VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung. akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3)."

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung Situ Rawa Badung merupakan salah satu situ DKI Jakarta yang terbentuk secara alami. Semula luas Situ Rawa Badung mencapai 5 Ha, namun saat ini luas situ ini sekitar 3 Ha dengan kedalaman ± 6 meter. Penyusutan luas situ terjadi akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3). Situ Rawa Badung berfungsi sebagai resapan atau penampung air hujan, pengendali banjir serta sebagai sumber air irigasi daerah Buaran dan Cakung Barat. Dengan luas 3 Ha, Situ Rawa Badung memiliki daya tampung hingga m 3. Namun, di bagian tepi situ telah dipenuhi sampah dan bagian permukaan air situ ditutupi oleh tanaman air seperti eceng gondok menyebabkan situ tersebut tidak dapat berfungsi secara optimal. Akibatnya, apabila hujan turun dengan curah yang cukup tinggi air situ mudah meluap dan menggenangi pemukiman yang ada di sekitarnya. Selain dipenuhi sampah dan eceng gondok, di sekeliling bantaran situ tersebut telah dibangun bangunan-bangunan rumah liar tidak permanen. Bangunan liar yang dibangun oleh warga yang tidak bertanggung jawab tersebut membuat luasan dari situ semakin menyempit. Hal ini karena para warga tersebut mengurug atau menimbun tanah pada lahan situ untuk memperkuat fondasi bangunan yang mereka bangun. Dampak bangunan liar tersebut membuat kondisi situ semakin semeraut dan tidak sedap dipandang. Pada musim kemarau, situ mengalami kekeringan dan kedalaman air situ menyusut hingga empat meter. Pada saat air situ mengering, saat itulah situ tersebut mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat dan masyarakat sekitar 55

2 pun merasa terganggu akan hal tersebut. Bau busuk menyengat diduga berasal dari tumpukan sampah yang semakin banyak dan endapan lumpur yang ada pada situ tersebut. Berdasarkan kondisi situ fisik Situ Rawa Badung yang cukup buruk, dipertanyakan bagaimana sebenarnya pengelolaan terhadap situ tersebut. Ternyata, Situ Rawa Badung belum dikelola secara serius oleh pihak-pihak terkait seperti Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Propinsi DKI Jakarta, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, maupun pemerintahan setempat. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pegawai Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Propinsi DKI Jakarta, belum adanya pengelolaan secara khusus dan serius terhadap Situ Rawa Badung dikarenakan belum tercapainya upaya untuk melakukan perluasan situ tersebut. Hal ini karena warga pemilik lahan yang berada di sekeliling situ tersebut belum bersedia membebaskan lahan mereka untuk perluasan situ. Berdasarkan data Kelurahan Jatinegara mengenai hak kepemilikan lahan sekitar Situ Rawa Badung menyebutkan bahwa sebagian besar lahan pada RW 008 dan RW 013 adalah milik warga pribumi setempat. Namun, lahan sejauh 5 meter di sekeliling situ tersebut (lahan yang dijadikan bangunan ilegal) merupakan lahan bebas yang seharusnya dikelola pemerintah. Akan tetapi, untuk melakukan perluasan pada situ, tidak cukup hanya dengan membongkar bangunan liar yang berada di tepian situ. Pemerintah (DPU DKI Jakarta) membutuhkan kurang lebih 2 ha lahan sekitar situ untuk dapat dilakukan perluasan. Oleh karena itu, pemerintah masih menunggu kesediaan para pemilik lahan untuk membebaskan lahan mereka. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan upaya 56

3 perluasan terhadap Situ Rawa Badung demi pengelolaan yang lebih baik terhadap kondisi fisik situ tersebut. Menurut Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Propinsi DKI Jakarta, untuk sementara pengelolaan terhadap situ tersebut mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang sumberdaya air dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air. Apabila masyarakat telah bersedia membebaskan lahannya untuk perluasan situ, maka pihak terkait dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Propinsi DKI Jakarta akan mengkaji kembali mengenai pengelolaan Situ Rawa Badung. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, terdapat tujuan yang menyebutkan bahwa menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, pengelolaan secara terpadu terhadap Situ Rawa Badung perlu diupayakan sesegera mungkin karena apabila situ tersebut dibiarkan terus menerus tanpa pengelolaan akan merugikan warga yang bermukim disekitar situ tersebut. Perbuatan segelintir warga yang tidak bertanggung jawab dapat berakibatkan kerugian bagi masyarakat lainnya. Jadi, selain dibutuhkan turun tangan pemerintah terkait, diperlukan juga kesadaran diri bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan kebersihan serta kelestarian Situ Rawa Badung. 6.2 Identifikasi Persepsi Responden Mengenai Kerusakan Situ Rawa Badung Situ merupakan salah satu ekosistem dari lingkungan yang tidak dapat dipisahkan bagi kehidupan makhluk hidup yang berada di sekitarnya. Kerusakan suatu ekosistem menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan yang berada di 57

4 sekitarnya. Dengan kata lain, penurunan kualitas suatu ekosistem akan mengganggu ekosistem lainnya yang berdampingan baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikan halnya dengan Situ Rawa Badung yang saat ini mengalami penurunan kualitas ekosistemnya. Kerusakan yang terjadi pada situ tersebut berdampak negatif bagi masyarakat yang bermukim di sekitar situ. Misalnya, pencemaran yang menimbulkan bau busuk menyengat dan banjir luapan yang terjadi akibat pendangkalan Situ Rawa Badung Persepsi Responden Terhadap Kondisi Fisik Situ Rawa Badung Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap kondisi fisik Situ Rawa Badung berbeda-beda, antara lain sangat buruk, buruk, dan cukup baik. Statistik penilaian responden terhadap kondisi fisik Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Statistik Penilaian Responden Terhadap Kondisi Fisik Situ Rawa Badung Kategori Jumlah Persentase (%) 1 Sangat buruk Buruk Cukup Baik Baik Sangat Baik 0 0 Mean Median 2 Standar Deviasi Sample Variance Sebagian besar responden yaitu sebanyak 70 responden (73%) menyatakan bahwa kondisi fisik Situ Rawa Badung dapat dikategorikan pada kategori buruk. Sebanyak 22 responden (23%) mengkategorikan kondisi fisik situ tersebut pada kategori sangat buruk. Empat responden (4%) mengkategorikan kondisi fisik situ 58

5 tersebut pada kondisi cukup baik. Tidak ada responden yang menyebutkan kondisi fisik situ pada kategori baik dan sangat baik. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 2 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai kondisi fisik Situ Rawa Badung termasuk dalam kategori buruk. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 2, nilai tersebut juga menunjukkan kondisi fisik situ tersebut termasuk dalam kategori buruk menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah , artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rataratanya adalah sebesar Sample variance berdasarkan data tersebut adalah , nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rata-ratanya sejauh Kondisi Situ Rawa Badung yang terlantar akibat ketidaksadaran masyarakat sekitar mengenai pentingnya kelestarian situ tersebut. Tindakan masyarakat sekitar yang tidak bertanggung jawab seperti membuang sampah dan limbah domestik rumah tangga langsung ke situ tersebut. Akibatnya, di tepi situ dipenuhi sampah, seperti plastik-plastik, dedaunan kering, botol-botol, kalengkaleng bekas, serta jenis sampah lainnya. Akumulasi limbah domestik rumah tangga yang dibuang langsung ke situ tersebut menyebabkan kekeruhan pada warna air situ semakin pekat dan menimbulkan bau busuk yang menyengat. Selain itu, pada permukaan air situ juga dipenuhi tanaman air seperti eceng gondok yang tumbuh subur pada permukaan situ tersebut. Keseluruhan dari responden mengetahui bahwa telah terjadi kerusakan pada Situ Rawa Badung. Oleh karena itu, masing-masing responden tersebut 59

