagai akibatnya, seseorang dapat menyelaraskan karena sepakat dengan kelompok. Kecendrungan untuk menyelaraskan berdasarkan pengaruh sosial informasional terutama tergantung pada dua factor: seberapa percaya diri seseorang dengan penilaian mandirinya dan seberapa banyak informasi yang mereka persepsikan dimiliki oleh kelompok (King. 2014:204) b. Pengaruh Normatif (normative influence) Keinginan agar disukai, seseorang sering ingin agar orang lain menerima dirinya, menyukainya, dan memperlakukannya dengan baik. Secara bersamaan, ingin menghindari penolakan, pelecehan, atau ejekan. Pengaruh normatif terjadi ketika seseorang mengubah perilakunya untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok atau standar kelompok agar diterima secara sosial (Sears, Dkk. 2012:259). Pengaruh normatif adalah sejalan dengan keramaian untuk menghindari penolakan untuk tetap berada dalam penilaian baik orang lain atau untuk mendapatkan penerimaan dari mereka. Konformitas berdasarkan pada keinginan seseorang untuk memenuhi harapan dari orang lain, sering kali untuk mendapatkan penerimaan dari orang tesebut (Myers. 2012: 285).

22 32 Pengaruh sosial normatif adalah pengaruh orang lain pada kita karena kita ingin mereka menyukai dan menerima kita. Dengan demikian, jika kelompok tertentu penting bagi kita, kita akan mengadopsi gaya berpakaian mereka yang ada di dalam kelompok atau menggunakan kata-kata gaul yang sama, dan kita mungkin mengasumsikan sekumpulan sikap tertentu yang menjadi ciri anggota kelompok (King, 2014:204). Menurut Baron dan Byrne (2003: 62-64). ada tiga dasar konformitas, yaitu: a. Pengaruh sosial normatif, yaitu keinginan untuk disukai dan rasa takut akan penolakan. Salah satu alasan penting melakukan konformitas adalah individu belajar dengan melakukannya bisa membantunya untuk mendapatkan persetujuan dan penerimaan yang didambakan. Sumber konformitas ini dikenal sebagai pengaruh sosial normatif, karena pengaruh sosial ini ini meliputi perubahan tinghkah laku untuk memenuhi harapan orang lain. Kecendrungan individu untuk melakukan konformitas terhadap norma sosial bersumber pada sebagian dari keinginan individu untuk disukai dan diterima oleh orang lain, sehingga dapat meningkatkan rasa takut individu akan penolakan oleh orang tersebut yang akan meningkatkan konformitasnya.

23 33 b. Pengaruh sosial informasional, yaitu keinginan untuk merasa benar. Pengaruh sosial informasional adalah pengaruh sosial yang didasarkan pada keinginan individu untuk menjadi benar, untuk memiliki persepsi yang tepat mengenai dunia sosial. c. Membenarkan Konformitas, yaitu konsekuensi kognitif dari mengikuti kelompok. Beberapa penelitian menyatakan bahwa keputusan untuk melakukan konformitas dapat diikuti oleh perubahan persepsi terhadap fakta, perubahan yang cenderung membenarkan konformitas. 2.3.Hubungan Kontrol Diri Dengan Konformitas Individu yang kontrol diri tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi. Individu akan cenderung mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial yang kemudian dapat mengatur kesan yang dibuat. Perilakunya lebih responsif terhadap petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat dan terbuka.chaplin (2006) berpendapat bahawa kontrol diri yaitu kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif (Haryani dan Herwanto, 2015: 7).

24 34 Kontrol diri menurut Borba (2009) merupakan kemampuan tubuh dan pikiran untuk melakukan apa yang mestinya dilakukan. Dalam hal ini kontrol diri membuat individu mampu mengambil pilihan yang tepat ketika menghadapi godaan, walaupun pada saat itu muncul pikiran dan ide buruk dikepalanya.gufron dan Risnawati (2012) menambahkan kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongandorongan dari dalam dirinya.berdasarkan hal tersebut bahwa individu dalam melakukan suatu tindakan sebaiknya sudah memiliki rencana terlebih dahulu, sehingga individu tersebut mampu mengontrol dirinya (Haryani dan Herwanto, 2015:7). Menurut Lazarus (dalam Jekasi, 2016:15) kontrol diri merupakan kemampuan individu mengambil keputusan melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun guna mencapai hasil dan tujuan yang diinginkan. Sedangkan menurut Roberts kontrol diri adalah suatu jalinan yang secara utuh atau terintegrasi antara individu dengan lingkungannya. Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi berusaha menemukan dan menerapkan cara yang tepat untuk berprilaku dalam situasi yang bervariasi. Kontrol diri mempengaruhi individu untuk mengubah perilakunya sesuai dengan situasi social sehingga dapat mengatur kesan yang lebih responsif terhadap petunjuk situasional, fleksibel, dan bersifat hangat serta terbuka. Perubahan dalam perilaku seseorang untuk menyelaraskan lebih dekat dengan standar kelompok disebut dengan konformitas.konformitas adalah

