II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin
|
|
- Hengki Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Petir 1. Proses Pembentukan Petir Petir merupakan suatu peristiwa peluahan muatan listrik di atmosfir. Pada suatu keadaan tertentu dalam lapisan atmosfir bumi terdapat gerakan angin ke atas (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin rendah tekanan suhunya. Uap air mengkondensasi menjadi titik air dan membentuk awan. Angin keras dengan kecepatan kaki yang bertiup ke atas membawa awan lebih tinggi. Pada ketinggian lebih dari 5 km, partikel uap air dan partikel aerosol yang ada di awan akan membeku menjadi kristal kristal es dan kemudian turun lagi karena adanya gravitasi bumi. Karena air mengalami pergerakan acak vertikal dan horizontal, maka terjadilah pemisahan muatan listrik. Tetesan air yang berada di bagian atas awan biasanya bermuatan positif dan di bagian bawah bermuatan negatif. Akibat adanya awan yang bermuatan akan timbul muatan induksi pada permukaan bumi, hingga timbul medan listrik. Mengingat dimensinya, bumi dianggap rata
2 6 terhadap awan, maka permukaan bumi dan awan dapat dianggap sebagai dua keping plat kondensator. Dengan demikian terjadi akumulasi muatan di awan yang polaritasnya berbeda dengan permukaan bumi. Jika medan listrik yang terjadi melebihi medan tembus udara, maka akan terjadi pelepasan muatan. Pada saat itulah terjadinya petir awan ke tanah. Attitude, km Suhu, C Gambar 1: Persebaran muatan positif dan negatif di dalam awan menurut D.J Malan Kondisi ketidakmantapan di dalam atmosfer, dapat saja timbul akibat pemisahan tidak seperti diatas. Misalnya muatan yang terjadi berpisah ke arah horizontal, yang kemudian menimbulkan pelepasan muatan antara dua awan. Atau pemisahan muatan vertikal tersebut terjadi sebaliknya, hingga arah peluahan muatan atau petir juga terbalik. Dari Physic Of Lightning D.J. Malan tahun 1963
3 7 2. Tahapan Perambatan Petir Petir awan ke tanah merupakan tembus listrik transien yang berlangsung dalam selang waktu ratusan mikrodetik dan merambat sepanjang beberapa kilometer dari awan ke permukaan bumi. Petir awan ke tanah berawal dari daerah sela antara daerah bermuatan positif P di dasar awan dan daerah bermuatan negatif N di atasnya. Elektron daerah N awan bergerak ke bawah menetralkan muatan positif di daerah P awan. Proses ini dikenal dengan proses peluahan awal. Selanjutnya elektron merambat menuju permukaan bumi dan menimbulkan lidah petir. Lidah petir yang pertama disebut pelopor awal. Arah langkah lidah petir berubah-ubah, sehingga rambatan petir tidak lurus dan patah-patah. Pelopor akan terus merambat selama pusat muatan di awan mampu memberikan muatan ke ujung pelopor melebihi kuat medan udara 6. Seluruh kejadian peluahan petir disebut kilat. Dan dapat terjadi selama 0,5 hingga 1 detik. Satu kilat terdiri dari beberapa peluahan, di antaranya 3 atau 4 pulsa arus tinggi yang disebut sambaran. Pada petir di dalam awan, yang merupakan peluahan yang terjadi di dalam satu awan (awan cumulonimbus), tanpa kontak langsung dengan permukaan bumi. Peluahan petir jenis ini merambat antara daerah N bermuatan negatif dengan daerah P bermuatan positif di atasnya. Tipe peluahan petir yang lainnya adalah petir awan ke awan. Petir awan ke awan terjadi antara dua awan cumulonimbus yang berbeda muatan. 6 Ketika lidah petir mendekati permukaan tanah atau suatu objek, proses attachment terjadi. Yaitu adanya pelopor yang memiliki polaritas positif bergerak ke atas dari permukaan tanah atau suatu objek, mengejar lidah petir. Hal ini terjadi akibat adanya beda potensial yang tinggi. Saat kedua pelopor ini bertemu di titik sambar dan terjadi sambaran balik. Pelopor positif ini akan terus bergerak ke awan untuk menetralkan muatan negatif awan. Dari Gelombang berjalan dan Proteksi Surja TS Hutauruk tahun 1991.