6 mampu memberikan penilaian terhadap kondisi dari situ tersebut seperti yang telah disebutkan sebelumnya Persepsi Responden Terhadap Kebersihan Lingkungan Sekitar Situ Rawa Badung Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap kebersihan linkungan di sekitar Situ Rawa Badung bervariasi. Penilaian responden antara lain tidak bersih, kurang bersih, cukup bersih, dan bersih. Sebanyak 50 responden menilai kebersihan lingkungan di sekitar situ pada kategori kurang bersih. Sedangkan sebanyak satu responden menilai pada kategori bersih. Statistik penilaian reponden terhadap kebersihan lingkungan di sekitar Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Statistik Penilaian Responden Terhadap Kebersihan Lingkungan di Situ Rawa Badung Kategori Jumlah Persentase (%) 1 Tidak bersih Kurang bersih Cukup bersih Bersih Sangat bersih 0 0 Mean Median 2 Standar Deviasi Sample Variance Sebagian besar responden yaitu sebanyak 50 responden (52%) menyatakan bahwa kebersihan lingkungan di Situ Rawa Badung dapat dikategorikan pada kategori kurang bersih. Sebanyak 34 responden (35%) mengkategorikan kebersihan lingkungan di situ tersebut pada kategori tidak bersih. Sebanyak 11 responden (12%) mengkategorikan kualitas lingkungan di situ tersebut pada kondisi cukup bersih. Satu responden (1%) mengkategorikan kualitas lingkungan 60

7 di situ tersebut pada kategori bersih. Tidak ada responden yang menyebutkan kualitas lingkungan di situ tersebut pada kategori sangat bersih. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 2 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai kualitas lingkungan di Situ Rawa Badung termasuk dalam kategori kurang bersih. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 2, nilai tersebut juga menunjukkan kualitas lingkungan di situ tersebut termasuk dalam kategori kurang bersih menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah , artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rata-ratanya adalah sebesar Sample variance berdasarkan data tersebut adalah , nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rataratanya sejauh Penilaian responden mengenai lingkungan sekitar situ adalah pada kategori kurang bersih. Hal ini didukung dengan keadaan sebenarnya di lingkungan situ. Dimana terdapat sampah-sampah yang tidak di tampung pada tempatnya, melainkan dibiarkan berserakan dan menyumbat saluran air. Selain itu, bangunan liar yang berada pada bantaran situ tersebut menambah kesan kurang bersih dan kumuh pada lingkungannya. Sebanyak satu responden menyatakan pendapat bahwa lingkungan sekitar situ tergolong pada kategori bersih. Menurut responden tersebut, lingkungan di sekitar tempat tinggalnya yang berjarak kurang dari 50 meter terhadap situ tergolong bersih. Alasannya, beberapa warga cukup sadar mengenai kepentingan kebersihan sekitar rumah tinggal mereka. Oleh karena itu, beberapa warga tersebut berinisiatif tinggi untuk selalu membersihkan lingkungan rumah 61

8 tinggalnya pada setiap harinya. Sayangnya, hanya beberapa warga yang memiliki pemikiran tersebut sedangkan sebagian besar warga cenderung tidak peduli akan kepentingan kebersihan Persepsi Responden Mengenai Kenyamanan Tinggal di Sekitar Situ Rawa Badung Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden mengenai kenyamanan tinggal di sekitar Situ Rawa Badung bervariasi. Penilaian responden antara lain tidak nyaman, kurang nyaman, cukup nyaman, dan nyaman. Sebanyak 53 responden mengaku cukup nyaman tinggal di sekitar situ. Sedangkan sebanyak 6 responden mengaku tidak nyaman tinggal di sekitar situ. Statistik penilaian responden mengenai kenyaman tinggal di sekitar Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Statistik Penilaian Responden Mengenai Kenyamanan Tinggal di Sekitar Situ Rawa Badung Kategori Jumlah Persentase (%) 1 Tidak nyaman Kurang nyaman Cukup nyaman Nyaman Sangat nyaman 0 0 Mean Median 3 Standar Deviasi Sample Variance Sebagian besar responden yaitu sebanyak 53 responden (55%) menyatakan bahwa kenyamanan tinggal di sekitar Situ Rawa Badung dapat dikategorikan pada kategori cukup nyaman. Sebanyak 20 responden (21%) mengkategorikan kenyamanan tinggal di sekitar situ tersebut pada kategori kurang nyaman. Sebanyak 17 responden (18%) mengkategorikan kenyamanan tinggal di sekitar 62

9 situ tersebut pada kondisi nyaman. Enam responden (6%) mengkategorikan kenyamanan tinggal di sekitar situ tersebut pada kondisi tidak nyaman. Tidak ada responden yang menyebutkan kenyamanan tinggal di sekitar situ pada kategori sangat nyaman. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 3 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai kenyamanan tinggal di sekitar Situ Rawa Badung termasuk dalam kategori cukup nyaman. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 3, nilai tersebut juga menunjukkan kenyamanan tinggal di sekitar situ tersebut termasuk dalam kategori cukup nyaman menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah , artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rata-ratanya adalah sebesar Sample variance berdasarkan data tersebut adalah , nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rata-ratanya sejauh Kenyamanan tinggal di sekitar Situ Rawa Badung dinilai para responden dari beberapa sudut pandang. Bagi responden yang mengaku cukup nyaman dan nyaman tinggal dilokasi tersebut dikarenakan mereka telah cukup lama tinggal di lokasi tersebut dan telah terbiasa dengan kondisi lingkungan setempat. Sedangkan bagi responden yang mengaku kurang nyaman dan tidak nyaman, hal tersebut karena mereka belum lama tinggal di lokasi tersebut. Berdasarkan tingkat kebersihan, lingkungan sekitar situ memang tidak dapat dikatakan nyaman, namun keramahan dan keterikatan antara warga satu dengan yang lainnya memberikan kesan nyaman tersendiri. 63

10 6.2.4 Persepsi Responden Mengenai Bentuk Kerusakan Situ Rawa Badung Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden mengenai bentuk kerusakan Situ Rawa Badung adalah pencemaran serta pendangkalan. Sebanyak 83 responden menilai bentuk kerusakan Situ Rawa Badung berupa pencemaran dan pendangkalan. Selebihnya, yaitu sebanyak 13 responden menilai bentuk kerusakan situ berupa pencemaran saja. Statistik penilaian responden mengenai bentuk kerusakan Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Statistik Penilaian Responden Mengenai Bentuk Kerusakan Situ Rawa Badung Kategori Jumlah Persentase (%) 1 Pencemaran & Pendangkalan Pencemaran saja Pendangkalan saja 0 0 Mean Median 1 Standar Deviasi Sample Variance Sebagian besar responden yaitu sebanyak 83 responden (86%) menyatakan bahwa bentuk kerusakan Situ Rawa Badung berupa pencemaran dan pendangkalan. Sebanyak 13 responden (14%) menyatakan bahwa kerusakan situ tersebut hanya berupa pencemaran saja. Tidak ada responden yang menyebutkan kerusakan situ tersebut berupa pendangkalan saja. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 1 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai bentuk kerusakan Situ Rawa Badung adalah pencemaran dan pendangkalan. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 1, nilai tersebut juga menunjukkan kerusakan situ tersebut berupa 64

