OPTIMALISASI SISTEM EXHAUST FAN DALAM SISTEM TATA UDARA GUNA MENUNJANG STABILITAS FLOW PATTERN DI LABORATORIUM
|
|
- Ivan Hermanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 OPTIMALISASI SISTEM EXHAUST FAN DALAM SISTEM TATA UDARA GUNA MENUNJANG STABILITAS FLOW PATTERN DI LABORATORIUM I Wayan Widiana, Mulyono, Sopyan Sori, Jakaria Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) Kawasan Puspiptek Tangerang Selatan Telp wayan_nane@batan.go.id ABSTRAK OPTIMALISASI SISTEM EXHAUST FAN DALAM SISTEM TATA UDARA GUNA MENUNJANG STABILITAS FLOW PATTERN DI LABORATORIUM. Flow pattern (arah aliran udara) menjadi parameter penting dalam sistem tata udara pada laboratorium nuklir. Flow pattern dijaga sedemikian rupa agar udara mengalir dari daerah bersih menuju ke daerah kotor. Salah satu komponen penting dalam sistem tata udara terkait dengan flow pattern adalah sistem exhaust. Masalah terjadi pada sistem exhaust dimana motor fan 9 dan motor fan 10 terjadi kegagalan dengan suhu motor yang sangat tinggi. Beberapa langkah penting telah dilakukan terhadap sistem exhaust di PTRR untuk menunjang stabilitas flow pattern, salah satunya adalah meningkatkan kapasitas motor fan 9 dan motor fan 10. Hasilnya adalah flow pattern dapat ditingkatkan dan masalah panas pada motor dapat diminimalkan. ABSTRACT OPTIMIZATION OF EXHAUST FAN SYSTEM IN THE AIR CONDITIONING SYSTEM TO SUPPORT THE STABILITY OF FLOW PATTERN IN THE LABORATORY. Flow pattern is an important parameter in the HVAC system for a nuclear laboratory. Flow pattern is maintained in such a way that air flows from clean areas heading to the dirty areas. One of the important components in the HVAC system related to the flow pattern is exhaust system. Problem occurs in the exhaust system, in which the fan motor 9 and fan motor 10 failed to operate due to high temperatures in the motors. Several important steps have been carried out to the exhaust system in the PTRR to support the stability of the flow pattern, one of which is to increase the capacity of fan motor 9 and fan motor 10. As a result, flow pattern can be improved and the heat issue on the motor can be minimized. PENDAHULUAN F asilitas nuklir seperti laboratorium yang dimiliki PTRR BATAN harus memiliki sistem ventilasi yang memenuhi syarat sesuai dengan nuclear grade. Salah satu ketentuan yang terkait dengan flow pattern adalah bahwa udara mengalir dari daerah bersih menuju daerah kotor atau udara mengalir dari daerah dengan tingkat kontaminasi rendah menuju daerah dengan tingkat kontaminasi lebih tinggi. Ketentuan tersebut bertujuan agar pekerja radiasi terhindar dari bahaya kontaminasi. Salah satu komponen penting yang mempengaruhi flow pattern adalah system exhaust. Di gedung 11 PTRR BATAN sistem exhaust terbagi menjadi 3 sistem yang mewakili 3 daerah (zona) operasi. Di dalam setiap sistem exhaust terdapat 2 unit exhaust fan yang beroperasi bergantian (redundand) [1]. Salah satu sistem exhaust fan yang terdiri dari exhaust fan 9 dan exhaust fan 10 mengalami penurunan kinerja dengan indikasi bahwa sistem kontrolnya (star delta) sering trip dan berdasarkan hasil inspeksi menggunakan thermal imaging diketahui terjadi distribusi panas yang sangat tinggi pada kerangka motor [2]. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi stabilitas flow pattern. Jika tidak I Wayan Widiana, dkk ISSN Buku I hal. 159
2 dilakukan penanganan segera maka dikhawatirkan menimbulkan potensi terjadinya kontaminasi apabila terdapat lepasan radioaktif yang tidak dapat dihisap oleh sistem exhaust. TEORI DAN TATA KERJA Sistem exhaust fan Terdapat 3 Zona operasi dalam sistem exhaust fan gedung 11 PTRR BATAN. Zone 1 didukung oleh sistem exhaust yang terdiri dari 2 buah exhaust fan yaitu exhaust fan 5 dan exhaust fan 6 yang beroperasi secara redundan. Zona 1 meliputi daerah hot cell yang memiliki tingkat kontaminasi paling tinggi. Zona 2 dan zona 3 didukung oleh sistem exhaust yang terdiri dari exhaust fan 9 dan exhaust fan 10. Zona 2 meliputi daerah fome hood sedangkan zona 3 meliputi daerah glove box. Kedua zona tersebut memiliki tingkat kontaminasi lebih rendah dibandingkan hot cell. Sedangkan untuk daerah yang tidak aktif seperti pada ruangan laboratorium diisap oleh sistem exhaust yang terdiri dari exhaust fan 3 dan exhaust fan 4 yang juga beroperasi secara redundant. Dari zona 1, zona 2 dan zona 3 hisapan udara dialirkan menuju cerobong (stack) dengan dibantu oleh exhaust fan 3 atau exhaust fan 4, oleh karena itu exhaust fan 3 dan exhaust fan 4 memiliki kapasitas paling besar dibandingkan sistem exhaust fan lainnya. Dalam makalah ini disampaikan bahwa terjadi penurunan kinerja pada exhaust fan 9 dan exhaust fan 10 dengan indikasi terjadi trip pada unit kontrol exhaust fan, kemudian adanya disipasi panas yang berlebih pada motor penggerak exhaust fan setelah dilakukan inspeksi menggunakan kamera infra merah (thermal imaging). Panas berlebih juga berimbas kepada kondisi tali kipas (Vbelt) sehingga cepat longgar yang menyebabkan slip. Kondisi V-belt slip menyebabkan putaran blower tidak maksimal sehingga mempengaruhi daya isap exhaust fan yang pada