MODUL PERKULIAHAN PERILAKU KONSUMEN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. A41435EL Sugihantoro, S.Sos, M.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PERKULIAHAN PERILAKU KONSUMEN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. A41435EL Sugihantoro, S.Sos, M."

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN PERILAKU KONSUMEN Kelompok Acuan Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Advertising & A41435EL Sugihantoro, S.Sos, M.Ikom Marketing 12 Communications Abstract Modul ini membahas mengenai pengertian dan kelompok acuan sebagai faktor penting dan berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Kompetensi Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat memahami kelompok acuan dan pengaruhnya terhadap perilaku konsumen. Selain itu mahasiswa dapat memahami penerapan kelompok acuan dalam penyusunan strategi pemasaran produk ataupun jasa.

2 Kelompok Acuan 1.1. Pengertian Kelompok Pada dasarnya manusia tidak akan dapat hidup sendiri-sendiri, karena ia merupakan makluk sosial. Manusia memiliki kecenderungan untuk hidup bersama-sama secara menetap dan berkelanjutan. Menurut Suryani (2008:215), secara umum kelompok didefinisikan sebagai kumpulan dari dua orang atau lebih yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang bersama. Dengan demikian di dalam suatu kelompok akan ada interaksi, artinya hubungan sosial yang terjadi di antara anggota kelompok saling mempengaruhi. Kalau di A dalam kelompok itu senang minum kopi di Starbuck sambil diskusi soal bisnis, maka hal ini akan mempengaruhi juga anggota yang lain, si B misalnya untuk datang ke sana karena juga ingin diskusi soal bisnis. Interaksi yang dilakukan bertujuan untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan bersama ini dapat dikonotasikan bahwa masing-masing individu punya tujuan yang sama yang disepakati untuk dicapai secara bersama-sama atau karena di antara mereka terdapat kesamaan tujuan. Misalnya secara individual sama-sama penggemar kopi Starbuck atau karena mereka mempunyai tujuan bersama untuk menjadikan semua anggota kelompoknya sebagai orang-orang yang bergaya hidup tertentu. Selanjutnya Setiadi (2010:189), menjelaskan bahwa kelompok merupakan sekumpulan orang yang hidup dan saling berinteraksi. Sebagian merupakan kelompok primer seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja, yang mana orang tersebut secara terus-menerus berinteraksi dengan mereka. Selain kelompok primer cenderung bersifat informal. Namun demikian seseorang juga termasuk kelompok sekunder, seperti kelompok keagamaan, profesi, dan kelompok asosiasi perdagangan yang mana cenderung bersifat lebih formal dan mempunyai interaksi yang tidak begitu rutin Kelompok Acuan Berdasarkan uraian pendapat Schiffman dan Kanuk (2004) sebagaimana dikutip Nitisusastro (2012:104), referensi didefinisikan dengan sumber acuan atau rujukan, atau petunjuk. Dengan demikian referensi kelompok atau kelompok acuan adalah seorang figure atau suatu kelompok orang tertentu dalam masyarakat yang dijadikan acuan atau rujukan oleh seorang atau lebih anggota masyarakat dalam membentuk pandangan tentang nilainilai sikap atau sebagai pedoman berperilaku yang memiliki ciri-ciri khusus. 2

3 Sementara itu Setiadi (2010:190), menjelaskan bahwa kelompok acuan atau kelompok referensi melibatkan satu atau lebih orang yang dijadikan sebagai dasar pembanding atau titik referensi dalam membentuk tanggapan afeksi dan kognisi serta menyatakan perilaku seseorang. Grup referensi ukurannya beragam (dari satu hingga ratusan orang), dapat memiliki bentuk nyata (orang sebenarnya) atau tidak nyata dan simbolik (eksekutif yang berhasil atau bintang olahraga). Grup referensi seseorang dapat berasal dari kelas sosial, sub budaya, atau bahkan budaya yang sama atau berbeda. Selanjutnya menurut Suryani (2008:215), dari berbagai kelompok yang ada, bentuk kelompok yang mempunyai relevansi dengan perilaku konsumen adalah kelompok acuan. Kelompok acuan merupakan individu atau kelompok yang dijadikan rujukan yang mempunyai pengaruh nyata bagi individu. Konsumen yang mengacu perilakuknya pada kelompok rujukan tertentu belum tentu menjadi anggota kelompok tersebut. Contohnya adalah sekelompok anak muda yang cara berpakaiannya menirukan group band Ungu, tidak harus dia masuk dalam kelompok tersebut. Seorang perempuan muslim ketika bulan ramadhan begitu antusias pergi ke mall ke toko busana muslim untuk mencari kerudung agar bisa meniru. Menurut Supranto dan Limakrisna (2007:58), suatu kelompok (group) terdiri dari dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sala lain untuk mencapai suatu tujuan. Kelompok yang penting meliputi, keluarga, kawan dekat, mitra kerja, kelompok sosial formal (asosiasi profesional). Kelompok hobi atau santai-santai (tim pemain bowling) dan tetangga. Beberapa kelompok ini mungkin menjadi kelompok referensi. Suatu kelompok referensi meliputi satu orang atau lebih yang dipergunakan oleh seseorang sebagai basis/dasar untuk perbandingan atau titik referensi di dalam membentuk respons afektif dan kognitif dari pembentukan perilaku. Kelompok referensi bisa berapa saja banyaknya (dari satu orang sampai ratusan orang) dan mungkin bisa berwujud (tangible) seperti orang sebenarnya (actual people) atau tak terwujud (intangible) atau simbolik (kesuksesan pengusaha/pebisnis atau pahlawan olahraga). Kelompok referensi orang (and single referent persons) mungkin berasal dari kelas sosial sub budaya dan bahkan budaya yang sama atau lainnya Klasifikasi Kelompok Menurut penjelasan Prasetijo dan Ihalauw (2005:148), kelompok dapat diklasifikasikan menjadi 4 (empat) dikotomi antara lain: 1) Kelompok primer dan kelompok sekunder Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005:148), kelompok primer adalah kelompok sosial di mana hubungan antar anggotanya bersifat pribadi dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Anggota-anggota kelompok itu terikat oleh kesetiaan yang kuat, 3

