Tehnik Lobby, Negosiasi & Diplomasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tehnik Lobby, Negosiasi & Diplomasi"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Tehnik Lobby, Negosiasi & Diplomasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public Relations Abstract Modul ini akan membahas tentang definisi lobi, negosiasi dan diplomasi. Kompetensi Mahasiswa diharapkan memahami dan mampu menjelaskan tentang definisi lobi, negoasi dan diplomasi.

2 Pengantar Istilah lobby atau dalam bahsa Indonesia menjadi lobi, negosiasi dan diplomasi sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, dan bukan sesuatu yang asing. Bahkan kegiatan lobi dan negosiasi sudah kita lakukan setiap hari, namun kita sering tidak menyadarinya. Sedangkan diplomasi, sering diasosiasikan dengan hubungan luar negeri atau hubungan diplomatik antar Negara. Manusia diciptakan bersuku-suku, berbangsa-bangsa, dimana antara satu suku dengan suku lain, atau antara kelompok satu dengan kelompok lain, dan dalam lingkup Negara, antara Negara satu dengan Negara lain memiliki berbagai ragam tingkat pemikiran, berbagai ragam kemauan, berbagai ragam kepentingan. Perbedaan pemikiran, cara pandang dan perbedaan kepentingan antara satu dengan yang lain, merupakan faktor utama penyebab terjadinya perbedaan dalam hal menfsirkan dan menyikapi suatu persoalan. Pada dasarnya, dalam banyak hal setiap manusia selalu ingin menang. Sebagian bear manusia tidak mau atau tidak bisa menerima kekalahan yang menimpanya. Dalam suatu pertandingan, dalam perlombaan, dalam berkendara di jalanan, bahkan dalam berkomunikasi, hampir setiap manusia selalu ingin menang. Suatu perselisihan kecil yang seharusnya bisa diselesaikan dengan baik, tanpa menimbulkan permasalahan yang lebih besar, sering kali tidak terselesaikan dengan baik. Dalam arti, tidak ada titik temu antara pihak yang berselisih. Persoalan yang sama, bila dilandasi oleh perbedaan pemikiran, perbedaan cara pandang dan perbedaan kepentingan, menjadikan perbedaan pendapat atau tanggapan dari para pihak yang berkepentingan. Perbedaan pendapat yang berkepanjangan, tanpa ada penyelesaian yang arif bijaksana dan dapat diterima para pihak akan menjadi konflik, yang merupakan awal dari perpecahan, atau bahkan dapat menuju kepada peprangan, bila hal itu terjadi antar Negara. Oleh sebab itu, diperlukannya lobi, negosiasi atau bahkan diplomasi guna menyelesaikan berbagai persoalan, supaya tidak menjurus ke konflik, perpecahan atau bahkan peperangan. Kegiatan lobi, negosiasi dan diplomasi bukan semata-mata untuk 2

3 menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam arti yang lebih luas, lobi, negosiasi dan diplomasi perlu dilakukan untuk mencapai kesepakatan bersama. Guna mencapai tujuan lobi sebagaimana yang diharapkan, maka diperlukan tehnik, strategi serta lobiist (pelobi) yang handal. Begitupun dengan negosiasi dan diplomasi, tehnik dan strategi serta negosiator atau diplomat yang handal. Sebagai mahluk sosial, kebutuhan manusia untuk berkomunikasi dengan sesama merupakan kebutuhan mutlak yang tidak bisa ditawar dan dielakkan. Sejak bangun tidur, aktifitas komunikasi sudah dilakukan, baik dengan diri sedniri maupun dengan manusia lainnya, hinggga tidur kembali. 1. Definisi Lobi (Lobi) Mungkin semua orang tahu istilah Lobi atau dalam bahasa Indonesia disebut lobi. Tapi tidak semua orang mengetahui latar belakang atau sejarah lobi. Apalagi menjelaskan definisi lobi. Dalam berbagai literatur, Istilah Lobi berarti; teras atau serambi ataupun ruang depan yang terdapat pada suatu gedung atau hotel-hotel yang dijadikan sebagai tempat duduk tamu-tamu. Tempat tersebut sesuai sebagai tempat untuk mengadakan pertemuan awal, pembicaraan dan pendekatan antara pihak-pihak yang melakukan pertemuan. Seiring dengan perkembangan dan meningkatnya keegiatan pertemuan di gedung, atau hotel, istilah lobi atau pertemuan di lobi tersebut dimaknai sebagai pendekatan (approach). Dengan kata lain, lobi adalah pendekatan awal yang menjurus ke suatu tujuan yang menguntungkan, baik satu ataupun kedua belah pihak. Berikut di bawah ini definisi lobi dari beberapa ahli: 1.1 Menurut kamus Webster, Lobi atau Lobiing berarti: Melakukan aktivitas yang bertujuan mempengaruhi pegawai umum dan khususnya anggota legislatif dalam pembuatan peraturan. 1.2 Menurut Advanced English Indonesia Dictionary, Lobi atau Lobiing berarti: Orang atau kelompok yang mencari muka untuk mempengaruhi anggota 3