akhirnya flow pattern menjadi terganggu. Unit Kontrol Sistem exhaust fan di gedung 11 dikendalikan oleh unit kontrol star delta kecuali exhaust fan 5 dan exhaust fan 6 menggunakan koneksi langsung listrik 3 phase. Karena kapasitas motornya hanya 0.25 kw dengan konsumsi arus sekitar 1,25 Amper. exhaust fan 9 dan exhaust fan 10 memiliki kapasitas masing masing sebesar 11 kw dengan konsumsi arus listrik sebesar 29 amper. Dalam beberapa bulan terakhir terjadi trip pada unit kontrol star delta untuk exhaust fan 9 dan exhaust fan 10. Pada saat dilakukan pengukuran beban motor berkisar pada angka 24 Amper akan tetapi konsumsi arus tidak terdeteksi pada saat trip [3]. Flow pattern Flow pattern merupakan persyaratan khusus yang harus dipenuhi dalam sistem VAC yang berada dalam bangunan yang memiliki fasilitas nuklir atau yang terkait dengan kontaminasi zat radioaktif. Flow pattern yang harus dipenuhi adalah bahwa aliran udara mengalir dari daerah bersih (tingkat kontaminasi rendah) menuju daerah kotor (tingkat kontaminasi tinggi). Tujuannya adalah tidak akan terjadi perluasan daerah kontaminasi pada saat terdapat lepasan zat radioaktif pada suatu tempat. Flow pattern biasanya dicapai dengan pengaturan perbandingan aliran udara masuk (supply) dengan aliran udara keluaran (exhaust). Aliran udara masuk dipenuhi oleh AHU (Air Handling Unit) yang memasok aliran udara dingin guna memenuhi kebutuhan suhu dan kelembaban ruangan. Jika melakukan pengaturan aliran udara dari AHU secara signifikan dapat mengakibatkan kebutuhan suhu dan kelembaban tidak terpenuhi. Oleh karena itu exhaust menjadi peranan penting dalam pengaturan flow pattern. Penurunan kinerja exhaust sangat mempengaruhi pola flow pattern bahkan dapat merubah aliran dari negatif menjadi positif. Hal ini tidak diperbolehkan karena dapat memperluas daerah kontaminasi. Bahan 1. Exhaust fan 9 2. Exhaust fan MCCB 100 Amper 4. Kontaktor 85 Amper 5. Thermal Overload 40 Amper 6. Panel Box ukuran 60 x 40 x 15 cm 7. Kabel 4 x 16 mm Kabel serabut Peralatan 1. Tool set 2. Kamera infra merah 3. Flow meter 4. Multi meter 5. Tacho meter 6. Peralatan mekanik Metodologi Metodologi yang dilakukan adalah melakukan evaluasi motor exhaust fan dengan teknik thermal imaging menggunakan kamera infra merah, analisa beban yang terhubung dengan exhaust fan 9 atau 10, peningkatan kapasitas motor exhaust fan 9 dan exhaust fan 10 serta peningkatan kapasitas sistem kontrol untuk exhaust fan 9 dan exhaust fan 10 yang disesuaikan dengan kapasitas motornya. Buku I hal. 160 ISSN I Wayan Widiana, dkk
3 HASIL DAN PEMBAHASAN Inspeksi Motor Meggunakan Thermal Imaging Dengan thermal imaging diperoleh data untuk motor fan 9 seperti pada Gambar 1. Terlihat bahwa terjadi distribusi suhu pada motor hingga mencapai 102 o C. Nilai suhu yang tinggi menunjukkan terjadinya anomali pada motor tersebut. Sedangkan pada motor fan 10 diperoleh data thermal imaging seperti Gambar 2. Seperti halnya motor fan 9, ternyata pada motor fan 10 juga menunjukkan distribusi suhu yang tinggi yaitu mencapai angka 93,2 o C. Peningkatan Kapasitas Motor Dari fakta di atas dapat dipastikan bahwa salah satu penyebab anomali pada motor exhaust fan diakibatkan oleh penambahan beban pada jalur zone 2. Selain itu faktor usia (lebih dari 25 tahun) juga mempengaruhi unjuk kerja motor. Untuk mengatasinya maka dilakukan peningkatan kapasitas motor. Dari kapasitas terpasang sebesar 11 kw kemudian ditingkatkan menjadi 15 kw. Terbukti dengan thermal imaging diperoleh distribusi suhu yang normal untuk motor 15 kw yaitu pada kisaran 40 o C, seperti terlihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. Gambar 1. Thermal imaging motor fan 9 Gambar 3. Motor 15 kw yang dipasang untuk exhaust fan9 dan exhaust fan10 Gambar 2. Thermal imaging motor fan 10 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua motor exhaust fan tersebut sudah mengalami anomali. Penyebab anomali segera ditelusuri. Langkah awal adalah melakukan pemeriksaan bearing. Dilakukan penggantian dengan bearing baru. Akan tetapi tidak terjadi penurunan suhu motor. Kemudian analisa ditingkatkan dengan melakukan analisa beban yang terhubung dengan jalur exhaust fan 9 dan exhaust fan 10. Analisa beban Analisa beban mengarah pada kemungkinan adanya penambahan beban pada jalur exhaust fan 9 atau exhaust fan 10 (zona 2). Analisa dilakukan dengan menelusuri fasilitas tambahan yang terpasang di laboratorium seperti fome hood dan glove box yang memang membutuhkan jalur pembuangan udara menuju ke cerobong. Dari penelusuran ditemukan 3 buah fasilitas tambahan yang terhubung dengan jalur exhaust fan pada zona 2. Fasilitas tersebut berupa 2 unit fome hood dan 1 unit glove box. Gambar 4. Distribusi suhu pada motor 15 kw Peningkatan kapasitas unit kontrol Kapasitas unit kontrol disesuaikan dengan kapasitas motor exhaust fan 9 dan exhaust fan 10. Kontrol yang digunakan adalah kontrol star delta untuk motor 3 phase. Komponen utama yang harus disesuaikan adalah kontaktor dan overload (thermistor). Kontaktor harus mampu dibebani sampai dengan beban diatas 40 Amper bahkan sampai dengan 60 Amper. Sedangkan untuk pengaman motor perlu dipasang overload dengan maksimal arus sebesar 40 Amper. Sehingga bila terjadi peningkatan beban melebihi 40 Amper maka overload akan memutus aliran listrik ke motor. Komponen lain yang harus disesuaikan adalah MCCB, panel bok dengan ukuran lebih besar serta kabel antara kontrol dengan motor diganti dengan ukuran 16 mm 2 dari kapasitas sebelumnya sebesar 10 mm 2. Dengan komponen komponen tersebut diharapkan kontrol star delta untuk motor exhaust fan 9 dan exhaust fan 10 sebanding dengan kapasitas motornya sehingga tidak terjadi trip pada I Wayan Widiana, dkk ISSN Buku I hal. 161
