BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR. Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan"

Transkripsi

1 BAB III PROTEKSI GANGGUAN TANAH PADA STATOR GENERATOR III.1 Umum Arus gangguan tanah adalah arus yang mengalir melalui pembumian. Sedangkan arus yang tidak melalui pembumian disebut arus gangguan fasa. Arus gangguan semacam ini berbahaya bagi peralatan karena nilainya sangat besar dan dapat merusak isolasi peralatan tersebut. Arus gangguan hubung singkat ke tanah harus dapat dideteksi dan kemudian diisolir agar tidak mengalir ke peralatan sistem tenaga listrik. III.2. Metode Pembumian Generator Metode pembumian suatu generator menentukan jenis proteksi gangguan tanah yang akan diterapkan. Faktor kuncinya adalah arus gangguan tanah yang muncul pada sistem tersebut. arus ini dapat bervariasi dari beberapa ampere sampai sebesar arus gangguan tiga fasa. III.2.1 Sistem yang tidak dibumikan Suatu sistem dikatakan tidak dibumikan apabila tidak terdapat hubungan fisik antara netral dan tanah. Hanya terdapat kapasitansi dari sistem tersebut ke tanah. Kapasitansi terbesar adalah kapasitansi yang berasal dari belitan stator generator.

2 Gambar 3.1 Generator yang tidak dibumikan Jika kapasitansi pada tiap fasa ke tanah sama besarnya, maka tegangan fasa ke netral pada keadaan normal akan muncul pada tiap fasa dan tanah seperti Gambar 3.5(a). Arus hubung singkat fasa ke tanah pada sistem yang tidak dibumikan adalah fungsi dari kapasitansi shunt ke tanah dan biasanya bernilai kurang dari 10 A. Gambar 3.2 Arus pengisian kapasitansi ke tanah pada sistem yang tidak dibumikan Gambar 3.3 Tegangan kapasitansi tiap fasa ke tanah

3 Pada keadaan normal, arus pengisian pada tiap fasa adalah: I a = (3.1) I b = (3.2) I c = (3.3) Jika terjadi hubung singkat satu fasa ke tanah, tegangan sistem akan berubah dan tegangan antara fasa yang sehat dengan tanah akan meningkat menjadi tegangan fasa fasa. Hal ini menyebabkan naiknya arus pengisian pada masing - masing fasa yang sehat sebesar. arus gangguan tanah (I cf ) merupakan penjumlahan dari arus pengisian pada fasa yang sehat (I b dan I c ). Arus pada fasa yang sehat menjadi: I b = = (3.4) I c = = (3.5) berikut: Arus gangguan tanah menjadi tiga kali arus pengisian kapasitansi, seperti persamaan I cf =I b + I c = = (3.6) III.2.2 Pembumian langsung Pada sistem pembumian langsung, tidak ada impedansi yang dihubungkan secara sengaja antara titik netral generator dengan tanah. Setiap terjadi gangguan hubung

4 singkat selalu mengakibatkan terputusnya saluran. Arus gangguan sangat besar sehingga berbahaya bagi peralatan. Pada metode ini, arus gangguan tanah dapat mencapai nilai arus gangguan tiga fasanya. Pembumian langsung pada generator hanya dapat dilakukan jika reaktansi urutan nol (X 0 ) generator cukup besar. Reaktansi ini berguna untuk membatasi arus gangguan tanah agar lebih kecil dari arus gangguan tiga fasa. Metode ini hanya dapat diterapkan pada generator yang didesain khusus agar tahan terhadap arus gangguan yang tinggi. III.2.3 Pembumian melalui tahanan tinggi Tahanan tinggi dihubungkan antara titik netral generator dengan tanah. Terkadang, tahanan rendah dihubungkan pada belitan sekunder transformator satu fasa (transformator distribusi) atau pada pembumian netral transformator. Metode ini membatasi arus gangguan tanah sebesar 5-10 A. Karakteristik pembumian tahanan tinggi adalah : a. Tidak terjadi pemutusan pada gangguan tanah yang pertama (kontinuitas pelayanan baik), b. Tidak berbahaya bagi manusia yang berada dekat titik gangguan, c. Memperkecil resiko kerusakan pada peralatan, d. Memperkecil tegangan lebih transient akibat gangguan busur tanah. III.2.4 Pembumian melalui transformator distribusi Pembumian melalui transformator distribusi adalah cara yang paling sering digunakan untuk pembumian impedansi tinggi. Pada Gambar (3.4) ditunjukkan skema pembumian menggunakan transformator distribusi. Tahanan yang dilihat pada netral generator sama dengan nilai ohmic dari resistor sekunder dikali dengan akar dari turn

5 rasio transformator. Rangkaian yang ekivalen juga dapat diperoleh dengan memasang sebuah resistor langsung antara netral dan tanah. Kelebihan penggunaan transformator distribusi ini adalah menghindari pemakaian resistor tegangan tinggi yang relatif mahal. Gambar 3.4 Pembumian dengan transformator distribusi Belitan primer transformator harus mempunyai rating tegangan yang sama atau lebih besar dari tegangan fasa-netral generator. Belitan sekunder transformator pembumian biasanya mempunyai tegangan sekunder 120 V atau 240 V. Transformator pembumian harus mempunyai ketahanan terhadap tegangan lebih untuk menghindari saturasi jika generator bekerja pada tegangan yang lebih tinggi dari rating tegangannya. Resistor yang dihubungkan pada belitan sekunder harus dipilih sedemikian rupa agar arus gangguan tanah (I f ) yang datang dari transformator distribusi sama atau lebih besar dari arus gangguan tanah yang datang dari kapasitansi shunt sistem (I cf ). Biasanya arus dari transformator distribusi di atur agar sama dengan arus kapasitansi shunt sistem. Arus gangguan yang mengalir melalui kapasitansi shunt (I cf ) adalah : I cf = (3.7)

6 Arus gangguan yang melalui resistor transformator distribusi adalah : I r = (3.8) Dengan : N = (3.9) Nilai ohmic dari resistor agar memenuhi syarat I cf = I r adalah : R sec = (3.10) Jika resitor yang dipilih memenuhi spesifikasi ini, maka arus gangguan yang muncul biasanya akan bernilai 5 15 A. III.2.5 Pembumian melalui kumparan peterson Metode ini mempunyai skema yang sama dengan pembumian dengan tahanan tinggi, kecuali reaktor yang dapat diatur nilainya yang dipasang pada sekunder trafo. III.2.6 Pembumian melalui tahanan rendah Titik netral generator dihubungkan ke tanah melalui sebuah tahanan yang berfungsi untuk membatasi arus gangguan tanah sampai beberapa ratus ampere ( A). Arus gangguan ini sangat besar dan dapat merusak stator, namun pada saat yang sama, arus ini cukup besar sehingga dapat dirasakan oleh rele sehingga didapat sistem proteksi yang handal dan selektif. Sistem pembumian melalui tahanan rendah jarang digunakan sekarang karena besarnya resiko kebakaran stator generator akibat besarnya arus yang mengalir saat

7 gangguan. Namun, sistem pembumian ini paling sering digunakan untuk industri yang menggunakan tegangan menengah. Karakteristik pembumian melalui tahanan rendah adalah : a. Pemutusan akibat gangguan dapat dilakukan, b. Memperkecil tegangan lebih transient akibat gangguan busur tanah, c. Memperkecil kerusakan pada titik gangguan. III.3 Gangguan Tanah Pada Stator Gangguan hubung singkat ke tanah merupakan gangguan yang umum terjadi pada suatu generator. Gangguan ini dapat disebabkan oleh penuaan isolasi pada belitan karena pengaruh lingkungan seperti kelembapan, minyak yang bercampur dengan debu yang terdapat pada permukaan luar slot stator. Hal ini dapat menyebabkan peluahan pada bagian ujung belitan sehingga terhubung ke tanah. Jenis gangguan yang mungkin terjadi adalah : a. Hubung singkat fasa ke tanah b. Hubung singkat fasa ke fasa c. Hubung singkat inter turn Arus gangguan hubung singkat fasa ke tanah diminimalisasi oleh tahanan pembumian generator tersebut. Di antara ketiga jenis gangguan di atas, gangguan yang mempunyai kemungkinan muncul terbesar adalah gangguan fasa ke tanah. Isolasi diantara dua fasa minimal dua kali lebih tebal daripada isolasi antara belitan ke inti besi, sehingga kemungkinan terjadinya hubung singkat antar fasa sangat kecil. Gangguan inter

8 turn muncul karena adanya arus surja. Namun gelombang surja ini telah dipotong di lightning arrester sebelum mencapai generator. Generator harus diproteksi dari gangguan hubung tanah stator karena dua hal yaitu : 1. Sebagai sebuah gangguan tentunya fenomena tersebut merupakan kondisi tidak normal dalam kinerja mesin yang menyebabkan hal hal yang tidak diinginkan dalam besaran tegangan, arus, osilasi, dan kerusakan. 2. Gangguan tanah yang tidak terdeteksi dan tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi gangguan fasa ke fasa atau menjadi gangguan antar lilitan. Gangguan fasa ke fasa terjadi jika gangguan fasa ke tanah yang lain terjadi. Dan gangguan ini akan menimbulkan arus hubung singkat yang besar dapat merusak generator. yaitu : Terdapat dua kemungkinan pada generator apabila terjadi gangguan pada stator, 1. Terjadi gangguan satu fasa ke tanah pada stator 2. Setelah hubung singkat ke tanah yang pertama terjadi, kemudian muncul hubung singkat kedua pada fasa yang sama atau berbeda dan akhirnya menimbulkan hubung singkat antara dua titik pada belitan stator. Tegangan lebih akibat ganguan Pada sistem yang tidak dibumikan, arus gangguan tanah sangat kecil. Arus ini hanya mengalir melalui kapasitansi sistem ke tanah sehingga tidak akan menyebabkan kerusakan. Namun, sistem yang tidak dibumikan tidak dapat diterapkan karena kapasitansi tersebut dapat menimbulkan kerusakan akibat adanya tegangan lebih.

