BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI
|
|
- Teguh Tanudjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Mielopati merupakan gangguan fungsi atau struktur dari medula spinalis oleh adanya lesi komplit atau inkomplit. Gangguan ini dapat berupa akibat dari cedera/trauma, infeksi lokal, ataupun penyakit sistemik. Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis akibat trauma. Pusat Data Nasional Cedera Medula Spinalis (The National Spinal Cord Injury Data Research Centre) memperkirakan ada kasus baru cedera medula spinalis setiap tahunnya di Amerika Serikat. Angka insidensi paralisis komplit akibat kecelakaan diperkirakan 20 per penduduk, dengan angka tetraplegia per tahunnya. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama cedera medula spinalis. 1 Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplit dan inkomplit berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. 2 Pembagian ini penting untuk meramalkan prognosis dan penanganan selanjutnya. Teknik yang paling sering digunakan adalah pemeriksaan sacral sparing. 2,3 Data di Amerika Serikat menunjukkan urutan frekuensi disabilitas neurologis karena cedera medula spinalis traumatika sebagai berikut: (1) tetraplegia inkomplit (29.5%), (2) paraplegi komplit (27.3%), (3) paraplegi inkomplit (21.3%), dan (4) tetraplegia komplit (18.5%). 4 Cedera medula spinalis akut merupakan kondisi yang kompleks, terutama mengenai kelompok usia muda. Central cord syndrome merupakan bentuk cedera inkomplit yang paling sering dijumpai. Tujuan utama terapi adalah meningkatkan fungsi motorik dan sensorik pasien. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa pemberian steroid dosis tinggi meminimalkan efek sekunder cedera medula spinalis. Pasien dengan cedera medula spinalis komplit hanya memiliki kemungkinan 5% untuk membaik. Pada cedera komplet yang menetap lebih dari 72 jam, maka hamper tidak ada kemungkinan untuk kembali pulih. Sindroma cedera inkomplit memiliki prognosis yang jauh lebih baik. Penyebab kematian utama pada pasien dengan cedera medula spinalis adalah pneumonia, emboli paru, dan septikemia. 5 1
2 BAB II ANATOMI DAN FISIOLOGI I. ANATOMI MEDULA SPINALIS Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Medula spinalis terletak di dalam canalis vertebralis columna vertebra dan dibungkus oleh meningen serta diliputi oleh cairan serebrospinal. Bagian medula spinalis mulai dari perbatasan dengan medula oblongata (decussatio pyramidum) sampai setinggi vertebra L1-2 yang terdiri dari 31 segmen: 8 servikal, 12 torakal, 5 lumbal, 5 sakral, 1 koksigeal. Pada bagian bawah, medula spinalis menipis menjadi conus medularis dan berlanjut sebagai filum terminale yang melekat pada os coccygea. Akar saraf lumbal dan sakral terkumpul dan disebut dengan cauda equina. 6 Masing-masing segmen membentuk sepasang radiks saraf spinal yang keluar melalui foramen intervertebral yaitu bagian dorsal dan ventral. Akar bagian dorsal berisi serabut saraf sensorik dan memiliki struktur ganglia yang berisi neuron sensoris, sedangkan akar bagian ventral berisi serabut saraf motorik dengan neuron motoriknya terletak pada cornu anterior medula spinalis. 6 Medula spinalis tersusun oleh substansia alba yang berwarna putih di bagian luar dan substansia grisea yang berwarna abu-abu di bagian dalam. Substansia grisea membentuk cornu anterior dan posterior sehingga tampak seperti gambaran huruf H atau kupu-kupu pada potongan melintang. Di dalam substansia alba berisi lintasan-lintasan asenden dan desenden. Di dalam substansia grisea pada daerah cornu anterior terdapat motor neuron yang bertanggung jawab dalam penghantaran impuls motorik somatik. Medula spinalis dilindungi oleh tulang vertebra dan ligamen. 6 Medula spinalis diperdarahi oleh satu arteri spinalis anterior dan dua arteri spinalis posterior yang berasal dari arteri vertebralis dari dalam intrakranial dan berjalan secara longitudinal di sepanjang medula spinalis dan bergabung dengan arteri segmental dari masing-masing regio yang merupakan cabang dari arteri besar yang memperdarahi masingmasing regio, seperti 6 : Arteri vertebralis yang berasal dari arteri subklavia di leher Arteri intercostalis posterior yang berasal dari aorta thorakalis 2
3 Arteri lumbalis yang berasal dari aorta abdominalis Arteri sacral lateral yang berasal dari arteri iliaka interna pelvis Aliran pembuluh vena medula spinalis berawal dari vena radikularis yang bergabung menuju vena segmentalis kemudian terkumpul di 6 : Vena cava superior Sistem vena azygos thorakalis Vena cava inferior II. FISIOLOGI MEDULA SPINALIS Medula spinalis terdiri dari substansia alba dan grisea. Sama seperti pada otak substansia grisea medula spinalis mengandung badan sel neuron primer dan dendritnya, interneuron, dan sel glia. Substansia alba terdiri dari traktus-traktus yang merupakan kumpulan serat saraf (akson) yang memanjang dari otak ke sepanjang medula spinalis dan mentransmisikan informasi spesifik. Traktus asending mentransmisikan sinyal input dari aferen ke otak, sedangkan traktus desending menghantarkan pesan impuls dari otak ke neuron eferen. 7 Substansia grisea terbagi menjadi cornu anterior (ventral), cornu posterior (dorsal), dan cornu lateral. Cornu posterior mengandung badan sel dari interneuron aferen. Cornu anterior mengandung badan sel dari neuron eferen motorik untuk otot skeletal. Badan sel serat saraf otonom, baik simpatis maupun parasimpatis, yang mempersarafi jantung, otot polos, dan kelenjar eksokrin terdapat di cornu lateral. 7 Persarafan pada badan disuplai oleh masing-masing regio saraf spinal secara spesifik yang dikenal dengan istilah dermatom. Beberapa saraf spinal juga mempersarafi organ dalam sehingga terkadang penjalaran rasa sakit yang berasal dari organ dalam tersebut dirasakan sebagai sensasi nyeri yang berlokasi sesuai dengan dermatom persarafan organ tersebut, hal ini dikenal sebagai referred pain atau nyeri alih. Contohnya, nyeri yang berasal dari jantung sering dirasakan juga pada bahu dan lengan kiri. 7 Medula spinalis terletak antara otak dan serat aferen dan eferen system saraf perifer sehingga hal ini menyebabkan medula spinalis memiliki dua fungsi: (1) sebagai jembatan 3