11 pencemaran dan pendangkalan menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah , artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rata-ratanya adalah sebesar Sample variance berdasarkan data tersebut adalah , nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rata-ratanya sejauh Sebagian besar responden mengetahui bahwa kerusakan yang terjadi pada Situ Rawa Badung adalah akibat pencemaran dan pendangkalan. air yang berwarna hijau pekat dan berbau busuk serta sampah-sampah yang terdapat pada permukaan situ telah menunjukkan terjadinya pencemaran. Pendangkalan yang terjadi pada situ tersebut disebabkan endapan lumpur dan sampah. Bagi responden yang menilai pancemaran saja sebagai bentuk dari kerusakan situ, responden tersebut menganggap sampah-sampah yang dibuang ke situ tersebut hanya mengakibatkan terjadinya pencemaran terhadap situ tersebut. Responden tersebut tidak berfikir bahwa sampah-sampah yang tertimbun di situ tersebut dapat menyebabkan pendangkalan pada situ. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan responden mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka terhadap bentuk dari kerusakan situ tersebut Persepsi Responden Mengenai Sumber Kerusakan Situ Rawa Badung Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden mengenai sumber kerusakan Situ Rawa Badung bervariasi, yaitu sampah, konversi lahan, serta limbah. Sebanyak 75 responden menilai sumber kerusakan Situ Rawa Badung berasal dari sampah. Sebanyak 18 responden menilai konversi lahan 65

12 sebagai sumber kerusakan situ. Sedangkan sisanya, sebanyak 3 responden menganggap limbah sebagai sumber kerusakan situ. Statistik penilaian responden mengenai sumber kerusakan situ dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12. Statistik Penilaian Responden Mengenai Sumber Kerusakan Situ Rawa Badung Kategori Jumlah Persentase (%) 1 Sampah Konversi lahan Limbah 3 3 Mean 1.25 Median 1 Standar Deviasi Sample Variance Sebagian besar responden yaitu sebanyak 75 responden (78%) menyatakan bahwa sumber kerusakan Situ Rawa Badung adalah sampah. Sebanyak 18 responden (19%) menyatakan bahwa sumber kerusakan situ tersebut adalah konversi lahan situ. Sisanya sebanyak 3 responden (3%) menyatakan bahwa limbah sebagai sumber kerusakan situ tersebut. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 1 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai sumber kerusakan Situ Rawa Badung adalah sampah. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 1, nilai tersebut juga menunjukkan sumber kerusakan situ tersebut adalah sampah menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah , artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rataratanya adalah sebesar Sample variance berdasarkan data tersebut adalah , nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rata-ratanya sejauh

13 Sebagian besar responden menilai sampah sebagai penyebab kerusakan situ. Sampah merupakan penyebab pencemaran serta pendangkalan yang terjadi pada Situ Rawa Badung. Selain sampah, konversi lahan situ menjadi jalan oleh pemerintah serta pemukiman liar oleh warga yang tidak bertanggung jawab turut menyebabkan kerusakan pada situ. Hal tersebut menyebabkan semakin sempitnya luas situ dan seringkali terjadi banjir akibat situ tidak mampu menampung air hujan. Sampah-sampah yang terdapat pada situ tidak lain merupakan akibat ulah masyarakat sekitar pula. Masyarakat yang kurang menyadari pentingnya keseimbangan lingkungan pada Situ Rawa Badung tetap melakukan tindakan yang pada akhirnya merusak kondisi situ tersebut. Kenyataannya, situ dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah serta sampah oleh para warga. Akumulasi limbah domestik rumah tangga yang bermukim sekitar situ tersebut juga turut menjadi salah satu penyebab dari pencemaran yang terjadi pada situ tersebut Persepsi Responden Mengenai Pengaruh Kerusakan Situ Rawa Badung Terhadap Aktivitas Sehari-hari Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden mengenai pengaruh kerusakan Situ Rawa Badung terhadap aktivitas sehari-hari responden bervariasi. Penilaian responden antara lain sangat mengganggu, mengganggu, cukup mengganggu, kurang mengganggu dan tidak mengganggu. Sebanyak 44 responden menyatakan bahwa kerusakan situ cukup mengganggu aktivitas sehariharinya. Sedangkan 1 responden menyatakan bahwa kerusakan situ sama sekali tidak mengganggu aktivitas sehari-harinya. Statistik penilaian responden 67

14 mengenai pengaruh kerusakan Situ Rawa Badung terhadap aktivitas sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Statistik Penilaian Responden Mengenai Pengaruh Kerusakan Situ Rawa Badung Terhadap Aktivitas Sehari-hari Kategori Jumlah Persentase (%) 1 Sangat mengganggu Mengganggu Cukup mengganggu Kurang mengganggu Tidak mengganggu 1 1 Mean Median 3 Standar Deviasi Sample Variance Sebagian besar responden yaitu sebanyak 44 responden (46%) menyatakan bahwa pengaruh kerusakan Situ Rawa Badung terhadap aktivitas sehari-hari dapat dikategorikan pada kategori cukup mengganggu. Sebanyak 32 responden (33%) mengkategorikan pengaruh kerusakan situ tersebut terhadap aktivitas sehari-hari pada kategori mengganggu. Sebanyak 13 responden (14%) mengkategorikan pengaruh kerusakan situ tersebut terhadap aktivitas sehari-hari pada kategori kurang mengganggu. Enam responden (6%) mengkategorikan pengaruh kerusakan situ tersebut terhadap aktivitas sehari-hari pada kategori sangat mengganggu. Satu responden (1%) yang menyebutkan pengaruh kerusakan situ tersebut terhadap aktivitas sehari-hari pada kategori tidak mengganggu. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 3 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai pengaruh kerusakan Situ Rawa Badung terhadap aktivitas sehari-hari termasuk dalam kategori cukup mengganggu. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 3, nilai tersebut juga menunjukkan pengaruh kerusakan situ tersebut terhadap aktivitas sehari-hari termasuk dalam 68

15 kategori cukup mengganggu menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah , artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rata-ratanya adalah sebesar Sample variance berdasarkan data tersebut adalah , nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rata-ratanya sejauh Sebagian besar responden menyatakan bahwa kerusakan Situ Rawa Badung telah mempengaruhi aktivitas sehari-hari mereka. Pencemaran situ yang menimbulkan bau tidak sedap mempengaruhi kesehatan dari responden dan keluarganya, misalnya terserang gangguan pernapasan dan penyakit lainnya. Penurunan kondisi kesehatan tentu mengganggu aktivitas sehari-hari. Sedangkan pendangkalan yang menyebabkan banjir selain menghambat aktiviitas sehari-hari, banjir juga menimbulkan wabah penyakit seperti diare, gatal-gatal dan sebagainya. Bagi responden yang tidak merasa terganggu akibat kerusakan situ, hal itu dikarenakan telah terbiasanya sedari dulu dengan kondisi situ tersebut. 6.3 Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ Rawa Badung Kerusakan yang terjadi pada Situ Rawa Badung berupa pencemaran dan pendangkalan. Kerusakan situ bersumber pada timbunan sampah yang terdapat pada sekeliling situ. Hal ini dikarenakan sebagian warga yang belum atau kurang menyadari kebersihan dan kelestarian situ. Oleh karena itu, masih banyak warga yang dengan leluasa tetap membuang limbah dan sampah ke situ tersebut. Akibatnya, saat ini kerusakan yang terjadi pada situ semakin parah dan berdampak negatif terhadap masyarakat. 69

