Suryani NIM. K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Suryani NIM. K"

Transkripsi

1 48 Studi komparasi pemberian tes bentuk teka-teki silang (TTS) dan tes bentuk isian singkat terhadap prestasi belajar pada pokok bahasan sistem koloid kelas 2 semester 1 SMAnegeri 1 Ceper tahun pelajaran 2004/2005 SKRIPSI DISUSUN OLEH: Suryani NIM. K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2 49 SURAKARTA 2005 STUDI KOMPARASI PEMBERIAN TES BENTUK TEKA-TEKI SILANG (TTS) DAN TES BENTUK ISIAN SINGKAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID KELAS 2 SEMESTER 1I SMA NEGERI 1 CEPER TAHUN PELAJARAN 2004/2005 DISUSUN OLEH: SURYANI NIM. K SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kimia

3 50 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2005 HALAMAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Persetujuan Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Drs. Mamiek Subelo, M.A Dr. H. Ashadi

4 51 NIP NIP PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Sabtu Tanggal : 16 Juli 2005 Tim Penguji Skripsi Nama terang Tanda tangan Ketua : Drs. Sulistyo Saputro, M.Si Sekretaris : Drs. J.S. Sukardjo, M.Si. Anggota I : Drs. Mamiek Subelo, M.A. Anggota II : Dr. H. Ashadi. Disahkan oleh:

5 52 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Drs. Trisno Martono, M.M NIP ABSTRAK Suryani. STUDI KOMPARASI PEMBERIAN TES BENTUK TEKA-TEKI SILANG DAN TES BENTUK ISIAN SINGKAT TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA POKOK BAHASAN SISTEM KOLOID KELAS 2 SEMESTER II SMA NEGERI 1 CEPER TAHUN PELAJARAN 2004/2005. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada pokok bahasan sistem koloid bila dievaluasi dengan tes bentuk TTS dibandingkan dengan tes bentuk isian singkat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan perbandingan yaitu dengan memberikan soal-soal tes bentuk TTS dan dilanjutkan dengan tes bentuk isian singkat dengan TPK yang sama. Populasi adalah seluruh siswa kelas II SMA Negeri 1 Ceper Tahun Pelajaran 2004/2005. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel pada penelitian adalah siswa-siswi kelas 2B SMA Negeri 1 Ceper sebanyak 36 siswa. Data dianalisis dengan menggunakan uji t-pihak kanan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : prestasi belajar siswa yang dievaluasi dengan tes bentuk TTS lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang dievaluasi dengan tes bentuk isian singkat pada pokok bahasan sistem koloid dengan t hitung (2,75) > t tabel (1,66) pada taraf signifikansi 5%.

6 53 A. MOTTO Jangan menggantungkan diri kepada orang lain untuk melakukan sesuatu jika kita mampu untuk melakukannya sendiri. Kebahagiaan itu ada karena kita ikhlas menerima keadaan yang ada pada diri kita sendiri. Hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang (Q. S Ar-ra`du : 28)

7 54 B. C. D. E. F. G. H. I. J. K. L. M. N. O. P. Q. R. PERSEMBAHAN

8 55 Hasil karya ini kupersembahkan kepada: v Suamiku Arief Riva`i yang telah melakukan banyak do`a dan usahanya untukku (U R MY SOULMATE) v Bapak, Ibu dan Mertuaku yang senantiasa memberikan kasih sayangnya untukku v Mas Gedhe, Mas Cilik, Mbak Sisri, Mbak Maryani dan Andri yang selama ini telah mengiringi perkembanganku v Mbak Titik, A`Ichan, Kalista, Unggul dan Adel yang telah memberikan suasana lain dalam keluarga v Saudara-saudara seperjuanganku yang tetap Istiqomah di jalan Allah KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah dan kasih-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya sederhana ini.

9 56 Skripsi yang berjudul Studi Komparasi Pemberian Tes Bentuk Teka-Teki Silang (TTS) dan Tes Bentuk Isian Singkat Terhadap Prestasi Belajar Pada Pokok Bahasan Sistem Koloid Kelas 2 Semester II SMA Negeri 1 Ceper Tahun Pelajaran 2004/2005 ini tidak terlepas dari adanya peran serta dan sumbang sih dari berbagai pihak. kepada: Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya 1. Bapak Drs. H. Trisno Martono, M.M., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Dra. Sri Dwiastuti, M.Si., selaku Ketua Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si., selaku Ketua Program Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Ibu Endang Susilowati, S.Si, M.Si., selaku Pembimbing Akademik. 5. Bapak Drs. Mamiek Subelo, M.A., selaku Pembimbing I. 6. Bapak Dr. H. Ashadi, selaku Pembimbing II. 7. Bapak Drs. H. Sukarno, selaku Kepala SMA Negeri 1 Ceper. 8. Bapak Sinder Prasetyo, S.Pd., selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Ceper. 9. Teman-teman Kimia Angkatan 2000 semuanya tanpa kecuali. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Amin. Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun diharapkan skripsi ini berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. S. DAFTAR ISI Surakarta, Juli 2005 Penulis HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGAJUAN... i ii

10 57 HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv HALAMAN ABSTRAK... v HALAMAN MOTTO... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Perumusan Penelitian... 5 E. Tujuan Penelitian... 5 F. Manfaat Penelitian... 6 BAB II. LANDASAN TEORI... 7 A. Tinjauan Pustaka Belajar Prestasi Belajar Evaluasi Teknik Evaluasi Teka-Teki Silang (TTS) Tes Bentuk Isian Singkat Sistem Koloid B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28

11 58 A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian B. Metode Penelitian C. Populasi dan Sampel Populasi Penelitian Teknik Pengambilan Sampel D. Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Instrumen Penelitian Uji Coba Instrumen Uji Validitas Item, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran Soal dan Daya Pembeda Soal E. Teknik Analisis Data Uji Normalitas Uji Homogenitas Varians Uji-t BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data B. Pengujian Persyaratan Analisis Uji Normalitas Uji Homogenitas C. Pengujian Hipotesis D. Pembahasan Hasil Analisis Data BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

12 59 T. DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perbandingan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi Tabel 2. Jenis-jenis Koloid Tabel 3. Perbandingan Kolid Liofil dan Liofob Tabel 4. Hasil Uji Coba Validitas Soal Tes Bentuk TTS dan Tes Bentuk Isian Singkat Tabel 5. Hasil Uji Coba Reliabilitas Soal Tes Bentuk TTS dan Tes Bentuk Isian Singkat Tabel 6. Hasil Uji Coba Taraf Kesukaran Soal Tes Bentuk TTS dan Tes Bentuk Isian Singkat Tabel 7. Hasil Uji Coba Daya Pembeda Soal Tes Bentuk TTS dan Tes Bentuk Isian Singkat Tabel 8. Data Prestasi Belajar Kimia Pokok Bahasan Sistem Koloid dengan Menggunakan Tes Bentuk TTSdan Tes Bentuk Isian Singkat Tabel 9. Sebaran Frekuensi Nilai Tes Bentuk TTS dan Tes Bentuk Isian Singkat Pokok Bahasan Sistem Koloid Tabel 10. Hasil Uji Coba Uji Normalitas Prestasi Belajar Siswa Pokok Bahasan Sistem Koloid Yang Dievaluasi Dengan Tes Bentuk TTS dan Tes Bentuk Isian Singkat Tabel 11. Ringkasan Hasil Perhitungan Uji t-pihak Kanan... 41

13 60 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Histogram Hasil Tes Bentuk TTS dan Tes Bentuk Isian Singkat Pokok Bahasan Sistem Koloid... 39

14 61 U. DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Tujuan Pembelajaran Pembelajaran Umum (TPU) dan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan Sistem Koloid 48 Lampiran 2. Hubungan Antara TPK, Nomor Soal, dan Jenjang Kognitif Soal Try Out Tes Bentuk Isian Singkat pada Pokok Bahasan Sistem Koloid Lampiran 3. Hubungan Antara TPK, Nomor Soal, dan Jenjang Kognitif Soal Try Out Tes Bentuk TTS pada Pokok Bahasan Sistem Koloid Lampiran 4. Soal Try Out Tes Bentuk Isian Singkat Lampiran 5. Soal Try Out Tes Bentuk TTS Lampiran 6. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) dan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Pokok Bahasan Sistem Koloid 59 Lampiran 7. Hubungan Antara TPK, Nomor Soal, dan Jenjang Kognitif Soal Evaluasi Tes Bentuk Isian Singkat pada Pokok Bahasan Sistem Koloid Lampiran 8. Hubungan Antara TPK, Nomor Soal, dan Jenjang Kognitif Soal Evaluasi Tes Bentuk TTS pada Pokok Bahasan Sistem Koloid Lampiran 9. Soal Evaluasi Tes Bentuk Isian Singkat Lampiran 10. Soal Evaluasi Tes Bentuk TTS... 65

15 62 Lampiran 11. Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Tes Bentuk TTS Lampiran 12. Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Tes Bentuk Isian Singkat Lampiran 13. Data Induk Penelitian Lampiran 14. Uji Normalitas Prestasi Belajar Tes Bentuk TTS Lampiran 15. Uji Normalitas Prestasi Belajar Tes Bentuk Isian Singkat 78 Lampiran 16. Uji Homogenitas Lampiran 17. Uji t-pihak Kanan BAB I V. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa sekarang ini telah maju pesat khususnya di negara-negara maju. Demikian halnya di negara berkembang seperti Indonesia meskipun tidak sepesat negara-negara maju.