9 Syarat utama dari suatu sistem pembumian adalah untuk membatasi tegangan lebih yang muncul pada saat gangguan agar tidak merusak peralatan. Tegangan lebih yang terjadi dapat berupa keadaan steady state dan transient. Tegangan lebih steady state disebabkan oleh gangguan hubung singkat ke tanah. Sedangkan tegangan lebih transient disebabkan oleh arcing ground. Besar tegangan lebih yang terjadi tergantung dari impedansi ke tanah. Jika netral generator dibumikan secara langsung, impedansi yang rendah akan mengakibatkan arus gangguan yang sangat besar. Namun sistem ini dapat mencegah terjadinya tegangan lebih yang terlalu besar. Impedansi tambahan pada sistem pembumian akan membatasi arus gangguan, namun juga harus mempertimbangkan tegangan lebih yang mungkin muncul sehingga tidak membahayakan peralatan. Tegangan lebih steady state akan muncul pada fasa yang tidak terganggu saat terjadi gangguan tanah. Tegangan pada fasa yang sehat merupakan gabungan dari tegangan fasa dan pergeseran titik netral. Gambar 3.5 Tegangan pada saat terjadi gangguan Gambar 3.5(a) menunjukkan tegangan fasa ke tanah pada saat kondisi normal. Pada sistem yang tidak dibumikan dan dibumikan melalui impedansi tinggi, pergeseran titik netral akibat gangguan hampir sama dengan tegangan fasa yang terganggu seperti ditunjukkan pada Gambar 3.5(b). Dan Gambar 3.5(c) menunjukkan tegangan lebih yang

10 rendah dan hanya sedikit pergeseran pada titik netral. Hal ini terjadi pada sistem yang dibumikan melalui impedansi rendah. Kerusakan inti akibat hubung singkat ke tanah Hubung singkat ke tanah pada belitan stator merupakan salah satu perhatian utama pada proteksi generator. Gangguan tanah pada stator mengakibatkan perlunya pergantian kumparan yang rusak, dan hal ini membutuhkan biaya yang besar. Jika terjadi busur api pada titik gangguan maka akan mengakibatkan kebakaran yang serius pada laminasi inti stator. Rusaknya isolasi akan mengakibatkan hubung singkat antar laminasi dan arus yang terjadi akan mengakibatkan pemanasan lokal pada titik gangguan selama operasi normal. Dan akan diikuti oleh kerusakan lainnya, sehingga akan berakhir dengan kegagalan seluruh isolasi stator. Biaya perbaikan akan semakin mahal dan membutuhkan waktu yang semakin lama. Gangguan ini terjadi akibat kegagalan isolasi akibat penuaan dan gangguan mekanis seperti getaran. Gangguan tanah yang terjadi terdiri dari dua jenis yaitu : 1. Arus gangguan mengalir dari kumparan yang terganggu ke inti melalui kontak langsung atau melalui isolasi yang mengalami kerusakan. 2. Arus gangguan mengalir melalui busur gangguan. III.3.1 Gangguan Satu Fasa ke Tanah Untuk menjelaskan besar kerusakan yang timbul pada generator saat terjadi sebuah hubung singkat ke tanah pada stator, kita memisalkan sebuah generator yang netralnya dibumikan melalui sebuah resitor dan generator ini terhubung ke sebuah bus saluran

11 melalui sebuah Pemutus Tenaga (PMT). Jika hubung singkat ke tanah muncul pada terminal generator, maka akan terdapat dua jenis arus gangguan yaitu arus yang mengalir dari luar menuju kedalam generator dan arus yang berasal dari generator itu sendiri. Arus gangguan total merupakan penjumlahan dari kedua arus ini, dan besarnya kerusakan yang timbul di dalam generator sebanding dengan energi yang timbul pada titik busur gangguan, yaitu sebesar : Damage = α. Joule (3.11) dimana : T f : waktu selama arus gangguan muncul Kerusakan akibat arus yang mengalir dari luar generator Gangguan pada stator dirasakan oleh sistem proteksi stator tanpa adanya tundaan waktu, atau dalam satu siklus tundaaan. Misalkan PMT pada generator mempunyai waktu kerja selama 5 siklus. Sehingga arus muncul pada stator selama 6 siklus ( pada sistem 60 Hz adalah kurang lebih selama 0,1 detik). Jadi kita dapat menentukan kerusakan yang timbul pada generator akibat arus yang berasal dari luar dengan menggunakan persamaan (3.11). Kerusakan akibat arus yang mengalir dari dalam generator Ketika PMT pada generator membuka / trip, arus gangguan yang mengalir pada generator tidak dapat dihilangkan karena masih terdapatnya medan penguat. Dan arus penguatan (eksitasi) ini akan berkurang setelah τdetik. τadalah konstanta waktu hubung singkat satu fasa ketanah dan berbeda besarnya pada tiap generator, namun mempunyai nilai antara 0,8 1,1 s.

12 Sehingga, lamanya waktu yang diperlukan untuk menghilangkan arus eksitasi di dalam generator dapat dituliskan sebagai persamaan berikut : Damage = α. [ I. ] k dt Joule (3.12) Pada keadaan ini, waktu integrasinya akan jauh lebih lama, sehingga kerusakan (energi) yang timbul pada generator akan jauh lebih besar. Hal ini disebabkan arus gangguan akan terus mengalir sampai medan penguat generator hilang. Dari kedua persamaan di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar kerusakan pada generator disebabkan oleh arus yang berasal dari dalam generator itu sendiri dan satu satunya cara untuk menghindari kerusakan yang serius adalah dengan mengurangi besarnya arus gangguan tanah yang timbul. Salah satu cara yang sering digunakan untuk mengurangi arus gangguan adalah dengan melakukan pembumian pada titik netral generator. III.3.2 Gangguan fasa ke fasa Apabila generator dengan sistem pembumian tahanan tinggi (melalui resistor atau transformator distribusi) mengalami gangguan satu fasa ke tanah. Arus gangguan yang mengalir tidak cukup besar untuk merusak inti besi, karena arus gangguan yang mengalir akan dibatasi oleh resistor pembumian. Namun, terdapat kemungkinan munculnya gangguan fasa ke fasa,hal ini terjadi jika gangguan fasa ke tanah lainnya muncul, dan ini menimbulkan arus gangguan yang sangat besar. Gangguan fasa fasa juga akan terjadi jika gangguan fasa ke tanah yang mula mula muncul dekat dengan netral generator dan diikuti oleh gangguan fasa ke tanah lainnya yang muncul pada salah satu fasa generator tersebut.

13 Arus akibat gangguan ini cukup besar untuk menimbulkan kerusakan serius pada generator. Arus ini tidak dapat dihilangkan meskipun generator telah diputus dari sistem, hal ini terjadi karena masih adanya sisa arus medan (eksitasi). Generator harus dilindungi dari kemungkinan seperti ini karena akibatnya sangat berbahaya bagi generator. Cara terbaik untuk mencegah hal ini adalah ketika hubung singkat fasa ke tanah yang pertama muncul, maka proteksi stator harus mampu mendeteksi dan mengirimkan sinyal ke PMT agar generator segera dimatikan atau diisolir dari sistem, sebelum hubung singkat lainnya muncul. III.4 Proteksi Gangguan Hubung Singkat ke Tanah Ketika gangguan tanah muncul pada sebuah generator, sistem proteksi harus dapat mendeteksi gangguan tersebut dan generator harus segera dimatikan. Namun, sistem proteksi internal ini harus dikoordinasikan dengan sistem proteksi di dekatnya. Jika gangguan tanah muncul di luar generator, sistem proteksi internal tidak boleh bekerja. Sistem proteksi gangguan hubung tanah generator berkaitan langsung dengan sistem pembumian yang dipakai generator tersebut. Jadi metode yang digunakan juga bermacam macam tergantung dari jenis pembumiannya. Pada metode pembumian dengan tahanan tinggi, rele yang dipakai adalah yang mempunyai sensitivitas tinggi dan waktu operasi yang lambat, karena arus gangguan cukup kecil sehingga tidak membahayakan bagi generator. Pada pembumian dengan tahanan rendah, rele yang digunakan harus mempunyai waktu operasi yang cepat dan tidak perlu terlalu sensitif, karena arus gangguan sangat besar dan membahayakan bagi generator.

