BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL PENGAMATAN Pengenalan Sistem Dispersi a. Larutan Awal Setelah dimasukkan ke dalam air Sampel Tekstur Warna Butiran Warna Kejernihan Homogenitas Garam Kasar Putih (+) Bening Keruh (++) (+) (++) keruh Gula (++) (+++) (++) Bening Jernih (+++) b. Disperse Kasar Sampel : Tepung Tapioka Sifat awal (+) air Didiamkan 5 Setelah diaduk Putih, halus Larut (+++) Mengendap (++++) Larut (+++) c. Sol Awal < > Air Putih kekuningan (+) Air hangat Homogen d. Emulsi Minyak + Air Terjadi Pemisahan Kuning Telur Homogen e. Busa (Sampel : Albumin) Perlakuan Tanpa Perlakuan Dikocok garpu Dikocok Alat Kuning bening, Kuning, bening Putih, halus, lengket, bau amis lengket, amis amis, banyak (++++), (-) busa (+++), (+) busa busa kecil. Struktur

2 f. Busa Padat (Sampel : Arum manis) Warna Struktur Orange Lengket Emulsi dan Pengemulsi a. Struktur Mikroskopis dari Emulsi Sampel Susu Mentega b. Menentukan Jenis Emulsi Sampel Susu Mentega c. Kestabilan dan Stabilitas Relatif Zat Pengemulsi Kelompok Sampel Waktu Perubahan fase 10 CMC 47 2 fase 11 Kuning Tidak ada pemisahan Telur 12 Gum Arab 52 3 fase 9 Detergen 43 3 fase 10 As. Asetat 45 Fase bawah terdapat gel

3 d. Stabilitas Relatif Santan Kelapa Warna Tinggi air Tinggi Krim Stabilitas Krim Putih 2,2 cm 1,3 cm 87% e. Pengaruh Pemanasan terhadap Emulsi Sampel Pengematan setelah pemanasan Wujud Warna Lama leleh Margarin Padat cair Kuning muda kuning tua 10 Shortening Padat cair Putih susu bening 50

4 5.2 PEMBAHASAN Banyak jenis emulsi yang dapat ditemukan dalam bahan pangan, misalnya susu, mentega, dan margarin. Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan emulsi. Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi cairan dalam cairan lain yang molekul-molekulnya tidak saling berbaur, melainkan bersifat antagonistik (Winarno,1984). Pengamatan yang dilakukan adalah pengenalan sistem dispersi, struktur mikroskopis dari emulsi, menentukan jenis emulsi, kestabilan emulsi, stabilitas relatif santan kelapa, dan dan pengaruh pemanasan terhadap emulsi Pengenalan Sistem Dispersi a. Larutan Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solute, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solvent (Wikipedia, 2009). Molekul air dan gula dalam larutan terikat melalui ikatan hidrogen. Saat kristal gula melarut, molekul air bergabung secara ikatan hidrogen pada gugus polar molekul gula yang terdapat dipermukaan air kristal gula tersebut. Molekul pada air yang mula-mula terikat pada lapisan pertama tidak dapat bergerak, tetapi setelah beberapa saat molekul gula dikelilingi oleh lapisan air dan melepaskan diri dari kristal. Pemanasan air dapat mengurangi daya tarik menarik antara molekul air, sehingga kelarutannya akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Warna larutan menjadi bening dan jernih akibat proses pengadukan sehingga terhomogenisasi antara air dengan gula. Garam merupakan bahan pangan yang berbentuk padatan kristal yang halus berwarna putih dan dapat larut dalam air. Larutan garam dalam air merupakan larutan ionik. Dalam kristal NaCl kedua ion Na + dan Cl - terikat dengan daya elektrostatik yang dapat berkurang dayanya dengan penambahan molekul air. Ionion tersebut kemudian terhidrasi dan diungsikan oleh molekul air sehingga terbentuklah larutan garam. Dalam percobaan ini setelah garam dimasukan kedalam air dan dilakuakan proses pengadukan dapat dilihat bahwa larutan garam

5 yang terbentuk memilki homogenitas yang baik, berwarna bening keruh. Dari hasil pengamatan kali ini dapat diketahui bahwa turbiditas (kekeruhan) larutan garam lebih tinggi dibanding larutan gula. b. Dispersi Kasar Dispersi kasar mengandung partikel-partikel lebih besar dari 0,5 nm dalam suatu fase kontinu. Dispersi kasar bersifat heterogen, tidak kontinu, sehingga merupakan sistem dua fase. Dispersi kasar dapat dipisahkan dengan penyaringan. Pada praktikum, tepung tapioka dimasukkan ke dalam air dan diaduk lalu didiamkan 5 menit. Pengamatan dilakukan terhadap tepung tapioka, tepung tapioka setelah dimasukkan ke dalam air dan setelah didiamkan 5 menit. Dari hasil pengamatan didapat hasil bentuk fisiknya putih, tekstur halus. Didapat juga setelah dimasukkan ke dalam air, tepung tapioka tersebut larut dalam air dan terjadi kekeruhan. Setelah didiamkan selama 5 terjadinya endapan yang menandakan bahwa tepung tapioka yang dilarutkan dalam air merupakan suatu dispersi kasar. Terjadinya dispersi kasar tersebut terjadi mungkin karena partikel tepung tapioka yang lebih besar dari 5 nm. c. Sol Sol adalah salah satu jenis dispersi koloid yang merupakan campuran yang berada di antara larutan sejati dengan suspensi. Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, yaitu berkisar antara nm ( cm ). Sol mempunyai fase pendispersi padat dan fase terdispersi cair. Pada praktikum kali ini digunakan susu skim sebagai sampel. Susu skim berupa butiran kasar dan berwarna putih kekuningan. Saat dilarutkan dan diaduk dengan air hangat susu skim larut sempurna (homogen) karena susu mendapat dorongan sehingga dapat memecah partikel-partikel dalam air. Digunakannya air hangat dengan tujuan agar susu tersebut lebih cepat larut karena partikel susu tersebut berukuran lebih besar dari pada partikel pendispersinya. Sifat larutan yang homogen menandakan bahwa larutan adalah sebuah sistem koloid. Fase terdispersi pada praktikum adalah susu skim yang berbentuk butiran halus (padat) dan fase pendispersinya adalah air hangat (cair), maka sitem yang akan terjadi jika

6 susu skim dan air hangat bercampur adalah suatu sol, karena memiliki fase terdispersi padatan dan fsase pandispersi adalah cairan Bila dibandingkan dengan dispersi kasar, terlihat larutan susu skim ini memiliki tingkat homogenitas dan jumlah endapan yang berbeda. Homogenitasnya berbeda karena ukuran partikelnya pun berbeda. d. Emulsi Winarno (1997) mendefinisikan emu lsi sebagai suatu dispersi atau suspensi suatu cairan dalam cairan yang lain, yang molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistik. Banyak jenis emulsi yang dapat ditemukan dalam makanan, tetapi yang terkenal adalah mayonnaise, french dressing, cheese cream, kuning telur, serta susu. De man (1989), emulsi didefinisikan sebagai sistem heterogen, terdiri atas cairan yang tidak tercampurkan yang terdispersi dengan baik sekali dalam cairan yang lain. Dalam makanan, biasanya mengandung dua fase, misalnya minyak dan air. Zat yang dapat menyatukan kedua emulsi tersebut adalah (biasa disebut) pengemulsi. Kemampuan menyatukan perbedaan tegangan permukaan dijelaskan Deman bahwa molekul pengemulsi mengandung dua bagian yang jelas, satu bagian mempunyai sifat polar atau sifat hidrofil, bagian yang lain bersifat nonpolar atau hidrofob. Air dan minyak merupakan cairan yang tidak saling berbaur, tetapi saling ingin terpisah karena mempunyai berat jenis yang berbeda (Winarno, 1997). Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang terdispersi yang terdiri dari butir-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian kedua disebut media pendispersi yang biasanya terdiri dari air dan bagian ketiga adalah emulsifier ( pengemulsi ). Karena air dan minyak tidak bersatu, maka dibutuhkan suatu pengemulsi kuning telur misalnya. Kuning telur merupakan emulsifier yang kuat. Pada saat penambahan kuning telur ke dalam campuran air dan minyak, minyak dan air bersatu. Kuning telur mempunyai gugus polar dan non-polar. Gugus polar mengikat air dan gugus non-polar mengikat lemak atau minyak.

7 Berdasarkan data hasil pengamatan dapat terlihat ketika minyak dicampurkan dengan air terbentuk 2 fase yaitu fase minyak dan air, dimana minyak terdapat pada lapisan atas dan air ada di bagian bawah. Menurut hasil pengamatan jika minyak dan air dicampurakan maka tidak akan tercampur atau larut. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa emulsi O/W tidak akan merubah sifatnya bila ditambahkan minyak, sebaliknya emulsi W/O tidak akan berubah sifatnya bila ditambahkan air. Bearti emulsi minyak dengan air akan selalu terpisah. Hal ini sangat sesuai dengan hasil pengamatan yang telah kita peroleh. Selanjutnya didalam larutan tersebut ditambahkan kuning telur dan hasilnya terjadi homogenisasi antara kedua larutan dengan kuning telur. Hal ini membuktikan bahwa kuning telur merupakan pengemulsi karena bentuk molekulnya yang dapat terikat baik pada air ataupun minyak. Kuning telur sendiri disebut emulsifier permanen, dimana larut sepenuhnya. e. Busa (Sampel : Albumin) Busa merupakan salah satu tipe dari koloid dimana zat terdispersinya berupa gas dan zat pendispersinya berupa cairan. Pada praktikum ini sample yang digunakan adalah albumin ( putih telur) dan dilakukan pengujian yakni dengan pengocokan albumin hingga membentuk suatu busa yang bersifat permanent dan tetap. Tujuan pengocokan ini adalah untuk memerangkap udara sekitar sehingga putih telur dapat mengembang sempurna. Albumin awalnya memiliki bentuk fisik hampir sama seperti gel, berlendir dan terdapat sedikit gelembung udara. Setelah dilakukan pengocokan dengan menggunakan garpu terdapat sedikit perubahan. Walaupun albumin masih berbentuk cairan berwarna kuning bening dan lengket tetapi pada permukaannya banyak terdapat busa yang berukuran besar dan ada yang berukuran kecil. Pengocokan dilakukan terus menerus hingga terbentuk suatu busa yang permanent. Albumin berubah menjadi busa yang sangat lembut seluruhnya setelah dilakukan pengocokan lebih lama dengan alat. Busa berukuran merata dan berbentuk kecil dengan sifat yang padat, warnanya putih dan halus. Jika sudah bersifat demikian, menandakan bahwa putih telur telah seluruhnya membentuk busa.

8 Dengan pengamatan lup diketahui bahwa dalam busa albumin tersebut terdapat banyak gelembung udara yang halus. Ini menandakan bahwa albumin telah memerangkap udara sekitar, karena volume albumin juga lebih besar dibandingkan saat keadaan awal. Selain itu aroma albumin pun amis seperti dalam keadaan awal. Bentuk dari alat pengocok dan kecepatan pengocokkan sangat mempengaruhi perubahan yang terjadi pada albumin. f. Busa Padat (Sampel : Arum manis) Busa padat merupakan salah satu sistem dispersi pangan yang terdiri dari fase terdispersi gas dalam padatan. Pada pengamatan praktikum ini sampel yang digunakan adalah arumanis dengan menggunakan lup. Arumanis yang telah diamati memiliki tekstur berserat, terdapat serabut yang sangat tipis yang rentan patah. Jika diamati secara fisik di bawah lup tampak berupa serat halus seperti kapas dan berbentuk padatan. Namun jika arumanis ini terkena udara maka akan menjadi lengket dan membentuk gelembung-gelembung udara yang kecil ketika diamati pada lup. Hal ini disebabkan karena arumanis mengandung glukosa yang berupa sukrosa. Sukrosa bersifat dapat mengikat udara di sekitarnya sehingga dapat menyebabkan lengketnya arumanis Emulsi dan Pengemulsi a. Struktur Mikroskopis dari Emulsi Dalam pengamatan struktur mikroskopis dari emulsi ini, sampel yang digunakan adalah margarin dan susu. Sejumlah kecil sampel yang merupakan jenis-jenis emulsi diletakkan pada gelas objek kemudian ditutup dengan cover glass, setelah itu dilakukan pengamatan dengan menggunakan mikroskop. Susu dan mentega merupakan golongan sistem dispersi tipe emulsi yang mana fase terdispersinya berupa cairan sedangkan fase pendispersinya juga berupa cairan, fase terdispersinya tersebar sebagai butiran dam fase pendispersinya. Susu merupakan jenis emulsi O/W sedangkan mentega merupakan jenis emulsi W/O. Emulsi mempunyai struktur yang mikroskopis (0,01 1 mikrometer), sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop.

9 Hasil pengamatan susu menunjukan terdapat butiran-butiran minyak yang berukuran kecil yang mengumpul dan tersebar serta terlihat adanya dua benang yang sejajar. Butiran-butiran minyak terdispersi dalam air (o/w). Mentega yang diamati dibawah mikroskop menunjukan adanya benang-benang halus yang banyak. Butiran-butiran air sangat kecil sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Pada mentega, air terdispersi dalam fase pendispersi minyak (w/o). Penampakan emulsi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: bahan yang digunakan, warna fase pendispersi, perbedaan indeks refraksi dari dua fase, dan ukuran partikel fase terdispersi. b. Menentukan Jenis Emulsi Sistem emulsi terbagi ke dalam dua jenis, yaitu: emulsi jenis O/W atau oil in water dan emulsi jenis W/O atau water in oil. Adapun cara-cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis emulsi, seperti cara pengenceran, cara flouresensi, cara konduksi dan cara pewarnaan. Pada pratikum kali ini, metode yang digunakan adalah cara pewarnaan. Cara ini berdasarkan pada kemampuan suatu warna untuk larut dalam suatu fase pendispersi. Metilen blue merupakan zat warna yang larut dalam air dan menimbulkan warna biru, sedangkan Sudan III merupakan zat warna yang larut dalam lemak dan menimbulkan warna kuning. Metil biru memberikan hasil positif pada emulsi jenis O/W dan Sudan III memberikan hasil positif pada emulsi jenis W/O. Pada sampel susu, terlihat bahwa yang lebih dominan adalah warna biru, sedangkan bagian berwarna orange telihat sebagai granula yang diselubungi oleh warna biru tersebut. Hal ini membuktikan bahwa susu merupakan sistem emulsi yang merupakan jenis emulsi lemak di dalam air atau o/w. Pada sampel margarin, yang terlihat adalah sebaliknya. Warna biru terlihat sebagai lingkaran kecil dengan warna dasar orange, hal ini karena yang berperan lebih dominan dalam margarin adalah lemak, sedangkan air terdispersi dalam lemak tersebut. Dengan demikian sampel margarin digolongkan sebagai jenis emulsi air di dalam lemak atau w/o.

10 c. Kestabilan dan Stabilitas Relatif Zat Pengemulsi Emulsi merupakan sistem koloid yang tidak stabil dan tidak terbentuk secara spontan. Pemasukan tenaga melalui pengocokan, pengadukan, dan homogenisasi diperlukan untuk membentuk emulsi. Setelah beberapa lama, emulsi cenderung kembali menjadi keadaan terpisah antara fase terdispersi dan medium pendispersinya karena keadaan seperti itu lebih stabil (Wikipedia, 2009). Pada praktikum kali ini akan diamati emulsi manakah yang paling stabil dengan sampel minyak dan zat pengemulsi air, pektin, dan CMC (Carbo Methyl Cellulose), kuning telur, gum arab, detergen dan asam asetat. Keenam tabung yang akan diamati dikocok kuat selama 30 detik lalu diamati waktu pemisahannya. Pada setiap kelompok waktu yang dicatat hamper saling mendekati, namun dapat dilihat secara umum perbandingan kestabilanya terhadap waktu. Akan tetapi pada sampel yang ditambahakan kuning telur tidak terjadi pemisahan. Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa gum arab yang paling stabil, selanjutnya adalah CMC, asam asetat, detergen dan yang terakhir air. Kestabilan emulsi dilihat dari lamanya emulsi tersebut bersatu sampai terpisah menjadi dua fase atau lebih. Kekeruhan yang terlihat pada emulsi juga menunjukkan tingkan stabilitas emulsi. Semakin keruh emulsi tersebut berarti semakin stabil. d. Stabilitas Relatif Santan Kelapa Santan kelapa merupakan emulsi minyak dalam air karena emulsifier pada santan lebih terikat atau lebih larut dalam air (polar) maka dapat membantu terjadinya emulsi minyak dalam air. Pada kelapa adanya penstabil emulsi yang berupa protein kelapa, air dan minyak dapat membentuk emulsi yang stabil yaitu santan kelapa (Adham, 2005). Kestabilan relatif santan dinyatakan sebagai perbandingan emulsi santan yang tersisa setelah penyimpanan dengan banyaknya emulsi sebelum penyimpanan. Kestabilan santan ditentukan dari terbentuknya krim. Semakin sedikit krim yang terbentuk stabilitas relatif santan semakin baik. Dalam praktikum ini didapatkan nilai stabilitasnya mendekati 100% yaitu 87%.

11 e. Pengaruh Pemanasan terhadap Emulsi Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pemanasan yang diberikan pada suatu sistem emulsi. Dalam pengamatan mengenai pengaruh pemanasan terhadap emulsi digunakan mentega, dan margarin sebagai sampel. Dari kedua bahan ini diambil 10 gram dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian tabung reaksi yang berisi sampel tersebut dipanaskan. Dari hasil pengamatan, setelah shortening dan margarin dipanaskan warna dari shortening dan margarin tersebut berubah, dimana warna shortening awalnya putih susu menjadi bening, sedangkan warna untuk margarin awalnya kuning muda menjadi kuning tua. Selain itu, terjadi juga kekeruhan pada sampel, dimana margarin lebih keruh daripada shortening. Perubahan ini terjadi karena rusaknya komponen-komponen dari emulsi tersebut. Terjadinya penguapan air dan perubahan pada lemak oleh pemanasan yang dilakukan, menyebabkan sampel berubah warna dan terjadi kekeruhan. Waktu pelelehan dari kedua jenis emulsi ini berbeda, dimana kecepatan meleleh margarin lebih besar daripada kecepatan meleleh shortening.

12 BAB VI KESIMPULAN Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi cairan dalam cairan lain yang molekul-molekulnya tidak saling berbaur, melainkan bersifat antagonistik (Winarno,1984). Berdasarkan sifat-sifatnya, sistem dispersi dapat dibedakan menjadi larutan, dispersi kasar, sol, busa dan emulsi. Larutan dan dispersi kasar berbeda dalam hal fase dan kehomogenitasannya. Emulsi terdiri dari dua jenis, yaitu oil in water dan water in oil. Emulsi antara minyak dan air tidak bisa bersatu bila tidak ditambahkan penstabil. Dari hasil pengamatan mikroskop, susu merupakan emulsi oil in water, sementara margarin merupakan emulsi water in oil. Diantara air, CMC, kuning telur, gum arab detergen dan asam asetat, gum arab merupakan zat paling bagus untuk dijadikan emulsifier. Santan kelapa akan sangat tidak stabil bila tidak ditambahkan emulsifier kedalamnya. Bila emulsi dipanaskan, maka akan terjadi pemisahan antara air dan minyak.

13 DAFTAR PUSTAKA Anonim Larutan. Available at (Diakses pada tanggal 21 November 2009 Pukul WIB). Buckle, K.A Ilmu Pangan. Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta. DeMan John M Kimia Makanan. Penerjemah Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB, Bandung. Muchtadi. R. Tien Pengetahuan Bahan Pangan. Intitut Pertanian Bogor, Bogor. Winarno, F.G Kimia Pangan dan Gizi.PT Gramedia, Jakarta.

14 TUGAS 1. Sebutkan dan jelaskan beberapa sistem dispersi? Jawab : Dispersi pangan diklarifikasikan berdasarkan ukuran dan kondisi fisik dari partikel-pertikel yang terdispersi yaitu : a. Dispersi koloidal mengandung partikel-partikel berukuran 1 ŋm 0,5 ŋm dalam suatu fase kontinue. b. Dispersi kasar mengandung partikel-partikel lebih besar dari 0,5 ŋm dalam suatu fase kontinue. Umumnya disperse koloid dan disperse kasar terdiri dari sedikitnya 2 fase. c. Larutan (disperse molekul) adalah suatu system fase tunggal yang mengandung molekul-molekul lebih dari 1 ŋm. 2. Apa perbedaan antara larutan, suspensi kasar, dan koloid? Jawab : Larutan Koloid Suspensi kasar Homogen Heterogen Heterogen Stabil Umumnya stabil Tidak stabil Satu fase Dua fase Dua fase Ukuran partikel <1nm Ukuran antara nm Ukuran > 100 nm Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring jernih Agak keruh Keruh 3. Jelaskan 2 jenis emulsi? Jawab : Emulsi ini dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu air dalam minyak (w/o) sistem dimana butiran air tersebar dalam minyak contohnya yaitu margarine dan mentega. Dan yang kedua adalah minyak dalam air (o/w) yaitu sistem dimana butiran-butiran lemak tersebar dalam air contohnya yaitu mayonnaise, salad dressing, krim, campuran es krim.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 7 BAB IX SISTEM KOLOID Koloid adalah campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA Mengamati Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi XI IPA 3 Oleh : Agnes Oktaviani D.S ( 01 ) Anida Zulaifa ( 04 ) Fitri Hasrat P. ( 14 ) Habibah Sabrina ( 15 ) M. Akbar R. ( 19 )

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN SIFAT PERMUKAAN Terdapat pada sistem pangan yang merupakan sistem 2 fase (campuran dari cairan yang tidak saling melarutkan immiscible) Antara 2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat spreads, yang kandungan airnya lebih besar dibandingkan minyaknya. Kandungan minyak dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon I PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari

Lebih terperinci

KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID. Prediksi Andre jika filtrasi dikenakan cahaya

KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID. Prediksi Andre jika filtrasi dikenakan cahaya Lampiran B.1 KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID Tujuan Siswa mampu menganalisis sifat efek Tyndall melalui latihan prediksi 1 Andre melakukan percobaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

XI IA 4 SMA Negeri 1 Tanjungpinang

XI IA 4 SMA Negeri 1 Tanjungpinang 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya laporan hasil kegiatan kami yang berjudul Larutan Koloid ini, dapat terwujud. Tujuan kami melakukan kegiatan ini adalah dimana

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 9 BAB X AIR Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita.

Lebih terperinci

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari Buku Saku 1 Sistem Koloid Nungki Shahna Ashari 2 Daftar Isi Pengertian koloid... 3 Pengelompokan koloid... 4 Sifat-sifat koloid... 5 Pembuatan koloid... 12 Kegunaan koloid... 13 3 A Pengertian & Pengelompokan

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi koloid serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMURNIAN. Nama : Shinta Wijaya NRP : Kelompok : E Meja : 10 (Sepuluh) Asisten : Tyas Citra Aprilia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMURNIAN. Nama : Shinta Wijaya NRP : Kelompok : E Meja : 10 (Sepuluh) Asisten : Tyas Citra Aprilia LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMURNIAN Nama : Shinta Wijaya NRP : 143020129 Kelompok : E Meja : 10 (Sepuluh) Asisten : Tyas Citra Aprilia LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Senyawa Polar dan Non Polar

Senyawa Polar dan Non Polar Senyawa Polar dan Non Polar Senyawa polar : Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Jeruk Manis (Citrus sinensis) Jeruk termasuk buah dalam keluarga Citrus dan berasal dari kata Rutaceae. Buah jeruk memiliki banyak khasiat, salah satunya dalam daging

Lebih terperinci

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Kimia Koloid Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

11/10/2017. Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur MACAM TELUR

11/10/2017. Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur MACAM TELUR Telur Titis Sari Kusuma 1 MACAM TELUR 2 1 TELUR Nilai gizi telur sangat lengkap, sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, >> tiap butir telur akan diperoleh sekitar 8 gram protein. Kandungan asam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang, manusia tidak dapat lepas dari bahan-bahan kimia, hampir disemua aspek kehidupan manusia dapat ditemukan bahan-bahan kimia. Mulai dari aspek kesehatan

Lebih terperinci

KOMPONEN KIMIA BAHAN PANGAN dan PERUBAHANNYA AKIBAT PENGOLAHAN. Oleh : Astuti Setyowati

KOMPONEN KIMIA BAHAN PANGAN dan PERUBAHANNYA AKIBAT PENGOLAHAN. Oleh : Astuti Setyowati KOMPONEN KIMIA BAHAN PANGAN dan PERUBAHANNYA AKIBAT PENGOLAHAN Oleh : Astuti Setyowati KARBOHIDRAT Terdapat dalam : 1. Tumbuhan : monosakarida, oligo sakarida, pati, selulosa, gum 2. Hewan : glukosa, glikogen,

Lebih terperinci

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial

KEGUNAAN. Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino : esensial dan non esensial PROTEIN KEGUNAAN 1. Zat pembangun dan pengatur 2. Sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N 3. Sumber energi Merupakan polimer dari sekitar 21 jenis asam amino melalui ikatan peptida Asam amino

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem koloid merupakan bentuk campuran dari dua atau lebih suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta

PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan pangan harus mampu mencukupi kebutuhan gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia yang berperan dalam proses pertumbuhan, menjaga berat badan, mencegah penyakit defisiensi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUTAKA

BAB II TINJAUAN PUTAKA BAB II TINJAUAN PUTAKA A. SIFAT FISIK TELUR Struktur Telur 1) Struktur telur ayam buras / kampung ayam buras / kampung Gambar 1.1 Struktur telur Kuning telur terbungkus oleh selaput tipis yang dinamakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kue Bolu. Kue bolu merupakan produk bakery yang terbuat dari terigu, gula,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kue Bolu. Kue bolu merupakan produk bakery yang terbuat dari terigu, gula, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kue Bolu Kue bolu merupakan produk bakery yang terbuat dari terigu, gula, lemak, dan telur. Menurut Donald (2013), kue bolu merupakan produk yang di hasilkan dari tepung terigu

Lebih terperinci

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti KOLOID 26 April 2013 Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi, yang dilihat secara makroskopis tampak bersifat homogen namun secara mikroskopis tampak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar ) LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN ( Food Bar ) Oleh : Nama NRP Kelompok Meja Tanggal Praktikum Asisten : Lutfi Hanif : 143020097 :D : 02 (

Lebih terperinci

I. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN. terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar air. Perubahan

I. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN. terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar air. Perubahan I. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN A. PENDAHULUAN Air merupakan komponen yang penting dalam pangan. Banyak perubahan kimia yang terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID 1. Homegen, tak dapat Dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra. SISTEM KOLOID I. Tujuan : Untuk mengetahui jenis, bentuk dan cara pembuatan koloid II. Landasan Teori

Lebih terperinci

Purwanti Widhy H, M.Pd

Purwanti Widhy H, M.Pd Purwanti Widhy H, M.Pd Standar Kompetensi 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi asar 5.2. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK (Laporan Penelitian) Oleh RIFKY AFRIANANDA JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nanometer),

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) 6844576 Banyumas 53171 ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011 Mata Pelajaran : Kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bekatul Bekatul merupakan hasil samping penggilingan gabah yang berasal dari berbagai varietas padi. Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir, termasuk sebagian kecil endosperm

Lebih terperinci

Sistem Koloid. A. Pengertian Sistem Koloid. Lampiran A.7

Sistem Koloid. A. Pengertian Sistem Koloid. Lampiran A.7 Lampiran A.7 Sistem Koloid Sistem koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh cat adalah sistem koloid yang merupakan campuran heterogen zat padat pada koloid yang tersebar merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP SISTEM KOLOID KOMPETENSI DASAR 3.15. Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya. 4.15.Mengajukan ide/gagasan untuk memodifikasi pembuatan koloid berdasarkan pengalaman membuat

Lebih terperinci

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol

I. DASAR TEORI Struktur benzil alkohol JUDUL TUJUAN PERCBAAN IV : BENZIL ALKL : 1. Mempelajari kelarutan benzyl alkohol dalam berbagai pelarut. 2. Mengamati sifat dan reaksi oksidasi pada benzyl alkohol. ari/tanggal : Selasa, 2 November 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie adalah produk pasta atau ekstruksi yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia (Teknologi Pangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat 20 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Juli 2011. Analisis karakteristik keju putih rendah lemak dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp.

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp. BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp. Maizena Awal Akhir 2. Gelatinasi Pati Suspesni Sel Panas Sel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Peubah yang diamati dalam penelitian ini, seperti kadar air, uji proksimat serka kadar kalsium dan fosfor diukur pada kerupuk mentah kering, kecuali rendemen. Rendemen diukur pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

PEMBUATAN MINYAK KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BUAH NANAS MUDA (THE MAKING OF PALM OIL WITH YOUNG FRUIT PINEAPPLE ADDITION)

PEMBUATAN MINYAK KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BUAH NANAS MUDA (THE MAKING OF PALM OIL WITH YOUNG FRUIT PINEAPPLE ADDITION) PEMBUATAN MINYAK KELAPA DENGAN PENAMBAAN BUA NANAS MUDA (TE MAKING OF PALM OIL WIT YOUNG FRUIT PINEAPPLE ADDITION) Nur idayati Fakultas Biologi Universitas Setia Budi Jl. Let. Jen. Sutoyo, Mojosongo, Surakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA

Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA I. PENDAHULUAN Penggunaan cairan pembersih kaca semakin menjadi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan akan cairan pembersih kaca dari waktu ke waktu semakin meningkat.

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Es Krim Es krim merupakan produk susu beku yang banyak dikonsumsi masyarakat karena memiliki gizi tinggi dan banyak dikembangkan dari berbagai bahan alternatif (Aboulfalzli

Lebih terperinci

Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur

Telur. Titis Sari Kusuma. Ilmu Bahan Makanan-Telur Telur Titis Sari Kusuma Ilmu Bahan Makanan-Telur 1 MACAM TELUR Ilmu Bahan Makanan-Telur 2 TELUR Nilai gizi telur sangat lengkap, sumber protein yang baik, kadarnya sekitar 14%, >> tiap butir telur akan

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : 10.15 11.45 WIB Petunjuk Pengerjaan Soal Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan! Isikan identitas Anda

Lebih terperinci

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak teremulsi dan udara. Sel- sel udara yang ada berperan untuk memberikan tekstur lembut pada es krim. Tanpa adanya

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN LEMAK UJI SAFONIFIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Fanny Siti Khoirunisa NRP : 123020228 Kel / Meja : H / 10 Asisten :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan hingga saat ini pemasarannya sudah semakin meluas dan dikonsumsi oleh seluruh

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XII/ Pertemuan ke : 1 & 2 Alokasi Waktu : 4 x 4 menit Standar Kompetensi : Memahami koloid, suspensi, dan larutan sejati Kompetensi

Lebih terperinci

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping produksi biodiesel dari minyak goreng 1 kali penggorengan, pemurnian gliserol

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan April 2014.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang dikonsumsi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan kesadaran masyarakat

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN

LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN Dosen Pengasuh : Drs. H. Hardiansyah, M. Si Dra. Noorhidayati, M. Si Asisten : Istiqamah Muhammad Robbi Febian Oleh: Widya Rizky Amalia A1C211018

Lebih terperinci

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak?

11/14/2011. By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS. Lemak. Apa beda lemak dan minyak? By: Yuli Yanti, S.Pt., M.Si Lab. IPHT Jurusan Peternakan Fak Pertanian UNS Lemak Apa beda lemak dan minyak? 1 Bedanya: Fats : solid at room temperature Oils : liquid at room temperature Sources : vegetables

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN I. Pengujian Secara Kualitatif 1. Uji Benedict 1 Glukosa Biru Muda Orange 2 Fruktosa Biru Muda Orange 3 Sukrosa Biru Muda Biru Muda 4 Maltosa Biru Muda Orange

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM Penyusun: Haikal Atharika Zumar 5404416017 Dosen Pembimbing : Ir. Bambang Triatma, M.Si Meddiati Fajri Putri S.Pd, M.Sc JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

Revisi BAB I PENDAHULUAN

Revisi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Penyaringan B. Tujuan Percobaan 1. Melatih kemampuan agar dapat menggunakan kertas saring untuk menyaring endapan hasil reaksi kimia. 2. Mengenal metode pemisahan secara

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra 240210080133 BAB VI PEMBAHASAN BAB VI PEMBAHASAN Pada praktikum ini membahas mengenai Kurva Pertumbuhan Mikroorganisme Selama Proses Aging Keju. Keju terbuat dari bahan baku susu, baik susu sapi, kambing, atau kerbau. Proses pembuatannya

Lebih terperinci

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Mentega dan Es Krim. Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK PENGOLAHAN SUSU Mentega dan Es Krim Materi 13 TATAP MUKA KE-13 Semester Genap 2015-2016 BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jenderal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bolu Kukus Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan telur dan gula. Terdapat banyak macam kue bolu, misalnya kue tart yang biasa dihidangkan

Lebih terperinci

Kimia Koloid KIM 3 A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS KOLOID KIMIA KOLOID. materi78.co.nr

Kimia Koloid KIM 3 A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS KOLOID KIMIA KOLOID. materi78.co.nr Kimia Koloid A. PENDAHULUAN Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid tergolong sistem dua fase, yaitu: 1) Fase terdispersi (terlarut), adalah zat yang didispersikan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN PERTANIAN PEMBANGUNAN CIANJUR AGRIBISNIS PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN MOCHAMAD ANGGA KUSUMAH,S.Pd Apa itu konversi? Pengertian Konversi Teknik konversi bahan merupakan beberapa dasar proses yang sering

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reaksi-reaksi kimia berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara dua zat murni. Salah satu bentuk yang umum dari campuran ialah larutan. Larutan memainkan peran

Lebih terperinci

BAB II BAHAN DAN PROSES PENGOLAHAN

BAB II BAHAN DAN PROSES PENGOLAHAN BAB II BAHAN DAN PROSES PENGOLAHAN Produk bakery merupakan salah satu jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Cake adalah salah satu produk bakery yang dikenali oleh konsumen sebagai produk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

Resep kue lapis lengkap

Resep kue lapis lengkap Resep kue lapis lengkap Resep kue lapis kali ini komplit banget dari kue basah sampai kue kering. Kue lapis bisa dibilang jajanan pasar tradisional sampai jajanan mall. Kue lapis yang sering dijumpai sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN KELOMPOK 1 SHIFT A 1. Dini Mayang Sari (10060310116) 2. Putri Andini (100603) 3. (100603) 4. (100603) 5. (100603) 6. (100603) Hari/Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C ) I. Tujuan Percobaan o Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) o Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Umbi Iles-iles. Umbi Walur

2 TINJAUAN PUSTAKA. Umbi Iles-iles. Umbi Walur 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umbi Walur (Amorphophallus campanulatus var. sylvetris) Amorphopallus campanulatus merupakan tanaman yang berbatang semu, mempunyai satu daun tunggal yang terpecah-pecah dengan tangkai

Lebih terperinci

PERUBAHAN MATERI. Materi dapat berwujud padat, cair, dan gas. Materi berwujud padat mempunyai bentuk tertent

PERUBAHAN MATERI. Materi dapat berwujud padat, cair, dan gas. Materi berwujud padat mempunyai bentuk tertent mustofa PERUBAHAN MATERI A. PENGERTIAN MATERI Gambar apakah itu? Pengeboran minyak bumi selalu diikuti dengan pembakaran sisa pengeboran minyak bumi. Perubahan materi apakah yang terjadi pada pengeboran

Lebih terperinci