4 Parlemen;. Sedangkan Lobiist berarti: Orang yang mencoba mempengaruhi pembuat undang-undang. 1.3 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: Me-lobi ialah melakukan pendekatan secara tidak resmi, dengan tujuan mempengaruhi keputusan atau masalah yang dapat menguntungkan sejumlah orang. Dari beberapa definisi lobi tersebut di atas, maka dapat diatarik suatu kesimpulan, bahwa lobi adalah: Kegiatan komunikasi tidak resmi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Atau sebagai kegiatan komunikasi awal untuk mempengaruhi keputusan, sebelum dilaksanakannya negosiasi atau diplomasi. Praktek Lobi dalam kehidupan sehari-hari: A. Dalam Kehidupan rumah tangga: Pada saat seorang anak menyampaikan suatu permintaan kepada bapaknya, dan ternyata sang bapak tidak memberikan jawaban sebagaimana yang diharapkan si anak, maka si anak akan meminta bantuan kepada ibunya yang dianggap memiliki hubungan lebih dekat dengan sang bapa. Kemudian ibunya melakukan pendekatan kepada bapak, guna menyampaikan pesan sang anak kepada bapak. Karena sang ibu mengetahui pasti sifat dan karakter bapak (suaminya), pada saat kapan, situasi yang bagaimana, dan dimana tempat yang paling tepat dia bisa berbicara dengan bapak, maka pada saat, situasi dan tempat yang tepat, sang ibu melakukan komunikasi dengan bapak, guna memuluskan permintaan sang anak. Apa yang dilakukan ibu terhadap bapak dalam hal ini adalah kegiatan lobi. B. Dalam organisasi atau perusahaan: Seorang Direktur Utama perusahaan A akan mengadakan pertemuan resmi (formal meeting) dengan seorang Bupati dalam rangka memperoleh ijin lokasi perkebunan. Sebelum Direktur Utama perusahaan A benar-benar berhadapan secara apple to apple dengan Bupati, biasanya direktur mengutus direktur lain, atau setidaknya seorang senior manager untuk melakukan pendekatan awal dengan Bupati. Setelah segala sesuatunya berjalan lancar sebagaimana missi yang diemban dalam lobi, maka diaturlah pertemuan antara Direktur Utama dengan Bupati, dalam rangka negosiasi. 4

5 C. Dalam lingkup Kenegaraan: Salah satu fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR-RI) adalah membuat undang-undang bersama pemerintah. Sebelum rapat paripurna DPR- RI yang akan membahas dan mengesahkan undang-undang tertentu, biasanya ada pihak-pihak atau steakholder (bisa dari perusahaan swasta, bisa pula BUMN) tertentu yang melakukan lobi anggota dewan, pimpinan komisi atau bahkan pimpinan fraksi. Lobi dimaksud adalah untuk menyampaikan segala sesuatu yang berkaitan dengan undang-undang yang akan ditetapkan, agar supaya undang-undang yang ditetapkan tersebut tidak merugikan usaha pe-lobi atau pihak-pihak yang ada di belakang pe-lobi. Pelaksanaan lobi tidak hanya monopoli membawa misi kepentingan institusi, perusahaan atau kelompok. Lobi juga dapat dilaksanakan dalam rangka membawa misi kepentingan individu. Begitupun dengan sasaran lobi atau target lobi, juga tidak terbatas pada kelompok, instisuti, atau perusahaan, melainkan juga individu. Keberhasilan lobi akan berpengaruh terhadap keberhasilan negosiasi dan diplomasi, atau keberhasilan misi yang dibawanya. Sebaliknya, kegagalan lobi dapat berakibat pada gagalnya negosiasi atau diplomasi, atau kegagalan misi yang dibawanya. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan lobi sangat diperlukan pe-lobi yang handal, memiliki wawasan luas, pengetahuan yang dalam sesuai dengan bidang atau misi yang dibawanya, serta memiliki pengalaman yang memadai. Tidak dapat dipungkiri, bahwasanya perbedaan kepentingan individu, kelompok, institusi atau Negara yang tidak mencapai titik temu, dapat berkembang menjadi konflik. Bilamana konflik tidak segera diselesaikan, dapat berkembang menjadi prahara atau bahkan peperangan. Untuk itu dalam tatanan kehidupan manusia yang makin komplek dan makin banyak kepentingan ini kegiatan lobi me lobi dianggap sebagai kegiatan yang cukup penting. Banyak kasus yang berawal dari silang pendapat, perbedaan kepentingan bermuara menjadi konflik, dan berakhir dengan tindak kekerasan. Banyak tindak kekerasan dalam rumah tangga terjadi biasanya bermula dari silang pendapat tentang masalah kecil. Begitu pula halnya silang pendapat yang terjadi di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) beberapa waktu lalu? Perbedaan pendapat dan kepentingan anggota 5

6 dewan yang terhormat itu berakhir dengan kekerasan fisik. Tindak kekerasan, konflik fisik adalah cara penyelesaian masalah pada jaman jahiliyah (kebodohan). Pada jaman yang serba canggih ini, ilmu pengetahuan yang sangat maju, manusia-manusia yang jauh lebih pintar ini, sudah sepatutnya bila menyelesaikan suatu masalah menjauhkan dari konflik fisik ataupun tindak kekerasan. Cara tersebut tidak santun, tidak berperikemanusiaan, dan jauh dari budaya kearifan. Sebab cara-cara tersebut akan merugikan berbagai pihak. Selain itu, dengan cara kekerasan permasalahan tidak akan selesai, justru menimbulkan permalsahan baru. Hal-hal yang berkaitan dengan lobi.: a. Me-lobi adalah melakukan pendekatan secara tidak resmi. Contoh; Ia berhasil melobi pimpinan perusahaan itu, sehingga keinginannya dikabulkan. b. Pe-lobi (dalam bahasa Indonesia), atau lobbyist (dalam bahasa Inggris) adalah orang yang melakukan lobi. c. Pe-lobi-an adalah proses, cara, perbuatan menghubungi atau melakukan pendekatan terhadap pihak tertentu, guna mempengaruhi pihak lain dalam mengambil keputusan. 2. Definisi Negosiasi Negosiasi (Negotiation) dalam arti harfiah adalah perundingan atau hal menyelesaikan masalah. Negosiasi adalah komunikasi timbal balik yang dirancang untuk mencapai tujuan bersama. Berikut di bawah ini definisi negosiasi dari berbagai sumber 2.1 Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata Negosiasi mempunyai 2 (dua) arti, yakni: a. Proses tawar menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau organisasi) yang lain. b. Penyelesaian sengketa secara damai melalui perundingan antara pihakpihak yang bersangkutan. Secara ringkas dapat dirumuskan, bahwa Negosiasi adalah suatu proses perundingan antara para pihak yang berselisih atau berbeda pendapat tentang sesuatu permasalahan. 6