4 dan biasanya mereka melakukan kegiatan bersama, menghabiskan waktu bersama dan merasa bahwa mereka saling mengenal satu sama lain dengan sangat baik. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Keluargalah yang berperan dalam proses sosialisasi awal, yang membentuk sikap, perilaku, identitas sosial, dan memberikan kenyamanan dan rasa aman (Kindra dkk, 1994) pada seseorang. Akan tetapi, walaupun anggota-anggota dari kelompok primer ini saling tergantung satu sama lain, mereka berkelompok bukan atas dasar saling memenuhi kebutuhan seperti dikatakan sebelumnya. Kelompok sekunder merupakan kelompok sosial yang besar dan bersifat tidak pribadi, berdasarkan atas kesukaan dan kegiatan yang sama. Hubungan kerapkali berlangsung singkat. Jadi, kelompok sekunder lebih berorientasi pada tujuan, sedangkan kelompok primer lebih berorientasi pada pribadi. 2) Kelompok formal versus kelompok informal Kelompok formal terdiri dari anggota-anggota kelompok yang berinteraksi menurut struktur yang baku. Kelompok formal ditengarai dengan adanya pembagian kekuatan dan wewenang (birokrasi) dan tujuan kelompok yang sangat spesifik. Kelompok informal terbentuk karena anggota-anggotanya mempunyai mempunyai tujuan, pengalaman, kesukaan dan kegiatan yang sama. Dalam kelompok informal tidak ada struktur maupun pembagian wewenang dan kekuasaan yang baku. 3) Kelompok besar versus kelompok kecil Besar atau kecilnya kelompok merupakan sesuatu yang sangat relatif. Apa yang penting di sini adalah bahwa besar kecilnya kelompok snagat berpengaruh pada bagaimana para anggotanya berinteraksi. Kelompok sosial yang besar dengan sendirinya akan memberlakukan aturan yang harus diikuti untuk menjaga kestabilan kelompok itu. Dalam kelompok besar interaksi atar anggotanya tidak seerat kelompok kecil, di mana boleh dikatakan bahwa anggota kelompok kelcil mengenal anggota yang lain, lebih baik daripada para anggota kelompok yang lebih besar. 4) Kelompok yang mensyaratkan keanggotaan versus kelompok simbolik Seseorang harus memenuhi syarat-syarat tertentu untuk menjadi anggota dalam kelompok yang pertama. Keanggotaan dalam kelompok ini mengakibatkan seseorang menyerap nilai-nilai kelompok mengembangkan sikap-sikap tertentu dan juga berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan sikap itu. Kelompok simbolis tidak mensyaratkan seseorang untuk menjadi anggota, walaupun orang itu bisa saja menyerap nilai-nilai dan sikap-sikap tertentu, bahkan berperilaku sesuai dengan kelompok simbolis tersebut. Kelompok simbolis bersifat tidak nyata. Pengagum Taufik Hidayat, pemain bulutangkis nasional yang handal, akan membeli raket bulutangkis persis seperti yang dipakai Taufik Hidayat, mungkin rambutnya juga 4

5 dipotong persis seperti Taufik, tetapi tidak usah menjadi anggota Taufik Hidayat Fans Club atau kelompok yang semacamnya Kelompok yang dekat dalam pemasaran Menurut Prasetijo dan Ihalauw (2005:150), kelompok-kelompok yang dekat dalam kehidupan seseorang sebagai konsumen, antara lain sebagai berikut: a) Keluarga dan sanak keluarga Keluarga dan sanak keluarga, terutama dalam budaya yang cenderung kolektif (bukan individualis) sangat menentukan perilaku, pilihan produk dan aktivitas pembelian. Dari keluargalah konsumen belajar dan bersosialisasi untuk menjadi konsumen kelak di kemudian hari. b) Teman Dalam berteman orang memiliki suatu bentuk komitmen yang sama-sama dimengerti oleh orang-orang dalam kelompok teman tersebut. Komitmen itu bisa juga terjadi atas dasar kesamaan dalam beberapa hal, seperti minat, tujuan, kebutuhan, dan lain sebagainya. Karena komitmen itulah, maka orang selalu berusaha untuk berlangganan di kafe tertentu, misanya. Demikian pula dengan pilihan produk-produk yang lain, mereka cenderung untuk tidak dikatakan berbeda. c) Kelompok sosial formal Kelompok ini terjadi karena terciptanya struktur di dunia kerja atau organisasi lain. Mereka yang tergabung dalam rotary club memahami perilaku yang bisa diterima dalam kelompok itu, sehingga perilaku belinya pun sedikit banyak terpengaruh oleh norma kelompok. d) Kelompok belanja Seringkali ditemui di mal-mal, sekelompok remaja atau ibu-ibu yang kesana kemari bersama-sama. Bila mereka masuk ke sebuah toko, mereka memilih secara detail, mencoba dengan cermat produk yang mereka sukai, walaupun semua itu dilakukan hanya untuk sepotong t-shirt. Tapi bila ada di antara mereka yang datang ke toko itu sendirian, maka dia akan langsung menuju ke tempat produk yang diinginkan, memilih, mencoba dan membeli, tanpa berkeliling, cuci mata, dan mencoba yang ini dan yang itu. Jadi, kelompok belanja berpengaruh pada perilaku pembelian konsumen. e) Kelompok kegiatan konsumen Kelompok kegiatan konsumen seringkali merupakan kekuatan kritis untuk perusahaan dan lembaga pemerintahan terkait. Mereka menyuarakan keluhan konsumen atau akibat buruk yang menimpa konsumen setelah mengkonsumsi 5

6 produk. Kelompok kegiatan konsumen selalu diperhitungkan dalam sepak terjang perusahaan. Hal ini terutama terjadi di negara-negara yang demokratis, di mana suara konsumen (rakyat) selalu didengar. Kelompok kegiatan konsumen mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi atau menolak produk. f) Kelompok kerja Kelompok kerja menentukan juga pilihan produk. Itulah sebabnya mengapa Nescafe membuat setting iklannya di tempat kerja, di mana orang yang tidak mengkonsumsi Nescafe menjadi korban cemooh dari para rekan sekerjanya. Sementara itu menurut Supranto dan Limakrisna (2007:60), pada dasarnya orang mengenali dan mengafiliasi dengan kelompok referensi tertentu untuk alasan sebagai berikut: 1) Mendapatkan pengetahuan yang berguna 2) Mendapatkan ganjaran (rewards) atau menghindari hukuman 3) Memperoleh makna untuk membentuk, memodifikasi atau mempertahankan konsep diri mereka 1.5. Pengaruh Kelompok terhadap Menurut Suryani (2008:222), bagi pemasar, pemahaman terhadap kelompok sangat penting karena kelompok dapat mempengaruhi perilaku anggota dan di luar anggota kelompok. Menurut Mowen dan Minor (2002) dalam Suryani (2008:222), terdapat lima faktor penting yang dapat menjelaskan mengapa kelompok dapat mempengaruhi perilaku individu, termasuk perilaku konsumsi dan pembelian, yaitu; 1) Melalui norma, nilai dan informasi Kelompok yang menyadari pentingnya pencapaian tujuan bersama akan mengembangkan norma-norma guna mengatur dan mengontrol perilaku anggotanya. Apa yang dilakukan oleh kelompok penggembar bola basket agar dapat memenangkan pertandingan dan mempunyai popularitas tinggi di kalangan anak muda di lingkungannya; menyepakati adanya aturan-aturan tertentu seperti pola konsumsi agar kesehatannya terjaga, sistem latihan dan jadwal, cara berkomunikasi di antara mereka, kesepakatan bersama untuk menghabiskan waktu senggang di sela-sela latihan dan lain sebagainya. Adanya aturan yang mereka sepakati bersama ini tentu akan diikuti oleh para anggota, karena kalau tidak mereka akan ditegur oleh anggota yang lain dan dianggap sebagai anggota yang tidak patuh. Oleh karena itu mau tidak mau individu yang ada di dalam kelompok berusaha menyesuaikan perilaku, kebiasaannya dengan apa yang ditentukan oleh kelompok. Melalui norma 6

