BAB II KAJIAN PUSTAKA Kemandirian dalam pengambilan keputusan Pengertian kemandirian dalam pengambilan keputusan
|
|
- Yohanes Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian dalam pengambilan keputusan Pengertian kemandirian dalam pengambilan keputusan Kemandirian menurut Elkind dan Weiner (Nuryoto, 1993) mencakup pengertian kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada orang lain, tidak terpengaruh lingkungan dan bebas mengatur kebutuhan sendiri. Pendapat yag senada dari Monks dkk, (1992) mengatakan bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Seseorang yang mandiri akan menunjukan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya diri dan kreatif dalam memecahkan maslah. Kemandirian menurut Bathia (Nashori, 1999) adalah perilaku yang aktivitasnya diarahkan kepada diri sendiri tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain dan mencoba untuk memecahkan dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain Salah satu bentuk kemandirian adalah mandiri dalam pengambilan keputusan. Setiap saat orang melakukan pengambilan keputusan yang mempengaruhi hidupnya maupun hidup orang lain. Atmosudirjo (1986) mengatakan bahwa mengambil atau membuat keputusan berati melakukan pemilihan dari berbagai kemungkinan atau alternatif-alternatif pemecahan masalah yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2 Menurtut Supranto (1998) mengambil atau membuat keputusan berati memilih satu dari sekian banyak alternatif (minimal 2 alternatif). Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan atau persoalan, dimana setiap keputusn yang dibuat pasti mengandung tujuan yang akan dicapai. Inti dari pengambilan keputusan terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan hal yang diperhatikan dan dalam pemilihan alternatif yang tepat setelah menilai efektifitas dan mencapai tujuan yang dikehendaki pengambilan keputusan (decision maker). Moesono (2001) mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses pilihan alternatif tindakan seseorang dalam cara yang adekuat dan efisien dalam situsi tertentu. Kartono (2002) mengemukakan bahwa dalam pengambilan keputusan, tercakup kemahiran menyeleksi dan menentukan keputusan yang paling tepat dari sekian banyak alternatif.merupakan tugas yang cukup berat, karena dibebani tanggung jawab etis untuk memutuskan suatu ketentuan di tengah peristiwa-peristiwa yang majemuk atau bervariasi, tidak pasti, belum dikenal dan sering muncul dengan tiba-tiba.
3 Aspek-Aspek kemandirian dalam pengambilan keputusan Menurut Marsun dkk (1986) aspek-aspek dalam kemandirian adalah sebagai berikut: a. Kebebasan Kebebasan merupakan keadaan yang lepas, tidak terhalang, tidak terganggu, tidak terikat atau terbatas pada aturan-aturan tertentu, merdeka dalam arti tidak diperintah atau diatur oleh pihak lain, dan jauh dari rasa takut, sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat dengan leluasa, dapat bertindak sesuai keinginan atau kehendak sendiri serta tidak tergantung pada orang lain tetapi tetap penuh tanggung jawab (Tim Penyusunan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002). b. Keuletan Keuletan dapat diartikan sebagai suatu kekuatan yang dimiliki oleh individu dimana yang bersangkutan memiliki sifat tidak mudah putus asa yang disertai dengan kemauan yang keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-cita (Tim Penyusun Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002).Aspek ini ditandai dengan adanya usaha dalam pencapaian suatu prestasi dengan penuh perncanaan, ketekunan dan tanggungjawab dalam meraih tujuan. c. Inisiatif Inisiatif adalah tindakan individu dalam memulai serangkaian kejadian dan kemampuan untuk mengambil langkah atau tindakan
4 yang mandiri (Dreve, 1986). Aspek ini tampak dalam kemampuan untuk berfikir dan bertindak secara original, kreatif, penuh inisiatif, sistematis dan bersifat eksploratif. d. Pengendalian diri Pengendalian diri ditunjakan dengan adanya perasaan mampu untuk mengatasi masalah yang dihadapi, kemampuan mengendalikan tindakannya atau memiliki kontrol diri yaitu kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri, mampu untuk menekan atau merintangi sumber-sumber atau tingkah laku yang emosional serta mempengaruhi lingkungan atas usahanya sendiri (Chaplin, 1999) e. Kemantapan diri Budiharjo (1991) mengemukakan bahwa kemantapan diri merupakan suatu kejujuraan perilaku individu yang bersangkutan.kemantapan diri ditunjukan dengan adanya rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri, mampu mengenal dirinya, menerima dirinya dan memperoleh kepuasan dari usahanya Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian dalam pengambilan keputusan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Gunarsa (1993) yaitu: a. Faktor dari dalam, berupa kemampuan kognitif atau intelegensi, emosi, kesanggupan dan minat.