4 8 Dua tipe petir terakhir ini sangat jarang terjadi, dan sulit dikenali karena kedua petir ini mengacu kepada petir yang berada di dalam awan. Durasi waktu perambatan petir di dalam awan lebih pendek apabila dibandingkan dengan petir awan ke awan. B. Gelombang Impuls Û S 0,9 Û Muka Ekor u(t) 0,5 Û 0,3 Û t (a) T s T f Û Û 0,9 Û S u(t) 0,5 Û t T CR (b) T h Gambar 2. Parameter tegangan uji impuls standar (a). tegangan impuls petir (b). tegangan impuls pensaklaran (switching)
5 9 Dengan : : Amplitudo arus puncak (ka) u(t) : Tegangan (kv) T r = T CR : Waktu muka gelombang (µs) T s = T h S : Waktu ekor gelombang (µs) : Titik puncak Gelombang impuls ini mempunyai bentuk gelombang aperiodik yang diredamkan (damped aperiodic) seperti pada waktu pelepasan muatan sebuah kapasitor melalui sebuah tahanan yang induktif. Gelombang yang dibangkitkan ini memiliki bentuk curam pada muka gelombang dan ekor gelombangnya memiliki bentuk yang pendek. Definisi muka gelombang (wave-front) dan ekor gelombang (wave-tail) ditetapkan dalam standar-standar sedemikian rupa sehingga kesukaran untuk menetapkan permulaan gelombang dan puncak gelombang dapat diatasi. Muka gelombang didefinisikan sebagai bagian dari gelombang yang dimulai dari titik nol sampai titik puncak, sedangkan sisanya disebut ekor gelombang. Tegangan impuls petir dinyatakan dengan bentuk 1,2/50 µs yang berarti suatu tegangan impuls mempunyai nilai T r = 1,2 µs ± 30 % dan T s = 50 µs ± 20 %. Pada kondisi lain, untuk mengamati tegangan impuls akibat pensaklaran (switching) yang jauh lebih besar waktu mukanya daripada impuls petir tidak akan lagi menemui kesulitan. Karena penentuan titik asal 0 yang tepat dan penentuan puncak S yang tepat dapat digunakan untuk pembakuan atau standar. Untuk pengujian dengan tegangan impuls pensaklaran (switching) sering digunakan
6 10 bentuk gelombang impuls 250/2500 µs yang berarti bahwa nilai waktu muka sebesar T cr = 250 µs ± 20 %. dan waktu ekornya sebesar T h = 2500 µs ± 60 %. Besarnya waktu ekor tegangan impuls pensaklaran dapat juga diberi simbol T d yakni waktu dengan nilai tegangan sesaat lebih besar dari 0,9 sebagai pengganti dari nilai T h. Pada kondisi lainnya kurva-kurva tegangan impuls petir sering mengandung osilasi frekuensi tinggi dengan amplitudo yang tidak melebihi 0,05 Û pada daerah puncak maksimumnya. C. Menara Saluran Transmisi Pada suatu sistem tenaga listrik, energi listrik yang dibangkitkan dari pusat pembangkit listrik ditransmisikan ke pusat-pusat pengatur beban melalui suatu saluran transmisi, saluran transmisi tersebut dapat berupa saluran udara atau saluran bawah tanah, namun pada umumnya berupa saluran udara. Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga udara digunakan sebagai media isolasi antara kawat penghantar tersebut dengan benda sekelilingnya dan untuk menyangga kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh, yang biasa disebut menara atau tower. Antara menara listrik dan kawat penghantar disekat oleh isolator. Konstruksi tower besi baja merupakan jenis konstruksi saluran transmisi tegangan tinggi (SUTT) ataupun saluran transmisi tegangan ekstra tinggi (SUTET) yang paling banyak digunakan di jaringan PLN, karena mudah dirakit terutama untuk pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya, harganya yang relatif lebih murah
7 11 dibandingkan dengan penggunaan saluran bawah tanah serta pemeliharaannya yang mudah. Suatu menara atau tower listrik harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya, antara lain yaitu: - Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan). - Gaya tarik akibat rentangan kawat. - Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower. Menara transmisi dapat dipresentasikan sebagai berikut : Gambar 3 Representasi menara saluran udara tegangan tinggi Dimana :
8 12 V t adalah kecepatan propagasi petir yang sama dengan kecepatan cahaya sebesar 300 m/µs. Z t jika menara berbentuk silinder adalah : Dimana : Z t adalah Impedansi Surja Menara R adalah Tahanan Damping L adalah Induktansi Damping α adalah Koefisien Damping γ adalah Koefisien Attenuasi
9 13 r 1 h 1 h 2 h 3 h h 4 Gambar 4 Menara jenis cone Dan jika menara tidak berbentuk silinder melainkan berbentuk cone, maka Z t adalah : [ { }] Dimana r 1, r 2, r 3 adalah radius puncak, tengah dan dasar menara adalah tinggi menara dari tengah ke puncak menara adalah tinggi menara dari dasar ke tengah menara
10 14 r 1 h 1 h r 2 h 2 r 2 Gambar 5 Menara jenis Silinder D. Isolator Isolator berfungsi sebagai isolasi tegangan listrik antara kawat penghantar (konduktor) dengan tiang atau tanah. Umumnya dielektrik isolator terbuat dari bahan porselen, gelas, kertas, dan karet silikon (silicon rubber). Jepitan Logam Semen Porselen Tonggak Logam Gambar 6 Penampang isolator piring
