Judul Artikel MENGENAL 10 MATA AIR DI WILAYAH PANDEGLANG. Di tulis oleh: Subki, ST
|
|
- Surya Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Judul Artikel MENGENAL 10 MATA AIR DI WILAYAH PANDEGLANG Di tulis oleh: Subki, ST Disampaikan kepada: Tim redaktur/pengelola website DLHK Provinsi Banten Kawasan pusat pemerintahan provinsi banten (KP3B) Jl. Syech nawawi Albantani, palima Curug Kota Serang Telp. (0254) Web. Dlhk.bantenprov.go.id
2 MENGENAL 10 MATA AIR DI WILAYAH PANDEGLANG Jumlah mata air di Kabupaten Pandeglang hasil verifikasi data sekunder berjumlah ± 25 mata air. Mata air yang cukup banyak ditemukan terdapat di Kecamatan Kaduhejo yang tersebar sebanyak 8 sumber mata air dan lainnya terdapat di Kecamatan Pulosari dan Kecamatan Mandalawangi. Berikut sepuluh profil mata air yang ada di kabupaten pandeglang yang penulis rangkum dari berbagai sumber: 1. Mata Air Ciajeng Mata air Ciajeng berlokasi di desa Nembol Kecamatan Mandalawangi. Mata air Ciajeng saat ini kondisinya relatif sedang. Dari segi kuantitas air, sumber mata air ini hanya digunakan sebagai kolam penampungan ikan dan MCK warga setempat. Secara visual, kondisi air dari mata air Ciajeng ini sangat jernih. Saat ini pengelolaan hanya dilakukan secara sederhana dengan membendung mata air mdan membuat batasan dengan badan jalan. Di daerah sekitar mata air Ciajeng masih terdapat vegetasi sebagai salah satu cathcment area. Berdasarkan tutupan vegetasinya daerah ini masih memiliki vegetasi yang tergolong cukup baik. Penggunaan lahan dalam radius 200 m dengan luasan 12,56 ha didominasi oleh kawasan hutan sebesar 59,26%%, dan kawasan perkebunan sebesar 40,72%. Dalam hal tingkat kekritisan sumberdaya lahan, daerah ini masih dalam kategori
3 agak kritis. Tipikal jenis tanah di lokasi ini umumnya adalah tanah jenis latosol dan kemiringan lokasi sekitar >40% dengan elevasi sebesar 400 meter di atas permukaan laut (m.dpl). 2. Mata Air Cigede Mata Air Cigede berlokasi di desa Nembol Kecamatan Mandalawangi. Dari segi kuantitas, kondisi mata air pada sumber mata air Cigede kurang baik di musim kemarau. Akan tetapi pada musim penghujan, sumber mata air ini cukup baik (informasi warga). Walaupun demikian, saat musim kemarau, sumber mata air ini masih mengalirkan air dari bagian atasnya. Secara visual, kondisi air sangat jernih dan biasanya digunakan oleh warga setempat sebagai tempat pemandian. Di area sumber mata air Cigede, sebagian besar lahannya digunakan untuk perkebunan masyarakat yaitu sekitar 72,99% dari luasan lahan sebesar 12,56 ha pada radius 200 m dan siasanya 26,99% adalah lahan kawasan hutan. Berdasarkan tutupan lahannya, vegetasi di sekitar sumber mata air Cigede masih dalam kategori baik, walaupun tingkat kekritisan secara umum masuk dalam kategori agak kritis. Jenis tanah di area sumber mata air umumnya memiliki tanah jenis Latosol dan kemiringan di area lokasi adalah >40% dengan elevasi sebesar 427 m.dpl. Di dekat sumber mata air telah di lakukan pembuatan selokan air dalam bentuk permanen.