14 III.4.1 Metode Proteksi Tegangan Lebih Netral Metode ini biasanya dipakai pada sistem pembumian tahanan tinggi. Proteksi dapat diperoleh dengan menghubungkan rele tegangan lebih waktu terbalik yang sensitif pada resistor atau reaktor pembumian di sekunder transformator distribusi. Rele ini merasakan tegangan V o. Ketika hubung singkat ke tanah muncul, tegangan fasa netral generator akan terasa pada primer trafo distribusi. Tegangan pada rele adalah fungsi dari turn ratio transformator dan tegangan maksimum akan dirasakan rele jika gangguan terjadi di terminal generator. Untuk gangguan di belitan stator, tegangan pada rele akan semakin kecil jika gangguan makin dekat ke netral. Pada pembumian tahanan tinggi, setting tegangan untuk rele 59GN adalah 6 V untuk tegangan sekunder trafo sebesar 120 V (dan 12 V untuk tegangan sekunder trafo sebesar 240 V). Misal belitan primer transformator distribusi mempunyi rating yang sama dengan tegangan fasa netral generator dan tegangan belitan sekundernya 120 V. Rele akan mendeteksi tegangan sebesar 120 V jika gangguan terjadi pada terminal generator. Distribusi tegangan sepanjang belitan stator adalah linear, sehingga rele yang diset pada tegangan 6 V tidak dapat merasakan 6V/120V atau 5% bagian ujung netral generator.

15 Gambar 3.6 Metode proteksi tegangan lebih netral generator III.4.2 Skema Proteksi Tegangan Lebih Delta Terbuka Skema proteksi ini dibuat dengan menghubungkan rele 59GN pada resistor pembumian di dalam rangkaian delta terbuka. Tegangan pada rele adalah 3V 0. Prinsip kerjanya hampir sama dengan menggunakan trafo distribusi. Sistem ini dapat digunakan sebagai proteksi alternatif atau cadangan dari proteksi utama di atas. Gambar 3.7 Skema proteksi tegangan lebih delta terbuka Rangkaian delta terbuka menyebabkan adanya penjumlahan vektor tegangan fasa pada rele 59GN dan nilainya ekuivalen dengan 3V 0. V r = (V a + V b + V c ) = 3V 0 (3.13)

16 III.4.3 Proteksi Tegangan Lebih Rangkaian Urutan Nol Proteksi stator yang paling konvensional dan umum digunakan adalah dengan menggunakan metode tegangan lebih rangkaian urutan nol. Metode ini cocok digunakan pada generator yang mempunyai sistem pentanahan dengan tahanan tinggi. Metode ini menggunakan rele arus lebih yang mempunyai tundaan waktu dan bekerja pada frekuensi nominal. Rele ini tidak sensitif terhadap tegangan harmonisa ketiga yang ada pada netral generator. Metode ini mampu mendeteksi gangguan sampai 2-5% bagian stator yang paling dekat ke netral. Sebuah rele arus lebih waktu dapat digunakan sebagai proteksi cadangan. III.4.4 Skema Proteksi Arus Lebih Gambar 3.8. Proteksi tegangan lebih rangkaian urutan nol Skema ini dapat diterapkan pada sistem yang dibumikan melalui tahanan tinggi. Rasio fasa CT dipilih berdasarkan arus beban penuh generator, arus ini cukup besar jika

17 dibandingkan dengan arus gangguan tanah. Arus gangguan tanah pada sistem pembumian tahanan tinggi hanya berkisar antara 5-10 A. Arus yang mengalir pada sekunder CT hanya bernilai beberapa milli ampere. Rele harus disetting agar dapat bekerja pada arus sekecil ini. Agar didapat sensitivitas untuk arus yang kecil, digunakan tiga jenis rangkaian proteksi seperti pada Gambar (3.9). Gambar 3.9(a) menunjukkan pemakaian window CT untuk menyuplai rele. Pada aplikasi ini, keseluruhan konduktor tiga fasa dilewatkan melalui sebuah CT, sehingga fluks yang dihasilkan oleh arus pada tiap penghantar terakumulasi pada inti CT. Arus pada sekunder CT menjadi sebesar 3I 0. Karena window CT tidak melewatkan arus yang seimbang, pemilihan rasio CT tidak tergantung kepada beban. Biasanya rasio yang dipakai adalah 50/5. Skema pada Gambar 3.9(b) dapt digunakan sebagai cadangan untuk rele 59GN. Rasio CT dipilih agar arus yang mengalir pada rele sesuai. Pada sistem yang dibumikan melalui tahanan tinggi, arus rele dapat dipilih kira kira sebesar arus gangguan.

18 Gambar 3.9 Metode arus lebih tanah III.4.5 Proteksi Sistem Pembumian Melalui Tahanan rendah Pada sistem pembumian tahanan rendah, arus gangguan tanah dapat berkisar dari 100 A sampai sebesar arus hubung singkat tiga fasanya. Arus sebesar ini dapat digunakan untuk metode proteksi arus lebih. Konfigurasi dari proteksi ini ditentukan oleh besarnya setting arus gangguan yang dipilih. Pada range arus yang rendah, rangkaian pada Gambar 3.9 (a) dan (b) dapat dipakai. Namun untuk penggunaan window CT dibatasi oleh adanya saturasi akibat arus gangguan yang besar. Skema 3.9 (c) dapat dipakai pada semua range arus. Rasio CT dipilih agar mampu menyediakan arus sekunder antara A pada keadaan arus gangguan maksimum. CT harus mampu menyediakan tegangan sekunder yang cukup untuk rele tanpa mengalami saturasi yang berlebihan.

19 BAB IV PROTEKSI GANGGUAN HUBUNG TANAH PADA STATOR GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TEGANGAN HARMONISA KETIGA IV.1 Prinsip Kerja Proteksi menggunakan metode tegangan harmonisa ketiga memanfaatkan tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan secara natural oleh semua generator. Tegangan output generator tidak merupakan gelombang sinus murni, namun terdistorsi oleh tegangan harmonisa. Dari semua harmonisa yang ada, terdapat harmonisa kelipatan tiga (triplen) yaitu harmonisa ke 3, 9,15 dan seterusnya. Komponen triplen muncul dengan besar dan urutan fasa yang sama pada tiap fasanya. Sehingga harmonisa ini tidak saling meniadakan jika dijumlahkan disebabkan kesamaan urutan fasanya. Komponen ini muncul pada terminal netral generator sebagai besaran urutan nol (zero sequence quantity). Tegangan harmonisa ketiga merupakan komponen terbesar dibandingkan tegangan harmonisa lainnya. Prinsip kerja dari metode ini adalah berdasarkan pengukuran tegangan harmonisa ketiga yang terdapat pada netral, terminal atau pada keduanya. Tegangan yang diukur adalah tegangan harmonisa ketiga antara kedua titik di atas dan tanah. Tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan oleh generator muncul pada kedua ujung belitan stator dan berbeda beda besarnya tergantung dari desain dan pembebanan generator tersebut. Dalam kondisi normal, karakteristik tegangan harmonisa ketiga pada belitan stator adalah seperti Gambar (4.1) berikut:

20 Gambar (4.1) Karakteristik tegangan harmonisa ketiga pada kondisi normal Tegangan harmonisa terdistribusi sepanjang belitan stator. Besar tegangan pada netral dan terminal generator dipengaruhi oleh besarnya kapasitansi ke tanah pada belitan stator dan kapasitansi sistem luar yang dekat dengan generator. Selain itu, besar tegangan harmonisa generator juga dipengaruhi oleh pembebanan. Pada Gambar (4.1) dapat kita lihat bahwa tegangan harmonisa pada kondisi beban penuh lebih besar daripada tegangan harmonisa beban nol. Ketika gangguan hubung singkat ke tanah muncul di dekat titik netral generator sinkron, tegangan harmonisa ketiga akan naik dan bernilai sama dengan total harmonisa ketiga yang dihasilkan generator. Sedangkan tegangan harmonisa ketiga di titik netral akan turun menjadi nol. Tegangan harmonisa ini akan semakin besar jika semakin dekat dengan terminal generator seperti Gambar (4.2) berikut :

21 Gambar 4.2 Tegangan harmonisa ketiga saat gangguan berada di titik netral Saat gangguan terjadi di titik terminal generator maka tegangan harmonisa ketiga di terminal turun menjadi nol dan tegangan harmonisa ketiga di titik netral meningkat hingga sebesar total semua tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan generator. Karakteristiknya adalah sebagai berikut : Gambar 4.3 Karakteristik tegangan harmonisa ketiga saat gangguan di titik terminal Berdasarkan karakteristik di atas dapat didesain tiga skema utama sistem proteksi stator generator menggunakan metode tegangan harmonisa ketiga, yaitu skema teganganlebih, skema tegangan-kurang dan skema rasio tegangan. Pembagian skema ini didasarkan pada tempat dimana tegangan akan diukur yaitu apakah di terminal, di netral atau pada keduanya (netral dan terminal). Ketiga skema tersebut menggunakan rele yang

22 disetel pada frekuensi harmonisa ketiga dan juga menggunakan rele standar tegangan lebih yang distel pada frekuensi dasar. IV.1.1 Metode Proteksi Umum Generator biasanya dibumikan melalui transformator pembumian dengan sebuah resistor. Biasanya netral dari transformator tegangan dibumikan secara langsung. Pada Gambar (4.4) kita lihat terdapat sebuah rele yang diparalelkan dengan resistor. Rele ini adalah rele tegangan lebih standar dengan frekuensi dasar (fundamental). Rele ini disetel agar dapat memproteksi belitan stator mulai dari titik terminal sampai maksimal 5% dekat titik netral generator. Sisa 5% belitan generator yang terdekat ke netral harus diproteksi dengan rele tegangan harmonisa ketiga. Gambar 4.4 Proteksi gangguan tanah stator dengan rele tegangan lebih IV.1.2 Proteksi Menggunakan tegangan Harmonisa Ketiga Metode Proteksi Menggunakan metode tegangan harmonisa ketiga dapat dilakukan dengan tiga cara yang berbeda. Perubahan besar tegangan harmonisa ketiga pada generator akibat adanya gangguan hubung tanah stator dapat diukur di netral generator, Terminal Generator, maupun di kedua tempat tersebut dan kemudian dibandingkan.