4 transmisi informasi antara otak dan seluruh tubuh, dan (2) sebagai pusat refleks antara input aferen dan output eferen tanpa melibatkan otak. Refleks ini disebut sebagai refleks spinal. 7 Refleks merupakan suatu respon yang terjadi secara otomatis tanpa usaha secara sadar. Ada dua tipe refleks: (1) simpel atau dasar, yang merupakan refleks alami tanpa perlu dipelajari seperti menjauhkan tangan dari api; dan (2) didapat atau terkondisikan, yang merupakan hasil dari belajar dan latihan berulang-ulang seperti musisi yang membaca partitur secara otomatis memainkannya. 7 Lengkung refleks melibatkan lima komponen dasar 7 : 1. Reseptor sensoris 2. Jalur aferen 3. Pusat integrasi 4. Jalur eferen 5. Efektor Reseptor menangkap stimulus yang terdeteksi kemudian memberikan respon berupa potensial aksi yang dihantarkan oleh jalur aferen menuju ke pusat integrasi yaitu sistem saraf pusat (otak atau medula spinalis). Pusat integrasi ini kemudian mengolah informasi yang didapat dari reseptor dan kemudian memutuskan respon yang akan diberikan. Respon tersebut dihantarkan dari pusat integrasi melalui jalur eferen menuju ke efektor (otot atau kelenjar). Respon refleks dapat diprediksi karena selalu melalui jalur yang sama. 7 g 4
5 BAB III MIELOPATI SERVIKAL I. DEFINISI Mielopati merupakan gangguan fungsional atau struktur atau perubahan patologis dari medula spinalis. Mielopati servikal berarti terdapatnya gangguan tersebut medula spinalis bagian servikal (C1-C8). Keadaan ini umumnya terjadi akibat penyempitan kanalis spinalis yang dapat disebabkan oleh berbagai macam hal sehingga menyebabkan terjadinya penekanan pada medula spinalis yang berakibat terganggunya fungsi medula spinalis. Lesinya dapat komplit atau inkomplit, sehingga gejala klinis yang ditimbulkan dapat bermacam-macam. 8 II. PATOGENESIS Patogenesis dari mielopati dapat bermacam-macam, antara lain 8,9 : Trauma vertebra yang berakibat kompresi medula spinalis Proses inflamasi, contohnya myelitis Tumor yang mendesak medula spinalis Penyakit vaskular, seperti mielopati vaskular Kongenital akibat stenosis kanalis spinalis Penyakit degeneratif, misal spondilosis atau herniasi diskus intervertebralis yang berakibat kompresi pada medula spinalis Penyakit degeneratif merupakan indikasi untuk dilakukannya pembedahan oleh bedah saraf. Mielopati servikal akibat proses degenerasi sering disebut juga sebagai spondilosis mielopati servikal (cervical spondylotic myelopathy / CSM) yang menunjukkan bahwa penyebab utama terseringnya merupakan spondilosis. 10 Kanalis spinalis merupakan tabung tertutup yang berjalan di tengah medula spinalis dan berisi cairan serebrospinal yang berfungsi sebagai proteksi terhadap trauma serta memberikan fleksibilitas pada leher. Namun pada beberapa orang terlahir dengan kanalis 5
6 spinalis yang berukuran lebih kecil dari normal, ini disebut sebagai stenosis kanalis spinalis kongenital. Stenosis menyebabkan penyempitan kanalis spinalis yang memudahkan terjadinya kompresi medula spinalis. 10 Kanalis spinalis servikal dapat menjadi sempit akibat perubahan dari proses degenerasi tulang belakang pada orang tua. Terbentuknya osteofit, penonjolan diskus, dan penebalan ligamen dapat menyebabkan penekanan pada medula spinalis. 10 Faktor dinamik biomekanika gerak vertebra servikal normal dapat memperburuk cedera medula spinalis yang dicetuskan oleh kompresi statis secara langsung. Ketika fleksi, medula spinalis memanjang sehingga teregang melewati daerah osteofit ventral. Ketika ekstensi, ligamentum flavum melengkung ke arah medula spinalis menyebabkan berkurangnya ruang medula spinalis. 10 III. KLASIFIKASI Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan tidak komplet berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi. 11 Karakteristik Lesi Komplit Lesi Inkomplit Motorik Hilang di bawah lesi Sering (+) Protopatik (nyeri, suhu) Hilang di bawah lesi Sering (+) Propioseptik (joint position, vibrasi) Hilang di bawah lesi Sering (+) 6