5 b. Faktor dari luar, berupa desakan serta gambaran dari orang tua, teman, bacaan-bacaan tentang pengalaman dengan orang lain dan pengalaman pendidikan yang diperoleh. Menurut Basri (1996) terdapat faktor yang mempengaruhi kemandirian yaitu : a. Faktor Internal Meliputi semua hal yang bersumber dari dalam diri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya yang sejak dengan segala kelengkapanya melekat pada tubuhnya. b. Faktor Eksternal Meliputi semua hal yang bersumber dari luar diri atau yang sering disebut faktor lingkungan.dalam hal ini, yang sering mempengaruhi individu adalah orang tua, teman sebaya, lingkungan sosial, serta pengalaman yang diperoleh individu sebelum berinteraksi dengan lingkungannya Konformitas Definisi konformitas Menurut Cialdini dan Goldstein ( dalam taylor, Peplau& Sears,2006) Konformita sadalah: the tendency to change one beliefs or behaviours to match the behavior of others
6 Definisi tersebut mengatakan bahwa konformitas adalah kecenderungan seseorang untuk mengubah tingkahlaku atau kepercayaan agar sesuai dengan tingkahlaku orang lain. Definisi tersebut sejalan dengan definisi menurut Baron dan Byrne (2003) yang menyatakan bahwa konformitas adalah suatu jenis pengaruh social dimana individu mengubah sikap dan tingkahlaku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. berbeda, yaitu: Sedangkan Myers (1996) memiliki definisi yang sedikit A change in behavior or belief as a result of real or imagined group pressure (p.233). Konformitas diartikan sebagai perubahan tingkahlaku atau keyakinan individu sesuai dengan kelompoknya yang merupakan hasil dari tekanan yang nyata atau tidak nyata dari kelompok. Adanya tekanan tersebut dinyatakan oleh Middlebrook (1980). conformity pressure is the pressure to modify what you are say or do to make it correspond with what others say and do Definisi diatas menyatakan tekanan untuk conform adalah tekanan untuk memodifikasi apa yang dikatakan atau dilakukan untuk membuatnya sama dengan yang dikatakan atau dilakukan orang lain.
7 2.2.2 Jenis Konformitas Menurut Myers (2005) konformitas dibagi atas dua jenis yaitu: compliance dan acceptance. 1. Compliance Konformitas compliance adalah bentuk konformitas dimana individu bertingkah laku sesuai dengan tekanan yang diberikan oleh kelompok sementara secara pribadi tidak menyetujui perilaku tersebut. Hal ini karena adanya pengaruh sosial normatif (normative social influence) yang didasarkan pada keinginan individu untuk diterima atau disukai orang lain (Baron,2005). 2. Acceptance Konformitas acceptance adalah suatu bentuk konformitas dimana tingkahlaku maupu keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterima. Konformitas bentuk acceptance terjadi karena adanya pengaruh sosial informasional (informational social influence) didasarkan pada keinginan individu untuk memiliki persepsi yang tepat mengenai dunia sosial (Baron,2005). Individu melakukan konformitas dikarenakan mereka berfikir bahwa orang lain dalam kelompok memiliki lebih banyak informasi yang tidak diketahuinya menurut (Feldman:1985). Sementara Shaw (dalam
8 Feldman:1985) menyatakan konformitas akan meningkat jika seseorang berada dalam situasi yang membingungkan Faktor-faktor Terbentuknya Konformitas Ada beberapa pendapat terbentuknya konformitas, diantaranya: menurut Searst, dkk dalam Rofi ah (2006) faktor-faktor terbentuknya konformitas compliance, diantaranya : 1. Rasa takut terhadap penyimpangan Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang merupakan faktor dasar hampir dalam semua situasi sosial. Individu ingin agar kelompok tempat individu berada menyukainya, menerimanya, dan memperlakukan kita dengan baik.individu cenderung menyesuaikan diri dengan kelompoknya untuk menghindari perselisihan paham. Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang. Individu yang tidak maumeng ikuti apa yang berlaku didalam kelompok akan menanggung resiko mengalami akibat yang tidak menyenangkan seperti ditolak oleh kelompok atau dikucilkan atau ditolak oleh kelompok. 2. Kekompakan kelompok. Konformitas juga dipengaruhi oleh eratnya hubungan antara individu dengan kelompoknya. Yang dimaksud dengan kekompakan itu sendiri adalah jumlah total kekuatan yang
