BAB I PENDAHULUAN. adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal. masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan salah satu elemen masyarakat yang sedang melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Menurut Hurlock, masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai 40 tahun. Mahasiswa sebagai masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Dalam penyesuaian diri adanya suatu periode khusus dan periode sulit, dimana pada tahun-tahun awal masa dewasa banyak merasakan kesulitan sehingga mereka mencoba memperpanjang ketergantungannya dan sebagai orang dewasa harus mampu mengontrol atau mengendalikan dirinya kearah yang baik (Hurlock, 1980: ). Mahasiswa merupakan bagian dari institusi pendidikan yang dituntut untuk selalu berprestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik, dimana mahasiswa juga harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik itu lingkungan saat melaksanakan perkuliahan maupun lingkungan dalam berorganisasi atau berkelompok.mahasiswa yang membutuhkan pengakuan dari lingkungan sosial cenderung mengikuti lingkungannya terlebih dari kelompok teman sebayanya, sehingga mereka mudah terpengaruh oleh apapun aktivitas yang dilakukan temannya, pengaruh kelompok disini dikenal sebagai konformitas. 1

2 2 Konformitas terjadi apabila individu mengadopsi sikap atau perilaku orang lain karena merasa didesak oleh orang lain. Desakan untuk konform pada kawan-kawan sebaya cenderung sangat kuat selama masa remaja. Keinginan dari remaja untuk selalu berada dan diterima oleh kelompoknya akan mengakibatkan remaja bersikap konformitas terhadap kelompoknya. Bila remaja sudah terikat dalam suatu kelompok pertemanan, biasanya remaja akan selalu mengikuti apa yang diinginkan dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh, remaja yang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, dan ingin mengikuti kelompoknya (Meilinda, 2013:11). Dalam kamus lengkap Psikologi conformity (konformitas) diartikan sebagai kecendrungan untuk memperbolehkan satu tingkah laku seseorang dikuasai oleh sikap dan pendapat yang sudah berlaku. Ciri pembawaan kepribadian yang cendrung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya (Chaplin, 2009:105). Menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas adalah pe nyesuaian perilaku untuk menganut norma kelompok acuan, menerima ide atau aturan-aturan kelompok yang mengatur cara berperilaku. Davidoff (1991) konformitas didefenisikan sebagai perubahan perilaku atau sikap sebagai akibat dari adanya tekanan (nyata atau tidak nyata).sedangkan menurut Kartono (2000) konformitas diartikan sebagai adjustment (penyesuain diri), konformitas disini diartikan cocok, pas, sesuai dengan normanorma hati nurani sendiri dan norma-norma sosial dalam kehidupan masyarakat (Herwanto, 2015:7).

3 3 Konformitas tidak hanya sekedar bertindak sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang lain, tetapi juga berarti dipengaruhi oleh bagaimana mereka bertindak. Konformitas adalah bertindak atau berpikir secara berbeda dari tindakan dan pikiran yang biasa dilakukan jika sendiri. Oleh karena itu konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan agar selaras dengan orang lain (Myers, 2012:252). Tekanan untuk melakukan konformitas berakar dari kenyataan bahwa di berbagai konteks ada aturan-aturan eksplisit ataupun tak terucap yang mengindikasikan bagaimana seharusnya atau sebaiknya bertingkah laku. Aturan-aturan ini dikenal dengan norma sosial, dan aturan ini sering kali menimbulkan efek yang kuat pada tingkah laku (Baron dan Byrne, 2005:53). Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan seseorang sebagai akibat dari tekanan kelompok dan suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Setiap individu memiliki suatu mekanisme yang dapat membantu mengatur dan mengarahkan perilaku.mekanisme yang dimaksud di atas adalah kontrol diri. Kontrol diri pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi dan ada individu yang memiliki kontrol diri yang rendah (Wulandari, 2015:5). Self-control menggambarkan keputusan individu melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku yang telah disusun guna meningkatkan hasil dan tujuan tertentu sebagaimana yang diinginkan.seseorang yang

4 4 memiliki self-control yang rendah sering mengalami kesulitan menentukan konsekuensi atas tindakan mereka (Chita, Dkk, 2015:299). Individu yang kontrol diri tinggi sangat memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang bervariasi. Individu akan cenderung mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi sosial yang kemudian dapat mengatur kesan yang dibuat. Perilakunya lebih responsif terhadap petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat dan terbuka.chaplin (Dalam Herwanto, 2015:7) b erpendapat bahawa kontrol diri yaitu kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsif. Goldfried dan Merbaum (dalam Ghufron, 2011:22) mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif.kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan positif dalam menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan.berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa kontrol diri merupakan salah satu faktor dari dalam diri manusia yang sangat penting sehingga dapat terhindar dari perilaku menyimpang dikalangan remaja.kontrol diri yang tinggi sangat dibutuhkan sehingga seorang individu tidak gampang terpengaruh oleh stimulus yang bersifat negatif. Calhoun dan Acocella (dal am Anggreini & Mariyanti, 2014:35) mengemukakan dua alasan yang mengharuskan mahasiswi mengontrol diri secara bertahap. Yang pertama, mahasiswi hidup bersama dengan kelompok