23 IV Metode Tegangan Kurang Pada metode ini, kita akan mengukur tegangan harmonisa ketiga yang terdapaat pada netral. Rangkaian proteksi metode tegangan kurang ini adalah seperti Gambar (4.5) berikut Gambar (4.5) Metode Proteksi Tegangan Kurang Dapat kita lihat bahwa rele 27H digunakan untuk mendeteksi tegangan harmonisa ketiga (150Hz) dan rele 59GN digunakan untuk mendeteksi tegangan yang mempunyai frekuensi dasar yaitu 50 Hz. Kedua rele ini sama sama mengukur tegangan di netral generator pada saat gangguan terjadi. Rele 59GN melindungi bagian 0-95% dari belitan stator sedangkan rele 27H melindungi 5% belitan yang terdekat ke netral. Sehingga apabila kedua rele ini bekerja bersama - sama, akan dapat melindungi keseluruhan belitan stator. Rele 27H harus diatur agar tegangan pick up nya cukup rendah untuk menghindari bekerjanya rele pada saat keadaan normal dimana tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan realtif rendah. Namun, tegangan pick up ini harus cukup tinggi agar dapat

24 mendeteksi gangguan yang tidak dapat dirasakan oleh rele 59GN pada saat keadaan tegangan harmonisa ketiga maksimum. IV Metode Tegangan Lebih Pada metode tegangan lebih ini, kita akan mengukur tegangan harmonisa ketiga pada terminal generator. Rele 59T akan mendeteksi kenaikan tegangan harmonisa ketiga di terminal saat terjadi gangguan di dekat netral generator. Tegangan pick up rele 59T ini harus diatur agar lebih besar dari tegangan harmonisa ketiga saat kondisi normal. Namun disaat yang sama harus lebih kecil dari tegangan minimum yang dihasilkan saat terjadi gangguan dekat dengan titik netral. Gambar (4.6) Metode proteksi tegangan lebih IV Metode Rasio Tegangan Tegangan harmonisa ketiga akan diukur pada kedua ujung belitan, yaitu pada netral dan terminal generator. Kedua tegangan ini akan dibandingkan dan didapatkan rasio perbandingannya.

25 Metode proteksi rasio tegangan ini lebih baik dibandingkan kedua metode di atas, karena seringkali sulit dalam menentukan setting pick up baik pada metode tegangan kurang maupun metode tegangan lebih. Hal ini terjadi karena adanya variasi tegangan harmonisa ketiga saat kondisi beban yang berbeda beda. Pada kondisi beban nol dan beban ringan, tegangan harmonisa ketiga relatif kecil jika dibandingkan dengan saat generator bekerja dengan beban penuh. Variasi tegangan ini dapat diatasi dengan rasio tegangan, karena rasio tegangan harmonisa ketiga di netral dan terminal relatif sama untuk semua kondisi pembebanan generator. Gambar (4.7) Metode Proteksi Rasio Tegangan IV.2 Tegangan Harmonisa Ketiga Generator Untuk dapat melakukan simulasi metode tegangan harmonisa ketiga, kita harus mengetahui terlebih rangkaian ekivalen generator berdasarkan tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkannya. Sehingga perlu dibuat beberapa asumsi untuk memperoleh model rangkaian yang sesuai.

26 Generator akan dimodelkan sebagai berikut Masing masing fasa terdiri dari satu reaktansi sinkron (X d ), transient (X d ), dan reaktansi subtransient (X d ). Kapasitansi antara belitan stator ke tanah dimodelkan sebagai sebuah kapasitor pada tiap fasa dan terletak setelah reaktansi. Tegangan harmonisa ketiga per fasa dimodelkan sebagai E 3, yaitu keseluruhan tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan oleh belitan stator. Tegangan ini sama besar dan sudut fasanya pada ketiga fasa generator. Bus yang menghubungkan generator dengan transformator step up, kapasitor surja, dan transformator step up masing masing dimodelkan sebagai sebuah kapasitor karena yang berpengaruh hanya kapasitansi ke tanahnya. Transformator pembumian dimodelkan sebagai sebuah resistor R N di netral generator. Dari asumsi di atas, kita dapat membuat rangkaian ekivalen generator seperti Gambar (4.8) berikut. Gambar (4.8) Rangkaian ekivalen untuk tegangan harmonisa generator

27 IV.2.1 Nilai konstanta Generator Untuk pemodelan dan simulasi, kita menggunakan data generator Mitsubishi unit 7 pada PLTU Suralaya dengan data sebagai berikut : Tabel 4.1 Data name plate generator unit 7 PLTU Suralaya Serial Number Daya Tegangan Nominal Arus 93AS Kva V A Faktor Daya 0,85 Frekuensi 50 Hz Phasa 3 Putaran Nominal 3000 rpm Reaktansi Subtransient* 23,6 % Reaktansi Urutan negatif* 23,5 % Reaktansi Urutan nol* 13,3 % Tahanan Pembumian 1586 Ω Kapasitansi Stator ke Tanah 0,727 µf Kapasitansi Bus (per fasa) ke Tanah 0,0406 µf Kapasitansi Kapasitor Surja ke Tanah 0,25 µf Kapasitansi Transformator ke Tanah 0,286 µf Tegangan harmonisa ketiga saat kondisi beban nol ± 1,3% tegangan fasa - netral *Persentase reaktansi didasarkan pada rating generator 767 MVA

28 IV.2.2 Tegangan Harmonisa Ketiga Tegangan harmonisa ketiga pada sebuah generator tergantung dari desain generator tersebut dan tegangan ini dapat bervariasi, tergantung dari kondisi pembebanan generator. Untuk menganalisa besarnya tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan oleh generator, maka kita harus menganalisa tiga kemungkinan pembebanan yang terjadi. Yaitu beban nol, beban ringan, dan beban penuh. Tegangan harmonisa ketiga pada saat beban ringan merupakan tegangan minimum yang dihasilkan sedangkan tegangan harmonisa ketiga pada kondisi beban penuh merupakan tegangan maksimum. Pada paper R. L. Schalke (1981), disebutkan bahwa tegangan harmonisa ketiga pada saat berbeban ringan adalah kira kira sebesar 57% dari tegangan harmonisa beban nol, dan tegangan harmonisa ketiga pada beban penuh adalah 200% dari tegangan harmonisa beban nol. Kita dapat menghitung nilai tegangan harmonisa saat beban nol yaitu sebesar : = 172,6 Volt Dan tegangan harmonisa ketiga saat beban ringan dan beban penuh adalah : = = 99 Volt = 346 Volt

29 Tabel 4.2 Tegangan harmonisa ketiga pada berbagai kondisi pembebanan Kondisi Pembebanan Beban nol Beban ringan Beban penuh Tegangan Harmonisa Ketiga 172,6 V 99 V 346 V Nilai pada Tabel (4.2) akan kita pakai sebagai acuan besar tegangan harmonisa ketiga pada berbagai pembebanan generator. IV.3 Rangkaian Ekuivalen Rangkaian ekivalen untuk simulasi karakteristik tegangan harmonisa ketiga dapat kita bagi menjadi dua. Pertama, kondisi normal (tidak ada gangguan) dan yang kedua adalah saat kondisi gangguan. IV.3.1 Rangkaian Ekivalen Kondisi Normal Rangkaian ekivalen tegangan harmonisa ketiga dan kapasitansi ke tanah pada generator adalah seperti pada Gambar 4.9. rangkaian ini dibuat berdasarkan beberapa penyederhanaan agar lebih mudah menganalisanya. Penyederhanaan tersebut adalah sebagai berikut : Tegangan harmonisa ketiga terdistribusi secara merata sepanjang permukaan stator dan besarnya tergantung kepada pembebanan generator, tegangan ini dimisalkan dengan sebuah sumber tegangan AC yang mempunyai frekuensi 150 Hz.

