BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif holistik, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang di ungkapkan Gagne (1992: 3), yang menyatakan bahwa, instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated. Oleh karena itu, menurut Gagne, mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau untuk dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu (Sanjaya, 2010: ). Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh dua pihak guru sebagai fasilitator, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986: 195) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Sedangkan menurut Sardiman (2007: 47) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Menurut Dimyati dan Mujiono (1999: 297), pembelajaran adalah guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN (Undang-undang commit Sistem to pendidikan user Nasional) No 20 tahun

2 digilib.uns.ac.id 10 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkman kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan penguasaan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran (Sagala, 2009: 62-63). Dari pengertian pembelajaran menurut pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha yang sengaja dirancang pendidik untuk membuat siswa aktif belajar secara mandiri dengan memanfaatkan media sebagai pendukung terciptanya proses belajar mengajar. b. Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar Komponen-komponen yang terlibat dalam proses kegiatan belajar mengajar meliputi : a. Siswa, yakni seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan isi materi pelajaran yang dibutuhkan intuk mencapai tujuan. b. Guru, adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. c. Tujuan, yakni pernyataan tentang perubahan penilaian yang diinginkan terjadi pada pembelajaran setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan penilaian tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif dan psikomotorik. d. Isi pelajaran, yakni segala informasi yang berupa fakta, prinsip, dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan. e. Metode, yakni cara yang diatur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan. f. Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan. g. Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen kegiatan belajar mengajar (Gino,dkk, 1998: commit 20). to user

3 digilib.uns.ac.id 11 Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku pada diri pebelajar. 2. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari mata pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Slavin, 2008: 4). Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa peranan penting. Seperti yang diungkapkan oleh Slavin (2008: 4-5) yaitu untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Selain itu, pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat besar untuk mengembangkan hubungan antarsiswa dari latar belakang etnik yang berbeda. Lie (2010: 31) mengatakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, yaitu: 1) Saling Ketergantungan Positif Dalam pembelajaran kooperatif (Nurhadi, 2004: 112), guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui: (1) saling ketergantungan mencapai tujuan; (2) saling ketergantungan menyelesaikan tugas; (3) saling ketergantungan bahan atau sumber; (4) saling ketergantungan peran; dan (5) saling ketergantungan hadiah. Sementara untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka (Lie, 2010: 32).

4 digilib.uns.ac.id 12 2) Tanggung Jawab Perseorangan Dalam cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, karena penilaian dilakukan secara individu dan kelompok. Nilai kelompok merupakan sumbangan setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin mereka. Artinya siswa yang berprestasi tinggi ataupun rendah mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi. Sehingga timbul rasa tanggung jawab untuk keberhasilan kelompoknya (Lie, 2010: 33). 3) Interaksi Tatap Muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Para anggota diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi (Lie, 2010: 33). Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru (Nurhadi, 2004: 113). 4) Komunikasi Antar Anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang (Lie, 2010: 34). Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antarpribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan (Nurhadi, 2004: 113). 5) Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi commit bisa to diadakan user selang beberapa waktu setelah

5 digilib.uns.ac.id 13 beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning (Lie, 2010: 35). 3. Pembelajaran Kooperatif STAD Salah satu strategi pembelajaran yang efektif adalah Student Teams Achievement Divisions (STAD). Student Teams Achievement Divisions (STAD) terdiri dari rangkaian pembelajaran yang sederhana, belajar kooperatif dalam memadukan kemampuan kelompok-kelompok dan kuis-kuis disertai penghargaan yang diberikan kepada kelompok-kelompok yang anggotanya paling sukses melampaui nilai mereka sendiri sebelumnya. Metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) adalah metode pembelajaran kooperatif dimana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan perbedaan akademik, ras, jenis kelamin dan sebagainya sehingga tercipta kelompok belajar yang heterogen. Pada pembelajaran metode kooperatif ini keberhasilan kelompok ditentukan oleh prestasi belajar kelompok tersebut.sehingga agar semua prestasi anggota kelompok tinggi, diperlukan kerjasama diantara anggota dalam memahami materi yang telah diajarkan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Menurut Adesoji dan Ibraheem (2009: 23) dalam jurnalnya yang berjudul Effects of Student Teams Achievement Divisions Strategy and Mathematics Knowlegde on Learning Outcomes in Chemical Kinetics, memaparkan bahwa strategi pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) berpotensi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Secara umum STAD terdiri atas lima komponen utama yakni presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim (Slavin, 2008: ). a. Presentasi kelas Setiap awal pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Guru memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Jadi siswa dituntut untuk bersungguh-sungguh memperhatikan penjelasan dari guru karena hal tersebut juga akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya juga akan mempengaruhi skor dari commit tim mereka. to user

6 digilib.uns.ac.id 14 b. Tim atau Kelompok Tim atau kelompok Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri atas empat sampai lima siswa yang heterogen. Selama belajar kelompok, tugas siswa adalah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru untukmenguasi materi dan membantu teman satu kelompoknya untukmenguasai materi tersebut.fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai materi dan juga sebagai bekal dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat mengerjakan dengan baik. Bila terdapat kesulitan-kesulitan maka siswa akan mendiskusikan maslah atau kesulitan tersebut secara bersama-sama dalam satu tim, kemudian membandingkan jawaban dari masing-masing tim dan membetulkan kesalahan konsep dari anggota tim. Tim merupakan hal penting yang harus ditonjolkan dalam STAD. Dalam setiap langkah, titik beratnya terletak pada ingatan anggota tim agar bisa bekerja yang terbaik demi timnya dan cara terbaik untuk timnya adalah bekerja sama dengan baik. c. Kuis Setelah satu atau dua periode pengajaran dan satu sampai dua periode latihan tim, siswa mengikuti kuis secara individu. Kuis dikerjakan oleh siswa secara mandiri. Hal ini menunjukkan apa sajayang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai skor perkembangan individu dan disumbangkan dalam skor perkembangan kelompok. d. Skor kemajuan/ perkembangan individual Pemberian nilai pada setiap siswa jika mereka sudah mengerjakan dengan baik. Setiap siswa diberi skor berasal dari rata-rata siswa pada kuis yang sama. Setelah siswa mendapat nilai, maka siswa berhak mendapatkan urutan tingkat nilai dari skor kuis dan berusaha untuk melampaui skor rata-rata.yang melatar belakangi ide perkembangan individual adalah untuk menyampaikan tujuan presentasi masing-masing siswa yang dapat dicapai jika siswa bekerja lebih keras dan lebih baik dari pada materi yang telah dipelajari. Keadaannya mungkin siswa mengalami peningkatan skor atau bahkan menurun. Tugas guru disini adalah

7 digilib.uns.ac.id 15 menghitung skor tes materi yang lalu dengan yang baru. Untuk skor tes dengan skala 100 berlaku ketentuan berikut: Tabel 2. Tabel Skor Perkembangan Individu Skor Individu Skor perkembangan individu Lebih dari 10 point di bawah skor awal point di bawah skor awal 10 skor awal sampai 10 point di atas skor awal 20 lebih dari 10 point di atas skor awal 30 nilai sempurna (terlepas dari skor awal) 30 Sumber : (Slavin, 2008:159) e. Penghargaan tim Sebuah tim akan mendapatkan penghargaan atau hadiah jika mereka dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan. Skor tim siswa akan digunakan untuk menentukan tingkat pemahaman siswa. Penghargaan yang akan diperoleh tim tersebut berdasarkan skor rata-rata tim dengan ketentuan sebagai beikut: Tabel 3. Tabel Penghargaan Tim Penghargaan Rata-rata Skor Kelompok Good Team (Tim Baik) 15 Great Team (Tim Sangat Baik) 16 Super Tim (Tim Istimewa) 17 Sumber : (Slavin, 2008:160) Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran kooperatif tipe STAD: Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD berdasarkan penelitian- penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: - Meningkatkan pengetahuan siswa terhadap materi - Terjadi komunikasi diantara anggota kelompok dalam menemukan konsepsi yang benar - Mengembangkan semangat kerja kelompok dan semangat kebersamaan diantara anggota kelompok - Menumbuhkan komunikasi yang efektif dan semangat kompetisi diantara anggota kelompok.