9 menyebabkan orang tertarik pada suatu kelompok dan yang membuat mereka ingin tetap menjadi anggotanya. Kekompakan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi. Jika seseorang merasa dekat dengan anggota kelompok yang lain, akan semakin menyenangkan bagi kelompok untuk mengakuinya dan semakin menyakitkan bila kelompok mencelanya. Konformitas akan semakin meningkat ketika melakukan sesuatu yang berharga. Peningkatkan konformitas ini terjadi karena anggotanya tidak ingin disebut sebagai orang yang menyimpang.seperti yang telah dijelaskan diatas, karena penyimpangan menimbulkan penolakan dari kelompok. 3. Kesepakatan kelompok Faktor yang sangat penting terjadinya konformitas adalah kesepakatan pendapat kelompok. Individu yang dihadapkan pada keputusan kelompok yang sudah bulatakan mendapatkan tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. Morris & Miller dalam Sears, dkk:1985) menunjukkan bahwa saat terjadinya perbedaan pendapat bisa menimbulkan perbedaan.sehingga akan tampak adanya penurunan tingkat konformitas. Penurunan konformitas yang drastis karena hancurnya kesepakatan yang disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
10 :pertama, tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat, meskipun orang yang berbeda pendapat itu kurang ahli bila dibandingkan dengan anggota lain. Kedua, bila anggota kelompok yang lain mempunyai pendapat yang sama, keyakin an individu terhadap pendapatnya sendiri akan semakin kuat akan menurunkan konformitas. 4. Ukuran kelompok Beberapa eksperimen menunjukkan bahwa konformitas akan meningkat bila ukuran mayoritas yang sependapat juga meningkat. Didalam eksperimen yang dilakukan oleh Asch pada tahun 1951 ( dalam Sears,dkk:1985) disimpulkan bahwa untuk menghasilkan tingkat konformitas yang paling tinggi, ukuran kelompok yang paling optimal adalah tiga atau empat orang. Pernyataan ini juga didukung oleh beberapa ahli (dalam Feldman:1985) yang menyatakan bahwa tekanan untuk melakukan konformitas pada kelompok meningkat pada saat kelompok terdiri dari tiga atau empat orang. Menurut Sears, Fredmen dan Peplau (1985) faktor-faktor terbentuknya konformitas acceptance diantaranya : 1. Kepercayaan terhadap kelompok Faktor utama kepercayaan terhadap kelompok adalah individu percaya kepada informasi yang diberikan oleh kelompoknya. Oleh
11 karena itu, semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar semakin besar sebagai sumber informasi yang benar semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan diriterhadap kelompok.salah satu factor penentu kepercayaan terhadap kelompok adalah tingkat keahlian anggotanya. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat keahlian kelompok dalam hubungannya dengan individu, semakin tinggi tingkat kepercayaanya dan penghargaan individu terhdap pendapat mereka. 2. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi rasa percaya diri dan tingkat konformitas adalah tingkat keyakinan orang tersebut pada kemampuanya sendiri untuk menampilkan suatu reaksi.salah satu faktor yang mempengaruhi keyakinan individu terhadap kemampuanya adalah tingkat kesulitan penilaian yang dibuat. Semakin sulit penilaian tersebut, semakin rendah rasa percayadiri yang dimiliki individu dan semakin besar kemungkinan bahwa dia akan mengikuti penilaian orang lain Alasan Melakukan Konformitas Ketika individu conform terhadap suatu hal, para psikologi sepakat mengatakan bahwa ada dua alasan yang menyebabkan individu konform terhadap suatu hal, yaitu:
12 1. Pengaruh sosial normatif Pengaruh sosial yang bersifat normatif menekan individu untuk konform agar terhindar dari hukuman, mendapatkan penerimaan kelompok, atau terhindar dari rasa malu karena berbeda dari yang lainya. Menurut Baron & Byrne (2003), yang mendasari konformitas ini adalah keinginan untuk disukai, rasa takut akan penolakan dan penyimpangan. 2. Pengaruh sosial informatif Pengaruh sosial yang bersifat informatif terjadi saat kita bergantung pada orang lain untuk informasi yang berhubungan dengan realita, sehingga kita conform terhadap pendapat mayoritas karena menurut kita pendapat atau penilaian mayoritas tersebut benar. Hal yang mendasari konformitas ini adalah keinginan untuk merasa benar. Menurut Taylor, Peplau, dan Sears (2006), kecenderungan untuk melakukan konformitas berdasarkan pengaruh sosial informatif tergantung pada dua aspek, yaitu seberapa besar kepercayaan individu terhadap informasi yang dimiliki kelompok dan seberapa besar kepercayaan dari individu terhadap keputusannya sendiri Alasantidak melakukan konformitas Menurut Baron & Byrne (2003) ada dua alas an mengapa seseorang memilih untuk conform pada suatu hal, yaitu :
13 1. KebutuhanakanIndividu Setiap individu memiliki kebutuhan untuk mempertahankan individualitasnya, keinginan untutk memiliki jati diri sehingga dapat dibedakan oleh orang lain dalam beberapa hal. Dengan mengikuti suatu kehilangan jati dirinya sendiri. Penelitian menemukan bahwa individu dengan tingkat individualis yang tinggi (high-individuation) cenderung tidak mengikuti pandangan mayoritas (Sears, Peplau& Taylor, 1991). 2. Kebutuhan untuk mempertahankan kontrol atas hidup Sebagian besar orang memiliki kebutuhan untuk mempertahankan control terhadap hal-hal yang terjadi dalam hidupnya. Dengan mengikuti suatu kelompok, yang sebenernya tidak sesuai dengan dirinya sendiri secara tidak langsung menghambat kebebasan diri dan kontrol pribadi pada individu. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin kuat kebutuhan individu akan kontrol pribadi maka semakin rendah kecenderungan mereka untuk konform terhadap tekanan sosial Pemilih Pemula Definisi Pemilih Pemula Pemilih pemula adalah warga negara Indonesia yang pada hari pemilihan atau pemungutan suara adalah warga negara Indonesia yang sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih, atau sudah/pernah kawin yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih
14 karena ketentuan Undang-undang pemilu. Perilaku pemilih umumnya didasarkan atas sikap atau image dari masing-masing kandidat yang akan dipilih (menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 10 Tahun 2008 Pasal 19 dan 20 Bab IV) Karakteristik Pemilih Pemula Pemilih pemula memiliki karakteristik yaitu : belum pernah memilih, belum memiliki pengalaman, memiliki antusias yang tinggi, kurang rasional, memiliki gejolak dan semangat, apabila tidak dikendalikan akan memiliki efek penyebab konflik, menjadi sasaran setiap pemilu, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (Roni, 2013). 2.4.Hipotesis Ha : Ada hubungan yang signifikan antara hubungan konformitas dengan kemandirian pengambilan keputusan pada pemilih pemula dalam pemilihan umum legislatif Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara hubungan konformitas dengan kemandirian pengambilan keputusan pada pemilih pemula dalam pemilihan umum legislatif Kerangka Pemikiran Konformitas Kemandirian pengambilan keputusan
BAB II TINJAUAN TEORI. Dalam kamus tthe world book encyclopedia (dalam Widowaty,2008)