4 3. Mata Air Cibuntu Mata air Cibuntu berlokasi di Desa Sukamanah Kecamatan Kaduhejo. Secara visual mata air Cibuntu cukup jernih, akan tetapi berdasarkan kuantitas airnya kondisi mata air Cibuntu relatif sedang. Di bagian tepi dari sumber mata air ini terdapat aliran air panas dari atasnya. Sumber mata air ini digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai tempat pemandian dan sebagai sumber air bersih untuk masak, sumber air minum, dll. Saat ini lokasi sumber mata air telah dibendung seperti kolam penampungan. Pada radius 200 m dari sumber mata air, sebagaian besar lahannya digunakan sebagai area perkebunan sebesar 96,92% dari total luas lahan sebesar 12,56 ha dan sisanya digunakan sebagai area budidaya lahan basah sebesar 3,07%. Tipikal tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis latosol dan kemiringan lokasi ini sekitar 9-15% dengan elevasi 166 m.dpl. Dalam hal tingkat kekritisan sumberdaya lahan, daerah ini masuk dalam kategori tidak kritis. 4. Mata Air Ciereng Mata air Ciereng terletak di desa Sukamanah Kecamatan Kaduhejo. Sumber mata air Ciereng berada di dalam rimbunan vegetasi. Secara kuantitas, sumber mata air Ciereng masih dalam kategori relatif baik. Kondisi air pada mata air ini cukup jernih, sehubungan dengan fungsinya yang dijadikan sebagai tempat pemandian dan sumber air bersih untuk memasak. Saat ini, mata air dibiarkan mengalir secara alami dan tidak dilakukan pembendungan pada sumbernya. Sebagian masyarakat mengambil air tersebut melalui mesin pompa dan dialirkan dengan pipa atau selang penyaluran. Selain itu, di lokasi sumber telah dibuatkan pengaliran dengan pipa untuk memudahkan masyarakat saat mengambilnya secara langsung di lokasi sumber.
5 Sumber mata air Ciereng, belum dilakukan pembuatan bendungan seperti kolam pemandian. Dalam radius 200 m dari sumber air, sebagian besar penggunaan lahannya adalah kawasan perkebunan sebesar 99,56% dari total luasan sebesar 12,56 ha dan sisanya sebesar 0,43% adalah budidaya lahan basah. Dalam hal tingkat kekritisan lahan, lokasi ini masuk dalam kriteria potensial kritis dan elevasi sumber mata air berada pada ketinggian 172 m.dpl dengan kemiringan 9-15%. Sedangkan jenis tanah di lokasi ini umumnya adalah tanah jenis latosol.
6 5. Mata Air Cilandeuh Mata air Cilandeuh terletak di desa Palurahan Kecamatan Kaduhejo. Sumber mata air Cilandeuh berada dalam kondisi yang relatif baik dengan kuantitas air yang cukup memadai untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Sebagain sumber mata air Cilandeuh ini digunakkan sebagai tempat pemandian oleh masyarakat lokal dan sebagian lagi digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga melalui penyaluran pipa-pipa air. Sumber mata air ini belum dukelola dengan baik dan masih terlihat seperti alami. Penyaluran air kerumah-rumah warga melalui bantuan pompa air dan memasang selangselang penyaluran yang seadanya sehingga nampak terlihat tidak rapih. Secara visual, kondisi air pada mata air Cilandeuh sangat jernih Dalam hal penggunaan lahan, sebagian besar adalah kawasan perkebunan masyarakat, yaitu sebesar 94,46% dari luas lahan sebesar 12,56 ha pada radius 200 m dari sumber mata air dan sisanya sebesar 5,52% adalah digunakan sebagai budidaya lahan basah. Mata air Cilandeuh berada pada ketinggian 226 m.dpl dengan kemiringan berkisar antara 9-15%. Jenis tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis Latosol dengan tingkat kekeritisan lahan masuk dalam kategori tidak kritis. 6. Mata Air Cipicung Mata air Cipicung terletak di desa Sukamanah Kecamatan Kaduhejo. Berada di bawa pohon Picung, dan nampak terlihat seperti tidak dikelola dengan baik. Secara kuantitas air, sumber air dari mata air Cipicung relatif baik. Dalam kondisi musim kemarau, kuantitas air mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Sumber mata air ini digunakan oleh masyarakat untuk mandi dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Disamping sumber