8 digilib.uns.ac.id 16 Kekurangan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD: Metode STAD juga memiliki kelemahan, bagi guru yaitu sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari sisi akademis. Kemudian bagi siswa yaitu masih banyak siswa yang berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya yang berkemampuan rendah (Hastuti, 2009: 35). 4. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang utama dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupanya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya manusia yang berada pada bangku sekolah (Arifin 1990: 2-3). Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotoris (Sudjana, 2009: 22). Dalam Sudjana (2009:23-31) dijelaskan sebagai berikut: 1) Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

9 digilib.uns.ac.id 17 2) Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. a) Reciving/ attending yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap steamulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab steamulus dari luar yang dating kepada dirinya. c) Valuing atau penilaian yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. d) Organisasi yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang dimilikinya. e) Karateristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. 3) Ranah psikomotoris Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yaitu : a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar); b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar; c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain; d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan; e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

10 digilib.uns.ac.id Laboratorium a. Laboratorium Riil Kimia sebagai ilmu yang memiliki ciri khas tersendiri memerlukan pendekatan tertentu dalam mempelajari dan mengajarkannya. Menurut Mujiyono (2005: 19) laboratorium riil adalah laboratorium tempat khusus yang dilengkapi dengan alatalat dan bahan-bahan riil untuk melakukan percobaan/praktikum. Alat laboratorium untuk menguatkan atau memberi kepastian informasi menentukan hubungan sebab akibat, mempraktekan sesuatu yang diketahui, mengembangkan ketrampilan mendorong gairah kepada siswa. Dalam kegiatan praktikum siswa akan mengalami diantaranya: 1) Pengenalan alat, pengamatan, dan percobaan. Dari pendapat tersebut jelas bahwa proses belajar mengajar dilakukan melalui kegiatan laboratorium (kerja laboratorium), siswa tidak hanya melakukan olah pikir (minds-on) tetapi juga olah tangan (hands-on). Eksperimen atau praktikum kimia di laboratorium merupakan bagian dari pengajaran ilmu alam sehingga percobaan-percobaan yang dilakukan di laboratorium dapat memberi kesempatan secara nyata untuk berhadapan dengan gejala kimia yang dibahas. Dalam pembelajaran sains secara umum, kegiatan praktikum memiliki peranan yang sangat penting. Pentingnya kegiatan praktikum dalam pembelajaran sains, yaitu: 1) dapat memotivasi siwa dalam belajar, 2) memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan sejumlah ketrampilan, 3) meningkatkan kualitas belajar siswa. Dalam kerja laboratorium (eksperimen) siswa dapat merencanakan dan melibatkan diri dalam investigasi sehingga mereka dapat mengidentifikasi masalah, mendesain cara kerja, dan membuat keputusan sendiri sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep dan prinsip secara lebih baik. Disamping memiliki kelebihan, kerja laboratorium juga memiliki beberapa kekurangan. Menurut Prasetyo (2001: 25) kekurangan dari kerja laboratorium adalah tersitanya waktu atau dengan kata lain, waktu yang disediakan terlalu sempit, dan siswa tidak menyelesaikan kerja laboratorium mereka. Alat juga menjadi masalah bagi beberapa commit sekolah to user yang sumber daya laboratoriumnya

11 digilib.uns.ac.id 19 terbatas. Meskipun demikian, pembelajaran kimia melalui kerja laboratorium seharusnya tetap dilaksanakan. Melalui kerja laboratorium, eksperimen yang menjadi pusat pelajaran kimia akan tetap dapat dilaksanakan. Jadi laboratorium adalah suatu tempat dimana para pelajar melakukan observasi ilmiah atau sains dan juga merupakan tempat dimana ilmu pengetahuan dapat digunakan. Laboratorium sains memungkinkan para pelajar untuk menggunakan informasi, untuk membangun konsep umum, untuk menentukan masalah baru, untuk menjelaskan sebuah observasi atau ketidaksesuian pada alam untuk membuat suatu keputusan (kesimpulan). b. Laboratorium Virtual Laboratorium virtual merupakan laboratorium dengan alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan praktikum berupa seperangkat komputer lengkap dengan program aplikasi (software) yang dirancang khusus untuk kegiatan eksperimen. Software ini berisi animasi-animasi alat, bahan dan desain interaktif untuk kegiatan eksperimen. Jadi siswa tinggal menjalankan eksperimen sesuai dengan lembar kerja atau petunjuk yang telah disediakan (Riana, 2011: 34-37) Menurut Hamalik (1994:5) disebutkan bahwa komputer merupakan suatu teknologi canggih yang memiliki peran utama untuk memproses informasi secara cermat, cepat dan dengan hasil yang akurat. Komputer dapat dijadikan sebagai sebuah media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat dan kreativitas serta perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu. Laboratorium virtual merupakan laboratorium dengan alat dan bahan yang digunakan untuk kegiatan praktikum berupa seperangkat komputer lengkap dengan program aplikasi (software) yang dirancang khusus untuk kegiatan eksperimen. Software ini berisi animasi-animasi alat, bahan dan desain interaktif untuk kegiatan eksperimen. Jadi siswa tinggal menjalankan eksperimen sesuai dengan lembar kerja atau petunjuk yang telah disediakan. Kelebihan dalam penggunaan laboratorium virtual adalah siswa dapat mengumpulkan data dengan cepat dalam situasi apapun, dan juga memungkinkan untuk melakukan eksperimen yang tidak dapat dilakukan pada laboratorium real pada umumnya. Dengan kerja commit laboratorium user virtual siswa bisa melakukan

12 digilib.uns.ac.id 20 eksperimen dengan aman apabila eksperimen yang sebenarnya berbahaya. Penggunaan laboratorium virtual akan terasa sangat murah jika dibandingkan dengan eksperimen yang memerlukan laboratorium real (real experiment) dengan alat dan bahan yang relatif mahal. Kekurangan dalam penggunaan laboratorium virtual adalah siswa tidak banyak memperoleh olah tangan untuk mendapatkan keterampilan teknis seperti di laboratorium nyata, melainkan hanya mendapatkan olah tangan untuk mengoperasikan komputer. Berkenaan dengan masalah biaya, bagi lembaga pendidikan (sekolah), penggunaan laboratorium virtual tergolong murah. Untuk dapat mengaplikasikannya hanya dibutuhkan seperangkat komputer dan softwarenya. Komputer tidak hanya digunakan untuk praktikum saja, melainkan dapat juga digunakan untuk kepentingan lain seperti pelatihan keterampilan komputer, pelatihan IT, dan kegiatan pembelajaran (Riana, 2011: 34-37). 6. Kreativitas a. Definisi Kreativitas Guilford (1999: 65) kreativitas adalah berpikir divergen sebagai operasi mental yang menuntut penggunaan kemampuan berpikir kreatif meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh Supriyadi (1994: 7), Kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Slameto (2003: 146) mengungkapkan hubungan antara kreativitas dengan penemuan yaitu yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk mengkombinasikan antara unsur-unsur yang baru dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya dan menerapkannya dalam pemecahan.