30 Kapasitansi generator terdistribusi secara merata sepanjang stator dan dimisalkan dengan dua buah kapasitor yang dibumikan, satu terletak sebelum sumber AC dan satu lagi terletak sesudahnya. Induktansi seri dari belitan diabaikan. Rangkaian ekivalen untuk kondisi tanpa gangguan berdasarkan asumsi diatas dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar (4.9) Rangkaian ekivalen kondisi normal Keterangan : E 3 = Tegangan harmonisa ketiga yang dibangkitkan C g = Kapasitansi belitan stator ke tanah C p = Kapasitansi dari Sistem luar dilihat dari sisi generator R n = Tahanan Pembumian

31 IV.3.2 Rangkaian Ekivalen Kondisi Gangguan Rangkaian ekivalen generator pada saat gangguan adalah seperti pada Gambar (4.10). Untuk fasa yang sehat, rangkaian ekivalennya sama dengan Gambar (4.9). Kita melakukan beberapa penyederhanaan untuk fasa yang mengalami gangguan dengan asumsi sebagai berikut : Tegangan harmonisa ketiga pada fasa yang terganggu dimisalkan sebagai dua sumber tegangan AC, yang pertama terletak antara titik netral dan titik gangguan (E 3n ) dan yang kedua terletak antara titik gangguan dan terminal generator (E 3t ). Kapasitansi generator ke tanah dimisalkan dengan dua buah kapasitor untuk masing masing satu sumber tegangan AC. Sumber tegangan AC dan kapasitansi ke tanah merupakan fungsi jarak titik gangguan dari netral. Keterangan : E 3n dan E 3t : Tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan belitan stator antara netral generator dan titik gangguan K, dan antara titik gangguan dengan terminal generator Cg CP C n dan C t : Kapasitansi belitan stator ke tanah : Kapasitansi dari sistem luar dilihat dari sisi generator : Kapasitansi belitan stator ke tanah antara titik netral dengan titik gangguan K, dan antara titik gangguan dengan terminal generator Rn Rf : Tahanan Pembumian : tahanan gangguan

32 Gambar (4.10) Rangkaian ekivalen kondisi gangguan Parameter E 3n dan E 3t adalah sebagai berikut : E 3n = K x E 3 (4.1) E 3t = (1 K ) x E 3 (4.2) C n dan C t juga merupakan fungsi dari jarak gangguan yaitu : C n = K x C stator (4.3) C t = (1 K ) x C stator (4.4) Dimana K adalah jarak lokasi gangguan dari titik netral generator K = 0, 0,1...,1. IV.3.3 Persamaan Matematis Tegangan harmonisa ketiga muncul sebagai besaran urutan nol, sehingga untuk menganalisa distribusi tegangan harmonisa ketiga kita perlu menganalisa rangkaian

33 urutan nol generator. Tegangan ini akan tersebar pada terminal dan impedansi shunt dari netral generator berdasarkan rangkaian ekivalen urutan nol generator. Gambar (4.11) Rangkaian urutan nol Pada Gambar (4.11) diketahui nilai Zg ekivalen dengan tahanan pembumian generator yaitu sebesar 1586 Ω. Kapasitansi sisi netral (C on ) adalah setengah dari kapasitansi total belitan stator (X cs /2), dan kapasitansi sisi terminal (C ot ) sebesar setengah kapasitansi belitan stator ditambah kapasitansi eksternal (X cs /2 + C t ). Nilai C on dan C ot dapat dihitung dari konstanta generator : C on = C generator = 0,5 x 0, = 0, F C ot = C generator + C bus + C trafo + C CB = 0, , = 0, F Reaktansi kapasitifnya sebesar : X on = -j =-j = -j 2918,9 Ω X ot = -j = -j = -j 1128,6 Ω Dimana f 3 adalah frekuensi harmonisa ketiga, yaitu sebesar 150 Hz.

34 Impedansi sisi netral adalah gabungan paralel dari X on dan 3R n yaitu sebesar : Z on = = = 1300,8 j2121 berikut. Distribusi tegangan harmonisa saat kondisi tidak berbeban dapat dihitung sebagai Tegangan pada sisi netral generator : V on = V o x 173 x 122,98-170,3 V Tegangan pada sisi terminal generator : V ot = V o x = 173 x 55,78 21,81 V V 0 : tegangan harmonisa ketiga saat tidak berbeban (173 Volt). Distribusi tegangan harmonisa ketiga saat generator berbeban ringan adalah : Tegangan pada sisi netral generator : V on = V o x 99 x 69,25-170,3 V Tegangan pada sisi terminal generator : V ot = V o x = 99 x 31,92 21,81 V V 0 : tegangan harmonisa ketiga saat beban ringan (99 Volt).

35 Distribusi tegangan harmonisa ketiga saat generator berbeban penuh adalah : Tegangan pada sisi netral generator : V on = V o x 346 x 245,99-170,3 V Tegangan pada sisi terminal generator : V ot = V o x = 346 x 111,65 21,81 V V 0 : tegangan harmonisa ketiga saat beban penuh (346 Volt). Tabel (4.3) Distribusi tegangan harmonisa ketiga V o (Volt) V on (Volt) V ot (Volt) Tidak berbeban ,98-170,3 55,78 21,81 Beban ringan 99 69,25-170,3 31,92 21,81 Beban Penuh ,99-170,3 111,65 21,81 Dari tabel distribusi tegangan harmonisa di atas, kita dapat membandingkan nilai tegangan harmonisa di netral dan terminal pada kondisi pembebanan tertentu. Nilai perbandingan ini kita sebut rasio. Rasio tegangan ini yang akan dipakai pada salah satu metode yang akan kita bahas. Persamaan (4.5) dan (4.6) menunjukkan cara menghitung rasio tegangan. Rasio = (4.5) Atau

36 Rasio = (4.6) Rasio tegangan yang kita dapat dengan menggunakan persamaan (4.5) adalah konstan sebesar 0,68 dan dengan menggunakan persamaan (4.6) didapat sebesar 0,46. Rasio ini konstan untuk semua jenis pembebanan generator. Sehingga kita dapat mengambil kesimpulan bahwa rasio tegangan tidak dipengaruhi oleh pembebanan generator. Setelah mendapatkan besarnya tegangan harmonisa pada netral dan terminal, kita akan menganalisa fasa yang mengalami hubung singkat ke tanah. Rangkaian ekivalennya dapat dilihat pada Gambar (4.12). Gambar (4.12) Rangkaian ekivalen fasa yang terganggu Pada rangkaian ekivalen di atas, kita bagi kapasitansi belitan menjadi dua yaitu bagian ujung netral (C n ) dan ujung terminal (C t ). Hubung singkat ke tanah kita anggap melalui tahanan gangguan (R f ). Hal ini dilakukan agar mempermudah perhitungan. Dari rangkaian ekivalen tersebut kita mendapatkan persamaan sebagai berikut : Vn + E 3n = (I 1 I 2 ) x R F (4.7) (I 2 I 1 ) x R F + E 3t = V t (4.8) Dimana,

37 I 1 = (4.9) Dengan menggabungkan persamaan (4.1) sampai (4.9) kita mendapatkan persamaan tegangan harmonisa ketiga pada sisi netral dan generator sebesar : V n = K x E 3 x = K x E 3 x (4.10) V t = ((1 K ) x E 3 ) - (4.11) E 3 adalah tegangan harmonisa ketiga pada generator dan f 3 adalah frekuensi harmonisa ketiga yaitu sebesar 150 Hz. Tegangan harmonisa pada saat gangguan dipengaruhi oleh jarak gangguan (K) dan tahanan gangguan (R F ). IV.4 Simulasi Menggunakan Matlab Simulink Simulasi kita lakukan pada dua keadaan, yaitu keadaan normal dan keadaan gangguan. Pada simulasi keadaaan gangguan, kita akan menggunakan jarak gangguan dan tahanan gangguan sebagai parameter utama simulasi. Letak titik gangguan mempengaruhi distribusi kapasitansi sepanjang belitan stator sehingga mempengaruhi distribusi tegangan harmonisa ketiga (Gambar 4.2 dan 4.3). Letak titik gangguan kita simulasikan sebagai fungsi jarak dari titik netral. Jarak ini adalah 0%, 10%, 20%, 30%,..., 100% dari netral generator. Tahanan gangguan dipakai sebagai parameter simulasi karena gangguan yang terjadi pada stator dapat berupa kontak langsung atau melalui busur api. Gangguan melalui kontak langsung mempunyai tahanan gangguan yang sangat kecil, sedangkan gangguan

38 melalui busur api mempunyai tahanan gangguan yang besar. Tahanan gangguan akan kita variasikan sebesar 1Ω, 10Ω, 100Ω, 1 kω, 10 kω, 100 kω. IV.4.1 Simulasi Pada Keadaan Normal Simulasi pada keadaan normal dilakukan untuk mendapatkan distribusi tegangan harmonisa ketiga pada terminal dan titik netral generator. Model rangkaian untuk simulasi adalah sama persis dengan rangkaian urutan nol pada Gambar (4.11). Dari rangkaian urutan nol pada Gambar (4.11) kita dapat membuat rangkaian simulasi menggunakan Matlab Simulink seperti berikut : Gambar (4.13) Rangkaian simulasi pada keadaan normal Simulasi akan dilakukan pada tiga keadaan pembebanan yaitu beban nol, beban ringan dan beban penuh. Nilai tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan generator berasal dari perhitungan sebelumnya, yaitu beban nol (173 V), beban ringan (99 V), dan beban penuh (346 V). Hasil simulasi adalah :

