EFEKTIFITAS PEMAKAIAN REAKTOR SHUNT GITET UNGARAN DALAM MENGKOMPENSIR DAYA REAKTIF SUTET 500 KV UNGARAN BANDUNG SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIFITAS PEMAKAIAN REAKTOR SHUNT GITET UNGARAN DALAM MENGKOMPENSIR DAYA REAKTIF SUTET 500 KV UNGARAN BANDUNG SELATAN"

Transkripsi

1 EFEKTIFITAS PEMAKAIAN REAKTOR SHUNT GITET UNGARAN DALAM MENGKOMPENSIR DAYA REAKTIF SUTET 500 KV UNGARAN BANDUNG SELATAN

2

3 Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2012 ISSN EFEKTIFITAS PEMAKAIAN REAKTOR SHUNT GITET UNGARAN DALAM MENGKOMPENSIR DAYA REAKTIF SUTET 500 KV UNGARAN BANDUNG SELATAN M.Toni Prasetyo 1) dan Andika Akhmad2) 1,2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Semarang toniprast@gmail.com ABSTRAK Operasi sub jaringan tegangan ekstra tinggi Jawa Bali pada saluran panjang tanpa pembangkit yaitu Ungaran - Bandung Selatan dalam keadaan tanpa beban / beban rendah akan timbul arus pengisian relatif tinggi karena pengaruh adanya kapasitansi saluran ke tanah. Arus pangisian yang tinggi mengakibatkan terjadinya daya reaktif kapasitif (Mvar) yang besar. Daya reaktif yang dibangkitkan oleh SUTET 500 KV adalah kurang lebih 1 (satu) Mvar per kms, jadi jika jarak Ungaran - Bandung Selatan adalah 342,847 Kms maka daya reaktif yang dibangkitkan kurang lebih 343 Mvar. Akibatnya tegangan sisi terima akan lebih tinggi dari tegangan sisi kirim, melebihi batas toleransi yang diijinkan oleh PT PLN (Persero) yaitu > 5% diatas tegangan nominal 500 KV. Karena tegangan 500 KV lebih tinggi dari tegangan nominalnya maka direspon pula oleh tegangan kerja dibawahnya yaitu 150 KV dan 20 KV akan lebih tinggi juga yang pada akhirnya berpengaruh terhadap sistem kelistrikan Jawa Bali termasuk konsumen / beban. Untuk mengatasi adanya gejala kenaikan tegangan sisi terima lebih tinggi dari sisi kirim (terutama saluran panjang) perlu dipasang alat kompensasi berupa reaktor shunt pada kedua ujung, sisi terima maupun sisi kirim. Kata kunci: Reaktor shunt, Kompensasi, Tegangan Tingi mengakibatkan PENDAHULUAN Operasi reaktif kapasitif (MVAR) yang besar. Daya reaktif ekstra tinggi Jawa Bali pada saluran yang dibangkitkan oleh SUTET 500 KV panjang tanpa pembangkit yaitu Ungaranadalah kurang lebih 1 (satu) MVAR per Bandung Selatan dalam keadaan tanpa kms, jadi jika jarak Ungaran-Bandung beban / beban rendah maka akan timbul Selatan adalah 342,847 Kms maka daya arus

4 karena reaktif yang dibangkitkan kurang lebih 343 pengaruh adanya kapasitansi saluran ke MVAR. Akibatnya tegangan di sisi terima tanah. akan lebih tinggi dari tegangan di sisi kirim 42 Arus jaringan daya tegangan pengisian sub terjadinya relatif pangisian tinggi yang tinggi M.Toni Prasetyo dan Andika Akhmad Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2013 ISSN melebihi batas toleransi yang diijinkan oleh 1.2,1. PT PLN (Persero) yaitu > 5% diatas Conductor)

5 tegangan nominal 500 KV. Penghantar Berkas (Bundled Karena Efek kulit (Skin Effect) konduktor tegangan 500 KV lebih tinggi dari tegangan tunggal tiap fasa pada Tegangan Ekstra nominalnya maka direspon pula oleh Tinggi mengakibatkan terjadinya korona tegangan kerja dibawahnya yaitu 150 KV (rugi rugi daya yang berada pada kulit dan 20 KV akan lebih tinggi juga yang pada konduktor), radio interferensi dan kuat akhirnya medan electro magnetic/static yang besar. berpengaruh terhadap sistem kelistrikan Jawa Bali termasuk konsumen / Dengan mempergunakan 2 (dua) beban. atau lebih konduktor tiap fasa yang disusun 1. TINJUAN PUSTAKA dengan menggunakan pengikat konduktor 1.1.

6 Saluran Udara pada Sistem (spacer) dengan jarak pemisah antar fasa fasanya, maka gradien Tegangan Tinggi Transmisi Saluran transmisi berfungsi pada penghantar dapat dikurangi. menyalurkan tenaga listrik dari pusat-pusat Konduktor semacam ini dikatakan sebagai pembangkit listrik ke beban/konsumen konduktor berkas (bundled). (Hutauruk. TS. Ir. MSc, 1985). Dalam menentukan Impedansi pada Impedansi Seri Saluran Transmisi konduktor berkas maka berlaku juga Suatu saluran transmisi mempunyai 4 persamaan persamaan untuk menentukan

7 (empat) parameter yang mempengaruhi impedansi urutan yang telah diuraikan kemampuan hantar arus (capacity carrying sebelumnya (H. Hidayat. Ir, 1994). current) yaitu :Resistansi (R), Induktansi Untuk konduktor berkas berlaku rumus : (L), Kapasitansi (C) dan Konduktansi (G). Ra (berkas) = Pada saluran udara transmisi tegangan tinggi / ekstra tinggi (SUTT / SUTET) ra n Dimana n = jumlah konduktor per fasa. Demikian pula untuk menghitung konduksi (G) sangat kecil maka untuk analisis impedansi sendiri dan bersama maka sehingga penghantar berkas Ds diganti dengan Dsb perhitungan perhitungan akan jauh lebih dimana harga harga Dsb adalah sebagai mudah dan pengaruhnya masih dalam berikut : batas batas yang diijinkan. - perhitungan perhitungan konduktansi G diabaikan Untuk berkas dua konduktor Dsb = Efektifitas Pemakaian Reaktor...