7 mata air, telah dibuatkan pancuran atau saluran air untuk digunakan sebagai tempat wudhu dan mandi. Secara visual, kondisi air cukup jernih, akan tetapi nampak seperti tidak dikelola dengan baik. Hal tersebut terlihat banyak rerumputan dan dedaunan yang berserakan di sumber mata air. Masyarakat sekitar menyalurkan air melalui pompa air dengan memasang pipa dan selang-selang penyaluran. Selain pada sumber mata air, sanitasi lingkungan disekitarnya juga masih terdapat pemandangan yang kurang baik dalam hal sampah domestik (padat). Samapah domestik nampak tertumpuk disekitar sumber mata air, yang seharusnya dijauhkan dan ditempatkan pada tempat pengelolaan sampah. Hal tersebut dapat mengurangi nilai estetika lingkungan sekitar. Di area sumber mata air Cipicung sebagian besar penggunaan lahan pada radius 200 m adalah kawasan perkebunan sebesar 90,93% dari luas lahan sebesar 12,56 ha dan sisanya sebesar 9.05% digunakan sebagai budidaya lahan basah. Mata air Cipicung berada pada ketinggian 192 m.dpl dengan kemiringan berkisar 9-15%. Dalam hal tingkat kekritisan lahan, di area sumber mata air ini berada dalam kategori tidak kritis, dan jenis tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis Latosol. 7. Mata Air Cisetu Mata air Cisetu terletak di desa Sukasari Kecmatan Kaduhejo. Pada sumber mata air Cisetu terdapat 3 (tiga) titik sumber mata air yang ditandai sebagai mata air Cisetu 1, mata air Cisetu 2 dan mata air Cisetu 3. Jarak ketiga sumber mata air ini sangat berdekatan satu sama lainnya dan masih dalam satu area. Ketiga sumber mata air Cisetu digunakan oleh
8 masyarakat sebagai sumber irigasi dan kebutuhan sehari-hari lainnya (mandi, mencuci, memasak, dan juga sebagai salah satu sumber air minum. Terlihat di lokasi sumber mata air terdapat beberapa pipa untuk menyalurkan air, dan sumber mata air ini telah dibuatkan bangunan penampung sebelum disalurkan secara langsung. Dalam kondisi musim kemarau yang cukup panjang, mata air Cisetu 1 (Gambar 3.13) kondisinya yang relatif sedang. Pada kondisi tersebut sumber mata air ini masih dapat mengalirkan air. Air dari sumbernya langsung dialirkan melalui pancuran air ke bak penampungan untuk didistribusikan ke bagian bawahnya. Secara visual, kondisi dari mata air Cisetu 1 cukup jernih. Begitu halnya dengan sumber mata air Cisetu 2, secara visual kondisinya cukup jernih. Air dari sumber mata air ini sebagian dialirkan melalui pipa penyaluran untuk kebutuhan rumah tangga dan sebagian lagi dialirkan di bak penampungan. Bak penampungan pada mata air Cisetu 2 tidak untuk menyimpan air sebagai penyediaan kebutuhan rumah tangga tetapi digunakan sebagai kolam pemandiaan anak-anak seperti layaknya kolam renang skala kecil. Dari segi kuantitas air, mata air Cisetu 2 relatif sedang. Di lokasi sumber mata air telah dibendung secara permanen sebagai salah satu bentuk pengelolaan sumber mata air agar tidak tertimbun oleh reruntuhan batuan atau sampah rerumputan Berbeda dengan mata air Cisetu 3, kuantitas air pada sumber mata air ini relatif sangat baik dibandingkan dengan mata air di bagian bawahnya, yaitu Cisetu 1 dan Cisetu 2. Di titik sumber mata air masih terlihat alami dan tidak dilakukan pembendungan pada titik mata air. Pembendungan hanya dilakukan dibagian bawahnya sebagai bak penampungan sementara, sebelum air disalurkan ke bawahnya. Kondisi bak penampungan sementara ini sudah terlihat retak dan nampak rembesan air disisi kolam penampungan. Secara visual, kondisi fisik air dari sumber mata air ini relatif jernih (Gambar 3.15). Sanitasi lingkungan di area ini relatif baik, baik pada sumber mata air Cisetu 1, Cisetu 2 maupaun pada mata air Cisetu 3. Di area ini telah dibuatkan bendungan irigasi dan sekaligus sebagai situ yang dibangun oelh Dinas PU Provinsi Banten untuk menampung air sebelum disalurkan kebagian bawahnya. Di area sumber mata air Cisetu, sebagian besar penggunaan lahannya adalah peruntukan kawasan perkebunan dengan presentase sebesar 99,98% dari luas lahan 12,56 ha pada radius 200 m. Sumber mata air Cisetu berada pada ketinggian rata-rata sebesar 250 meter di atas permukaan laut (m.dpl) dengan kemiringan berkisar antara 16-25%. Jika dilihat dari tingkat kekritisan lahannya, di area sumber mata air ini masuk dalam kategori agak kritis dan jenis tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis latosol. 3