39 Tabel (4.4) Hasil simulasi Vo (Volt) Von (Volt) Vot (Volt) Tidak berbeban ,30 55,79-21,79 Beban ringan 99 70,36-170,30 31,92-21,79 Beban penuh ,92-170,30 111,57-21,79 Tegangan di netral dan terminal generator yang didapat dari hasil simulasi hampir sama dengan hasil perhitungan secara manual. Hal ini menunjukkan bahwa rangkaian ekivalen simulasi telah benar. Rangkaian ini telah mewakili rangkaian urutan nol generator. Nilai tegangan pada Tabel 4.2 kita gunakan sebagai acuan dalam simulasi tegangan harmonisa di netral dan terminal generator saat keadaan gangguan. IV.4.2 Simulasi Pada Keadaan Gangguan Simulasi untuk keadaan gangguan menggunakan rangkaian ekivalen seperti Gambar (4.12). Simulasi dilakukan dengan tiga buah metode yaitu metode tegangan kurang, metode tegangan lebih, dan metode rasio tegangan. Perbedaan ketiga metode ini adalah tempat dimana tegangan harmonisa ketiga akan diukur saat gangguan terjadi. Tegangan harmonisa dapat diukur pada terminal, netral, maupun pada keduanya. Hasil simulasi ini akan menunjukkan besar tegangan harmonisa ketiga sebagai fungsi dari jarak gangguan dan nilai resistansi gangguan.

40 V Metode Tegangan Kurang Pada metode tegangan kurang, tegangan harmonisa ketiga diukur pada titik netral generator. Simulasi dilakukan pada tiga keadaan pembebanan generator yaitu beban nol, beban ringan, dan beban penuh. Dari hasil simulasi keadaan normal (Tabel 4.2), kita ketahui tegangan harmonisa ketiga pada saat beban ringan adalah sebesar 99 V. Tegangan ini merupakan tegangan yang terendah yang dihasilkan. Saat terjadi gangguan di netral, tegangan harmonisa ketiga pada netral akan turun. Jadi, kondisi terburuk untuk metode proteksi tegangan kurang adalah saat berbeban ringan. Rangkaian simulasi adalah sebagai berikut : Gambar (4.14) Rangkaian simulasi metode tegangan kurang. Simulasi dilakukan dengan mengubah ubah jarak gangguan (0% - 100%) dari netral dan tahanan gangguan (R f ). Tahanan gangguan yang dipakai adalah 1Ω, 10Ω, 100Ω, 1kΩ, 10kΩ, dan 100kΩ. Hasil simulasi adalah sebagai berikut :

41 Vn Rf = 1 ohm Rf = 10 ohm Rf = 100 ohm Rf = 1 kohm Rf = 10 kohm Rf = 100 kohm 0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Belitan stator Grafik (4.1) Tegangan harmonisa ketiga di netral saat beban ringan Grafik (4.1) menunjukkan tegangan harmonisa di netral generator (V n ) sebagai fungsi dari jarak gangguan dan tahanan gangguan. Untuk resistansi gangguan yang rendah, hubung singkat di netral akan menyebabkan tegangan harmonisa ketiga di netral turun hingga mendekati nol. Sebaliknya bila hubung singkat di terminal, tegangan harmonisa di netral akan bernilai 99 V. Tegangan sebesar ini adalah keseluruhan tegangan harmonisa yang dihasilkan generator. Tegangan harmonisa ketiga pada netral hampir linear dengan jarak gangguan. Gangguan dengan resitansi tinggi pada netral tidak menyebabkan tegangan harmonisa ketiga di netral turun hingga mendekati nol. Hal ini terjadi karena resistansi yang tinggi menyebabkan fasa yang terganggu seolah olah terisolasi dari tanah.

42 Rf=1 ohm Vn (Volt) ,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Rf=10 ohm Rf=100 ohm Rf=1 kohm Rf=10 kohm Rf=100 kohm Belitan Stator Grafik (4.2) Tegangan harmonisa ketiga di netral saat tidak berbeban Vn (Volt) Rf = 1 ohm Rf = 10 ohm Rf = 100 ohm Rf = 1 kohm Rf = 10 kohm Rf = 100 kohm 0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Belitan Stator Grafik (4.3) Tegangan harmonisa ketiga di netral saat beban penuh Grafik (4.2) dan (4.3) merupakan hasil simulasi pada keadaan tidak berbeban dan berbeban penuh. Kurva yang diperoleh hampir sama dengan simulasi yang pertama. Hal

43 yang membedakan hanyalah besaran tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan. Pada beban nol, tegangan harmonisa yang dihasilkan sebesar 173 V, sedangkan pada beban penuh sebesar 346 V. Dari hasil simulasi kita dapat menyimpulkan bahwa metode tegangan kurang dapat bekerja dengan baik jika gangguan hubung tanah stator mempunyai resistansi rendah. Resistansi gangguan maksimal dalam simulasi ini adalah sebesar 100 Ω. Apabila terjadi gangguan dengan resistansi lebih dari 100 Ω, maka rele tegangan kurang tidak akan dapat mendeteksinya. Besaran setting rele tegangan kurang Rele tegangan harmonisa ketiga harus diatur agar mempunyai tegangan pick up lebih besar dari tegangan harmonisa ketiga saat terjadi gangguan di netral. Namun, tegangan pick up ini juga harus lebih kecil dari tegangan harmonisa minimum yang dihasilkan oleh generator. Hal ini dilakukan agar rele tidak salah bekerja saat generator bekerja pada beban ringan. Disebutkan dalam paper Engelhart (1973), rele tegangan harmonisa ketiga dapat diatur dengan range 5-10 V. Generator menghasilkan tegangan harmonisa saat beban ringan sebesar 70,36 V dan tegangan harmonisa ketika gangguan terjadi adalah 0 Volt. Sehingga setting yang kita pilih adalah V. IV Metode Tegangan Lebih Pada metode tegangan lebih, tegangan harmonisa ketiga diukur pada terminal generator. Simulasi dilakukan pada tiga keadaan pembebanan generator yaitu beban nol, beban ringan, dan beban penuh.

44 Tegangan harmonisa ketiga saat beban penuh adalah sebesar 346 V. Tegangan ini adalah tegangan tertinggi jika dibandingkan dengan saat beban nol dan beban ringan. Saat gangguan terjadi di netral, tegangan harmonisa ketiga pada terminal akan naik. Jadi kondisi terburuk untuk metode proteksi ini adalah saat generator berbeban penuh. Rangkaian simulasi metode tegangan lebih adalah sebagai berikut : Gambar (4.15) Rangkaian simulasi metode tegangan lebih Simulasi yang dilakukan sama dengan cara metode tegangan kurang. Parameter yang diubah dalam simulasi ini adalah jarak gangguan dan tahanan gangguan. berikut : Hasil simulasi pada keadaan generator berbeban penuh adalah seperti grafik (4.4)

45 Vt (Volt) Rf = 1 ohm Rf = 10 ohm Rf = 100 ohm Rf = 1 kohm Rf = 10 kohm Rf = 100 kohm 0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Belitan Stator Grafik (4.4) Tegangan harmonisa ketiga di terminal saat beban penuh Grafik (4.4) menunjukkan tegangan harmonisa di terminal generator (V t ) sebagai fungsi dari jarak gangguan dan tahanan gangguan. Untuk resistansi gangguan yang rendah, hubung singkat di netral akan menyebabkan tegangan harmonisa ketiga pada terminal naik hingga mendekati nilai 346 V. Nilai ini merupakan tegangan harmonisa ketiga total yang dihasilkan oleh generator. Tegangan ini juga relatif linear terhadap jarak gangguan. Apabila gangguan terjadi di titik terminal, tegangan harmonisa ketiga pada terminal hampir mendekati 0 Volt. Untuk gangguan dengan resistansi tinggi pada netral generator juga tidak meyebabkan tegangan harmonisa ketiga pada terminal naik. Grafik yang diperoleh pada beban ringan dan beban nol juga hampir sama. Perbedaan ketiga grafik ini hanya pada besarnya tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan.