8 4 D s. d 2 Ds. d 43 Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember Untuk berkas tiga konduktor Dsb = - 9 Ds. d.d 3 jarak pemisah sama (Joseph A. Edminser. Ir, 1994). 3 Ds d 2 (2.20) Besarnya Deq = Dm Untuk berkas empat konduktor Dsb 16 ISSN D s. = d.d.d.21 / 2 4 berkas. Dimana : Dab Dbc Dac Meter dan besarnya Ds sesuai dengan konduktor 1,09 4 Ds.d 3

9 3 tunggal maupun (2.21) konduktor 1,2.3. Saluran Ganda Tiga Fasa Dsb = GMR dari konduktor berkas Saluran ganda tiga fasa mempunyai 2 (dua) konduktor paralel per fasa dan arus Ds = GMR dari sub-konduktor d = jarak antara dua sub-konduktor. terbagi rata antara kedua konduktor, baik karena susunan konduktor yang simetris maupun yang transposisi. 1,2.2. Saluran Tunggal Tiga Fasa Dengan Jarak Pemisah Tidak Sama saluran 2 ditopang oleh satu menara yang Saluran tunggal tiga fasa dengan jarak pemisah tidak sama mempunyai fluks gandeng dan induktansi tidak sama tiap masing masing fasa. Induktansi Kedua konduktor saluran 1 dan yang berlainan setiap fasa menghasilkan suatu biasanya dinamakan dua sirkit (double circuit) sehingga jarak kedua saluran tidak begitu besar oleh karenanya induktansi bersama tidak dapat diabaikan dimana : GMD= 12 d12 d13 d15 d16 d 23 d 24 d 26 d 34 d 35 d 45 d 46 d 56

10 GMR= 9 d11 d12 d13 d 21 d 22 d 23 d 31 d 32 d 33 Meter rangkaian yang berlainan. Keseimbangan ketiga fasa dapat dikembalikan dengan mempertukarkan dengan posisi posisi penghantar pada selang jarak yang teratur disepanjang sehingga saluran setiap sedemikian penghantar Hubungan Arus dan Tegangan Pada Saluran Transmisi rupa Representasi akan saluran transmisi menduduki posisi semula penghantar yang menggambarkan hubungan antara tegangan lain pada suatu jarak yang sama. Pertukaran dan arus dengan memperhitungkan fakta posisi penghantar disebut (transposition). bahwa keempat parameter yaitu R, L, C, Kondisi induktansi fluks setelah gandeng transposisi

11 dan adalah seimbang dan sama dengan saluran dan dan G sebenarnya sepanjang saluran tersebar transmisi. merata Saluran panjang menengah dapat dipresentasikan dengan R dan L sebagai parameter terpusat 44 M.Toni Prasetyo dan Andika Akhmad Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2013 ISSN dan setengah kapasitansi ke netral dari yang menyebabkan tegangan di sisi terima saluran terpusat pada masing masing ujung lebih tinggi dari tegangan di sisi kirim ekivalen. (shunt (William D. Stevenson. Ir, 1990). dalam 1, Reaktor Shunt Konduktansi conductance) G

12 paralel diabaikan perhitungan tegangan dan arus pada saluran Reaktor shunt adalah suatu transmisi daya. kumparan yang dipasang paralel dengan 1, Saluran Transmisi Jarak sistem sehingga mempunyai kemampuan Menengah untuk menyerap daya reaktif kapasitif dari Saluran transmisi jarak menengah, sistem admitansi shunt yang merupakan kapasitansi murni dapat ditempatkan pada tenaga listrik sesuai dengan kapasitas terpasang (daya dan tegangan kerja) reaktor shunt tersebut. satu titik di tengah saluran (nominal T) atau

13 Reaktor shunt dioperasikan pada 2 (dua) titik ditempatkan pada (digunakan) pada sistem yang mempunyai masing masing arus pengisian yang besar pada saat beban ujung pengirim dan penerima (nominal ). ringan/rendah, disamping itu reaktor shunt 1, Saluran Panjang digunakan untuk memperkecil momenteary Dalam saluran panjang (long over voltage karena terputusnya saluran distance) rangkaian parameter sebenarnya transmisi pada salah tidak terpusat menjadi satu, melainkan digunakan tersebar merata di seluruh panjang satuan.

14 (energize) pada jaringan transmisi yang juga saat satu ujungnya, pengisian line panjang. Reaktor shunt dapat dipasang langsung pada line transmisi, bus tegangan ekstra tinggi, atau melalui kumparan tersier transformator 1 fasa 3 kumparan (1 phase three pole) yang berfungsi untuk penyerapan tegangan sekunder saat beban ringan / rendah (Weddy BM, 1988). Gambar.1. Saluran Panjang Reaktor shunt dipergunakan dalam Effect Ferranti Pada Jaringan mengkompensir sistem tenaga listrik Jawa Tegangan Ekstra Tinggi Bali yang dipasang pada sisi Bus 500 KV, Effect ferranti merupakan gejala Line maupun sisi tersier 66 KV Trafo medan listrik akibat adanya distribusi interbus (Trafo IBT) 500/150/66 KV kapasitansi sepanjang saluran transmisi Efektifitas Pemakaian Reaktor...

15 45 Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2012 ISSN dikarenakan cara pengoperasiannya yang MW, Cirata MW (Jawa Barat), Priok relatif dengan MW, Muara Karang MW, kapasitor seri maupun menggunakan SVC Muara Tawar 910 MW (DKI Jakarta) dan (alat kompensasi yang dapat berfungsi Suralaya sebagai reaktor maupun kapasitor shunt 500 Pembangkitan KV) belum dipergunakan. output tegangannya setelah melalui Trafo mudah. Kompensasi 3400 MW berskala besar (Banten). tersebut step-up terdapat dua sub sistem tegangan yaitu sub sistem 500 KV dan sub sistem 150 KV. Sub sistem 500 KV yaitu Paiton, Grati, Gresik 900 MW (Jatim), Saguling, Cirata (Jabar), Muara Tawar (DKI Jakarta), XR2 =