9 8. Mata Air Citaman Mata air Citaman terletak di desa Sukamanah Kecamatan Kaduhejo. Dalam kondisi musim kemarau yang cukup panjang, mata air citaman tergolong relative cukup baik. Kuantitas air Citaman mampu memenuhi kebutuhan akan air bersih untuk masyarakat sekitar. Peruntukan sumber air pada mata air Citaman umumnya untuk kebutuhan rumah tangga dan sebagaian ditampung sebagai tempat pemandian anak-anak seperti layaknya kolam renang. Secara visual, kondisi fisik air cukup jernih. Air yang mengalir dari titik sumber mata air umumnya ditampung dalam penampungan sebelum didistribusikan ke rumah warga. Di area sumber mata air Citaman, terlihat sanitasi yang cukup baik Berdasarkan tipe tutupan atau penggunaan lahannya, sebagian besar terdiri dari kawasan perkebunan sebesar 94,55% dari luas lahan 12,56 ha pada radius 200 m. Kemudian diikuti oleh penggunaan bududaya lahan basah sebesar 4,34% dan kawasan hutan sebesar 1,10%. Mata air Citaman berada pada ketinggian 172 m.dpl dengan kemiringan berkisar antara 9-15%. Jika dilihat dari tingkat kekritisan lahannya, secara umum area sumber mata air Citaman berada dalam kriteria tidak kritis dan jenis tanah di area ini secara umum adalah tanah jenis Latosol.
10 9. Mata Air Kasilihan Mata air Kasilihin terletak di desa Cilentung Kecamatan Pulosari. Mata air Kasilihan relatif masih alami dan secara visual kondisi fisik air sangat jernih. Aliran air dari titik sumber sangat cepat dan dari segi kuantitas atau debit air maka mata air Kasilihan relatif sangat baik. Dalam kondisi musim kemarau, aliran air dari mata air ini cukup cepat dan mampu mengalirkan atau mengeluarkan air. Saat ini mata air Kasilihan belum dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai sumber air untuk kebutuhan sehari-hari (Gambar 3.19). Jarak dari pemukiman atau rumah penduduk cukup jauh, yaitu sekitar ± 1 km. Di sumber mata air ini belum terlihat adanya pemeliharaan dan pemanfaatan mata air secara langsung. Air yang keluar dari sumber mata air mengalir mengikuti aliran dibawahnya. Jika sumber mata air ini dikelola dengan baik maka memiliki manfaat sebagai sumber cadangan air bersih yang cukup potensial untuk mendukung keberlangsungan masyarakat akan kebutuhan air bersih di musim kemarau. Secara umum penggunaan lahan di area sumber mata air pada radius 200 m lebih didominasi oleh lahan perkebunan masyarakat sebesar 99,98% dari total luas lahan sebesar 12,56 ha. Sumber mata air Kasilihan berada pada ketinggian 412 m.dpl dengan kemiringan >40%. Untuk tingkat kekeritisan lahan, area sumber mata air Kasilihan berada pada kriteria agak kritis dan jenis tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis latosol. Selain terdapat sumber mata air biasa, ditemukan juga sumber mata air panas yang letaknya kurang lebih 500 m sumber mata air Kasilihan. Kuantitas dan debit mata air panas sangat baik jika pada titik sumber dibuatkan bak penampungan untuk menapung air yang keluar dari sumber. Saat ini mata air panas masih terlihat alami dan belum adanya pemanfaatan yang cukup berarti untuk dikelola lebih lanjut oleh masyarakat sekitar. Jika dilihat aliran airnya maka sumber mata air ini cukup petensial sebagai wisata pemandian air panas Kasilihan
11 Sama halnya dengan sumber mata air Kasilihan yang berada di bawahnya, penggunaan lahan di area mata air panas ini umumnya adalah kawasan perkebunan masyarakat sebesar 99,98% dengan luasan area 12,56 ha pada radius 200 m dari sumber mata air panas. Mata air panas Kasilihan berada pada elevasi 420 m.dpl dengan kemiringan > 40%. Tingkat kekritisan lahan di area sumber mata air panas ini tergolong dalam kategori agak kritis dan tipikal tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis Litosol. 10. Mata air panas Cisolong Mata air panas Cisolong merupakan mata air yang sudah dikelola oleh pemda setempat dan pihak swasta sebagai tempat wisata pemandian air panas Cisolong. Di area ini memiliki beberapa titik sumber mata air panas yang sudah di kelola, sehingga penamaannya ditandai sebagai mata air panas Cisolong 1 dan mata air panas Cisolong 2. Kedua mata air ini jaraknya tidak berjauhan dan masih dalam satu desa, yaitu Desa Sukamanah, Kecamatan Kaduhejo. Mata air panas Cisolong 1 memiliki suhu di atas suhu normal. Secara umum kuantitas dan debit air pada mata air panas Cisolong 1 ini relatif sangat baik. Kondisi fisik air secara visual cukup jernih.