11 15 Terlihat bahawa dari Gambar 6 diatas bahwa bagian utama dari isolator terdiri dari bahan dielektrik, jepitan logam, dan tonggak logam serta semen sebagai perekat jepitan logam dan tonggak logam dengan dielektrik. Menurut lokasi pemasangan, isolator terdiri dari isolator pasangan dalam (indoor) dan isolator pasangan luar (outdoor) dan Secara konstruksi isolator terdiri dari isolator pendukung dan isolator gantung (suspension). Isolator pendukung terdiri dari isolator pin, post, dan pin-post. Jenis isolator yang digunakan pada saluran udara tegangan tinggi pada umumnya adalah jenis isolator gantung (suspension). Isolator gantung (suspension) sering disebut juga isolator piring. Isolator ini terdiri dari badan porselin yang diapit oleh elektroda-elektroda. Maka isolator memiliki sejumlah kapasitansi. Pada gandengan isolator terpasang spark gap pada kedua ujung isolator yang dipasang sedemikian rupa seperti terlihat pada Gambar 8 Sehingga busur api tidak dapat mengenai isolator saat lompatan api terjadi. Karena itu isolator saluran dimodelkan dengan suatu kapasitansi yang terpasang pararel dengan saklar kerjanya terkontrol oleh tegangan. Gambar 7 Isolator gantung (suspension)
12 16 SPARK GAP SPARK GAP Lengan SPARK GAP Renteng Isolator Gambar 8 Renteng isolator Nilai kapasitansi tipikal untuk isolator gantung adalah 80 pf/unit, sedangkan untuk isolator pin nilai kapasitansinya adalah 100 pf/unit. Apabila pada sebuah string isolator terdapat 10 (sepuluh) isolator pin maka kapasitansi ekivalennya adalah 100/10 = 10 pf/string. Gambar 9 model isolator E. Kawat Penghantar 1. Kapasitansi dan Reaktansi Kapasitif a. Rangkaian Fasa Tunggal Bila ada dua kawat paralel dipisahkan oleh media isolasi akan terbentuk kapasitor, jadi mempunyai sifat untuk menyimpan muatan listrik. Bila suatu perbedaan tegangan dipertahankan antara kedua kawat maka muatan-muatan listrik pada kawat-kawat tersebut mempunyai tanda-tanda yang berlawanan. Sebaliknya bila
13 17 muatan listrik pada kedua kawat dipertahankan dengan tanda yang berlawanan, perbedaan tegangan akan timbul antara kedua kawat tersebut. Pandanglah suatu saluran fasa tunggal dengan dua penghantar paralel berjarak d 12 dengan jari-jari masing-masing r l dan r 2 seperti pada Gambar 10. Dengan e 12 adalah beda potensial antara kawat 1, kawat 2, dan penghantar mendapat muatan masing-masing q 1 dan q 2, maka kapasitansi antara dua penghantar tersebut diekspresikan sebagai berikut: Dimana : C 12 = kapasitansi antara dua kawat (Farad) q 1 = muatan penghantar 1 (C) e 12 = beda potensial antara kawat 1, kawat 2 (Volt) r 1 = jari jari kawat (meter) d 12 = jarak antara dua kawat (meter) h = tinggi kawat dari tanah d 12 r 1 q 1 r 2 q 2 Gambar 10 Saluran fasa tunggal dengan dua penghantar paralel
14 18 Prosedur lain adalah dengan memandang suatu titik yang jauh yang berpotensial nol sebagai suatu elektroda kapasitor dan kemudian kapasitansi antara tiap kawat dengan titik tersebut diperhitungkan, maka akan diperoleh dua kapasitor antara tiap kawat dan titik yang mempunyai potensial nol. Tetapi antara kedua kawat pada kedua kapasitor yang terlihat pada Gambar 11 terhubung seri. C 1 Netral C 2 Gambar 11 Titik netral kapasitansi Titik dengan potensial nol disebut titik netral kapasitansi (capacitance neutral point). Bila sistem itu simetris, titik netral berada tepat di tengah-tengah kedua kawat itu. Sehingga : Dimana: C 1 = kapasitansi kawat 1 terhadap netral, C 2 = kapasitansi kawat 2 terhadap netral. Jumlah kapasitansi antara kawat 1 dan kawat 2 yang terhubung seri,
15 19 Dan Bila r 1 = r 2, sebagaimana biasanya dalam saluran-saluran tenaga listrik, maka : Di dalam satuan praktis, menghitung kapasitansi per km untuk h = meter, ln diganti menjadi log serta untuk kawat udara = 8,855 x F/m. Dengan mengsubstitusi harga harga tersebut ke persamaan (14) diperoleh : Dalam Persamaan (15) r 1 dan d 12 dapat dianggap sama. Tetapi untuk praktisnya, dalam penjelasan disini r 1 dan d 12 dalam meter. Bila gelombang berbentuk sinus, maka reaktansi kapasitif kawat 1 ditulis : atau,
16 20 atau, Dimana: Bila f = 50 Hertz, maka: b. Rangkaian Fasa Tiga 1 r 1, q 1 d 31 d 12 r3, q 3 3 d 23 Gambar 12 Rangkaian fasa tiga 2 r 2, q 2
17 21 Di dalam praktiknya yang paling sering dihadapi adalah rangkaian-rangkaian fasa tiga. Pada Gambar 12 dapat dilihat suatu rangkaian fasa tiga dengan jarak antar kawat masing-masing d 12, d 13, dan d 23. Kapasitansi saluran dapat ditulis sebagai berikut: Dimana, dan atau Dengan demikian, reaktansi kapasitif dapat ditulis:
18 22 2. KONDUKTOR BERKAS (BUNDLED CONDUCTORS) Pada saluran tegangan ekstra tinggi (EHV), yaitu pada tegangan-tegangan yang lebih tinggi dari 230 kv, rugi-rugi korona, terutama interfensi dengan saluran komunikasi sudah sangat besar bila saluran transmisi itu hanya mempunyai satu konduktor per fasa. Untuk mengurangi gradien tegangan, dengan demikian mengurangi rugi-rugi korona dan interfensi dengan saluran komunikasi, jumlah konduktor per fasa dibuat 2, 3, 4, atau lebih. Saluran yang demikian disebut saluran transmisi dengan konduktor berkas (bundled conductor transmission line). Dengan menggunakan dua atau lebih konduktor per fasa, maka reaktansi saluran juga akan lebih kecil dan kapasitas hantar bertambah besar. a. Reaktansi Induktif 1 A 2 3 n B n d AB d BC d AC n C Gambar 13 Konduktor berkas fasa tiga
19 23 Reaktansi induktif sistem fasa tiga dengan konduktor berkas dimana setiap berkas terdapat n buah penghatar seperti dapat dilihat pada Gambar 13 diekspresikan sebagai berikut: Dengan demikian reaktansi induktif saluran dinyatakan oleh : Dimana : = meter, dan meter b. GMR (Geometric Mean Radius) GMR konduktor berkas dimana subkonduktor mempunyai jarak-jarak yang sama dan terletak pada suatu lingkaran dengan radius R, dapat diturnkan sebagai berikut: Bila pada saluran terdapat 2 buah subkonduktor, atau n = 2 (Gambar 14), maka: GMR = = = = GMR dari subkonduktor. (27)
20 24 A B C S d AB d BC d AC Gambar 14 Dua buah subkonduktor Bila 3 buah subkonduktor, atau n = 3 (Gambar 15), maka: R r 1 S Gambar 15 Tiga buah subkonduktor Bila 4 buah subkonduktor, atau n = 4 (Gambar 16), maka: ( )
21 25 S S R S S Gambar 16 Empat buah subkonduktor Bila n buah subkonduktor, maka diperoleh bentuk umum: c. Reaktansi Kapasitif Reaktansi kapasitif konduktor berkas dapat ditulis sebagai berikut: Bentuk persamaan untuk X d1 telah diberikan dalam persamaan (32) sebagai berikut: Persamaan untuk dapat ditulis sebagai :
22 26 Dan bila persamaan (30) dirobah dengan mengganti r 1 dengan r 1, maka: [ ] Jadi: Atau : [ ] Dimana r 1 adalah radius sub-konduktor. 3. SALURAN GANDA FASA TIGA a. Reaktansi Induktif Saluran Ganda Fasa-Tiga Suatu saluran ganda fasa-tiga mempunyai dua konduktor paralel per fasa dan arus terbagi rata antara kedua konduktor, baik karena susunan konduktor yang simetris maupun karena transposisi. Pada Gambar 17 diberikan potongan dari saluran ganda fasa-tiga. Konduktor konduktor a dan d dihubungkan paralel, demikian juga konduktor-konduktor b dengan e dan konduktor konduktor c dengan f. 1=a d 16 6=f d 12 2=b d 13 d 25 d 23 3=c d 36 4=d Gambar 17 Susunan penghantar suatu saluran ganda fasa tiga
23 27 Pada umumnya semua konduktor adalah identik dengan radius r 1, jadi: I a = I d, I b = I e, dan I c = I f. Bila saluran 1 jauh dari saluran 2 maka induktansi bersama antara konduktor-konduktor dapat diabaikan. Tetapi pada umumnya kedua saluran itu ditopang pada satu menara, jadi jarak-jarak antara konduktor tidak besar, sehinggta induktansi bersama tidak dapat diabaikan. Sekalipun demikian, dalam praktek, sering diambil impedansi dari saluran ganda itu sama dengan separuh dari impedansi dari satu saluran, dengan kata lain pengaruh dari impedansi bersama itu diabaikan. Dimana: Untuk memperoleh hasil yang lebih teliti sebaiknya memperhitungkan pengaruh dari induktansi bersama dan untuk menghitung reaktansi induktif dari saluran ganda tersebut dapat juga digunakan metode GMR dan GMD yang telah dibahas sebelumnya. Jadi : Dimana :
24 28 b. Reaktansi Kapasitif Saluran Ganda Fasa-Tiga Sama halnya dengan reaktansi induktif, konsepsi GMD dan GMR dapat juga digunakan untuk menghitung reaktansi kapasitif dari saluran ganda fasa-tiga, dimana GMD sama dengan GMD pada persamaan (40) dan GMR pada persamaan (41) dengan mengganti r 1 menjadi r 1. Dimana: F. PENGETANAHAN MENARA TRANSMISI 1. Tahanan Kaki Menara Untuk melindungi kawat fasa terhadap sambaran langsung dari petir digunakan satu atau dua kawat tanah yang terletak di atas kawat fasa dengan sudut perlindungan lebih kecil 18. Dengan demikian kemungkinan terjadinya loncatan api karena sambaran petir secara langsung dapat diabaikan. Kemungkinan terjadinya loncatan balik karena sambaran kilat secara langsung pada puncak menara atau kawat tanah tetap masih ada, dan untuk menguranginya tahanan kaki menara harus dibuat tidak melebihi 10 Ohm. Tahanan kaki menara 10 Ohm dapat diperoleh dengan menggunakan satu atau lebih batang pengetanahan. Pemilihan