16 XR1,XR3 = Reactor line permanent dan Suralaya (Banten). Sedangkan sub Reactor bus dioperasikan masuk sistem 150 KV adalah Gresik 350 MW, keluar Tambak Lorok (Semarang), Priok dan Gambar.2. Pemasangan Reactor Shunt Muara Karang Kendala yang dihadapi saat ini 2, METODE PENELITIAN Metode yang adalah jarak transfer yang panjang (long digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu mengolah dan mengumpulkan menghitung, data, kemudian ditarik suatu kesimpulan dan memberikan saran-saran berdasarkan hasil analisa serta kesimpulan yang didapat Kenaikan Tegangan Akibat Beban Rendah Pada Saluran Transmisi Ungaran- Bandung Selatan Sistem Interkoneksi kelistrikan Jawa Bali diantaranya disuplai oleh pembangkit berskala besar (>100 MW) yang terletak di daerah Paiton 3200 MW, Grati 700 MW, length transmision) SUTET 500 KV antara Surabaya Barat Ungaran (252 Kms) dan Ungaran Bandung Selatan (343 Kms). Pada saat beban penuh (hari kerja normal) akibat efek feranti yang mengakibatkan daya reaktif kapasitif saluran relatif besar dapat diserap oleh beban sehingga tidak terjadi kelebihan tegangan (over voltage), tetapi pada kondisi beban rendah (low load condition)

17 yaitu pada hari libur/besar MVAR jaringan tidak dapat terserap oleh beban sehingga mengakibatkan tegangan pada substation (GITET) melebihi operasional tegangan kerja yang diijinkan Gresik 1350 MW (Jawa Timur), Tambak Lorok 1300 MW (Semarang), Saguling M.Toni Prasetyo dan Andika Akhmad Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2013 ISSN dari tegangan nominal (+5% sampai dengan (simpul). Aliran muatan adalah arus listrik, -10%). arus yang disebabkan oleh pengisian dan 2.2. Rangkaian Ekivalen Saluran pengosongan (charge dan discharge) suatu Transmisi Ungaran Bandung saluran karena tegangan bolak balik Selatan disebut arus pengisian, arus pengisian Dilihat dari jarak Kms saluran selalu mengalir dalam saluran transmisi transmisi Ungaran - Bandung Selatan yaitu

18 meskipun saluran tersebut dalam kondisi 343 Kms, maka rangkaian ekivalen yang terbuka (open circuit). Arus pengisian digunakan saluran karena pengaruh kapasitansi saluran akan panjang yang berarti kapasitansi terbagi rata menimbulkan daya reaktif. Besarnya daya sepanjang saluran. reaktif yang dibangkitkan oleh SUTET 500 adalah rangkaian Selanjutnya untuk keperluan analisis perhitungan saluran (satu) MVAR. Jika saluran 3 (tiga) fasa memperhitungkan Bandung Selatan Ungaran panjang 343 pengaruh kapasitansi untuk memperoleh km, maka daya reaktif yang dibangkitkan = hasil yang lebih teliti. 343 MVAR. panjang mempergunakan KV adalah kurang lebih 1 (satu) Kms = 1 dengan Karena saluran transmisi menggunakan

19 Untuk mengkompensir daya reaktif sistem tiga fasa yang keadaan arus dan yang tegangan adalah simetris (dengan atau tanpa induktor berupa Reaktor Shunt sebesar 343 transposisi), cukup MVAR yang dibangkitkan oleh SUTET dilakukan satu fasa. Sedangkan untuk tersebut yang dipasang di Ungaran dan uraian Bandung Selatan. maka analisis analisisnya dan perhitungannya menggunakan konstanta ABCD. demikian besar, perlu dipasang 2.4. Kompensasi Pada Saluran Transmisi 2.3. Pembangkitan Daya Reaktif Pada Saluran udara tegangan ekstra tinggi SUTET Bandung Selatan Ungaran

20 (SUTET) 500 KV Ungaran - Bandung Kondisi Beban Rendah Selatan merupakan saluran panjang Transfer energi melalui transmisi sehingga panjang menggunakan kompensasi untuk mengontrol tegangan tegangan bolak-balik (AC) pada saat beban kerja di setiap simpul di sepanjang saluran rendah (low load condition) menyebabkan yang terjadinya dielektrik yang dengan muatan yang besar pada membutuhkan berfungsi memperkecil

21 pada SUTET peralatan panjang tersebut. penghantar penghantarnya di setiap titik Efektifitas Pemakaian Reaktor Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2012 ISSN Tujuannya untuk memperbaiki / menaikkan gannet maupun dove dihubungkan satu kapasitas saluran daya. sama lain menggunakan pengikat Pada saat ini alat kompensasi saluran konduktor (spacer) dengan jarak konduktor panjang SUTET yang digunakan adalah satu dengan konduktor yang lain sebesar Reaktor Shunt yang tersambung pada sisi 450 mm yang terpasang setiap jarak 50 Bus 500 KV, sisi Line maupun sisi Tersier meter Trafo Interbus (Trafo IBT) 500/150/66 KV, dianggap sama dari Bandung Selatan

22 untuk jalur utara dipasang di GITET sampai Ungaran. Bandung Selatan, GITET Ungaran dan 2.6. Impedansi Seri Saluran Transmisi sehingga GMD maupun GMR GITET Krian (Surabaya Barat), sedangkan Impedansi seri saluran transmisi jalur selatan dipasang di GITET Kediri, antara Bandung Selatan Ungaran dengan GITET Pedan dan GITET Tasik. Adapun di tegangan kerja 500 KV adalah daerah lain seperti GITET Saguling, GITET Penghantar Bandung Selatan Cirebon, z = Cirata,.0,022 + j0,278 GITET Gandul dan GITET Tanjungjati yang relatif dekat dengan Penghantar Cirebon Ungaran pembangkit, 0, j 0,2763

23 pengaturan daya reaktif dengan cara menaikkan atau menurunkan eksitasi di pembangkitan (over or under axciter). Rating tegangan dan arus : Rating tegangan nominal = 500 KV Rating arus nominal Tabel Panjang Saluran Transmisi saluran transmisi = 2000 Ampere Data Teknis Lapangan Panjang z= antara Ungaran - Bandung Selatan adalah Data Untuk Saluran Transmisi Tegangan Ekstra Tinggi 500 KV Bandung Selatan Ungaran kms, penghantarnya dibagi menjadi 2 (dua) bagian. Dari Bandung Selatan Mandirancan (Cirebon) panjang saluran Konfigurasi Saluran Transmisi 119,167 Kms menggunakan konduktor Gambar 3.2 memperlihatkan penampang ACSR gannet, dari Mandirancan Ungaran dari saluran transmisi 3 (tiga) fasa antara