25 35 penyesuaian perilaku untuk menganut norma kelompok acuan, menerima ide atau aturan-aturan kelompok yang mengatur cara berperilaku. Konformitas dilihat sebagai kecenderungan membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya (Haryani dan Herwanto, 2015:7) Penelitian Yang Relevan Penelitian ini juga menggunakan tambahan literatur untuk bahan acuan dan memperkuat teori dan referensi dalam penelitian ini, selain dari referensi yang dipakai dari buku, artikel maupun internet, peneliti juga jurnal dan skripsi terdahulu. Hasil penelitian terdahulu yang menunjang penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh Indah Haryani dan Jhon Herwanto pada tahun 2015, dengan judul penelitian Konformitas dan Kontrol Diri Dengan Perilaku Konsumtif Terhadap Produk Kosmetik pada Mahasiswi.Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Artinya terdapat hubungan antara konformitas dan kontrol diri dengan perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada mahasiswi jurusan akuntansi program studi S1 UIN SUSKA Riau(Haryani & Herwanto, Jurnal Psikologi, Volume 11 Nomor 1, Juni 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Nur Fitriyani, Presetyo Budi Widodo, Nailul Fauziah pada tahun 2013, dengan judul penelitian Hubungan antara konformitas dengan Perilaku Konsuntif pada Mahasiswa di Genuk Indah Semarang. Hasil analisis uji hipotesis menunjukan terdapat hubungan signifikan antara konformitas dengan perilaku konsumtif (Fitriyani, Dkk, Jurnal Psikologi Undip Vol.12 No.1 April 2013).

26 36 Penelitian yang dilakukan oleh Endah Meilinda pada tahun 2013, dengan judul penelitian Hubungan antara penerimaan Diri dan Konformitas terhadap Intensi Merokok pada Remaja di SMK Istiqomah Muhammadiyah 4 Samarinda.Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari pengajuan hipotesis ketiga menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara penerimaan diri dan konformitas terhadap intensi merokok pada remaja (Meilinda, ejournal Psikologi, Volume 1, Nomor 1, 2013: 9-22). Penelitian yang dilakukan oleh Ayu Khairunnisa pada tahun 2013, dengan judul penelitian Hubungan Religiusitas dan Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja di MAN 1 Samarinda. Berdasarkan analisis hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di MAN 1 Samarinda (Khairunnisa, ejournal psikologi, Volume 1, Nomor 2, 2013: ). Selanjutnya Dawi Maryam pada tahun 2016, juga melakukan peneitian dengan judul Pengaruh Konformitas dan Kontrol Diri terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa UIN Maliki Malang Angkatan Tingkat signifikansi P-value 0,004 (p<0,05) menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara konformitas dan kontrol diri terhadap perilaku konsumtif. Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan, telah banyak penelitian tentang kontrol diri dan konformitas yang mengungkap factor internal maupun eksternal yang memengaruhinya.namun nampaknya belum ada penelitian yang secara langsung meneliti tentang hubungan kontrol diri

27 37 dengan konformitas. Oleh karena itu penelitian ini akan menguji hubungan antara kedua variabel tersebut Kerangka Konseptual Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas, maka dapat diungkapkan kerangka konseptual penelitian yang menggambarkan hubungan antara variabel bebas (kontrol diri) dan var iabel terikat (perilaku seksual) sebagai berikut: Mahasiswa UKM Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang Kontrol Diri (X) Konformitas (Y) 1. Kemampuan mengontrol perilaku 2. Kemampuan mengontrol kognitif 3. Kemampuan mengambil keputusan 1. Pengaruh sosial normatif 2. Pengaruh sosial informasiona Bagan 2.1. Kerangka Konseptual Berdasarkan bagan dari kerangka konseptual di atas maka dapat dijelaskan bahwa kontrol diri pada seseorang terdiri dari tiga aspek, yaitu: kemampuan mengontrol perilakunya, kemampuan mengontrol kognitifnya, dan kemampuan dalam mengambil keputusan. Sedangkan konformitas terdiri dari dua bentuk, yaitu: pengaruh sosial normatif dan pengaruh sosial informasional.