4 saat motor berada pada kondisi normal. Unit kontrol star delta untuk motor exhaust fan 9 dan exhaust fan 10 dengan kapasitas motor 15 kw dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Unit kontrol star delta untuk motor 15 kw Analisa Flow Pattern Analisa flow pattern merupakan perbandingan flow pattern sebelum dilakukan peningkatan kapasitas motor dan sesudah dilakukan peningkatan kapasitas motor. Tabel 1 menunjukkan perbandingan tersebut. Perlu diketahui bahwa sebelumnya telah dilakukan tindakan preventif lainnya misalnya perbaikan damper utama pada ducting antara fan 9 dan fan 10 terhadap exhaust fan 3 dan exhaust fan 4 agar tidak terjadi turbolensi pada saat udara dibuang menuju cerobong. Selain itu juga dilakukan perbaikan check valve damper yang memiliki fungsi hampir sama dengan damper utama. Berdasarkan spesifikasi dari blower fan 9 dan blower fan 10 dinyatakan bahwa tidak dimungkinkan untuk melakukan penggantian motor dengan kapasitas lebih besar dari 15 kw. Dikhawatirkan dengan kapasitas motor melebihi 15 kw putaran motor juga menjadi lebih tinggi melebihi daya tahan blower. Akibatnya blower akan rusak karena tidak mampu menahan putaran yang melebihi kapasitas blower. Berdasarkan Tabel 1 dapat dinyatakan bahwa peningkatan kapasitas motor pada fan 9 dan fan 10 dapat meningkatkan flow pattern dari kondisi sebelumnya. Beberapa ruangan arah aliran udaranya menjadi masuk dari sebelumnya dengan arah keluar. Beberapa ruangan arah aliran udaranya menjadi balance dari sebelumnya dengan arah keluar. Memang masih diperlukan exhaust fan dengan kapasitas yang lebih besar untuk mendapatkan arah aliran udara sesuai persyaratan pada Tabel 1. Solusi lain yang pernah dilakukan adalah dengan cara menghidupkan exhaust fan 3 dan exhaust fan 4 secara bersamaan. Hal ini pernah dilakukan dan diperoleh data flow pattern yang sangat bagus dimana semua ruangan laboratorium flow pattern-nya masuk. Konsekuensinya adalah konsumsi listriknya menjadi sangat besar. Kesepakatan sementara adalah menghidupkan exhaust fan 3 dan exhaust fan 4 secara bersamaan dilakukan pada saat terjadi kegiatan litbang maupun proses yang berpotensi terjadinya kontaminasi. Pada saat kondisi normal exhaust fan 3 atau exhaust fan 4 dioperasikan bergantian. KESIMPULAN Peningkatan motor dari 11 kw menjadi 15 kw dapat meningkatkan flow pattern walaupun tidak signifikan. Beberapa ruangan laboratorium akhirnya memiliki flow pattern dengan arah masuk dari sebelumnya balance dan beberapa ruangan menjadi balance dari flow pattern sebelumnya dengan arah keluar. Selain peningkatan kapasitas motor pada exhaust fan 9 dan exhaust fan 10, direkomendasikan untuk mengoperasikan exhaust fan 3 dan exhaust fan 4 secara bersamaan pada saat terjadi kegiatan litbang maupun proses yang berpotensi menimbulkan kontaminasi. Khusus untuk motor fan 9 dan motor fan 10 tidak ditemukan lagi panas yang berlebih setelah dilakukan inspeksi dengan thermography infra merah. Tabel 1.Flow pattern sebelum dan sesudah peningkatan kapasitas motor Buku I hal. 162 ISSN I Wayan Widiana, dkk
5 UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasaih kami sampaikan kepada Bapak Aceu Turyana selaku kepala Bidang Siklotron dan Keteknikan, Bapak Sopyan Sori selaku Kepala Sub Keteknikan dan teman-teman di Sub Bidang Keteknikan yang telah memberikan dukungan yang sangat besar bagi terwujudnya kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA 1. NONAME, Nuclear Mechano Electronic Installation Cyclotron Building, Badan Tenaga Atom Nasional, I WAYAN W., Aplikasi Thermography Infra Merah Dalam Pemeliharaan Prediktif Motor Exhaust Fan, Prosiding Seminar Penelitian Dan Pengelolaan Perangkat Nuklir Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, 11 September NONAME, Laporan Kegiatan Perawatan Sistem Exhaust, Bidang Sarana Penunjang dan Proses PRR BATAN, tahun 2012 LAMPIRAN Gambar 6. Motor exhaust fan 9 sebelum diganti TANYA JAWAB Syarif Apakah bisa ditanyangkan (dilengkapi) dengan gambar flow patern sistem tata udara di laboratorium tersebut? Kesimpulan sebaiknya dinyatakan secara kuantitatif misalnya sudah berapa % meningkatnya, dsb. Sebenarnya flow pattern yang dimaksud adalah arah aliran udara bukan pola aliran,jadi hanya ditampilkan kemana arah aliran pada dua ruang yang berbeda apakah arahnya masuk atau keluar Pada tabel hasil sudah disampaikan peningkatkan yang dicapai walaupun tidak kuantitatif, karena dengan hasil tersebut arah aliran sudah dinyatakan bahwa setiap ruangan tersebut arah aliran memenuhi atau