25 29 penggunaan batang pengetanahan tergantung dari tahanan jenis tanah dimana menara transmisi tersebut berada. Bila menggunakan batang pengetanahan, tahanan kaki menara dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Dimana : R L d = tahanan kaki menara dalam Ohm = tahanan jenis tanah dalam Ohm-m = panjang dari batang pengetanahan dalam meter = diameter batang pengetanahan dalam meter Menurut persamaan diatas, tahanan kaki menara akan berkurang dengan menambah panjang batang pengetanahan. Tetapi hubungan ini tidak langsung dan akan mencapai satu titik dimana penambahan panjang batang pengetanahan hanya akan mengurangi tahanan kaki menara sedikit. Dalam hal ini digunakan batang pengetanahan paralel, persamaan diatas tetap dapat digunakan untuk menghitung tahanan kaki menara, bila variabel d diubah menjadi A dan jari-jari batang pengetanahan sama sesuai dengan persamaan Harga A adalah kelipatan batang pengetanahan yang tergantung dari penempatan masing-masing batang pengetanahan sebagai berikut : Penempatan : 2 batang diletakkan dimana saja 3 batang diletakkan membentuk segitiga
26 30 4 batang diletakkan membentuk segiempat (45) Dimana : r = jari-jari dari masing-masing batang pengetanahan (harus sama) a = jarak antara batang pengetanahan 2. Sistem Pengetanahan Driven Rod Untuk mendapatkan tahanan kaki menara yang kecil maka menara transmisi harus diketanahkan dengan menggunakan satu atau lebih batang pengetanahan (driven rod) atau sistem counterpoise. Sistem pengetanahan Driven Rod merupakan sistem pengetanahan yang menggunakan batang konduktor yang ditanam tegak lurus terhadap tanah. Sistem pengetanahan Driven Rod dapat menggunakan satu batang konduktor atau 4 batang konduktor a. Sistem pengetanahan Driven Rod satu batang konduktor Bila satu batang konduktor dengan panjang l dan memiliki radius r dan ditanam tegak lurus pada tanah, maka tahanan, kapasitansi, dan induktansi dari konduktor besama tanah adalah :
27 31 b. Sistem pengetanahan Driven Rod empat batang konduktor Bila empat batang konduktor dengan panjang l dan memiliki radius r dan ditanam tegak lurus pada tanah, maka tahanan, kapasitansi, dan induktansi dari konduktor besama tanah adalah : ( ) [ ] Dimana : = permitivitas relatif tanah
28 32 l S 1 S 2 Gambar 18 Driven Rod empat batang konduktor G. Lompatan Api Balik (Back-Flashover) Lompatan api balik (back-flashover) merupakan fenomena yang terjadi saat kawat tanah (Ground Wire) tersambar petir langsung (Direct Stroke). Besarnya tegangan yang timbul pada isolator transmisi tergantung pada kedua parameter kilat, yaitu puncak dan kecuraman muka gelombang kilat. Tidak semua sambaran kilat dapat mengakibatkan lompatan api balik (back-flashover) pada isolasi saluran. Fenomena ini terjadi apabila saat kawat tanah tersambar petir dan sisa arus yang mengalir ke sistem pengetanahan kembali lagi ke puncak menara melalui menara transmisi dengan berosilasi. Lompatan api balik (back-flashover) pada saluran terjadi bila tegangan yang timbul sangat besar dan melebihi kekuatan tegangan impuls V 50% isolator.
29 33 Gambar 19 Bekas isolator yang terkena Flashover Dimana : K 1 = 0,4 x L K 2 = 0,71 x L L = panjang renteng isolator t = waktu tembus atau waktu lompatan api (µdet) H. Jumlah Sambaran Kilat Ke Bumi, Lompatan Api Dan Busur Api Jumlah sambaran kilat ke bumi adalah sebanding dengan jumlah hari guruh per tahun atau Iso Keraunic Level (IKL) di tempat itu. Dengan kesepakatan para peneliti bahwa sambaran yang mengenai saluran dekat menara sebesar 60 % dan sisanya 40 % mengenai kawat tanah jauh dari menara sepanjang gawang dan probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api untuk Saluran Udara
30 34 Tegangan Tinggi (SUTT) adalah : η = 0,86. Untuk menghitung jumlah sambaran kilat yang mungkin menyambar kawat transmisi dapat digunakan persamaan : K sambaran per 100 km/tahun 6 (55) Dimana : IKL = Iso Keraunic Level (Intensitas petir) b = Jarak pemisah antara kedua kawat tanah (meter) = Tinggi kawat tanah pada menara (meter) Untuk menghitung probabilitas total yang menimbulkan gangguan Back- Flashover perlu terlebih dahulu mengetahui probabilitas distribusi harga puncak arus petir dengan menggunakan rumus empiris menurut Anderson-Erksson sebagai berikut : Dimana : = Probabilitas arus petir I = Amplitudo arus petir (ka) Sedangkan hubungan antara waktu muka gelombang arus petir dengan frekuensi terjadinya dapat dilihat pada tabel 1 berikut 6 : Tabel 1 hubungan antara waktu muka gelombang arus petir dengan frekuensi terjadinya Waktu untuk mencapai harga puncak Arus petir (µs) Frekuensi Terjadinya (%) Sampai 0, ,
31 35 Sehingga jumlah sambaran yang dapat mengakibatkan back-flashover dapat dihitung menggunakan persamaan : Sambaran per 100 km/ tahun 6 (57) Dimana : [ ] 6 Pada saluran udara tegangan tinggi (SUTT) η = 0,85 dan dengan anggapan bahwa jumlah sambaran pada menara 60 % dari seluruh sambaran. Dari : Gelombang berjalan dan Proteksi Surja TS Hutauruk tahun 1991.
METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Laboratorium Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH
BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih
Lebih terperinci2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki
BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan
Lebih terperinciBAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat
BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut
BAB II DASAR TEORI II.1 Hari Guruh Tahunan Isokreaunic Level (I kl ) Hari guruh adalah hari dimana guruh terdengar minimal satu kali dalam satu hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Listrik saat ini merupakan sebuah kebutuhan pokok yang tak tergantikan. Dari pusat kota sampai pelosok negeri, rumah tangga sampai industri, semuanya membutuhkan
Lebih terperinciBAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR
BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR II.1 Umum Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran transmisi dalam
Lebih terperinciBAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini
BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR 2.1. UMUM Petir merupakan peristiwa pelepasan muatan listrik statik di udara yang dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini dapat terjadi
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover
Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover oleh : Putra Rezkyan Nash 2205100063 Dosen Pembimbing : 1. I G N Satriyadi H,ST,MT. 2. Dr.Eng.I Made Yulistya N,ST,M.Sc.
Lebih terperinciANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv
JETri, Volume 8, Nomor, Februari 009, Halaman 1-0, ISSN 141-037 ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv Syamsir Abduh & Angga Septian* Dosen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ISOLATOR PIRING 2.1.1 Umum Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan
Lebih terperinciBAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA
BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi
Lebih terperinciANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract
ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract Pemanfaatan energi listrik secara optimum oleh masyarakat dapat terpenuhi dengan
Lebih terperinciSISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv
Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya
Lebih terperinciOPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.
OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP
STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP Oleh : Augusta Wibi Ardikta 2205.100.094 Dosen Pembimbing : 1. I
Lebih terperinciBAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan
BAB II TEGANGAN TINGGI 2.1 Umum Pengukuran tegangan tinggi berbeda dengan pengukuran tegangan rendah, sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan tinggi yang akan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi yang digunakan dalam penelitian Skripsi ini antara lain adalah: 1. Studi literatur, yaitu dengan cara menelaah, menggali, serta mengkaji
Lebih terperinciBAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR
BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR 2.1 Pendahuluan Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif menuju ke muatan positif. Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa
Lebih terperinciDielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017
Dielektrika, [P-ISSN 2086-9487] [E-ISSN 2579-650X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017 ANALISA SISTEM PROTEKSI PETIR (LIGHTNING PERFORMANCE) PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV SENGKOL-PAOKMOTONG
Lebih terperinciI Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc
I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc SUTT merupakan instalasi yang sering terjadi sambaran petir karena kontruksinya yang tinggi dan berada pada lokasi yang
Lebih terperinciPERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK
PERCOBAAN - I PEMBANGKITAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN TINGGI BOLAK-BALIK 1.1 DASAR TEORI Tegangan tinggi bolak-balik banyak dipergunakan untuk pengujian peralatan listrik yang memiliki kapasitansi besar seperti
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Saluran Transmisi ( 1, 5, 7 ) Suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama : pusat-pusat pembangkit listrik, saluran-saluran transmisi, dan sistem-sistem distribusi.
Lebih terperinciBAB II BUSUR API LISTRIK
BAB II BUSUR API LISTRIK II.1 Definisi Busur Api Listrik Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dalam merencanakan suatu sistem pengaman (Proteksi) yang ada
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tegangan Lebih Dalam merencanakan suatu sistem pengaman (Proteksi) yang ada hubungannya dengan tenaga atau arus listrik, maka perlu diperhatikan keadaan peralatan itu pada waktu
Lebih terperinciBAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA
BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah
Lebih terperinciBAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA
BAB II ARUS BOCOR DAN KELEMBABAN UDARA II.1 Jenis Isolator Isolator merupakan salah satu bahan dielektrik yang digunakan untuk memisahkan konduktor bertegangan dengan kerangka penyangga yang dibumikan.
Lebih terperinciPENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS
PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS Andi Hidayat, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR
BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR 3.1 Konsep Dasar Sistem Tenaga Listrik Suatu system tenaga listrik secara sederhana terdiri atas : - Sistem pembangkit -
Lebih terperinciBab 4 SALURAN TRANSMISI
Bab 4 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi listrik untuk keperluan manusia akan semakin meningkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan energi listrik untuk keperluan manusia akan semakin meningkat pemakiannya, dikarenakan energi listrik merupakan energi yang mudah dibangkitkan, disalurkan
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Abstrak Evaluasi surja arrester dengan simulasi pemodelan sambaran langsung pada kawat fasa SUTT 150 kv Double Circuit yang menimbulkan efek kegagalan perlindungan(shielding
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.