16 Pada penelitian ini dampak negatif dari kerusakan Situ Rawa Badung dinilai berdasarkan kerugian ekonomi yang diderita masyarakat sekitar situ tersebut. Nilai kerugian ekonomi masyarakat berdasarkan terjangkit penyakit diestimasi melalui pendekatan biaya kesehatan (Cost of Illness). Sedangkan nilai kerugian ekonomi masyarakat berdasarkan upaya pencegahan dari banjir diestimasi melalui pendekatan biaya pencegahan banjir (Preventive Expenditure) Biaya Kesehatan (Cost of Illness) Kerusakan yang terjadi pada Situ Rawa Badung menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat yang bermukim di sekitar situ tersebut. Pencemaran maupun luapan situ tersebut dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Penyakit yang diderita masyarakat menyebabkan mereka perlu mengeluarkan biaya untuk mengobati penyakit tersebut. Selain mengeluarkan biaya pengobatan, masyarakat secara tidak langsung juga dirugikan karena tidak dapat beraktivitas seperti biasa sehingga tanpa disadari mengalami kehilangan pendapatan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukan bahwa sebanyak 70 responden (73%) mengaku sering terserang penyakit akibat pencemaran dan luapan dari situ tersebut. Sedangkan sisanya, yaitu sebanyak 26 responden (27%) mengaku tidak merasakan dampak dari pencemaran dan luapan situ terhadap kesehatan dirinya dan keluarganya. Perbandingan jumlah responden yang sering terserang penyakit dan yang tidak terserang penyakit akibat kerusakan Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Gambar 13 berikut ini. 70

17 27% 73% sering terserang penyakit tidak terserang penyakit Gambar 13. Perbandingan Jumlah Reponden Mengenai Keterjangkitan Penyakit Akibat Kerusakan Situ Rawa Badung Pendapatan yang Hilang (Cost of Time) Pendapatan yang hilang (Cost of Time) dihitung berdasarkan jumlah hari tidak bekerja karena sakit dikalikan dengan pendapatan responden per hari. Perhitungan dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan responden, non pegawai dan pegawai. Untuk mengestimasi pendapatan yang hilang pada pegawai dilakukan pendekatan Value of Sick Leave. Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden yang mengaku sering terserang penyakit, sebanyak 48 responden (69%) apabila terserang penyakit tidak mengganggu aktivitas bekerjanya, sehingga tidak terjadi kehilangan pendapatan pada responden tersebut. Sebanyak 22 responden (31%) sisanya apabila terserang penyakit tidak dapat bekerja seperti biasanya. Dari 22 responden tersebut, sebanyak 12 responden bekerja sebagai pegawai dengan penghasilan tetap pada setiap bulannya. Sebanyak 10 responden lainnya merupakan non pegawai yang bekerja sebagai wiraswasta, sopir, buruh, dan pekerjaan lainnya yang memiliki penghasilan tidak tetap pada setiap bulannya. Pada perhitungan besarnya pendapatan yang hilang bagi responden yang bekerja sebagai pegawai diestimasi melalui pendekatan Value of Sick Leave 71

18 dengan asumsi jam kerja untuk pegawai adalah 40 jam per minggu dan jumlah jam kerja per tahun adalah 2080 jam (1 tahun = 52 minggu). Misalnya diketahui seorang responden yang memiliki pendapatan sebesar Rp ,- per bulan dengan waktu kerja lima hari per minggu. Dalam setahun, responden tersebut menderita sakit sebanyak dua kali. Ketika sakit, ia tidak dapat bekerja selama dua hari. 1) Jam kerja per hari = jam kerja per minggu jumlah hari kerja per minggu = 40 5 = 8 jam 2) Gaji per tahun = gaji per bulan 12 bulan = Rp ,- 12 = Rp ,- 3) Upah per jam = gaji per tahun jumlah jam kerja per tahun = Rp , = Rp ,46,- 4) jam tidak bekerja = jumlah hari tidak bekerja jam kerja per hari = 2 8 =16 jam 5) Value of Sick Leave = jam tidak bekerja upah per jam = 16 Rp ,- = Rp ,38,- Jadi, responden tersebut tanpa disadari secara langsung telah kehilangan pendapatannya sebesar Rp ,- per periode sakit dan Rp ,- per tahun karena responden tersebut dalam setahun terserang penyakit sebanyak dua kali. 72

19 Pada perhitungan pendapatan yang hilang bagi responden yang nonpegawai lebih sederhana dibandingkan dengan responden yang pegawai. Dalam perhitungan ini, hanya mengalikan jumlah pendapatan per hari dengan jumlah hari tidak bekerja karena sakit. Pendapatan per hari didapat dengan mengkonversi pendapatan rata-rata perbulan mereka. Dalam hal ini diasumsikan jumlah hari bekerja dalam sebulan adalah 25 hari. Misalnya, diketahui pendapatan rata-rata per bulan seorang responden yang bekerja sebagai wiraswata adalah sebesar Rp ,- dan tidak dapat bekerja selama 6 hari apabila terserang penyakit. Dalam setahun, ia terserang penyakit sebanyak dua kali. Berikut ini adalah contoh perhitungan kehilangan pendapatan begi responden non-pegawai. 1) pendapatan per hari = rata-rata pendapatan per bulan hari kerja per bulan = Rp ,- 25 = Rp ,- 2) Pendapatan yang hilang = pendapatan per hari jumlah hari tidak bekerja = Rp ,- 6 = Rp ,- Jadi, responden tersebut telah kehilangan pendapatannya sebesar Rp ,- per periode sakit dan Rp ,- per tahun karena responden tersebut dalam setahun terserang penyakit sebanyak dua kali. Berdasarkan perhitungan, pendapatan yang hilang (Cost of Time) dari keseluruhan responden yang tidak dapat bekerja selama satu kali sakit adalah sebesar Rp ,-. Jumlah responden yang tidak dapat bekerja karena sakit adalah sebanyak 22 responden, sehingga rata-rata pendapatan responden yang hilang adalah sebesar Rp ,-. Nilai total pendapatan responden yang hilang 73

20 yang tidak dapat bekerja karena sakit dalam satu tahun adalah sebesar Rp ,- dengan rata-rata Rp ,-. Nilai ini diperoleh dengan asumsi setiap kali terserang penyakit tersebut selama satu tahun, responden tidak bekerja selama responden menderita satu periode penyakit tersebut. Berdasarkan data, maka diperoleh total nilai pendapatan yang hilang masyarakat sekitar Situ Rawa Badung yang dihitung berdasarkan persentase populasi yang setara dengan persentase responden untuk satu periode sakit adalah sebesar Rp ,- sedangkan total nilai pendapatan yang hilang masyarakat sekitar Situ Rawa Badung selama satu tahun adalah sebesar Rp ,- (lihat tabel 14). Tabel 14. Total Nilai Pendapatan Masyarakat yang Hilang No Hal Satu Periode Satu Tahun 1 Pendapatan yang hilang ,5 responden (Rp) 2 Jumlah responden (KK) Rata-rata pendapatan yang , ,6 hilang responden (Rp) 4 Populasi (KK) Total pendapatan yang hilang masyarakat (Rp) , , Biaya Pengobatan Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 70 responden yang terjangkit penyakit akibat kerusakan Situ Rawa Badung menyebutkan beberapa penyakit yang sering mereka derita. Sebanyak 33 responden menderita penyakit gangguan pernapasan seperti asma atau sesak napas. Sebanyak 32 responden menderita penyakit kulit seperti gatal-gatal, kutu air, dan sebagainya. Sebanyak 28 responden menderita penyakit diare. Dalam hal ini, satu responden yang mewakili satu keluarga yang memungkinkan menderita lebih dari satu jenis penyakit. 74