tidak serta solusi dan saran selanjutnya sudah dimakalah. Irianto Berapa nilai spesifikasinya untuk flow pattern dan masalah panas yang dioptimalkan sehingga menjadi optimal? Nilai spesifik untuk flow pattern tidak ditentukan, asalkan sudah memiliki arah masuk sudah dapat dinyatakan bahwa flow pattern tersebut memenuhi syarat. Panas motor dapat dioptimalkan dari 102,3 0 C,dan 93,2 0 C menjadi suhu normal sekitar 40 0 C M.Subhan Berapa suhu motor pada kondisi normal? Berapa pertukaran arus pada motor? Motor listrik dalam kondisi normal suhunya antara 40 0 C sampai dengan 70 0 C, diatas 70 0 Cmotor dikatakan bermasalah, dimungkinkan dari kondisi motor itu sendiri misalnya bearing, lilitan dll atau dari penambhan beban. Untuk motor 11 kw tertera konsumsi arus motor sebesar 24 A tetapi kenyataannya arus terukur dapat mencapai 32 A dan menyebabkan untuk kontrol trip. Gambar 7. Motor exhaust fan 10 sebelum diganti I Wayan Widiana, dkk ISSN Buku I hal. 163
OTOMATISASI PERPINDAHAN JALUR LISTRIK ANTARA PLN DENGAN GENERATOR
OTOMATISASI PERPINDAHAN JALUR LISTRIK ANTARA PLN DENGAN GENERATOR I Wayan Widiana, Jakaria, M. Subhan, Mulyono Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka (PRR)-BATAN e-mail : prr@batan.go.id ABSTRAK OTOMATISASI
Lebih terperinciPENGOPERASIAN SISTEM VAC & OFF GAS (SISTEM TATA UDARA) Gatot Sumartono, Ade Suherman Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
PENGOPERASIAN SISTEM VAC & OFF GAS (SISTEM TATA UDARA) Gatot Sumartono, Ade Suherman Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGOPERASIAN SISTEM VAC & OFF-GAS. Pengoperasian sistem VAC & Off-gas dilakukan
Lebih terperinciPENGOPERASIAN SISTEM VAC & OFF GAS. Gatot Sumartono Pusat T eknologi Limbah Radioaktif, BAT AN
Hasi/ Penelitian dan Kegiatan PTLR Tahlln 2006 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN SISTEM VAC & OFF GAS (SISTEM TAT A UDARA) Gatot Sumartono Pusat T eknologi Limbah Radioaktif, BAT AN ABSTRAK PENGOPERASIAN SISTEM
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SISTEM INTERLOCK PADA PENGOPERASIAN FUME HOOD UNTUK MENCEGAH KONTAMINASI SILANG
RANCANG BANGUN SISTEM INTERLOCK PADA PENGOPERASIAN FUME HOOD UNTUK MENCEGAH KONTAMINASI SILANG I Wayan Widiana 1, Jakaria 2, Mulyono 3, Sofyan Sori 4 1,2, 3, 4 Pusat Teknologi Radioisotop Dan Radiofarmaka,
Lebih terperinciUNJUK KERJA SISTEM TATA UDARA UNTUK MENUNJANG OPERASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF
UNJUK KERJA SISTEM TATA UDARA UNTUK MENUNJANG OPERASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF Budiyono Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK UNJUK KERJA SISTEM TATA UDARA UNTUK MENUNJANG OPERASI PENGOLAHAN
Lebih terperinciI Wayan Widiyana, Ade Lili Hermana. PRR-Batan, kawasan Puspiptek Serpong, ABSTRAK ABSTRACT
PERANCANGAN SISTEM MONITORING DAN KENDALI JARAK JAUH BERBASIS SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) PADA SISTEM KESELAMATAN DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA (PRR) I Wayan Widiyana, Ade Lili Hermana PRR-Batan,
Lebih terperinciRANCANG BANGUN SISTEM KONTROL TRANSFER TARGET CAIR UNTUK PRODUKSI RADIOISOTOP F-18 (FLUOR-18) PADA FASILITAS SIKLOTRON
162 ISSN 0216-3128 I. Wayan Widiana, dkk. RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL TRANSFER TARGET CAIR UNTUK PRODUKSI RADIOISOTOP F-18 (FLUOR-18) PADA FASILITAS SIKLOTRON I. Wayan Widiana, Cahyana a., Artadi Heru
Lebih terperinciANALISIS SISTEM PERTUKARAN UDARA CLEAN ROOM DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA-BATAN
ANALISIS SISTEM PERTUKARAN UDARA CLEAN ROOM DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA-BATAN Muhammad Subhan, Wayan Widiana, dan Mulyono PRR- BATAN, Kawasan Puspiptek Serpong e-mail: m.subhan@batan.go.id ABSTRAK
Lebih terperinciPENGOPERASIAN CHILLER UNTUK MENUNJANG MANAGEMENT TATA UDARA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
PENGOPERASIAN CHILLER UNTUK MENUNJANG MANAGEMENT TATA UDARA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGOPERASIAN CHILLER UNTUK MENUNJANG MANAGEMENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan oleh mesin pendingin ( mesin Chiller ) untuk didistribusikan ke unit unit mesin pendingin
Lebih terperinciPENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135
ISSN 0854 5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135 Saud Maruli Tua, Tonny Siahaan, Suhardi, Wagiman ABSTRAK Penambahan Pengaman Motor Listrik
Lebih terperinciPEMANTAUAN THERMOGRAPHY INFRAMERAH DALAM PEMELIHARAAN INSTALASI LISTRIK FASILITAS SARANA DUKUNG IEBE
ISSN 1979-2409 Pemanfaatan Thermografi Inframerah Dalam Pemeliharaan Instalsi Listrik Fasilitas Sarana Dukung IEBE (Ahmad Paid, Kusyanto, Eko Yuli Rustanto, Suhatno) PEMANTAUAN THERMOGRAPHY INFRAMERAH
Lebih terperinciPEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN
PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN KERJA INSTALASI RADIOMETALURGI SAAT SUPPLY FAN DIMATIKAN Muradi, Sjafruddin Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMANTAUAN KERADIOAKTIFAN UDARA RUANGAN
Lebih terperinciBAB III SISTEM PENGUJIAN
BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien
Lebih terperinciANALISIS KUALITATIF TEKNIK THERMOGRAPHY INFRA MERAH DALAM RANGKA PEMELIHARAAN SECARA PREDIKTIF PADA POMPA
ANALISIS KUALITATIF TEKNIK THERMOGRAPHY INFRA MERAH DALAM RANGKA PEMELIHARAAN SECARA PREDIKTIF PADA POMPA ARI SATMOKO Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang
Lebih terperinciSELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO
SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN TUDUNG HISAP (EXHAUST HOOD) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian
Lebih terperinciFORMAT DAN ISI PROGRAM MANAJEMEN PENUAAN
13 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INNR FORMAT DAN ISI PROGRAM MANAJEMEN PENUAAN A. Kerangka Format Program Manajemen Penuaan BAB I
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
No. 11 / Tahun VI. April 2013 ISSN 1979-2409 IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Akhmad Saogi Latif Pusat Teknologi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM
LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL Oleh : RIVALDI KEINTJEM 13021024 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL POLITEKNIK NEGERI MANADO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO 2016 BAB
Lebih terperinciPERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS
PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS YAN BONY MARSAHALA PRSG - BATAN KAWASAN PUSPIPTEK- SERPONG, TANGERANG 15310 Abstrak PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN
Lebih terperinciLAYANAN SISTEM TATA UDARA RUANG PERKANTORAN DAN RUANG PROSES INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN 2012
LAYANAN SISTEM TATA UDARA RUANG PERKANTORAN DAN RUANG PROSES INSTALASI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF TAHUN 2012 Arifin Istavara Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN ABSTRAK LAYANAN SISTEM TATA UDARA
Lebih terperinciSri Maryanto, Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN
Hasil Penelilian dan Kegiatan PTLR Tahlln 2006 ISSN 0852-2979 PENGOPERASIAN CHILLER UNTUK MENUNJANG PENGELOLAAN TAT A UDARA IPLR TAHUN 2006 Sri Maryanto, Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif,
Lebih terperinciBUKU PETUNJUK DWP 375A - 1 -
BUKU PETUNJUK UNTUK TIPE: SP 127, SP 129A, SP 130A, SWP 100, SWP 250A, DWP 255A,DWP DWP 375A DWP 505A, DPC 260A - 1 - Pembukaan Sebelum menyalakan pompa harap membaca buku petunjuk ini terlebih dahulu
Lebih terperinciPEMASANGAN SISTEM MONITOR PADA SISTEM BANTU REAKTOR KARTINI
PEMASANGAN SISTEM MONITOR PADA SISTEM BANTU REAKTOR KARTINI Marsudi, Rochim Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 ykbb, Yogyakarta 55281 ABSTRAK PEMASANGAN SISTEM
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENGOPERASIAN SISTEM PENYEDIA MEDIA & ENERGI. Maryudi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN
OPTIMALISASI PENGOPERASIAN SISTEM PENYEDIA MEDIA & ENERGI ABSTRAK Maryudi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMALISASI PENGOPERASIAN SISTEM PENYEDIA MEDIA DAN ENERGI INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR
SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciCommissioning & Maintenance of Air Conditioning System
Commissioning & Maintenance of Air Conditioning System Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 29 July 2009 Commissioning of Air Conditioning System Commissioning
Lebih terperinciPERAWATAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Purwantara Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
PERAWATAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF Purwantara Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK Instalasi pengolahan limbah radioaktif telah berdiri sejak 5 Desember 1988. Untuk kelangsungan operasional
Lebih terperinciBAB IV AUDIT THERMOGRAPHY PERMATA BANK. Tujuan dengan pendekatan HSE (Health Safety and Environment)
BAB IV AUDIT THERMOGRAPHY PERMATA BANK 4. Tujuan Audit Thermography Tujuan dengan pendekatan HSE (Health Safety and Environment) Tujuan dari audit ini adalah mengidentifikasi bahaya kelistrikan yang tidak
Lebih terperinciANALISA KERUSAKAN BANTALAN MOTOR PADA KOMPRESOR SEKRUP DENGAN METODE TERMOGRAFI DI PT. PJB UP GRESIK
TUGAS AKHIR ANALISA KERUSAKAN BANTALAN MOTOR PADA KOMPRESOR SEKRUP DENGAN METODE TERMOGRAFI DI PT. PJB UP GRESIK Oleh: Teguh Sunyoto 2107 030 027 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Arino Anzip, MEngSC PROGRAM STUDI
Lebih terperinciAPLIKASI PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER) SEBAGAI SISTEM KONTROL PADA Modifikasi Automatic Loading Machine Generator 99 Mo/ 99m Tc berbasis PZC
APLIKASI PLC (PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER) SEBAGAI SISTEM KONTROL PADA Modifikasi Automatic Loading Machine Generator 99 Mo/ 99m Tc berbasis PZC I WAYAN W., ARTADI H.W., ADANG H.G., YONO S., A. MUTALIB
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di PT. INDORAMA SYNTHETICS, Tbk Jatiluhur Purwakarta. Yang akan dijadikan subjek skripsi adalah motor induksi 3 fasa yang
Lebih terperinciPenentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan
Langkah Perancangan Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan Pembuatan gambar rancangan (diagram rancangan) Pemilihan komponen Pemasangan komponen Pengujian