24 panjang saluran 223,680 kms menggunakan Bandung Selatan Ungaran yang bekerja ACSR dove. Luas penampang gannet = 4 x pada frekuensi 50 Hz. Jenis konduktor yang 2 392,84 mm dan luas penampang dove = 4 digunakan x 327,84 mm2. Keempat konduktor baik Conductor Steel Reinforced) type gannet 48 adalah ACSR (Alumunium M.Toni Prasetyo dan Andika Akhmad Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2013 ISSN untuk saluran Bandung Selatan Cirebon Kapasitas beban lebih untuk 10 menit: 23 dan type dove untuk saluran Cirebon MVAR pada 71,5 KV dan 993 Amp Ungaran. Sedangkan diameter luar masing Impedansi: 41,49 ohm / fasa 5 % masing konduktor adalah : Data Teknis Tiang 500 KV SUTET Saluran Bandung S Cirebon = 25,76 mm Ungaran - Bandung Selatan

25 Saluran Cirebon Ungaran Tiang 500 KV SUTET Ungaran - Bandung = 23,55 mm Selatan berjumlah sekitar 400 tiang. Perhitungannya setiap jarak 500 meter tanpa halangan (tidak berbelok dan tidak ada sungai atau yang membatasi lainnya) Gambar 3. Penampang Saluran Transmisi berdiri 1 (satu) tiang dan jarak bervariasi Antara Bandung Selatan Ungaran lainnya pada kondisi medan yang berat (sungai, belokan, bukit dan medan sulit Data Teknis Reaktor Shunt Ungaran lainnya) berdiri lagi 1 (satu) tiang. Jadi dipasang disisi Bus 500 KV dan sisi tersier dengan 342,847 kms jarak Ungaran - 66 KV Trafo IBT 500/150/66 KV. Bandung Selatan sekitar 400 tiang menara. Data teknis Reaktor sisi Bus 500 KV Data teknis tiang 500 KV Ungaran - Jenis Reaktor: 3 x 1 fasa Bandung Selatan. Hubungan: Y (Bintang) Jenis tiang Untuk data reaktor tiap fasanya:

26 Bentuk tiang : Delta Kapasitas daya reaktif: 100 MVAR Tinggi tiang Reaktor shunt Rating tegangan: 500 / GITET 3 KV Rating arus: 11,2 Ampere Frekuensi: 50 Hz Impedansi: 2500 Ohm 5 % Data teknis Reaktor sisi tersier Trafo IBT 500/150/66 KV Jenis Reaktor: 3 fasa Kapasitas daya reaktif: 105 MVAR : Tunggal : 44,8 Meter s/d 100 Meter Jenis Konduktor: ACSR Tipe Konduktor: Ganet dari Bandung Selatan Cirebon, Dove dari Cirebon Ungaran. Jarak Konduktor ke tanah minimal 34,480m Lebar keliling kaki tiang:10 Meter Penampang konduktor - Type Ganet = 4 x 392,84 mm2 - Type Dove = 4 x 327,84 mm2 Rating tegangan: 66 KV Rating arus: 918,5 ampere Jarak Spacer satu sama lain:50 meter Frekuensi: 50 Hz Penampang spacer: 450 mm Efektifitas Pemakaian Reaktor Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2012

27 ISSN DbSC = 1, PEMBAHASAN = 1, Perhitungan dan Analisis Pemakaian r. d 4 m 3 0, ,45 3 = 0,19728 Reaktor Shunt m Analisa Perhitungan Daya Reaktif Kapasitansi saluran transmisi Penghantar Saluran Ungaran - Bandung Selatan Bandung Selatan Cirebon Dari data diketahui bahwa impedansi seri C1 = In saluran transmisi Ungaran - Bandung 2 GMD D Selatan adalah Z = 95,30 84,900 Ohm / = fasa. Untuk mengetahui admitansi paralel terlebih dahulu dihitung kapasitansi saluran

28 F / km /fasa b sc 2.8, ,86707 In 0,20175 = 1, F / km /fasa transmisinya. Dan dari konfigurasi saluran transmisi Kapasitansi saluran transmisi Penghantar Cirebon Ungaran (gambar 3.2) diperoleh : D12 = 11,8 m D23 = 11,8 m D31 = 23,6 m C2 = In 2 GMD D F / km /fasa b sc Jadi jarak rata-rata geomterik (GMD) dan 2.8, ,86707 In 0,19728 radius rata rata geometrik (GMR) adalah : = 1, F / km /fasa d = = 0,45 m

29 Penghantar Bandung Selatan Ungaran : GMD = = 3 3 D12.D 23 D m Kapasitansi total saluran transmisi Bandung Selatan Ungaran 31 C 11,8.11,8.23,6 = 1, F / km /fasa m = 14,86707 m Admitansi pararel saluran transmisi Bandung Selatan Ungaran Penghantar Bandung Selatan Cirebon b D SC = 1,09 = 1, r. d 0, ,45 = 0,20175 Penghantar Cirebon Ungaran 50 y m 3

30 3 = j 3, Mho /fasa Y m =j2 fc = yl =j2 fcl = j , ,847 M.Toni Prasetyo dan Andika Akhmad Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2013 ISSN = 1, = j 1, Mho / fasa = 1, Mho / fasa Dari persamaan (2.71), (2.72) dan (2.73) telah diperoleh untuk mencari = 1, ,0936 = -2, j 1, persamaan konstanta bantu A, B, C dan D D = A = 0,9406 3,25 Dengan memasukkan nilai : Kenaikan Tegangan Di Sisi Terima Z Y ZY = 95,30 84,90 Ohm / fasa Diasumsikan tegangan kerja normal = 8,46 + j 94,9284 Ohm / fasa adalah 500 KV, maka arus pengisian (IC) = 1, Mho /fasa pada saluran transmisi saat terjadi aliran = j 1, Mho / fasa

31 arus : -3 = 95,30 84,90. 1, IC = C VS = 0, ,90 = (1, ,0936 ). = -0,123 + j 0, ( ) -3 2 Z Y =(8,46+j94,9284).(j1, ) = 632,5 90,0936 Ampere = 0,0149 j 0,00268 Arus = 0, ,196 pengisian ini akan menimbulkan daya reaktif kapasitif pada 3 3 = (8,46 + j 94,9284).(j 1, ) -4 = 4, j 1,66.10 saluran transmisi yang besarnya adalah : -4 = 4, ,0033 Q=