7 Sacral sparing Negatif Positif Ro vertebra Sering fraktur, luksasi, atau listesis Sering normal MRI Hemoragi (54%), kompresi (25%), kontusi (11%) Edema (62%), kontusi (26%), normal (15%) Tabel 1. Tabulasi perbandingan klinik lesi komplit dan inkomplit 11 Terdapat lima sindrom utama cedera medula spinalis inkomplit menurut American Spinal Cord Injury Association yaitu: (1) Central Cord Syndrome, (2) Anterior Syndrome, (3) Brown Sequard Syndrome, (4) Cauda Equina Syndrome, (5) Conus Medullaris Syndrome, dan satu lagi sindrom inkomplit yang jarang terjadi yaitu Posterior Cord Syndrome. Karakteristik Klinik Central Cord Syndrome Anterior Cord Syndrome Brown Sequard Syndrome Posterior Cord Syndrome Kejadian Sering Jarang Jarang Sangat jarang Biomekanika Hiperekstensi Hiperfleksi Penetrasi Hiperekstensi Motorik Gangguan bervariasi, jarang paralisis komplit Sering paralisis komplit (gangguan traktus desenden), biasanya bilateral Kelemahan anggota gerak ipsilateral lesi, gangguan traktus desenden (+) Gangguan bervariasi, gangguan traktus desenden ringan Protopatik Gangguan bervariasi tidak khas Sering hilang total (gangguan traktus asenden), bilateral Sering hilang total (gangguan traktus asenden) kontralateral Gangguan bervariasi, biasanya ringan Propioseptik Jarang sekali Biasanya utuh Hilang total ipsilateral, Terganggu terganggu gangguan traktus asenden Perbaikan Sering nyata dan cepat, khas kelemahan tangan dan jari menetap Paling buruk di antara lainnya Fungsi buruk namun independensi paling baik NA Tabel 2. Komparasi karakteristik klinik sindroma cedera medulla spinalis 11 Score. Klasifikasi lain yang juga digunakan secara umum adalah European Myelopathy Score Definition Gait Function 1 Unable to walk, wheelchair 2 Walking of flat ground only with cane or aid 3 Climbing stairs only with aid 4 Gait clumsy, but no aid necessary 7
8 5 Normal walking and climbing stairs Bladder and Bowel Function 1 Retention, no control over bladder and/or bowel function 2 Inadequate micturition and urinary frequency 3 Normal bladder and bowel function Hand Function 1 Handwriting and eating with knife and fork impossible 2 Handwriting and eating with knife and fork impaired 3 Handwriting, tying shoelaces or a tie clumsy 4 Normal handwriting Proprioception and Coordination 1 Getting dressed only with aid 2 Getting dressed clumsily and slowly 3 Getting dressed normally Paraesthesia/Pain 1 Invalidity due to pain 2 Endurable paraesthesia and pain 3 No paraesthesia and pain Tabel 3. European Myelopathy Score 8 Total perhitungan skor dengan tabel di atas sebagai berikut: skor fungsi normal, skor grade 1, skor 9-12 grade 2, dan skor 5-8 grade 3. Selain European Myelopathy Score yang digunakan secara umum, terdapat pula klasifikasi Nurick untuk menentukan derajat keterbatasan gerak fungsional akibat mielopati servikal. Grade Grade I Grade II Grade III Grade IV Grade V Level of Neurological Involvement No difficulty in walking Mild gait involvement not interfering with employment Gait abnormality preventing employment Able to walk only with assistance Chairbound or bedridden Tabel 4. Nurick s Functional Scale 8 IV. GEJALA KLINIS Keluhan yang timbul akibat mielopati bermacam-macam dan banyak yang tidak spesifik, ditambah dengan perkembangan penyakitnya yang lambat dan bertahap sehingga menyulitkan untuk dideteksi. Penting untuk diingat bahwa mielopati servikal merupakan 8
9 penyakit kelainan pada tulang vertebra servikalis yang bermanifestasi pada ekstremitas atas dan bawah. 8 Umumnya gejala yang timbul adalah akibat dari kompresi yang terjadi pada medula spinalis, tergantung letak segmen yang terkena. Kompresi ini dapat menimbulkan gejala sensorik (nyeri atau parestesi), gejala motorik (kelumpuhan), atau gejala otonom (gangguan respirasi, sirkulasi, miksi, dan defekasi). Gejala klasik dari mielopati adalah kehilangan keseimbangan dengan koordinasi yang kurang, keterampilan fungsi sehari-hari menurun, kelemahan, rasa baal, dan pada kasus yang parah dapat menimbulkan paralisis. Nyeri banyak dikeluhkan pasien, namun pada beberapa kasus tidak didapatkan adanya keluhan nyeri sehingga menimbulkan keterlambatan dalam diagnosis. 8 Lesi pada vertebra C3-C6 menyebabkan kesulitan dalam menulis dan perubahan tidak spesifik berupa sensasi dan kelemahan lengan. Lesi pada C6-C8 sering menimbulkan sindroma spastisitas dan hilangnya propriosepsi tungkai. Pasien dapat mengalami gangguan gaya jalan dan sering terjatuh. 8 Gejala subyektif yang sering dikeluhkan pasien antara lain: Tungkai terasa berat Radikulopati Kemampuan motorik halus yang menurun Fenomena L Hermitte s, yaitu sensasi seperti tersengat listrik yang hilang timbul pada anggota gerak yang dicetuskan oleh fleksi leher Baal dan kesemutan anggota gerak Keluhan-keluhan ini dapat timbul secara akut, subakut, atau kronik progresif. Terkadang tidak diketahui penyebabnya serta tidak ditemuinya tanda-tanda radang. V. PEMERIKSAAN FISIK Pada pemeriksaan fisik tanda-tanda yang sering ditemukan adalah tanda lesi UMN (upper motor neuron), seperti 8,10 : 9
10 Kelemahan, terutama lebih dirasakan pada ekstremitas atas Gaya jalan ataxic gait Hipertonus Hiperrefleks Klonus ankle (+) Babinski (+) Hoffman (+) Pada kasus-kasus mielopati, pemeriksaan status neurologi lokal merupakan hal yang sangat penting. Pemeriksaan status neurologis lokalis pada pasien cedera medula spinalis mengacu pada panduan dari American Spinal Cord Injury Association (AISA). Klasifikasi dibuat berdasar rekomendasi AISA, A: untuk lesi komplit sampai dengan E: untuk keadaan normal. Motorik Asal Inervasi Otot Fungsi C5 M. deltoideus dan biceps brachii Abduksi bahu dan fleksi siku C6 M. extensor carpi radialis longus dan brevis Ekstensi pergelangan tangan C7 M. flexor carpi radialis Fleksi pergelangan tangan C8 M. flexor digitorum superfisialis dan profunda Fleksi jari-jari tangan T1 M. interosseus palmaris Abduksi jari-jari tangan L2 M. iliopsoas Fleksi panggul L3 M. quadricep femoris Ekstensi lutut L4 M. tibialis anterior Dorsofleksi kaki L5 M. extensor halluces longus Ekstensi ibu jari kaki S1 M. gastrocnemius-soleus Plantarfleksi kaki Sensoris protopatik Asal inervasi C2 - C4 C5 - T1 T2 - T12 L1 - L5 S1 - S5 Dermatom Dermatom oksiput sampai bagian belakang leher Lengan sampai jari-jari Bagian dada dan aksila, beberapa titik penting: T4 papila mamae, T10 umbilicus, T12 inguinal Tungkai Tumit, bagian belakang tungkai, regio perineal Tabel 5. Rekomendasi AISA untuk pemeriksaan neurologi lokal 5 10