Lebih terperinciBLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL
BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL Hampir kebanyakan pabrik menggunakan fan dan blower untuk ventilasi dan untuk proses industri yang memerlukan aliran udara. Sistim fan penting untuk menjaga pekerjaan proses
Lebih terperinciAPLIKASI PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) PADA SISTEM KONTROL PROSES PENGELASAN INNER DAN OUTER TABUNG IRADIASI
APLIKASI PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) PADA SISTEM KONTROL PROSES PENGELASAN INNER DAN OUTER TABUNG IRADIASI I WAYAN W., SOFYAN SORI, JAKARIA, ARTADI HERU W., MULYONO Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka
Lebih terperinciPENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Muradi Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15310, Telp (021)
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.
3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4
BAB II TEORI DASAR Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan. Selain itu, mengatur aliran udara dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Produksi radioisotop dan radiofarmaka pada instalasi rumah sakit diperlukan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit terhadap radioisotop yang memiliki waktu paruh singkat.
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Tempat penelitian Penelitian dan pengambilan
Lebih terperinciPercobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel
Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian
Lebih terperinciKAJIAN MODA OPERASI TWO OF THREE PADA ARUS BEBAN SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS
KAJIAN MODA OPERASI TWO OF THREE PADA ARUS BEBAN SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS YAN BONY MARSAHALA Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN Kawasan Puspitek Serpong Tangerang 15310 Banten Telp. 021-7560908 Abstrak
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN
BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN Pada bab ini, penulis akan menjabarkan mengenai prinsip kerja dan beberapa hal yang mendasari terealisasikannya lemari pengering pakaian dengan moving hanger
Lebih terperinciUNJUK KERJA POMPA SIRKULASI SEBAGAI PENUNJANG OPERASI CHILLED WATER SYSTEM TAHUN Maryudi, Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
UNJUK KERJA POMPA SIRKULASI SEBAGAI PENUNJANG OPERASI CHILLED WATER SYSTEM TAHUN 2005 Maryudi, Budi Arisanto Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK UNJUK KERJA POMPA SIRKULASI SEBAGAI PENUNJANG OPERASI
Lebih terperinciSISTEM MONITORING CHILLER MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER DAN PROGRAMMABLE TERMINAL
SISTEM MONITORING CHILLER MENGGUNAKAN PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER DAN PROGRAMMABLE TERMINAL I Wayan Widiana. 1, Jakaria. 2, Sofyan Sori 3 Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN, Serpong, 15313 Abstrak
Lebih terperinciANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA
ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA Budi Yanto Husodo 1,Nurul Atiqoh Br. Siagian 2 1,2 Program Studi Teknik
Lebih terperinciBAB IV AUDIT ELEKTRIKAL
BAB IV AUDIT ELEKTRIKAL Audit Elektrikal adalah pekerjaan pemeriksaan untuk mengetahui kondisi kelistrikan secara sistim, jaringan dan juga penggunaannya, sehingga didapat pengetahuan mengenai kualitas
Lebih terperinciBAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN
BAB V MENGENAL KOMPONEN SISTEM PENDINGIN Pada bab ini, sistem pendingin dibagi dalam dua kategori yaitu sistem pemipaan dan sistem kelistrikan. Komponen dalam sistem pemipaan terdiri dari; kompresor, kondenser,
Lebih terperinciKAJIAN BESARNYA DOSIS YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI PADA PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP
KAJIAN BESARNYA DOSIS YANG DITERIMA PEKERJA RADIASI PADA PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP Suhaedi Muhammad 1 dan Rr. Djarwanti,RPS 2 1 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN email: suhaedi.muhammad62@gmail.com
Lebih terperinciOPTIMASI PENGGUNAAN AC SEBAGAI ALAT PENDINGIN RUANGAN
OPTIMASI PENGGUNAAN AC SEBAGAI ALAT PENDINGIN RUANGAN Irnanda Priyadi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu, Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Universitas Bengkulu Jl.
Lebih terperinciCONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR CONTOH
Lebih terperinciSISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I
Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan
Lebih terperinciPERAWATAN PERALATAN PROSES SEMENTASI. Suparno Pusat Teknologi Limbah Radoaktif
PERAWATAN PERALATAN PROSES SEMENTASI Suparno Pusat Teknologi Limbah Radoaktif ABSTRAK PERAWATAN PERALATAN PROSES UNIT SEMENTASI. Pada Tahun Anggaran 2005 telah dilakukan perawatan peralatan proses Unit
Lebih terperincikondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya
BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal
Lebih terperinciDengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.
SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian
Lebih terperinciOPTIMASI DAN REVISI KANAL HUBUNG - INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS
ABSTRAK OPTIMASI DAN REVISI KANAL HUBUNG - INSTALASI PENYIMPANAN SEMENTARA BAHAN BAKAR BEKAS Dyah Sulistyani Rahayu Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN OPTIMASI DAN REVISI KANAL HUBUNG- INSTALASI PENYIMPANAN
Lebih terperinciMITIGASI DAMPAK KEBAKARAN
LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN III.1.
Lebih terperinciPERBAIKAN CRANE-2 HOTCELL 01 DI INSTALASI RADIOMETALURGI
PERBAIKAN CRANE-2 HOTCELL 01 DI INSTALASI RADIOMETALURGI Junaedi, Darma Adiantoro, Saud Maruli Tua Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan PUSPIPTEK Tangerang 15314 ABSTRAK PERBAIKAN CRANE HOTCELL
Lebih terperinciPEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DALAM RUANGAN HR-05 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL
PEMANTAUAN KUALITAS UDARA DI DALAM RUANGAN HR-05 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Endang Sukesi I Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang ABSTRAK PEMANTAUAN
Lebih terperinciPEMELIHARAAN PREDIKTIF PADA JARINGAN LISTRIK DENGAN THERMOGRAPHY INFRA MERAH
PEMELIHARAAN PREDIKTIF PADA JARINGAN LISTRIK DENGAN THERMOGRAPHY INFRA MERAH ARI SATMOKO, ABDUL HAFID Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Kawasan Puspitek, Serpong Tangerang Telp (021)
Lebih terperinciBAB IV PERAWATAN KOMPRESOR AC PADA TOYOTA FORTUNER
Laporan Kerja Praktek 34 BAB IV PERAWATAN KOMPRESOR AC PADA TOYOTA FORTUNER 4.1 Tahapan-Tahapan Perawatan Sebelum mobil diberikan perawatan, mobil tersebut terlebih dahulu harus diperiksa di WO ( Working
Lebih terperinciPERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER
PERAWATAN DAN PERBAIKAN AIR CONDITIONER Disusun untuk memenuhi tugas pemeliharaan dan perbaikan listrik Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik Dosen Pembimbing : Heri Liamsi, S.T., M.T (196311091991021001)
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA
PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA Noviarty, Iis Haryati, Sudaryati, Susanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir-BATAN Kawasan
Lebih terperinciDESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO
DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO 4205 100 009 TUJUAN PENELITIAN Membuat desain alat penukar panas yang optimal
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERUSAKAN BARREL LIFTING DEVICE DAN BARREL DOUBLE LID HOTCELL 001/102 DI IRM
ISSN 1979-2409 Identifikasi Kerusakan Barrel Lifting Device Dan Barrel Double Lid Hotcell 001/102 Di IRM (Junaedi, Darma Adiantoro, Saud Maruli Tua) IDENTIFIKASI KERUSAKAN BARREL LIFTING DEVICE DAN BARREL
Lebih terperinciPENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan
J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal. 62-68 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan Teguh Prayudi Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan
Lebih terperinciOPERASI SISTEM LAUNDRY PADA PROSES MESIN CUCI (WASHING MACHINE) Atam Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
OPERASI SISTEM LAUNDRY PADA PROSES MESIN CUCI (WASHING MACHINE) Atam Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK OPERASI SISTEM LAUNDRY PADA PROSES MESIN CUCI (WASHING MACHINE), Untuk mendukung kelancaran
Lebih terperinciREFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA
SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 REFUNGSIONALISASI SISTEM PEMANTAU RADIASI BETA AEROSOL DAN ALPHA-BETA AEROSOL RSG-GA NUGRAHA LUHUR, UNGGUL HARTOYO, YULIUS SUMARNO, SUKINO Pusat Reaktor Serba
Lebih terperinciPENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR. Harwata Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR Harwata Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR. Telah dilakukan kegiatan Pengoperasian dan pengembangan Bengkel
Lebih terperinci: Laboratorium Uji, PT Hartono Istana Teknologi : Jl. Raya Semarang Demak km. 9, Semarang, Jawa Tengah Telp. (024) Faks.
AMANDEMEN LAMPIRAN SERTIFIKAT AKREDITASI LABORATORIUM NO. LP-260-IDN Nama Laboratorium Alamat : Laboratorium Uji, PT Hartono Istana Teknologi : Jl. Raya Semarang Demak km. 9, Semarang, Jawa Tengah Penandatangan
Lebih terperinciI Wayan Widiana, Jakaria, Artadi Heru W., Suhandar
PERANCANGAN SISTEM MONITORING DAN KENDALI JARAK JAUH BERBASIS SMS(SHORT MESSAGE SERVICE) PADA SISTEM CHILLER DI PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA (PRR) I Wayan Widiana, Jakaria, Artadi Heru W., Suhandar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Maksud Penelitian Penelitian yang dimaksud yaitu melakukan pengamatan, observasi dan pengambilan data dilokasi kerja dan melihat kondisi lapangan panel tegangan rendah PT.