28 38 Kemudian, dari penjelasan bagan 2.1 di atas dapat dilihat bahwa konformitas yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku dalam kelompok, dan dapat memiliki kemampuan dalam mengontrol diri. Dengan demikian akan dapat diketahui bagaimana hubungan antara kontrol diri dengan konformitas pada mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ho : Tidak terdapat hubungan antara kontrol diri dengan konformitas. Ha : Terdapat hubungan antara kontrol diri dengan konformitas

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka

BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang sedang melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Menurut Hurlock, masa dewasa awal dimulai pada umur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

BAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605). BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri Kontrol diri adalah kemampuan untuk menekan atau untuk mencegah tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik Kata konsumtif mempunyai arti boros, makna kata konsumtif adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Bab IV mendeskripsikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian. Baik dengan rumusan masalah penelitian, secara berurutan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela

BAB II KAJIAN TEORI. dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara suka rela BAB II KAJIAN TEORI A. Disiplin Berlalu Lintas 1. Pengertian Disiplin Berlalu Lintas Menurut Hurlock (2005), disiplin berasal dari kata yang sama dengan disciple yaitu individu yang belajar dari atau secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini, akan dijelaskan beberapa hal mengenai definisi kontrol diri, aspek kontrol diri, faktor yang mempengaruhi kontrol diri, definisi perilaku konsumtif, faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelecehan Seksual 1. Pengertian Pelecehan Seksual Menurut Winarsunu (2008), pelecehan seksual adalah segala macam bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep belanja ialah suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkankan sejumlah uang sebagai pengganti barang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa atau 60 %. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Diri Responden Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, terdiri atas responden siswa laki-laki dan perempuan. Responden siswa laki-laki sebanyak 37 siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Definisi Perilaku Konsumtif Perilaku konsumtif adalah sebagai bagian dari aktivitas atau kegiatan mengkonsumsi suatu barang dan jasa yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Lalu lintas didalam undang-undang no 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Lalu lintas didalam undang-undang no 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Disiplin Lalu Lintas 1. Pengertian Lalu Lintas Lalu lintas didalam undang-undang no 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice)

BAB II LANDASAN TEORI. potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) BAB II LANDASAN TEORI A. MOTIVASI BELAJAR 1. Definisi Motivasi Belajar Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN INTENSITAS PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA Nia Devi Anggreini, Erik Saut H Hutahaean, Diah Himawati Fakultas Psikologi, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA Kemandirian dalam pengambilan keputusan Pengertian kemandirian dalam pengambilan keputusan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Kemandirian dalam pengambilan keputusan Pengertian kemandirian dalam pengambilan keputusan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian dalam pengambilan keputusan 2.1.1. Pengertian kemandirian dalam pengambilan keputusan Kemandirian menurut Elkind dan Weiner (Nuryoto, 1993) mencakup pengertian kebebasan

Lebih terperinci

KONTROL DIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 KUTASARI, PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

KONTROL DIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 KUTASARI, PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 KONTROL DIRI PADA PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 2 KUTASARI, PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SELF-CONTROL IN STUDENTS IN SMP STATE 2 KUTASARI, PURBALINGGA LESSONS YEAR 2012/2013 Oleh : Destri Fajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai 19 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PROKRASTINASI 1. Pengertian Prokrastinasi Hampir setiap individu melakukan prokrastinasi walaupun mungkin hanya kadang kadang (Sapadin & Maguire, 1996:4). Prokrastinasi sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrol Diri 1. Definisi Kontrol Diri Kontrol diri mengacu pada kapasitas untuk mengubah respon diri sendiri, terutama untuk membawa diri mereka kepada standar yang sudah ditetapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kedisiplinan Siswa 2.1.1. Pengertian Disiplin Disiplin merupakan kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara historis, kecanduan telah didefinisikan semata-mata untuk suatu hal

BAB II LANDASAN TEORI. Secara historis, kecanduan telah didefinisikan semata-mata untuk suatu hal BAB II LANDASAN TEORI A. KECANDUAN BLACKBERRY SERVICE 1. Definisi Kecanduan Secara historis, kecanduan telah didefinisikan semata-mata untuk suatu hal yang berkenaan dengan zat adiktif (misalnya alkohol,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimiliki oleh orang lain mengenai individu tersebut. Self Perception (persepsi diri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dimiliki oleh orang lain mengenai individu tersebut. Self Perception (persepsi diri BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Definisi Konsep Diri Konsep diri merupakan penjabaran mengenai diri secara keseluruhan sebagai suatu gambaran bagi orang lain untuk melihat adakah perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa dimana perasaan remaja lebih peka, sehingga menimbulkan jiwa yang sensitif dan peka terhadap diri dan lingkungannya. Remaja menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA PSIKOLOGI SOSIAL Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Pengantar Manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak berkembang dengan sendiri. Kita tidak memiliki tempurung pelingdung, dan bulu apa yang kita miliki