21 Jumlah responden yang sering terjangkit penyakit akibat kerusakan situ yaitu sebanyak 70 responden, ternyata tidak keseluruhan dari responden tersebut yang melakukan pengobatan sebagai upaya penyembuhan dari penyakit tersebut. Sebanyak 9 responden tidak melakukan upaya apapun dalam penyembuhan penyakitnya. Responden cenderung menganggap penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya tanpa harus diobati. Selebihnya yaitu sebanyak 61 responden melakukan upaya penyembuhan dari penyakit dengan cara berobat ke puskesmas maupun dokter praktek di daerah setempat. Namun, beberapa dari responden tersebut tidak berobat ke puskesmas maupun dokter praktek, melainkan hanya membeli obat dari apotik atau warung-warung setempat. Dari 61 responden yang melakukan upaya pengobatan, terdapat 58 responden yang megeluarkan biaya kesehatan sedangkan dua responden lainnya menggunakan fasilitas asuransi kesehatan yang dimiliki. Responden tersebut memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil yang mendapat pelayanan kesehatan secara gratis. Namun, berdasarkan hasil penelitian tidak semua responden yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil menggunakan fasilitas asuransi kesehatan yang dimiliki. Responden tersebut lebih memilih berobat ke dokter praktek dikarenakan pelayanan yang lebih memuaskan dibandingkan dengan pelayanan puskesmas. Selain itu, responden tersebut memilih untuk mengobati penyakit dengan cara membeli obat di apotek maupun warung-warung sekitar tempat tinggal mereka dikarenakan lebih praktis daripada berobat ke dokter praktek maupun puskesmas terdekat. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah biaya yang dikeluarkan oleh keseluruhan responden untuk pengobatan penyakit yang ditimbulkan oleh 75

22 pencemaran maupun luapan Situ Rawa Badung selama satu periode adalah sebesar Rp ,-. Jumlah responden yang mengeluarkan biaya pengobatan adalah sebanyak 59 responden, sehingga biaya pengobatan rata-rata yang dikeluarkan responden adalah Rp ,- per Kepala Keluarga (KK). Total biaya pengobatan yang dikeluarkan responden dalam satu tahun adalah sebesar Rp ,- dengan rata-rata Rp ,- per KK. Nilai ini diperoleh dengan asumsi setiap kali responden menderita penyakit tersebut dalam kurun waktu satu tahun, responden mengeluarkan biaya yang sama ketika menderita sakit dalam satu periode. Berdasarkan data, maka diperoleh total biaya pengobatan yang dikeluarkan masyarakat sekitar Situ Rawa Badung yang dihitung berdasarkan persentase populasi yang setara dengan persentase responden untuk satu periode sakit adalah sebesar Rp ,- sedangkan total biaya pengobatan yang dikeluarkan masyarakat sekitar Situ Rawa Badung selama satu tahun adalah sebesar Rp ,- (lihat tabel 15). Tabel 15. Total Biaya Pengobatan Masyarakat Hal Satu Periode Satu Tahun 1. Jumlah biaya pengobatan responden (Rp) 2. Jumlah responden (KK) Rata-rata biaya pengobatan responden (Rp) 4. Populasi (KK) Total biaya pengobatan masyarakat (Rp)

23 Tabel 16. Total Biaya Kesehatan Masyarakat Hal Satu Periode Satu Tahun 1. Total kehilangan pendapatan masyarakat , ,3 2. Total biaya pengobatan masyarakat Total biaya kesehatan , ,8 masyarakat (Rp) Tabel 16 menunjukan total biaya kesehatan yang dikeluarkan responden pada satu periode dan satu tahun. Total biaya kesehatan didapatkan dengan menjumlahkan total kehilangan pendapatan masyarakat dan total biaya pengobatan masyarakat. Total biaya kesehatan yang dikeluarkan masyarakat pada satu periode adalah sebesar Rp ,- sedangkan untuk satu tahun adalah sebesar Rp ,-. Nilai total biaya kesehatan masyarakat sekitar Situ Rawa Badung merupakan salah satu bentuk kerugian masyarakat secara ekonomi Biaya Pencegahan Banjir (Preventive Expenditure) Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukan bahwa sebanyak 87 responden yang merasakan banjir dari luapan Situ Rawa Badung. Sedangkan sisanya sebanyak 9 responden tidak merasakan banjir secara langsung. Berdasarkan 87 responden yang merasakan banjir luapan situ secara langsung, terdapat 48 responden (55%) melakukan upaya pencegahan bencana banjir akibat meluapnya Situ Rawa Badung. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 39 responden (45%) tidak melakukan upaya pencegahan banjir. Hal tersebut dikarenakan mereka menghuni rumah sewaan atau kontrakan. Mereka merasa tidak perlu melakukan tidakan apapun terhadap rumah yang mereka huni dikarenakan rumah tersebut bukan milik 77

24 mereka seutuhnya. Perbandingan responden yang melakukan dan tidak melakukan upaya pencegahan banjir dapat di lihat pada Gambar 14 berikut ini. 45% melakukan upaya pencegahan 55% tidak melakukan upaya pencegahan Gambar 14. Presentase Responden Dalam Upaya Pencegahan Banjir Situ Rawa Badung Banjir yang terjadi pada lingkungan sekitar Situ Rawa Badung sebenarnya berasal dari luapan situ yang tidak mampu menampung tingginya curah hujan. Apabila terjadi hujan secara terus-menerus, air permukaan situ akan meluap dan menggenangi lingkungan di sekitar situ tersebut. Pendangkalan yang terjadi pada situ tersebut merupakan penyebab meluapnya air situ ke lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 87 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukan bahwa persepsi responden mengenai penyebab terjadinya banjir atau meluapnya permukaan Situ Rawa Badung bervariasi. Sebanyak 59 responden menyebutkan sampah merupakan penyebab meluapnya Situ Rawa Badung. Sebanyak 16 responden menyebutkan bahwa konversi lahan situ sebagai penyebab meluapnya situ tersebut. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 12 responden menyebutkan bahwa tingginya curah hujan yang menyebabkan meluapnya air permukaan situ. Perbandingan persepsi responden mengenai penyebab meluapnya Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Gambar 15 berikut ini. 78

25 Jumlah Responden curah hujan sampah konversi lahan Gambar 15. Perbandingan Persepsi Responden Mengenai Penyebab Meluapnya Situ Rawa Badung Areal tepi situ yang dijadikan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat sekitar. Tumpukan sampah yang semakin hari semakin banyak menyebabkan menyempitnya areal situ. Selain itu, sampah juga menyebabkan saluran outlet Situ Rawa Badung tersumbat sehingga memungkinkan terjadinya banjir karena penyumbatan saluran outlet situ. Pembangunan Jalan DR. KRT. Radjiman Widyodiningrat telah membelah situ menjadi dua bagian, yaitu sebelah barat dan timur. Saat ini, situ bagian barat telah berubah menjadi lahan pemukiman warga, sementara situ bagian timur masih tetap berisi air. Namun, situ bagian timur pun telah dipenuhi bangunan liar yang dibangun di sekeliling bantaran Situ Rawa Badung. Kondisi Situ Rawa Badung yang semakin menyempit sangat memungkinkan terjadinya banjir karena semakin berkurangnya daya tampung situ tersebut. Curah hujan merupakan salah satu faktor alam yang turut menimbulkan terjadinya banjir pada Situ Rawa Badung. Apabila situ tersebut tidak mengalami kerusakan (pendangkalan dan penyempitan luas area), tentunya situ tidak akan 79