7 dan aturan yang diberlakukan pada kelompok inilah, individu akan terpengaruh. Individu perilakuknya akan dikontrol oleh kelompok sesuai dengan aturan yang berlaku, termasuk dalam perilaku belajanya. Semakin kuat kelompok memegang teguh norma, semakin besar pengaruhnya pada perilaku individu. Nilai norma sebagai sesuatu yang dianggap penting dan dijunjung tinggi oleh kelompok biasanya ditanamkan oleh kelompok pada semua anggota organisasi. Nilai-nilai kebebasan, nilai harmoni dan kebersamaan, nilai kebersihan dan kesehaan yang ditanamkan kelompok kepada anggotanya akan berpengaruh terhadap perilaku individu-individu yang ada dalam kelompok tersebut. Seorang individu yang tadinya tidak mementingkan faktor kebersihan dan memiliki kesadaran yang rendah tentang pentignya kesehatan, bisa jadi berubah setelah masuk dalam kelompok yang mengutamakan nilai-nilai tersebut bagi seluruh anggotanya. Kelompok juga mempengaruhi perilaku anggotanya melaui komunikasi dan informasi yang mereka sebarkan. Melalui komunikasi dan informasi ini terjadilah pengaruh berupa perubahan pendapat, perubahan sikap, dan perubahan perilaku. Perilaku belanja dan perilaku konsumsi individu dalam kelompok dapat dipengaruhi karena adanya informasi yang mereka terima dari rekan-rekan anggota dan kelompoknya. Contoh Amir sebagai anggota kelompok penggemar ikan hias, berusaha untuk mencari jenis ikan Arwana yang sekarang ini menjadi pilihan teman-temannya dalam kelompok penggemar ikan hias. Seorang ibu karena sering mendengar pembicaraan tentang hebatnya sabun kecantikan merek X berusaha mencari sabun tersebut di beberapa pasar swalayan agar tidak tertinggal dari kelompoknya. 2) Faktor peran dalam kelompok Agar kelompok dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan mencapai tujuan bersama yang telah disepakati, maka kelompok akan menunjuk individu-individu tertentu sesuai dengan peran yang dibutuhkan dalam kelompok tersebut. Ada yang berperan sebagai ketua, sekretaris, bendahara dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan kelompok. Individu yang mempunyai peran diharapkan oleh anggota lainnya untuk dapat melakukan tindakan, tugas sesuai dengan status perannya. Individu yang mempunyai peran penting dalam organisasi, misalnya sebagai pengambil keputusan, akan dituntut dapat menjalankan fungsinya sebagai pengambil keputusan yang baik. Seringkali pengambilan keputusan yang dibuat terkait dengan pembelian dan penggunaan produk-produk tertentu. Melalui pelaksanaan peran inilah kelompok dapat mempengaruhi perilaku konsumen yang menjadi anggota kelompoknya. 3) Tuntutan untuk menyusuaikan dengan kelompok 7

8 Ketika individu masuk salam suatu kelompok tentu ingin mendapatkan penerimaan dari kelompok. Individu akan tersiksa jika menjadi orang yang tidak diterima atau kurang diterima di dalam suatu kelompok yang menjadi kebutuhannya. Oleh karena itu untuk mendapatkan penerimaan ini individu berusaha menyesuaikan dirinya dengan aturan dan kebiasaan serta perilaku kelompoknya. 4) Proses perbandingan sosial Dalam proses interaksi dalam kelompok, secara psikologis indidivu akan membandingkan dirinya dengan orang lain yang tingkatannya sama dan juga membandingkan antara dirinya saat ini dengan diri yang ideal. Melalui proses seperti inilah individu yang ada dalam kelompok akan mengevaluasi sikap dan perilakunya serta berusaha mengubah perilakuknya sesuai dengan diri yang diharapkan agar tidak berbeda dengan yang lain. 5) Polarisasi kelompok Di dalam suatu kelompok keputusan-keputusan penting sering harus dibuat. Biasanya kelompok cenderung lebih berani dalam mengambil resiko dibandingkan kalau keputusan itu dilakukan secara individual. Fenomena polarisasi juga dapat terjadi, individu sering dapat dengan mudah terpengaruh atau mengubah keputusannya sendiri dan menyesuaikan dengan keputusan kelompok. Hal ini berdampak pada perilaku individu termasuk dalam proses pembelian. Seringkali jika yang terkait dengan pakaian, pengadaan barang dan jasa akhirnya individu yang sebenarnya punya pilihan keputusan sendiri, setelah berada dalam kelompok mengubah keputusannya sesuai dengan keputusan kelompok Faktor-Faktor yang Menentukan Kekuatan Pengaruh Kelompok Menurut uraian Prasetijo dan Ihalauw (2005:153), kelompok acuan merupakan bagian dari proses pembelajaran lingkungan. Anggota-anggota kelompok sangat berperan dalam proses sosialisasi konsumen yaitu bagaimana seseorang menjadi konsumen. Dalam interaksinya, sesama anggota kelompok secara tidak langsung menyampaikan normanorma dan nilai-nilai budaya dalam masyarakat (lingkungan), yang mencakup juga produk apa yang dibeli dan dikonsumsi, ke mana seharusnya membeli, bagaimana sikap yang seharusnya terhadap suatu produk, jasa atau ide tertentu. Acuan yang demikian itu diterapkan juga oleh konsumen dalam keyakinan dan sikapnya terhadap produk atau merek tertentu, juga terhadap atribut produk mana yang dianggap penting dan gaya hidup mana yang lebih disukai. Solomon (1999) dalam Prasetijo dan Ihalauw (2005:153), menjelaskan bahwa terdapat empat jenis kekuatan yang dimiliki oleh kelompok acuan yang dapat memberikan pengaruh kepada konsumen: 8