7 2.2 Menurut Stephen Robbins dalam bukunya Organizational Behavior ( 2001), negosiasi adalah proses pertukaran barang atau jasa antara 2 pihak atau lebih, dan masing-masing pihak berupaya untuk menyepakati tingkat harga yang sesuai untuk proses pertukaran tersebut. Sedang dalam komunikasi bisnis, negosiasi adalah suatu proses dimana dua pihak atau lebih yang mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan, bertemu dan berbicara untuk mencapai suatu kesepakatan. 2.3 Menurut Hariwijaya (2010) dalam bukunya Strategi Lobi dan Negosiasi menyebutkan definisi negosiasi adalah proses pertukaran barang dan jasa antara dua pihak atau lebih, dan masing-masing pihak berupaya untuk menyepakati tingkat harga yang sesuai untuk proses pertukaran tersebut. Lebih jauh, Hariwijaya mengemukakan definisi negosiasi dalam komunikasi bisnis adalah; suatu proses dimana dua pihak atau lebih yang mempunyai kepentingan yang sama atau bertentangan, bertemu dan berbicara untuk mencapai suatu kesepakatan. Negosiasi adalah kegiatan komunikasi sehari-hari, yang sering tidak disadari oleh pelaku negosiasi. Sebagai contoh; saat seorang ibu menawar harga daging di pasar dengan pedagang daging. Maka apa yang telah dilakukan oleh ibu tersebut adalah kegiatan negosiasi. Ketika seorang ayah membujuk anaknya untuk belajar, nanti sang anak akan diberi hadiah ice cream. Dalam hal ini ayah tersebut telah melakukan negosiasi. Hampir setiap saat kehidupan manusia diwarnai oleh kegiatan negosiasi. Hanya saja banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah melakukan negosiasi. Negosiasi diperlukan sebagai salah satu upaya untuk menunjang kegiatan individu, organisasi dan Negara dalam mencapai tujuan individu, organisasi dan Negara. Pemahaman mengenai bagaimana menerapkan strategi negosiasi, mengerti model pendekatan tujuan dan prinsip prinsip negosiasi serta mengenali modal dan karakteristik negosiasi sangatlah diperlukan. Dari beberapa definisi negosiasi tersebut di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa faktor utama dalam negosiasi terdiri dari: 1. Adanya 2 (dua) pihak yang ingin bernegosiasi 2. Adanya permasalahan atau kepentingan 3. Adanya good will (kemauan baik) untuk mencari titik temu/kompromi 7

8 1. Adanya 2 (dua) pihak yang ingin bernegosiasi Dari sudut pandang ilmu komunikasi, kegiatan negosiasi tidak jauh beda dengan kegiatan komunikasi. Artinya; dalam kegiatan negosiasi minimal selalu melibatkan 2 (dua) pihak, seperti halnya dalam kegiatan komunikasi yang selalu melibatkan komunikator dan komunikan. Dalam konteks negoasi dengan pihak lain (bukan negosiasi dengan diri sendiri), kedua belah pihak yang memiliki keinginan untuk melakukan negosiasi. Bila salah satu pihak tidak mempunyai keinginan melakukan negosiasi, maka pelaksanaan negosiasi tidak akan pernah terlaksana. Pelaksanaan negosiasi dapat berlangsung minimal antara 2 (dua) pihak atau lebih. Pihak-pihak dalam negosiasi bisa berupa individu, kelompok, institusi atau bahkan Negara. Dalam pelaksanaannya, negosiasi bisa dilakukan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, individu dengan isntitusi atau individu dengan Negara. Atau kombinasi antara individu, kelompok, isntitusi dan Negara. 2. Adanya permasalahan atau kepentingan Tapa adanya permasalahanatau kepentingan tidak mungkin terjadi negosiasi, meski ada 2 (dua) pihak atau lebih yang melakukan komunikasi. Sebab, mengacu pada pengertian dasar negosiasi adalah perundingan atau tawar-menawar. Proses perundingan atau tawar menawar mustahil berlangsung bilamana tidak ada permasalahan. Permasalahan merupakan kata kunci dari sebuah pelaksanaan negosiasi. Permasalahan terjadi karena para pihak mempunyai dasar intepretasi dan kepentingan yang berbeda, yang biasanya saling bertentangan satu dengan yang lain. Masing-masing pihak membawa misi yang harus dicapai. Disinilah diperlukannya negosiasi antar pihak, guna mencapai titik temu dan kesepakatan bersama, atau kompromi. 3. Adanya good will (kemauan baik) untuk mencari titik temu/kompromi Dalam proses negoasisi para pihak harus mempunyai good will (kemauan baik) untuk mencari titik temu/kompromi. Bila salah satu pihak tidak memiliki good will (kemauan baik) untuk mencari titik temu/kompromi dari permasalahan yang dinegosiasikan, tidak bersedia untuk saling memberi dan saling menerima, niscaya pelaksanaan negosiasi hanyalah sia-sia belaka. Oleh sebab itu kemauan baik untuk mau saling memberi dan saling menerima dari para pihak, adalah modal utama yang akan sangat membantu memecahkan persoalan dalam melakukan negosiasi sutau masalah atau kepentingan. 8