46 Vt (Volt) Rf = 1 ohm Rf = 10 ohm Rf = 100 ohm Rf = 1 kohm Rf = 10 kohm Rf = 100 kohm ,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Belitan Stator Grafik (4.5) Tegangan hamonisa ketiga di terminal saat beban ringan Vt(Volt) ,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Belitan Stator Rf = 1 ohm Rf = 10 ohm Rf = 100 ohm Rf = 1 kohm Rf = 10 kohm Rf = 100 kohm Grafik (4.6) Tegangan harmonisa ketiga di terminal saat beban nol

47 Besaran setting rele tegangan lebih Rele tegangan lebih harus diatur agar mempunyai tegangan pick up yang lebih kecil daripada tegangan harmonisa di terminal saat terjadi gangguan stator. Tegangan pick up ini juga harus lebih besar dari tegangan harmonisa saat generator berbeban penuh. Pada saat generator berbeban penuh, tegangan harmonisa yang dihasilkan bernilai maksimum yaitu sebesar 346 V. Tegangan harmonisa maksimum di terminal adalah 111,65 V. Dari syarat di atas, kita harus memilih tegangan pick up yang lebih besar. Tegangan yang kita pilih adalah V. Jika stator generator mengalami hubung singkat saat berbeban ringan, tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan sebesar 99 V. Tegangan ini lebih kecil dari tegangan pick up generator sehingga rele tidak dapat mendeteksi gangguan tersebut. Dari hasil simulasi diperoleh kesimpulan bahwa metode tegangan lebih tidak dapat diterapkan. Metode ini tidak dapat mendeteksi gangguan di dekat netral generator saat generator berbeban ringan karena tegangan pick up lebih besar daripada tegangan saat gangguan. IV Metode Rasio Tegangan Pada metode ini, tegangan harmonisa ketiga di netral dan terminal generator diukur. Kedua tegangan ini kemudian dibandingkan untuk mendapatkan rasio tegangan. Rasio tegangan yang kita pakai dalam simulasi adalah : Rasio = Simulasi juga dilakukan pada tiga jenis pembebanan yaitu beban nol, beban ringan, dan beban penuh. Dari hasil perhitungan terdahulu, kita mendapatkan nilai rasio

48 tegangan sebesar 0,46. Rasio ini konstan pada ketiga pembebanan generator. Hal ini menunjukkan bahwa rasio tegangan tidak dipengaruhi oleh beban generator. Rasio tegangan hanya dipengaruhi oleh kapasitansi belitan stator ke tanah. Rangkaian simulasinya adalah sebagai berikut : Gambar (4.16) Rangkaian simulasi metode rasio tegangan Nilai rasio tegangan sebesar 0,46 kita pakai sebagai acuan. Dalam simulasi ini, kita akan melihat rasio tegangan sebagai fungsi dari jarak gangguan dan tahanan gangguan. Hasil simulasi adalah sebagai berikut :

49 Rasio 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 Rf = 1 0hm Rf = 10 0hm Rf = 100 0hm Rf = 1 k0hm Rf = 10 k0hm Rf = 100 k0hm 0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Belitan Stator Grafik (4.7) Rasio tegangan saat beban ringan Rasio 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 Rf = 1 ohm Rf = 10 ohm Rf = 100 ohm Rf = 1 kohm Rf = 10 kohm Rf = 100 kohm 0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Belitan Stator Grafik (4.8) Rasio tegangan saat tidak berbeban

50 Rasio 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 Rf = 1 ohm Rf = 10 ohm Rf = 100 ohm Rf = 1 kohm Rf = 10 kohm Rf = 100 kohm 0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 Belitan stator Grafik (4.9) Rasio tegangan saat beban penuh Ketiga grafik rasio tegangan di atas adalah identik. Di sini terbukti bahwa rasio tegangan tidak dipengaruhi oleh pembebanan generator. Saat gangguan dengan resistansi rendah terjadi, rasio tegangan berbeda dengan rasio acuan kita. Hal ini terjadi hampir pada seluruh belitan stator, kecuali daerah belitan di atas 70% dari netral generator. Daerah ini disebut daerah buta (blind zone). Untuk gangguan dengan resistansi tinggi (100 kω), rasio tegangan bernilai 0,46 jika gangguan tersebut terjadi di titik netral generator. Rasio tegangan ini akan semakin besar jika gangguan semakin jauh dari titik netral generator. Besaran setting metode rasio tegangan Untuk melindungi belitan stator dekat netral generator, setting rasio tegangan yang kita gunakan adalah > 0,46. Artinya rele akan bekerja jika rasio tegangan yang dirasakan

Studi Proteksi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator 100% Dengan Metode Tegangan Harmonisa Ketiga

Studi Proteksi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator 100% Dengan Metode Tegangan Harmonisa Ketiga Studi Proteksi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator % Dengan Metode Tegangan Harmonisa Ketiga Iyan Herdiana (132252) Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Mukmin Widyanto. Sekolah Teknik Elektro & Informatika- Institut

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

Studi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator Menggunakan Metoda Harmonik Ketiga di PT. Indonesia Power UP. Saguling

Studi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator Menggunakan Metoda Harmonik Ketiga di PT. Indonesia Power UP. Saguling Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Juli 2016 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.4 No.2 Studi Gangguan Hubung Tanah Stator Generator Menggunakan Metoda Harmonik Ketiga di PT.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEOR. Gangguan Pada Sistem Tenaga Listrik Gangguan dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup besar pada sistem tenaga listrik. Banyak sekali studi, pengembangan alat dan desain sistem perlindungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-Dasar Sistem Proteksi 1 Sistem proteksi adalah pengaman listrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang pada : sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB II SALURAN DISTRIBUSI

BAB II SALURAN DISTRIBUSI BAB II SALURAN DISTRIBUSI 2.1 Umum Jaringan distribusi adalah salah satu bagian dari sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit listrik ke konsumen. Secara umum, sistem penyaluran tenaga listrik

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi 1 Bagian dari sistem tenaga listrik yang paling dekat dengan pelanggan adalah sistem distribusi. Sistem distribusi adalah bagian sistem tenaga listrik yang

Lebih terperinci

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979.

BAB IV 4.1. UMUM. a. Unit 1 = 100 MW, mulai beroperasi pada tanggal 20 januari 1979. BAB IV PERHITUGA ARUS GAGGUA HUBUG SIGKAT FASA TUGGAL KE TAAH TERHADAP GEERATOR YAG TITIK ETRALYA DI BUMIKA DEGA TAHAA TIGGI PADA PLTU MUARA KARAG 4.1. UMUM Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara Karang

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH 3.1 KOMPONEN KOMPONEN SIMETRIS Tiga fasor tak seimbang dari sistem fasa tiga dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Pendahuluan Generator arus bolak balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak balik. Generator arus bolak balik sering disebut juga sebagai alternator,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Proteksi Sistem proteksi merupakan sistem pengaman yang terpasang pada sistem distribusi tenaga listrik, trafo tenaga transmisi tenaga listrik dan generator listrik.

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Koordinasi Proteksi Pada Sistem Kelistrikan Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan.

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani, Pemasangan... Pemasangan untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani Staf Pengajar Teknik Elektro STT-Harapan email: yani.ahmad34@yahoo.com Abstrak seri dan parallel pada system daya menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Netral pada Sistem Tiga Fasa Empat Kawat Jaringan distribusi tegangan rendah adalah jaringan tiga fasa empat kawat, dengan ketentuan, terdiri dari kawat tiga fasa (R, S,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah Sistem Distribusi Tenaga Listrik adalah kelistrikan tenaga listrik mulai dari Gardu Induk / pusat listrik yang memasok ke beban menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap)

Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Analisis Setting Relay Proteksi Pengaman Arus Lebih Pada Generator (Studi Kasus di PLTU 2X300 MW Cilacap) Fitrizawati 1, Siswanto Nurhadiyono 2, Nur Efendi 3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Sekolah

Lebih terperinci

1. Proteksi Generator

1. Proteksi Generator 1. Proteksi Generator Generator merupakan sumber energi listrik didalam sistem tenaga listrik, maka perlu diproteksi dari semua gangguan jangan sampai mengalami kerusakan karena kerusakan generator akan

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi BAB II GENERATOR SINKRON 2.1. UMUM Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator) merupakan

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA II.1. Umum Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (alternator)

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB 252 Oleh Vigor Zius Muarayadi (41413110039) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana Sistem proteksi jaringan tenaga

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gardu Induk Godean Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari peralatannya, Gardu Induk ini merupakan gardu induk pasangan luar, gardu induk godean memiliki

Lebih terperinci

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG 4.1 Tinjauan Umum Pada dasarnya proteksi bertujuan untuk mengisolir gangguan yang terjadi sehingga tidak

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR GANGGUAN PADA GENERATOR Pada Sirkit Listrik Generator yang menyebabkan tripnya PMT, pada umumnya disebabkan oleh : 1. Gangguan diluar seksi generator tetapi PMT generator

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator Daya Transformator merupakan peralatan listrik yang berfungsi untuk menyalurkan daya/tenaga dari tegangan tinggi ke tegangan rendah atau sebaliknya. Transformator

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA 3.1. Pengertian Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu induk, dimana pemutus tenaga dari penyulang-penyulang

Lebih terperinci

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 PENGERTIAN GANGGUAN DAN KLASIFIKASI GANGGUAN Gangguan adalah suatu ketidaknormalan (interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan

Lebih terperinci

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC ESONANSI PADA ANGKAIAN LC A. Tujuan 1. Mengamati adanya gejala resonansi dalam rangkaian arus bolaik-balik.. Mengukur resonansi pada rangkaian seri LC 3. Menggambarkan lengkung resonansi pada rangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan tentang gangguan pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi tenaga listrik, dan metoda proteksi pada transformator daya. 2.1 Gangguan dalam Sistem Tenaga

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK 3.1. Umum Tenaga listrik merupakan suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia, terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

Lebih terperinci

STUDI PROTEKSI GANGGUAN HUBUNG TANAH PADA STATOR GENERATOR MENGGUNAKAN METODE TEGANGAN HARMONISA KETIGA

STUDI PROTEKSI GANGGUAN HUBUNG TANAH PADA STATOR GENERATOR MENGGUNAKAN METODE TEGANGAN HARMONISA KETIGA STUDI PROTEKSI GANGGUAN HUBUNG TANAH PADA STATOR GENERATOR MENGGUNAKAN METODE TEGANGAN HARMONISA KETIGA Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada

Lebih terperinci

MODEL SISTEM.