9 1) Kekuatan sosial (social power) Hal ini ditunjukkan dalam situasi di mana kelompok acuan itu mampu mengubah peirlaku seseorang, secara sukarela ataupun tidak, dan berlaku pada waktu kelompok atau orang yang bersangkutan itu ada, maupun dalam keadaan di mana kelompok atau orang itu tidak ada. Kelompok pecinta lingkungan yang terkenal, misalnya membuat mahasiswa-mahasiswa suatu perguruan tinggi menirunya dengan tidak merokok dan membuang sampah pada tempat yang disediakan, walaupun kelompok pecinta lingkungan itu tidak berada di hadapannya. 2) Kekuatan acuan (referent power) Bila seorang mengagumi kualitas orang lain atau kelompok tertentu, dia akan mencoba untuk meniru kualitas itu dengan cara meniru perilaku orang atau kelompok yang bersangkutan, termasuk pilihan produk sampai dengan pilihan kegiatan waktu luang. Kekuatan acuan ini sangat penting bagi strategi pemasaran karena konsumen secara sukarela mengubah perilakunya untuk menyenangkan atau mengidentifikasi dirinya dengan orang yang dikaguminya. Dalam hubungan itu pulalah, sering digunakan orang-orang terkenal dalam iklan-iklan. 3) Kekuatan alternatif (informative power) Seseorang bisa mempunyai kekuatan atas orang lain karena dia memiliki informasi yang ingin diketahui orang lain. Kekuatan informatif dapat dimiliki dan dapat mempengaruhi pendapat konsumen karena sumber kekuatan itu dianggap memiliki akses terhadap kebenaran. Pengalaman menggunakan produk bisa menghasilkan kekuatan informatif. Maka pemasar suku cang Honda mempengaruhi konsumennya dengan menggunakan sosok montir sebagai juru bicara. 4) Kekuatan sah atau sering disebut wewenang (legitimate power) Seseorang bisa memiliki kekuatan karena dia diberi kekuasaan oleh yang berwewenang, misalnya kekuatan yang dimiliki oleh polisi atau profesor. Seragam menimbulkan kekuatan sah ini. Maka dari itu orang berseragam sering digunakan untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Misalnya mahasiswa kedokteran yang sedang praktik harus memakai seragam dokter, supaya memberikan kesan kewenangan dan kekuasaan. 5) Kekuatan keahlian (expert power) Konsumen mudah dipengaruhi oleh ahli yang dianggap bisa mengevaluasi produk dengan obyektif dan informatif. Dewasa ini, banyak dokter yang digunakan oleh perusahaan obat untuk mempengaruhi pasiennya dalam menggunakan obat merek tertentu. Demikian pula iklan sikat gigi Oral-B, yang menggunakan seseorang ygn dipanggikal dok (dokter) yang pasti ahli dalam seluk beluk kesehatan gigi, untuk mempengaruhi konsumen. 9

10 6) Kekuatan pemberi ganjaran (reward power) Konsumen terpengaruh oleh seorang yang memberinya ganjaran positif yang bisa berbentuk sesuatuyang kasat mata, seperti hadiah, juga dapat berbentuk sesuatu yang tidak kasat mata, seperti penerimaan sebagai anggota suatu kelompok. Mowen (1993) melukiskan dengan cerita di Amerika, di mana ada sekelompok remaja yang memakai sepatu merek Nike dan senang bermain bola basket (para anggota mendapatkan ganjaran positif karena mengenakan sepatu merek Nike, berupa penerimaan dalam kelompok); ketika mereka mengetahui ada remaja lain yang bukan kelompoknya lewat memakai sepatu merek Reebok, kelompok remaja itu mengganjar di anak remaja tadi dan memukulnya (remaja terakhir ini menerima ganjaran negatif berupa penolakan). 7) Kekuatan paksaan (coercive power) Kekuatan ini merupakan satu bentuk pengaruh dengan intimidasi sosial atau fisik. Kekuatan paksaan tidak pernah digunakan dalam kiat-kiat pemasaran, karena hasilnya hanya sementara saja, tidak bisa untuk jangka waktu yang lama. Akan tetapi ada juga isyarat-isyarat menakut-nakuti (iklan asuransi), menekankan akibat negatif bila tidak mengkonsumsi produk (iklan Yakult), dan sebagainya yang digunakan untuk mempengaruhi konsumen Aplikasi Kelompok Rujukan dalam Pemasaran Menurut Suryani (2008:227), karena kelompok tujuan ini mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku konsumen, maka pemasar berupaya memanfaatkan kelompok rujukan ini. Kelompok rujukan mana yang seringkali dipakai oleh pemasar dan bagaimana pemasar memanfaatkan kelompok rujukan? Berikut akan diuraikan di bawah ini. a) Selebritis Di masyarakat Indonesia selebriti seperti penyanyi, pemain musik, artis, pelawak dan atlit, eksekutif, politikus, merupakan orang-orang yang mempunyai popularitas tinggi dan mempunyai pengaruh yang kuat. Anak-anak menyukai pemain sinetron, dan penyanyi anak-anak. Kaum remaja menyukai para artis pemain sinetron remaja, pamin musik yang sedang ngetop, atlit muda olahraga. Demikian juga para ibu-ibu maupun bapak-bapak juga banyak di antara merek yang mengidolakan selebritis tertentu. Bahkan mereka tidak hanyak sekedar mengidolakan, tetapi juga menjadikan idolanya. Melihat kondisi ini pemasara pun berupaya memanfaatkannya terutama untuk kepentingan promosi. Dalam mempromosikan produk atau jasa pemasar menggunakan selebriti sebagai bintang iklan. 10

11 b) Artis Penggunaan artis untuk mempromosikan produk dipandang mempunyai pengaruh yang cukup kuat karena mempunyai popularitas di masyarakat. Pemasar biasanya memilih artis yang sedang popouler dan dikagumi khalayak sasaran yang menjadi pasar sasarannya. Ada banyak peran yang dimainkan oleh artis dalam mempromosikan produk atau jasa, antara lain: 1) Memberikan kesaksian (testimonial) Dalam iklan sering kita temui selebritis yang menyampaikan kesaksiannya bahwa suatu produk vitamin tentu benar-benar mampu memberikannya solusi terhadap permasalahan yang dihadapi konsumen. 2) Memberikan penguatan atau dorongan (endorsement) Contohnya penggunaan artis dalam komunikasi pemasaran yang berperan untuk memberikan dorongan penggunaan suatu produk. 3) Berperan sebagai aktor dalam iklan Kebanyakan iklan menggunakan selebritis yang berperan sebagai bintang iklan. Iklan sepeda motor dari berbagai merek yang ditayangkan di televisi, kebanyakan menggunakan aktor yang cukup populer di masyarakat. Penggunaan bintang film sperti Dedy Mizwar, Dede Yusuf, Ari Wibowo dan sebagai merupakan beberapa contoh selebritis sebagai aktor dalam iklan. 4) Berperan sebagai juru bicara perusahaan Dalam hal ini perusahaan menggunakan artis tidak hanya sekedar untuk mengiklankan produknya, sebagai aktor, tetapi menjadi juru bicara ketika perusahaan melakukan public relations dan media relation. Contohnya para pemenang Puteri Indonesia dijadikan juru bicara untuk produk perusahaan tertentu. c) Expert Pemasar sering menggunakan tokoh yang mempunyai kepakaran tertentu yang mempunyai relevansi dengan produk yang diiklankan. Penggunaan dokter Lula Kamal untuk iklan produk tertentu, pembalap dengan prestasi tingkat internasional dijadikan bintang iklan produk otomotif dan sebagainya. Kredibilitas dari iklan menggunakan pakar ini tergantung dari reputasi keahlian dan juga reputasi personal tokoh tersebut di masyarakat serta keterkaitan kepakaran dengan produk yang diiklankan. d) Orang biasa (the common man) Seringkali produk sabun detergent, susu anak-anak, bumbu masak menggunakan orang biasa untuk mengiklankan produknya. Mereka mengadakan lomba tentang pengalamannya menggunakan produk dan hasil yang diperoleh atas penggunaan 11