9 Hal-hal yang berkaitan dengan negosiasi: a. Negosiator adalah; orang yang melakukan negosiasi. b. Me-negosiasi-kan; melakukan negosiasi, melakukan tawar-menawar dengan perundingan untuk mencapai kesepakatan. c. Adversary adalah: orang yang menjadi sasaran/target negosiasi 3. Definisi Diplomasi Bagi orang awam istilah diplomasi sering diartikan sebagai keahlian berkomunikasi, atau kehalian berdebat, berargumentasi seseorang. Seseorang yang pandai berkomunikasi, bersilat lidah, pandai berdebat atau pandai memberikan argumentasi-argumentasi, oleh masyarakat kebanyakan disebut pandai berdiplomasi. Ada beberapa pengertian diplomasi dalam arti sempit, diantaranya; a. Diplomasi diartikan sebagai POLITIK LUAR NEGERI. Sebagai contoh; Diplomasi Indonesia di Amerika sangat lemah. Artinya; diplomasi Indonesia di Amerika sangat lemah. b. Diplomasi diartikan sebagai PERUNDINGAN. Contohnya; Persoalan Syuriah seharusnya dapat diselesaikan dengan cara diplomasi. Artinya; Peperangan yang terjadi di Negara Syuriah saat ini tidak perlu terjadi, karena dapat diselesaikan dengan cara diplomasi. c. Diplomasi diartikan sebagai KEMAMPUAN BERKOMUNIKASI atau BERSILAT LIDAH. Sebagai contoh: Dia memang pandai berdiplomasi. Artinya; Dia pandai berkomunikasi atau bersilat lidah. Dalam arti yang luas, diplomasi diidentikan dengan politik luar negeri suatu Negara. Dengan demikian, apa definisi diplomasi yang sebenarnya? Istilah diplomasi berasal dari bahasa Yunani diploun yang berarti melipat. Berikut definisi diplomasi dari berbagai sumber: 3.1 Menurut the Chamber s Twenthieth Century Dictionary, diplomasi adalah the art of negotiation, especially to treaties between states; political skill. (seni 9

10 berunding, khususnya tentang perjanjian di antara negara-negara; keahlian politik). Dalam hal ini, ada dua unsure yang ditekankan. Pertama; tentang seni berunding sedangkan yang kedua; tentang aktifitas atau kegiatannya, yaitu perjanjian atau hubungan antar Negara. 3.2 Ivo D. Duchachek bependapat, Diplomasi biasanya didefinisikan sebagai praktek pelaksanaan politik luar negeri suatu negara dengan cara negosiasi dengan negara lain. Tetapi diplomasi kadang-kadang dihubungkan dengan perang. Oleh karena itulah Clausewitz, seorang filolsof Jerman, dalam pernyataannya yang terkenal mengatakan bahwa perang merupakan kelanjutan diplomasi melalui sarana lain. 3.3 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kbbi.web.id/ menyebutkan arti kata diplomasi adalah; 1. urusan atau penyelenggaraan perhubungan resmi antara satu negara dan negara yg lain; 2. urusan kepentingan sebuah negara dng perantaraan wakil-wakilnya di negeri lain; 3. pengetahuan dan kecakapan dl hal perhubungan antara negara dan negara; 4. cak kecakapan menggunakan pilihan kata yg tepat bagi keuntungan pihak yg bersangkutan (dl perundingan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dsb); -- bersenjata diplomasi dng dukungan angkatan bersenjata; -- budaya diplomasi melalui pengenalan dan pemahaman pelbagai hasil seni budaya; -- megafon Pol diplomasi saling meneriakkan sikap keras, tuduh-menuduh, ancam-mengancam pihak yg bermusuhan; -- preventif Pol diplomasi yg berusaha mencegah campur tangan langsung negara besar dl krisis yg timbul di dunia ketiga; -- terbuka diplomasi yg dilaksanakan tanpa kesepakatan rahasia; 3.4 Menurut Brownlie, diplomasi merupakan setiap cara yang diambil untuk mengadakan dan membina hubungan dan berkomunikasi satu sama lain, atau melaksanakan transaksi politik maupun hukum yang dalam setiap hal dilakukan melalui wakil-wakilnya yang mendapat otorisasi. Diplomasi pada hakikatnya juga merupakan negoisasi dan hubungan antar negara yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah, untuk itu diperlukan suatu seni 10

11 dan kemampuan serta kepandaian untuk mempengaruhi seseorang sehingga dapat tercapai tujuannya. Kemampuan untuk berunding itu harus dilakukan secara maksimal agar dapat dicapai hasil yang maksimal pula dalam suatu system politik dimana suatu perang mungkin bisa terjadi. Intinya, kegiatan diplomasi hanya dilakukan antar pihak yang mewakili Negara, dimana masing-masing Negara dapat diwakili oleh presiden, wakil presiden, menteri, duta besar, konsulat, atau utusan khusus dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Meski tidak menutup kemungkinan pimpinan legeslatif melakukan kegiatan diplomasi dengan Negara lain. Bilamana diplomasi dilakukan oleh menteri, wakil presiden atau bahkan presiden suatu Negara, maka diplomasi tersebut dikategorikan sebagai diplomasi tingkat tinggi. Sukses tidaknya suatu diplomasi sangat dipengaruhi oleh diplomat (orang yang melakukan diplomasi). Luasnya wawasan, tingginya pengetahuan, banyaknya pengalaman serta kemampuan negosiasi yang handal merupakan modal dasar untuk menggapai keberhasilan diplomasi. Dari berbagai definisi negosiasi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa diplomasi adalah; Seni negosiasi, kemampuan dan kecakapan membangun dan menjaga hubungan antara Negara dengan Negara, dalam rangka mengemban misi Negara. Hal-hal yang berkaitan dengan diplomasi: a. Diplomat adalah; orang yang melakukan diplomasi, atau orang yang berkecimpung atau terlibat di bidang diplomasi. Misalnya; menteri luar negeri, duta besar, konsulat, utusan khusus suatu Negara dsb. b. Diplomatik adalah; segala sesuatu yang berkenaan dengan hubungan resmi antara Negara dengan Negara. Sebagai contoh; Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Isreal. Artinya; Indonesia tidak mempunyai hubungan resmi dengan Negara Isreal. 11