MODEL SISTEM. MODEL SISTEM MESIN SEREMPAK KONTRUKSI MESIN SEREMPAK Kedua bagian utama sebuah mesin serempak adalah susunan ferromagnetik. Bagian yang diam, yang pada dasarnya adalah sebuah silinder kosong dinamakan

Lebih terperinci

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

DA S S AR AR T T E E ORI ORI BAB II 2 DASAR DASAR TEORI TEORI 2.1 Umum Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telaah Penelitian Bansal (2005) mengungkapkan bahwa motor induksi 3 fase dapat diioperasikan sebagai generator induksi. Hal ini ditunjukkan dari diagram lingkaran mesin pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Harmonisa Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya banyak terdapat penggunaan komponen semi konduktor pada

Lebih terperinci

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA BAB III 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan

Lebih terperinci

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK TRAFO TEGANGAN Pada Gambar 6.1 diperlihatkan contoh suatu trafo tegangan. Trafo tegangan adalah trafo satu fasa step-down yang mentransformasi tegangan sistem ke suatu tegangan rendah yang besarannya sesuai

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG) II.1 Umum Motor induksi tiga phasa merupakan motor yang banyak digunakan baik di industri rumah tangga maupun industri skala besar. Hal ini dikarenakan konstruksi

Lebih terperinci

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam 6 Penyebab gangguan pada sistem distribusi dapat berasal dari gangguan dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam antara lain: 1 Tegangan lebih dan arus tak normal 2.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati, Analisa Arus... ISSN : 2502 3624 Analisa Arus Lebih Dan Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma Yusmartato,Yusniati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gangguan yang Terjadi pada SKTT Gangguan yang terjadi pada saluran kabel tegangan tinggi (SKTT) umumnya bersifat permanen dan diikuti kerusakan sehingga diperlukan perbaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic 42 BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR 4.1 Pendahuluan Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic Voltage Regulator (AVR) dalam tugas akhir ini dilakukan pada generator

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI 3.1 Pola Proteksi Gardu Induk Sistem proteksi merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi tenaga listrik, selain untuk melindungi peralatan utama

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK Nama : Sandi Agusta Jiwantoro NRP : 2210105021 Pembimbing : 1. Dr. Ir. Margo Pujiantara, MT. 2. Dr. Dedet Candra Riawan, ST.

Lebih terperinci

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tersebut. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat memberikan konsep mengenai penggunaan single

Lebih terperinci

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI ( APLIKASI PADA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK FT USU

Lebih terperinci

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) BAB I GENERATOR SINKRON (ALTERNATOR) Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya BAB TINJAUAN PUSTAKA.. Faktor Daya Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya aktif (P) dan daya reaktif (Q), maka besarnya daya semu (S) adalah sebanding dengan arus (I)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Gangguan adalah suatu ketidaknormalan ( interferes) dalam sistem tenaga listrik yang mengakibatkan mengalirnya arus yang tidak seimbang dalam sistem tiga fasa. Gangguan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teorema Thevenin (1) Pada teorema ini berlaku bahwa : Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber tegangan yang dihubungserikan dengan

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Umum Secara umum suatu sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu, pusat pembangkitan listrik, saluran transmisi dan sistem distribusi. Perlu dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Listrik Arus Bolak-balik - Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0401 Version: 2016-12 halaman 1 01. Suatu sumber tegangan bolak-balik menghasilkan tegangan sesuai dengan fungsi

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder TRANSFORMATOR PENGERTIAN TRANSFORMATOR : Suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik (lewat mutual induktansi) Bagian-bagian

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis 24 Diagram Satu Garis Dengan mengasumsikan bahwa sistem tiga fasa dalam keadaan seimbang, penyelesaian rangkaian dapat dikerjakan dengan menggunakan rangkaian 1 fasa dengan sebuah jalur netral sebagai

Lebih terperinci

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi Mengetahui macam-macam pengereman pada motor induksi. Menetahui karakteristik pengereman pada motor induksi. II. Alat dan bahan yang digunakan Autotrafo

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

BAB 3 KONSEP ADAPTIF RELE JARAK

BAB 3 KONSEP ADAPTIF RELE JARAK 22 BAB 3 KONSEP ADAPTIF RELE JARAK 3.1 KONTROL RELE JARAK Input Proteksi Jarak Sinyal Kontrol S W Saluran Transmisi Output Gambar 3.1 Skema kontrol rele jarak Sistem kontrol untuk proteksi jarak dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transformator Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS

STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS STUDI KESTABILAN SISTEM BERDASARKAN PREDIKSI VOLTAGE COLLAPSE PADA SISTEM STANDAR IEEE 14 BUS MENGGUNAKAN MODAL ANALYSIS OLEH : PANCAR FRANSCO 2207100019 Dosen Pembimbing I Prof.Dr. Ir. Adi Soeprijanto,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current Relay) dan Recloser yang dipasang pada gardu induk atau

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. BAB II TRANSFORMATOR II.1 Umum Transformator atau trafo adalah suatu peralatan listrik yang dapat memindahkan energi listrik atau memindahkan dan mengubah energi listrik bolakbalik dari satu level ke level

Lebih terperinci

SISTEM TENAGA LISTRIK

SISTEM TENAGA LISTRIK Modul ke: SISTEM TENAGA LISTRIK PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK Fakultas TEKNIK IMELDA ULI VISTALINA SIMANJUNTAK,S.T.,M.T. Program Studi TEKNIK ELEKTRO www.mercubuana.ac.id LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK Gardu Induk merupakan suatu instalasi listrik yang terdiri atas beberapa perlengkapan dan peralatan listrik dan menjadi penghubung listrik

Lebih terperinci

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv

BAB II. PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv. DAN PENYULANG 20 kv BAB II PROTEKSI TRAFO 60 MVA 150/20 kv DAN PENYULANG 20 kv 2.1. Transformator Daya Transformator adalah suatu alat listrik statis yang erfungsi meruah tegangan guna penyaluran daya listrik dari suatu rangkaian

Lebih terperinci

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Frekuensi dan Tegangan Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri (421 13 019) Ryan Rezkyandi Saputra (421 13 018) Hardina Hasyim (421 13 017) Jusmawati (421 13 021) Aryo Arjasa

Lebih terperinci

MODUL 1 GENERATOR DC

MODUL 1 GENERATOR DC Nama NIM Kelompok Hari/Tgl MODUL 1 GENERATOR DC Asisten A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari proses terbangkitnya tegangan pada generator DC penguatan terpisah 2. Memperoleh kurva karakteristik tegangan

Lebih terperinci

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 5.1 Pendahuluan Gerak d Arsonval akan memberi respons terhadap nilai rata-rata atau searah (dc) melalui kumparan putar. Jika kumparan tersebut

Lebih terperinci

No Fasa/Line Tegangan(Volt) 1 Vrs Vst Vtr Vrn Vsn Vtn

No Fasa/Line Tegangan(Volt) 1 Vrs Vst Vtr Vrn Vsn Vtn BAB IV ANALISIS DAN KESIMPULAN 4.1. Hasil Pengukuran Tegangan Transformator Tiga Fasa Tanpa Beban konfigurasi hubungan kumparan Y-Y diperlihatkan pada tabel 4.1. berikut ini : Tabel.4.1. Tegangan transformator

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator (trafo ) merupakan piranti yang mengubah energi listrik dari suatu level tegangan AC lain melalui gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Umum Untuk menganalisa kegagalan pengasutan pada motor induksi 3 fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung ( visual ) terhadap motor induksi

Lebih terperinci

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1. Umum Berdasarkan standard operasi PT. PLN (Persero), setiap pelanggan energi listrik dengan daya kontrak di atas 197 kva dilayani melalui jaringan tegangan menengah

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM TENAGA. Analisis Gangguan

ANALISIS SISTEM TENAGA. Analisis Gangguan ANALISIS SISTEM TENAGA Analisis Gangguan Dr. Muhammad Nurdin Ir. Nanang Hariyanto, MSc Departemen Teknik Elektro ITB Pendahuluan Sistem tenaga listrik pasti mengalami gangguan dengan arus yang besar Alat

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Telah disebutkan sebelumnya bahwa motor induksi identik dengan sebuah transformator, tentu saja dengan demikian

Lebih terperinci

Pertemuan ke : 4 Bab. III

Pertemuan ke : 4 Bab. III Pertemuan ke : 4 Bab. III Pokok bahasan : Peralatan input relay Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa mengetahui macam-macam trafo tegangan, dan trafo arus terutama yang digunakan pada relay proteksi

Lebih terperinci