12 produknya. Hasil perlombaan ini kemudian diiklankan sebagai kesaksian konsumen atas kehebatan produknya dalam membantu konsumen untuk memuaskan kebutuhannya. Contoh iklan sabun deterjen Rinso menggunakan konsumen untuk menceritakan pengalamannya setelah menggunakan Rinso untuk membersihkan kotoran dan membuat pakaian yang dicuci tetap cemerlang. e) Para eksekutif dan karyawan Para eksekutif perusahaan dipandang masyarakat sebagai orang sukses. Masyarakat juga meyakini bahwa sebagai eksekutif yang sukses tentu apa yang disampaikan dapat dipercaya karena jika tidak benar, pasti akan mempengaruhi reputasi dan kepercayaan masyarakat. Adanya pandangan dan keyakinan yang berkembang di masyarakat seperti ini, mendorong perusahaan untuk memanfaatkan para eksekutifnya untuk mempengaruhi masyarakat melalui iklan. Misalnya adalah penggunaan pimpinan PT. Maspion untuk mengiklankan produk-produk yang dihasilkan oleh Maspion. f) Karakter dagang (trade-character) Karakter dagang atau simbol yang digunakan perusahaan sering dimanfaatkan untuk mempengaruhi konsumen dalam komunikasi pemasaran. Berbagai karakters dagang yang dikeluarkan oleh Walt Disney seperti Mickey Mouse, Ronald Mc Donald, Tom dan Jerry banyak digunakan oleh pemasar untuk menarik perhatian anak-anak dan remaja. Beberapa tokoh kartun dari Jepang seperti Doraemon dan tokoh lainnya dalam film Doraemon dan Pokemon banyak digunakan untuk mempengaruhi konsumen anak-anak. *** 12

13 Daftar Pustaka Buku : Ihalauw, John J.O.I dan Ristiyanti Prasetijo Andi. Yogyakarta. Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran. Jilid II, Edisi Kesebelas, Alih Bahasa Benyamin Molan. Indeks. Jakarta. Nitisusastro, Mulyadi Perilku Konsumen. Alfabeta. Bandung. Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson & Strategi Pemasaran. Edisi 9. Salemba Empat. Jakarta. Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk Edisi Ketujuh. PT Indeks. Jakarta. Setiadi, Nugroho J Kencana. Jakarta. Supranto, J dan Nandan Limakrisna dan Strategi Pemasaran. Mitra Wacana Media. Jakarta. Suryani, Tatik : Implikasi pada Strategi Pemasaran. Graha Ilmu. Yogyakarta. Jurnal : Bodouva, Nicholas W. (). The Influence of Reference Group Values and Retail Image on Shopping Patronage at Aiports. International Journal of Management and Marketing Research. Vo. 8, No.1, pp Gupta, Shruti. (). To Pay or Not to Pay a Price Premium for Corporate Social Responsibility: A Social Dilemma and Reference Group Theory Perspective. Academy of Marketing Studies Journal. Volume 19, Number 1. pp Lawrence, Barbara S. (2006). Organizational Reference Groups: A Missing Perspective on Social Context. Organization Science, Jan/Feb 2006: 17,1, pg.80. Pentina, Iryna; Victor R. Prybutok; Xiaoni Zhang. (2008). The Role of Virtual Communities as Shopping Reference Groups. Journal of Electronic Commerce Research. Vol. 9, No. 2. Wei, Yujie & Chunling Yu. (2012). How do Reference Groups Influence Self-Brand Connections Among Chinese Consumer? Implications for Advertising. Journal af Advertising, Vol. 41, No.2, pp Zheng, Congcong. (2012). Isomorph Isomorphic Influences and Aspiration: Reference Group Choice in Entry Mode Decisions. Journal of International Business Research, Volume 11, Number 2. Pp

14 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2.1.1 Definisi Perilaku Konsumen Menurut American Marketing Association dalam Peter dan Olson (2013:6) perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai dinamika

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Jenis-Jenis Pembelajaran. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

PERILAKU KONSUMEN. Jenis-Jenis Pembelajaran. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: PERILAKU KONSUMEN Jenis-Jenis Pembelajaran Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id TEORI-TEORI PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PENGARUH REFERENCE GROUP TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN. Nadira Artantie.

PENGARUH REFERENCE GROUP TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN. Nadira Artantie. PENGARUH REFERENCE GROUP TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN Nadira Artantie (nadiraart@yahoo.co.id, 105020200111061@students.ub.ac.id) Menurut (Sumarwan: 2003) menyebutkan : Kelompok referensi (reference

Lebih terperinci

BAB 6 LINGKUNGAN SOSIAL MIKRO

BAB 6 LINGKUNGAN SOSIAL MIKRO BAB 6 LINGKUNGAN SOSIAL MIKRO Lingkungan sosial mikro adalah interkasi sosial langsung diantara kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kecil, secara sebuah keluarga dan kelompok-kelompok referensi. Interaksi

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Kepribadian dan Gaya Hidup. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

PERILAKU KONSUMEN. Kepribadian dan Gaya Hidup. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: PERILAKU KONSUMEN Kepribadian dan Gaya Hidup Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN KEPRIBADIAN

Lebih terperinci

Produksi Iklan Multimedia dan Interaktif

Produksi Iklan Multimedia dan Interaktif Modul ke: Produksi Iklan Multimedia dan Interaktif Pengertian kelompok Tipe-Tipe Kelompok Kominkasi Lisan Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI, HIPOTESIS, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KERANGKA TEORI, HIPOTESIS, DAN MODEL PENELITIAN A. Kerangka Teori 1. Gaya Hidup BAB II KERANGKA TEORI, HIPOTESIS, DAN MODEL PENELITIAN Gaya hidup adalah adaptasi aktif individu terhadap kondisi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk menyatu dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran mengandung arti luas karena membahas mengenai masalah yang terdapat dalam perusahaan dan hubungannya dengan perdagangan barang dan jasa. Menurut

Lebih terperinci

TUGAS CONSUMER BEHAVIOUR Tugas Ke 5

TUGAS CONSUMER BEHAVIOUR Tugas Ke 5 TUGAS CONSUMER BEHAVIOUR Tugas Ke 5 OLEH : Ridwan Arifin ( 0910221004 ) JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kelompok dapat didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Figur Kyai dan Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Secara. 10,629 dengan = 1,649. Jadi > dengan tingkat

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Figur Kyai dan Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Secara. 10,629 dengan = 1,649. Jadi > dengan tingkat BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Figur Kyai dan Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas Secara Parsial Pengaruh masing-masing variabel independen (figur kyai dan kualitas layanan) dan variabel dependen (loyalitas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan baik produk atau jasa memiliki tujuan untuk terus hidup dan berkembang dari tahun ke tahun. Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Keluarga. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING

PERILAKU KONSUMEN. Keluarga. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING Modul ke: PERILAKU KONSUMEN Keluarga Fakultas ILMU KOMUNIKASI www.mercubuana.ac.id SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING Burgess dkk dalam Suryani (2008:237),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Produk Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Gaya Hidup Gaya hidup merupakan frame of reference yang dipakai sesorang dalam bertingkah laku dan konsekuensinya akan membentuk pola perilaku tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, tingkat persaingan bisnis sangat ketat sehingga membuat pelaku bisnis berlomba-lomba dalam memasarkan produk mereka dengan harapan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada daya tariknya. Endorser yang kredibel adalah orang yang. bisa dipercaya dan mempunyai keahlian tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. penting daripada daya tariknya. Endorser yang kredibel adalah orang yang. bisa dipercaya dan mempunyai keahlian tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan endorser dalam komunikasi merek sangat penting. Karena menunjukan hasil positif, kebutuhan endorser pun semakin berkembang dalam bentuknya saat ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep yang canggih namun juga tidak terlepas dari dunia hiburan, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. konsep yang canggih namun juga tidak terlepas dari dunia hiburan, termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesuksesan pemasaran sebuah produk tidak hanya tergantung dari konsep yang canggih namun juga tidak terlepas dari dunia hiburan, termasuk bintang iklannya. Banyak

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Sikap. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING

PERILAKU KONSUMEN. Sikap. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING Modul ke: PERILAKU KONSUMEN Sikap Fakultas ILMU KOMUNIKASI www.mercubuana.ac.id SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING PENGERTIAN SIKAP Allport (1956) dan dikutip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Banyak cara yang dilakukan perusahaan untuk dapat mencapai tujuan organisasinya. Salah satunya adalah merancang strategi pemasaran yang efektif. Pemasaran merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Apabila kita melihat sebuah iklan, kita sering melihat orang-orang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Apabila kita melihat sebuah iklan, kita sering melihat orang-orang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Endorser Apabila kita melihat sebuah iklan, kita sering melihat orang-orang yang menyampaikan informasi mengenai suatu produk dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, perusahaan dituntut agar semakin gencar mengembangkan strategi pemasarannya

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, perusahaan dituntut agar semakin gencar mengembangkan strategi pemasarannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan ekonomi dan kegiatan bisnis yang semakin pesat saat ini, perusahaan dituntut agar semakin gencar mengembangkan strategi pemasarannya untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. potongan harga dan sangat berpengaruh terhadap citra toko. Sebagian besar

BAB V PENUTUP. potongan harga dan sangat berpengaruh terhadap citra toko. Sebagian besar BAB V PENUTUP 5. 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik suatu kesimpulan oleh peneliti sebagai berikut : 1. Potongan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam mempertahankan keberlangsungan hidup, berkembang serta mencapai tujuan tujuan dari perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, dalam Kotler, dan Keller ( 2009: 6):

II. LANDASAN TEORI. Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, dalam Kotler, dan Keller ( 2009: 6): II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika, dalam Kotler, dan Keller ( 2009: 6): Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen Menurut Kotler dan Keller (2009:213) Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan

Lebih terperinci

MODUL 3 FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL

MODUL 3 FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL MODUL 3 FAKTOR YANG MENDASARI TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL 1. Faktor yang Mendasari Terjadinya Interaksi Sosial Enam faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial: sugesti, imitasi, identifikasi, simpati,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran paling dikenal

BAB 1 PENDAHULUAN. Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran paling dikenal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi pemasaran paling dikenal dan yang paling efektif sekaligus paling umum digunakan dalam upaya mengarahkan komunikasi

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK ACUAN DAN KELUARGA TERHADAP PROSES KEPUTUSAN UNTUK MEMBELI. Rorlen

PERAN KELOMPOK ACUAN DAN KELUARGA TERHADAP PROSES KEPUTUSAN UNTUK MEMBELI. Rorlen PERAN KELOMPOK ACUAN DAN KELUARGA TERHADAP PROSES KEPUTUSAN UNTUK MEMBELI Rorlen Email: rorlen79@yahoo.com Penulis Rorlen adalah staf pengajar tetap di Jurusan Manajemen, Universitas Bunda Mulia, Jakarta

Lebih terperinci

perlu dirancang sedernikian rupa untuk seluruh segmen pasar yang dituju.

perlu dirancang sedernikian rupa untuk seluruh segmen pasar yang dituju. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini persaingan antar produk sabun cukup tinggi. Kondisi tersebut juga dirasakan oleh produk sabun cuci pada umumnya, termasuk didalamnya sabun cair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan merek suatu produk. Menurut Terence A. Shimp (2003) pemasar harus menyesuaikan endorser dengan karakter produk serta

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan merek suatu produk. Menurut Terence A. Shimp (2003) pemasar harus menyesuaikan endorser dengan karakter produk serta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para pemasar atau pelaku iklan dalam rangka membentuk citra suatu produk adalah dengan cara menghadirkan endorser

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mulai bergeser dari pengobatan modern menuju ke pengobatan tradisional.

I. PENDAHULUAN. mulai bergeser dari pengobatan modern menuju ke pengobatan tradisional. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecendrungan hidup masyarakat dalam bidang pengobatan sepertinya sudah mulai bergeser dari pengobatan modern menuju ke pengobatan tradisional. Masyarakat mulai menyukai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Selebriti endorser memiliki pengaruh positif terhadap citra merek Honda

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Selebriti endorser memiliki pengaruh positif terhadap citra merek Honda BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Selebriti endorser memiliki pengaruh positif terhadap citra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sering disebut dengan humas merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. sering disebut dengan humas merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam era globalisasi sekarang ini, Public Relations (PR) atau yang sering disebut dengan humas merupakan bagian yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Merek 2.1.1 Pengertian Citra Merek Brand image atau citra merek merupakan serangkaian sifat tangible dan intangible, seperti ide, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Iklan Televisi Menurut Hasan (2013), periklanan merupakan alat pemasaran untuk mempromosikan ide, barang, dan jasa secara non personal untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

ACCOUNT MANAGEMENT. Mind Mapping Anaysis. SUHENDRA, S.E., M.Ikom. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi.

ACCOUNT MANAGEMENT. Mind Mapping Anaysis. SUHENDRA, S.E., M.Ikom. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. ACCOUNT MANAGEMENT Modul ke: Mind Mapping Anaysis SUHENDRA, S.E., M.Ikom Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran www.mercubuana.ac.id 1. Analisis Competitive

Lebih terperinci

PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR MEREK HONDA VARIO

PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR MEREK HONDA VARIO PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SEPEDA MOTOR MEREK HONDA VARIO Iwan Widodo email: iwanchelski@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat: (1) pengaruh faktor trustworthiness

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6) : Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Advertising atau iklan bisa jadi merupakan salah satu hal yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Advertising atau iklan bisa jadi merupakan salah satu hal yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Advertising atau iklan bisa jadi merupakan salah satu hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari setiap orang. Istilah iklan sudah tidak asing di telinga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS Ms. Hemamalini. K.S, and Ms. Shree Kala Kurup (February 2014)

BAB II TINJAUAN TEORITIS Ms. Hemamalini. K.S, and Ms. Shree Kala Kurup (February 2014) BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Penelitian Terdahulu Didalam Sub ini akan dijelaskan mengenai penelitian terdahulu dan penelitian yang sekarang terkait dengan perbedaan, dan persamaan penelitian pada kedua

Lebih terperinci

Consumer Behavior Lecturers: Mumuh Mulyana Mubara Mumuh Mulyana Mubar k, SE.