12 4. Daftar Pustaka Achmad. Zen. Tehnik Presentasi dan Negosiasi. Lentera Ilmu Cendekia. Jakarta Brownlie, Ian, Principles of Public International Law-second edition, Universitty Press, Oxford, Dawson, Roger, Secrets of Power Negotiation, Seni Negosiasi, Cetakan keenam, Gramedia, Jakarta, 2015 Hariwijaya, Strategi Lobi dan Negosiasi, PT. Suka Buku, Jakarta, kbbi.web.id/ N. Schoonmaker, Langkah-langkah Memenangkan Negosiasi, PIM, Jakarta, Dewi Fortuna Anwar Thorn, Yeremi G. Terampil Bernegosiasi, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta,

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI dan DIPLOMASI

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI dan DIPLOMASI Modul ke: TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI dan DIPLOMASI Pertemuan ke 1 Tgl. 03 Sept 2016 DEFINISI LOBBY, NEGOSIASI & DIPLOMASI Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Drs.

Lebih terperinci

Kata diplomasi berasal dari Yunani, diploun. yang berarti melipat.

Kata diplomasi berasal dari Yunani, diploun. yang berarti melipat. Kata diplomasi berasal dari Yunani, diploun yang berarti melipat. Menurut Nicholson (seorang pengkaji dan ahli dalam diplomasi abad 20) pada masa kekaisaran Romawi semua paspor, yang melewati jalan milik

Lebih terperinci

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi Mata Kuliah Dosen : Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si Memahami Diplomasi Pada masa kini dengan berkembang luasnya isu internasional menyebabkan hubungan internasional tidak lagi dipandang

Lebih terperinci

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI. Prinsip-Prinsip dan Dimensi Dalam Proses Negosiasi. Public Relations. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom.

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI. Prinsip-Prinsip dan Dimensi Dalam Proses Negosiasi. Public Relations. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom. TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN Modul ke: DIPLOMASI Prinsip-Prinsip dan Dimensi Dalam Proses Negosiasi Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Drs. Dwi Prijono Soesanto

Lebih terperinci

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI. Lobby dan dimensi komunikasi. Public Relations. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM.

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI. Lobby dan dimensi komunikasi. Public Relations. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM. TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN Modul ke: DIPLOMASI Lobby dan dimensi komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Pertemuan

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS, TEKNIK LOBBY DAN NEGOSIASI

ETIKA BISNIS, TEKNIK LOBBY DAN NEGOSIASI ETIKA BISNIS, TEKNIK LOBBY DAN NEGOSIASI BA-MKU Kwu UNS- Solo 2008 MEDIA PRESENTASI MK. KEWIRAUSAHAAN Universitas Sebelas Maret Solo 2008 ETIKA : sama artinya dengan MORAL, yang berarti adat kebiasaan

Lebih terperinci

Strategi dan Seni dalam

Strategi dan Seni dalam Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI Lucky B Pangau,SSos MM E-mail : lucky_pangau@yahoo.com HP : 0877 3940 4649 Lucky B Pangau Seni Negosiasi 1 NEGOSIASI Adalah proses komunikasi yang gunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat berbagai macam profesi khususnya bidang pendidikan, misalnya sebagai : guru, dosen, guru bimbingan belajar, guru konseling dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM HP : Lucky B Pangau.

Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI. Lucky B Pangau,SSos MM   HP : Lucky B Pangau. Strategi dan Seni dalam NEGOSIASI Lucky B Pangau,SSos MM E-mail : lucky_pangau@yahoo.com HP : 0877 3940 4649 Lucky B Pangau Seni Negosiasi 1 NEGOSIASI Adalah proses komunikasi yang gunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu keadaan yang dapat diterima kedua belah pihak

kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu keadaan yang dapat diterima kedua belah pihak NEGOSIASI BISNIS Negosiasi sebuah proses usaha untuk menemukan kesepakatan di antara dua pihak atau lebih yang memiliki perbedaan pandangan atau harapan tentang masalah tertentu pembicaran dengan orang

Lebih terperinci

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI. Tahap-tahap Persiapan dalam Negosiasi. Public Relations. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM.

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI. Tahap-tahap Persiapan dalam Negosiasi. Public Relations. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM. TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN Modul ke: DIPLOMASI Tahap-tahap Persiapan dalam Negosiasi Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM

Lebih terperinci

Kecakapan Antarpersonal

Kecakapan Antarpersonal Kecakapan Antarpersonal Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom Komunikasi dalam Lobi 1 Kata Melobi terdapat dalam kamus bahasa Indonesia dengan pengertian: melakukan pendekatan secara tidak resmi/ informal. Page

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan dan organisasi, baik swasta maupun. pemerintahan Sumber Daya Manusia yang produktif dapat tercapai apabila

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan dan organisasi, baik swasta maupun. pemerintahan Sumber Daya Manusia yang produktif dapat tercapai apabila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah perusahaan dan organisasi, baik swasta maupun pemerintahan Sumber Daya Manusia yang produktif dapat tercapai apabila karyawan-karyawan memiliki

Lebih terperinci

Negosiasi : This is how we do it!

Negosiasi : This is how we do it! Negosiasi : This is how we do it! disusun oleh : Praluki Herliawan Universitas Islam Bandung Pengurus Harian Wilayah Kajian & Strategis ISMKI Wilayah 2 Negosiasi Pengertian Negosiasi Negosiasi menurut

Lebih terperinci

merasa perlu untuk menawar kembali

merasa perlu untuk menawar kembali Negosiasi merupakan kata serapan bahasa inggris yang berasal dari kata negotiate yang berarti : merundingkan, bermusyawarah. Negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai kesepakatan melalui diskusi. Negosiator

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di rumah tangga, tempat kerja, masyarakat atau di manapun manusia berada. menggunakan bahasa verbal maupun non verbal.