11 VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis mielopati, antara lain 8 : Laboratorium darah Dilakukan untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi ataupun penyakit sistemik yang menjadi penyebab mielopati. Pemeriksaan ini lebih bermakna bila dari anamnesis dan pemeriksaan fisik mengarah ke proses infeksi, namun dapat juga sebagai penyingkir diagnosis kausa infeksi apabila hasil tidak menunjang. 5 Rontgen vertebra Merupakan pilihan awal untuk mengetahui apakah ada kelainan pada tulang belakang seperti spondilosis, spondilolistesis, atau osteofit. Dianjurkan melakukan pemeriksaan tiga posisi standar (AP, lateral, odontoid) untuk vertebra servikal, dan posisi AP dan lateral untuk vertebra thorakal dan lumbal. Pada kasus yang tidak menunjukkan kelainan radiologis, dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CT-scan atau MRI. CT-scan / MRI Dilakukan untuk mengetahui gambaran struktur tulang belakang sehingga dapat diketahui lokasi kelainan atau letak lesi, dapat pula untuk mengetahui kausa apakah terdapat trauma pada vertebra atau tumor yang menyebabkan kompresi pada medula spinalis. MRI merupakan alat diagnostik yang paling baik untuk mendeteksi lesi di medula spinalis akibat cedera/trauma ataupun adanya penyempitan kanalis spinalis. 5 11
12 VII. KRITERIA DIAGNOSIS Diagnostic Criteria for Cervical Spondylotic Myelopathy Characteristic symptoms (leg stiffness, hand weakness) Characteristic signs (hyperreflexia, atrophy of hands) MRI or CT (showing spinal stenosis and cord compression as a result of osteophyte overgrowth, disc herniation, ligamentum hypertrophy) Tabel 6. Kriteria diagnosis mielopati servikal 10 VIII. DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding untuk mielopati servikal umumnya dari segi penyebabnya, apakah infeksi, trauma, tumor, proses degenerasi, gangguan vaskularisasi, mutipel sklerosis, ataupun defisiensi vitamin B kompleks. Hal ini berkaitan dengan tata laksana yang akan diberikan, terutama pertimbangan tindakan operasi maupun pemberian antibiotik atau kemoterapi. 10 IX. PENATALAKSANAAN Terapi pada cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan mempertahankan fungsi sensoris dan motoris. Pasien dengan cedera medula spinalis komplit hanya memiliki peluang 5% untuk kembali normal. Lesi medula spinalis komplit yang tidak menunjukkan perbaikan dalam 72 jam pertama, cenderung menetap dan prognosisnya buruk. Cedera medula spinalis inkomplit cenderung memiliki prognosis yang lebih baik. Apabila fungsi sensoris di bawah lesi masih ada, maka kemungkinan untuk kembali berjalan adalah lebih dari 50%. 5 Metilprednisolon merupakan terapi yang paling umum digunakan untuk cedera medula spinalis traumatika dan direkomendasikan oleh National Institute of Health di Amerika. Sebuah studi menunjukkan bahwa metilprednisolon dosis tinggi merupakan satusatunya terapi farmakologik yang terbukti efektif pada uji klinik tahap 3 sehingga dianjurkan untuk digunakan sebagai terapi cedera medula spinalis traumatika. Tindakan rehabilitasi medik merupakan kunci utama dalam penanganan pasien cedera medula spinalis. Fisioterapi, terapi okupasi, dan bladder training pada pasien ini dikerjakan seawall mungkin. Tujuan utama fisioterapi adalah untuk mempertahankan ROM (Range of Movement) dan kemampuan mobilitas, dengan memperkuat fungsi otot-otot yang ada. Pasien 12
13 dengan Central Cord Syndrome biasanya mengalami pemulihan kekuatan otot ekstremitas bawah yang baik sehingga dapat berjalan dengan bantuan ataupun tidak. Terapi okupasional terutama ditujukan untuk memperkuat dan memperbaiki fungsi ekstremitas atas, mempertahankan kemampuan aktivitas hidup sehari-hari. Pembentukan kontraktur harus dicegah seoptimal mungkin. Penggunaan alat bantu disesuaikan dengan profesi dan harapan pasien. Penelitian prospektif selama 3 tahun meunjukkan bahwa suatu program rehabilitasi yang terpadu (hidroterapi, elektroterapi, psikoterapi, penatalaksanaan gangguan kandung kemih dan saluran cerna) meningkatkan secara signifikan nilai status fungsional pada penderita cedera medula spinalis. 5 Terapi konservatif dapat dilakukan pada pasien dengan gejala mielopati ringan, umumnya dilakukan observasi apakah terdapat perbaikan fungsi. Pemberian analgetik dapat dipertimbangkan untuk mengatasi rasa nyeri akibat gejala radikular. Penggunaan collar neck dapat digunakan apabila diketahui terdapat instabilitas vertebra. 8 Tindakan operasi perlu dilakukan untuk menghilangkan kompresi pada medula spinalis, apakah akibat trauma, stenosis, atau tumor yang mendesak medula spinalis. 8 X. PROGNOSIS Sebuah penelitian prospektif selama 27 tahun menunjukkan bahwa rata-rata harapan hidup pasien cedera medula spinalis lebih rendah disbanding populasi normal. Penurunan rata-rata lama harapan hidup sesuai dengan beratnya cedera. Penyebab kematian utama adalah komplikasi disabilitas neurologi yaitu: pneumonia, emboli paru, septikemia, dan gagal ginjal. 5 13