Consumer Behavior Lecturers: Mumuh Mulyana Mubara Mumuh Mulyana Mubar k, SE. Consumer Behavior Sessi Consumer Behavior Lecturers: Mumuh Mulyana Mubarak, SE. 2 1 Model Perilaku Engel et. al. 1994 Pengambilan Keputusan Konsumen Pengaruh Lingkungan Perbedaan Individu Proses keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam bidang produksi dan penjualan barang-barang konsumsi (consumer goods). Bisnis ini menjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. persaingan bisnis, perusahaan harus mampu memberikan nilai (value) yang lebih

BAB II LANDASAN TEORI. persaingan bisnis, perusahaan harus mampu memberikan nilai (value) yang lebih BAB II LANDASAN TEORI Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, menggunakan (memakai, mengkonsumsi dan menghabiskan produk (barang dan jasa) termasuk proses yang mendahului

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. banyak ahli mengemukakan definisi tentang pemasaran yang terlihat memiliki sedikit

LANDASAN TEORI. banyak ahli mengemukakan definisi tentang pemasaran yang terlihat memiliki sedikit II. LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan sebuah faktor penting dalam siklus yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan konsumen. Sejak orang mengenal kegitan pemasaran, telah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia. Begitu pula yang dialami oleh pelaku bisnis. Dalam dunia bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia. Begitu pula yang dialami oleh pelaku bisnis. Dalam dunia bisnis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini seluruh aspek telah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Dimulai dengan perubahan teknologi hingga perubahan gaya hidup dan pola

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN. Motivasi Kebutuhan. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

PERILAKU KONSUMEN. Motivasi Kebutuhan. SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: PERILAKU KONSUMEN Motivasi Kebutuhan Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGI HANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN MOTIVASI Schiffman

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Apabila kita melihat sebuah iklan, kita sering melihat orang-orang yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Apabila kita melihat sebuah iklan, kita sering melihat orang-orang yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Endorser Apabila kita melihat sebuah iklan, kita sering melihat orang-orang yang menyampaikan informasi mengenai suatu produk dalam

Lebih terperinci

Pertemuan Pertemuan 7 3

Pertemuan Pertemuan 7 3 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA Pertemuan Pertemuan 7 3 MODUL Strategi Image/Soft Sell (3 SKS) Oleh : Dra. Nanik Ismiani POKOK BAHASAN Merek, Citra Merek dan Loyalitas merek DESKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan produk yang satu dengan produk sejenis yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan produk yang satu dengan produk sejenis yang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam fenomena saat ini pertumbuhan perekonomian dalam bidang bisnis bergerak semakin cepat. Banyaknya pesaing dalam bisnis yang menawarkan berbagai macam produk kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Perilaku Konsumen Dalam rangka memasarkan produknya, sangatlah penting bagi pemasar untuk mempelajari perilaku konsumen. Dengan mempelajari perilaku konsumen,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih

Lebih terperinci

Pendekatan Interpretif Pendekatan ini untuk menggali secara

Pendekatan Interpretif Pendekatan ini untuk menggali secara HAND OUT PERKULIAHAN Kelompok Mata Kuliah : M P B Nama Mata kuliah : Perencanaan Citra dan Merek Pertemuan : IX (Sembilan) Topik/Pokok Bahasan : Pendekatan Perilaku Konsumen Pokok-Pokok Perkuliahan : Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kredibilitas merek, Kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kredibilitas merek, Kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kredibilitas merek, Kualitas yang dirasa dan Penggunaan Selebriti dalam iklan terhadap Minat beli Produk Shampo

Lebih terperinci

KESESUAIAN CITRA DIRI DAN KESUKAAN MEREK PADA KONSUMEN. Rusnandari Retno Cahyani 1. Abstract

KESESUAIAN CITRA DIRI DAN KESUKAAN MEREK PADA KONSUMEN. Rusnandari Retno Cahyani 1. Abstract 54 KESESUAIAN CITRA DIRI DAN KESUKAAN MEREK PADA KONSUMEN Rusnandari Retno Cahyani 1 1 Fakultas Bisnis dan Komunikasi Universitas Sahid Surakarta nandaretno@yahoo.com Abstract This research prove an effect

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk brand image yang baik untuk dapat berkompetisi di pasar.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk brand image yang baik untuk dapat berkompetisi di pasar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menyebabkan persaingan di dunia bisnis semakin kompetitif. Kompetisi ini tidak hanya memberikan peluang tetapi juga menimbulkan tantangan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengenai posisi studi ini dibandingkan penelitian-penelitian terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengenai posisi studi ini dibandingkan penelitian-penelitian terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembahasan pada bab ini dimaksudkan untuk memberi penjelasan mengenai posisi studi ini dibandingkan penelitian-penelitian terdahulu berdasarkan variabel-variabel yang menjadi objek

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan aspek penting dalam menunjang sumber daya manusia. Karena sumber daya manusia terutama generasi muda yang baik merupakan modal utama dalam pembangunan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN Oleh: Didik Darmanto Manajemen didix_11maret@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji: 1) Pengaruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Merek (Brand) Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 6 BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Budaya Budaya (culture) secara luas sebagai makna yang dimiliki bersama oleh (sebagian besar) masyarakat dalam suatu kelompok sosial

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen.

BAB II LANDASAN TEORI. hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku konsumen. BAB II LANDASAN TEORI A. LOYALITAS MEREK 1. Definisi Loyalitas Merek Schiffman dan Kanuk (2004) mengatakan bahwa loyalitas merek merupakan hasil yang paling diharapkan dari sebuah penelitian mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas dan globalisasi di tandai dengan semakin meluasnya produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

: Lingkungan dan Strategi Pemasaran

: Lingkungan dan Strategi Pemasaran Modul 5 : Lingkungan dan Strategi Pemasaran A. Deskripsi Modul Modul ini lebih difokuskan pada aspek lingkungan konsumen yaitu pengaruh lingkungan pada konsumen, yang sangat berguna dalam menciptakan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan semakin gencar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan semakin gencar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan semakin gencar dalam pemasarannya untuk menarik dan mempertahankan konsumennya. Dewasa ini, konsumen

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia dibayar. Di Eropa tempat duduk seperti ini biasanya dihuni petinggi klub, pejabat, atau konglomerat sementara suporter biasa duduk di tempat biasa. Ada pula semacam anggapan yang berlaku bahwa suporter

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I 1.1 Latar Belakang Clothing Company adalah istilah yang digunakan untuk perusahaan yang

repository.unisba.ac.id BAB I 1.1 Latar Belakang Clothing Company adalah istilah yang digunakan untuk perusahaan yang BAB I 1.1 Latar Belakang Clothing Company adalah istilah yang digunakan untuk perusahaan yang memproduksi pakaian jadi dibawah brand mereka sendiri. Dalam kata lain clothing merupakan kategori untuk brand/merk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat mulai menyukai menggunakan ramuan-ramuan tradisional daripada