BAB I PENDAHULUAN. di rumah tangga, tempat kerja, masyarakat atau di manapun manusia berada. menggunakan bahasa verbal maupun non verbal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Melalui komunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan seharihari di rumah tangga,

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI KEMENTERIAN PERTAHANAN, KEMENTERIAN LUAR NEGERI, KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, TENTARA NASIONAL INDONESIA, BADAN INTELIJEN NEGARA, DEWAN KETAHANAN NASIONAL, LEMBAGA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/ TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR :16/DPR RI/I/2004-2005 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO

Smile Indonesia LOBI LO DAN NEGO DAN SIASI NEGO Smile Indonesia LOBI DAN NEGOSIASI PENGERTIAN LOBI Istilah Lobi = lobbying. berarti orang atau berarti orang atau kelompok yang mencari muka untuk mempengaruhi anggota parlemen KATA LOBI Lobby {kata benda}

Lebih terperinci

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom

Kecakapan Antar Personal. Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom Kecakapan Antar Personal Mia Fitriawati, S.Kom, M.Kom Komunikasi dalam Lobi Pengertian Lobi Menurut Anwar (1997) definisi yang lebih luas adalah suatu upaya informal dan persuasif yang dilakukan oleh satu

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI KEMENTERIAN PERTAHANAN, KEMENTERIAN LUAR NEGERI, KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, TENTARA NASIONAL INDONESIA, BADAN INTELIJEN NEGARA, DEWAN KETAHANAN NASIONAL, LEMBAGA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA TENTANG KERJA SAMA AKTIVITAS DALAM BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

PERANAN SEKRETARIS DALAM MENYELENGGARAKAN RAPAT DI SEKRETARIAT DPRD KOTA TANGERANG SELATAN. Oleh: Drs. I Made Wijana & Andora

PERANAN SEKRETARIS DALAM MENYELENGGARAKAN RAPAT DI SEKRETARIAT DPRD KOTA TANGERANG SELATAN. Oleh: Drs. I Made Wijana & Andora PERANAN SEKRETARIS DALAM MENYELENGGARAKAN RAPAT DI SEKRETARIAT DPRD KOTA TANGERANG SELATAN Abstrak Oleh: Drs. I Made Wijana & Andora Made_wijana21@yahoo.com Peranan seorang sekretaris adalah sebagai asisten

Lebih terperinci

BAB II DASAR PEMIKIRAN

BAB II DASAR PEMIKIRAN BAB II DASAR PEMIKIRAN 2.1. Komunikasi Ada banyak ragam definisi komunikasi. Masing-masing definisi dilahirkan sesuai atau dipengaruhi bidang yang menjadi spesialisasi dari ahli yang mengeluarkan definisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerjasama antara negara baik dalam lingkup bilateral, regional dan multilateral sangat dibutuhkan oleh suatu negara, dimana suatu negara tidak bisa hidup sendiri tanpa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR-LESTE TENTANG KEGIATAN KERJA SAMA DI BIDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan yang terjadi antar perusahaan-perusahaan berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan yang terjadi antar perusahaan-perusahaan berkembang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang terjadi antar perusahaan-perusahaan berkembang di Indonesia saat ini sudah semakin ketat. Hal tersebut dapat terlihat dengan semakin gencarnya

Lebih terperinci

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI. Tahap Pelaksanaan Negosiasi. Public Relations. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM.

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI. Tahap Pelaksanaan Negosiasi. Public Relations. Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM. TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN Modul ke: DIPLOMASI Tahap Pelaksanaan Negosiasi Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Drs. Dwi Prijono Soesanto M.Ikom., MPM Sasaran Mahasiswa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2016 AGREEMENT. Pengesahan. Republik Indonesia. Republik Polandia. Bidang Pertahanan. Kerja Sama. Persetujuan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1995 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN KERAJAAN SPANYOL MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN SECARA RESIPROKAL ATAS PENANAMAN

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KISAH. 1. Menunjuk Ketua Suku dan Dukun. 2. Mendandani Ketua Suku dan Dukun sesuai Adat Suku. 3. Membuat Yel-yel Suku.

LATAR BELAKANG KISAH. 1. Menunjuk Ketua Suku dan Dukun. 2. Mendandani Ketua Suku dan Dukun sesuai Adat Suku. 3. Membuat Yel-yel Suku. LATAR BELAKANG KISAH 1. Menunjuk Ketua Suku dan Dukun (syaratnya : harus mempunyai kemampuan negosiasi dan mengartikulasikan pendapat dengan baik) 2. Mendandani Ketua Suku dan Dukun sesuai Adat Suku (bahan

Lebih terperinci

Nama: Anton Rahmat Riyadi NIM :

Nama: Anton Rahmat Riyadi NIM : Nama: Anton Rahmat Riyadi NIM : 14122059 1. Jelaskan pengertian konflik dan cara pandang konflik 2. Jelaskan jenis, sebab, dan proses terjadinya konflik 3. Jelaskan hubungan konflik dan kinerja di perusahaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK (AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan

Lebih terperinci

LARANGAN NEGOSIASI DALAM PROSES LELANG Oleh Abu Sopian Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang

LARANGAN NEGOSIASI DALAM PROSES LELANG Oleh Abu Sopian Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang LARANGAN NEGOSIASI DALAM PROSES LELANG Oleh Abu Sopian Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang Kata Kunci Pelelangan, seleksi, metode evaluasi, sistem gugur, sistem nilai, sistem biaya selama