Lebih terperinciPENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI
PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI Ringga Nurhaidi 1), Danial 2), Managam Rajagukguk 3) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum. Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang
BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik dapat menyebabkan terhentinya pelayanan
Lebih terperinciProteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri
Proteksi Terhadap Petir Distribusi Daya Dian Retno Sawitri Pendahuluan Sambaran petir pada sistem distribusi dapat menyebabkan kerusakan besar pada kabel overhead dan menyuntikkan lonjakan arus besar yang
Lebih terperinciBAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang
A II ITEM ALUAN TANMII ( 2.1 Umum ecara umum saluran transmisi disebut dengan suatu sistem tenaga listrik yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang dibawa oleh konduktor melalui
Lebih terperinciLEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI Hal LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tinjauan
Lebih terperinciPenentuan Nilai Impedansi Pembumian Elektroda Batang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Response Impuls
33 Penentuan Nilai Impedansi Pembumian Elektroda Batang Tunggal Berdasarkan Karakteristik Response Impuls Managam Rajagukguk (1),Yul Martin () 1) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura
Lebih terperinciBab 3 SALURAN TRANSMISI
Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH
Lebih terperinciANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE
JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 1-12, ISSN 1412-0372 ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE Syamsir Abduh Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN)
BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN) 2.1 Gelombang Berjalan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih dalam
Lebih terperinciBAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga
BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan
Lebih terperinciBab 3 SALURAN TRANSMISI
Bab 3 SALURAN TRANSMISI TRAFO STEP UP 20/500 kv 500 kv 150 kv 150 kv INDUSTRI 20 kv BISNIS TRAFO GITET 500/150 kv TRAFO GI 150/20 kv PEMBANGKIT TRAFO DISTRIBUSI 220 V PLTA PLTD PLTP PLTG PLTU PLTGU RUMAH
Lebih terperinciRINGKASAN DAN LATIHAN - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S
RINGKASAN DAN LATIHAN Listrik Statis - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S Hukum Coulomb ------------------------------- 1 Listrik Statis Medan Listrik Medan Listrik oleh titik bermuatan Fluk Listrik dan
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK
PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok
Lebih terperinciOPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH
OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH Yuni Rahmawati, ST* Abstrak: Untuk menganalisis besar tegangan maksimum yang terjadi pada jaringan
Lebih terperinciSela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad
23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga
Lebih terperinciStudi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan
Teknologi Elektro, Vol.15, No.1, Januari - Juni 016 7 Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan I W. A. Teja Baskara 1, I G. Dyana Arjana, I W. Rinas 3 Abstract Ground wire
Lebih terperinciMateri ajar. Kapasitor
Materi ajar Kapasitor A. Kapasitor 1. Pengertian kapasitor Kapasitor atau sering juga disebut kondensator adalah alat (komponen) yang dibuat sedemikian sehingga mampu menyimpan muatan listrik. Sebuah kapasitor
Lebih terperinciVol.3 No1. Januari
Studi Penempatan Arrester di PT. PLN (Persero) Area Bintaro Badaruddin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 Telepon: 021-5857722
Lebih terperinciPEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN
PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN Oleh : Nina Dahliana Nur 2211106015 Dosen Pembimbing : 1. I Gusti Ngurah Satriyadi
Lebih terperinciDasman 1), Rudy Harman 2)
PENGARUH TAHANAN KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 KV TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIENT AKIBAT SURJA PETIR DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTROMAGNETIC TRANSIENTS PROGRAM (EMTP) (GI KILIRIANJAO GI MUARO BUNGO )
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam penyaluran daya listrik akan terjadi rugi-rugi daya penyaluran dan terdapat jatuh tegangan (voltage drop) yang besarnya sebanding dengan panjang saluran. Penggunaan
Lebih terperinciBahan Listrik. Isolator Padat
Bahan Listrik Isolator Padat a.bahan Isolator Isolator Padat Bahan-bahan yang biasa digunakan dalam pembuatan isolator : 1. poliester 2. resin 3. porselen 4. micaver Bahan Isolator 1. poliester dibentuk
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN
TUGAS AKHIR - RE 1599 STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN ARIMBI DINAR DEWITA NRP 2202 109 044 Dosen Pembimbing Ir.Soedibyo, MMT. I Gusti Ngurah Satriyadi
Lebih terperinciSISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk
SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK Sudut Lindung Menara Transmisi Dan Gardu Induk Proteksi Sistem Tenaga EP3076 Disusun Oleh : Bryan Denov (18013003) Aulia
Lebih terperinciEVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD
EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD Sapari, Aris Budiman, Agus Supardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB III LIGHTNING ARRESTER
BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pengertian Istilah Dalam Lightning Arrester Sebelum lebih lanjut menguraikan tentang penangkal petir lebih dahulu penyusun menjelaskan istilah atau definisi yang akan sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibangkitkan oleh sebuah sistem pembangkit perlu mengalami peningkatan nilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tegangan tinggi merupakan suatu bagian dari Sistem Tenaga Listrik yang memiliki peranan penting. Dalam proses penyaluran daya, tegangan yang dibangkitkan oleh sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia tenaga listrik, salah satu bidang usahanya yaitu sistem distribusi tenaga listrik.