16 63 Cara untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan melalui pengembangan kurikulum dari tahun ke tahun, adanya seleksi masuk sekolah menggunakan nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) atau tes, adanya sistem CBSA, sampai pada peningkatan mutu dan prestasi pendidiknya dan yang tidak kalah penting adalah alat ukur yang digunakan untuk melihat hasil proses belajar-mengajar (Suharsimi Arikunto, 1989:74). Cara yang paling efektif untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai materi yang telah dipelajari adalah dengan memberi tes pada siswa dengan alat tes yang standar. Dari hasil yang diperoleh, guru dapat mengetahui seberapa jauh dan seberapa baik siswa menangkap dan memahami pelajaran yang telah diberikan. Adanya alat ukur juga dapat digunakan untuk menyeleksi prestasi belajar dari jenjang nilai yang paling rendah sampai jenjang yang paling tinggi. Alat evaluasi sebaiknya dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat mengungkap semua domain, baik kognitif, psikomotorik, dan afektif. Dalam hal ini kemampuan dan kreatifitas guru diperlukan agar alat evaluasi tersebut tidak hanya berfungsi sumatif, tetapi juga sebagai motivator bagi siswa. Nilai yang diperoleh dalam tes hendaknya tidak dijadikan tujuan utama bagi siswa dalam belajar, akan tetapi tes dapat digunakan sebagai sarana peningkatan motivasi untuk belajar. Dalam hal belajar, pada umumnya siswa akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program yang sedang ditempuh akan diadakan tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka. Paling tidak, siswa yang mengetahui akan diadakan tes cenderung untuk belajar dan mempelajari apa yang diperkirakannya akan ditanyakan dalam tes. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tes merupakan faktor yang memotivasi dan mengarahkan siswa dalam belajar. Prestasi belajar dapat diukur dengan tes. Menurut Raka Joni dalam Suharsimi Arikunto (1989:23) bahwa prestasi belajar dalam lembaga pendidikan merupakan prediktor yang baik menuju jenjang pendidikan yang lebih tinggi, artinya bahwa prestasi belajar dapat digunakan sebagai jembatan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

17 64 Dalam dunia pendidikan terdapat kecenderungan untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak terkecuali penggunaan alat evaluasi sebagai instrument untukmengetahui prestasi belajar siswa. Betapapun baiknya suatu proses belajar mengajar, jika alat evaluasi yang digunakan kurang memadai maka hasil evaluasi itu tidak dapat memberikan gambaran yang tepat tentang hasil belajar yang sebenarnya. Karena tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mendapatkan data yang membuktikan sampai sejauh mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam mencapai kurikulum. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dapat menjadi indikator kualitas pengajaran kimia di SMA. Untuk meningkatkan prestasi belajar demi tercapainya pembelajaran harus memperhatikan beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa, misalnya kemampuan intelektual. Sedang faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar diri siswa, misalnya bentuk tes yang diberikan oleh guru dalam mengambil kesimpulan kemampuan siswa. Dalam mempelajari ilmu kimia selain terdapat informasi-informasi yang bersifat hafalan, konsep-konsep, ataupun hukum-hukum tertentu, siswa dituntut untuk terampil dalam penguasaan hitungan. Kendala yang muncul dalam menyelesaikan soal-soal kimia adalah siswa kurang memahami konsep-konsep. Hal-hal yang erat kaitannya dengan salah satu pengalaman belajar ialah keaktifan siswa dalam menyelesaikan berbagai bentuk soal, disamping penguasaan materi secara matang. Dalam evaluasi, pemberian bentuk soal mempengaruhi hasil yang diperoleh siswa. Bentuk soal yang berbentuk uraian atau hitungan terkadang membuat siswa minder untuk mengerjakan sehingga siswa menjadi lupa dengan materi yang sudah dipelajarinya, dan hal ini mengakibatkan siswa tidak bisa mengerjakan soal secara maksimal. Dari uraian di atas maka perlu adanya inisiatif dan kreatifitas dari seorang pendidik untuk membuat soal yang membuat siswa tidak minder dalam mengerjakan soal, tetapi membuat siswa percaya diri dalam mengerjakan soal. Pada penelitian ini

18 65 akan diteliti tentang efektifitas pemberian tes bentuk teka-teki silang (TTS) dibandingkan dengan tes bentuk isian singkat terhadap prestasi belajar pokok bahasan Sistem Koloid pada siswa kelas 2 semester II SMA Negeri 1 Ceper. Alat evaluasi tes bentuk TTS di duga bisa tepat digunakan dalam materi sistem koloid karena tes ini cocok untuk materi yang luas dan lebih menekankan pada materi yang bersifat hafalan atau ingatan sehingga para siswa lebih mudah untuk memahami materi tersebut. SMA Negeri 1 Ceper merupakan SMA Negeri yang ada di tingkat kecamatan dan termasuk dalam kategori SMA yang masih berkembang, sehingga fasilitas yang ada belum begitu lengkap. Pada saat ini pemerintah telah memprogamkan kurikulum baru bagi dunia pendidikan yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Tetapi untuk SMA Negeri 1 Ceper belum menerapkan program KBK tersebut karena menurut informasi dari wakasek kurikulum, SMA negeri 1 Ceper masih belum siap dari segi fasilitas,dana, dan program kerja untuk melaksanakan program KBK. Selain itu juga sistem pendidikan yang berupa KBK serentak dilaksanakan pada Tahun ajaran 2005 yang dimulai dari kelas 1. Sehingga penelitian ini juga masih menggunakan kurikulum Dari informasi yang diperoleh dari pengampu mata pelajaran kimia kelas 2 di SMA Negeri 1 Ceper, bentuk evaluasi yang diberikan pada pokok bahasan sistem koloid biasanya masih menggunakan tes essay yang berbentuk uraian dan isian singkat. Dengan evaluasi bentuk tes tersebut, didapatkan prestasi belajar yang kurang memuaskan dan masih sering di bawah batas nilai rata-rata yang telah ditentukan. Dengan mengetahui kondisi tersebut, maka diperlukan alternatif bentuk evaluasi yang bisa memperbaiki prestasi belajar kimia siswa kelas 2 SMA Negeri 1 Ceper pada pokok bahasan sistem koloid. Selain itu juga untuk menghilangkan asumsi negatif tentang kimia sebagai mata pelajaran sulit yang membawa dampak rendahnya kualitas pendidikan kimia. Alternatif bentuk tes yang akan diberikan adalah bentuk TTS, dimana butir soal yang diberikan tetap mempertimbangkan validitas, reliabilitas, daya pembeda soal dan tingkat kesukaran soal. Dalam skripsi ini digunakan materi sistem koloid karena materi ini merupakan materi yang berupa

19 66 teori dan aplikasi sehingga para siswa akan lebih memerlukan daya ingat dan berpikir kritis untuk memahami pelajaran ini. Selain itu juga dalam pembuatan soal bentuk TTS dan isian singkat akan lebih luas cakupan materinya. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk evaluasi pembelajaran kimia yang dapat memperbaiki prestasi belajar? 2. Bagaimanakah prestasi belajar kimia SMA selama ini yang dievaluasi dengan tes bentuk isian singkat? 3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa yang dievaluasi dengan tes bentuk TTS dan tes bentuk isian singkat? 4. Apakah prestasi belajar siswa yang dievaluasi dengan tes bentuk TTS lebih tinggi dibandingkan dengan yang dievaluasi dengan tes bentuk isian singkat? 5. Manakah yang lebih baik validitas butir antara tes bentuk TTS atau validitas butir tes bentuk isian singkat? 6. Manakah yang lebih baik reliabilitas antara butir tes bentuk TTS atau reliabilitas butir tes bentuk isian singkat? 7. Manakah yang lebih baik daya pembeda soal antara butir tes bentuk TTS atau daya pembeda soal butir tes bentuk isian singkat? 8. Manakah yang lebih baik tingkat kesukaran soal antara butir tes bentuk TTS atau tingkat kesukaran soal butir tes bentuk isian singkat? C. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini diarahkan pada perbandingan prestasi belajar siswa yang dievaluasi dengan tes bentuk TTS dan prestasi belajar siswa yang dievaluasi