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Perilaku Merokok 2.1.1. Definisi Perilaku Merokok Dalam kamus tthe world book encyclopedia (dalam Widowaty,2008) smoking adalah the drawing of tobaco smoke from a cigarette,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan. harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Pengertian Self-Esteem Istilah self-esteem yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan harga diri, coba dijabarkan oleh beberapa tokoh kedalam suatu pengertian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia
10 2. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu merokok, stereotipi perokok, konformitas dan kaitannya dengan remaja
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap individu yang diperoleh selama masa perkembangan. Kemandirian seseorang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Locus Of Control 2.1.1. Pengertian Locus Of Control Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali dikemukakan oleh Rotter (1966), seorang ahli teori pembelajaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik. 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik 1. Pengertian Perilaku Konsumtif terhadap Produk Kosmetik Kata konsumtif mempunyai arti boros, makna kata konsumtif adalah sebuah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Prokrastinasi Akademik 2.1.1 Pengertian prokrastinasi Kata prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan pro yang berarti mendorong maju atau bergerak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Konsumtif 1. Pengertian Perilaku Konsumtif Konsumtif adalah pemakaian atau pengonsumsian barang-barang yang sifatnya karena tuntutan gengsi semata dan bukan menurut tuntutan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tahun Dalam kaitannya ini menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kecerdasan Emosi 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosi Istilah kecerdasan emosional diperkenalkan oleh Salovey dan Mayer pada tahun 1990. Dalam kaitannya ini menerangkan jenis-jenis
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Merokok 2.1.1 Pengertian Perilaku Merokok Chaplin (2001) memberikan pengertian perilaku terbagi menjadi 2: pengertian dalam arti luas dan pengertian sempit. Dalam pengertian
Lebih terperinciKONFORMITAS. Konformitas dan Norma SoSial. Konformitas dan Penelitian Solomon Asch. Pengaruh Sosial dan Kontrol Pribadi (bag 1) Halaman 1
1 KONFORMITAS dan Norma SoSial adalah Suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. dan Norma Sosial Tekanan untuk melakukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas
BAB II LANDASAN TEORI A. Agresivitas Semua orang seperti memahami apa itu agresi, namun pada kenyatannya terdapat perbedaan pendapat tentang definisi agresivitas. agresi identik dengan hal yang buruk.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah
Lebih terperinciInstrumen Bimbingan dan Konseling Bidang Pribadi-Sosial INSTRUMEN SKALA Variabel: Kepercayaan Diri
Instrumen Bimbingan dan Konseling Bidang Pribadi-Sosial INSTRUMEN SKALA Variabel: Kepercayaan Diri A. Skala Saifuddin Azwar (2012: xvii) mengemukakan bahwa, skala merupakan perangkat pertanyaan yang disusun
Lebih terperinciMeliputi: Konformitas (conformity): berperilaku yg wajar, dpt diterima oleh kelompok/masyarakat. Kesepakatan ( compliance): usaha utk membuat orang
Meliputi: Konformitas (conformity): berperilaku yg wajar, dpt diterima oleh kelompok/masyarakat. Kesepakatan ( compliance): usaha utk membuat orang lain memenuhi permintaan kita. Kepatuhan (obedience):
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kontrol Diri 2.1.1. Pengertian Kontrol Diri Dalam Kamus Lengkap Psikologi, disebutkan bahwa selfcontrol (kontrol-diri) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri;
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena
BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dalam psikologi sosial disebut konformitas (Sarwono, 2006).
BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Konformitas 2.1.1.Pengertian Konformitas Manusia mencoba menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar dapat bertahan hidup. Cara yang termudah adalah melakukan tindakan sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang sedang melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Menurut Hurlock, masa dewasa awal dimulai pada umur
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai Alternatif Kelulusan 1. Pengertian Minat Siswa Kelas XII SMA Mengikuti Ujian Nasional Kejar Paket C sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung yang berlokasi di Jalan. Dr. Setiabudi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seluruh siswa di Madrasah Aliyah (MA) Almaarif Singosari-Malang, sebagaimana siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) pada umumnya, akan melalui proses
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara
BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika
Lebih terperinciPENGARUH SOSIAL. Diana Septi Purnama
PENGARUH SOSIAL Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id www.uny.ac.id 1 Pengaruh Sosial adl wilayah psikologi sosial yang menyelidiki bagaimana orang dipengaruhi oleh tekanan (baik kenyataan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dimiliki oleh orang lain mengenai individu tersebut. Self Perception (persepsi diri
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Definisi Konsep Diri Konsep diri merupakan penjabaran mengenai diri secara keseluruhan sebagai suatu gambaran bagi orang lain untuk melihat adakah perbedaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode transisi dari masa anak-anak hingga masa awal dewasa, dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual. Remaja tidak mempunyai tempat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. diimajinasikan oleh individu atau kelompok. Pendapat tersebut diartikan bahwa
10 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Konformitas Santrock (2003:249) mendefenisikan konformitas sebagai perubahan dalam sikap atau pendapat individu sebagai hasil dari tekanan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era moderen seperti ini seseorang sangatlah mudah untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.
1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai kehidupan manusia dalam beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah konsep yang memberikan apresiasi dan pemahaman yang luas kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan untuk seseorang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi. Dalam mahasiswa terdapat beberapa golongan remaja.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kedisiplinan Siswa 2.1.1. Pengertian Disiplin Disiplin merupakan kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PERILAKU BELAJAR 1. Pengertian Perilaku Perilaku adalah suatu perbuatan atau aktivitas atau sembarang respons baik itu reaksi, tanggapan, jawaban, atau itu balasan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan individu menghadapi persaingan global yang menuntut adanya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengembangan diri individu dalam pendidikan menjadi suatu alternatif mempersiapkan individu menghadapi persaingan global yang menuntut adanya penguasaan terhadap kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIK
BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan gabungan dari prestasi belajar dan pengetahuan teknologi informasi dan komunikasi. Prestasi dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. EFIKASI DIRI PARENTING 1. Pengertian Efikasi Diri Bandura merupakan tokoh yang memperkenalkan istilah efikasi diri (selfefficacy). Bandura (2001) mendefinisikan bahwa efikasi
Lebih terperinciSATUAN ACARA PERKULIAHAN
Orientasi perkuliahan, definisi dan ruang lingkup psikologi sosial Mahasiswa mengerti tujuan, arah, dan target mata kuliah, serta memahami pengertian dan ruang lingkup psikologi sosial. Ke-1 1. Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konformitas Negatif Pada Remaja 2.1.1 Pengertian Konformitas Negatif Pada Remaja Konformitas dapat timbul ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Apabila seseorang menampilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa perkembangan dimana manusia berada pada rentan umur 12 hingga 21 tahun. Masa transisi dari kanak-kanak
Lebih terperinciOleh Dra. Rahayu Ginintasasi, M.Si
Pengantar Psikologi Sosial II Oleh Dra. Rahayu Ginintasasi, M.Si Konsep Kelompok Kelompok adalah sekumpulan orang yang dipersepsikan terikat satu sama lain dalam sebuah unit yang koheren pada derajat tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa ini sering disebut juga masa peralihan atau masa pencari jati diri. Remaja
Lebih terperinciB A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang
B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang nyaman dan bahagia, yaitu hidup dengan perlindungan dan kasih sayang dari kedua orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. Seorang perempuan dianggap sudah seharusnya menikah ketika dia memasuki usia 21 tahun dan laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar 10-13 tahun dan berakhir antara usia 18-22 tahun (Santrock, 2003: 31). Lebih rinci, Konopka dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Untuk mencapai hal itu, maka orang tua