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat mulai menyukai menggunakan ramuan-ramuan tradisional daripada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trend hidup masyarakat dalam bidang pengobatan agaknya sudah mulai bergeser kembali dari pengobatan modern menuju ke pengobatan tradisional. Masyarakat mulai menyukai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsumen 2..1 Defenisi perilaku konsumen Ada beberapa definisi dari perilaku konsumen yang dikemukakan oleh para ahli, di antaranya: The American Assosiation dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang terdiri dari Attractivness (daya pikat), Trusthworthiness (tingkat kepercayaan), dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang terdiri dari Attractivness (daya pikat), Trusthworthiness (tingkat kepercayaan), dan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dibagian ini akan menjelaskan tentang variabel-variabel dari kredibilitas endorser yang terdiri dari Attractivness (daya pikat), Trusthworthiness (tingkat kepercayaan), dan Expertise

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan selebriti pendukung (celebrity endorser) dilakukan oleh Arina (2007) dengan judul Pengaruh Selebriti Pendukung (celebrity

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Konsumen 2.1.1. Definisi Perilaku Konsumen Konsumen memiliki keragaman yang menarik untuk dipelajari karena ia meliputi seluruh individu dari berbagai usia, latar belakang

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota

BAB II LANDASAN TEORI. (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan dan tinggal di kota BAB II LANDASAN TEORI II. A. Pria Metroseksual II. A. 1. Pengertian Pria Metroseksual Definisi metroseksual pertama kalinya dikemukakan oleh Mark Simpson (1994) sebagai orang yang memiliki uang untuk dibelanjakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pengertian pemasaran mengandung pengertian yang lebih luas dari sekedar penjualan dan periklanan. Tjiptono (2002) memberikan definisi

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terika BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Riana (2008)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah bekerja untuk orang lain untuk menyelesaikan tugas tugas yang membantu pencapaian sasaran organisasi seefisien mungkin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Konsep Perilaku Konsumen 2.1.1.1 Defenisi Perilaku Konsumen Beberapa definisi perilaku konsumen menurut beberapa ahli : Asosiasi pemasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dewasa ini dalam kegiatan promosinya dituntut untuk lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dewasa ini dalam kegiatan promosinya dituntut untuk lebih dari sekedar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dewasa ini dalam kegiatan promosinya dituntut untuk lebih dari sekedar menciptakan dan mengembangkan suatu produk yang berkualitas, menentukan harga

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya. mempertukarkan sesuatu yang bernilai satu sama lain.

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya. mempertukarkan sesuatu yang bernilai satu sama lain. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok perusahaan dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di negara manapun di dunia ini termasuk di Indonesia apabila perekonomian bangsa dikelola secara jujur, adil dan profesional, maka pertumbuhan ekonomi akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini gaya hidup masyarakat kota semakin kompleks, dapat kita

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini gaya hidup masyarakat kota semakin kompleks, dapat kita I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini gaya hidup masyarakat kota semakin kompleks, dapat kita lihat gaya hidup masyarakat kota yang semakin bervariasi. Sudah merupakan gaya hidup mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan olahraga sepak bola dan bulutangkis. Peminat olahraga hoki

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan olahraga sepak bola dan bulutangkis. Peminat olahraga hoki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga hoki merupakan salah satu cabang permainan bola kecil yang dapat dimainkan baik oleh pria maupun wanita. Cabang olahraga hoki mulai berkembang di sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk B dan produk-produk yang lain, dan penentuan keputusan sangat. stimulus-stimulus yang diberikan dalam bentuk iklan.

BAB I PENDAHULUAN. produk B dan produk-produk yang lain, dan penentuan keputusan sangat. stimulus-stimulus yang diberikan dalam bentuk iklan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumen memiliki peran penting dalam dunia marketing dan iklan. Masing-masing konsumen pastilah memiliki alasan yang berbeda-beda dalam mengambil keputusan

Lebih terperinci

Kelompok Referensi, dalam Pengambilan Keputusan

Kelompok Referensi, dalam Pengambilan Keputusan MODUL PERKULIAHAN Kelompok Referensi, dalam Pengambilan Keputusan Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 09 Abstract Membahas pengaruh keluarga dan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini berbelanja sudah menjadi kebiasaan bahkan menjadi budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini berbelanja sudah menjadi kebiasaan bahkan menjadi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini berbelanja sudah menjadi kebiasaan bahkan menjadi budaya setiap orang dalam kehidupan sehari - hari, karena kebutuhan hidup seseorang semakin hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Maya sedang dihebohkan dengan fenomena PPAP (Pen Pineaple

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Maya sedang dihebohkan dengan fenomena PPAP (Pen Pineaple BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia Maya sedang dihebohkan dengan fenomena PPAP (Pen Pineaple Apple Pen) yaitu sebuah video tarian dari seorang komedian Jepang yang lirik dan gaya menari

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 67 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Membeli tanpa diketahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelian barang-barang tersebut dibutuhkan studi tersendiri. Perusahaan pun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelian barang-barang tersebut dibutuhkan studi tersendiri. Perusahaan pun 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku Konsumen Setiap masyarakat selalu mengembangkan suatu sistem dalam memproduksi dan menyalurkan barang-barang dan jasa-jasa. Untuk memahami masyarakat dalam pembelian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini internet sudah menjadi gaya hidup. Internet merupakan kebutuhan banyak orang karena dengan internet kita bisa mengakses dan menemukan segala macam informasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era moderen seperti ini seseorang sangatlah mudah untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Gaya Hidup 1. Pengertian Gaya Hidup Menurut Kotler yang diterjemahkan oleh Bob Sabran (2009:210) mengatakan: Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai pola hidup seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era Perdagangan bebas dan globalisasi ditandai dengan semakin meluasnya berbagai produk dan jasa, menyebabkan persaingan bisnis yang dihadapi perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen MODUL PERKULIAHAN Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 14 Abstract Membahas proses dalam pengambilan keputusan pembelian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan. kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung pada perilaku

BAB I PENDAHULUAN. berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan. kelangsungan hidup perusahaan sangat tergantung pada perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, dewasa ini banyak bermunculan perusahaan perusahaan baru yang membuat produk produk dari berbagai macam jenis barang kebutuhan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Sikap..., Ferina Rahmawati, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Sikap..., Ferina Rahmawati, F.PSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berjalannya waktu dan pesatnya perkembangan produkproduk penopang kehidupan manusia, kehidupan kita hampir tak bisa lepas dari sekumpulan iklan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dan calon konsumen, dan mereka menonjolkan image bahwa merek mereka

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dan calon konsumen, dan mereka menonjolkan image bahwa merek mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin tajam, perusahaan berlomba-lomba untuk menawarkan merek mereka kepada konsumen yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun

BAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan salah satu produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan keinginan konsumen, khususnya perempuan agar tampil lebih cantik dan menarik.

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh

II. LANDASAN TEORI. Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh 11 II. LANDASAN TEORI 2.1 Teori Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang dan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. hingga tersier. Feist, Jess (2010) mengatakan bahwa salah satu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditengah era globalisasi dan berkembangnya zaman membuat kebutuhan konsumen menjadi sangat beragam. Mulai dari kebutuhan primer, sekunder hingga tersier. Feist,

Lebih terperinci