14 BAB III KESIMPULAN Cedera medula spinalis merupakan salah satu penyebab utama disabilitas neurologis akibat trauma. Kondisi ini dapat mengenai berbagai kalangan usia, namun umum ditemukan pada pasien usia tua yaitu mielopati servikal. Ada banyak penyebab dari mielopati servikal, dan umumnya bersifat progresif. Pada kasus-kasus mielopati, pemeriksaan status neurologis lokal merupakan hal yang sangat penting. Terapi cedera medula spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan fungsi sensoris dan motoris. Terapi konservatif umumnya diberikan pada pasien dengan resiko tinggi operasi atau dengakn keadaan yang stabil dengan gejala minimal yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari dengan berat. Terapi operatif sangat tergantung dengan kondisi pasien. Cedera medula spinalis inkomplit cenderung memiliki prognosis yang lebih baik. 5,8 14
15 DAFTAR PUSTAKA 1. York JE. Approach to the patient with acute nervous system trauma. Best Practice of Medicine. September Young W. Spinal cord injury levels and classification. Care Cure Community. Keek Centre for Collaborative Neuroscience Hoppenfield S. Orthopaedic neurology: a diagnosis guide to neurologic levels. JB Lippincott Williams FSIP. Spinal cord injury facts: statistics. Foundation for Spinal Cord Injury Prevention, Care and Cure Pinzon R. Mielopati servikal trauma: telaah pustaka terkini. Cermin Dunia Kedokteran 154; 2007: Hansen JT. Netter s clinical anatomy. 2 nd Ed. Philadelphia; Saunders Elsevier: p Sherwood L. Human physiology from cells to systems. 7 th Ed. California; Brooks/Cole: p Klezl Z, Coughlin TA. Cervical myelopathy Available at: Accessed on February 19, Department of Neurosurgery Columbia University. Cervical myelopathy Available at: Accessed on February 20, Young W. Cervical spondylotic myelopathy: a common cause of spinal cord dysfunction in older persons. Am Fam Physician. 2000;62(5):
Cedera medulla spinalis yang disebabkan trauma terjadi karena : Axial loading Hiperfleksi Hiperekstensi Rotasi Lateral bending
Cedera medulla spinalis adalah cedera pada medulla spinalis yang dapat mempengaruhi fungsi motorik, sensorik, dan otonom. Perubahan ini dapat sementara atau permanen. Cedera medulla spinalis paling banyak
Lebih terperinciMIELOPATI SISTEM NEUROPSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR Supervisor : Dr. dr. Jumraini Tammasse, Sp.
Bahan Ajar 2 MIELOPATI Supervisor : Dr. dr. Jumraini Tammasse, Sp. S (K) SISTEM NEUROPSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016 PENDAHULUAN Mielopati istilah u/ menggambarkan setiap
Lebih terperinciCEDERA SPINAL DANIEL, PUTU DEASY, APRIL, MURNI, DESI, JERRY, DAVID, HERNA, SARI, VANI, OCTA, ESTER,
CEDERA SPINAL DANIEL, PUTU DEASY, APRIL, MURNI, DESI, JERRY, DAVID, HERNA, SARI, VANI, OCTA, ESTER, Medula Spinalis Medula spinalis merupakan bagian dari susunan saraf pusat Kendali untuk sistem gerak
Lebih terperinciAgnesia Naathiq H1A Brown Sequard Syndrome
Agnesia Naathiq H1A012004 Brown Sequard Syndrome Pendahuluan Brown Sequard Syndrome (BSS) merupakan kumpulan gejala yang muncul karena cedera medulla spinalis yang meliputi kelumpuhan atau gangguan neuron
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA THORAKAL XII LUMBAL 1 dengan FRANKLE A
PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA THORAKAL XII LUMBAL 1 dengan FRANKLE A Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Fisioterapi Disusun Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri leher adalah masalah yang sering dikeluhkan di masyarakat. Prevalensi nyeri leher dalam populasi umum mencapai 23,1% dengan prevalensi tertinggi menyerang
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Oleh : AJENG PUSPITASARI PUTRI J
KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PARAPLEGI KARENA POST OPERASI BURST FRAKTUR VERTEBRA THORAKAL XII FRANKLE A DI RSO Dr. SOEHARSO SURAKARTA Oleh : AJENG PUSPITASARI PUTRI J10007007 Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Nasional adalah pembangunan yang meliputi segala aspek kehidupan termasuk salah satunya di bidang kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan, pada hakekatnya adalah untuk
Lebih terperinciHEMISEKSI MEDULA SPINALIS
HEMISEKSI MEDULA SPINALIS Author : Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 1 Avaliable in : Files of DrsMed FK UNRI
Lebih terperinciBUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI
1 BUKU AJAR SISTEM NEUROPSIKIATRI Judul mata Kuliah : Neuropsikiatri Standar Kompetensi : Area Kompetensi 5 : Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran Kompetensi dasar : Menerapkan ilmu Kedokteran klinik pada sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN Hakekat pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajad kesehatan yang optimal sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni
Lebih terperinciBab 10 NYERI. A. Tujuan pembelajaran
Bab 10 NYERI A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis pada pasien dengan nyeri. 2. Menerangkan mekanisme terjadinya dengan nyeri. 3. Membedakan klasifikasi dengan nyeri. 4. Menjelaskan etiologi
Lebih terperinciGenoveva dan Kharunnisa ǀ Diagnosis dan Tatalaksana Trauma Medula Spinalis
Diagnosis dan Tatalaksana Trauma Medula Spinalis Genoveva Maditias Dwi Pertiwi, Kharunnisa Berawi Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang
Lebih terperinciEMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :
Sindrom Kanalis Cubitalis (Cubital Tunnel Syndrome) Kesemutan atau baal biasanya terjadi di jari manis. Atau terjadi di wilayah saraf ulnaris. Gejalanya seperti sindrom ulnaris. Baal biasanya terjadi tidak
Lebih terperinciCedera Spinal / Vertebra