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPPRES 60/1994, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH REPUBLIK ITALIA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN KERJA SAMA PERTAHANAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN ARAB SAUDI (DEFENSE COOPERATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang satu sama lainnya saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang satu sama lainnya saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang satu sama lainnya saling berinteraksi, dan dalam proses interaksi tersebut dibutuhkan suatu komunikasi yang baik diantara

Lebih terperinci

Mengelola Rapat (Handling Meeting) By: Evada El ummah Khoiro, S.AB., M.AB Prodi Administrasi Niaga 2

Mengelola Rapat (Handling Meeting) By: Evada El ummah Khoiro, S.AB., M.AB Prodi Administrasi Niaga 2 Mengelola Rapat (Handling Meeting) By: Evada El ummah Khoiro, S.AB., M.AB Prodi Administrasi Niaga 2 Apa itu komunikasi kelompok? Adalah proses penyampaian informasi dari 1 pihak ke pihak lain untuk maksud

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN NOTA KESEPAHAMAN (MOU) ANTARA KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK FEDERASI JERMAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era ini kebutuhan komunikasi di setiap perusahaan semakin kompleks. Untuk mengatasi kebutuhan tersebut, banyak perusahaan mencari bantuan dari perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations pemerintah berbeda dengan Public Relations perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations pemerintah berbeda dengan Public Relations perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi yang dijalankan suatu institusi atau perusahaan diharapkan memberikan reaksi, atau tanggapan publik dan hal ini berkaitan dengan kegiatan seorang

Lebih terperinci

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi BAB IV ANALISIS A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara umum mediasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH REPUBLIK ITALIA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL (Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1994 Tanggal

Lebih terperinci

Penulisan Karya Ilmiah 1

Penulisan Karya Ilmiah 1 Kompetensi dasar: Memahami jenis karya ilmiah Indikator: Menjelaskan makna rapat Menjelaskan makna diskusi Menjelaskan makna diskusi panel Menjelaskan makna seminar Menjelaskan makna lokakarya Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beraneka ragam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beraneka ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beraneka ragam sumber daya alam yang berpotensi besar. Diantaranya adalah minyak bumi, gas alam dan panas

Lebih terperinci

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya. Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan

Lebih terperinci

PESAN KOMUNIKASI BISNIS MODUL ANALISIS BENTUK BENTUK KOMUNIKASI BISNIS 3.3 A. BENTUK KOMUNIKASI VERBAL 3.4 B. KOMUNIKASI TERTULIS 3.6 C.

PESAN KOMUNIKASI BISNIS MODUL ANALISIS BENTUK BENTUK KOMUNIKASI BISNIS 3.3 A. BENTUK KOMUNIKASI VERBAL 3.4 B. KOMUNIKASI TERTULIS 3.6 C. KOMUNIKASI BISNIS 1. KONSEP KONSEP DASAR KOMUNIKASI BISNIS MODUL 1 A. PENGERTIAN PENGERTIAN ISTILAH 1.2 B. RUANG LINGKUP KOMUNIKASI BISNIS 1.4 C. ARTI PENTING KOMUNIKASI BISNIS 1.6 D. PRINSIP 7 C 1.6 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi merupakan suatu kebutuhan bagi makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan komunikasi merupakan suatu kebutuhan bagi makhluk sosial. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan komunikasi merupakan suatu kebutuhan bagi makhluk sosial. komunikasi adalah suatu interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih, Begitu juga dalam

Lebih terperinci

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis

Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis Alternative Dispute Resolution dalam Sengketa Bisnis P R E P A R E D B Y : I R M A M. N A W A N G W U L A N, M B A M G T 4 0 1 - H U K U M B I S N I S S E M E S T E R G A N J I L 2 0 1 4 U N I V E R S

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2002 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3414 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 38) UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Teknik Reportase dan Wawancara

Teknik Reportase dan Wawancara Modul ke: 02 Fakultas FIKOM Teknik Reportase dan Wawancara Peran Komunikator Mintocaroko. S.Sos. Program Studi HUMAS Latar Belakang Ketercukupan informasi akan terwujud bila Public Relations menyediakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

Waktu Kegiatan Pemateri Daftar ulang Panitia Pembukaan Panitia Bahasa Indonesia yang Cermat, Apik, dan Santun

Waktu Kegiatan Pemateri Daftar ulang Panitia Pembukaan Panitia Bahasa Indonesia yang Cermat, Apik, dan Santun DRAF PANDUAN LOMBA DEBAT BAHASA SE-JABODETABEK DALAM RANGKA BULAN BAHASA TAHUN 2017 I. Daftar Topik Debat 1. Dewan ini akan memprioritaskan pengenalan bahasa Indonesia ke luar negeri daripada pengembangan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pengeritan komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu

BAB II URAIAN TEORITIS. Pengeritan komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Pengeritan komunikasi harus ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara paradigmatic, sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn. BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar PKn Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar mata pelajaran PKn. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 1996 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pemasaran Menurut Abdullah dan Tantri (2012:14) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Kedudukan Perwakilan Diplomatik di Indonesia

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Kedudukan Perwakilan Diplomatik di Indonesia PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Kedudukan Perwakilan Diplomatik di Indonesia Makna kata Perwakilan Diplomatik secara Umum Istilah diplomatik berasal

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

PROFESSIONAL IMAGE. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations.