13 digilib.uns.ac.id 21 b. Ciri-ciri Kreativitas Ciri-ciri individu kreatif dalam Slameto (2003: 147) adalah sebagai berikut : a. Hasrat keingintahuan yang cukup besar; b. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru; c. Panjang akal; d. Keinginan untuk menemukan dan meneliti; e. Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit; f. Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan; g. Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas; h. Berpikir fleksibel; i. Menanggapi pertanyaan yang diajukan serta cenderung memberi jawaban yang lebih banyak; j. Kemampuan membuat analisis serta sintesis; k. Memiliki semangat bertanya serta meneliti; l. Memiliki daya abstraksi yang cukup baik; m. Memiliki latar belakang membaca yang cukup lama. Kreativitas berhubungan dengan faktor-faktor kognitif dan non kognitif. Hal ini diperlihatkan dalam ciri-ciri aptitude dan non aptitude dari kreativitas. Tabel 4. Ciri-ciri kreativitas ditinjau secara kognitif dan afektif Kreativitas Afektif (non uptitude) Kognitif (aptitude) Rasa ingin tahu Berpikir lancar Imajinatif Berpikir luwes Tertantang oleh Berpikir orisinil kemajemukan Berani mengambil resiko Elaborasi Sifat menghargai Mengevaluasi (Munandar,1999: 92) Dalam tabel di atas ditunjukkan ciri-ciri non aptitude dari kreativitas adalah yang berhubungan dengan sikap dan perasaan, ciri-ciri non aptitude meliputi rasa ingin tahu, bersifat imajinatif, merasa tertantang oleh kemajemukan, mampu mengambil resiko, dan bersifat commit menghargai. to user Rasa ingin tahu mencakup selalu

14 digilib.uns.ac.id 22 terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan pertanyaan dan peka dalam pengamatan. Imajinatif mencakup mampu memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum terjadi dan menggunakan khayalan tetapi mengetahui perbedaan khayalan dan kenyataan. Tertantang oleh kemajemukan mencakup terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi yang rumit dan lebih tertarik pada tugas yang sulit. Sifat mengambil resiko mencakup berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal mendapat kritik dan tidak ragu-ragu karena ketidakjelasan. Sifat menghargai mencakup dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup dan menghargai kemampuan dan bakat-bakat sendiri yang sedang berkembang. Sedangkan ciri-ciri aptitude adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognitif, meliputi ketrampilan berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir orisinal, elaborasi/merinci dan mengevaluasi. Kemampuan berpikir lancar mencakup kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, memberi banyak cara atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Ketrampilan berpikir luwes mencakup kemampuan menghasilkan suatu gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, mencari alternatif jawaban yang berbeda, mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. Ketrampilan berpikir orisinal mencakup kemampuan melahirkan ungkapan baru dan unik, mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri. Ketrampilan mengelaborasi mencakup kemampuan memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambahkan atau merinci dengan detail dari suatu objek sehingga lebih menarik. Ketrampilan mengevaluasi mencakup kemampuan menentukan standar penilaian sendiri, mampu mengambil keputusan, mencetuskan dan melaksanakan gagasan. Munandar (1999: 48) mengungkapkan bahwa pemikiran kreatif dilakukan melalui 4 tahap, yaitu: 1) Tahap persiapan merupakan tahap pengumpulan informasi atau data yang diperlukan untuk memecahkan suatu masalah. Cara yang dilakukan antara lain menjajagi berbagai macam kemungkinan penyelasaian masalah.

15 digilib.uns.ac.id 23 2) Tahap inkubasi merupakan tahap dimana individu seakan-akan melepaskan diri dari masalah untuk sementara waktu. Tahap ini sangat penting artinya bagi proses timbulnya kreasi. 3) Tahap iluminasi merupakan tahap timbulnya pandangan atau gagasan baru, beserta proses-proses psikologis yang mengawali dan mengakhiri munculnya gagasan atau inspirasi baru. 4) Tahap verifikasi atau evaluasi merupakan tahap pengujian inspirasi terhadap realita yang ada. Dalam hal ini diperlukan pemikiran kritis. c. Faktor-faktor Kreativitas Menurut Munandar menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas dapat berupa kemampuan berpikir dan sifat kepribadian yang berinteraksi dengan lingkungan tertentu. Faktor kemampuan berpikir terdiri dari kecerdasan (inteligensi) dan pemerkayaan bahan berpikir berupa pengalaman dan ketrampilan. Faktor kepribadian terdiri dari ingin tahu, harga diri dan kepercayaan d. Pengukuran Kreativitas Menurut Munandar (1999: 65-67) ada beberapa tes kreativitas antara lain: 1. Tes kemampuan berpikir divergen Guilford Tes ini menurut penggunaan kemampuan berpikir lancar, luwes, orisinal, dan terperinci. 2. Tes kemampuan berpikir kreatif Torrance Tes ini dimaksudkan untuk memicu ungkapan secara simultan beberapa operasi mental kreatif yang mengukur kalancaran, kelenturan, orisinal, dan elaborasi. 3. Tes berpikir kreatif oleh Jellin dan Urban Disebut juga Tes for Creative Thingking Drawing Production, dalam tes ini responden diminta menyelasaikan gambar yang tidak lengkap. 4. Tes berpikir kreatif dengan bunyi dan kata Menampilkan rangsang dalam bentuk suara dari yang sederhana sampai syang rumit. 5. Tes berpikir kreatif denagn inventory Kathena-Torrance

16 digilib.uns.ac.id 24 Dengan cara pengamatan diri seseorang dalam bentuk daftar periksa, kuisioner dan inventori. Dalam penelitian ini tes kreativitas mengacu pada ciri-ciri berpikir orang kreatif yaitu imajinatif, memiliki rasa ingin tahu, tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan bersifat menghargai. Hubungan antara kreativitas dengan prestasi belajar siswa pada materi sistem koloid adalah diharapkan semakin tinggi kreativitas siswa, semakin tinggi pula prestasi belajarnya. 7. Materi Sistem Koloid Menurut KTSP 2006 pada materi sistem koloid terdiri dari sub pokok bahasan sebagai berikut: a. Sistem Koloid Koloid merupakan sistem dispersi yaitu sistem yang terjadi apabila zat terlarut (terdispersi) kedalam zat lain. Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang perbedaan larutan, koloid, dan suspensi disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Perbedaan larutan, koloid, dan suspensi Larutan Koloid Suspensi 1. Contoh: larutan gula, Contoh: susu cair, es Contoh: tepung larutan garam. krim terigu dengan air. 2. Homogen Homogen Heterogen 3. Ukuran partikel < 1 nm antara 1 nm 100 nm > 100 nm 4. Satu fase Dua fase Dua fase 5. Stabil Stabil Tidak stabil 6. Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring (Purba, 2006: 146) Dalam kehidupan sehari hari dapat ditemukan campuran yang tergolong larutan, koloid, atau suspensi.