32 3 IC. VRL -4 = 3.632,5 90, ,1364 maka ZY Z 2Y 2 Z 3Y 3 A= A = 0,9406 < 3,25 = 0,939 + j 0,0549 ZY Z 2Y 2 Z 3Y 3 B = Z = 95,30 84,90 = 93, ,9936 = 8, j 92,9997 ZY Z 2Y 2 Z 3Y 3 C = Y Efektifitas Pemakaian Reaktor... =316, MVAR Kenaikan tegangan pada sisi terima saluran transmisi : Z = 95,30 84,90 = 8,46 + j 94,9284 IC R = 632,5. 8,46 =5.350,95 Volt IC X = 632,5. 94,9284 =60.042,21Volt VR = Vs + (IC R) + (IC X) = , ,213 = ,163 Volt 51 Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2012 ISSN Diagram vektor tegangan saluran transmisi sampai 10% dan tegangan diatas nominal beban rendah adalah : sampai 5 %. Kompensasi Dengan Reaktor Shunt Dengan menggunakan kompensasi reaktor shunt arus pengisian (IC) dapat diturunkan sehingga tegangan sisi terima dapat diturunkan. Gambar 4.1 Diagram vektor tegangan saluran transmisi Bandung

33 Selatan Derajat Kompensasi dimisalkan 70 % Kondisi sebelum dikompensasi Ungaran kondisi beban rendah Jadi kenaikan tegangan di sisi terima : VSL = , = ,163 Volt Konstanta umum saluran diberi notasi A1, B1, C1, dan D1 A1 = D1 = 0,9406 3,25 B1 = 93, ,9936 C1 =1, ,0936 Prosentase kenaikan tegangan : %VSL = ,16 x100 % Kondisi setelah dikompensasi B B L 0,7 C = 13,079 % Dimana Pada saat beban rendah aliran daya BC = 1, (load flow) mengalir ke GITET Ungaran BL = 0,7. 1, dikarenakan pembangkitan banyak yang beroperasi di wilayah barat (DKI Jakarta) = 8, Konstanta umum A2, B2, C2, dan D2 dan Jawa Barat sehingga bila tidak ada kompensasi maka tegangan di GITET Ungaran mencapai ,163 Volt. Hal tersebut tidak direkomendasikan karena melebihi batas operasional tegangan

34 kerja yang diijinkan oleh PLN yaitu -10 % s/d +5 % artinya operasional tegangan dibawah nominal Volt adalah 52 M.Toni Prasetyo dan Andika Akhmad Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2013 ISSN = ,285 + Gambar 4 Konstanta ABDC untuk Reaktor Shunt ,6639 A2 = D2 B2 =0 C2 = ,9489 Jadi kenaikan tegangan disisi terima : = j 8, VSL = 519,617, = ,9489 Mencari arus IC setelah dikompensasi IC B = BC VR 1 L BC = 189,75 90,0936 penurunan arus pengisian setelah dikompensasi direkomendasikan oleh PLN (maksimal 5 Penurunan tegangan setelah dikompensasi :

35 = 442,75 Ampere reaktif setelah dikompensasi: = Setelah dikompensasi dengan reaktor shunt % diatas tegangan nominal volt. = 632,5 189,75 Q = 3,92 % kenaikan tegangan dibawah 5 % masih ICHG = IC sebelum dikompensasi - IC daya 3.189, ,1364 = 94,875 VD % x 100 % = MVAR ,2141 x100% = 9,15 % = 95,30 84,90 Acuan = 8,46 + j 94,9284 tegangan dengan menggunakan reaktor Maka tegangan di sisi terima setelah untuk

36 VD % = IC R = 189,75.8,46 = 1.605,285 Volt IC X = 189,75.94,9284 = ,6639 prosentase penurunan shunt pada rumus (2.91) adalah : dikompensasi IS R x100% VS Dengan asumsi saat beban rendah arus pada sisi kirim maksimal A, maka : Volt Sehingga VR = VR sebelum.dikompensasi VR setelah.dikompensasi VS Dari data impedansi saluran : Z ,9489 x100% %VSL = Ampere (charging current) Besarnya Volt Prosentase kenaikan tegangan : = 1, ,7 Besarnya Volt = VS + ( IC R + IC X )

37 Efektifitas Pemakaian Reaktor... VD % = ,46 x100% = 3,384 % 53 Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2012 ISSN Dari analisis perhitungan prosentase 59, = 0,277.3, penurunan tegangan lebih tinggi dari acuan, = 9, hal ini dikarenakan analisa perhitungan Radian per km 2 = 9, ,68 derajat kompensasi mempergunakan derajat yang paling tinggi yaitu 70 %. Hal ini = 0,217 rad. dimaksudkan untuk memperbaiki tegangan = 12,4543 kerja supaya mendekati tegangan kerja = ideal (nominal) 500 KV. Analisis Perhitungan Besarnya = 6, ,4543 Induktansi Reaktor Shunt = 19,4191 Setelah Menentukan besarnya induktansi dikompensasi

38 panjang dari reaktor shunt dapat dicari dengan dielektrik yang dikehendaki 17 dipasang mengurangi panjang dielektrik saluran reaktor shunt ( ) dengan mengasumsi tegangan VR = VS = 500 KV menggunakan persamaan (2.89) ZY ' ZY 19 maka didapat : Y = (0,875)2.Y ; Y = 1, Sebelum dikompensasi : Penghantar Mho /fasa Bandung Selatan Cirebon Dan 1 = 1 = Mho / fasa Y' 0, Mho / fasa Maka, zy = 0,278.3, = = 0, Y j 4, X SH

39 85, = 6, , X SH Radian per km 1 = ,167 = 1, = 0,1203 Rad. 2 = 6,9648 Penghantar Cirebon Ungaran XSH = 6.605,7615 Jadi, LSH = 2 = 1 = zy = X SH , =21, Ohm / fasa Henry/fasa M.Toni Prasetyo dan Andika Akhmad Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2013 ISSN menurunkan arus pengisian yang pada Dari data terlihat XSH di Bandung akhirnya untuk menurunkan tegangan Selatan adalah 2500 Ohm / fasa dan di jaringan mendekat atau sampai ideal Ungaran juga sama besarnya yaitu 2500 (500 KV). Besarnya arus pengisian Ohm / fasa. Bila kedua GITET dijumlahkan line

40 maka jumlah XSH reaktor shunt adalah dikompensasi adalah 632,5 Ampere Ohm / fasa berarti ada deviasi dan daya reaktif kapasitif 316, , ohm/ fasa = 1.605,750 MVAR, sedangkan besarnya arus ohm/ fasa. Kekurangan jumlah XSH dari pengisian kedua adalah 189,75 Ampere dan daya GITET tersebut diserap/dikompensir oleh dapat transfomator kedua GITET karena transfomator juga (line charging) setelah sebelum dikompensasi reaktif 94,875 MVAR. 2. Prosentase kenaikan tegangan