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Self-control dibutuhkan agar individu dapat membimbing, mengarahkan dan mengatur segi-segi perilakunya yang pada akhirnya mengarah kepada konsekuensi positif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. mendefenisikan kontrol diri (self-control) sebagai pengaturan prosesproses

BAB II LANDASAN TEORITIS. mendefenisikan kontrol diri (self-control) sebagai pengaturan prosesproses 11 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri Calhoun dan Acocella dalam M. Nur Ghufron & Rini Risnawati S, mendefenisikan kontrol diri (self-control) sebagai pengaturan prosesproses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. literatur untuk mendeskripsikan kepatuhan pasien diantaranya compliance,

BAB II KAJIAN TEORI. literatur untuk mendeskripsikan kepatuhan pasien diantaranya compliance, BAB II KAJIAN TEORI A. Kepatuhan 1. Pengertian Ada beberapa macam terminologi yang biasa digunakan dalam literatur untuk mendeskripsikan kepatuhan pasien diantaranya compliance, adherence, dan persistence.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepatuhan Terhadap Norma Sosial. Kepatuhan didefinisikan oleh Chaplin (1989: 99) sebagai pemenuhan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepatuhan Terhadap Norma Sosial. Kepatuhan didefinisikan oleh Chaplin (1989: 99) sebagai pemenuhan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Terhadap Norma Sosial 1. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan didefinisikan oleh Chaplin (1989: 99) sebagai pemenuhan, mengalah tunduk dengan kerelaan; rela memberi, menyerah,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan teknologi membuat individu selalu mengalami perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan individu berada dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. pendidikan agama Islam dalam meningkatkan pengendalian diri peserta didik di

BAB IV ANALISIS. pendidikan agama Islam dalam meningkatkan pengendalian diri peserta didik di BAB IV ANALISIS Setelah penulis mengumpulkan data di lapangan tentang upaya guru pendidikan agama Islam dalam meningkatkan pengendalian diri peserta didik di SMP Negeri 02 Tulis dengan berbagai metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memiliki suatu kebutuhan yang berbeda-beda. Tiap orang juga mempunyai cara sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada orang memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Mengenai Self Control pada Remaja Mengenai Kedisiplinan di Panti Asuhan X

Studi Deskriptif Mengenai Self Control pada Remaja Mengenai Kedisiplinan di Panti Asuhan X Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Self Control pada Remaja Mengenai Kedisiplinan di Panti Asuhan X 1 Rizkia Alamanda Nasution, 2 Temi Damayanti 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. konsekuensi bahaya atas tindakan yang dilakukan. Individu yang memiliki kontrol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. konsekuensi bahaya atas tindakan yang dilakukan. Individu yang memiliki kontrol BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kontrol diri merupakan hal yang penting bagi setiap individu, termasuk dan terutama bagi individu yang sedang menjalani proses rehabilitasi narkoba. Kontrol diri menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah suatu tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Schiffman & Kanuk (2004), konsumen yang melakukan pembelian dipengaruhi motif emosional seperti hal-hal yang bersifat

Lebih terperinci

PROFIL KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR. Oleh: Resci Nova Linda*)

PROFIL KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR. Oleh: Resci Nova Linda*) PROFIL KONTROL DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR Oleh: Resci Nova Linda*) Fitria Kasih**) Rahma Wira Nita**) *Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, perlindungan anak termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah mahasiswa di Indonesia cenderung meningkat. Latief (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan dan menyenangkan. Pengalaman baru yang unik serta menarik banyak sekali dilalui pada masa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peraturan sekolah dibuat agar siswa dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era moderen seperti ini seseorang sangatlah mudah untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap individu yang diperoleh selama masa perkembangan. Kemandirian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa perkembangan dimana manusia berada pada rentan umur 12 hingga 21 tahun. Masa transisi dari kanak-kanak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MENGGUNAKAN HANDPHONE DENGAN KONTROL DIRI SISWA MTs SUNAN KALIJOGO KARANG BESUKI MALANG. Dina Nadifa Andriani

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MENGGUNAKAN HANDPHONE DENGAN KONTROL DIRI SISWA MTs SUNAN KALIJOGO KARANG BESUKI MALANG. Dina Nadifa Andriani HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MENGGUNAKAN HANDPHONE DENGAN KONTROL DIRI SISWA MTs SUNAN KALIJOGO KARANG BESUKI MALANG Dina Nadifa Andriani 10410105 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswi merupakan bagian dari masa remaja. Remaja yang di dalam bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene (kata bendanya, adolescentia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak

Lebih terperinci

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan

0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan 90 0.01 sebaran tidak normal. Tehnik uji yang digunakan adalah uji z dari Kolmogorov-Smirnov. b) Uji Linieritas hubungan. Uji ini untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada posisi yang berkuasa cukup mengatakan atau memerintahkan orang

BAB II KAJIAN TEORI. pada posisi yang berkuasa cukup mengatakan atau memerintahkan orang BAB II KAJIAN TEORI A. Kepatuhan Tata Tertib 1. Definisi Kepatuhan Tata Tertib Menurut Baron (2003), kepatuhan adalah bentuk pengaruh sosial dimana satu orang memerintahkan seseorang atau lebih untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai wadah dari mahasiswa untuk menyalurkan bakat dibidang olahraga. Mahasiswa juga dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gilang Ginanjar H, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gilang Ginanjar H, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Renang merupakan salah satu cabang olahraga aquatik yang menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Barat. Menurut Orr dan Tyer (2008:9) yang dialih bahasakan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling yang dahulu dikenal dengan nama Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah sistem pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

Achmad Fariz Chariri Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Achmad Fariz Chariri Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP PERILAKU SEKSUALITAS MAHASISWA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN ADMINITRASI BISNIS ANGKATAN 2011 SURABAYA I. Latar Belakang Achmad Fariz

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis, psikologis, dan sosiologis. Remaja mengalami kebingungan sehingga berusaha mencari tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konformitas teman sebaya pada remaja yang masih bersekolah dapat berbentuk positif atau negatif. Konformitas menurut Brehm dan Kassin (dalam Sarwana, 2009) adalah kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pemerintah berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang kedepan diharapkan muncul

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumtif 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumtif Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), tidak saja badan atau ucapan. Kata konsumtif

Lebih terperinci

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab melalui pendidikan diharapkan dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN Pengujian terhadap hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi Product Moment untuk mencari hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku agresif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bersama-sama berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama pula. mengatur dan membina serta menyelenggarakan program-program yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bersama-sama berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama pula. mengatur dan membina serta menyelenggarakan program-program yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sengaja diciptakan oleh pemerintah dan masyarakat sebagai media pendidikan bagi generasi muda, khususnya memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah-ubah dan mempunyai nilai yang berbeda-beda ( Turmudi, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang berpegang pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau tingkah laku serta keadaan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi, terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Emosi remaja sering

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Dalam teori Averil (1973) dijelaskan secara terperinci jenis-jenis self

BAB II LANDASAN TEORITIS. Dalam teori Averil (1973) dijelaskan secara terperinci jenis-jenis self BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Alasan Pemilihan Teori Dalam teori Averil (1973) dijelaskan secara terperinci jenis-jenis self control dan proses psikologis dari self control (behavior control, cognitive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak kandungan zat berbahaya di dalam rokok. Bahaya penyakit akibat rokok juga sudah tercantum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa yang penuh dengan dinamika. Dikatakan demikian karena memang masa remaja adalah masa yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

KONFORMITAS. Konformitas dan Norma SoSial. Konformitas dan Penelitian Solomon Asch. Pengaruh Sosial dan Kontrol Pribadi (bag 1) Halaman 1

KONFORMITAS. Konformitas dan Norma SoSial. Konformitas dan Penelitian Solomon Asch. Pengaruh Sosial dan Kontrol Pribadi (bag 1) Halaman 1 1 KONFORMITAS dan Norma SoSial adalah Suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. dan Norma Sosial Tekanan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Dalam kamus tthe world book encyclopedia (dalam Widowaty,2008)

BAB II TINJAUAN TEORI. Dalam kamus tthe world book encyclopedia (dalam Widowaty,2008) BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Perilaku Merokok 2.1.1. Definisi Perilaku Merokok Dalam kamus tthe world book encyclopedia (dalam Widowaty,2008) smoking adalah the drawing of tobaco smoke from a cigarette,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kontrol Diri (Self-Control) A.1. Definisi Kontrol Diri (Self-Control) Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Hurlock (2004: 206) menyatakan bahwa Secara psikologis masa remaja adalah

Lebih terperinci

KURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM

KURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM KURANGNYA KONTROL DIRI SISWA DI LINGKUNGAN SMK NEGERI 2 BATAM Junierissa Marpaung Dosen Tetap FKIP Prodi Bimbingan Konseling Universitas Riau Kepulauan Batam Abstrak Berbagai permasalahan yang sering muncul

Lebih terperinci