20 67 dengan tes bentuk isisan singkat. Sedangkan materi pelajaran kimia yang digunakan adalah pokok bahasan sistem koloid. Tes bentuk TTS yang digunakan adalah soal yang berupa kalimat yang dikemukakan secara samar-samar dimana cara menjawabnya dengan mengisi huruf dalam petak-petak atau kotak-kotak yang telah diberikan. Sedangkan tes bentuk isian singkat yang digunakan adalah bentuk tes yang menghendaki jawabannya berbentuk kata atau kalimat sependek mungkin dan mengandung satu pengertian. Kedua bentuk tes diberikan sesudah materi sistem koloid selesai diberikan. Kedua tes diberikan pada testee yang sama. Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMA Negeri 1 Ceper. D. Perumusan Masalah Masalah yang diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah prestasi belajar siswa yang di evaluasi dengan tes bentuk TTS lebih tinggi dibandingkan dengan yang di evaluasi dengan tes bentuk isian singkat pada pokok bahasan sistem koloid? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

21 68 Untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa yang dievaluasi dengan tes bentuk TTS lebih tinggi dibandingkan dengan yang dievaluasi dengan tes bentuk isian singkat pada pokok bahasan sistem koloid. F. Manfaat Penelitian Dengan diketahui adanya perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi tes bentuk TTS dengan siswa yang diberi tes bentuk isian singkat maka manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan sumbangan pemikiran mengenai pentingnya pengembangan alat evaluasi. 2. Masukan untuk pedoman kebijaksanaan dalam menentukan alat evaluasi pada materi sistem koloid. 3. Guru dapat mencoba menerapkannya dalam pemberian evaluasi di sekolah. W. BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu bergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa, baik itu ketika di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarga. Keberhasilan proses belajar mengajar tidak dapat dipisahkan dengan prestasi belajar. Telah banyak para ahli untuk menyelidiki peristiwa belajar itu dengan memandang dari berbagai aspek, sehingga menimbulkan bermacam-macam pengertian belajar yang diantaranya yaitu:

22 69 1. Hilgard dalam Sumadi Suryabrata (1995:247) mengungkapkan bahwa Learning is the process by which an activity originates or is changed trought training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changed by factors not attributable to training. Terjemahannya yaitu belajar adalah proses di mana suatu kegiatan dimulai atau diubah melalui prosedur-prosedur latihan (apakah di laboratorium atau di lingkungan alam ) sebagai perubahan dalam perubahan faktor-faktor yang tidak diakibatkan untuk latihan. Jadi Hilgard berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang membawa perubahan kegiatan terhadap lingkungan, dimana perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja. 2. Nana Sudjana (1985:5) mengemukakan bahwa Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. 3. Hilgard dan Bower dalam Ngalim Purwanto (1990:84) mengatakan bahwa Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang. 4. Engkoswara dalam Sudirman, dkk (1987:99) mengemukakan bahwa Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian tentang pengetahuan, sikap, nilai, dan ketrampilan. Dari berbagai pendapat tentang pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk mendapatkan suatu kepandaian atau pengertian di mana individu mengalami perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri yang

23 70 terukur pada struktur kognitif yang dikaitkan dengan pengetahuan dalam interaksi dengan lingkungan. 2. Prestasi Belajar Prestasi berasal dari bahasa Belanda Prestatie yang dalam bahasa Indonesia berarti hasil yang telah dicapai. Dalam kamus Bahasa Indonesia arti dari prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang di kembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Menurut Nasution (1987:43) pengertian prestasi belajar adalah Segala sesuatu yang dapat dicapai dan hasil-hasilnya maksimum dari usaha belajar atau hasil pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan teliti dalam belajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu usaha yang telah dicapai seseorang dalam bekerja. Dalam hubungannya dengan belajar, prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai siswa setelah mengikuti serangkaian proses belajar mengajar. Prestasi belajar merupakan indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai siswa. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan siswa dalam usaha belajar yang dilakukannya. Prestasi ini biasanya diwujudkan dalam bentuk nilai tes. Nilai tes tersebut adalah angka yang menunjukkan hasil prestasi setelah siswa mendapatkan materi pelajaran. 3. Evaluasi Evaluasi merupakan bagian integral dari proses pendidikan karena proses pendidikan guru perlu mengetahui seberapa jauh proses belajar dan pembelajaran telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi belajar memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu perlu diketahui beberapa hal yang berkaitan dengan evaluasi belajar, antara lain pengertian, fungsi dan tujuan, prinsipprinsip evaluasi. a. Pengertian Evaluasi Belajar

24 71 Pengertian evaluasi telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli yang diantaranya yaitu: 1. Sudirman N.A, Tabrani Rusyan, Zainal Arifin, dan Toto Fathoni (1989:241) mengemukakan bahwa Evaluasi merupakan suatu tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. 2. Muhibbin Syah (1990:141) mengemukakan bahwa Evaluasi artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. 3. Nurman. E. G (1976) yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (1986:3) mengemukakan bahwa Educational evalution is the estimation of the growth and progress of pupils toward objectives or values in the curriculum. (Evaluasi pendidikan adalah penaksiran atau penilaian terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan dalam kurikulum). Menurut batasan-batasan tersebut, maka dapat diambil suatu pengertian bahwa evaluasi secara umum merupakan suatu kegiatan yang mengacu pada suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang evaluator terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Dari evaluasi tersebut dapat ditentukan apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. b. Fungsi dan Tujuan Evaluasi 1) Fungsi Evaluasi a) Menentukan status anak dalam suatu pelajaran b) Menentukan peringkat c) Mengelompokkan anak di dalam kelas untuk suatu tujuan pengajaran d) Diagnosis kesulitan siswa e) Menentukan penerimaan dan menentukan kelulusan (Ngalim Purwanto, 1986:17) 2) Tujuan Evaluasi Menurut Zainal Arifin (1990:5) mengemukakan tujuan kegiatan evaluasi dalam proses instruksional adalah sebagai berikut:

25 72 a) Untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diberikan b) Untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan, keuletan dan kemampuan siswa terhadap mata pelajaran c) Untuk mengetahui apakah tingkatan kemajuan siswa sudah sesuai dengan tingkat kemajuan menurut program siswa. d) Untuk mengetahui derajat efisiensi dan keefektifan strategi pengajaran yang telah digunakan baik yang menyangkut metode maupun teknik belajar mengajar. c. Prinsip-Prinsip Evaluasi Menurut Zainal Arifin (1990:11-12) mengemukakan beberapa syarat untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik. Syarat-syarat itu dapat disampaikan secara ringkas sebagai berikut: a) Kontinuitas Pendidikan itu sendiri adalah proses yang kontinu. Maka hasil evaluasi yang diperoleh pada waktu tertentu harus senantiasa dihubungkan dengan hasil-hasil dalam waktu sebelumnya. Sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang perkembangan anak didik. b) Integritas Untuk memperoleh suatu hasil yang lengkap dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, kita mengambil objek itu secara integritas (menyeluruh). c) Objektivitas Dalam melakukan evaluasi hendaknya berlaku seobjektif mungkin. Oleh karena itu, perasaan-perasaan, keinginan, dan swaprasangka harus dibuang. d) Kooperatif Dalam prinsip ini dikandung maksud bahwa setiap kegiatan evaluasi hendaknya dilakukan bersama-sama oleh semua guru yang bersangkutan. Karena setiap siswa diasuh oleh banyak guru, maka hasil dari guru yang berlainan diharapkan hasilnya tidak jauh berbeda.

26 73 4. Teknik Evaluasi Secara garis besar alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Tes dan nontes ini sering disebut sebagai teknik evaluasi. Untuk jelasnya akan diuraikan teknik tes dan non tes. a. Teknik Tes Wayan Nur Kancana yang dikutip oleh Sudirman dkk, 1989:243 mengemukakan pengertian tes sebagai berikut: Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh siswa lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1986:51) mengemukakan bahwa Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Dari batasan-batasan tersebut dapat diambil suatu pengertian, bahwa tes merupakan alat pengumpul informasi. Gilber Sax mengemukakan ciri utama tes adalah adanya jawaban yang diberikan oleh siswa terhadap butir-butir pertanyaan tentang sesuatu hal hal yang diukur dan siswa tahu/sadar bahwa dirinya sedang dites (Sukardi dan Anton Sukarno, 1992:22). Teknik evaluasi yang berupa tes ini, dapat dibedakan menurut sudut pandangnya. 1) Menurut hal yang di ukur a) tes prestasi belajar b) psicho-test 2) Menurut cara pelaksanaannya a) tes individual, yaitu tes yang dilakukan perseorangan b) tes kelompok, yaitu tes yang diadakan secara kelompok 3) Menurut penekanan

27 74 a) Power test, yaitu tes yang soalnya di buat sulit dan siswa di beri waktu lama utuk mengerjakan b) Speed test, yaitu tes yang soalnya mudah tetapi waktunya dibatasi (tidak lama) 4) Menurut objektifitas a) Tes objektif, yaitu tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif b) Tes subjektif, yaitu tes yang memberikan kesempatan kepada testee untuk menguraikan jawabannya. Sehingga dalam pemeriksaannya dapat bersifat subjektif. 5) Menurut cara testee mengerjakan tes a) Performance test, dimana testeediminta untuk menampilkan tugas-tugas tertentu. b) Pencil and paper test, dimana testee diminta menjawab pertanyaan secara tertulis 6) Menurut siapa yang membuat a) Tes buatan guru, yaitu tes yang di susun sendiri oleh guru yang akan mempergunakan tes tersebut b) Tes yang distandarisasikan, yaitu tes yang sudah sahih dan adal berdasarkan percobaan pada sampel yamg cukup luas dan presentatif (Sukardi dan Anton Sukarno, 1992:23-24) b. Teknik Bukan Tes Menurut Suharsimi Arikunto (1989: ) alat evaluasi dengan teknik non tes atau bukan tes di bagi menjadi: 1) Skala bertingkat Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu nilai pertimbangan 2) Koesioner Sering disebut angket. Pada dasarnya koesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus di isi oleh orang yang di evaluasi.

28 75 3) Wawancara Wawancara adalah cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya jawab sepihak. Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi 4) Pengamatan Pengamatan atau observasi adalah suatu teknik evaluasi dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan pencatatan secara sistematis. 5) Dokumentasi Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, perturan-peraturan, dan sebagainya. 5. Teka-Teki Silang (TTS) Teka-teki silang (TTS) adalah soal yang berupa kalimat, cerita, atau gambar yang dikemukakan secara samar-samar dimana cara menjawabnya dengan mengisi huruf dalam petak-petak atau kotak-kotak yang telah dibuat (Kamus besar Bahasa Indonesia, 1991:915). TTS merupakan suatu bentuk permainan di mana hampir semua orang pernah mengerjakannya. Mengisi TTS biasanya dilakukan untuk mengisi waktu kosong atau luang, bahkan untuk sebagian orang mengisi TTS sudah menjadi hobi atau kebiasaan. Mengisi TTS memiliki keasyikan tersendiri, karena mengisi TTS akan merasa mendapatkan tantangan yang harus dipecahkan, menimbulkan rasa penasaran untuk menyelesaikan dan juga dapat memberikan perasaan rileks serta menambah ilmu pengetahuan. Robert L. Ebel dalam Saifuddin Azwar (1996:16) mengemukakan bahwa tes kadang-kadang dianggap sebagai motivator ekstrinsik atau motivator dari luar diri siswa. Sebagaimana teori psikologi mengatakan bahwa efek motivator ekstrinsik biasanya tidak dapat bertahan lama dan segera hilang apabila tujuan telah tercapai atau apabila tujuan semula terlalu sulit untuk dicapai. Oleh karena itu motivator intrinsik dianggap lebih baik karena efeknya lebih awet dan memiliki daya motivasi

29 76 yang lebih tinggi. Namun dalam masalah belajar, tidaklah penting untuk membedakan mana yang didorong oleh motivasi intrinsik atau mana yang didorong oleh motivasi ekstrinsik karena yang paling penting adalah tercapainya tujuan belajar itu sendiri. Kalau memang belajar akan dapat terjadi dengan memberikan motivasi ekstrinsik, maka justru motivasi inilah yang perlu dimanipulasi dan dimanfaatkan sehingga memberikan efek maksimal terhadap usaha dalam belajar. Apalagi kalau disadari bahwa proses memberikan motivasi ekstrinsik jauh lebih mudah daripada membangun motivasi intrinsik dari diri seseorang. Gronlund dalam Dimyati Mahmud (1985:215) menyarankan hendaknya guru memulai dengan mencoba menyusun tes pilihan ganda dan baru kemudian beralih ke jenis yang lain sekiranya bahan pelajaran ataupun hasil belajarnya siswa lebih sesuai. Sesuai dengan keterangan tersebut di atas maka diharapkan guru mampu membuat tes yang dapat berfungsi sebagai alat untuk memotivasi belajar siswa, di samping tes sebagai umpan balik bagi siswa atau guru guna perbaikan proses belajar mengajar. Sehingga untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru membuat variasi tes dalam memberikan evaluasi pada siswa agar hasil belajar yang diperoleh siswa lebih baik, maka dalam bidang pendidikan bentuk soal TTS dapat dimasukkan dalam pemberian jenis bentuk soal untuk evaluasi. Dengan soal bentuk TTS ini diharapkan siswa dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan karena jawaban soal yang satu dengan yang lain saling berhubungan. Apalagi bila salah satu jawaban soal ketemu maka dapat dijadikan sebagai acuan untuk menjawab soal yang lainnya. Selain itu mengerjakan soal bentuk TTS dapat dianggap sebagai permainan sehingga dalam mengerjakannya dapat lebih santai tetapi tujuan evaluasi dapat terpenuhi. Kelebihan lain dari tes bentuk TTS ini antara lain adalah: 1. Dapat berbentuk tes uraian dan hitungan

30 77 2. Dapat mencakup materi yang luas, karena jumlah soal relatif banyak. Cakupan bahan yang lebih banyak dapat mengungkap secara maksimal mengenai pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa. 3. Pemberian skor tidak dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektif. 4. Lebih efektif bila digunakan untuk mengukur hasil belajar tingkat pengetahuan dan pemahaman. Adapun kelemahan/kekurangan dari soal bentuk TTS ini antara lain adalah: 1. Pembuatan soal lebih sulit, karena jawabannya disesuaikan dengan kotak-kotak dimana jawaban yang satu dengan yang lain harus berhubungan. 2. Jawaban harus sesingkat mungkin mengingat kotak-kotak yang disediakan terbatas. 6. Tes Bentuk Isian Singkat Menurut Suharsimi Arikunto (1999:228) tes bentuk isian singkat adalah bentuk tes yang menghendaki jawaban berbentuk kata atau kalimat pendek. Melihat dari namanya maka jawaban untuk tes tersebut tidak boleh berbentuk kalimat-kalimat panjang (uraian), tetapi harus sesingkat mungkin dan mengandung satu pengertian. Dalam menjawab soal tes bentuk isian singkat ini murid harus menulis sendiri jawaban yang diminta sesuai dengan kemampuan untuk mengingat jawaban pada materi pelajaran yang telah disampaikan. Oleh karena itu waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal bentuk ini akan lebih banyak daripada waktu yang diperlukan untuk mengerjakan bentuk-bentuk soal yang lain. Sedangkan menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989: ) tes bentuk isian singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Bentuk tes isian singkat ada 2 macam, yaitu berbentuk pertanyaan langsung dan berbentuk penyataan tidak lengkap. Tes bentuk isian singkat cocok untuk untuk mengukur pengetahuan yang behubungan dengan istilah (terminologi, fakta, prinsip, metode atau prosedur dan penafsiran data yang sederhana). Kebaikan dari tes bentuk isian singkat adalah sebagai berikut:

31 78 1. Mudah dalam penyusunannya terutama untuk mengukur ingatan atau pengetahuan. 2. Soal mudah dipahami. 3. Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat. 4. Hasil penilaiannya cukup obyektif Adapun kekurangan dari tes bentuk tes isian singkat adalah sebagai berikut: 1. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi. 2. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian. 3. Sulit menyusun soal yang hanya memerlukan satu jawaban lebih-lebih untuk proses pengetahuan yang tinggi. 4. Sulit penilaiannya jika terdapat bermacam-macam jawaban yang benar. 5. Sulit dalam melakukan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa. 7. Sistem Koloid Sistem Koloid adalah salah satu pokok bahasan bidang studi ilmu kimia, menurut kurikulum 1994 yang disempurnakan tahun 1999 diajarkan pada siswa kelas 2 semester 2. Berdasarkan garis-garis besar program pengajaran (GBPP) kurikulum 1994 yang telah disempurnakan tahun 1999 tersebut, tujuan instruksional umum yang ingin dicapai dalam pengajaran materi sistem koloid adalah siswa dapat memahami sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah pokok-pokok materi sistem koloid yang diajarkan di SMA Negeri 1 Ceper kelas 2 semester II berdasarkan Kurikulum ) Komponen dan Pengelompokan Sistem Koloid a. Pengertian Sistem Koloid Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi (suspensi = campuran kasar). Sistem koloid mempunyai sifatsifat khas yang berbeda dari sifat larutan ataupun suspensi. Sistem koloid perlu dipelajari karena berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah, adalah sistem koloid; bahan makanan, seperti susu, keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid; cat, obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.

32 79 Sistem koloid terdiri atas fase terdispersi dengan ukuran tertentu dan fase pendispersi. Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut fase pendispersi. Untuk pemahaman yang lebih baik tentang sistem koloid dapat dilakukan dengan membandingkan tiga jenis campuran berikut, yaitu campuran gula dengan air, campuran tepung terigu dengan air, dan campuran susu dengan air. Apabila gula dicampurka dengan air ternyata gula larut dan diperoleh larutan gula. Di dalam larutan, zat terlarut tersebar dalam bentuk partikel yang sangat kecil sehingga tidak dapat lagi dibedakan dari mediumnya walaupun menggunakan mikroskop ultra. Larutan bersifat kontinu dan merupakan komponen satu fase (homogen). Ukuran zat terlarut kurang dari 1 nm (1 nm = 10-9 m). larutan bersifat stabil (tidak memisah) dan tidak dapat disaring. Di lain pihak, jika jika tepung terigu dicampurkan dengan air, ternyata tepung terigu tidak larut. Walaupun campuran ini diaduk, lambat laun tepung terigu akan memisah (mengalami sedimentasi). Campurannya seperti ini disebut suspensi. Suspensi bersifat heterogen, tidak kontinu, sehingga merupakan sistem dua fase. Ukuran partikel tersuspensi lebih besar dari 100 nm. Suspensi dapat dipisahkan dengan penyaringan. Selanjutnya, jika susu instant dicampurkan dengan air, ternyata susu larut tetapi larutan ini tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran ini tidak memisah dan juga tidak dapat disaring (hasil penyaringan tetap keruh). Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel susu yang tersebar dalam air. Campuran seperti ini disebut koloid. Ukuran partikel koloid berkisar antara nm. Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi disimpulkan dalam tabel berikut ini. Tabel 1. Perbandingan Sifat Larutan, Koloid, dan Suspensi

33 80 Larutan (Dispersi molekuler) Contoh: Larutan gula dalam air 1. homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra 2. semua partikel berdimensi kurang dari 1 nm 3. satu fase 4. stabil 5. tidak dapat disaring Koloid (Dispersi koloid) Contoh: campuran susu dengan air 1. secara makroskopis bersifat homogen tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra 2. partikel berdimensi antara nm 3. dua fase 4. pada umumnya stabil 5. tidak dapat disaring kecuali dengan penyaring ultra Suspensi (Dispersi kasar) Contoh: campuran tepung terigu dengan air 1. heterogen 2. dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm 3. dua fase 4. tidak stabil 5. dapat disaring Sumber: Michael Purba, Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat menemukan campuran yang tergolong larutan, koloid, atau suspensi. Contoh larutan : larutan gula, larutan garam, spirtus, alkohol 70%, air laut dan bensin. Contoh koloid : sabun, susu, santan, jelli, selai dan mentega. Contoh suspensi :campuran pasir dengan air, air sungai yang keruh dan campuran minyak dengan air. b.jenis-jenis Koloid Penggolongan suatu sistem koloid didasarkan pada jenis fase terdispersi dan fase pendispersinya. Koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol. Jadi

34 81 ada tiga jenis sol, yaitu sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam cair), sol gas (padat dalam gas). Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih dikenal aerosol (aerosol padat). Koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi padat (cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi gas (cair dalam gas). Istilah emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan emulsi gas juga dikenal dengan aerosol (aerosol cair). Koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih. Hanya ada dua jenis buih, yaitu buih padat dan buih cair. Campuran antara gas dengan gas selalu bersifat homogen, jadi merupakan larutan bukan koloid. Istilah buih biasa digunakan untuk menyatakan buih cair. Dengan demikian ada 8 jenis koloid, seperti yang tercantum pada Tabel berikut. Tabel 2. Jenis-jenis Koloid No Fase Fase Nama Contoh Terdispersi Pendispersi Padat Padat Padat Cair Cair Cair Gas Gas Gas Cair Padat Gas Cair Padat Cair Padat Aerosol Sol Sol padat Aerosol Emulsi Emulsi padat Buih Buih padat Asap, debu di udara Tinta, cat, sol emas Intan hitam, karet roda Awan, kabut, hairspray Susu, santan, es krim Mutiara, keju, jelly Buih sabun, busa bir Karet busa, batu apung Sumber: Michael Purba, ) Sifat-Sifat Koloid

35 82 a. Efek Tyndall Salah satu cara untuk mengetahui sistem koloid adalah dengan cara menjatuhkan seberkas cahaya pada objek. Larutan sejati meneruskan cahaya (transparan), sedangkan koloid menghamburkannya. Oleh karena itu, berkas cahaya yang melalui koloid dapat diamati dari samping walaupun partikel koloidnya sendiri tidak tampak. Jika partikel terdispersinya juga tampak, maka sistem itu bukan koloid melainkan suspensi. Dalam kehidupan seharihari kita dapat melihat efek Tyndall, seperti: 1. sorot lampu pada malam yang berkabut 2. sorot lampu bioskop dalam ruangan yang berasap/berdebu 3. berkas sinar matahari yang melalui celah daun pohon-pohon pagi hari yang berkabut b. Gerak Brown Robert Brown ahli kimia dari Inggris mengamati gerakan partikel koloid dengan menggunakan mikroskop ultra. Hasil pengamatan menunjukkan di dalam koloid terdapat gerakan acak, gerakan tidak teratur yang disebut gerak brown. Gerakan acak ini terjadi karena tumbukan molekul-molekul zat pendispersi pada partikel koloid dengan arah sembarang. Gerak Brown akan semakin cepat jika suhu dinaikkan, karena semakin tinggi tempereatur, energi kinetik molekul medium semakin kuat. c. Muatan Koloid 1. Elektroforesis Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa partikel tersebut bermuatan. Pergerakan partikel dalam medan listrik ini disebut elektroforesis. Apabila kedalam system koloid dimasukkan dua batang elektroda kemudian dihubungka dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektroda tergantung jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke

36 83 anoda (elektroda positif) dan begitu pula sebaliknya. Dengan demikian elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid. 2. Adsorbsi Partikel koloid memiliki kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid menjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke permukaan bawah disebut absorpsi, contohnya penyerapan air oleh kapur tulis). Sifat adsorpsi dari koloid ini digunakan dalam berbagai proses, seperti pemutihan gula tebu, pembuatan abat norit, dan penjernihan. 3. Koagulasi Koagualsi adalah peristiwa penggumpalan atau pengendapan koloid. Koagulasi koloid dapat terjadi dengan dua cara yaitu: i. Cara mekanik (pemanasan, pendinginan, pengadukan). Telur merupakan system koloid jika dipanaskan akan terjadi koagulasi. ii. Cara kimia (dengan penambahan larutan elektrolit). Partikel karet dalam lateks dapat dikoagulasi dengan penambahan asam asetat. Semakin besar muatan ion, semakin besar pula kekuatan untuk mengendapkan koloid. Misalnya: sol Fe(OH) 3 bermutan positif dapat diendapkan dengan menambahkan ion negative sperti PO 3-4, SO 2-4, Cl - dan sol As 2 S 3 yang bermuatan negatif dapat diendapkan dengan menambahkan ion positif seperti Al 3+, Ba 2+, Na +. Sol Fe(OH) 3 bila dicampur dengan sol As 2 S 3 akan terjadi proses koagulasi karena kedua koloid tersebut berlawanan muatan sehingga dapat saling menetralkan. 4. Pengolahan air bersih Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi dan adsorpsi. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal dan barang kali zat juga zat warna, zat pencemar seperti limbah detergen dan pestisida. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengolahan

37 84 air adalah tawas (aluminium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor dan karbon aktif. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal sehingga lebih mudah disaring. Tawas juga membentuk koloid Al(OH) 3 yang dapat mengadsorpsi zat warna atau zat pencemar seperti detergen dan pestisida. Apabila tingkat kekeruhan terlalu tinggi maka selain tawas juga digunakan karbon aktif. Pasir berfungsi sebagai penyaring, klorin atau kaporit sebagai desinfektan/pembasmi hama, sedangkan kapur tohor untuk berguna untuk menaikkan ph, yaitu untuk menetralkan keasaman yang terjadi karena penggunaan tawas. d. Koloid Pelindung Koloid pelindung adalah sistem koloid yang dapat memberikan efek kestabilan pada koloid lain. Karena memang ada koloid yang sengaja dijaga supaya stabil. Contohnya: eskrim distabilkan oleh gelatin, susu distabilkan oleh kasein. Koloid pelindung akan membentuk lapisan disekeliling partikel koloid yang dilindunginya agar tidak terjadi koagulasi. e. Dialisis Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel dipermukaannya. Pada pembuatan koloid sering terdapat ion-ion yang mengganggu kestabilan koloid. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan proses dialisis. Proses pemisahan hasil-hasil metabolisme dari darah oleh ginjal juga merupakan proses dialisis. Jaringan ginjal berfungsi sebagai selaput semipermiabel (selaput yang dapat melewatkan partikel kecil seperti ion atau molekul sederhana tetapi menahan koloid) yang dapat dilewati air dan menahan molekul-molekul sederhana seperti urea, tetapi menahan butiran-butiran darah yang merupakan koloid. 3) Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan

38 85 (Yunani: Lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti takut cairan (Yunani: phobia = takut/benci). Jika medium dispersi yang digunakan adalah air, maka kedua jenis koloid tersebut dikenal dengan koloid hidrofil dan koloid hidrofob. Perbandingan koloid liofil dan koloi liofob dapat diperhatikan pada Tabel sebagai berikut: Tabel 3. Perbandingan Koloid Liofil dan Koloid Liofob Koloid Liofil Koloid Liofob Terdiri atas zat organik Terdiri atas zat anorganik Muatan listrik tergantung pada Bermuatan listrik tertentu medium Kurang stabil Stabil, mantap Kurang menunjukkan gerak Brown Kurang menunjukkan efek Tyndall Kekentalannya tinggi Umumnya dibuat secara dispersi Partikel terdispersinya mengadsorbsi molekul Reaksinya reversibel Gerak Brown sangat jelas Menunjukkan efek Tyndall sangat jelas Kekentalannya rendah Hanya dibuat dengan cara kondensasi Partikel terdispersinya mengabsorbsi ion Reaksinya irreversibel Mudah diendapkan oleh zat elektrolit Sukar diendapkan oleh penambahan elektrolit Sumber: Michael Purba, ) Pembuatan Sistem Koloid Mengingat besarnya ukuran partikel-partikel terdispersi dalam sistem koloid tertentu maka sistem ini tidak dapat dibuat dengan cara yang sama seperti membuat larutan sejati. Sistem koloid dapat dibuat dengan cara kondensasi dan dispersi.

39 86 a. Cara kondensasi Cara kondensasi adalah suatu cara pembuatan koloid dengan cara mengubah partikel-pertikel sejati menjadi partikel-partikel koloid. Cara kondensasi dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi kimia seperti reaksi redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut. 1. Reaksi Redoks Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi Contoh: reaksi pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfide (H 2 S) dengan belerang dioksida (SO 2 ), yaitu dengan mengalirkan gas H 2 S ke dalam larutan SO 2 2H 2 S (g) + SO 2(aq) 2H 2 O (l) + 3S (koloid) 2. Hidrolisis Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Contoh: pembuatan sol Fe(OH) 3 dari hidrolisis FeCl 3. Apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl 3 akan terbentuk sol Fe(OH) 3. FeCl 3(aq) + 3H 2 O (l) Fe(OH) 3(koloid) + 3HCl (aq) 3. Dekomposisi Rangkap Contoh: sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan larutan HCl. AgNO 3(aq) + HCl (aq) AgCl (koloid) + HNO 3(aq) 4. Penggantian pelarut Kalsium asetat mudah larut dalam air tapi sukar larut dalam alkohol. Kalsium asetat dilarutka dalam air sehingga membentuk larutan. Kemudian larutan kalsium asetat ditambahkan alkohol, maka memebentuk gel. b. Cara dispersi

40 87 Cara dispersi adalah cara mengubah partikel-partikel kasar menjadi partikel yang berukuran koloid. Perubahan partikel kasar menjadi partikel koloid dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: 1. Cara mekanik Menurut cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi. Contohnya sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus dengan air. 2. Cara peptisasi Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan zat pemeptisasi/pemecah. Zat pemeptisasi memecah butir-butir kasar menjadi butir-buti koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin. Contohnya adalah agar-agar dipeptisasi aleh air, karet dipeptisasi oleh bensin. 3. Cara Busur Bredig Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur Bredig ini merupakan gabungan antara cara dispersi dan cara kondensasi. c. Koloid Asosiasi Berbagai jenis zat, seperti sabun dan detergen, larut dalam air tetapi tidak membentuk larutan, melainkan koloid. Molekul saun atau detergen terdiri atas bagian yang polar (disebut kepala) dan bagian yang nonpolar (disebut ekor).

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi koloid serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi.

Lebih terperinci

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari Buku Saku 1 Sistem Koloid Nungki Shahna Ashari 2 Daftar Isi Pengertian koloid... 3 Pengelompokan koloid... 4 Sifat-sifat koloid... 5 Pembuatan koloid... 12 Kegunaan koloid... 13 3 A Pengertian & Pengelompokan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 7 BAB IX SISTEM KOLOID Koloid adalah campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi

Lebih terperinci

Kimia Koloid KIM 3 A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS KOLOID KIMIA KOLOID. materi78.co.nr

Kimia Koloid KIM 3 A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS KOLOID KIMIA KOLOID. materi78.co.nr Kimia Koloid A. PENDAHULUAN Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid tergolong sistem dua fase, yaitu: 1) Fase terdispersi (terlarut), adalah zat yang didispersikan,

Lebih terperinci

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti KOLOID 26 April 2013 Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi, yang dilihat secara makroskopis tampak bersifat homogen namun secara mikroskopis tampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem koloid merupakan bentuk campuran dari dua atau lebih suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi

Lebih terperinci

Jenis Nama Contoh. padat sol padat sol padat kaca berwarna, intan hitam. gas sol gas aerosol padat asap, udara berdebu

Jenis Nama Contoh. padat sol padat sol padat kaca berwarna, intan hitam. gas sol gas aerosol padat asap, udara berdebu > materi78.co.nr Kimia Koloid A. PENDAHULUAN Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid tergolong sistem dua fase, yaitu: 1) Fase terdispersi (terlarut), adalah

Lebih terperinci

Jenis larutan : elektrolit dan non elektrolit

Jenis larutan : elektrolit dan non elektrolit KONSEP LARUTAN Definisi larutan Larutan adalah campuran homogen dari dua jenis zat atau lebih Larutan terdiri dari zat terlarut (solut) dan zat pelarut (solven) Larutan tidak hanya berbentuk cair, tetapi

Lebih terperinci

Purwanti Widhy H, M.Pd

Purwanti Widhy H, M.Pd Purwanti Widhy H, M.Pd Standar Kompetensi 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi asar 5.2. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya

Lebih terperinci

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Kimia Koloid Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP SISTEM KOLOID KOMPETENSI DASAR 3.15. Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya. 4.15.Mengajukan ide/gagasan untuk memodifikasi pembuatan koloid berdasarkan pengalaman membuat

Lebih terperinci

Sistem Koloid. A. Pengertian Sistem Koloid. Lampiran A.7

Sistem Koloid. A. Pengertian Sistem Koloid. Lampiran A.7 Lampiran A.7 Sistem Koloid Sistem koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh cat adalah sistem koloid yang merupakan campuran heterogen zat padat pada koloid yang tersebar merata

Lebih terperinci

SISTEM KOLOID. Sulistyani, M.Si.

SISTEM KOLOID. Sulistyani, M.Si. SISTEM KOLOID Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Materi Koloid merupakan campuran fase peralihan homogen menjadi heterogen. Sistem koloid terdiri dari dua fase, yaitu fase pendispersi

Lebih terperinci

XI IA 4 SMA Negeri 1 Tanjungpinang

XI IA 4 SMA Negeri 1 Tanjungpinang 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya laporan hasil kegiatan kami yang berjudul Larutan Koloid ini, dapat terwujud. Tujuan kami melakukan kegiatan ini adalah dimana

Lebih terperinci

KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID. Prediksi Andre jika filtrasi dikenakan cahaya

KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID. Prediksi Andre jika filtrasi dikenakan cahaya Lampiran B.1 KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID Tujuan Siswa mampu menganalisis sifat efek Tyndall melalui latihan prediksi 1 Andre melakukan percobaan

Lebih terperinci

Menu Utama SK/KD SK/KD. Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID. Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM

Menu Utama SK/KD SK/KD. Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID. Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM Menu Utama SK/KD SK/KD Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM Bensin dan mutu bensin KOLOID LIOFIL DAN LIOFOB Dampak penggunaan minyak

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nanometer),

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIFAT-SIFAT KOLOID DAN KEGUNAANNYA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIFAT-SIFAT KOLOID DAN KEGUNAANNYA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIFAT-SIFAT KOLOID DAN KEGUNAANNYA SEKOLAH MATA PELAJARAN KELAS / SEMESTER ALOKASI WAKTU : SMAN 16 SURABAYA : KIMIA : XI / 2 (dua) : 2x45 menit I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

Koloid. Bab. Peta Konsep. Kompetensi Dasar OLOID 153. Kimiaia untukk SMA dan MA kelas XIII

Koloid. Bab. Peta Konsep. Kompetensi Dasar OLOID 153. Kimiaia untukk SMA dan MA kelas XIII Bab Koloid Peta Konsep Kompetensi Dasar Siswa mampu membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Siswa mampu mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) 6844576 Banyumas 53171 ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011 Mata Pelajaran : Kimia

Lebih terperinci

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : 10.15 11.45 WIB Petunjuk Pengerjaan Soal Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan! Isikan identitas Anda

Lebih terperinci

Materi Koloid. No Larutan sejati Koloid Suspensi. Antara homogen dan. 5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring

Materi Koloid. No Larutan sejati Koloid Suspensi. Antara homogen dan. 5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring Materi Koloid A.Dispersi Koloid Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi.tepung kanji

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID 1. Homegen, tak dapat Dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra. SISTEM KOLOID I. Tujuan : Untuk mengetahui jenis, bentuk dan cara pembuatan koloid II. Landasan Teori

Lebih terperinci

Download Soal dan Pembahasan Lainnya di: SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN..

Download Soal dan Pembahasan Lainnya di:  SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN.. SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN../ MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS : XI (Sebelas) HARI/TANGGAL : WAKTU : 07.30 09.30 (120 menit) 1. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air adalah 10-3 mol/l. Maka harga

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM KOLOID

BAB VII SISTEM KOLOID BAB VII SISTEM KOLOID INDIKATOR Menjelaskan pengelompokan campuran menjadi larutan, koloid, dan suspensi. Mendeskripsikan perbedaan larutan, koloid, dan suspensi berdasarkan sifat campurannya, fasanya

Lebih terperinci

Sistem Koloid 11/10/2017. Sifat sifat koloid. Pembuatannya. Penerapannya. Soal Tentang Dispersi. Perbandingan sifat Macam macam koloid

Sistem Koloid 11/10/2017. Sifat sifat koloid. Pembuatannya. Penerapannya. Soal Tentang Dispersi. Perbandingan sifat Macam macam koloid Materi : Apa sistem koloid Sifat sifat koloid Pembuatannya Click here Penerapannya Soal Disampaikan dalam Kuliah Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Unej In courtesy of onechemist. Foto foto yang berhubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle 5E Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa. Menurut

Lebih terperinci

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen)

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen) Lampiran 1 PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen) MATA PELAJARAN/TEMA KELAS/SEMESTER : KIMIA/Sistem Koloid : XI/Genap STANDAR KOMPETENSI 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya

Lebih terperinci

Campuran koloid, suspensi, dan larutan sejati dijelaskan berdasarkan komponen-komponen pembentuknya

Campuran koloid, suspensi, dan larutan sejati dijelaskan berdasarkan komponen-komponen pembentuknya 14. Memahami koloid, suspensi dan larutan sejati 14.1 Mengidentifikasi koloid, suspensi dan larutan sejati Indikator : Campuran koloid, suspensi, dan larutan sejati dijelaskan berdasarkan komponen-komponen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Problem Solving Metode problem solving adalah sistem pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XII/ Pertemuan ke : 1 & 2 Alokasi Waktu : 4 x 4 menit Standar Kompetensi : Memahami koloid, suspensi, dan larutan sejati Kompetensi

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA. KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA. KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA SEKOLAH : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) ALOKASI WAKTU : 2x45 menit I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Penerapan juga bisa diartikan sebagai kemampuan siswa untuk mengggunakan

BAB II KAJIAN TEORI. Penerapan juga bisa diartikan sebagai kemampuan siswa untuk mengggunakan BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Penerapan Prediction guide (tebak pelajaran) a. Penerapan strategi Prediction Guide Penerapan adalah proses mempraktikan teori yang telah dirancang. 1 Penerapan

Lebih terperinci

18/06/2015. Dispersi KOLOID. Dhadhang Wahyu

18/06/2015. Dispersi KOLOID. Dhadhang Wahyu Dispersi KOLOID Dhadhang Wahyu Kurniawan @Dhadhang_WK 1 SISTEM DISPERSI Klasifikasi sistem dispersi berdasarkan keadaan fisik medium pendispersi dan partikel terdispersi Fasa terdispersi Solid Solid dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I ) Lampiran A.4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I ) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Mata Pelajaran : Kimia Pokok Bahasan : Sistem

Lebih terperinci

mengajar yang bervariasi merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran.

mengajar yang bervariasi merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif jigsaw yang dimodifikasi dengan kegiatan laboratorium terhadap prestasi belajar pokok bahasan sistem koloid pada siswa kelas ii semester 2 sma negeri

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu Materi : Kimia : XI (sebelas) / 2 (dua) : 180 menit ( 4 jam pelajaran) : Sistem Koloid I. Standar Kompetensi Menjelaskan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA Mengamati Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi XI IPA 3 Oleh : Agnes Oktaviani D.S ( 01 ) Anida Zulaifa ( 04 ) Fitri Hasrat P. ( 14 ) Habibah Sabrina ( 15 ) M. Akbar R. ( 19 )

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA SOAL KIIA 1 KELAS : XI IPA PETUNJUK UU 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar

Lebih terperinci

MODUL 5 KIMIA KOLOID

MODUL 5 KIMIA KOLOID MODUL 5 KIMIA KOLOID A. SISTEM KOLOID Di bawah ini ada beberapa perbedaan yang dapat di amati antara larutan sejati, sistem koloid dan suspensi kasar. Perhatikanlah tabel berikut: Tabel 5. 1 Perbedaan

Lebih terperinci

BAB 9 SISTEM KOLOID. Gambar 9.1 Sistem koloid Sumber: Ensiklopedi Sains dan Kehidupan

BAB 9 SISTEM KOLOID. Gambar 9.1 Sistem koloid Sumber: Ensiklopedi Sains dan Kehidupan BAB 9 SISTEM KOLOID Gambar 9.1 Sistem koloid Sumber: Ensiklopedi Sains dan Kehidupan Pada bab kesembilan ini akan dipelajari tentang macam-macam dispersi, macam-macam koloid, kegunaan sistem koloid, sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM KOLOID. Tujuan Pembelajaran

BAB 10 SISTEM KOLOID. Tujuan Pembelajaran Bab 10 Sistem Koloid BAB 10 243 SISTEM KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah belajar bab ini, kalian diharapkan mampu: - membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, - menggolongkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar dan Pembelajaran Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: IDHA AYU KUSUMANINGRUM K

SKRIPSI. Oleh: IDHA AYU KUSUMANINGRUM K PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENGGUNAKAN MEDIA TEKA-TEKI SILANG DAN PETA KONSEP PADA MATERI POKOK KOLOID KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: IDHA AYU KUSUMANINGRUM

Lebih terperinci

Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA

Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA I. PENDAHULUAN Penggunaan cairan pembersih kaca semakin menjadi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan akan cairan pembersih kaca dari waktu ke waktu semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menghadapi tuntutan masa depan yang penuh tantangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menghadapi tuntutan masa depan yang penuh tantangan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model - Model Pembelajaran Dalam menghadapi tuntutan masa depan yang penuh tantangan dan perubahan, telah banyak dikembangkan berbagai model pembelajaran. Berikut ini dikemukakan

Lebih terperinci

SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 2012/2013 LEMBAR SOAL. Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T.

SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 2012/2013 LEMBAR SOAL. Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T. SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 0/0 LEMBAR SOAL Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T.P : 0/0 PETUNJUK :. Isikan identitas peserta pada tempat yang telah disediakan pada lembar

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I.

PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I. PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I Diajukan Oleh NURIYANI NIM: 291 223 248 Mahasiswa Fakultas TarbiyahdanKeguruan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengajaran secara tepat dan penuh arti. 19 Hasil belajar adalah pola-pola

BAB II KAJIAN TEORI. pengajaran secara tepat dan penuh arti. 19 Hasil belajar adalah pola-pola 11 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Hasil Belajar Dalam proses belajar mengajar, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa penting oleh guru, agar guru dapat merancang, mendesaian,

Lebih terperinci

A. PEMBUATAN SISTEM KOLOID B. DISPERSI KOLOID C. JENIS-JENIS KOLOID D. SIFAT-SIFAT KOLOID E. KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB F

A. PEMBUATAN SISTEM KOLOID B. DISPERSI KOLOID C. JENIS-JENIS KOLOID D. SIFAT-SIFAT KOLOID E. KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB F 8 A. PEMBUATAN SISTEM KOLOID B. DISPERSI KOLOID C. JENIS-JENIS KOLOID D. SIFAT-SIFAT KOLOID E. KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB F. KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Di sekitar kita, terdapat berbagai macam

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! KIMIA XI SMA 217 S OAL TES SEMESTER II I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Basa menurut Arhenius adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan a. proton d. ion H b. elektron e.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Dalam pendidikan partisipatif seorang pendidik lebih berperan sebagai tenaga fasilitator, sedangkan keaktifan lebih dibebankan kepada peserta

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11 A LARUTAN, KOLOID, SUSPENSI Campuran antara dua macam zat atau lebih akan memebentuk larutan, koloid, atau suspensi Ciri dan sifat ketiga campuran dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 61 Perbedaan larutan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dan perubahan itu sendiri karena usaha yang disengaja.

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dan perubahan itu sendiri karena usaha yang disengaja. BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Hakikat Belajar Dan Mengajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB.4 LAJU REAKSI. Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :

BAB.4 LAJU REAKSI. Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi : BAB.4 LAJU REAKSI laju reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu. Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT)

STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) STUDI KOMPARASI METODE KOOPERATIF MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DAN MODEL STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERIODIK UNSUR KELAS

Lebih terperinci

Bab XII TUJUAN PEMBELAJARAN. Koloid. Koloid 251. Demonstrasi efek Tyndall oleh koloid. Berkas cahaya yang melewati koloid akan terlihat nyata.

Bab XII TUJUAN PEMBELAJARAN. Koloid. Koloid 251. Demonstrasi efek Tyndall oleh koloid. Berkas cahaya yang melewati koloid akan terlihat nyata. Bab XII Koloid Sumber: Ebbing, General Chemistry Demonstrasi efek Tyndall oleh koloid. Berkas cahaya yang melewati koloid akan terlihat nyata. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN III) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN III) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Lampiran A.6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN III) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Mata Pelajaran : Kimia Pokok Bahasan : Sistem

Lebih terperinci

SEMESTER PROGRAM. School : Semester : 2 Academic Year :

SEMESTER PROGRAM. School : Semester : 2 Academic Year : SEMESTER PROGRAM School : Subject : Chemistry Class : XI IPA Semester : Academic Year : No Kompetensi Dasar/ Materi Indikator 4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang untuk memperoleh perubahan suatu tingkah laku yang baru

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang untuk memperoleh perubahan suatu tingkah laku yang baru 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Belajar dan Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan

Lebih terperinci

MODUL KIMIA sma XII MIPA SISTEM KOLOID. Yovita Emiliana Irmayanti

MODUL KIMIA sma XII MIPA SISTEM KOLOID. Yovita Emiliana Irmayanti MODUL KIMIA sma XII MIPA SISTEM KOLOID Yovita Emiliana Irmayanti SISTEM KOLOID STANDAR KOMPETENSI: Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. KOMPETENSI DASAR 5.

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata-1 Untuk mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Setyaningsih Pendidikan Kimia

SKRIPSI Diajukan dalam rangka penyelesaian Studi Strata-1 Untuk mencapai Gelar Sarjana Pendidikan. Oleh Setyaningsih Pendidikan Kimia PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR PADA POKOK MATERI SISTEM KOLOID BAGI SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2005 / 2006

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan hal pokok dalam proses pendidikan. Pengertian belajar sudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan hal pokok dalam proses pendidikan. Pengertian belajar sudah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar merupakan hal pokok dalam proses pendidikan. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi, termasuk ahli psikologi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL PENGAMATAN 5.1.1 Pengenalan Sistem Dispersi a. Larutan Awal Setelah dimasukkan ke dalam air Sampel Tekstur Warna Butiran Warna Kejernihan Homogenitas Garam

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA FISIK KI-3141

LAPORAN KIMIA FISIK KI-3141 LAPORAN KIMIA FISIK KI3141 Percobaan H1 PENGENDAPAN SOL HIDROFOB OLEH ELEKTROLIT Percobaan H2 PENGENDAPAN TIMBAL BALIK SOL HIDROFOB Nama : Nisrina Rizkia NIM : 10510002 Kelompok :1 Tanggal Percobaan :

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI KOLOID DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: AZWAR ANNAS K3309021 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang, manusia tidak dapat lepas dari bahan-bahan kimia, hampir disemua aspek kehidupan manusia dapat ditemukan bahan-bahan kimia. Mulai dari aspek kesehatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Konsep Teoretis. 1. Strategi Pembelajaran Aktif. Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja

BAB II KAJIAN TEORI. A. Konsep Teoretis. 1. Strategi Pembelajaran Aktif. Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Strategi Pembelajaran Aktif Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP FAX KODE POS 60299

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP FAX KODE POS 60299 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP. 031-8415492 FAX 031-8430673 KODE POS 60299 ULANGAN AKHIR SEMESTER 2 (DUA) TAHUN PELAJARAN 2011 2012 Hari/Tanggal :

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 113 Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Identitas sekolah Mata pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Sub Materi Alokasi Waktu Jumlah Pertemuan : SMA : Kimia :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KajianTeori dan Penelitian yang Relevan 1. Kajian Teori a. Belajar Mandiri 1) Definisi belajar mandiri Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat

Lebih terperinci

S K R I P S I. Diajukan Oleh NISWATUL KHAIRA NIM Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan Kimia

S K R I P S I. Diajukan Oleh NISWATUL KHAIRA NIM Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Prodi Pendidikan Kimia PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING DAN KETERAMPILAN PROSES TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KOLOID DI MAN DARUSSALAM ACEH BESAR S K R I P S I Diajukan Oleh NISWATUL KHAIRA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melibatkan siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melibatkan siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Project Based Learning Model project based learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam merancang tujuan pembelajaran untuk menghasilkan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAKAN SK/KD 2011-2012

ANALISIS PEMETAKAN SK/KD 2011-2012 Mata Pelajaran : Kimia Kelas : XI/2 Standar Dasar 4. Memahami sifat-sifat larutan asambasa, metode pengukuran dan terapannya 4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 10 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kerangka Teoritis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah sebuah istilah yang terdiri dari dua kata yakni hasil dan belajar, antara hasil dan belajar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang

SKRIPSI. Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang PENGARUH KEAKTIFAN SISWA PADA METODE PEMBELAJARAN KUANTUM TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA DASAR I KELAS X POKOK BAHASAN KIMIA KOLOID DI SMK KIMIA INDUSTRI THERESIANA SEMARANG TAHUN AJARAN 004/005 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Deskripsi Teori a. Keefektifan Pembelajaran Keefektifan mengacu pada apa yang dikerjakan, sedangkan efisiensi mengacu pada cara mengerjakan.

Lebih terperinci

Lampiran 8. Dasar Pengembangan Kisi-Kisi Soal Kimia SwC Kelas XI

Lampiran 8. Dasar Pengembangan Kisi-Kisi Soal Kimia SwC Kelas XI Lampiran 8 Dasar Pengembangan Kisi-Kisi Kimia SwC Kelas XI 50 DASAR PENGEMBANGAN KISI-KISI SOAL KIMIA SwC KELAS XI SK-KD dalam Standar Isi, Ujian Nasional Kimia (), SNMPTN (4), UM UGM (4), UMB UNDIP (),

Lebih terperinci

Penerapan Praktikum Aplikatif Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Koloid.

Penerapan Praktikum Aplikatif Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Koloid. Penerapan Praktikum Aplikatif Berbasis Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Koloid. A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat

Lebih terperinci

2013 LEMBAR SOAL. WAKTU : 90 MENIT KELAS : XII IPA T

2013 LEMBAR SOAL. WAKTU : 90 MENIT KELAS : XII IPA T 2013 LEMBAR SOAL. WAKTU : 90 MENIT KELAS : XII IPA T SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 2012/2013 LEMBAR SOAL Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T.P : 2012/2013 PETUNJUK : 1.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 SMK NEGERI 1 WONOSOBO Jalan Bhayangkara No. 12 (0286) Wonosobo

SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 SMK NEGERI 1 WONOSOBO Jalan Bhayangkara No. 12 (0286) Wonosobo SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 SMK NEGERI 1 WONOSOBO Jalan Bhayangkara No. 12 (0286) 321219 Wonosobo Kompetensi Keahlian Mata Pelajaran Bentuk Soal : RPL/TKJ/MM : KIMIA : Pilihan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Kata pembelajaran adalah terjemahan dari instruction, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di

Lebih terperinci

SILABUS. : 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat senyawa.

SILABUS. : 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat senyawa. Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu SILABUS : SMA : KIMIA : XI/1 : 1. Memahami struktur atom meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Problem Solving Problem solving adalah pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Arti sederhana dari teori belajar sebenarnya adalah penjelasan bagaimana informasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Arti sederhana dari teori belajar sebenarnya adalah penjelasan bagaimana informasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Konstruktivisme Arti sederhana dari teori belajar sebenarnya adalah penjelasan bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa. Dengan suatu teori belajar, diharapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. para ahli pendidikan di Jepang, kegiatan studi pembelajaran (lesson study) atau

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. para ahli pendidikan di Jepang, kegiatan studi pembelajaran (lesson study) atau BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Studi Pembelajaran (Lesson Study) Menurut catatan perkembangan pendidikan di Jepang yang di ungkapkan oleh para ahli pendidikan di Jepang, kegiatan studi

Lebih terperinci

Sistem Koloid 12/10/2016. Apa sistem koloid. Sifat sifat koloid. Pembuatannya. Penerapannya. Soal. Tentang Dispersi. Perbandingan sifat

Sistem Koloid 12/10/2016. Apa sistem koloid. Sifat sifat koloid. Pembuatannya. Penerapannya. Soal. Tentang Dispersi. Perbandingan sifat Materi : pa sistem koloid Sifat sifat koloid Pembuatannya Click here Penerapannya Soal In courtesy of onechemist. Foto foto yang berhubungan dengan koloid SISTM KOLOI Sistem dispersi : Sistem Koloid click.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. 21 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Teori konstruktivistik dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah

Lebih terperinci

Percobaan H-1 dan H-2 Pengendapan Sol Hidrofob oleh Elektrolit dan Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob

Percobaan H-1 dan H-2 Pengendapan Sol Hidrofob oleh Elektrolit dan Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob Percobaan H- dan H- Pengendapan Sol Hidrofob oleh Elektrolit dan Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob. Tujuan.. Tujuan Percobaan H- mempelajari pengaruh penambahan elektrolit pada sol hidrofob menentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori-teori Belajar Terdapat beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Teori belajar tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan mata pelajaran dalam rumpun sains, yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan)

Lebih terperinci