Lebih terperinciBAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)
BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara
Lebih terperinciProgram pemeliharaan. Laporan pemeliharaan
29 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES KERJA PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN Berikut diagram alir proses perawatan dan pemeliharaan Jadwal pemeliharaan Program pemeliharaan Pemeliharaan Mingguan
Lebih terperinciSeminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12
ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12 Suroso, I Wayan Sukania, dan Ian Mariano Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta 11440 Telp. (021) 5672548
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE
STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE Darwin R.B Syaka 1*, Ragil Sukarno 1, Mohammad Waritsu 1 1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin,
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI SISTEM PENGAMAN MOTOR TERHADAP SUHU TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS PLC
NASKAH PUBLIKASI SISTEM PENGAMAN MOTOR TERHADAP SUHU TINGGI MENGGUNAKAN SISTEM BERBASIS PLC Disusun Oleh: DONY SETIYAWAN D 400 100 009 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciPENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF
ABSTRAK PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM PADA INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF Budi Arisanto, Heri Witono, Arifin Istavara Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN PENGOPERASIAN CHILLED WATER SYSTEM
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang
Lebih terperinciBADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 Page 2 Telah dilakukan pembuatan penguat pendorong generator RF untuk siklotron
Lebih terperinciLampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim
Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim Penimbangan Peleburan bahan Dasar krim (Fase minyak) Pencampuran Dengan ultra turrax Pelarutan zat aktif, Pengawet (Fase cair) -ph -Stabilitas krim Pencampuran Dengan
Lebih terperinciLampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim
Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim Penimbangan Peleburan bahan Dasar krim (Fase minyak) Pencampuran Dengan ultra turrax Pelarutan zat aktif, Pengawet (Fase cair) -ph -Stabilitas krim Pencampuran Dengan
Lebih terperinciLampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim
Lampiran 1. Bagan proses Pembuatan Krim Penimbangan Peleburan bahan Dasar krim (Fase minyak) Pencampuran Dengan ultra turrax Pelarutan zat aktif, Pengawet (Fase cair) -ph -Stabilitas krim Pencampuran Dengan
Lebih terperinciKAJIAN PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMASANGAN INVERTER PADA MOTOR FAN MENARA PENDINGIN RSG - GAS
KAJIAN PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DENGAN PEMASANGAN INVERTER PADA MOTOR FAN MENARA PENDINGIN RSG - GAS Koes Indrakoesoema, Kiswanto, Muhammad Taufiq Pusat Reaktor Serba Guna BATAN Kawasan Puspiptek, Ged.
Lebih terperinci1. Bagian Utama Boiler
1. Bagian Utama Boiler Boiler atau ketel uap terdiri dari berbagai komponen yang membentuk satu kesatuan sehingga dapat menjalankan operasinya, diantaranya: 1. Furnace Komponen ini merupakan tempat pembakaran
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya
Lebih terperinciBAB III PENGETAHUAN DASAR TENTANG AC ( AIR CONDITIONER )
BAB III PENGETAHUAN DASAR TENTANG AC ( AIR CONDITIONER ) A. Pengertian Dasar Tentang AC (Air Conditioner) Secara umum pengertian dari AC (Air Conditioner) suatu rangkaian mesin yang memiliki fungsi sebagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Pengujian Kinerja Damper Position Blower Persiapan Pencatatan data awal Pengujian Kinerja Blower: -Ampere Actual - Tekanan Pencatatan hasil pengujian performance
Lebih terperinciDESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT
DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA Rohmad Salam Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir ABSTRAK DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI
Lebih terperinciPercobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)
Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR) I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis 2. Mahasiswa mampu membuat rangkaian
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL
BAB IV ANALISIS HASIL 4.1 Karakteristik Umum Bangunan Hotel Pullman Gadog ini tepatnya di wilayah Ciawi Bogor. Hotel ini terdiri dari beberapa fungsi bangunan utama yaitu Main Building, Conference area,
Lebih terperinciINSTRUKSI KERJA ALAT HOTPLATE AND STIRER IKA C-MAG HS7
INSTRUKSI KERJA ALAT HOTPLATE AND STIRER IKA C-MAG HS7 Laboratorium Sains Jurusan Teknik Kimia Universitas Brawijaya Malang 2016 Instruksi Kerja Hotplate And Stirer IKA C-Mag HS 7 Laboratorium Sains Jurusan
Lebih terperinciBagian V: PENGKONDISIAN UDARA
Bagian V: PENGKONDISIAN UDARA PRINSIP KERJA SISTEM AC (AIR CONDITIONING SYSTEM) Prinsip AC yaitu memindahkan kalor dari satu tempat ke tempat yang lain. AC sebagai pendingin memindahkan kalor dari dalam
Lebih terperinciAIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015
AIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015 Defenisi Air Conditioning (AC) merupakan ilmu dan praktek untuk mengontrol
Lebih terperinciREKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA
Trainer Sistem Kelistrikan AC Mobil Daihatsu Zebra REKAYASA RANCANG BANGUN TRAINER SISTEM KELISTRIKAN AC MOBIL DAIHATSU ZEBRA Wildan Fahmi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya e-mail:
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR JALUR -1 DI INSTALASI RADIOMETALURGI
IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR JALUR -1 DI INSTALASI RADIOMETALURGI Junaedi, Supriyono, Darma Adiantoro, Setia Permana Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir - BATAN ABSTRAK IDENTIFIKASI KERUSAKAN KONVEYOR
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Disusun oleh : ENDI SOFAN HADI NIM : D
TUGAS AKHIR PERENCANAAN FAN PENDINGIN RADIATOR PADA KENDARAAN RODA EMPAT DENGAN DAYA MESIN 88 HP DAN PUTARAN 3100 RPM DENGAN JUMLAH SUDU 8 BUAH SERTA DIAMETER KIPAS 410 mm Tugas Akhir Disusun Sebagai Syarat
Lebih terperinciDosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT
KAJIAN VARIASI KUAT MEDAN MAGNET PADA ALIRAN BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA DAN EMISI MESIN SINJAI 2 SILINDER 650 CC Syarifudin (2105 100 152) Dosen Pembimbing Dr. Bambang Sudarmanta, ST, MT Latar belakang
Lebih terperinci