41 berfungsi sebagai penyerap daya reaktif. sebelum dikompensasi adalah 13,079 Dari analisa dan data di lapangan dapat % (melebihi batas toleransi oleh dinyatakan PLN), reaktor shunt di GITET setelah dikompensasi Ungaran saat sekarang masih relevan untuk prosentase kenaikan tegangan adalah dipergunakan. 3,92 % (ditoleransi oleh PLN). Jadi terdapat penurunan tegangan sebesar 9,15 %. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa sebelumnya, maka dapat diambil Untuk mengatur tegangan pada sistem tenaga listrik Jawa Bali dalam kondisi beban rendah, pada saluran transmisi panjang saluran dipasang tanpa Bandung B B yaitu Selatan Ungaran Reaktor mengkompensir dengan pembangkit

42 Shunt MVAR derajat Nilai total reaktansi saluran Bandung Selatan Ungaran setelah dikompensasi adalah 6.606,7615 Ohm beberapa kesimpulan sebagai berikut : untuk jaringan kompensasi / fasa, sedangkan total nilai induktansi reaktor shunt penjumlahan Bandung Selatan dan Ungaran adalah Ohm / fasa sehingga ada deviasi sebesar 1.605,7615 Ohm / fasa yang dapat dikompensasikan pada Trafo daya IBT 500/150/66 KV yang juga berfungsi sebagai penyerap daya reaktif. Dari data Reaktor Shunt 500 L 70% yang dimaksudkan untuk KV GITET Ungaran yang mempunyai C Efektifitas Pemakaian Reaktor Media Elektrika, Vol. 6 No. 2, Desember 2012 rating 105 MVAR dan

43 ISSN nilai induktansi sebesar ohm / fasa masih relevan untuk dipergunakan. Daftar Pustaka Hutauruk. TS. Ir. MSc, 1985, Transmisi Daya Listrik, Erlangga, Jakarta Weddy BM, 1988, Sistem Tenaga Listrik Edisi Ketiga, Aksara Persada Indonesia. William D. Stevenson. Ir, 1990, Analisa Sistem Tenaga Listrik, Erlangga. H. Hidayat. Ir, 1994, Rangkaian Listrik, Erlangga, Jakarta. Joseph A. Edminser. Ir, 1994, Sahat Pakpahan. Ir, Rangkaian Listrik, Erlangga, Jakarta. 56 M.Toni Prasetyo dan Andika Akhmad

44

EFEKTIFITAS PEMAKAIAN REAKTOR SHUNT GITET UNGARAN DALAM MENGKOMPENSIR DAYA REAKTIF SUTET 500 KV UNGARAN BANDUNG SELATAN

EFEKTIFITAS PEMAKAIAN REAKTOR SHUNT GITET UNGARAN DALAM MENGKOMPENSIR DAYA REAKTIF SUTET 500 KV UNGARAN BANDUNG SELATAN EFEKTIFITAS PEMAKAIAN REAKTOR SHUNT GITET UNGARAN DALAM MENGKOMPENSIR DAYA REAKTIF SUTET 500 KV UNGARAN BANDUNG SELATAN M.Toni Prasetyo 1) dan Andika Akhmad 2) 1,2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISA PEMASANGAN KOMPENSATOR REAKTOR SHUNT DALAM PERBAIKAN TEGANGAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)-500kV ANTARA TASIKMALAYA DEPOK

ANALISA PEMASANGAN KOMPENSATOR REAKTOR SHUNT DALAM PERBAIKAN TEGANGAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)-500kV ANTARA TASIKMALAYA DEPOK ANALISA PEMASANGAN KOMPENSATOR REAKTOR SHUNT DALAM PERBAIKAN TEGANGAN SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)-500kV ANTARA TASIKMALAYA DEPOK Oleh Bintang Unggul P Program Studi Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI 3.1 SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA-BALI Sistem tenaga listrik Jawa-Bali dihubungkan oleh Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (S.U.T.E.T.) 500 kv dan Saluran

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan terdapat jatuh tegangan (voltage drop) yang besarnya sebanding dengan panjang saluran. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibangkitkan oleh pembangkit harus dinaikkan dengan trafo step up. Hal ini 2.1 Sistem Transmisi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem transmisi adalah sistem yang menghubungkan antara sistem pembangkitan dengan sistem distribusi untuk menyalurkan tenaga listrik yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

Volume XI, Nomor 2, Agustus 2016 ISSN : X JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI

Volume XI, Nomor 2, Agustus 2016 ISSN : X JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI Volume XI, Nomor 2, Agustus 2016 ISSN : 1978-001X UTAMA JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI ANALISA ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI MUTU PROGRAM STUDI DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA BERDASARKAN HASIL AKREDITASI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem interkoneksi Tenaga listrik Jawa-Bali, saluran udara menjadi media transmisi yang dipakai untuk mengirimkan energi listrik dari pembangkit listrik menuju

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

Materi dan Evaluasi. Materi: Evaluasi

Materi dan Evaluasi. Materi: Evaluasi Materi dan Evaluasi Materi: -Pendahuluan & Konsep Dasar -Transformator -Mesin Sinkron -Saluran Transmisi -Penyelesaian Aliran Daya (Metode Gauss Seidel, Newton Raphson) Evaluasi -Absensi -Tugas -Quiz 1

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar DAFTAR ISI Halaman Judul i Surat Pernyataan ii Lembar Pengesahan Pembimbing iii Lembar Pengesahan Penguji iv Pernyataan Persetujuan Publikasi Ilmiah v Lembar Persembahan vi Motto vii Kata Pengantar viii

Lebih terperinci

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

Bab 4 SALURAN TRANSMISI Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral Dalam kaitan dengan pentanahan netral sistem tenaga, beberapa penelitian terdahulu telah diidentifikasi, misalnya dalam pemilihan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI 3.1 Generator dan Transformator Unit Generator Suatu alat listrik yang merubah energi gerak berupa putaran dari turbin yang dipasang seporos dengan generator, kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai adalah tegangan dan arus bolak-balik ( AC). Sedangkan tegangan dan arus BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam istilah elektro, transformator adalah suatu alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi listrik dengan frekuensi yang sama. Perubahan energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tegangan pengirim akibat suatu keadaan pembebanan. Hal ini terjadi diakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tegangan pengirim akibat suatu keadaan pembebanan. Hal ini terjadi diakibatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat terjadi pelepasan beban dari suatu sistem tenaga listrik dapat menimbulkan tegangan lebih transien. Apabila suatu sistem tenaga listrik tidak mampu menyuplai