26 meluap hanya karena curah hujan. Namun, kondisi situ yang mengalami kerusakan menjadikan curah hujan menjadi faktor yang mempengaruhi meluapnya air permukaan situ tersebut. Hal ini disebabkan tidak lancarnya saluran outlet situ serta berkurangnya daya tampung air situ tersebut. Kecenderungan situ yang meluap ketika curah hujan tinggi menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat sekitar. Selain menimbulkan kerusakan rumah beserta perabotnya, air genangan luapan situ juga menimbulkan penyakit diantaranya diare, gatal-gatal, kutu air, dan penyakit kulit lainnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan guna meminimalisasi kerugian ekonomi yang akan ditimbulkan akibat meluapnya Situ Rawa Badung. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 48 responden yang melakukan upaya pencegahan banjir, menunjukan bahwa upaya pencegahan yang dilakukan responden bervariasi. Membangun tanggul, meninggikan lantai dasar rumah, dan menambah lantai rumah merupakan upaya pencegahan terhadap banjir yang dilakukan oleh responden. Sebanyak 22 responden melakukan upaya pencegahan banjir dengan cara meninggikan lantai dasar rumah mereka. Sebanyak 18 responden melakukan upaya pencegahan banjir dengan cara membangun tanggul di sekeliling atau di bagian depan rumah mereka. Sedangkan sebanyak 8 responden melakukan upaya pencegahan banjir dengan cara menambah lantai rumah. Perbandingan upaya pencegahan terhadap banjir yang dilakukan oleh responden dapat dilihat pada Gambar 16 berikut ini. 80

27 25 22 Jumlah Responden membangun tanggul meninggikan lantai rumah menambah lantai rumah Gambar 16. Perbandingan Upaya Pencegahan Banjir Yang Dilakukan Oleh Responden Perhitungan biaya pencegahan terhadap banjir (Preventive Expenditure), dihitung dengan cara mengkonversikan biaya yang dikeluarkan oleh warga pada tahun tertentu ke nilai saat ini (present value) dengan tingkat suku bunga tertentu. Perhitungan ini disebut discounting. Tingkat suku bunga yang digunakan dalam proses perhitungan adalah suku bunga tabungan Bank Indonesia tahun 2011, yaitu sebesar 6,75%. Berdasarkan hasil perhitungan, biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk melakukan tindakan membangun tanggul di sekeliling maupun di bagian depan rumah adalah sebesar Rp ,- per Kepala Keluarga (KK). Total biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk membuat tanggul didapatkan nilai sebesar Rp ,-. Untuk biaya rata-rata yang dikeluarkan masyarakat dalam upaya meninggikan lantai dasar rumah adalah sebesar Rp ,- per KK. Total biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk melakukan tindakan peninggian lantai dasar rumah yaitu sebesar Rp ,-. Sedangkan biaya rata-rata yang dikeluarkan masyarakat untuk melakukan penambahan lantai pada rumah adalah 81

28 sebesar Rp ,- per KK. Total biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk melakukan biaya penambahan lantai rumah yaitu sebesar Rp ,-. Total keseluruhan dari upaya pencegahan banjir akibat luapan Situ Rawa Badung yang dilakukan oleh masyarakat adalah sebesar Rp ,-. Perhitungan biaya pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Total Biaya Pencegahan Banjir Masyarakat Situ Rawa Badung No Tindakan Pencegahan Jumlah Biaya (Rp) Rata-rata Biaya (Rp) Populasi (KK) Total Biaya Pencegahan (Rp) 1 Pembuatan Tanggul 2 Peninggian Lantai Dasar Rumah 3. Penambahan Jumlah Lantai Rumah Total Skenario 1: Apabila tingkat suku bunga tabungan Bank Indonesia tahun 2011 adalah sebesar 3%, maka total kerugian ekonomi masyarakat karena melakukan upaya pencegahan terhadap luapan Situ Rawa Badung adalah sebesar Rp ,-. Biaya rata-rata yang dikeluarkan masyarakat yang melakukan upaya pencegahan dengan cara membangun tanggul adalah sebesar Rp ,- per KK; peninggian lantai dasar rumah sebesar Rp ,- per KK; penambahan jumlah lantai rumah sebesar Rp ,- per KK. Tabel 18 berikut ini menunjukkan total biaya pencegahan yang 82

29 dilakukan masyarakat di sekitar situ dengan tingkat suku bunga discounting sebesar 3%. Tabel 18. Total Biaya Pencegahan Banjir Masyarakat Situ Rawa Badung dengan Tingkat Suku Bunga Discounting 3% No Tindakan Pencegahan Jumlah Biaya (Rp) Rata-rata Biaya (Rp) Populasi (KK) Total Biaya Pencegahan (Rp) 1 Pembuatan Tanggul 2 Peninggian Lantai Dasar Rumah 3. Penambahan Jumlah Lantai Rumah Total Skenario 2: Apabila tingkat suku bunga tabungan Bank Indonesia tahun 2011 adalah sebesar 5%, maka total kerugian ekonomi masyarakat karena melakukan upaya pencegahan terhadap luapan Situ Rawa Badung adalah sebesar Rp ,-. Biaya rata-rata yang dikeluarkan masyarakat yang melakukan upaya pencegahan dengan cara membangun tanggul adalah sebesar Rp ,- per KK; peninggian lantai dasar rumah sebesar Rp ,- per KK; penambahan jumlah lantai rumah sebesar Rp ,- per KK. Tabel 19 berikut ini menunjukkan total biaya pencegahan yang dilakukan masyarakat di sekitar situ dengan tingkat suku bunga discounting sebesar 5%. 83

30 Tabel 19. Total Biaya Pencegahan Banjir Masyarakat Situ Rawa Badung dengan Tingkat Suku Bunga Discounting 5% No Tindakan Pencegahan Jumlah Biaya (Rp) Rata-rata Biaya (Rp) Populasi (KK) Total Biaya Pencegahan (Rp) 1 Pembuatan Tanggul 2 Peninggian Lantai Dasar Rumah 3. Penambahan Jumlah Lantai Rumah Total Skenario 3: Apabila tingkat suku bunga tabungan Bank Indonesia tahun 2011 adalah sebesar 10%, maka total kerugian ekonomi masyarakat karena melakukan upaya pencegahan terhadap luapan Situ Rawa Badung adalah sebesar Rp ,-. Biaya rata-rata yang dikeluarkan masyarakat yang melakukan upaya pencegahan dengan cara membangun tanggul adalah sebesar Rp ,- per KK; peninggian lantai dasar rumah sebesar Rp ,- per KK; penambahan jumlah lantai rumah sebesar Rp ,- per KK. Tabel 20 berikut ini menunjukkan total biaya pencegahan yang dilakukan masyarakat di sekitar situ dengan tingkat suku bunga discounting sebesar 10%. 84