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kenakalan Remaja 1. Pengertian Kenakalan Remaja Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY TERHADAP KONFORMITAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY TERHADAP KONFORMITAS PADA ANGGOTA KLUB MOTOR Oleh: EKA KURNIA DEWI SONNY ANDRIANTO, S.Psi., M.Si PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan teknologi membuat individu selalu mengalami perubahan dalam gaya hidup. Kehidupan yang semakin modern menjadikan individu berada dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konformitas Teman Sebaya a. Pengertian Teman Sebaya Teman sebaya adalah sekelompok orang yang memiliki usia yang sama dengan kita, dan memiliki kelompok sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas sangat diperlukan dalam upaya mendukung terciptanya manusia yang cerdas dan mampu bersaing diera globalisasi. Pendidikan mempunyai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas
BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan merupakan pemaparan mengenai dasar dilakukannya penelitian, yaitu terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efikasi Diri (self-efficacy) Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (dalam Santrock,
Lebih terperinciPENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR
PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR EKONOMI KELAS VII SMP NEGERI 2 MOJOSONGO BOYOLALI TAHUN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum subjek Gambaran umum subjek penelitian ini diperoleh dari data yang diberikan dan diisi oleh subjek, yaitu jenis kelamin dan usia. Subjek penelitian ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 1) Prokrastinasi Akademik. Kolmogorov Smirnov Z dengan bantuan Statistcal. Packages for Social Sciences (SPSS) Release 16.0.
36 BAB V PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian untuk mengetahui prokrastinasi akademik pada pelajar SMP ditinjau dari konformitas teman sebaya adalah sebagai berikut: 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK
PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah mahasiswa di Indonesia cenderung meningkat. Latief (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa Indonesia pada tahun
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN
HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. ulet, meskipun mengalami berbagai rintangan dan hambatan dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Task Commitment 1. Definisi Task Commitment Task Commitment atau pengikatan diri terhadap tugas adalah kemauan yang berasal dari dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk tekun
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Indonesia
9 2. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini peneliti akan menjelaskan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis dan menjawab permasalahan. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori sikap, perilaku seksual,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di sekolah menjadi beberapa sumber masalah bagi siswa SMAN 2 Bangkinang Barat, jika siswa tidak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.
Lebih terperinciBAB II. Landasan Teori
BAB II Landasan Teori 2.1 Pengertian Tes Pauli Tes Pauli dikembangkan oleh Dr. Richard Pauli (1938) Dr.Wilhem Arnold dan Prof.Dr.Van Hiss yang di modifikasi dari tes Kraeplin, untuk tujuan melihat daya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pada dasarnya manusia itu dilahirkan sebagai makhluk pembelajar.tugas, tanggung jawab, dan panggilan pertama seorang manusia adalah menjadi pembelajar. Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesadaran dunia pendidikan di Indonesia untuk memberikan layanan belajar terhadap siswa-siswa berinteligensi tinggi semakin meningkat, hal ini ditandai dengan munculnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).
BAB II KAJIAN TEORI A. Teori Kontrol Diri 1. Pengertian Kontrol Diri Kontrol diri adalah kemampuan untuk menekan atau untuk mencegah tingkah laku yang menurut kata hati atau semaunya (Anshari, 1996: 605).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak melakukan interaksi dengan lingkungan sosialnya dan sekolah merupakan salah satu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
39 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi 1. Uji Normalitas Data setiap variabel diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) Release 13.0.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, manusia lahir dalam keadaan lemah tidak berdaya, mereka memiliki rasa ketergantungan pada orang lain terutama pada orang tua serta orangorang
Lebih terperinciSKALA PENELITIAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG
SKALA PENELITIAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2007 PETUNJUK PENGISIAN SKALA Tanggal Pengisian :... Kelas :... SMA :... Skala ini terbagi menjadi dua, yaitu skala I dan
Lebih terperinciPelayanan Bimbingann dan Konseling
Konselor Volume 3 Number 4 December 2014 ISSN: 1412-9760 Received October 09, 2014; Revised Nopember 10, 2014; Accepted December 30, 2014 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Perilaku Sosial Siswa
Lebih terperinci