5 5 sehingga dalam memuaskan keinginannya mereka harus mengontrol perilakunya agar tidak menganggu kenyamanan orang lain yang berada disekitarnya. Sedangkan yang kedua, masyarakat mendorong mahasiswi untuk secara konstan menyusun standar kebutuhan yang lebih baik bagi dirinya. Sebagai mahasiswi, salah satu tugas perkembangan mahasiswi adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok darinya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam seperti hukuman yang dialami ketika mahasiswi masih berada pada tahap kanak-kanak. Hal ini berarti bila seorang individu dapat mengontrol dirinya terhadap impuls-impuls primitif, maka semua perilaku negatif yang berpeluang muncul dapat dikendalikannya, karena ia mempunyai kemampuan mengarahkan perilakunya ke arah yang positif dan memiliki kontrol diri yang tinggi. Kemampuan mengontrol diri memungkinkan seseorang berprilaku lebih terarah dan dapat menyalurkan dorongan dari dirinya secara benar dan tidak menyimpang dari norma yang berlaku di masyarakat. Fenomena yang penulis temukan di lapangan bahwa adanya sebagian dari mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang yang tidak bisa mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh pihak kampus, yaitu aturan dalam berpakaian. Dalam aturan yang telah ditetapkan bahwa mahasiswa tidak dibolehkan memakai celana levis atau jeans ke kampus, sedangkan ada sebagian dari mahasiswa anggota UKM Suara kampus yang memakai celana levis atau jeans ke

6 6 kampus. Kemudian penulis juga melihat adanya mahasiswa anggota Suara Kampus yang masih nongkrong sampai malam di kampus. Berdasarkan fenomena yang penulis temukan di atas menjadikan penulis ingin mengetahui lebih dalam apakah penyebab hal tersebut bisa terjadi, apakah karena pengaruh teman dalam kelompok organisasi atau keinginan dirinya sendiri. Untuk melihat tingkat konformitas mahasiswa tersebut penulis menyebarkan kuesioner yang penulis sebarkan tanggal 5 Juni 2017 di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, kuesioner dibagikan kepada mahasiwa (laki-laki dan perempuan) yang berjumlah 30 orang. Berdasarkan survei awal (pra penelitian) dapat diketahui bahwa sebagian dari mahasiswa yang mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang memiliki masalah dalam konformitas. Hal tersebut tergambar pada hasil penyebaran kuisioner bahwa banyak mahasiswa yang tidak bisa mengikuti aturan-aturan yang ada dalam kelompok tersebut. Pada masing-masing pernyataan tersebut lebih banyak yang menyatakan tidak dari pada ya, hal ini diasumsikan bahwa mahasiswa anggota UKM Suara Kampus Memiliki masalah dalam konformitasnya. Berdasarkan observasi dan wawancara awal yang telah penulis lakukan menunjukan bahwa mahasiswa anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang sebagiannya memiliki kontrol diri yang rendah, tidak bisa menahan amarah, dan lebih

7 7 mementingkan urusan pribadinya. Hal itu menjadikan penulis melanjutkan untuk mendalami dan melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Kontrol Diri dengan Konformitas pada Mahasiswa Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang. Oleh karena itu penelitian ini akan dilakukan pada mahasiswa yang tergabung dalam anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Suara Kampus Universita Islam Negeri Imam Bonjol Padang yang berjumalah 114 orang. Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suara Kampus ini menorehkan sejarah dengan menetaskan media baru sebagai wadah untuk berkreativitas meningkatkan produktivitas berkarya, berupa portal berita suarakampus.com yang dikelola oleh Lembaga Pers Mahasiswa SuaraKampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang ( diakses Kamis, 18 Mei 2017). Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk mengangkat judul penelitian mengenai Hubungan Kontrol Diri dengan Konformitas pada Mahasiswa Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang Rumusan dan Batasan Masalah Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini, yaitu Apakah Ada Hubungan Kontrol Diri dengan Konformitas Pada Mahasiswa

8 8 Unit Kegiatan Mahasiswa Anggota Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang? Batasan Masalah Karena luasnya aspek permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis hanya membatasi pada hal-hal yang urgen dan sesuai dengan kepentingan penelitian, yaitu masalah tentang hal-hal sebagai berikut: a. Bagaimana kategori kontrol diri Mahasiswa Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Suara Kampus di Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang? b. Bagaimana kategori konformitas Mahasiswa Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Suara Kampus di Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang? c. Apakah ada hubungan kontrol diri dengan konformitas pada Mahasiswa Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Suara Kampus di Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang? 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan diadakan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menjelaskan kategori kontrol diri pada Mahasiswa Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang.

9 9 b. Menjelaskan kategori konformitas pada Mahasiswa Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang. c. Menjelaskan hubungan antara kontrol diri dan konformitas pada Mahasiswa Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Suara Kampus Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang Manfaat Penelitian Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan mahasiswa khususnya mahasiswa psikologi mengenai hubungan kontrol diri dengan konformitas. Memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial tentang cara yang baik dalam berinteraksi dengan teman dan lingkungan, serta memberikan pengetahuan tentang pentingnya kontrol diri bagi individu untuk mencegah terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma sosial Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang hubungan kontrol diri dengan konformitas serta pentingnya kontrol diri dalam mengendalikan perilaku yang salah dalam kehidupan berkelompok, sehingga tidak dilakukan lagi perilaku-perilaku negatif yang berakibat buruk dan menimbulkan kerusakan moral pada individu.

10 Sistematika Penulisan Karya tulis ini disusun atas 5 (lima) bab agar dapat memudahkan untuk mengetahui hubungan antara bab yang satu dengan bab yang lain. Adapun sistematika yang dimaksud adalah: BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang ditulisnya karya ilmiah ini, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penelitian. BAB II : LANDASAN TEORI Membahas mengenai landasan teori yang mendasari tiap-tiap variabel, hubungan antara variabel, kerangka konseptual dan pembentukan hipotesa. BAB III : METODE PENELITIAN Membahas tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data. BAB IV : PEMBAHASAN Berisikan gambaran subjek penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan dan saran.