12 Penggunaan lahan di area sumber mata air panas Cisolong 1 umumnya adalah kawasan perkebunan masyarakat dengan presentase sebesar 87,84% dengan luasan area sebesar 12,56 ha pada radius 200 m dari sumber mata air dan sisanya sebesar 12,15% adalah pemukiman dan budidaya lahan basah. Mata air panas Cisolong 1 berada pada elevasi 177 m.dpl dengan kemiringan berkisar 9-15%. Tipikal tanah di area ini umumnya adalah tanah jenis Latosol dan tingkat kekritisan lahan di area sumber mata air Cisolong berada dalam kategori potensial kritis. Beda halnya dengan mata air panas Cisolong 2 yang secara kuantitas dan debit air masih relatif kecil jika dibandingkan dengan mata air panas Cisolong 2. Mata air ini telah dikelola sebagai tempat wisata pemandian air panas. Secara umum area sumber mata air panas Cisolong 2 sebagian besar adalah kawasan perkebunan, yaitu sebesar 91,92% dari luas lahan 12,56 ha pada radius 200 m dan sisanya sebesar 8,07% adalah pemukiman dan budidaya lahan basah. Sumber Referensi:,2015. Laporan penyusunan Profil dan Data Kerusakan mata air di wilayah Kabupaten Pandeglang. Biodata Singkat Penulis Nama : Subki, ST Tempat, tanggal lahir : Serang, 06 Agustus 1982 Alamat : Komp. Puri Anggrek Blok D20/1 RT. 03/08 Kel. Teritih Kec. Walantaka Kota Serang Pekerjaan : Pegawai Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten
Judul Artikel PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DI KABUPATEN SERANG. Di tulis oleh: Subki, ST
Judul Artikel PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DI KABUPATEN SERANG Di tulis oleh: Subki, ST Disampaikan kepada: Tim redaktur/pengelola website DLHK Provinsi Banten Kawasan pusat pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Selain sebagai air minum, air juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keperluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan manusia, air tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik saja, yaitu digunakan untuk
Lebih terperinci2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)
Lebih terperinciKONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Kabupaten Lampung Utara merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada
Lebih terperinciKAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG
Kajian Alternatif Penyediaan Air Baku I Wayan Mundra Hirijanto KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG I Wayan Mundra
Lebih terperinciDRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi
DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN Sub Kompetensi Mengerti komponen-komponen dasar drainase, meliputi : Pengantar drainase perkotaan Konsep dasar drainase Klasifikasi sistem drainase Sistem drainase
Lebih terperinciBAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Aseupan Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun 2014, kondisi tutupan lahan Gunung Aseupan terdiri
Lebih terperinciMPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang
MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Gorontalo sebagian besar wilayahnya berbentuk dataran, perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 2000 M di atas permukaan laut. Luas
Lebih terperinciKEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG
KEBUTUHAN DAN KETERSEDIAAN AIR DOMESTIK PENDUDUK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG Nelya Eka Susanti, Akhmad Faruq Hamdani Universitas Kanjuruhan Malang nelyaeka@unikama.ac.id, hamdani_af@ymail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Objektif Kota Bekasi 5.1.1 Keadaan Geografis Kota Bekasi Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15 LS dengan ketinggian 19 meter diatas
Lebih terperinciBAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Pulosari Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun, kondisi tutupan lahan Gunung Pulosari terdiri dari
Lebih terperinciBAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Karang Citra Landsat 7 liputan tahun 2014 menunjukkan bahwa kondisi tutupan lahan Gunung Karang terdiri dari hutan, hutan tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini berisikan gambaran umum wilayah yaitu Kelurahan Purwawinangun Kecamatan Kuningan yang meliputi kondisi geografis, kependudukan, kondisi perekonomian, kondisi fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Mitra
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Mitra Kawasan perumahan di RT 3 RW 20 dengan RW 22 Desa Sumbersari Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember adalah suatu kawasan perumahan yang perbedaan elevasinya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan
TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 6
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang mutlak diperlukan oleh semua
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang mutlak diperlukan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi manusia. Hampir semua keperluan hidup manusia membutuhkan
Lebih terperinciRepository.Unimus.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya air merupakan kemampuan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan semua makhluk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk manusia dalam menunjang berbagai
Lebih terperinciGambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi dan Kondisi PATM Gorontalo merupakan salah satu daerah yang menjadi tempat untuk pengembangan sumberdaya lokal berbasis pertanian agropolitan sehingga diperlukan inovasi
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara
Lebih terperinci4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene
BAB 4 Program Pengembangan Sanitasi saat ini dan yang direncanakan 4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene 4.2 Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik 4.3. Peningkatan Pengelolaan
Lebih terperinciTabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun
BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun dalam bentuk gas. Buangan cair yang berasal dari masyarakat yang di kenal sebagai air buangan atau air limbah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia akan air sangat komplek, antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut WHO di negaranegara maju setiap orang memerlukan air
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan semua mahluk hidup, termasuk manusia. Penggunaan air oleh manusia sangat beraneka ragam, baik untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Muka bumi yang luasnya ± juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muka bumi yang luasnya ± 510.073 juta Km 2 ditutupi oleh daratan seluas 148.94 juta Km 2 (29.2%) dan lautan 361.132 juta Km 2 (70.8%), sehingga dapat dikatakan bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciABSTRAK Faris Afif.O,
ABSTRAK Faris Afif.O, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, November 2014, Studi Perencanaan Bangunan Utama Embung Guworejo Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Dosen Pembimbing : Ir. Pudyono,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya alam dan jasa lingkungan merupakan aset yang menghasilkan arus barang dan jasa, baik yang dapat dikonsumsi langsung maupun tidak untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Lebih terperinciPenataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian
Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107
Lebih terperinciPerencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya
D25 Perencanaan Peningkatan Pelayanan Sanitasi di Kelurahan Pegirian Surabaya Zella Nissa Andriani dan Ipung Fitri Purwanti Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN
BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Parakasak Kondisi tutupan lahan Gunung Parakasak didominasi oleh kebun campuran. Selain kebun campuran juga terdapat sawah dan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa Desa Dramaga merupakan salah satu dari sepuluh desa yang termasuk wilayah administratif Kecamatan Dramaga. Desa ini bukan termasuk desa pesisir karena memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar
Lebih terperinciBAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH
BAB 4 POLA KONSUMSI AIR BERSIH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SETIAMANAH Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil analisis pola konsumsi air bersih rumah tangga di Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, sehingga keberadaan air dalam jumlah yang cukup mutlak diperlukan untuk menjaga keberlangsungan hidup
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bawah tanah atau disebut sebagai underground river, misalnya sungai bawah tanah di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan suatu aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Berdasarkan perletakkan sungai,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi komoditas pertanian pangan di kawasan budiddaya di Kecamatan Pasirjambu, analisis evaluasi RTRW Kabupaten Bandung terhadap sebaran jenis pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konservasi sumber daya air merupakan salah satu pilar pengelolaan sumber daya air sebagaimana tertuang dalam Permen PUPR No. 10/PRT/M/2015. Konservasi sumber daya
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN WILAYAH
BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 BAB VI Air Tanah Air Tanah merupakan jumlah air yang memiliki kontribusi besar dalam penyelenggaraan kehidupan dan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan akhirnya bermuara kedanau atau laut. Dengan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.
VI. IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN C 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan Pertambangann Banyaknya industri tambang di berbagai skala menjadikan
Lebih terperinciBAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI
BAB II HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS POTENSI 2.1 Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur Permukiman Desa memiliki jalan provinsi yang menghubungkan Desa dengan pusat kota Amlapura. Kondisi jalan
Lebih terperinciDAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU
DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3).
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung Situ Rawa Badung merupakan salah satu situ DKI Jakarta yang terbentuk secara alami. Semula luas Situ Rawa Badung mencapai 5 Ha, namun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Umum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Semua makhluk hidup di dunia ini pasti membutuhkan air untuk hidup baik hewan, tumbuhan dan manusia. Begitu besar peran air dalam kehidupan membuat air termasuk kebutuhan
Lebih terperinciPEMANFAATAN SUNGAI BAWAH TANAH GUA NGGUWO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR PENDUDUK DESA GIRI ASIH, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL
PEMANFAATAN SUNGAI BAWAH TANAH GUA NGGUWO UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR PENDUDUK DESA GIRI ASIH, KECAMATAN PURWOSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL Laporan Tugas Akhir Sebagai syarat untuk memenuhi gelar Sarjana
Lebih terperinciPengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan
Pengembangan Sistem Panen Hujan dan Aliran Permukaan untuk Mengurangi Risiko Kekeringan Mendukung Ketahanan Pangan Nani Heryani, telp.0251-8312760, hp 08129918252, heryani_nani@yahoo.com ABSTRAK Indonesia
Lebih terperinciPEMANFAATAN KAWASAN UMBUL TLATAR KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI BERDASARKAN PENDAPAT MASYARAKAT TUGAS AKHIR
PEMANFAATAN KAWASAN UMBUL TLATAR KECAMATAN BOYOLALI KABUPATEN BOYOLALI BERDASARKAN PENDAPAT MASYARAKAT TUGAS AKHIR Oleh : TEGAR PRAMUDYAN DEWANTORO L2D 004 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciCara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran
Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran Beberapa waktu lalu sudah dibahas mengenai cara menghitung debit rencana untuk kepentingan perencanaan saluran drainase. Hasil perhitungan debit rencana bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang berpotensi untuk dikembangkan dan didayagunakan bagi pemenuhan berbagai kepentingan. Danau secara
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )
IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini dalam kehidupan sehari-hari. Manfaat air bagi kehidupan kita antara
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang sudah menjadi kebutuhan vital bagi makhluk hidup. Tidak hanya untuk mandi atau mencuci, tapi kebutuhan akan air bersih juga diperlukan
Lebih terperinciPenyehatan Lingkungan Permukiman bertujuan untuk mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, sehat, aman, produktif dan berkelanjutan melalui
Penyehatan Lingkungan Permukiman bertujuan untuk mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni, sehat, aman, produktif dan berkelanjutan melalui peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan menjaga kelestarian
Lebih terperinciBAB VII PERENCANAAN a Konsep Ruang
62 BAB VII PERENCANAAN 7.1 KONSEP PERENCANAAN 7.1.1 Konsep Dasar Perencanaan Penelitian mengenai perencanaan lanskap pasca bencana Situ Gintung ini didasarkan pada tujuan mengembalikan fungsi situ mendekati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, yang berarti tidak akan ada kehidupan di bumi ini jika tidak ada air. Air merupakan komponen lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan
252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan
Lebih terperinciKAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA
KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air memiliki peran penting bagi kehidupan makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Bagi kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan air baik untuk menunjang proses metabolisme
Lebih terperinciBAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN
BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman
Lebih terperinciBAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU
63 BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 6.1 Pendahuluan Dampak Sosio-Ekologi Kampung Cikaret memiliki dua buah sungai yang mengaliri kawasan RW 01
Lebih terperinciIRIGASI AIR TANAH DALAM / IRIGASI TEKANAN/POMPA
IRIGASI AIR TANAH DALAM / IRIGASI TEKANAN/POMPA IRIGASI AIR TANAH DALAM LATAR BELAKANG Kekeringan yang menyebabkan terjadinya kegagalan usaha pertanian, perkebunan, dan peternakan adalah penyebabnya. Menyadari
Lebih terperinci2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan tanah terbuka pada suatu daerah yang dapat menjadi salah satu faktor penentu kualitas lingkungan. Kondisi lahan pada suatu daerah akan mempengaruhi
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG
Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN
Lebih terperinciPengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah
MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan
Lebih terperinciBAB IV PANDUAN KONSEP
BAB IV PANDUAN KONSEP 4.1. Visi Pembangunan Sesuai dengan visi desa Mekarsari yaitu Mewujudkan Masyarakat Desa Mekarsari yang sejahtera baik dalam bidang lingkungan, ekonomi dan sosial. Maka dari itu visi
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Mengidentifikasi Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Mengidentifikasi Kelangkaan Sumberdaya Air di Desa Cijeruk Kelangkaan sumberdaya air yang terjadi di Desa Cijeruk Kabupaten Bogor mulai dirasakan sejak tahun 2007. Hal ini
Lebih terperinciBAB IV KAJIAN DATA LAPANGAN IV.1 KAJIAN STRUKTUR MASYARAKAT DAN PERMUKIMAN
48 BAB IV KAJIAN DATA LAPANGAN IV.1 KAJIAN STRUKTUR MASYARAKAT DAN PERMUKIMAN Secara administratif dusun ngentak adalah bagian dari kecamatan Srandakan yang memiliki tatanan aparatur desa dan pola permukiman
Lebih terperinciBAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN
BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI YANG SEDANG BERJALAN 4.1 Visi dan Misi Sanitasi Kota A. Visi Visi sanitasi kota Mamuju dapat di rumuskan sebagai berikut : Mewujudkan Lingkungan yang bersih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan
Lebih terperinciLAPORAN VERIFIKASI PROKLIM
LAPORAN VERIFIKASI PROKLIM LOKASI KAMPUNG KECAMATAN KABUPATEN PROVINSI : KIARASANDING DESA PULOSARI : PANGALENGAN : BANDUNG : JAWA BARAT DEPUTI III MENLH BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DAN PERUBAHAN
Lebih terperinciBab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi
Bab 3 Rencana Kegiatan Pembangunan Sanitasi 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Salah satu sasaran pembangunan air limbah yang akan dicapai pada akhir perencanaan ini adalah praktek BABS dari 60 % menjadi
Lebih terperinciARI WISONO X
FASILITAS WISATA AIRMATA AIR INGAS COKRO TULUNG DI KLATEN TATA RUANG LUAR, TATA MASSA DAN PENAMPILAN BANGUNAN YANG MFRESPON POTFNSI ALAM BAB I A. LATAR BELAKANG 1. Umum Indonesia memiliki potensi alam
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi
69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda,
Lebih terperinciANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA BATAM PADA TAHUN 2025
ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA BATAM PADA TAHUN 2025 Atik Wahyuni 1, Junianto 2. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Universitas Internasional Batam Jl. Gajah Mada, Baloi
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di
IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,
Lebih terperinci