Cedera Spinal / Vertebra Anatomi 7 Servikal Anterior 12 Torakal Posterior 5 Lumbal Sakral Anatomi Posterior Anterior Motorik Cedera Spinal Sensorik Otonom Susunan Syaraf ke Ekstremitas Plexus Brachialis
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka
DAFTAR ISI Definisi 2 Traktus Spinotalamikus Anterior 2 Traktus Spinotalamikus Lateral 4 Daftar Pustaka 8 1 A. Definisi Traktus Spinotalamikus adalah traktus yang menghubungkan antara reseptor tekanan,
Lebih terperinciSPINAL CORD INJURY ETIOLOGI
SPINAL CORD INJURY Spinal Cord Injury adalah suatu disfungsi dari medula spinalis yang mempengaruhi fungsi sensoris dan motoris, sehingga menyebabkan kerusakan pada tractus sensori motor dan percabangan
Lebih terperincimakalah low back pain akibat kerja LOW BACK PAIN ( NYERI PUNGGUNG BAWAH) AKIBAT KERJA
makalah low back pain akibat kerja LOW BACK PAIN ( NYERI PUNGGUNG BAWAH) AKIBAT KERJA PENDAHULUAN 1). Latar Belakang Low back pain (LBP) merupakan permasalah yang sering muncul dalam suatu asuhan keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
Lebih terperinciFungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.
Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Anatomi Medula Spinalis Medulla spinalis adalah saraf yang tipis yang merupakan perpanjangan dari sistem saraf pusat dari otak dan melengkungi serta dilindungi oleh tulang belakang.
Lebih terperinciREHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang
REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang SKDI 2012 : LBP Tingkat kompetensi : 3A Lulusan dokter mampu : Membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap makhluk Tuhan yang ada di dunia ini terutama manusia. Bagi manusia kesehatan mencakup
Lebih terperincidengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen
6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
Lebih terperinciDIENCEPHALON. Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga. Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus
DIENCEPHALON Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus THALAMUS Thalamos = ruangan di dalam Letaknya di bagian dorsal diencephalon
Lebih terperinciTUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS. 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick
TUGAS CASE LBP E.C. SPONDILOSIS Nama : Meiustia Rahayu No.BP : 07120141 1. Pemeriksaan Lasegue, Cross Lasegue, Patrick, dan Contra-Patrick a. Pemeriksaan Lasegue (Straight Leg Raising Test) Cara pemeriksaan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa cita cita bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan Nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam pembukaan UUD 1945 tercantum bahwa cita cita
Lebih terperinciSistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal
Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Perbandingan antara Sistem syaraf Somatik dan Otonom Sistem
Lebih terperinciTrauma Lahir. dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009
Trauma Lahir dr. R.A.Neilan Amroisa, M.Kes., Sp.S Tim Modul Tumbuh Kembang FK Unimal 2009 Jenis trauma lahir 1. Trauma lahir pada kepala Ekstrakranial Intrakranial 2. Trauma Medulla Spinalis 3. Trauma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. motorik maupun sensoris. Di Amerika sekitar 8000 kasus spinal cord injury (SCI)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spinal cord injury( SCI) adalah trauma yang menyebabkan kerusakan pada spinal cord sehingga menyebabkan menurunnya atau menghilangnya fungsi motorik maupun sensoris.
Lebih terperinciA. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF
A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF 1. Neuron Neuron adalah unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma, dengan komponen-komponennya antara lain: a. Badan sel Berfungsi
Lebih terperinciAnatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2
Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen
Lebih terperinciSEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI
SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem
Lebih terperinciBAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)
BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf
Lebih terperinciBAHAN AJAR II MIELOPATI. Nama Mata Kuliah/Bobot SKS : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS
1 BAHAN AJAR II MIELOPATI Nama Mata Kuliah/Bobot SKS : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS Standar Kompetensi : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran Kompetensi Dasar : menerapkan ilmu kedokteran klinik
Lebih terperinciCentral Cord Syndrome
Central Cord Syndrome Douglas D. Nowak, Joseph K. Lee, Daniel E. Gelb, Kornelis A. Poelstra, Steven C. Ludwig, Abstrak Central cord syndrome adalah jenis umum cedera spinal cord incomplete.sindrom ini
Lebih terperinci1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI
1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme
Lebih terperinciInstabilitas Spinal dan Spondilolisthesis
Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis Akhmad Imron*) Departemen Bedah Saraf FK.Unpad/RSHS Definisi Instabilitas Spinal : adalah hilangnya kemampuan jaringan lunak pada spinal (contoh : ligamen, otot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penulisan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penulisan Trauma medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan seringkali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah
Lebih terperinciPembimbing : Dr. Hardiyanto, Sp. Rad.
REFERAT TUMOR MEDULA SPINALIS Pembimbing : Dr. Hardiyanto, Sp. Rad. Diajukan Oleh : Ezian Peranita, S.Ked (J500080044) Santi, S.Ked (J500090078) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
Lebih terperinciSPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE
Anatomi Blok 1.5 Bismillahirrahmanirrahim. SPINAL CORD & PERIPHERAL NERVE Pembagian Sistem Saraf Anatomis SN SNC Encephalon Medulla spinalis Cerebrum Truncus cerebri Cerebellum Diencephalon Mesencephalon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2. Tujuan a. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep Sistem Saraf Spinal
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan,
Lebih terperinciFRAKTUR TIBIA DAN FIBULA
FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena penderitanya sebagian besar orang muda, sehat dan produktif (Ropper &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu kasus penyebab kecacatan dan kematian yang cukup tinggi dalam bidang neurologi dan menjadi masalah kesehatan oleh karena penderitanya
Lebih terperinciSISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA
SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Saraf Manusia ; neuron Sistem saraf PENGATUR fungsi tubuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung semasa hidupnya. Nyeri
Lebih terperinciASESMEN & KLASIFIKASI CEDERA MEDULA SPINALIS. Ika Rosdiana SMF Rehabilitasi Medik RSI Sultan Agung Semarang
ASESMEN & KLASIFIKASI CEDERA MEDULA SPINALIS Ika Rosdiana SMF Rehabilitasi Medik RSI Sultan Agung Semarang Definisi Tetraplegi Kerusakan atau hilangnya fungsi motorik dan atau sensorik pada segmen
Lebih terperinciLAPORAN KASUS: PENATALAKSANAAN LOW BACK PAIN e.c SPONDYLOSIS LUMBALIS DENGAN SWD DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE
LABORATORIUM ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI RSSA LAPORAN KASUS: PENATALAKSANAAN LOW BACK PAIN e.c SPONDYLOSIS LUMBALIS DENGAN SWD DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE KALAICHELVI REGUNATHAN 0710714014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi dan itis yang berarti inflamasi. Osteoarthritis tergolong penyakit
Lebih terperinciGangguan Neuromuskular
Bab 9 Gangguan Neuromuskular Oleh: Dr. dr. Zairin Noor Helmi, Sp.OT(K)., M.M., FISC. Tujuan Pembelajaran Setelah menyelesaikan bab ini, pembaca/peserta didik diharapkan mampu: mendeskripsikan konsep palsi
Lebih terperinciDIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN CEDERA SERVIKAL MEDULA SPINALIS
DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN CEDERA SERVIKAL MEDULA SPINALIS Junita Maja P. S. Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado Email: junita.177ps@gmail.com Abstract: Spinal cord
Lebih terperinci31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya
31 Pasang Saraf Spinal dan Fungsinya January 22, 2015 Tedi Mulyadi 0 Comment Saraf spinal Sistem saraf perifer terdiri dari saraf dan ganglia di luar otak dan sumsum tulang belakang. Fungsi utama dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya Pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari upaya pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Berdasarkan laporan WHO, kasus baru tuberkulosis di dunia lebih dari 8 juta pertahun. Diperkirakan 20-33% dari penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO (Word Health Organization), sehat adalah Suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan
Lebih terperinciANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG
ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung
Lebih terperinciSTRUKTUR ANATOMI TULANG BELAKANG
POTT S DISEASE POTT S DISEASE? Pott s disease atau Spondilitis tuberkulosis merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia, ditemukan pada mumi kuno di Mesir dan Peru. Percival Pott menunjukkan gambaran
Lebih terperinciFaculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UNRI (http://www.yayanakhyar.co.nr
Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari, berbagai macam perasaan dapat dirasakan. Rasa panas bila menyentuh api, rasa nyeri jika kulit ditusuk
Lebih terperinciSISTEM SARAF MANUSIA
SISTEM SARAF MANUSIA skema sistem saraf manusia m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti SEL SARAF Struktur sel saraf neuron: Badan sel, Dendrit Akson Struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBMI = Berat Badan (dalam kg) / Tinggi Badan² (TB x TB dalam m 2 )
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1 Definisi Obesitas atau kegemukan mempunyai pengertian yang berbeda-beda bagi setiap orang. Pada kebanyakan wanita dan pria, obesitas berarti kelebihan berat badan
Lebih terperinciDr.Usman G Rangkuti, SpS Lab / SMF Ilmu Penyakit Saraf RSD dr. Soebandi Jember
Dr.Usman G Rangkuti, SpS Lab / SMF Ilmu Penyakit Saraf RSD dr. Soebandi Jember Merupakan gangguan fungsi atau struktur dari medula spinalis oleh adanya lesi komplit atau inkomplit. Vaskuler Obat-obatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Spondylitis tuberculosis atau yang juga dikenal sebagai Pott s disease merupakan suatu penyakit yang banyak terjadi di seluruh dunia. Terhitung kurang lebih 3 juta
Lebih terperinciDISLOKASI SENDI PANGGUL
DISLOKASI SENDI PANGGUL Pembimbing: Prof. dr. H. Hafas Hanafiah, Sp.B, Sp.OT(K), FICS Oleh: Leni Agnes Siagian (070100153) Rahila (070100129) Hilda Destuty (070100039) ILMU BEDAH ORTOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang akan memberikan dampak positif dan negatif secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi pun berkembang dengan pesat yang akan memberikan dampak positif dan negatif secara menyeluruh terhadap kehidupan manusia.
Lebih terperinciHernia Nukleus Pulposus Servikalis. Cervical Herniated Nucleus Pulposus
Maradewi,Fitriyani, Rizki, dan Edi Hernia Nukleus Pulposus Servikalis Hernia Nukleus Pulposus Servikalis 1 Maradewi Maksum, 2 Fitriyani, 1 Rizki Hanriko, 2 Edi Marudut 1 Fakultas Kedokteran, Universitas
Lebih terperinciBIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahaeng ANATOMI SISTEM SARAF DAN OTAK
BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahaeng www.unita.lecture.ub.ac.id ANATOMI SISTEM SARAF DAN OTAK SISTEM SARAF Pusat kontrol seluruh aktivitas tubuh Repon dan adaptasi perubahan yang terjadi di dalam dan di luar
Lebih terperinciMAKALAH MYELOPATHY & RADYCULOPATHY
MAKALAH MYELOPATHY & RADYCULOPATHY Pembimbing: dr. Ahmad Brata Disusun oleh: Benjamin Sihite 100100072 Meutia Ayudila 100100154 Dian Maulisa Fitriani 100100250 Irwin Lamtota 100100325 Andrio Gultom 100100337
Lebih terperincidisebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,
Fungsi normal kandung kemih adalah mengisi dan mengeluarkan urin secara terkoordinasi dan terkontrol. Aktifitas koordinasi ini diatur oleh sistem saraf pusat dan perifer. Neurogenic bladdre adalah keadaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. SUSUNAN NEUROMUSKULAR TERDIRI DARI UPPER MOTOR NEURON (UMN) DAN
BAB 1 PENDAHULUAN. SUSUNAN NEUROMUSKULAR TERDIRI DARI UPPER MOTOR NEURON (UMN) DAN BAB 1 PENDAHULUAN Susunan neuromuskular terdiri dari Upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN). Upper motor
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat,
Lebih terperinciBAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN
HAMBATAN MOTORIK BAHASAN 1. SISTEM OTOT TULANG, SENDI DAN OTOT SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK 2. SISTEM OTOT SARAF : MENGENDALIKAN FUNGSI DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG 3. SISTEM OTOT, TULANG,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka International Association for the Study of Pain (IASP) menyatakan bahwa nyeri merupakan merupakan suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertebra memiliki struktur anatomi paling kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting bagi fungsi dan gerak tubuh. Patologi morfologi seperti HNP, spondyloarthrosis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini semakin banyak ditemukan berbagai penyakit berbahaya yang penyebabnya adalah virus. Salah satunya adalah flu, tetapi penyakit ini tidak mengancam jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia telah mencapai tingkat perkembangan kota yang pesat dan cukup tinggi. Kecelakan merupakan salah satu faktor penyebab kematian terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kesehatan yang optimal, maka diperlukan kemauan dan kemampuan akan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam pembangunan akan kesadaran kesehatan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal, maka diperlukan kemauan dan kemampuan akan kesehatan bagi setiap penduduk.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer. Struktur ini bertanggung jawab mengendalikan dan mengordinasikan aktivitas sel tubuh melalui
Lebih terperinciBAB 3 PENURUNAN KESADARAN
BAB 3 PENURUNAN KESADARAN A. Tujuan pembelajaran 1. Melaksanakan anamnesis atau aloanamnesis pada pasien penurunan kesadaran. 2. Menerangkan mekanisme terjadinya penurunan kesadaran. 3. Membedakan klasifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian atau
Lebih terperinci31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya
31 Pasang saraf spinalis dan fungsinya Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak. Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Sistem saraf mengatur kegiatan tubuh yang cepat seperti
Lebih terperinciA. Pengertian Spinal Cord Injury B. Klasifikasi Spinal Cord Injury
A. Pengertian Spinal Cord Injury Tulang belakang (vertebrae) adalah tulang yang memanjang dari leher sampai ke selangkangan. Tulang vertebrae terdiri dari 33 tulang, antara lain : 7 buah tulang servikal,
Lebih terperinciInsidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering
Lebih terperinciJaras Desenden oleh Evan Regar,
Jaras Desenden oleh Evan Regar, 0906508024 Pendahuluan Telah diketahui bahwa terdapat serabut saraf yang terletak di substansia alba medulla spinalis mengandung dua arah pembawaan informasi, yakni arah
Lebih terperinciREFERAT SINDROM MILLARD GUBLER
REFERAT SINDROM MILLARD GUBLER NAMA PEMBIMBING : Dr. Edi Prasetyo, Sp.S DISUSUN OLEH Adib Wahyudi (1102010005) Andhika Dwianto (1102010019) Arif Gusaseano (1102010033) Dianta Afina (1102010075) Gwendry
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya seorang individu memerlukan interaksi atau dengan kata lain memerlukan suatu hubungan sosial dengan masyarakat disekitarnya,
Lebih terperinciSINDROMA GUILLAINBARRE
SINDROMA GUILLAINBARRE Dosen pembimbing: dr. Fuad Hanif, Sp. S, M.Kes Vina Nurhasanah 2010730110 Definisi Sindroma Guillian Barre adalah suatu polineuropati yang bersifat akut yang sering terjadi 1-3 minggu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya Nyeri bukan hanya suatu modalitas
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL ROOT SYNDROME DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: EKO BUDI WIJAYA J 100 090 032 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Tugas -Tugas dan Memenuhi
Lebih terperinci