31 Tabel 20. Total Biaya Pencegahan Banjir Masyarakat Situ Rawa Badung dengan Tingkat Suku Bunga Discounting 10% No Tindakan Pencegahan Jumlah Biaya (Rp) Rata-rata Biaya (Rp) Populasi (KK) Total Biaya Pencegahan (Rp) 1 Pembuatan Tanggul 2 Peninggian Lantai Dasar Rumah 3. Penambahan Jumlah Lantai Rumah Total Berdasarkan hasil perhitungan berbagai skenario diatas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rupiah yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan terhadap luapan Situ Rawa Badung tergantung dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Semakin rendah tingkat suku bunga yang berlaku saat ini, maka semakin rendah pula total rupiah nilai kerugian ekonomi apabila dihitung pada nilai saat ini (present value). Demikian sebaliknya, semakin tinggi tingkat suku bunga yang berlaku saat ini, maka semakin tinggi pula total rupiah nilai kerugian ekonomi apabila dihitung pada nilai saat ini (present value). Perbandingan pengaruh tingkat suku bunga berdasarkan skenario diatas terhadap total biaya pencegahan yang dikeluarkan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 17 berikut ini. 85

32 3E+09 2,5E+09 total rupiah (Rp) 2E+09 1,5E+09 1E persentase tingkat suku bunga (%r) bangun tanggul peninggian lantai dasar tambah jumlah lantai Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2011) Gambar 17. Perbandingan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Total Biaya Pencegahan 86

IV. METODE PENELITIAN. lokasi dipilih secara sengaja (purposive) karena berdasarkan data, daerah ini

IV. METODE PENELITIAN. lokasi dipilih secara sengaja (purposive) karena berdasarkan data, daerah ini IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pemukiman sekitar Situ Rawa Badung, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Kotamadya Jakarta Timur, Propinsi DKI Jakarta.

Lebih terperinci

penamaan bagi danau yang memiliki ukuran yang kecil 1.

penamaan bagi danau yang memiliki ukuran yang kecil 1. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah perairan di Indonesia terdiri atas perairan laut dan perairan darat. Perairan laut berupa lautan serta selat sedangkan perairan darat mencakup sungai dan danau.

Lebih terperinci

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sungai merupakan sumber air yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia. Sungai juga menjadi jalan air alami untuk dapat mengalir dari mata air melewati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Permukiman Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari. Permukiman perlu ditata agar dapat berkelanjutan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan, dimana hampir semua aktifitas ekonomi dipusatkan di Jakarta. Hal ini secara tidak langsung menjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Data Survei Dari survei menggunakan metode wawancara yang telah dilakukan di Desa Karanganyar Kecamatan Karanganyar RT 01,02,03 yang disebutkan dalam data dari

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden 6.1.1 Penilaian Responden terhadap Kebersihan Desa Galuga Lingkungan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan. VI. IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN BAHAN GALIAN C 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan Pertambangann Banyaknya industri tambang di berbagai skala menjadikan

Lebih terperinci

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR Oleh: EVA SHOKHIFATUN NISA L2D 304 153 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang lebih terpusat di kota-kota besar, menjadi daya tarik bagi penduduk untuk bermigrasi, dengan semakin besarnya jumlah penduduk tersebut semakin besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS 3.3.1. Analisis Kedudukan Kawasan A. Analisis Kedudukan Kawasan Kawasan prioritas yaitu RW 1 (Dusun Pintu Air, Dusun Nagawiru, Dusun Kalilangkap Barat, dan Dusun Kalilangkap

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keadaan responden berdasarkan umur pada tabel 12 berikut ini: 50 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Umur Responden Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data wawancara langsung kepada responden

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang 16 PENDAHULUAN Latar Belakang Rawa sebagai salah satu habitat air tawar yang memiliki fungsi yang sangat penting diantaranya sebagai pemancingan, peternakan, dan pertanian. Melihat fungsi dan peranan rawa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari 3.1.1 Batas Administrasi Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan, yang merupakan salah satu bagian wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia telah meningkatkan taraf kehidupan penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan pertumbuhan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berlokasi di wilayah yang rawan terhadap berbagai kejadian bencana alam, misalnya bahaya geologi (gempa, gunung api, longsor,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 KEGUNAAN KONDISI FISIK SITU

Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 KEGUNAAN KONDISI FISIK SITU Tabel : SD-12B (T). LOKASI PENGAMBILAN SAMPEL SITU/WADUK DI DKI JAKARTA Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2014 1 Waduk Melati Jalan Teluk Betung Kelurahan Waduk ini dikelola oleh PWSCC Waduk ini berfungsi

Lebih terperinci

BAB V PENCEMARAN SUNGAI DUSUN LUWUNG. yang langsung dialirkan pada sungai. Hal tersebut menyeba bkan pe ndangkalan

BAB V PENCEMARAN SUNGAI DUSUN LUWUNG. yang langsung dialirkan pada sungai. Hal tersebut menyeba bkan pe ndangkalan 76 BAB V PENCEMARAN SUNGAI DUSUN LUWUNG Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air bersih, pengelolaan sampah yang

Lebih terperinci

Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan

Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 2, Nomor 1, Februari 2017 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 31-36 Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan Novrianti Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Indonesia Sehat 2010 yang dicanangkan Departemen Kesehatan pada tahun 1998 yang lalu memiliki tujuan-tujuan mulia, salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup tinggi, dengan curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun. Air merupakan sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana telah mengakibatkan suatu penderitaan yang mendalam bagi korban serta orang yang berada di sekitarnya. Kerugian tidak hanya dialami masyarakat yang terkena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelayan merupakan kelompok masyarakat yang mata pencahariannya sebagian besar bersumber dari aktivitas menangkap ikan dan mengumpulkan hasil laut lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpadu dengan lingkungannya dan diantaranya terjalin suatu hubungan fungsional

BAB I PENDAHULUAN. terpadu dengan lingkungannya dan diantaranya terjalin suatu hubungan fungsional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup dipandang sebagai satu sistem yang terdiri dari subsistem-sistem. Dalam ekologi juga manusia merupakan salah satu subsistem dalam ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang ada di kota-kota telah menimbulkan kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap pencemaran, kesehatan dan lingkungan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan

V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN. Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan V. DESKRIPSI LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Kelurahan Kamal Muara merupakan wilayah pecahan dari Kelurahan Kapuk, Kelurahan Kamal dan Kelurahan Tegal Alur, dengan luas wilayah 1 053 Ha. Terdiri dari 4 Rukun

Lebih terperinci

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan Menanam dan merawat pohon Mengelola sampah dengan benar Mulai dari diri sendiri menjaga kebersihan untuk hidup sehat 1 Perubahan Iklim,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang disebabkan oleh konversi lahan. Menurut Budiman (2009), konversi lahan disebabkan oleh alasan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Cikapundung adalah salah satu sungai yang membelah Kota Bandung melewati 9 kecamatan yang mencakup 13 kelurahan. Sungai Cikapundung memiliki fungsi dan peran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB 1 PENDAHULUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Belik merupakan anak Sungai Gajahwong yang mengalir melintasi tiga pedukuhan, yaitu Pedukuhan Karangwuni, Pedukuhan Karanggayam, dan Pedukuhan Kocoran. Sungai

Lebih terperinci

Bagi masyarakat yang belum menyadari peran dan fungsi Situ, maka ada kecenderungan untuk memperlakukan Situ sebagai daerah belakang

Bagi masyarakat yang belum menyadari peran dan fungsi Situ, maka ada kecenderungan untuk memperlakukan Situ sebagai daerah belakang SUMBER DAYA AIR S alah satu isu strategis nasional pembangunan infrastruktur SDA sebagaimana tercantum dalam Renstra Kementerian PU 2010 2014 adalah mengenai koordinasi dan ketatalaksanaan penanganan SDA

Lebih terperinci

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok.

taman, dua petugas penyapu jalan utama, dan dua petugas UPS Mutu Elok. BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Deskripsi Perumahan Cipinang Elok Perumahan Cipinang Elok terletak di Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Perumahan ini memiliki dua pintu gerbang utama,