Lebih terperinciPEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG
PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG Taruna Miftah Isnain 1, Ir.Bambang Winardi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciFAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID
FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID Fransiscus M.S. Sagala, Zulkarnaen Pane Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciD. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J
1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,
Lebih terperinciSTUDI PERFORMANSI PERLINDUNGAN SAMBARAN PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV UNTUK BERAGAM KARAKTERISTIK SAMBARAN
STUDI PERFORMANSI PERLINDUNGAN SAMBARAN PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV UNTUK BERAGAM KARAKTERISTIK SAMBARAN Rizky Fajar Adiputra 2206 100 061 Program Studi Teknik Sistem Tenaga
Lebih terperinciULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet
ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet
Lebih terperinciPENGARUH DIAMETER PENAMPANG ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR RANTAI
1 Bahan Sidang Tugas Akhir PENGARUH DIAMETER PENAMPANG ELEKTRODA CINCIN PERATA TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR RANTAI OLEH : MUHAMMAD IDRIS RUSLI NIM. 040 422 022 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM
Lebih terperinciARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK
86 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK Tegangan lebih adalah
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER
SALURAN TRANSMISI 150 kv BAMBE INCOMER Widen Lukmantono NRP 2209105033 Dosen Pembimbing Ir.Syariffuddin Mahmudsyah, M.Eng Ir.Teguh Yuwono JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan
Lebih terperinciStudi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP
Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 2 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP Augusta Wibi Ardikta 22594 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang
BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR II. 1 PETIR Peristiwa petir adalah gejala alam yang tidak bisa dicegah oleh manusia. Petir merupakan suatu peristiwa pelepasan muatan listrik dari awan yang bermuatan
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK
MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I [ ] 2012 PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAN DAYA LISTRIK
Lebih terperinciBAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI
167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan
Lebih terperinciAnalisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling
e-jurnal Teknik Elektro dan Komputer (201) 1 Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling M. S. Paraisu, F. Lisi, L. S. Patras, S. Silimang Jurusan Teknik Elektro-FT.
Lebih terperinciBAB II SALURAN TRANSMISI
BAB II SALURAN TRANSMISI 2.1 Umum Penyampaian informasi dari suatu sumber informasi kepada penerima informasi dapat terlaksana bila ada suatu sistem atau media penyampaian di antara keduanya. Jika jarak
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA. TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv
TUGAS AKHIR STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada Departemen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan bagian peralatan yang terhubung secara fisik dengan tanah. berfungsi sebagai penggantung atau penopang konduktor [2].
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Isolator Pada instalasi tenaga listrik dan peralatan listrik dijumpai konduktorkonduktor yang berbeda potensialnya, sehingga dibutuhkan isolator untuk mengisolir konduktor dengan
Lebih terperinciAnalisis Kinerja Lightning Arester Pada Jaringan Transmisi 150 kv Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana
E-Journal Teknik Elektro dan Komputer Vol.6 no.1 (2017), ISSN: 2301-8402 7 Analisis Kinerja Lightning Arester Pada Jaringan Transmisi 150 kv Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana
Lebih terperinciOleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc
STUDI PENGAMAN SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI 150KV YANG DILINDUNGI ARESTER SURJA Oleh: Dedy Setiawan 2209 105 022 Dosen Pembimbing: Dosen Pembimbing: 1. IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya
Lebih terperinciSTUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :
STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM : 050422035 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION
Lebih terperinciPerancangan Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Tunggal, Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR
BAB II TEORI DASAR 2.1 Proses terjadinya sambaran petir Proses pelepasan muatan antara awan dan bumi sama seperti peristiwa tembus antara dua buah elektroda. Agar terjadi pelepasan muatan, perbedaan tegangan
Lebih terperinciRINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK
RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK Ano/ppl/2012 RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK Mata Pelajaran Bahan Kajian Kelas/semester Potensi Dasar : Dasardasar listrik dan elektronika :
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Tentang Petir Petir adalah sebuah cahaya terang benderang yang dihasilkan oleh tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan-awan atau awan ke tanah. Biasanya terjadi,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan
Lebih terperinciPEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS
PEMBANGKITAN TEGANGAN TINGGI IMPULS D I S U S U N Oleh : Heri Pratama ( 5141131008 ) Natalia K Silaen ( 5141131011 ) Yulli Hartanti Ritonga ( 5141131016 ) Rafiah perangin-angin ( 5141131014 ) Neni Awalia
Lebih terperinciBAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA. Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk
BAB 8 HIGH FREQUENCY ANTENNA Kompetensi: Mahasiswa mampu menjelaskan secara lisan/tertulis mengenai jenis-jenis frekuensi untuk komunikasi, salah satunya pada rentang band High Frequency (HF). Mahasiswa
Lebih terperinciPerancangan Perangkat Lunak Untuk Mendeteksi Tingkat Keandalan SUTET Terhadap Sambaran Petir Dengan Metode 2 Titik
247 Perancangan Perangkat Lunak Untuk Mendeteksi Tingkat Keandalan SUTET Terhadap Sambaran Petir Dengan Metode 2 Titik Aeri Rachmad, Teknik Multimedia & Jaringan, Universitas Trunojoyo Madura, Bangkalan
Lebih terperinciLATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS
Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...
Lebih terperinciPT PLN (Persero) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN. SUTT/SUTET Dan ROW. Belajar & Menyebarkan Ilmu Pengetahuan Serta Nilai Nilai Perusahaan
SUTT/SUTET Dan ROW Saluran Transmisi Tenaga Listrik A. Saluran Udara B. Saluran Kabel C. Saluran dengan Isolasi Gas Macam Saluran Udara Tegangan Tinggi Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kv Saluran
Lebih terperinciPEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG
PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Wahyu Arief Nugroho 1, Hermawan 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinci