LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KOLOID 1. Homegen, tak dapat Dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra. SISTEM KOLOID I. Tujuan : Untuk mengetahui jenis, bentuk dan cara pembuatan koloid II. Landasan Teori A. Sistem Dispersi Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi. 1. Suspensi Suspensi adalah sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relatif besar tersebar merata di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya merupakan campuran heterogen, sehingga dapat diamati hanya dengan mata telanjang. 2. Larutan Larutan adalah sistem dispersi dengan ukuran partikelnya sangat kecil, sehinggatidak dapat diamati (dibedakan) antara partikel pendispersi dengan partikel terdispersi meskipun menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi. 3. Koloid Koloid berasal dari bahasa Yunani kolia yang artinya lem. Koloid pertama kali dikenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya terhadap gelatin yang merupakan kristal tapi sulit terdisfusi. Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari laritan tapi lebih kecil dari susoensi, dengan ukuran partikel antara 1nm 100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang tetapi dapat diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi. Secara umum perbedaan suspensi, larutan dan koloid dapat dilihat pada tabel berikut. Larutan (Dispersi Molekuler) Koloid (Dispersi Koloid) Suspensi (Dispersi Kasar) 1. Secara mikroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika 1. Heterogen. 2. Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1nm. diamati dengan mikroskop ultra. 2. Partikel berdimensi anatara 1nm sampai 100nm. 2. Salah satu atau semua dimensi partikel besar dari 100nm. 3. Satu fasa. 3. Dua fasa. 3. Dua fasa. 4. Stabil. 4. Pada umunya stabil. 4. Tidak stabil. 5. Tidak dapat disaring. 5. Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra. 5. Dapat disaring Contoh: Larutan gula, larutan garam, alkohol 70%, larutan cuka, airlaut, udara yang bersih, dan bensin. Contoh: Sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones. Contoh: Air Sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air

2 B. Jenis-Jenis Koloid Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi (medium dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya koloid dapat dibedakan menjadi 8 jenis sebagai berikut: No. Fase Terdispersi Fase Pendispersi Jenis (nama koloid) Contoh 1. Padat Padat Sol padat Mutiara, kaca warna 2. Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega 3. Gas Padat Busa padat Batu apung, kerupuk 4. Padat Cair Sol, gel Pati dalam air, cat, 5. Cair Cair Emulsi jeli Susu, santan Manyonaise 6. Gas Cair Busa Krim, pasta 7. Padat Gas Aerosol padat Debu, asap 8. Cair Gas Aerosol cair Awan kabut 1. Aerosol Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatubahan pendorong (propelan aerosol). 2. Sol Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri. 3. Emulsi Sistem koloid dari zat cair ynag terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M). 4. Buih Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih. 5. Gel Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. C. Sifat-Sifat Koloid 1. Efek Tyndall Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall( ), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya,maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal ituterjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecilsehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati. 2. Gerak Brown

3 Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel- partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat. 3. Adsorbsi Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. Dimana partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat padat tersebut. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas permukaannya, melainkan didalam sol padat tersebut. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang sangat luas. Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 Bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S Bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S. Muatan Koloid Sol Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gayatolak menolak antar partikel koloid. Partikel koloid tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara keseluruhan bersifat netral. Contohnya sumber muatan koloid, kestabilan koloid, lapisan bermuatan ganda, elektroforesis koloid sol, koagulasi,koloid liofil dan liofob. a. Muatan Koloid Sol Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu : Proses adsorpsi, partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis muatan tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk mengadsorpsi kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3 mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Sol AgCI dalam medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+ Sehingga bermuatan positif. Jika anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif. b. Kestabilan Koloid Terdapat beberapa gaya pada sistem koloid yang menentukan kestabilan koloid. Gaya pertama ialah gaya tarik - menarik yang dikenal dengan gaya London, Van der Waals. Gaya ini menyebabkan partikel - partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan akhirnya mengendap. Gaya kedua ialah gaya tolak menolak. Gaya ini terjadi karena pertumpang tindihan lapisan ganda listrik yang bermuatan sama.gaya tolak - menolak

4 tersebut akan membuat dispersi koloid menjadi stabil. Gaya ketiga ialah gaya tarik - menarik antara partikel koloid dengan medium pendispersinya. Terkadang, gaya ini dapat menyebabkan terjadinya agregasi partikel koloid dan gaya ini juga dapat meningkatkan kestabilan sistem koloid secara keseluruhan.salah satu faktor yang mempengaruhi stabilitas koloid ialah muatan permukaan koloid. Besarnya muatan pada permukaan partikel dipengaruhi oleh konsentrasi elektrolit dalam medium pendispersi. Penambahan kation pada permukaan partikel koloid yang bermuatan negatif akan menetralkan muatan tersebut dan menyebabkan koloid menjadi tidak stabil. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya. Contoh: es krim, tinta, cat. Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekelilingkoloid tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelindung. Contoh:gelatin pada sol Fe(OH)3.Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaituzat yang dapat tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi.contoh: sabun deterjen sebagai emulgator dari emulsi minyak dan air. c. Lapisan Bermuatan ganda Pada awalnya, partikel-partikel koloid mempunyai muatan yang sejenis yang didapatkannya dari ion yang diadsorpsi dari medium pendispersinya. Apabila dalam larutan ditambahkan larutan yang berbeda muatan dengan system koloid, maka sistem koloid itu akan menarik muatan yang berbeda tersebut sehingga membentuk lapisan ganda.lapisan pertama ialah lapisan padat di mana muatan partikel koloid menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dari medium pendispersi.sedangkan lapisan kedua berupa lapisan difusi dimana muatan darimedium pendispersi terdifusi ke partikel koloid. Model lapisan berganda terse but dijelaskan pada lapisan ganda Stern. Adanya lapisanini menyebabkan secara keseluruhan bersifat netral 4. Elektroforesis Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu, pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan alat Cottrell. 5. Koagulasi Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara: Mekanik Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat. Kimia. Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam). Contoh: susu, sirup masammasam. D. Kestabilan Koloid 1. Koloid Pelindung Koloid pelindung adalah koloid yang ditambahkan kedalam sistem koloid agar menjadi stabil. Carakerja koloid pelindung adalah dengan membentuk lapisan disekeliling partikel koloid yang dilindungi. koloid pelindung pada emulsi disebut sebagai emuigator, tujuan penambahan zat ini untuk menjaga agar tidak mudah terpisah. 2. Dialisis Proses dialisis adalah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukan kedalam bejana yang berisi air mengalir. Kantong koloid terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel kecil seperti ion atau molekul sederhana. 3. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

5 Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel koloid terhadap medium pendispersinya, kita mengenal dua macam koloid. a. Koloid Liofil Koloid liofil yaitu koloid yang senang cairan. Partikel koloid akan mengadsorpsimolekul cairan, sehingga terbentuk selubung di sekeliling partikel koloid itu. Contoh koloid liofil adalah kanji, protein, dan agar-agar. b. Koloid Liofob Koloid liofob yaitu koloid yang benci cairan. Partikel koloid tidak mengadsorpsi molekul cairan. Contoh koloid liofob adalah sol sulfidadan sol logam. Ciri-ciri koloid liofil dan liofob Liofil Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan medium terdispersinya. Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan. Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya. Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium pendispersi yang teradsorpsi disekeliling partikel sehingga menyebabkan partikel sol liofil tidak saling bergabung. Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi. Tidak mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit. Reversibel, artinya fase terdispersi sol liofil dapat dipisahkan dengan koagulasi, kemudian dapat diubah kembali menjadi sol dengan penambahan medium pendispersinya. Memberikan efek Tyndall yang lemah. Dapat bermigrasi ke anode, katode, atau tidak bermigrasi sama sekali. Liofob Tidak dapat dibuat hanya dengan mencampur fase terdispersi dan medium pendisperinya. Memiliki muatan positif atau negatif. Partikel-partikel sol liofob tidak mengadsorpsi medium pendispersinya. Muatan partikel diperoleh dari adsorpsi partikel- partikel ion yang bermuatan listrik. Viskositas sol hidrofob hampir sama dengan viskositas medium pendispersi. Mudah menggumpal dengan penambahan elektrolit karena mempunyai muatan. Irreversibel artinya sol liofob yang telah menggumpal tidak dapat diubah menjadi sol. Memberikan efek Tyndall yang jelas. Akan bergerak ke anode atau katode, tergantung jenis muatan partikel. III. Alat dan Bahan : Alat: Bahan : Pemanas Agar-agar Gelas Kimia Air Lumpang Gula pasir Pengaduk Fe(OH)3 Cawan FeCl3 Tabung Reaksi Minyak Tanah Larutan Sabun Larutan Kalsium Asetat Jenuh Alkohol 95%

6 IV. Cara Kerja : Cara kerja pembuatan sol liofil dan liofob : 1. Sol agar-agar a. Panaskan sesendok kecil agar-agar dengan 50 ml air. Kemudian dinginkan, dan panaskan kembali. b. Panaskan sesendok kecil agar-agar dengan 100ml air. Kemudian dinginkan dan panaskan kembali. c. Panaskan sesendok kecil agar-agar dengan 150ml air. Kemudian dinginkan dan panaskan kembali. 2. Sol belerang a. Campurkan 1 sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 50 sendok air, aduk b. Campurkan 1 sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 100 sendok air,aduk c. Campurkan 1 sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 150 sendok air,aduk. Cara kerja pembuatan sol dengan cara dispensi : a. Campurkan satu takaran belerang dan satu takaran gula pasir dalam lumpang, gerus sampai halus. b. Ambilsatu takaran dari campuran tersebut, tambahkan gula dan gerus lagi sampai halus, teruskan sampai emapat kali. c. Tuangkan campuran terakhir ke dalam air dalam gelas kimia. d. Bandingkan dengan campuran belerang yang tidakdi gerus dalam air Cara kerja pembuatan sol dengan cara kondensasi : a. Panaskan 50ml air dalam gelas kimia 100ml sampai mendidih. b. Tambahkam 25 tetes larutan FeCl3 jenuh, aduk sampai larutan berwarna cokelat merah. Cara kerja pembuatan emulsi dan gel : 1. Emulsi a. Campurkan 1 ml minyak tanah didalam tabung reaksi, kocok kuat-kuat dan simpan di rak tabung. b. Tambahkan 25 tetes larutan sabun, kocok kuat-kuat dan simpan di rak tabung. 2. Gel a. Sediakan 15 ml larutan kalsium astat jenuh dalam gelas kikia 250ml. Tuangkan sekaligus 15 ml alkohol 95% ke dalam larutan tadi. b. Bakar sedikit gel di dalam cawan. V. Data Pengamatan : 1. Pembuatan sol liofil dan liofib a. Sol agar-agar 1. Setelah dipanaskan larutan agak mencair. 2. Setelah didinginkan larutan menjadi 1. Panaskan sesendok kecil agar-agar menggumpal. dengan 50 ml air. Kemudian dinginkan, 3. Setelah dipanaskan kembali Larutan dan panaskan kembali. mencair. 1. Setelah dipanaskan lar. agak mencair dan 2. Panaskan sesendok kecil agar-agar warnanya berubah menjadi hijau tua dengan 100 ml air. Kemudian dinginkan2. Setelah didinginkan lar. menjadi dan panaskan kembali. menggumpal sebagian. 3. Setelah dipanaskan kembali lar. menjadi cair. 3. Panaskan sesendok kecil agar-agar 1. Setelah dipanaskan lar.menjadi cair

7 dengan 150 ml air. Kemudian dinginkan2. Setelah didinginkan lar. menjadi dan panaskan kembali. menggumpal sedikit 3. Setelah dipanaskan kembali lar. mencair b. Sol belerang Gerus 1 sendok kecil, belerang dengan 5 sendok kecil gula pasir sampai halus Percobaan 1. Campurkan 1 sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 50 sendok air, aduk Pengamatan Telihat endapan warna kuning. Sol berwarna kuning jelas Campurkan 1 sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 100 sendok air,aduk Telihat warna kuning samar-samar, sol warna kuning. 3. Campurkan 1 sendok kecil hasil gerusan di atas dengan 150 sendok air, aduk. Pembuatan Sol dengan cara dispersi Hasil Pengamatan a. Belerang dalam air tidak terdispersi. b. Belerang dan gula air terdispersi. c. Gula pasir sebagai medium dispersi Telihat kuning samar-samar warna kuning, sol warna kuning 3. Pembuatan sol Dengan kondensasi Hasil Pengamatan: Keadaan larutan yang terjadi saat cahaya datang, terlihat adanya lintasan cahaya pada larutan. Berdasarkan baha-bahan yang dibuat sitem koloid, jelaskan perbedaan antara pembuatan, sistem koloid cara dispersi dan cara kondensasi! 4. Pembuatan emulsi dan gel a. Emulsi Percobaan Campurkan 1 ml minyak tanah didalam tabung reaksi, kocok kuat-kuat dan simpan di rak tabung. Tambahkan 25 tetes larutan sabun, kocok kuat-kuat dan simpan di rak tabung. Cara Dispersi adalah cara mengubah partikel kasar menjadi partikel koloid. Kalau cara Kondensasi adalah cara pembuatan sistem koloid dengan mengubah partikel sejati emnjadi partikel koloid. Pengamatan Keadaan campuran menjadi air dan minyak terpisah. Jadi sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Keadaan campuran menjadi minyak dan air terpisah, dipisahkan dengan warna hitam yang timbul ditengahnya b. Gel Percobaan Pengamatan

8 1. Sediakan 15 ml larutan kalsium astat jenuh dalam gelas kimia 250ml. Tuangkan sekaligus 15 ml alkohol 95% ke dalam larutan tadi. 2. Bakar sedikit gel di dalam cawan. Keadaan campuran menjadi gel, larutan gel. Hasil yang terjadi disebut gel. Hasil pembakaran membentuk kerak warna putih kekuningan membentuk zat padat warna putih. VI. Pertanyaan 1. Jelaskan tujuan penambahan medium pendipersi yang berbeda-beda pada pembuatan sol agar-agar dan belerang. 2. Manakah dari kedua sol tersebut yang merupakan sol liofil dan sol liofob! 3. Sebutkan perbedaan sol liofil dan sol liofob? 4. Dari sistem koloid tersebut, tentukan yang mana yang dibuat dengan cara dispersi dan cara kondensasi? 5. Bagaimana pengaruh larutan sabun pada campuran minyak dan air? dan Bertindak sebagai apa air sabun tersebut? 6. Mengapa kalsium asetat dengan alkohol membentuk gel? Jawab 1. Untuk membedakan penggumpalan atau perubahan warna pada medium pendispersi. 2. Yang termasuk sol liofil adalah Agar-agar, sedangkan yang termasuk sol liofob adalah Belerang 3. Sol liofil adalah koloid yang fase pendispersinya suka menarik medium pendispersinya, sedangkan sol liofib adalah koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya. 4. Yang termasuk cara dispersi adalah pembentukan sol belerang dengan penambahan gula dan air, sedangkan yang termasuk cara kondensasi adalah sol belerang dalam air. 5. Molekul sabun terdiri dari sebuah rantai hidrokarbonpada satu ujung dan garam pada ujung yang lain.karena rantai hidrokarbon memiliki sifat nonpolar maka rantai hidrokarbon akan larut dalam minyak sementara garam akan larut dalam zat polar(air) tetapi hubungan antara garam dan rantai hidrokarbon tetap tidak putus sehingga satu molekul sabun akan mengikat air dan minyak yang menyebabkan air dan minyak dapat bersatu. 6. Kalsium asetat sukar larut dalam alkohol tetapi mudah larut dalam air. Kalsium asetat perlu dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air sampai terbentuk larutan jenuh kalsium asetat, kemudian ditambah dengan pelarut alkohol akibatnya terjadi pergantian pelarut antara pelarut air dan alkohol, karena kalsium asetat sukar larut dalam alkohol terbentuk koloid yang berupa gel VII. Kesimpulan Terjadinya Efek Tyndall pada percobaan pembuatan sol dengan kondensasi Pembentukan sol belerang dibuat dengan cara dispersi dengan mekanik. Koloid dapat dibuat melalui cara kondensasi dan dispersi. Emulsi minyak dibuat dengan cara dispersi dengan penambahan Detergen/Sabun. Agar-agar termasuk kedalam sol liofil (hidrofil), sedangkan belerang termasuk kedalam sol liofob (hidrofob).

9

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi koloid serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi.

Lebih terperinci

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari Buku Saku 1 Sistem Koloid Nungki Shahna Ashari 2 Daftar Isi Pengertian koloid... 3 Pengelompokan koloid... 4 Sifat-sifat koloid... 5 Pembuatan koloid... 12 Kegunaan koloid... 13 3 A Pengertian & Pengelompokan

Lebih terperinci

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti KOLOID 26 April 2013 Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi, yang dilihat secara makroskopis tampak bersifat homogen namun secara mikroskopis tampak

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 7 BAB IX SISTEM KOLOID Koloid adalah campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nanometer),

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP SISTEM KOLOID KOMPETENSI DASAR 3.15. Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya. 4.15.Mengajukan ide/gagasan untuk memodifikasi pembuatan koloid berdasarkan pengalaman membuat

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem koloid merupakan bentuk campuran dari dua atau lebih suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi

Lebih terperinci

Purwanti Widhy H, M.Pd

Purwanti Widhy H, M.Pd Purwanti Widhy H, M.Pd Standar Kompetensi 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi asar 5.2. Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya

Lebih terperinci

Sistem Koloid. A. Pengertian Sistem Koloid. Lampiran A.7

Sistem Koloid. A. Pengertian Sistem Koloid. Lampiran A.7 Lampiran A.7 Sistem Koloid Sistem koloid dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh cat adalah sistem koloid yang merupakan campuran heterogen zat padat pada koloid yang tersebar merata

Lebih terperinci

KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID. Prediksi Andre jika filtrasi dikenakan cahaya

KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID. Prediksi Andre jika filtrasi dikenakan cahaya Lampiran B.1 KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID Tujuan Siswa mampu menganalisis sifat efek Tyndall melalui latihan prediksi 1 Andre melakukan percobaan

Lebih terperinci

Kimia Koloid KIM 3 A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS KOLOID KIMIA KOLOID. materi78.co.nr

Kimia Koloid KIM 3 A. PENDAHULUAN B. JENIS-JENIS KOLOID KIMIA KOLOID. materi78.co.nr Kimia Koloid A. PENDAHULUAN Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid tergolong sistem dua fase, yaitu: 1) Fase terdispersi (terlarut), adalah zat yang didispersikan,

Lebih terperinci

Materi Koloid. No Larutan sejati Koloid Suspensi. Antara homogen dan. 5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring

Materi Koloid. No Larutan sejati Koloid Suspensi. Antara homogen dan. 5 Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring Dapat disaring Materi Koloid A.Dispersi Koloid Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang disebut dengan sistem dispersi.tepung kanji

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I. Standar Kompetensi Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Kelas / Semester Alokasi Waktu Materi : Kimia : XI (sebelas) / 2 (dua) : 180 menit ( 4 jam pelajaran) : Sistem Koloid I. Standar Kompetensi Menjelaskan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171 PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) 6844576 Banyumas 53171 ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011 Mata Pelajaran : Kimia

Lebih terperinci

SISTEM KOLOID. Sulistyani, M.Si.

SISTEM KOLOID. Sulistyani, M.Si. SISTEM KOLOID Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Konsep Materi Koloid merupakan campuran fase peralihan homogen menjadi heterogen. Sistem koloid terdiri dari dua fase, yaitu fase pendispersi

Lebih terperinci

Jenis Nama Contoh. padat sol padat sol padat kaca berwarna, intan hitam. gas sol gas aerosol padat asap, udara berdebu

Jenis Nama Contoh. padat sol padat sol padat kaca berwarna, intan hitam. gas sol gas aerosol padat asap, udara berdebu > materi78.co.nr Kimia Koloid A. PENDAHULUAN Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi. Koloid tergolong sistem dua fase, yaitu: 1) Fase terdispersi (terlarut), adalah

Lebih terperinci

Koloid. Bab. Peta Konsep. Kompetensi Dasar OLOID 153. Kimiaia untukk SMA dan MA kelas XIII

Koloid. Bab. Peta Konsep. Kompetensi Dasar OLOID 153. Kimiaia untukk SMA dan MA kelas XIII Bab Koloid Peta Konsep Kompetensi Dasar Siswa mampu membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Siswa mampu mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan

Lebih terperinci

Menu Utama SK/KD SK/KD. Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID. Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM

Menu Utama SK/KD SK/KD. Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID. Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM Menu Utama SK/KD SK/KD Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM Bensin dan mutu bensin KOLOID LIOFIL DAN LIOFOB Dampak penggunaan minyak

Lebih terperinci

XI IA 4 SMA Negeri 1 Tanjungpinang

XI IA 4 SMA Negeri 1 Tanjungpinang 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, akhirnya laporan hasil kegiatan kami yang berjudul Larutan Koloid ini, dapat terwujud. Tujuan kami melakukan kegiatan ini adalah dimana

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIFAT-SIFAT KOLOID DAN KEGUNAANNYA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIFAT-SIFAT KOLOID DAN KEGUNAANNYA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIFAT-SIFAT KOLOID DAN KEGUNAANNYA SEKOLAH MATA PELAJARAN KELAS / SEMESTER ALOKASI WAKTU : SMAN 16 SURABAYA : KIMIA : XI / 2 (dua) : 2x45 menit I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I ) Lampiran A.4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) (KELAS EKSPERIMEN / PERTEMUAN I ) Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas (SMA) / Madrasah Aliyah (MA) Mata Pelajaran : Kimia Pokok Bahasan : Sistem

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA Mengamati Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi XI IPA 3 Oleh : Agnes Oktaviani D.S ( 01 ) Anida Zulaifa ( 04 ) Fitri Hasrat P. ( 14 ) Habibah Sabrina ( 15 ) M. Akbar R. ( 19 )

Lebih terperinci

Jenis larutan : elektrolit dan non elektrolit

Jenis larutan : elektrolit dan non elektrolit KONSEP LARUTAN Definisi larutan Larutan adalah campuran homogen dari dua jenis zat atau lebih Larutan terdiri dari zat terlarut (solut) dan zat pelarut (solven) Larutan tidak hanya berbentuk cair, tetapi

Lebih terperinci

18/06/2015. Dispersi KOLOID. Dhadhang Wahyu

18/06/2015. Dispersi KOLOID. Dhadhang Wahyu Dispersi KOLOID Dhadhang Wahyu Kurniawan @Dhadhang_WK 1 SISTEM DISPERSI Klasifikasi sistem dispersi berdasarkan keadaan fisik medium pendispersi dan partikel terdispersi Fasa terdispersi Solid Solid dalam

Lebih terperinci

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : 10.15 11.45 WIB Petunjuk Pengerjaan Soal Berdoa terlebih dahulu sebelum mengerjakan! Isikan identitas Anda

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XII/ Pertemuan ke : 1 & 2 Alokasi Waktu : 4 x 4 menit Standar Kompetensi : Memahami koloid, suspensi, dan larutan sejati Kompetensi

Lebih terperinci

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen)

PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen) Lampiran 1 PEMETAAN / ANALISIS SK-KD (Kelas Eksperimen) MATA PELAJARAN/TEMA KELAS/SEMESTER : KIMIA/Sistem Koloid : XI/Genap STANDAR KOMPETENSI 5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya

Lebih terperinci

BAB VII SISTEM KOLOID

BAB VII SISTEM KOLOID BAB VII SISTEM KOLOID INDIKATOR Menjelaskan pengelompokan campuran menjadi larutan, koloid, dan suspensi. Mendeskripsikan perbedaan larutan, koloid, dan suspensi berdasarkan sifat campurannya, fasanya

Lebih terperinci

MODUL 5 KIMIA KOLOID

MODUL 5 KIMIA KOLOID MODUL 5 KIMIA KOLOID A. SISTEM KOLOID Di bawah ini ada beberapa perbedaan yang dapat di amati antara larutan sejati, sistem koloid dan suspensi kasar. Perhatikanlah tabel berikut: Tabel 5. 1 Perbedaan

Lebih terperinci

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Kimia Koloid Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu

Lebih terperinci

Campuran koloid, suspensi, dan larutan sejati dijelaskan berdasarkan komponen-komponen pembentuknya

Campuran koloid, suspensi, dan larutan sejati dijelaskan berdasarkan komponen-komponen pembentuknya 14. Memahami koloid, suspensi dan larutan sejati 14.1 Mengidentifikasi koloid, suspensi dan larutan sejati Indikator : Campuran koloid, suspensi, dan larutan sejati dijelaskan berdasarkan komponen-komponen

Lebih terperinci

LAPORAN KIMIA FISIK KI-3141

LAPORAN KIMIA FISIK KI-3141 LAPORAN KIMIA FISIK KI3141 Percobaan H1 PENGENDAPAN SOL HIDROFOB OLEH ELEKTROLIT Percobaan H2 PENGENDAPAN TIMBAL BALIK SOL HIDROFOB Nama : Nisrina Rizkia NIM : 10510002 Kelompok :1 Tanggal Percobaan :

Lebih terperinci

Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA

Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA I. PENDAHULUAN Penggunaan cairan pembersih kaca semakin menjadi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan akan cairan pembersih kaca dari waktu ke waktu semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB 9 SISTEM KOLOID. Gambar 9.1 Sistem koloid Sumber: Ensiklopedi Sains dan Kehidupan

BAB 9 SISTEM KOLOID. Gambar 9.1 Sistem koloid Sumber: Ensiklopedi Sains dan Kehidupan BAB 9 SISTEM KOLOID Gambar 9.1 Sistem koloid Sumber: Ensiklopedi Sains dan Kehidupan Pada bab kesembilan ini akan dipelajari tentang macam-macam dispersi, macam-macam koloid, kegunaan sistem koloid, sifat-sifat

Lebih terperinci

Sistem Koloid 11/10/2017. Sifat sifat koloid. Pembuatannya. Penerapannya. Soal Tentang Dispersi. Perbandingan sifat Macam macam koloid

Sistem Koloid 11/10/2017. Sifat sifat koloid. Pembuatannya. Penerapannya. Soal Tentang Dispersi. Perbandingan sifat Macam macam koloid Materi : Apa sistem koloid Sifat sifat koloid Pembuatannya Click here Penerapannya Soal Disampaikan dalam Kuliah Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Unej In courtesy of onechemist. Foto foto yang berhubungan

Lebih terperinci

Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob

Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob I. TUJUAN PERCOBAAN Menentukan konsentrasi relatif sol hidrofob Fe 2 O 3 dan As 2 O 3 pada saat terjadi pengendapan timbal balik sempurna. II. TEORI DASAR Sol adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Problem Solving Metode problem solving adalah sistem pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle 5E Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa. Menurut

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1 HASIL PENGAMATAN 5.1.1 Pengenalan Sistem Dispersi a. Larutan Awal Setelah dimasukkan ke dalam air Sampel Tekstur Warna Butiran Warna Kejernihan Homogenitas Garam

Lebih terperinci

Download Soal dan Pembahasan Lainnya di: SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN..

Download Soal dan Pembahasan Lainnya di:  SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN.. SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN../ MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS : XI (Sebelas) HARI/TANGGAL : WAKTU : 07.30 09.30 (120 menit) 1. Kelarutan Mg(OH)2 dalam air adalah 10-3 mol/l. Maka harga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menghadapi tuntutan masa depan yang penuh tantangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menghadapi tuntutan masa depan yang penuh tantangan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Model - Model Pembelajaran Dalam menghadapi tuntutan masa depan yang penuh tantangan dan perubahan, telah banyak dikembangkan berbagai model pembelajaran. Berikut ini dikemukakan

Lebih terperinci

Percobaan H-1 dan H-2 Pengendapan Sol Hidrofob oleh Elektrolit dan Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob

Percobaan H-1 dan H-2 Pengendapan Sol Hidrofob oleh Elektrolit dan Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob Percobaan H- dan H- Pengendapan Sol Hidrofob oleh Elektrolit dan Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob. Tujuan.. Tujuan Percobaan H- mempelajari pengaruh penambahan elektrolit pada sol hidrofob menentukan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA. KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA. KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) KOLOID DAN PROSES PEMBUATANNYA SEKOLAH : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) ALOKASI WAKTU : 2x45 menit I. STANDAR KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang, manusia tidak dapat lepas dari bahan-bahan kimia, hampir disemua aspek kehidupan manusia dapat ditemukan bahan-bahan kimia. Mulai dari aspek kesehatan

Lebih terperinci

BAB.4 LAJU REAKSI. Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :

BAB.4 LAJU REAKSI. Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi : BAB.4 LAJU REAKSI laju reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu. Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup

Lebih terperinci

Bab XII TUJUAN PEMBELAJARAN. Koloid. Koloid 251. Demonstrasi efek Tyndall oleh koloid. Berkas cahaya yang melewati koloid akan terlihat nyata.

Bab XII TUJUAN PEMBELAJARAN. Koloid. Koloid 251. Demonstrasi efek Tyndall oleh koloid. Berkas cahaya yang melewati koloid akan terlihat nyata. Bab XII Koloid Sumber: Ebbing, General Chemistry Demonstrasi efek Tyndall oleh koloid. Berkas cahaya yang melewati koloid akan terlihat nyata. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mengikuti pembelajaran siswa dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN SIFAT PERMUKAAN Terdapat pada sistem pangan yang merupakan sistem 2 fase (campuran dari cairan yang tidak saling melarutkan immiscible) Antara 2

Lebih terperinci

Lampiran 8. Dasar Pengembangan Kisi-Kisi Soal Kimia SwC Kelas XI

Lampiran 8. Dasar Pengembangan Kisi-Kisi Soal Kimia SwC Kelas XI Lampiran 8 Dasar Pengembangan Kisi-Kisi Kimia SwC Kelas XI 50 DASAR PENGEMBANGAN KISI-KISI SOAL KIMIA SwC KELAS XI SK-KD dalam Standar Isi, Ujian Nasional Kimia (), SNMPTN (4), UM UGM (4), UMB UNDIP (),

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAKAN SK/KD 2011-2012

ANALISIS PEMETAKAN SK/KD 2011-2012 Mata Pelajaran : Kimia Kelas : XI/2 Standar Dasar 4. Memahami sifat-sifat larutan asambasa, metode pengukuran dan terapannya 4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Penerapan juga bisa diartikan sebagai kemampuan siswa untuk mengggunakan

BAB II KAJIAN TEORI. Penerapan juga bisa diartikan sebagai kemampuan siswa untuk mengggunakan BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Penerapan Prediction guide (tebak pelajaran) a. Penerapan strategi Prediction Guide Penerapan adalah proses mempraktikan teori yang telah dirancang. 1 Penerapan

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA SOAL KIIA 1 KELAS : XI IPA PETUNJUK UU 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Dalam pendidikan partisipatif seorang pendidik lebih berperan sebagai tenaga fasilitator, sedangkan keaktifan lebih dibebankan kepada peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang untuk memperoleh perubahan suatu tingkah laku yang baru

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang untuk memperoleh perubahan suatu tingkah laku yang baru 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Belajar dan Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMETAKAN SK/KD

ANALISIS PEMETAKAN SK/KD ANALISIS PEMETAKAN SK/ 20112012 Mata Pelajaran : Kimia Kelas : XI/2 Standar Dasar 4. Memahami sifatsifat larutan asambasa, metode pengukuran dan terapannya 4.1 Mendeskripsikan teoriteori asam basa dengan

Lebih terperinci

mengajar yang bervariasi merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran.

mengajar yang bervariasi merupakan manifestasi dari kreativitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Efektivitas penggunaan metode pembelajaran kooperatif jigsaw yang dimodifikasi dengan kegiatan laboratorium terhadap prestasi belajar pokok bahasan sistem koloid pada siswa kelas ii semester 2 sma negeri

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA

SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA Lampiran 01 SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA Satuan Pendidikan : SMA Negeri 6 Kupang Kelas/ Semester : XI MIA/ Genap Tahun Pelajaran : 2016/2017 Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori-teori Belajar Terdapat beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Teori belajar tersebut saling melengkapi

Lebih terperinci

SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 2012/2013 LEMBAR SOAL. Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T.

SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 2012/2013 LEMBAR SOAL. Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T. SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 0/0 LEMBAR SOAL Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T.P : 0/0 PETUNJUK :. Isikan identitas peserta pada tempat yang telah disediakan pada lembar

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I.

PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I. PENGARUH PEMBELAJARAN MAKE A-MATCH PADAA MATERI SISTEM KOLOID TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS XISMAN 5 BANDA ACEH S K R I P S I Diajukan Oleh NURIYANI NIM: 291 223 248 Mahasiswa Fakultas TarbiyahdanKeguruan

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! KIMIA XI SMA 217 S OAL TES SEMESTER II I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Basa menurut Arhenius adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan a. proton d. ion H b. elektron e.

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM KOLOID. Tujuan Pembelajaran

BAB 10 SISTEM KOLOID. Tujuan Pembelajaran Bab 10 Sistem Koloid BAB 10 243 SISTEM KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah belajar bab ini, kalian diharapkan mampu: - membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitar, - menggolongkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. para ahli pendidikan di Jepang, kegiatan studi pembelajaran (lesson study) atau

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. para ahli pendidikan di Jepang, kegiatan studi pembelajaran (lesson study) atau BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Studi Pembelajaran (Lesson Study) Menurut catatan perkembangan pendidikan di Jepang yang di ungkapkan oleh para ahli pendidikan di Jepang, kegiatan studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dan perubahan itu sendiri karena usaha yang disengaja.

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, dan perubahan itu sendiri karena usaha yang disengaja. BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Hakikat Belajar Dan Mengajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

A. PEMBUATAN SISTEM KOLOID B. DISPERSI KOLOID C. JENIS-JENIS KOLOID D. SIFAT-SIFAT KOLOID E. KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB F

A. PEMBUATAN SISTEM KOLOID B. DISPERSI KOLOID C. JENIS-JENIS KOLOID D. SIFAT-SIFAT KOLOID E. KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB F 8 A. PEMBUATAN SISTEM KOLOID B. DISPERSI KOLOID C. JENIS-JENIS KOLOID D. SIFAT-SIFAT KOLOID E. KOLOID LIOFIL DAN KOLOID LIOFOB F. KOLOID DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Di sekitar kita, terdapat berbagai macam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. diperoleh dengan skor 3,76 termasuk dalam kategori baik. b. Ketuntasan indikator tercapai dengan menerapkan pendekatan scientific

BAB V KESIMPULAN. diperoleh dengan skor 3,76 termasuk dalam kategori baik. b. Ketuntasan indikator tercapai dengan menerapkan pendekatan scientific BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan secara deskriptif dan statistik dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan pendekatan scientific efektif pada materi pokok sistem

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11 A LARUTAN, KOLOID, SUSPENSI Campuran antara dua macam zat atau lebih akan memebentuk larutan, koloid, atau suspensi Ciri dan sifat ketiga campuran dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 61 Perbedaan larutan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KajianTeori dan Penelitian yang Relevan 1. Kajian Teori a. Belajar Mandiri 1) Definisi belajar mandiri Belajar mandiri merupakan kegiatan belajar aktif yang didorong oleh niat

Lebih terperinci

MODUL KIMIA sma XII MIPA SISTEM KOLOID. Yovita Emiliana Irmayanti

MODUL KIMIA sma XII MIPA SISTEM KOLOID. Yovita Emiliana Irmayanti MODUL KIMIA sma XII MIPA SISTEM KOLOID Yovita Emiliana Irmayanti SISTEM KOLOID STANDAR KOMPETENSI: Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. KOMPETENSI DASAR 5.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam proses pembelajaran IPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam proses pembelajaran IPA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menciptakan situasi yang kondusif dalam proses pembelajaran IPA diperlukan suatu model pembelajaran. Ada berbagai macam model pembelajaran yang banyak digunakan dalam dunia

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA. Di susun oleh: : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.

LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA. Di susun oleh: : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09. LAPORAN PRATIKUM FISIKA FARMASI DISPERSI KOLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 LABORATORIUM FISIKA FARMASI AKADEMI FARMASI THERESIANA SEMARANG

Lebih terperinci

Diklat Calon Kepala Lab SMA... Modul Kegiatan Laboratorium

Diklat Calon Kepala Lab SMA... Modul Kegiatan Laboratorium Diklat Calon Kepala Lab SMA... Modul Kegiatan Laboratorium 1. Sistim Koloid 2. Energetika 3. Kesetimbangan Kimia Instruktur : Miftahul Khair, S.Si, M.Sc, email : miftah@fmipa.unp.ac.id mobile : 081266597254

Lebih terperinci

SEMESTER PROGRAM. School : Semester : 2 Academic Year :

SEMESTER PROGRAM. School : Semester : 2 Academic Year : SEMESTER PROGRAM School : Subject : Chemistry Class : XI IPA Semester : Academic Year : No Kompetensi Dasar/ Materi Indikator 4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan

Lebih terperinci

GLOSARIUM. A : penyerapan pada permukaan. Aerosol : sistem koloid yang medium pendispersinya gas (8, B)

GLOSARIUM. A : penyerapan pada permukaan. Aerosol : sistem koloid yang medium pendispersinya gas (8, B) A Adsorbsi : penyerapan pada permukaan KIMIA XI SMA 225 Aerosol : sistem koloid yang medium pendispersinya gas (8, B) Asam Arrhenius Asam Bronsted Lowry : donor proton (5, A) : senyawa yang menghasilkan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA (Peminatan Bidang MIPA)

SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA (Peminatan Bidang MIPA) L A M P I R A N Satuan Pendidikan Kelas/ Semester : XI IPA /2 Tahun Pelajaran : 2016/2017 Kompetensi Inti KI 1 KI 2 KI 3 KI 4 : SMA Katolik Sint Carolus Kupang SILABUS MATA PELAJARAN KIMIA (Peminatan Bidang

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam JURNAL KELARUTAN D. Tinjauan Pustaka 1. Kelarutan Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam bagian tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu

BAB II KAJIAN TEORI. pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Saling membantu 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Von II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Learning Start With A Question.

BAB II KAJIAN TEORITIS. 1. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Learning Start With A Question. BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kerangka Teoritis 1. Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Learning Start With A Question. a. Pengertian Penerapan Arti kata penerapan adalah bisa berarti pemakaian suatu cara,

Lebih terperinci

SILABUS. : 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat senyawa.

SILABUS. : 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat senyawa. Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Standar Kompetensi Alokasi Waktu SILABUS : SMA : KIMIA : XI/1 : 1. Memahami struktur atom meramalkan sifat-sifat periodik unsur, struktur molekul, dan sifat sifat

Lebih terperinci

2013 LEMBAR SOAL. WAKTU : 90 MENIT KELAS : XII IPA T

2013 LEMBAR SOAL. WAKTU : 90 MENIT KELAS : XII IPA T 2013 LEMBAR SOAL. WAKTU : 90 MENIT KELAS : XII IPA T SMA UNGGULAN BPPT DARUS SHOLAH JEMBER UJIAN SEMESTER GENAP T.P 2012/2013 LEMBAR SOAL Waktu : 90 menit Kelas : XII IPA T.P : 2012/2013 PETUNJUK : 1.

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMK pada Topik Koloid

Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMK pada Topik Koloid LAPORAN PENELITIAN SEAMEO QITEP IN SCIENCE Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMK pada Topik Koloid Oleh : HERRY SOESANTO SMK MUHAMMADIYAH SERUI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN

Lebih terperinci

R E A K S I U J I P R O T E I N

R E A K S I U J I P R O T E I N R E A K S I U J I P R O T E I N I. Tujuan Percobaan Memahami proses uji adanya protein (identifikasi protein) secara kualitatif. II. Teori Dasar Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul

Lebih terperinci

Bab 9. Sistem Koloid. A. Penggolongan dan Sifat-Sifat Koloid B. Kestabilan Koloid C. Pembuatan Koloid

Bab 9. Sistem Koloid. A. Penggolongan dan Sifat-Sifat Koloid B. Kestabilan Koloid C. Pembuatan Koloid Bab 9 Sistem Koloid Sumber: art-mind.org Agar-agar merupakan suatu sistem koloid. Hasil yang harus Anda capai: menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP FAX KODE POS 60299

PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP FAX KODE POS 60299 PEMERINTAH KOTA SURABAYA DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 16 SURABAYA JL. RAYA PRAPEN TELP. 031-8415492 FAX 031-8430673 KODE POS 60299 ULANGAN AKHIR SEMESTER 2 (DUA) TAHUN PELAJARAN 2011 2012 Hari/Tanggal :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia, fungsinya bagi kehidupan tidak pernah bisa digantikan oleh senyawa lain. namun air yang tersedia

Lebih terperinci

Sistem Koloid 12/10/2016. Apa sistem koloid. Sifat sifat koloid. Pembuatannya. Penerapannya. Soal. Tentang Dispersi. Perbandingan sifat

Sistem Koloid 12/10/2016. Apa sistem koloid. Sifat sifat koloid. Pembuatannya. Penerapannya. Soal. Tentang Dispersi. Perbandingan sifat Materi : pa sistem koloid Sifat sifat koloid Pembuatannya Click here Penerapannya Soal In courtesy of onechemist. Foto foto yang berhubungan dengan koloid SISTM KOLOI Sistem dispersi : Sistem Koloid click.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan hal pokok dalam proses pendidikan. Pengertian belajar sudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan hal pokok dalam proses pendidikan. Pengertian belajar sudah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar merupakan hal pokok dalam proses pendidikan. Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi, termasuk ahli psikologi

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

Lampiran 9. Kisi-Kisi Soal Kimia SwC Kelas XI

Lampiran 9. Kisi-Kisi Soal Kimia SwC Kelas XI Lampiran 9 Kisi-Kisi Kimia SwC Kelas XI 159 Bidang Studi : Kimia Kelas/Semester : XI/1 : 50 KISI-KISI SOAL LATIHAN KIMIA SwC KELAS XI Standar 1. Memahami struktur atom untuk meramalkan sifat-sifat periodik

Lebih terperinci

SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 SMK NEGERI 1 WONOSOBO Jalan Bhayangkara No. 12 (0286) Wonosobo

SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 SMK NEGERI 1 WONOSOBO Jalan Bhayangkara No. 12 (0286) Wonosobo SOAL UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 SMK NEGERI 1 WONOSOBO Jalan Bhayangkara No. 12 (0286) 321219 Wonosobo Kompetensi Keahlian Mata Pelajaran Bentuk Soal : RPL/TKJ/MM : KIMIA : Pilihan

Lebih terperinci

Titik Leleh dan Titik Didih

Titik Leleh dan Titik Didih Titik Leleh dan Titik Didih I. Tujuan Percobaan Menentukan titik leleh beberapa zat ( senyawa) Menentukan titik didih beberapa zat (senyawa) II. Dasar Teori 1. Titik Leleh Titik leleh adalah temperatur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Konsep Teoretis. 1. Strategi Pembelajaran Aktif. Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja

BAB II KAJIAN TEORI. A. Konsep Teoretis. 1. Strategi Pembelajaran Aktif. Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Strategi Pembelajaran Aktif Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup

Lebih terperinci