Lebih terperinci

GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak

GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak Evaluasi Setting Rele Overall Differential GT 1.1 PLTGU Grati dan Rele Jarak GITET Grati pada Bus 500 kv Hari Wisatawan 2209106057 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tenaga listrik dibangkitkan pada dalam pusat-pusat pembangkit listrik (power plant) seperti PLTA, PLTU, PLTG, dan PLTD lalu disalurkan melalui saluran transmisi setelah

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan oleh: FAJAR WIDIANTO D 400 100 060 JURUSAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS

PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS PERTEMUAN VIII SISTEM PER UNIT DAN DIAGRAM SEGARIS 8.1 UMUM Saluran transmisi tenaga dioperasikan pada tingkat tegangan di mana kilovolt (kv) merupakan unit yang sangat memudahkan untuk menyatakan tegangan.

Lebih terperinci

Rudi Salman Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas Negeri Medan

Rudi Salman Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas Negeri Medan Analisis Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan Rudi Salman Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas Negeri Medan rudisalman.unimed@gmail.com Abstract Distribution

Lebih terperinci

SIMULATOR SISTEM TENAGA LISTRIK JARINGAN TUNGGAL DAN GANDA SINGLE FEEDER

SIMULATOR SISTEM TENAGA LISTRIK JARINGAN TUNGGAL DAN GANDA SINGLE FEEDER SIMULATOR SISTEM TENAGA LISTRIK JARINGAN TUNGGAL DAN GANDA SINGLE FEEDER Skripsi diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Elektro

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv I N Juniastra Gina, W G Ariastina 1, I W Sukerayasa 1 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana 1 Staff

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

Bab 3 SALURAN TRANSMISI

Bab 3 SALURAN TRANSMISI Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang mengubah suatu nilai arus maupun tegangan (energi listrik AC) pada satu rangkaian listrik atau lebih ke rangkaian listrik

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU

BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU 36 BAB 4 ANALISA KONSEP ADAPTIF RELE JARAK PADA JARINGAN SALURAN TRANSMISI GANDA MUARA TAWAR - CIBATU 4.1 DIAGRAM GARIS TUNGGAL GITET 5 KV MUARA TAWAR Unit Pembangkitan Muara Tawar adalah sebuah Pembangkit

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM TTPL DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014 PERCOBAAN I BRIEFING PRAKTIKUM Briefing praktikum dilaksanakan hari Selasa

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis 24 Diagram Satu Garis Dengan mengasumsikan bahwa sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang, penyelesaian rangkaian dapat dikerjakan dengan menggunakan rangkaian 1 fasa dengan sebuah jalur netral sebagai

Lebih terperinci

BAB IV STUDI ALIRAN DAYA

BAB IV STUDI ALIRAN DAYA BAB IV STUDI ALIRAN DAYA 4.1. STUDI ALIRAN DAYA DENGAN PROGRAM E.T.A.P. Perubahan listrik menggunakan program yang dibuat dengan teliti untuk melakukan studi aliran daya dan stabiliti. Suatu program yang

Lebih terperinci

ET 355 Transmisi Daya dan Gardu Induk: S-1, 2 SKS, semester 5

ET 355 Transmisi Daya dan Gardu Induk: S-1, 2 SKS, semester 5 1.Deskripsi Mata Kuliah ET 355 Transmisi Daya dan Gardu Induk: S-1, 2 SKS, semester 5 Mata kuliah ini merupakan mata kuliah pilihan pada program S-1 Program Studi Pendidikan Teknik Tenaga Elektrik, Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Pendahuluan Generator arus bolak balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak balik. Generator arus bolak balik sering disebut juga sebagai alternator,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA JARINGAN DISTRIBUSI DI KOTA PONTIANAK

PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA JARINGAN DISTRIBUSI DI KOTA PONTIANAK PERHTUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SNGKAT PADA JARNGAN DSTRBUS D KOTA PONTANAK Hendriyadi Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungra adekhendri77@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 TUGAS AKHIR STUDY PENGARUH PEMASANGAN KAPASITOR SHUNT PADA SALURAN TRANSMISI JARAK MENENGAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE NOMINAL PI DAN T OLEH : NAMA : Ronald Fernando Pane NIM : 050422016 Tugas Akhir ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7. ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.0 Fajar Widianto, Agus Supardi, Aris Budiman Jurusan TeknikElektro

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR

BAB II TRANSFORMATOR 7 BAB II TRANSFORMATOR 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah tegangan dan arus bolak-balik dari suatu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan oleh: INDRIANTO D 400 100

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

Lebih terperinci

STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN

STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN STUDI INTENSITAS MEDAN LISTRIK DI SUTT 150 kv KONFIGURASI VERTIKAL UNTUK LINGKUNGAN PEMUKIMAN I.N.Y. Prayoga 1, A.A.N. Amrita 2, C.G.I.Partha 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar

Muh Nasir Malik, Analisis Loses Jaringan Distribusi Primer Penyulang Adhyaksa Makassar MEDIA ELEKTRIK, Volume 4 Nomor 1, Juni 2009 ANALISIS LOSES JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER PADA PENYULANG ADHYAKSA MAKASSAR Muh. Nasir Malik Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Sistem Tenaga Listrik Sekalipun tidak terdapat suatu sistem tenaga listrik yang tipikal, namun pada umumnya dapat dikembalikan batasan pada suatu sistem yang lengkap

Lebih terperinci

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB II SALURAN DISTRIBUSI BAB II SALURAN DISTRIBUSI 2.1 Umum Jaringan distribusi adalah salah satu bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Transformator distribusi Transformator distribusi yang sering digunakan adalah jenis transformator step up down 20/0,4 kv dengan tegangan fasa sistem JTR adalah 380 Volt karena

Lebih terperinci

MODEL SISTEM.