17 digilib.uns.ac.id 25 Contoh larutan : larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan sirup. Contoh koloid : buih sabun, susu cair, santan, jeli, selai, mentega, dan mayonaise. Contoh suspensi : larutan terigu dan campuran air dengan pasir. Di bawah ini diberikan contoh dari suspensi dan koloid yang disajikan dalam gambar 1 dan 2. Gambar 1. Suspensi Gambar 2. Koloid Gambar 1 adalah campuran serbuk batu bata dengan air yang lambat laun akan memisah. Campuran seperti ini disebut suspensi. Sedangkan gambar 2 adalah susu yang merupakan salah satu contoh campuran yang digolongkan koloid. Jenis-jenis koloid berdasarkan zat pendispersi dan medium pendispersinya dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Jenis-jenis Koloid Fase terdispersi Fase pendispersi Nama Contoh Padat Gas Aerosol Asap (rokok), debu Padat - padat Sol, emas, tinta, cat Padat Cair Sol Gelas berwarna Cair Padat Sol padat Kabut, awan Cair Gas Aerosol Susu, minyak ikan Cair Cair Emulsi Jelly, mutiara Gas Padat Emulsi Buih sabun, busa Gas Cair Padat Karet busa, batu apung Padat Buih padat (Purba, 2006: 148)

18 digilib.uns.ac.id 26 Dibawah ini diberikan beberapa produk kosmetik dalam bentuk koloid yang disajikan dalam gambar 3 dan 4. Gambar 3. Parfum Gambar 4. Beberapa produk kosmetik sriactivity.blogspot.com b. Sifat-Sifat Koloid 1) Efek Tyndall Suatu sifat khas yang membedakan sistem koloid dengan larutan adalah dengan percobaan Tyndall. Bila suatu larutan sejati disinari dengan seberkas sinar tampak, maka larutan sejati tadi akan meneruskan berkas sinar (transparan), hal ini ditunjukkan pada gambar 5. Sedangkan bila seberkas sinar dilewatkan pada sistem koloid, maka sinar tersebut akan dihamburkan oleh partikel koloid, sehingga sinar yang melalui sistem koloid akan tampak dalam pengamatan, ditunjukkan pada gambar 6. Larutan koloid Gambar 5. Larutan Sejati Gambar 6. Sistem Koloid sriactivity.blogspot.com (Purba, 2006: 151) Efek Tyndall dalam kehidupan sehari-hari: Sorot lampu mobil pada malam yang berkabut. Sorot lampu proyektor dalam gedung bioskop yang berasap/berdebu.

19 digilib.uns.ac.id 27 Berkas sinar matahari melalui celah daun pohon-pohon pada pagi hari yang berkabut. Berkas sinar matahari tampak jelas disela-sela dinding dapur dapur yang banyak asapnya 2) Gerak Brown Jika diamati dengan mikroskop ultra akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terus menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak Brown adalah gerak zig-zag dari partikel koloid yang hanya bisa diamati dengan mikroskop ultra, ditunjukkan pada Gambar 7. Gerak Brown terjadi sebagai akibat tumbukan yang tidak seimbang dari molekul-molekul medium terhadap partikel koloid, ditunjukkan pada Gambar 8. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus menerus maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi sehingga tidak mengalami sedimentasi. Gambar 7. Gerak Brown Gambar 8. Arah Tumbukan Molekul Medium dengan Partikel Zat Terdispersi: (a) Larutan (b) Koloid (c) Suspensi. sriactivity.blogspot.com

20 digilib.uns.ac.id 28 3) Muatan Koloid a) Adsorpsi Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi. Contohnya partikel koloid dari Fe(OH) 3 bermuatan positif dalam air, karena mengadsorbsi ion H +. Sedangkan partikel koloid As 2 S 3 dalam air bermuatan negatif karena mengadsorpsi ion negatif. Gambar 9. Sol Fe(OH) 3 Gambar 10. Sol As 2 S 3 mariyam1chemist.files.wordpress.com Sifat adsorpsi partikel ini sangat penting karena banyak manfaat dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat tersebut. Contoh: - Pemutihan gula tebu. Gula yang masih berwarna dilarutkan dalam air kemudian dialirkan melalui tanah diatome dan arang tulang. Zat-zat warna dalam gula akan diadsorpsi sehingga diperoleh gula yang putih bersih. - Norit Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif norit. Di dalam usus, norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau zat racun. - Penjernihan air Untuk menjernihkan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas atau alumunium sulfat. Di dalam air, alumunium sulfat terhidrolisis membentuk Al(OH) 3 yang berupa koloid. Koloid Al(OH) 3 ini dapat mengadsorpsi zatzat warna atau zat pencemar dalam air.

21 digilib.uns.ac.id 29 b) Elektroforesis Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik disebut elektroforesis. Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif) sedangkan koloid yang bermuatan positif akan bergerak ke katode (elektrode negatif). Dalam percobaan dicampurkan koloid dari Fe(OH) 3 berwarna merah dan As 2 S 3 berwarna kuning, campuran dari sistem koloid tadi dimasukkan dalam alat elektroforesis. Gambar 11. Sel Elektrolisis Sederhana mariyam1chemist.files.wordpress.com Dari percobaan yang ditunjukkan pada Gambar 10, setelah beberapa saat kedua kutub tersebut dihubungkan dengan sumber arus listrik, ternyata daerah kutub (+) berwarna kuning dan daerah kutub (-) berwarna merah. Dari hasil pengamatan tersebut dapat dinyatakan bahwa koloid As 2 S 3 bermuatan negatif karena ditarik oleh elektode positif dan koloid Fe(OH) 3 bermuatan positif karena ditarik oleh elektrode negatif. Dengan demikian elektroferesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid (Purba, 2006: 289). 4) Koagulasi Koagulasi (penggumpalan) adalah proses pengendapan koloid. Koagulasi partikel koloid dapat terjadi dengan dua macam cara, yakni: (1) Cara mekanik Koloid dapat digumpalkan dengan cara pengadukan, pemanasan, dan pendinginan. Pada saat pemanasan, kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air

22 digilib.uns.ac.id 30 bertambah banyak. Hal ini menyebabkan lepasnya elektrolit yang teradsorbsi pada permukaan koloid. (1) Cara kimia : yakni dengan cara penambahan bahan-bahan kimia. Koagulasi koloid karena penambahan elektrolit terjadi sebagai berikut. Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tarik menariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi, ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar 12. Koagulasi Koloid Karena Penambahan Elektrolit. Gambar tersebut memperlihatkan bahwa ion yang bermuatan lebih efektif dalam mengumpalkan koloid. Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan seharihari dan industri: - Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena kolid tanah liat (lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut. - Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format. - Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan dengan ion Al 3+ dari tawas (alumunium sulfat). - Asap atau debu dari pabrik /industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel.

23 digilib.uns.ac.id 31 5) Koloid Pelindung Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi sehingga tidak dapat lagi mengelompok. Contoh: (1) Pada pembentukan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar atau gula. (2) Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung. (3) Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan deterjen, juga tergolong koloid pelindung. 6) Dialisis Pada pembuatan suatu koloid, seringkali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Ion-ion penggganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid tadi terbuat dari selaput semipermeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air, ditunjukkan pada Gambar 13. Gambar 13. Dialisis, Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga merupakan proses dialisis. Jaringan ginjal bersifat sebagai selaput semipermeable yang dapat dilewati air dan molekul-molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan butir-butir darah yang merupakan koloid. Orang yang menderita ginjal

24 digilib.uns.ac.id 32 dapat menjalani cuci darah, dimana fungsi ginjal diganti oleh suatu mesin dialisator, ditunjukkan pada Gambar 14. Gambar 14. Diagram Suatu Dialisis Darah (Purba, 2006: 293) 7) Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas : a) Koloid Liofil Suatu koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (yunani: lio = cairan, philia = suka) b) Koloid Liofob Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menafik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berati takut cairan (yunani = phobia = takut/benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid diatas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob. - Koloid hidrofil mempunyai gugus ionik atau gugus polar di permukaannya, sehingga mempunyai interaksi yang baik dengan air. Butir-butir koloid liofil/hidrofil dapat mengadsorpsi molekul mediumnya sehingga membentuk suatu selubung atau jaket. Hal tersebut disebut solvatasi/hidratasi. Dengan cara itu butir-butir koloid tersebut terhindar dari agregasi (pengelompokan). Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan commit atau to penguapan. user Apabila zat padat tersebut

25 digilib.uns.ac.id 33 dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil. Dengan kata lain, sol hidrofil bersifat reversible. Contoh dari koloid hidrofil disajikan dalam Gambar 15. Gambar 15. Contoh Koloid Hidrofob (mayonaise) dan Koloid Hidrofil (agar-agar) fauzanagazali.wordpress.com (Purba, 2006: ) - Koloid hidrofob tidak akan stabil dalam medium polar (seperti air) tanpa kehadiran zat pengemulsi atau koloid pelindung. Zat pengemulsi membungkus partikel koloid hidrofob sehingga terhindar dari koagulasi. Susu (emulsi lemak dalam air) distabilkan oleh sejenis protein susu, yaitu kasein, sedangkan mayonaise (emulsi miyak nabati dalam air) distabilkan oleh kuning telur. Contoh koloid hidrofob: susu, mayonaise, sol belerang, sol Fe(OH) 3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam. Contoh dari koloid hidrofob disajikan dalam Gambar 15. Sol hidrofob dapat mengalami koagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi telah dipisahkan, tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air. Perbandingan antara sol hidrofil dan sol hidrofob terlihat pada tabel 7.

26 digilib.uns.ac.id 34 Tabel 7. Perbedaan Sol Hidrofil dan Sol Hidrofob Sol hidrofil Sol hidrofob Mengadsorbsimediumnya Tidak mengadsorbsi mediumnya konsentrasi relatif besar Hanya stabil pada konsentrasi kecil Tidak mudah digumpalkan dengan Mudah digumpalkan dengan penambahan elektrolit penambahan elektrolit Viskositas lebih besar daripada Viskositas hampir sama dengan mediumnya. mediumnya Bersifat reversible Bersifat reversible Efek Tyndall lemah. Efek Tyndall lemah (Purba, 2006: 159) c. Pengolahan Air Bersih Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorbsi. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barangkali juga zat-zat warna, zat pencemar seperti limbag detergen dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air adalah tawas (alumunium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, dan karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH) 3 yang dapat mengadsorbsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida. Apabila tingkat kekeruhan air yang diloah terlalu tinggi maka digunakan karbon aktif selain tawas. - Pasir berfungsi sebagai penyaring. - Klorin atau kaporit berfungsi sebagai pembasmi hama (desinfektan). - Kapur tohor berguna untuk menaikkan ph, yaitu untuk menetralkan. - keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas. 1) Pengolahan Air Sederhana Susunan alat penyaring air sederhana, yang dapat digunakan untuk menyaring air sumur yang keruh, disajikan pada Gambar 16 dibawah ini

27 digilib.uns.ac.id 35 Gambar 16. Susunan Alat Penyaring Air Sederhana nurcahyanto88.wordpress.com 2) Industri Pengolahan Air Bersih (Perusahaan Air Minum) Pengolahan air bersih di kota-kota besar pada umumnya sama dengan pengolahan air sederhana yang dijelaskan di atas. Diagram pengolahan air bersih diberikan pada Gambar 17 berikut. Gambar 17. Bagan Pengolahan Air Bersih nurcahyanto88.wordpress.com Mula-mula air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Di sini lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur dibuang dengan pompa, sedangkan air selanjutnya dialirkan ke dalam bak ventury. Pada tahap ini dicampurkan tawas dan gas klorin (preklorinasi). Pada air baku yang kekeruhan dan pencemarannya tinggi, perlu dibubuhkan karbon aktif yang berguna untuk menghilangkan bau, warna, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air baku. Dari bak ventury, air baku yang telah dicampur dengan bahan-bahan kimia dialirkan ke dalam accelator. Di dalam bak accelator ini terjadi proses koagulasi, lumpur dan kotoran lain menggumpal commit membentuk to user flok-flok yang akan mengalami

28 digilib.uns.ac.id 36 sedimentasi secara gravitasi. Selanjutnya, air yang sudah setengah bersih dialirkan ke dalam bak saringan pasir. Pada saringan ini, sisa-sisa flok akan tertahan. Dari bak pasir diperoleh air yang sudah hampir bersih. Air yang sudah cukup bersih ini ditampung dalam bak lain yang disebut siphon, di mana ditambahkan kapur untuk menaikkan ph dan gas klorin (post klorinasi) untuk mematikan hama. Dari bak siphon, air yang sudah memenuhi standar air bersih selanjutnya dialirkan ke dalam reservoar, kemudian ke konsumen (Purba, 2006 : 294). a. Pembuatan Sistem Koloid Karena ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi, maka koloid dapat dibuat dengan dua cara yaitu: 1) Cara Kondensasi Sistem koloid dibuat dengan pengelompokan (agregasi) partikel larutan sejati. Cara ini disebut cara kondensasi. Dengan cara kondensasi pertikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut. a) Reaksi Redoks Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Contoh: - Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H 2 S) dengan belerang dioksida (SO 2 ), yaitu dengan mengalirkan gas H 2 S ke dalam larutan SO 2. 2H 2 S(g) + SO 2 (aq) 2H 2 O(l) + 3S(s) - Pembuatan sol emas dari reaksi larutan HAuCl 4 dengan larutan K 2 CO 3 dan HCHO (formaldehida). Contoh: 2HAuCl 4 (aq) + 6 K 2 CO 3 (aq) + 3 HCHO(aq) 2Au(s) + 5CO 2 (g) + 8KCl(aq) + 3HCOOK(aq) + KHCO 3 (aq) + 2H 2 O(l) b) Hidrolisis Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh:

29 digilib.uns.ac.id 37 - Pembuatan sol Fe(OH) 3 dari hidrolisis FeCl 3, apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl 3 akan terbentuk sol Fe(OH) 3. FeCl 3 (aq) + 3H 2 O(l) Fe(OH) 3 (aq) + 3HCl(aq) c) Dekomposisi Rangkap Contoh: - Sol As 2 S 3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H 3 AsO 3 dengan larutan H 2 S. H 3 AsO 3 (aq) + 3 H 2 S(aq) As 2 S 3 (s) + 6H 2 O(l) - Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan HCl encer. AgNO 3 (aq) + HCl(aq) AgCl(s) + HNO 3 (aq) d) Pergantian Pelarut Contoh: Apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid berupa gel. (Sudarmo, 2006:237) 2) Cara dispersi Sistem koloid dapat dibuat dengan menghaluskan bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan ke dalam medium pendispersi. Cara ini disebut cara dispersi. Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig). a) Cara Mekanik Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium dispersi. Contoh: Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampurkan serbuk halus itu dengan air. b) Cara Peptisasi Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.

30 digilib.uns.ac.id 38 Contoh: Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H 2 S dan endapan Al(OH) 3 oleh AlCl 3. c) Cara Busur Bredig Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi (Purba, 2006: ). B. Penelitian yang Relevan Pada penelitian tentang The effectiveness of student team-achievement division (STAD) for teaching high school chemistry in the United Arab Emirate oleh Balfakih, United Arab Emirates University, (2006). memaparkan bahwa variabel bebas dalam penelitian ini adalah efektivitas team student achievement (STAD) dengan kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangakan untuk variabel terikatnya adalah siswa kimia SMA di Uni Emirat Arab. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara random atau acak. Hasil dalam penelitian ini adalah nilai prestasi semua kelompok yang menggunakan metode STAD dengan kelas eksperimen meningkat dibandingkan dengan siswa yang menggunakan metode STAD dengan kelas kontrol Pada penelitian tentang A Study of the Effectiveness of The Contextual Lab Activity in the Teaching and Learning Engineering Statistics at the Universiti Tun Hussein Onn Malaysia oleh Zulkarnain dan Nafisah, (2008). memaparkan pembelajaran kontekstual menghubungkan contoh-contoh pengalaman peserta didik yang dialami dalam kehidupan sehari-hari dan mengaplikasikan materimateri yang telah dipelajari. Peserta didik yang memperoleh kegiatan laboratorium kontekstual lebih aktif daripada siswa yang tidak memperoleh kegiatan laboratorium kontekstual. commit Dengan to user laboratorium kontekstual membantu

31 digilib.uns.ac.id 39 siswa memahami konsep dan lebih memotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar para peserta didik. Selain laboratorium kontekstual, terdapat teradapat juga laboratorium virtual sebagaimana yang disebutkan pada penelitian tentang Development of a Virtual Laboratory for Radiation Heat Transfer. European Journal of Scientific Research (2009), Vol.32 No.4, pp , oleh Nazlia, Rozli, dan Rossilah memaparkan bahwa perkembangan laboratorium virtual pada transfer panas radiasi yang diterapkan pada percobaan fisika. Penerapan teknologi ini memudahkan mahasiswa untuk belajar lebih aktif dan mandiri karena mereka dapat mempelajari sendiri dan megulang-ulang percobaan. Laboratorium virtual juga menampilkan simulasi seperti percobaan di laboratorium nyata. Keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan virtual adalah tidak menghabiskan banyak waktu untuk percobaan, sehingga siswa memiliki banyak waktu untuk berdiskusi dan menganalisis data hasil percobaan. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut: 1. Pengaruh Pembelajaran STAD Menggunakan Laboratorium Virtual dan Menggunakan Laboratorium Riil Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem Koloid Prestasi belajar siswa merupakan indikator keberhasilan belajar siswa dalam mencapai tujuan belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar akan dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal dimana keduanya akan saling berpengaruh. Model maupun metode yang digunakan oleh guru akan bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar siswa. Metode belajar yang digunakan saat ini hendaknya metode yang berpusat pada siswa, agar dalam belajar siswa tidak hanya menerima dan meniru apa yang diberikan guru, tetapi harus secara aktif berbuat atas dasar kemampuan dan keyakinan diri sendiri. Cara ini diharapkan dapat mengantarkan siswa menjadi manusia mandiri dan kreatif.

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari Buku Saku 1 Sistem Koloid Nungki Shahna Ashari 2 Daftar Isi Pengertian koloid... 3 Pengelompokan koloid... 4 Sifat-sifat koloid... 5 Pembuatan koloid... 12 Kegunaan koloid... 13 3 A Pengertian & Pengelompokan

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi koloid serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi.

Lebih terperinci

Kimia Koloid KIM 3 A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS KOLOID KIMIA KOLOID. materi78.co.nr

Kimia Koloid KIM 3 A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS KOLOID KIMIA KOLOID. materi78.co.nr Kimia Koloid A. PENDAHULUAN Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid tergolong sistem dua fase, yaitu: 1) Fase terdispersi (terlarut), adalah zat yang didispersikan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dalam

Lebih terperinci

Jenis larutan : elektrolit dan non elektrolit

Jenis larutan : elektrolit dan non elektrolit KONSEP LARUTAN Definisi larutan Larutan adalah campuran homogen dari dua jenis zat atau lebih Larutan terdiri dari zat terlarut (solut) dan zat pelarut (solven) Larutan tidak hanya berbentuk cair, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem koloid merupakan bentuk campuran dari dua atau lebih suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi

Lebih terperinci

Jenis Nama Contoh. padat sol padat sol padat kaca berwarna, intan hitam. gas sol gas aerosol padat asap, udara berdebu

Jenis Nama Contoh. padat sol padat sol padat kaca berwarna, intan hitam. gas sol gas aerosol padat asap, udara berdebu > materi78.co.nr Kimia Koloid A. PENDAHULUAN Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid tergolong sistem dua fase, yaitu: 1) Fase terdispersi (terlarut), adalah

Lebih terperinci

SISTEM KOLOID. Sulistyani, M.Si.

SISTEM KOLOID. Sulistyani, M.Si. SISTEM KOLOID Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Materi Koloid merupakan campuran fase peralihan homogen menjadi heterogen. Sistem koloid terdiri dari dua fase, yaitu fase pendispersi

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 7 BAB IX SISTEM KOLOID Koloid adalah campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi

Lebih terperinci

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti KOLOID 26 April 2013 Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi, yang dilihat secara makroskopis tampak bersifat homogen namun secara mikroskopis tampak

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP SISTEM KOLOID KOMPETENSI DASAR 3.15. Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya. 4.15.Mengajukan ide/gagasan untuk memodifikasi pembuatan koloid berdasarkan pengalaman membuat

Lebih terperinci

KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID. Prediksi Andre jika filtrasi dikenakan cahaya

KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID. Prediksi Andre jika filtrasi dikenakan cahaya Lampiran B.1 KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID Tujuan Siswa mampu menganalisis sifat efek Tyndall melalui latihan prediksi 1 Andre melakukan percobaan

Lebih terperinci

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Kimia Koloid Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

Menu Utama SK/KD SK/KD. Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID. Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM

Menu Utama SK/KD SK/KD. Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID. Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM Menu Utama SK/KD SK/KD Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM Bensin dan mutu bensin KOLOID LIOFIL DAN LIOFOB Dampak penggunaan minyak

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM KOLOID

BAB VII SISTEM KOLOID BAB VII SISTEM KOLOID INDIKATOR Menjelaskan pengelompokan campuran menjadi larutan, koloid, dan suspensi. Mendeskripsikan perbedaan larutan, koloid, dan suspensi berdasarkan sifat campurannya, fasanya

Lebih terperinci

Purwanti Widhy H, M.Pd

Purwanti Widhy H, M.Pd Purwanti Widhy H, M.Pd Standar Kompetensi 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi asar 5.2. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) 6844576 Banyumas 53171 ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011 Mata Pelajaran : Kimia

Lebih terperinci

Sistem Koloid. A. Pengertian Sistem Koloid. Lampiran A.7

Sistem Koloid. A. Pengertian Sistem Koloid. Lampiran A.7 Lampiran A.7 Sistem Koloid Sistem koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh cat adalah sistem koloid yang merupakan campuran heterogen zat padat pada koloid yang tersebar merata

Lebih terperinci

Materi Koloid. No Larutan sejati Koloid Suspensi. Antara homogen dan. 5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring

Materi Koloid. No Larutan sejati Koloid Suspensi. Antara homogen dan. 5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring Materi Koloid A.Dispersi Koloid Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi.tepung kanji

Lebih terperinci

Download Soal dan Pembahasan Lainnya di: SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN..

Download Soal dan Pembahasan Lainnya di:  SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN.. SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN../ MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS : XI (Sebelas) HARI/TANGGAL : WAKTU : 07.30 09.30 (120 menit) 1. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air adalah 10-3 mol/l. Maka harga

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nanometer),

Lebih terperinci

Koloid. Bab. Peta Konsep. Kompetensi Dasar OLOID 153. Kimiaia untukk SMA dan MA kelas XIII

Koloid. Bab. Peta Konsep. Kompetensi Dasar OLOID 153. Kimiaia untukk SMA dan MA kelas XIII Bab Koloid Peta Konsep Kompetensi Dasar Siswa mampu membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Siswa mampu mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan

Lebih terperinci

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : 10.15 11.45 WIB Petunjuk Pengerjaan Soal Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan! Isikan identitas Anda

Lebih terperinci

XI IA 4 SMA Negeri 1 Tanjungpinang

XI IA 4 SMA Negeri 1 Tanjungpinang 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya laporan hasil kegiatan kami yang berjudul Larutan Koloid ini, dapat terwujud. Tujuan kami melakukan kegiatan ini adalah dimana

Lebih terperinci

18/06/2015. Dispersi KOLOID. Dhadhang Wahyu

18/06/2015. Dispersi KOLOID. Dhadhang Wahyu Dispersi KOLOID Dhadhang Wahyu Kurniawan @Dhadhang_WK 1 SISTEM DISPERSI Klasifikasi sistem dispersi berdasarkan keadaan fisik medium pendispersi dan partikel terdispersi Fasa terdispersi Solid Solid dalam

Lebih terperinci

Campuran koloid, suspensi, dan larutan sejati dijelaskan berdasarkan komponen-komponen pembentuknya

Campuran koloid, suspensi, dan larutan sejati dijelaskan berdasarkan komponen-komponen pembentuknya 14. Memahami koloid, suspensi dan larutan sejati 14.1 Mengidentifikasi koloid, suspensi dan larutan sejati Indikator : Campuran koloid, suspensi, dan larutan sejati dijelaskan berdasarkan komponen-komponen

Lebih terperinci

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen)

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen) Lampiran 1 PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen) MATA PELAJARAN/TEMA KELAS/SEMESTER : KIMIA/Sistem Koloid : XI/Genap STANDAR KOMPETENSI 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA. KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA. KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA SEKOLAH : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) ALOKASI WAKTU : 2x45 menit I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Problem Solving Metode problem solving adalah sistem pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID 1. Homegen, tak dapat Dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra. SISTEM KOLOID I. Tujuan : Untuk mengetahui jenis, bentuk dan cara pembuatan koloid II. Landasan Teori

Lebih terperinci

mengajar yang bervariasi merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran.

mengajar yang bervariasi merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif jigsaw yang dimodifikasi dengan kegiatan laboratorium terhadap prestasi belajar pokok bahasan sistem koloid pada siswa kelas ii semester 2 sma negeri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle 5E Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa. Menurut

Lebih terperinci

Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA

Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA I. PENDAHULUAN Penggunaan cairan pembersih kaca semakin menjadi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan akan cairan pembersih kaca dari waktu ke waktu semakin meningkat.

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu Materi : Kimia : XI (sebelas) / 2 (dua) : 180 menit ( 4 jam pelajaran) : Sistem Koloid I. Standar Kompetensi Menjelaskan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIFAT-SIFAT KOLOID DAN KEGUNAANNYA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIFAT-SIFAT KOLOID DAN KEGUNAANNYA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIFAT-SIFAT KOLOID DAN KEGUNAANNYA SEKOLAH MATA PELAJARAN KELAS / SEMESTER ALOKASI WAKTU : SMAN 16 SURABAYA : KIMIA : XI / 2 (dua) : 2x45 menit I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Dalam pendidikan partisipatif seorang pendidik lebih berperan sebagai tenaga fasilitator, sedangkan keaktifan lebih dibebankan kepada peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Penerapan juga bisa diartikan sebagai kemampuan siswa untuk mengggunakan

BAB II KAJIAN TEORI. Penerapan juga bisa diartikan sebagai kemampuan siswa untuk mengggunakan BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Penerapan Prediction guide (tebak pelajaran) a. Penerapan strategi Prediction Guide Penerapan adalah proses mempraktikan teori yang telah dirancang. 1 Penerapan

Lebih terperinci

Sistem Koloid 11/10/2017. Sifat sifat koloid. Pembuatannya. Penerapannya. Soal Tentang Dispersi. Perbandingan sifat Macam macam koloid

Sistem Koloid 11/10/2017. Sifat sifat koloid. Pembuatannya. Penerapannya. Soal Tentang Dispersi. Perbandingan sifat Macam macam koloid Materi : Apa sistem koloid Sifat sifat koloid Pembuatannya Click here Penerapannya Soal Disampaikan dalam Kuliah Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Unej In courtesy of onechemist. Foto foto yang berhubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas menurut Semiawan (1987: 8) adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menghadapi tuntutan masa depan yang penuh tantangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menghadapi tuntutan masa depan yang penuh tantangan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model - Model Pembelajaran Dalam menghadapi tuntutan masa depan yang penuh tantangan dan perubahan, telah banyak dikembangkan berbagai model pembelajaran. Berikut ini dikemukakan

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11 A LARUTAN, KOLOID, SUSPENSI Campuran antara dua macam zat atau lebih akan memebentuk larutan, koloid, atau suspensi Ciri dan sifat ketiga campuran dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 61 Perbedaan larutan,

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA FISIK KI-3141

LAPORAN KIMIA FISIK KI-3141 LAPORAN KIMIA FISIK KI3141 Percobaan H1 PENGENDAPAN SOL HIDROFOB OLEH ELEKTROLIT Percobaan H2 PENGENDAPAN TIMBAL BALIK SOL HIDROFOB Nama : Nisrina Rizkia NIM : 10510002 Kelompok :1 Tanggal Percobaan :

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM KOLOID. Tujuan Pembelajaran

BAB 10 SISTEM KOLOID. Tujuan Pembelajaran Bab 10 Sistem Koloid BAB 10 243 SISTEM KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah belajar bab ini, kalian diharapkan mampu: - membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, - menggolongkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang untuk memperoleh perubahan suatu tingkah laku yang baru

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang untuk memperoleh perubahan suatu tingkah laku yang baru 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Belajar dan Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan

Lebih terperinci

A. PEMBUATAN SISTEM KOLOID B. DISPERSI KOLOID C. JENIS-JENIS KOLOID D. SIFAT-SIFAT KOLOID E. KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB F

A. PEMBUATAN SISTEM KOLOID B. DISPERSI KOLOID C. JENIS-JENIS KOLOID D. SIFAT-SIFAT KOLOID E. KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB F 8 A. PEMBUATAN SISTEM KOLOID B. DISPERSI KOLOID C. JENIS-JENIS KOLOID D. SIFAT-SIFAT KOLOID E. KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB F. KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Di sekitar kita, terdapat berbagai macam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XII/ Pertemuan ke : 1 & 2 Alokasi Waktu : 4 x 4 menit Standar Kompetensi : Memahami koloid, suspensi, dan larutan sejati Kompetensi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I ) Lampiran A.4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I ) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Mata Pelajaran : Kimia Pokok Bahasan : Sistem

Lebih terperinci

BAB 9 SISTEM KOLOID. Gambar 9.1 Sistem koloid Sumber: Ensiklopedi Sains dan Kehidupan

BAB 9 SISTEM KOLOID. Gambar 9.1 Sistem koloid Sumber: Ensiklopedi Sains dan Kehidupan BAB 9 SISTEM KOLOID Gambar 9.1 Sistem koloid Sumber: Ensiklopedi Sains dan Kehidupan Pada bab kesembilan ini akan dipelajari tentang macam-macam dispersi, macam-macam koloid, kegunaan sistem koloid, sifat-sifat

Lebih terperinci

SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 2012/2013 LEMBAR SOAL. Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T.

SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 2012/2013 LEMBAR SOAL. Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T. SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 0/0 LEMBAR SOAL Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T.P : 0/0 PETUNJUK :. Isikan identitas peserta pada tempat yang telah disediakan pada lembar

Lebih terperinci

BAB.4 LAJU REAKSI. Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :

BAB.4 LAJU REAKSI. Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi : BAB.4 LAJU REAKSI laju reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu. Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengajaran secara tepat dan penuh arti. 19 Hasil belajar adalah pola-pola

BAB II KAJIAN TEORI. pengajaran secara tepat dan penuh arti. 19 Hasil belajar adalah pola-pola 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Hasil Belajar Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting oleh guru, agar guru dapat merancang, mendesaian,

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA SOAL KIIA 1 KELAS : XI IPA PETUNJUK UU 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar

Lebih terperinci

MODUL KIMIA sma XII MIPA SISTEM KOLOID. Yovita Emiliana Irmayanti

MODUL KIMIA sma XII MIPA SISTEM KOLOID. Yovita Emiliana Irmayanti MODUL KIMIA sma XII MIPA SISTEM KOLOID Yovita Emiliana Irmayanti SISTEM KOLOID STANDAR KOMPETENSI: Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. KOMPETENSI DASAR 5.

Lebih terperinci

MODUL 5 KIMIA KOLOID

MODUL 5 KIMIA KOLOID MODUL 5 KIMIA KOLOID A. SISTEM KOLOID Di bawah ini ada beberapa perbedaan yang dapat di amati antara larutan sejati, sistem koloid dan suspensi kasar. Perhatikanlah tabel berikut: Tabel 5. 1 Perbedaan

Lebih terperinci

Bab XII TUJUAN PEMBELAJARAN. Koloid. Koloid 251. Demonstrasi efek Tyndall oleh koloid. Berkas cahaya yang melewati koloid akan terlihat nyata.

Bab XII TUJUAN PEMBELAJARAN. Koloid. Koloid 251. Demonstrasi efek Tyndall oleh koloid. Berkas cahaya yang melewati koloid akan terlihat nyata. Bab XII Koloid Sumber: Ebbing, General Chemistry Demonstrasi efek Tyndall oleh koloid. Berkas cahaya yang melewati koloid akan terlihat nyata. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA Mengamati Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi XI IPA 3 Oleh : Agnes Oktaviani D.S ( 01 ) Anida Zulaifa ( 04 ) Fitri Hasrat P. ( 14 ) Habibah Sabrina ( 15 ) M. Akbar R. ( 19 )

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dan perubahan itu sendiri karena usaha yang disengaja.

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dan perubahan itu sendiri karena usaha yang disengaja. BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Hakikat Belajar Dan Mengajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan hal pokok dalam proses pendidikan. Pengertian belajar sudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan hal pokok dalam proses pendidikan. Pengertian belajar sudah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar merupakan hal pokok dalam proses pendidikan. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi, termasuk ahli psikologi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Arti sederhana dari teori belajar sebenarnya adalah penjelasan bagaimana informasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Arti sederhana dari teori belajar sebenarnya adalah penjelasan bagaimana informasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Konstruktivisme Arti sederhana dari teori belajar sebenarnya adalah penjelasan bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa. Dengan suatu teori belajar, diharapkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN III) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN III) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Lampiran A.6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN III) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Mata Pelajaran : Kimia Pokok Bahasan : Sistem

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori-teori Belajar Terdapat beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Teori belajar tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melibatkan siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melibatkan siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Project Based Learning Model project based learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan)

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! KIMIA XI SMA 217 S OAL TES SEMESTER II I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Basa menurut Arhenius adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan a. proton d. ion H b. elektron e.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 10 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kerangka Teoritis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah sebuah istilah yang terdiri dari dua kata yakni hasil dan belajar, antara hasil dan belajar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang, manusia tidak dapat lepas dari bahan-bahan kimia, hampir disemua aspek kehidupan manusia dapat ditemukan bahan-bahan kimia. Mulai dari aspek kesehatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau

BAB II KAJIAN TEORI. data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Pendekatan Saintifik a. Pengertian Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I.

PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I. PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I Diajukan Oleh NURIYANI NIM: 291 223 248 Mahasiswa Fakultas TarbiyahdanKeguruan

Lebih terperinci

2013 LEMBAR SOAL. WAKTU : 90 MENIT KELAS : XII IPA T

2013 LEMBAR SOAL. WAKTU : 90 MENIT KELAS : XII IPA T 2013 LEMBAR SOAL. WAKTU : 90 MENIT KELAS : XII IPA T SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 2012/2013 LEMBAR SOAL Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T.P : 2012/2013 PETUNJUK : 1.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. 21 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah

Lebih terperinci

Suryani NIM. K

Suryani NIM. K 48 Studi komparasi pemberian tes bentuk teka-teki silang (TTS) dan tes bentuk isian singkat terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan sistem koloid kelas 2 semester 1 SMAnegeri 1 Ceper tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP FAX KODE POS 60299

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP FAX KODE POS 60299 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP. 031-8415492 FAX 031-8430673 KODE POS 60299 ULANGAN AKHIR SEMESTER 2 (DUA) TAHUN PELAJARAN 2011 2012 Hari/Tanggal :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KajianTeori dan Penelitian yang Relevan 1. Kajian Teori a. Belajar Mandiri 1) Definisi belajar mandiri Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam proses pembelajaran IPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam proses pembelajaran IPA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam proses pembelajaran IPA diperlukan suatu model pembelajaran. Ada berbagai macam model pembelajaran yang banyak digunakan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL PENGAMATAN 5.1.1 Pengenalan Sistem Dispersi a. Larutan Awal Setelah dimasukkan ke dalam air Sampel Tekstur Warna Butiran Warna Kejernihan Homogenitas Garam

Lebih terperinci

Penerapan Praktikum Aplikatif Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Koloid.

Penerapan Praktikum Aplikatif Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Koloid. Penerapan Praktikum Aplikatif Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Koloid. A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata-1 Untuk mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Setyaningsih Pendidikan Kimia

SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata-1 Untuk mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Setyaningsih Pendidikan Kimia PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR PADA POKOK MATERI SISTEM KOLOID BAGI SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2005 / 2006

Lebih terperinci

Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob

Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob I. TUJUAN PERCOBAAN Menentukan konsentrasi relatif sol hidrofob Fe 2 O 3 dan As 2 O 3 pada saat terjadi pengendapan timbal balik sempurna. II. TEORI DASAR Sol adalah

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA

SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA Lampiran 01 SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA Satuan Pendidikan : SMA Negeri 6 Kupang Kelas/ Semester : XI MIA/ Genap Tahun Pelajaran : 2016/2017 Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Persiapan UN 2018 KIMIA

Persiapan UN 2018 KIMIA Persiapan UN 2018 KIMIA 1. Perhatikan gambar berikut! Teori atom yang muncul setelah percobaan tersebut menyatakan bahwa... A. Atom-atom dari sebuah unsur identik dan berbeda dengan atom unsur lain B.

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA Oleh: Erny Untari ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. siswa adalah penentu terjadinya atau

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan PEMISAHAN CAMPURAN Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Problem Solving Problem solving adalah pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat terjadi pada berbagai aspek

Lebih terperinci

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam

Lebih terperinci

Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 113 Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Identitas sekolah Mata pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi Alokasi Waktu Jumlah Pertemuan : SMA : Kimia :

Lebih terperinci