Lebih terperinci

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 63 BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 7.1 Dampak Ekologi Konversi lahan pertanian ke pemukiman sangat berdampak negatif terhadap ekologi. Secara ekologis, perubahan telah terjadi

Lebih terperinci

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM. VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH 7.1 Memperoleh Sumber Air Tanah Air tanah merupakan salah satu sumber air bersih utama yang masih digunakan oleh sebagian besar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Banjir Banjir adalah peristiwa meluapnya air yang menggenangi permukaan tanah, dengan ketinggian melebihi batas normal. Banjir umumnya terjadi pada saat aliran air melebihi volume

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drainase merupakan sarana dan prasarana untuk mengalirkan air hujan dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah kondisi dari keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi merupakan salah satu permasalahan yang umumnya terjadi di daerah perkotaan. Dampak langsung yang dihadapi oleh pemerintah

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan menunjukkan bahwa manusia dengan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,

Lebih terperinci

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM Wardatul Jannah & Itratip Wenk_84@yahoo.co.id, itratip80@gmail.com Dosen Teknik Lingkungan Universitas Nahdatul Ulama (UNU) NTB Abstrak;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, yang terletak di dataran pantai Utara Jawa. Secara topografi mempunyai keunikan yaitu bagian Selatan berupa pegunungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Perencanaan pengembangan drainase di wilayah Kota Batam khususnya di Kecamatan Batam Kota sangatlah kompleks. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai, sehingga memiliki potensi sumber daya air yang besar. Sebagai salah satu sumber daya air, sungai memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Air merupakan salah satu elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam proses kehidupan dan pertumbuhannya. Pada

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN SINTESIS

V. ANALISIS DAN SINTESIS V. ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Analisis 5.1.1 Analisis Fisik 5.1.1.1 Analisis Topografi Wilayah Banjarmasin bagian utara memiliki ketinggian permukaan tanah rata-rata 0,16 m di bawah permukaan air laut,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Kelurahan Penjaringan memiliki lahan seluas 395.43 ha yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa II. TINJAUAN PUSTAKA Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa penelitian dan kajian berkaitan dengan banjir pasang antara lain dilakukan oleh Arbriyakto dan Kardyanto (2002),

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang sering terjadi bencana, seperti bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, gempa bumi, dan lain-lainnya. Bencana yang terjadi di kota-kota

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN Kelayakan kawasan hunian salah satunya adalah tersedianya kebutuhan prasarana dan sarana permukiman yang mampu memenuhi kebutuhan penghuni didalamnya untuk melakukan aktivitas,

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki danau besar yang jumlahnya ± 500 danau. Danau ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki danau besar yang jumlahnya ± 500 danau. Danau ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki danau besar yang jumlahnya ± 500 danau. Danau ini tersebar di setiap pulau besar seperti, Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, kecuali Pulau

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pada Pasal 1 butir (1) disebutkan bahwa sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijaga karena banyak sekali manfaatnya. Lingkungan yang bersih adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air merupakan unsur utama. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 43 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Umum Kelurahan Depok Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Depok Nomor : 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Lurah bertanggung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan

I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan kualitas penduduk merupakan tujuan pembangunan dan sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan kualitas penduduk berarti peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan akan dipaparkan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan infrastruktur permukiman kumuh di Kecamatan Denpasar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, Kelurahan Petogogan dan Kelurahan Pela Mampang. Sungai Krukut merupakan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEKERINGAN DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 OLEH DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PEMUKIMAN PROVINSI BANTEN

PENANGGULANGAN KEKERINGAN DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 OLEH DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PEMUKIMAN PROVINSI BANTEN PENANGGULANGAN KEKERINGAN DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 OLEH DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PEMUKIMAN PROVINSI BANTEN Oleh : Bayu Sugara, S.Kom SERANG Salah satu permasalahan yang selalu hadir di musim kemarau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii ABSTRAK... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di pertambangan bahan galian C

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di pertambangan bahan galian C IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini mengambil lokasi di pertambangan bahan galian C Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan tujuan utama bagi penduduk untuk berurbanisasi karena mereka pada umumnya melihat kehidupan kota yang lebih modern dan memiliki lebih banyak lapangan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU) 1 Pendahuluan Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang banyak dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk kegiatan pertanian, industri, perumahan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dalam kenyataannya lebih akrab dengan lingkungan alamnya daripada dengan lingkungan teknologi. Keadaan alam masih lebih menentukan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pertanian sudah pasti tidak dapat dilakukan. perbaikan cara bercocok tanam. (Varley,1993).

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pertanian sudah pasti tidak dapat dilakukan. perbaikan cara bercocok tanam. (Varley,1993). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai pada kegiatan industri sekalipun. Didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan yang bertujuan untuk membangun manusia indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan yang bertujuan untuk membangun manusia indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang bertujuan untuk membangun manusia indonesia seutuhnya sudah tentu tidak terlepas dari tujuan agar kehidupan manusia itu terdapat keserasian, keselarasan

Lebih terperinci

HIDROSFER IV. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER IV. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir dan faktor penyebabnya. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan permukiman yang dihadapi kota kota besar di Indonesia semakin kompleks. Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang tinggi terbentur pada kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampah merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia. Selain itu, sampah juga berpotensi besar menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang ada, berbagai macam aktifitas manusia pasti berhubungan dengan lingkungan. Salah atu kelebihan

Lebih terperinci

KONSEP DRAINASE DI LAHAN RAWA Oleh: Rusdi HA

KONSEP DRAINASE DI LAHAN RAWA Oleh: Rusdi HA KONSEP DRAINASE DI LAHAN RAWA Oleh: Rusdi HA Perumahan yang dibangun di Banjarmasin dan daerah rawa sekitarnya, tidak terlihat adanya penataan drainase lahan yang sistematis. Keadaan tanah pada daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini upaya peningkatan kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh sebagian besar Pemerintah Daerah dan kota di Indonesia melalui pencanangan berbagai program

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. Eskalasi dan siklus banjir yang semakin pendek di Kota. Surabaya selama paruh kedua abad ke-20, terjadi karena

BAB VIII KESIMPULAN. Eskalasi dan siklus banjir yang semakin pendek di Kota. Surabaya selama paruh kedua abad ke-20, terjadi karena BAB VIII KESIMPULAN Eskalasi dan siklus banjir yang semakin pendek di Kota Surabaya selama paruh kedua abad ke-20, terjadi karena perubahan dan degradasi lingkungan perkotaan yang masif selama lima puluh

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. dikenal dengan sebutan Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP). Penggunaan

V. GAMBARAN UMUM. dikenal dengan sebutan Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP). Penggunaan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Kelurahan Jatinegara Kelurahan Jatinegara merupakan salah satu kelurahan dari tujuh kelurahan yang berada pada Kecamatan Cakung,

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BANJIR DAN KEKERINGAN. Pertemuan 4

BANJIR DAN KEKERINGAN. Pertemuan 4 BANJIR DAN KEKERINGAN Pertemuan 4 BANJIR Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Selain sebagai air minum, air juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keperluan

Lebih terperinci

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO 1 LEMBAR PENGESAHAN Aturan Bersama Penataan Lingkungan Permukiman Desa Kedungsarimulyo telah dirumuskan secara partisipatif melalui siklus Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Hidrologi Analisis hidrologi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan rangkaian dalam perencanaan bangunan air seperti sistem drainase, tanggul penahan banjir dan

Lebih terperinci