PROFESSIONAL IMAGE. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations. Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Fakultas FIKOM Kompetensi komunikasi PR: Motivasi yang positif dan membangun komunikasi efektif dua arah dengan Tuhan, diri sendiri, orang lain. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEGIATAN KERJA SAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

Negosiasi dengan Hati

Negosiasi dengan Hati Negosiasi Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan negosiasi. Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek kehidupan kita. Selain itu

Lebih terperinci

Selasa, 7 Pebruari 2006

Selasa, 7 Pebruari 2006 LAPORAN KOMISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II / PENGAMBILAN KEPUTUSAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA PADA RAPAT PARIPURNA Assalamu alaikum

Lebih terperinci

KEPPRES 83/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN

KEPPRES 83/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN KEPPRES 83/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 83 TAHUN 1996 (83/1996) Tanggal: 25 Oktober 1996

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA INDUSTRI PERTAHANAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK TURKI (AGREEMENT

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 3387 (Penjelasan Atas Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 1) UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN NOTA KESEPAHAMAN (MOU) ANTARA KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK FEDERASI JERMAN MENGENAI

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM NEGOSIASI BISNIS

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM NEGOSIASI BISNIS MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM NEGOSIASI BISNIS PAM.MM02.011.01 BUKU PENILAIAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 109/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK YAMAN MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL *47909 KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kunci hubungan masyarakat dalam mengkomunikasikan pesan yang tepat kepada publik internal maupun eksternal. Melalui komunikasi, menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dan erat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dan erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat penting dan erat kaitannya dengan pemasaran dan promosi. Perkembangan komunikasi telah mempengaruhi perkembangan ekonomi.

Lebih terperinci

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia sebagai salah satu negara penganut demokrasi, sudah tentu melaksanakan pemilu sebagai perwujudan kedaulatanan rakyat. Seperti yang tertulis dalam Undang-undang

Lebih terperinci

LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT

LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT KONVENSI MENGENAI PENGAMBILAN IKAN SERTA HASIL LAUT DAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 34 TAHUN 1994 (34/1994) TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH MALAYSIA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C. PROSES PELAKSANAAN SITA PENYESUAIAN TERHADAP BARANG TIDAK BERGERAK YANG DIAGUNKAN ATAU DIJAMINKAN DI BANK SWASTA DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PEMASARAN DAN STRATEGI PERSONAL SELLING

PEMASARAN DAN STRATEGI PERSONAL SELLING Modul ke: 06 Fakultas Program Pascasarjana PEMASARAN DAN STRATEGI PERSONAL SELLING Pokok Bahasan 1. Pemasaran Hubungan Massa 2. Strategi Personal Selling Dr. Inge Hutagalung, M.Si Program Studi Magister

Lebih terperinci

Politik & Strategi Nasional

Politik & Strategi Nasional Politik & Strategi Nasional 4 Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat mengerti, memahami, mendalami, menghayati politik dan strategi nasional dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU

2 2. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1607); MEMUTU No.547, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DPR-RI. Kode Etik. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DENGAN

Lebih terperinci

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM PERTEMUAN 14 MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM POKOK BAHASAN: Konflik dan Negoisasi DESKRIPSI Materi berupa uraian tentang dinamika yang terjadi dalam sebuah organisasi

Lebih terperinci

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI

TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN DIPLOMASI TEKNIK LOBBY, NEGOSIASI DAN Modul ke: DIPLOMASI Metode Pertarungan dan Penutupan Negosiasi: 1.Mengenal metode pertarungan dan taktik negosiasi. 2.Menghadapi metode pertarungan. 3.Penutupan negosiasi Fakultas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN MENTERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN MENTERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN MENTERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: perlu menetapkan peraturan untuk rapat-rapat Dewan Menteri;

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS APA YANG DIMAKSUD DENGAN KONFLIK? BEBERAPA PENGERTIAN : *Konflik adalah perjuangan yang dilakukan secara sadar dan langsung antara individu dan atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

Bahan Ajar Komunikasi Bisnis Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si.

Bahan Ajar Komunikasi Bisnis Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. Bahan Ajar Komunikasi Bisnis Dosen : Gumgum Gumilar, S.Sos., M.Si. Oxford Dictionary : Negosiasi didefinisikan sebagai : pembicaran dengan orang lain dengan maksud untuk mencapai kompromi atau kesepakatan

Lebih terperinci

Bimbingan dan Konseling Sosial

Bimbingan dan Konseling Sosial Bimbingan dan Konseling Sosial Situasi Sosial Situasi yang menggambarkan adanya interaksi antar individu, yang didalamnya terdapat sikap saling mempengaruhi. Situasi dalam keanekaragaman. Konflik Kata

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEGIATAN KERJA SAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat potensial

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat potensial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat potensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk perusahaan tersebut. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini penulis menyajikan kesimpulan berdasakan hasil penelitian yang penulis peroleh. Kesimpulan ini memaparkan beberapa pikiran pokok yang merupakan

Lebih terperinci

BAB IX KETERAMPILAN BERNEGOSIASI. Ahmad Sumiyanto, SE MSI Program Studi D3 TI Fakultas Ilmu Komputer Universitas Amikom Yogyakarta

BAB IX KETERAMPILAN BERNEGOSIASI. Ahmad Sumiyanto, SE MSI Program Studi D3 TI Fakultas Ilmu Komputer Universitas Amikom Yogyakarta BAB IX KETERAMPILAN BERNEGOSIASI Ahmad Sumiyanto, SE MSI Program Studi D3 TI Fakultas Ilmu Komputer Universitas Amikom Yogyakarta NEGOSIASI Adalah sebuah proses usaha untuk menemukan kesepakatan diantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Negosiasi dalam Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan salah satu hasil pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu

Lebih terperinci

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa Disusun Oleh: Raden Zulfikar Soepinarko Putra 2011 200 206 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG PENERJEMAHAN DAN/ATAU PERBANYAKAN CIPTAAN UNTUK KEPENTINGAN PENDIDIKAN, ILMU PENGETAHUAN, PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang

Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Pemimpin : Lakukan NetWORK Bukan NetSit Atau NetEat Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Dalam rangka meningkatkan nilai dan kualitas kehidupan,

Lebih terperinci

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004 1. Ketentuan UUD 1945: a. Pra Amandemen: Pasal 11: Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat

Lebih terperinci