MODEL SISTEM. MODEL SISTEM MESIN SEREMPAK KONTRUKSI MESIN SEREMPAK Kedua bagian utama sebuah mesin serempak adalah susunan ferromagnetik. Bagian yang diam, yang pada dasarnya adalah sebuah silinder kosong dinamakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM TTPL DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2013 PERCOBAAN I DASAR KELISTRIKAN, LINEARITAS ANALISA MESH DAN SIMPUL I. TUJUAN

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak-balik - Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0401 Version: 2016-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen - komponen listrik, seperti generator,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Skripsi Dalam menyelesaikan penelitian diperlukan kerangka/tahapan pengerjaan penelitian dari mulai memulai sampai selesai agar memudahkan penulis

Lebih terperinci

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK 1. Konsep Dasar a. Arus dan Rapat Arus Sebuah arus listrik i dihasilkan jika sebuah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS

BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS BAB IV ANALISA GANGGUAN DAN IMPLEMENTASI RELAI OGS 4.1 Gangguan Transmisi Suralaya Balaraja Pada Pembangkit PLTU Suralaya terhubung dengan sistem 500KV pernah mengalami gangguan CT (Current Transformer)

Lebih terperinci

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani, Pemasangan... Pemasangan untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani Staf Pengajar Teknik Elektro STT-Harapan email: yani.ahmad34@yahoo.com Abstrak seri dan parallel pada system daya menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Daya Listrik Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA Secara umum sistem tenaga listrik tersusun atas tiga subsistem pokok, yaitu subsistem pembangkit, subsistem transmisi, dan subsistem distribusi.

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER

STUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER Widen Lukmantono NRP 2209105033 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng Ir.Teguh Yuwono JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Perbaikan Tegangan untuk Konsumen

Perbaikan Tegangan untuk Konsumen Perbaikan Tegangan untuk Konsumen Hasyim Asy ari, Jatmiko, Ivan Bachtiar Rivai Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Salah satu persyaratan keandalan sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013, Hal 17-26 PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117 Di PT PLN (PERSERO) AREA BANGKA Lisma [1], Yusro Hakimah [2] Jurusan Teknik Elektro, Fakultas

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan

Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan Yusmartato, Ramayulis, Abdurrozzaq Hsb., Penentuan... ISSN : 598 1099 (Online) ISSN : 50 364 (Cetak) Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 0 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan Yusmartato

Lebih terperinci

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI

ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI TUGAS AKHIR ANALISIS RUGI RUGI ENERGI LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI Oleh Senando Rangga Pitoy NIM : 12 023 030 Dosen Pembimbing Deitje Pongoh, ST. M.pd NIP. 19641216 199103 2 001 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II

Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II 10 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 10,. 1, April 2012 Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II Evtaleny R. Mauboy dan Wellem F. Galla Jurusan Teknik Elektro, Universitas Nusa Cendana

Lebih terperinci

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK 1. Konsep Dasar a. Arus dan Rapat Arus Sebuah arus listrik i dihasilkan jika sebuah muatan netto q lewat melalui suatu penampang penghantar selama

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan

BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR III.1 Umum Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan arus yang tidak melalui pembumian disebut arus gangguan fasa.

Lebih terperinci

LAMPIRAN B. Jarak Bebas Minimum Horisontal dari Sumbu Vertikal Menara/Tiang. Jarak Horisont al Akibat Ayunan Kondukt or H (m)

LAMPIRAN B. Jarak Bebas Minimum Horisontal dari Sumbu Vertikal Menara/Tiang. Jarak Horisont al Akibat Ayunan Kondukt or H (m) Keterangan: 1. X1 = Panjang upper cross arm = 13,4 m 2. X2 = Panjang middle cross arm = 13,8 m 3. X3 = Panjang lower cross arm = 14,3 m 4. H = Ketinggian lower cross arm dari permukaan tanah = 46,5 m 5.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

Analisis Unjuk Kerja Tiga Unit Inter Bus Transformers 500 MVA 500/150/66 kv di GITET Kediri

Analisis Unjuk Kerja Tiga Unit Inter Bus Transformers 500 MVA 500/150/66 kv di GITET Kediri ELPOSYS Jurnal Sistem Kelistrikan Vol. 03 No.1, ISSN: 2355 9195, E-ISSN: 2356-0533 Analisis Unjuk Kerja Tiga Unit Inter Bus Transformers 500 MVA 500/150/66 kv di GITET Kediri Aan M. Ilham *a), Rachmat

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak Balik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0699 Version: 2011-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi: v =140

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin II. TINJAUAN PUSTAKA A. Petir 1. Proses Pembentukan Petir Petir merupakan suatu peristiwa peluahan muatan listrik di atmosfir. Pada suatu keadaan tertentu dalam lapisan atmosfir bumi terdapat gerakan angin

Lebih terperinci

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Mochammad Abdillah, Endro Wahyono,SST, MT ¹, Ir.Hendik Eko H.S., MT ² 1 Mahasiswa D4 Jurusan Teknik Elektro Industri Dosen

Lebih terperinci

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRANSFORMATOR KERING BHT02 RSG GA SIWABESSY TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI Koes Indrakoesoema, Yayan Andryanto, M Taufiq Pusat Reaktor Serba Guna GA Siwabessy, Puspiptek,

Lebih terperinci

OPTIMASI PENEMPATAN DAN KAPASITAS SVC DENGAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY ALGORITHM

OPTIMASI PENEMPATAN DAN KAPASITAS SVC DENGAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY ALGORITHM OPTIMASI PENEMPATAN DAN KAPASITAS SVC DENGAN METODE ARTIFICIAL BEE COLONY ALGORITHM Khairina Noor.A. 1, Hadi Suyono, ST., MT., Ph.D. 2, Dr. Rini Nur Hasanah, ST., M.Sc. 3 1 Mahasiswa Teknik Elektro, 2,3

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN KAPASITOR BANK UNTUK EFISIENSI DAYA LISTRIK PADA INDUSTRI KECIL

RANCANG BANGUN KAPASITOR BANK UNTUK EFISIENSI DAYA LISTRIK PADA INDUSTRI KECIL RANCANG BANGUN KAPASITOR BANK UNTUK EFISIENSI DAYA LISTRIK PADA INDUSTRI KECIL Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Email: henryananta@gmail.com Abstrak. Penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Filter Secara umum, filter berfungsi untuk memisahkan atau menggabungkan sinyal informasi yang berbeda frekuensinya. Mengingat bahwa pita spektrum elektromagnetik adalah

Lebih terperinci

BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR

BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR BAB I DASAR TEORI I. TRANSFORMATOR Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci