PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135"

Transkripsi

1 ISSN Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135 Saud Maruli Tua, Tonny Siahaan, Suhardi, Wagiman ABSTRAK Penambahan Pengaman Motor Listrik Dengan Sensor Suhu IC LM 135. Telah dilakukan penambahan pengaman motor listrik induksi tiga fasa pada motor penggerak pompa sirkulasi pada mesin pendingin (water chiller) di gedung MES-IRM PTBN. Penambahan pengaman ini dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya kerusakan / terbakarnya kumparan motor akibat adanya peningkatan suhu yang disebabkan gangguan eksternal maupun internal motor listrik. Gangguan-gangguan tersebut antara lain terjadinya peningkatan suhu sekeliling (ambient), pembebanan berlebihan maupun sistem pengasutan yang tidak baik sehingga untuk menghindari terjadinya peningkatan suhu pada motor listrik maka penempatan, pembebanan dan sistem pengasutan harus disesuaikan dengan spesifikasi kemampuan nominal motor listrik. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan melakukan survei dan pendataan pada motor listrik yang akan dijadikan kegiatan, melakukan pengukuran arus beban dari motor listrik, melakukan pengukuran besarnya arus pengasutan motor listrik. Selain itu, dilakukan pula pengukuran tahanan kumparan motor listrik dan pengukuran kenaikan suhu pada isolasi kumparan motor listrik. Setelah dilakukan pendataan dan pengukuran awal maka alat sensor suhu dengan menggunakan IC LM 135 dirancang dan dibuat lalu diuji fungsikan dengan alat sumber panas (solder) untuk dilakukan setting suhu. Hasil uji fungsi menunjukkan bahwa alat sensor tersebut di-setting pada daerah kerja antara suhu kamar sampai suhu ± 80 C. Alat sensor tersebu t dipasang pada kumparan motor dan dilakukan uji coba pembebanan hingga 117,6 % dari arus nominal atau sebesar 17 A dari arus nominal 14,45 A hingga terjadi peningkatan suhu pada motor listrik. Pada saat suhu kumparan meningkat hingga 82 C maka rela i pemutus pada alat sensor tersebut akan beroperasi dan mematikan operasi motor listrik. Dengan demikian alat tersebut telah bekerja sesuai dengan yang diharapkan dan dapat dijadikan perlengkapan pengaman untuk setiap motor listrik. PENDAHULUAN Instalasi Radiometalurgi (IRM) yang dikelola Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir (PTBN) BATAN yang berada di kawasan Puspiptek Serpong sebagai sarana penelitian dilengkapi dengan sarana penunjang laboratorium dan sarana keselamatan. Sarana penunjang laboratorium terdiri dari Sistem Tata Udara (VAC) dan Sistem Penyedia Media Energi (PME). Pada Sistem Tata Udara ditemukan sejumlah motor listrik induksi asinkron tiga fasa baik untuk menggerakkan pompa sirkulasi air dingin maupun blower peniup udara. Sementara itu, pada sistem penyedia media energi motor listrik induksi asinkron tiga fasa digunakan untuk menggerakkan pompa sirkulasi air dingin. Pompa sirkulasi berfungsi untuk mensirkulasikan air dingin (chilled water) dari mesin pendingin air ke penukar panas (heat exchanger) serta mensirkulasi air pendingin (cooling water) ke laboratorium untuk mendinginkan peralatan laboratorium. 291

2 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN Sesuai dengan fungsi, umumnya motor listrik tersebut dioperasikan secara sinambung. Didalam pengoperasian dan perawatan peralatan, seringkali motor listrik tersebut mengalami kerusakan baik mekanik maupun elektrik dan yang lebih buruk lagi adalah jika kumparan motor listrik tersebut terbakar. Kerusakan ini selain membutuhkan biaya perbaikan juga menghambat operasi peralatan lainnya seperti peralatan laboratorium sehingga program penelitian menjadi terhambat. Meskipun motor listrik telah dilengkapi oleh sistem pengamanan yang standar (menurut PUIL 1977), baik pengamanan termis maupun magnetis, tetapi tetap saja adakalanya motor listrik tersebut tetap terbakar. Untuk mencegah motor tersebut terbakar, alangkah baiknya jika pengamanan motor listrik ditambah lagi, yaitu dengan mendeteksi sedini mungkin panas yang diderita oleh bahan isolator kumparan motor. Pengamanan ini disebut dengan pengamanan beban lebih internal, dimana perlindungan internal ini dipasang pada isolasi kumparan motor listrik. Pendeteksian ini bisa menggunakan suatu sensor suhu rangkaian terpadu (IC) yaitu LM-135. Suhu yang dideteksi haruslah dibawah suhu maksimal kelas bahan isolator kumparan motor agar dapat mengamankan motor listrik dari panas berlebih yang diderita oleh motor listrik tersebut. Penelitian alat sensor suhu dengan menggunakan IC LM-135 dilakukan pada motor listrik penggerak pompa sirkulasi air pendingin di IRM-PTBN. Alat sensor tersebut diletakkan pada isolasi kumparan motor dan dihubungkan dengan sistem pengendali motor listrik dengan perantara relai sebagai saklar pemutus pengendali motor listrik. DASAR TEORI Motor listrik arus bolak-balik diklasifikasikan dengan dasar prinsip pengoperasian sebagai motor asinkron (induksi) atau motor sinkron. Motor induksi adalah jenis motor dimana tidak ada tegangan eksternal yang diberikan pada rotornya, tetapi arus pada stator menginduksikan tegangan pada celah udara dan pada lilitan rotor untuk menghasilkan arus rotor dan medan magnet. Medan magnet stator dan rotor kemudian berinteraksi dan menyebabkan rotor motor berputar. [1] a. Kerugian panas internal motor listrik Pada dasarnya setiap motor listrik yang beroperasi cenderung mengeluarkan panas. Panas ini timbul oleh karena adanya kerugian-kerugian daya yang dihasilkan motor listrik. Kerugian ini antara lain : [1] 1. Rugi-rugi inti yaitu energi yang diperlukan untuk memagnetisasikan beban inti (histerisis) dan kerugian-kerugian karena timbulnya arus listrik yang kecil yang mengalir pada inti. 2. Rugi-rugi tembaga yaitu rugi-rugi pemanasan (I²R) pada lilitan stator karena arus listrik mengalir melalui penghantar kumparan dengan tahanan. 3. Kerugian beban liar yaitu akibat dari fluks bocor yang diinduksikan oleh arus beban bervariasi sebagai kuadrat arus beban. 4. Kerugian angin dan gesekan, kerugian ini diakibat oleh gesekan angin dan bantalan terhadap putaran motor. b. Panas eksternal motor listrik Dalam melakukan tugas operasinya motor listrik sebagai sumber tenaga mekanik untuk penggerak, haruslah dilindungi terhadap gangguan-gangguan eksternal yang dapat menimbulkan panas pada motor listrik saat beroperasi. 292

3 ISSN Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 Gangguan-gangguan eksternal itu antara lain : [1] 1. Gangguan mekanik, meliputi: a. Bantalan (bearing) yang sudah aus. b. Salah satu tegangan fasa terbuka akibat kontaktor yang rusak. c. Kumparan stator yang terhubung singkat. 2. Gangguan fisik sekeliling, meliputi: a. Terjadi kerusakan akibat terbentur sesuatu sehingga terjadi perubahan fisik pada motor listrik. b. Suhu kamar dimana motor listrik tersebut dioperasikan. c. Pendinginan (kipas) motor yang tidak baik. 3. Gangguan dalam operasi dari sistem keseluruhan a. Akibat pembebanan lebih b. Akibat pengasutan motor listrik. c. Kelas isolasi dan batas kenaikan suhu pada kumparan Bila arus listrik (I) mengalir dalam rangkaian dengan tahanan (R) selama t detik, nilai kalorifik J (Joule) adalah : [2] J= I². R. t ( Joule )...(2.1) Oleh karena itu, bila motor listrik dijalankan, suhu motor akan naik sebanding dengan waktu kerjanya sehingga jika motor beroperasi kenaikan suhunya dapat diketahui dengan mengukur tahanan kumparan sebelum dan sesudah dioperasikan selama beberapa jam dengan menggunakan persamaan : [3] dimana: Rc Rh 1+ α( t1) 1+ α( t2) =..(2.2) Rc = Tahanan kumparan sebelum dioperasikan (Ohm). Rh = Tahanan kumparan sesudah dioperasikan (Ohm). α = Koefisien temperatur tahanan dari tembaga ( 0,00428 Ohm / Ohm / C) t1 t2 = Temperatur ruang awal ( C). = Temperatur setelah beroperasi ( C). METODOLOGI PENELITIAN a. Pemahaman rangkaian alat sensor suhu Pemahaman tentang pembuatan rangkaian penelitian ini dapat dilihat dari gambar 1 blok diagram sebagai berikut: 293

4 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN IC LM 135 voltage reference Penguat / op-amp Indikator LED Relay Penghubung Pengendali motor Gambar 1. Blok diagram rangkaian sensor suhu isolasi kumparan motor Fungsi serta cara kerja masing-masing blok diagram dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Sensor suhu IC LM-135 Sensor suhu IC LM-135 berfungsi sebagai pengindera panas pada isolator kumparan motor listrik, yang memberikan tegangan keluar yang berbanding langsung dengan suhu yang ditera dalam satuan Kelvin (K), besarnya keluaran tegangan ini adalah:10 mv/ K. cara kerja dari sensor ini adalah jika sensor suhu ini mendeteksi panas, maka sensor akan mengkonversi panas tersebut menjadi tegangan. 2. Voltage reference Sensor suhu IC LM-135 berfungsi sebagai pengatur tegangan keluar dari sensor suhu LM-135, sehingga tegangan keluaran ini dapat mengatur kerja dari op-amp. Voltage reference terdiri dari beberapa resistor dan potensio. Cara kerjanya tergantung dari tegangan keluaran dari sensor LM-135 dan mengatur potensio (P1) pada kedudukan minimum dan mengatur potensio (P2) pada kedudukan maksimum. 3. Penguat tegangan Penguat tegangan berfungsi memperbesar tegangan keluaran dari voltage reference, selain itu juga berfungsi sebagai pembanding dua level tegangan yang berbeda dan menentukan level yang lebih besar. Beda pada satu masukan terhadap yang lain akan menghasilkan perubahan yang besar pada tegangan keluaran. Cara kerjanya adalah tergantung dari tegangan keluaran voltage reference yang dipengaruhi oleh tegangan keluaran dari sensor LM Indikator Indikator berfungsi sebagai indikasi bahwa alat sensor suhu tersebut telah bekerja sebagaimana mestinya. Cara kerjanya adalah indikator akan menyala jika ada tegangan input dari op-amp. Indikator ini terdiri dari 3 macam warna yang berbeda yang masing-masing warna mewakili daerah kerja suhu yang ditera dari sensor suhu LM-135. Warna dan daerah kerja suhu tersebut antara lain : 1. Daerah I, suhu antara < 60 º C (indikator hijau). 2. Daerah II, suhu antara 60 º C s/d 80 º C (indikatior kuning). 294

5 ISSN Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun Daerah III, suhu antara > 80 º C (indikator merah). 5. Relai Relai berfungsi sebagai saklar penghubung antara alat sensor suhu dengan rangkaian pengendali motor listrik. Cara kerjanya adalah jika suhu pada kumparan telah melebihi 80 C maka indikator merah akan menyala dan bersamaan dengan itu relai akan beroperasi, karena relai ini dihubungkan dengan sistim pengendali motor maka motor dengan sendirinya akan berhenti beroperasi. b. Langkah-langkah penelitian Langkah langkah dari penelitian dilakukan sebagai berikut : 1. Melakukan survei dan pendataan pada motor yang akan dijadikan penelitian. 2. Melakukan pengukuran arus beban dari motor. 3. Melakukan pengukuran besarnya arus pengasutan. 4. Melakukan pengukuran tahanan kumparan motor. 5. Melakukan pengukuran kenaikan suhu pada isolasi kumparan motor. 6. Membuat alat sensor suhu isolasi kumparan motor listrik (merakit komponen). 7. Melakukan pengujian alat sensor suhu ini pada isolasi kumparan motor. 8. Melakukan pencatatan data kenaikan suhu dan tegangan keluaran pada alat sensor dengan menggunakan multimeter digital. 9. Membuat laporan akhir c. Cara Kerja Alat Sensor Suhu Cara kerja dari alat sensor suhu isolator kumparan motor dengan menggunakan IC LM-135 dapat dijelaskan dengan menggunakan diagram alir 1 (flowchart). Cara kerja rangkaian sensor suhu isolasi kumparan motor adalah sebagai berikut : 295

6 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN Fuse F + 12 V OL R1 6k8 R3 8k2 R3 8k2 R8 680 C1 D6 10 u/16v IN 4001 Re D2 Hijau Off VR Ω D1 VR 2 Ω 500 R4 2k7 R5 2k7 + A1 - - A2 + D3 Kuning R7 680 D4 1V2-3V3 400mW R9 10 K D5 Merah R8 680 K1` K1 On 0 Gambar 2. Rangkaian sensor suhu IC LM 135 Setelah rangkaian sensor mendapat tegangan DC 12 volt dari sumber daya, maka dengan sendirinya sensor telah mendeteksi suhu sekitar (ambient) dari motor. Setelah motor dioperasikan maka suhu di dalam motor akan meningkat dan tegangan keluaran dari LM-135 (D1) juga akan naik. Jika kenaikan tegangan keluaran dari D1 lebih rendah dari tegangan potensio P1 dan P2, maka keluaran pada op-amp A1 dan A2 menjadi rendah sehingga hanya dioda LED D2 yang menyala. Jika kenaikan suhu pada motor meningkat sehingga keluaran tegangan dari D1 lebih besar dari tegangan pada potensio P1 tapi lebih kecil dari tegangan pada potensio P2, maka tegangan keluaran dari op-amp A2 menjadi tinggi, sehingga dioda LED D3 akan menyala tetapi dioda LED D2 akan padam. Lalu jika kenaikan suhu pada motor semakin meningkat sehingga keluaran tegangan dari D1 menjadi lebih besar dari tegangan pada potensio P1 dan P2 lalu keluaran tegangan pada kedua op -amp A1 dan A2 menjadi tinggi dan dioda zener D4 akan menghantar sehingga diode LED D5 akan menyala tetapi dioda LED D3 akan padam. Bersamaan dengan menyalanya dioda LED D5, maka transistor T1 akan membuka penuh sehingga relai (Re) akan beroperasi, lalu menghentikan operasi motor. 296

7 ISSN Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 mulai Operasikan alat sensor IC LM 135 mendeteksi Tegangan keluaran D1< P1? tidakk Tegangan keluaran P2 < D1< P1? tidak Tegangan keluaran D1> P2? tidak Keluaran op-amp A1 & A2 rendah Ya Ya Ya Keluaran op-amp A2 tinggi Keluaran op amp A1 & A2 tinggi LED hijau D2 menyala selesai LED hijau D2 Padam, LED kuning D3 menyala selesai Diode zener D4 menghantar LED kuning D3 padam LED merah D5 menyala Transistor T1 membuka & relay bekerja Diagram alir 1. Cara kerja alat sensor suhu isolasi kumparan motor selesai HASIL DAN DATA PENGUKURAN Setelah melakukan penelitian dan pengujian dengan alat sensor suhu IC LM-335 pada isolasi kumparan motor listrik maupun dengan menggunakan sumber panas lain, maka hasil dan data pengukuran penelitian keseluruhan dapat diketahui sebagai berikut : 1. Spesifikasi dari motor yang dijadikan penelitian. Penelitian pembuatan alat sensor suhu IC LM-135 sebagai perlengkapan pengamanan menggunakan motor listrik induksi asinkron tiga fasa sebagai bahan yang dijadikan penelitian dengan spesifikasi sebagai berikut : 297

8 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN Merk : GAE Kuat arus : / Υ 21 / 12 A Type : K 11 R 160 M2 Putaran : 2910 RPM Daya : 15 HP / 11 kw Frekwensi : 50 Hz Cos φ : 0,90 Kelas isolasi : F Tegangan : / Υ 380 / 660 V Rendamen : 0,96 2. Data dan hasil pengukuran arus beban motor Dengan terlebih dahulu mengetahui besarnya arus nominal motor, maka pengambilan data arus beban dapat dilakukan. Besarnya arus nominal motor dapat dicari dengan menggunakan persamaan (4.1): [1] 746. P In = η. V. 3.cosϕ 746(15) In = 0,96(380)(1,73)(0,9) In = 14,45A. (4.1) dimana : In = Arus nominal motor (A) P = Daya motor ( HP), besarnya: 15 HP η = Rendamen motor, besarnya: 0,96 Cos φ = Faktor daya, besarnya: 0,9 Pengambilan data besar arus beban motor saat beroperasi, diambil secara bertahap : a. Tahap pertama : Motor diukur dan diambil datanya setelah motor diberi beban nominal (sesuai pemakaian), besarnya arus beban nominal: R = 15,5 A; S = 15,5 A; T = 15 A. Sehingga besarnya beban motor terhadap arus nominal motor adalah sebesar : 107,3 % In. b. Tahap kedua : Motor diukur dan diambil datanya setelah motor diberi beban maksimal, hingga suhu yang diderita motor adalah sebesar 80 C, besarnya arus pada suhu ini adalah sebesar 17 A sehingga besar beban maksimal motor terhadap arus nominal adalah sebesar : 117,6 % In. 3. Hasil pengukuran arus pengasutan Sistim pengasutan yang digunakan pada motor ini adalah alat pengasut star-delta otomatis dengan menggunakan kontaktor. Besar arus pengasutan dengan waktu selama 5 detik adalah 40 A. 298

9 ISSN Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun Data dan hasil pengukuran tahanan kumparan motor a. Besar tahanan kumparan motor sebelum dioperasikan adalah sebesar: 0,8 Ohm. b. Besar tahanan kumparan motor setelah dioperasikan adalah sebesar: 0,9 Ohm. Jika digunakan persamaan 2.2 maka besarnya kenaikan suhu dengan suhu keliling sebesar 31 C adalah: Rc Rh 1+ αt1 = 1+ αt2 0,8 1+ 0,00428(31) = 0,9 1+ 0,00428( t2) 1, ,888 = 1+ 0,00428( t2) 0,888(1 + 0,00428( t 2)) = 1,13268 t 2 = 64,378 Maka besarnya kenaikan suhu adalah : 64, = 33,378 C 5. Data dan hasil pengukuran suhu isolasi kumparan motor Pengujian dilakukan dengan menggunakan termometer saku dan pengukur temperatur (termokopel) sebagai pendeteksi panas pada isolasi kumparan motor listrik. Pengambilan data dilakukan saat motor diberi beban 107,3 % dari arus nominalnya, selama 1 jam. Data ini dilakukan untuk mengetahui besarnya batasan minimal dan batasan maksimal pada motor listrik. ( Lihat grafik 1 ) Grafik 1. Kenaikan suhu kumparan motor saat 1 jam beroperasi kenaikan suhu ( derajat celsius ) ,30 9,35 9,40 9,45 9,50 9,55 10,00 10,05 10,10 10,15 10,20 10,25 10,30 w a k t u p e n g u k u r a n 6. Data dan hasil pengukuran alat sensor suhu yang diletakkan pada kumparan motor. a. Data hasil pengukuran langsung pada motor pada beban nominal. ( Lihat Tabel 1). 1. Pengujian dimulai saat suhu kamar 28 C. 2. Arus beban motor : 15,5 A ( rata-rata). 3. Pembebanan motor : 107,3 % dari arus nominal 4. Durasi pengambilan data : 0,5 jam. 299

10 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN Tabel 1. Data hasil pengukuran suhu kumparan motor pada beban nominal 107,3 % In Suhu isolasi Teg.kel. LM 135 Arus motor Status motor Status alat sensor ( o C) (K) (V) (A) ,07 0 Tidak operasi LED hijau ON ,38 15,5 Beroperasi LED hijau ON ,48 15,5 Beroperasi LED kuning ON ,52 15,5 Beroperasi LED kuning ON ,55 15,5 Beroperasi LED kuning ON ,55 15,5 Beroperasi LED kuning ON ,55 15,5 Beroperasi LED kuning ON ,56 15,5 Beroperasi LED kuning ON ,57 15,5 Beroperasi LED kuning ON ,57 15,5 Beroperasi LED kuning ON ,56 15,5 Beroperasi LED kuning ON ,56 15,5 Beroperasi LED kuning ON b. Data hasil pengukuran langsung pada motor pada beban maksimal, hingga kenaikan suhu pada motor mencapai > 80 C. ( Lihat Tabel 2 ) 1. Pengujian dimulai saat suhu kamar 30 C. 2. Arus beban maksimal motor : 17 A ( rata-rata). 3. Pembebanan motor : 117,6% dari arus nominal 4. Durasi pengambilan data : tergantung pemberian beban 300

11 ISSN Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 Tabel 2. Data hasil pengukuran suhu kumparan motor pada beban motor 117,6 % In Suhu Isolasi ( C) (K) Teg.Kel. LM 335 (V) Arus Motor (A) Status Motor Status Alat Sensor ,08 0 Tidak beroperasi LED hijau ON ,17 15 Dioperasikan setelah pengasutan selesai ,35 15 Setelah beroperasi 10 menit LED hijau ON LED hijau ON ,44 15,8 Diberi beban LED kuning ON ,57 16,5 Diberi beban LED kuning ON ,62 17 Motor mati / relai sensor bekerja LED merah ON PEMBAHASAN Telah dilakukan pengujian dan penelitian alat sensor suhu pada kumparan motor dengan menggunakan IC LM-135 sebagai detektor panas dan dapat diketahui bahwa alat tersebut telah bekerja sebagaimana mestinya, ditandai dengan indikator yang bekerja pada tiap daerah kerja suhu yang ditera. Daerah kerja suhu alat sensor suhu tersebut adalah sebagai berikut : 1. Daerah I, suhu antara < 60 º C ( indikator hijau ) 2. Daerah II, suhu antara 60 º C 80 º C ( indikatior kuning ) 3. Daerah III, suhu antara > 80 º C ( indikator merah) suhu. Pengaturan daerah kerja tersebut, dapat diatur dengan voltage reference pada alat sensor Dari hasil dan data pengukuran arus beban motor listrik, diketahui bahwa besar arus nominal motor listrik yang dijadikan penelitian adalah sebesar 14,45 Amper. Ini diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan 4.1. Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh pembebanan pada motor. Pengujian ini juga dilakukan untuk mengetahui batasan suhu minimal dan batasan suhu maksimal, agar dapat dilakukan pengaturan/pengesetan pada alat sensor suhu IC LM-135 tersebut sesuai dengan daerah kerja suhu sehingga tidak melebihi batas maksimum kemampuan dari LM-135. Pada pengujian dan pengukuran besar arus pengasutan motor, diketahui bahwa besar arus yang ditimbulkan oleh alat asut adalah 40 Amper, dengan waktu pengasutan 5 detik. Menurut PUIL 1977 mengenai pembatasan arus asut, pada ayat 520 G4 dikatakan [1] : jika digunakan alat asut, arus asut yang ditimbulkan oleh alat asut tidak boleh melebihi 2,5 In untuk motor induksi. Dari hasil pengukuran, alat asut tersebut menimbulkan 2,76 kali dari arus nominal sehingga terjadi peningkatan 301

12 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN arus sebesar 0,26 kali arus nominal, ini berarti alat asut yang digunakan belum memenuhi persyaratan yang telah diatur oleh PUIL. Hal ini besar kemungkinan akan terjadi peningkatan panas yang ditimbulkan saat pengasutan berlangsung. Pada pengujian dan pengukuran besar tahanan kumparan motor listrik, diketahui bahwa besarnya tahanan sebelum motor beroperasi adalah 0,8 Ohm dan besar tahanan setelah motor beroperasi satu jam adalah 0,9 Ohm. Dengan menggunakan persamaan 2.2, diketahui bahwa besarnya kenaikan suhu motor setelah beroperasi 1 jam adalah 33,378º C ( pada suhu kamar 31º C). Pada pengujian dan pengukuran besar suhu yang diderita oleh motor setelah beroperasi dengan menggunakan alat pengukur temperatur (termokopel) dan termometer saku dengan motor diberi beban 107,3% dari arus nominalnya selama 1 jam penuh, durasi pengambilan data selama 5 menit. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh pengasutan motor serta beban nominal Dari data (grafik 1) diketahui bahwa saat motor telah dioperasikan selama 5 menit terjadi peningkatan suhu sebesar 11º C, tetapi setelah beberapa waktu kemudian kenaikan suhu tidak terlalu besar dan cendrung konstan. Jadi dapat diketahui bahwa saat pengasutan dan pembebanan dapat mempengaruhi peningkatan suhu pada motor. Pada pengujian dan pengukuran alat sensor suhu IC LM 135 dengan meletakkannya pada kumparan diketahui bahwa alat tersebut telah bekerja sesuai dengan daerah kerja suhu yang telah diatur. Pengujian dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama pengujian dilakukan saat motor diberi beban nominal yaitu 107,3% dari In, dengan suhu kamar 28º C dan arus beban nominal 15,5 Amper. Sebelum motor dioperasikan alat sensor telah mengeluarkan tegangan sebesar 3,07 Volt dan indikator hijau menyala, hal ini dikarenakan alat tersebut telah mendeteksi suhu kamar motor. Lalu setelah motor dioperasikan terjadi peningkatan suhu pada motor sehingga alat sensor suhu juga mengeluarkan tegangan sesuai dengan besarnya suhu motor, saat suhu motor meningkat hingga 61º C maka indikator LED kuning menyala dan indikator hijau padam. Oleh karena beban motor hanya 107,3% dari In, maka suhu maksimal yang dideteksi sensor hanya sebesar 75º C. Tidak terjadinya peningkatan panas ini menyebabkan indikator merah dan relai tidak beroperasi dan hal ini sesuai dengan prinsip kerja alat sensor tersebut. Jadi dapat diketahui bahwa alat tersebut telah bekerja dengan baik sesuai dengan daerah kerja suhu. (lihat Tabel 1 ) Tahap kedua pengujian dilakukan saat motor diberi beban maksimal yaitu 117,6% dari In, dengan suhu kamar 30º C dan arus beban maksimal 17 Amper. Pada pegujian ini motor terlebih dahulu dioperasikan dan diberi beban nominal, lalu setelah beberapa saat motor diberi beban secara bertahap sehingga terjadi peningkatan arus pada kumparan motor dan terjadi peningkatan suhu pada kumparannya. Setelah suhu motor telah mencapai diatas 80º C, maka pemberian beban dihentikan (lihat Tabel 2). Oleh karena panel alat pengendali motor tersebut jauh dari motor maka penyambungan relai pada pengendali motor tidak dilakukan, jadi dengan mengetahui bahwa relai telah bekerja maka dapat diumpamakan bahwa motor telah mati. 302

13 ISSN Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 KESIMPULAN dan SARAN KESIMPULAN a. Alat sensor suhu IC LM 135 ini telah bekerja dengan baik, walaupun hanya bersifat ON / OFF dan dengan rentang suhu yang terbatas tapi dapat dijadikan alternatif kelengkapan pengamanan motor listrik. b. Kenaikan suhu pada motor bukan hanya disebabkan oleh karena besarnya arus listrik yang mengalir pada kumparan akibat pembebanan dan pengasutan tetapi juga dapat disebabkan oleh suhu keliling dan sirkulasi pendinginan yang tidak sempurna. c. Cara kerja alat sensor ini berbeda dengan cara kerja bimetal (overload), jika bimetal hanya mendeteksi panas akibat arus yang melewatinya sedangkan alat sensor ini mendeteksi suhu pada isolator kumparan motor. SARAN a. Perlu adanya peralatan yang mendukung penelitian yang lebih baik agar didapatkan hasil yang maksimal. b. Sebagai pengembangan penelitian alangkah baiknya jika tiap kumparan pada tiap fasanya diletakkan alat sensor LM-135 atau LM sejenis yang memiliki rentang suhu yang mendekati suhu maksimal dari kelas isolasi. DAFTAR PUSTAKA [ 1 ] FRANK D. PETRUZELLA, 2001, Elektronik Industri, penerbit ANDI, Yogyakarta [ 2 ] SOELAIMAN, MABUCHI. M, 1995, Mesin Tak Serempak Dalam Praktek,penerbit Pradnya Paramita, Jakarta [ 3 ] MICHAEL NEIDLE, 1991, Teknologi Instalasi Listrik, edisi ketiga, penerbit Erlangga, Jakarta 303

14 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2006 ISSN llampiran 1 : Gambar 1. Alat sensor suhu LM 135 dan pendukungnya. Gambar 3. Pengujian alat sensor suhu LM 135 pada motor listrik. 304

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Umum Untuk menganalisa kegagalan pengasutan pada motor induksi 3 fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung ( visual ) terhadap motor induksi

Lebih terperinci

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 1 Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 2 Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 3 PENGATURAN ARUS STARTING DAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT MEDAN SERI MENGGUNAKAN PLC

Lebih terperinci

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA BAB III 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan

Lebih terperinci

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect D = Konstanta ketebalan Gambar 2.19 Cara kerja Hall-Effect Sensor Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect Dari persamaan terlihat V H berbanding lurus dengan I dan B. Jika I dipertahankan konstan maka

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Umum Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro

III. METODE PENELITIAN. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat. Pelaksanaan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Jurusan Teknik Elektro Fakultas Tekik, Universitas Lampung, yang dilaksanakan mulai bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan dilaboratorium konversi energi listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik. Penelitian akan dilaksanakan setelah proposal

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k I-2. MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan besar kecepatan putar motor

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Telah disebutkan sebelumnya bahwa motor induksi identik dengan sebuah transformator, tentu saja dengan demikian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali 7a 1. 8 Tambahan (Suplemen) Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali Pada industri modern saat ini control atau pengendali suatu system sangatlah diperlukan untuk lancarnya proses produksi

Lebih terperinci

Proteksi Motor Menggunakan Rele Thermal dengan Mempertimbangkan Metode Starting

Proteksi Motor Menggunakan Rele Thermal dengan Mempertimbangkan Metode Starting JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Proteksi Motor Menggunakan Rele Thermal dengan Mempertimbangkan Metode Starting esita Dewi Rizki Wardani, Dedet C. Riawan, Dimas Anton Asfani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) M. Arfan Saputra, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad

REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM. M. Rahmad REKAYASA CATU DAYA MULTIGUNA SEBAGAI PENDUKUNG KEGIATAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM M. Rahmad Laoratorium Pendidikan Fisika PMIPA FKIP UR e-mail: rahmadm10@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini adalah untuk merekayasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI SISWA KELAS XII TEI2 JURUSAN TEKNIK ELEKTRONIKA INDUSTRI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU CREW 2 CREW 11268/130.EI Suryo Hadi Sampurno

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air dingin ( Chiller water ) merupakan air dingin yang di hasilkan oleh mesin pendingin ( mesin Chiller ) untuk didistribusikan ke unit unit mesin pendingin

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan

BAB II DASAR TEORI. Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan 5 BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan Sakelar Elektromagnetik dari Y ke Motor Listrik Induksi 3 Fasa pada prosiding seminar pengelolaan

Lebih terperinci

Air menyelimuti lebih dari ¾ luas permukaan bumi kita,dengan luas dan volumenya yang besar air menyimpan energi yang sangat besar dan merupakan sumber

Air menyelimuti lebih dari ¾ luas permukaan bumi kita,dengan luas dan volumenya yang besar air menyimpan energi yang sangat besar dan merupakan sumber PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN MENGGUNAKAN DINAMO SEPEDA YOGI SAHFRIL PRAMUDYA PEMBIMBING 1. Dr. NUR SULTAN SALAHUDDIN 2. BAMBANG DWINANTO, ST.,MT Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 7 Aktuator

Mekatronika Modul 7 Aktuator Mekatronika Modul 7 Aktuator Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Aktuator Listrik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan penerapan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengukuran Setelah melakukan pengujian di PT. Emblem Asia dengan menggunakan peralatan penguji seperti dijelaskan pada bab 3 didapatkan sekumpulan data berupa

Lebih terperinci

UNIT V MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR SECARA BINTANG-DELTA

UNIT V MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR SECARA BINTANG-DELTA UNIT V MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR SECARA BINTANG-DELTA I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui dan memahami prinsip kerja dari pengasutan bintang-delta, serta mengetahui

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta

PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH. Jl Kaliurang km 14,5 Sleman Yogyakarta PERANCANGAN MINI GENERATOR TURBIN ANGIN 200 W UNTUK ENERGI ANGIN KECEPATAN RENDAH Wahyudi Budi Pramono 1*, Warindi 2, Achmad Hidayat 1 1 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SIMULASI LAMPU PENERANGAN LORONG KAMAR HOTEL MENGGUNAKAN SENSOR PID (Passive Infrared Detector)

RANCANG BANGUN SIMULASI LAMPU PENERANGAN LORONG KAMAR HOTEL MENGGUNAKAN SENSOR PID (Passive Infrared Detector) RANCANG BANGUN SIMULASI LAMPU PENERANGAN LORONG KAMAR HOTEL MENGGUNAKAN SENSOR PID (Passive Infrared Detector) Zilman Syarif 1, Duma Pabiban 2, Azwar Anas 3 Abstrak : Lorong merupakan sarana area untuk

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA.1 UMUM Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja berdasarkan induksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai banyak manfaat adalah daging buah (Palungkung, 2004). Berikut komposisi. Tabel.1 Komposisi Buah Kelapa

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai banyak manfaat adalah daging buah (Palungkung, 2004). Berikut komposisi. Tabel.1 Komposisi Buah Kelapa BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mengenai Kelapa Tanaman kelapa merupakan tanaman yang sangat berguna dalam kehidupan ekonomi pedesaan di Indonesia. Karena semua bagian dari pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar

Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Jurnal Kompetensi Teknik Vol.1, No. 2, Mei 2010 57 Dampak Perubahan Putaran Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3 Phasa Jenis Rotor Sangkar Isdiyarto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA Dosen Tetap Yayasan Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Palembang

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik 1 Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik Pada motor DC berlaku persamaan-persamaan berikut : V = E+I a Ra, E = C n Ф, n =E/C.Ф Dari persamaan-persamaan diatas didapat : n = (V-Ra.Ra) / C.Ф

Lebih terperinci

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR UBOH Banten 3 Lontar merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang memiliki kapasitas daya mampu 315 MW sebanyak 3 unit jadi total daya mampu PLTU Lontar 945 MW. PLTU secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tempat penelitian yang saya lakukan adalah di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun tempat penelitian yang saya lakukan adalah di Laboratorium BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Adapun tempat penelitian yang saya lakukan adalah di Laboratorium Digital Universitas Medan Area. 3.2. Alat dan Bahan Dalam perancangan simulasi pengendalian

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA 2.1 Umum Motor listrik merupakan beban listrik yang paling banyak digunakan di dunia, motor induksi tiga fasa adalah suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor DC 2.1.1. Prinsip Kerja Motor DC Motor listrik adalah mesin dimana mengkonversi energi listrik ke energi mekanik. Jika rotor pada mesin berotasi, sebuah tegangan akan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perancangan sistem pemanasan air menggunakan SCADA software dengan Wonderware InTouch yang terdiri dari perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan. MESIN ASINKRON A. MOTOR LISTRIK Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC berbasis metrik (milimeter),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI. pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk BAB II SISTEM PENGONTROLAN MOTOR LISTRIK PADA INDUSTRI 2.1 Pengertian Pengontrolan Pengontrolan dapat diartikan sebagai pengaturan dan pengendalian terhadap operasi motor listrik yang di pergunakan untuk

Lebih terperinci

JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET

JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET JENIS SERTA KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET http://erick-son1.blogspot.com/2009/10/mengoperasikan-motor-3-fasa-dengan.html JENIS DAN KEGUNAAN KONTAKTOR MAGNET Sistem pengontrolan motor listrik semi otomatis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Perancangan Dan Pembuatan Mesin preheat pengelasan gesek dua buah logam berbeda jenis yang telah selesai dibuat dan siap untuk dilakukan pengujian dengan beberapa

Lebih terperinci

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK CONTOH PANEL KENDALI MOTOR KONTAKTOR MAGNETIK DC (RELE) KONTAKTOR MAGNETIK AC TOMBOL TEKAN DAN RELE RANGKAIAN KONTAKTOR MAGNETIK APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK UNTUK PENGENDALIAN

Lebih terperinci

Bahan Kuliah Mesin-mesin Listrik II

Bahan Kuliah Mesin-mesin Listrik II Bahan Kuliah Mesin-mesin Listrik II Pada motor satu fasa terdapat dua belitan stator, yaitu belitan fasa utama (belitan U 1 -U 2 ) dan belitan fasa bantu (belitan Z 1 -Z 2 ), Belitan utama menggunakan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Bolak Balik [4] Gambar 2.1 Klasifikasi Motor Arus Bolak Balik [8] Motor arus bolak balik (motor AC) ialah suatu mesin yang berfungsi untuk mengubah tenaga listrik

Lebih terperinci

Perancangan Pembuatan Pengasut Pada Motor Kapasitor 1 Phase

Perancangan Pembuatan Pengasut Pada Motor Kapasitor 1 Phase Perancangan Pembuatan Pengasut Pada Motor Kapasitor 1 Phase Eka Nur Fahmianto 1 Universitas PGRI Madiun e.n.fahmianto@gmail.com Abstract.Perkembangan teknologi di masa sekarang sangat pesat pertumbuhannya

Lebih terperinci

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Frekuensi dan Tegangan Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri (421 13 019) Ryan Rezkyandi Saputra (421 13 018) Hardina Hasyim (421 13 017) Jusmawati (421 13 021) Aryo Arjasa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi

BAB II DASAR TEORI. Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor asinkron atau motor induksi biasanya dikenal sebagai motor induksi yang merupakan motor arus bolak-balik yang paling luas penggunaannya. Penamaan ini berasal dari kenyataan

Lebih terperinci

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino 1 Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino Ardhito Primatama, Soeprapto, dan Wijono Abstrak Motor induksi merupakan alat yang paling

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor listrik yang paling umum dipergunakan dalam perindustrian industri adalah motor induksi. Berdasarkan phasa sumber daya yang digunakan, motor induksi dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a. 3.1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3.2. Bahan Penelitian Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 UMUM Faraday menemukan hukum induksi elektromagnetik pada tahun 1831 dan Maxwell memformulasikannya ke hukum listrik (persamaan Maxwell) sekitar tahun 1860. Pengetahuan

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam merancang bangun, yaitu : 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam perancangan Variable

Lebih terperinci

ANALISIS MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN METODE CYCLOCONVERTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

ANALISIS MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN METODE CYCLOCONVERTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51 ISSN: 693-6930 ANALISIS MOTOR INDUKSI SATU FASA DENGAN METODE CYCLOCONVERTER BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C5 Muhammad Andang Novianta Jurusan Teknik Elektro Institut Sains dan Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum )

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) STUDI PENGARUH PERUBAHAN TEGANGAN INPUT TERHADAP KAPASITAS ANGKAT MOTOR HOISTING ( Aplikasi pada Workshop PT. Inalum ) Makruf Abdul Hamid,Panusur S M L Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen

Lebih terperinci

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan Langkah Perancangan Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan Pembuatan gambar rancangan (diagram rancangan) Pemilihan komponen Pemasangan komponen Pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mekanis berupa tenaga putar. Dari konstruksinya, motor ini terdiri dari dua bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mekanis berupa tenaga putar. Dari konstruksinya, motor ini terdiri dari dua bagian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Pada umumnya motor induksi tiga fasa merupakan motor bolak-balik yang paling luas digunakan dan berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanis berupa tenaga

Lebih terperinci

Transformator (trafo)

Transformator (trafo) Transformator (trafo) ф 0 t Transformator adalah : Suatu peralatan elektromagnetik statis yang dapat memindahkan tenaga listrik dari rangkaian a.b.b (arus bolak-balik) primer ke rangkaian sekunder tanpa

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan I. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa mampu memasang dan menganalisis Mahasiswa mampu membuat rangkaian kendali untuk 3 motor induksi 3 fasa II. DASAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah.

BAB III METODE PENELITIAN. suhu dalam ruang pengering nantinya mempengaruhi kelembaban pada gabah. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menitik beratkan pada pengukuran suhu dan kelembaban pada ruang pengering menggunakan sensor DHT21. Kelembaban dan suhu dalam

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR

UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR UNIT III MENJALANKAN MOTOR INDUKSI TIGA FASE DENGAN MAGNETIC CONTACTOR I. TUJUAN 1. Agar praktikan dapat memahami prinsip kerja dan penggunaan magnetic contactor untuk menjalankan motor induksi tiga fase

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR

ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR Akhmad Dzakwan, Analisis Sistem Kontrol ANALISIS SISTEM KONTROL MOTOR DC SEBAGAI FUNGSI DAYA DAN TEGANGAN TERHADAP KALOR (DC MOTOR CONTROL SYSTEMS ANALYSIS AS A FUNCTION OF POWER AND VOLTAGE OF HEAT) Akhmad

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

KIPAS ANGIN OTOMATIS DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

KIPAS ANGIN OTOMATIS DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 KIPAS ANGIN OTOMATIS DENGAN SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 Blog Diagram Blog Diagram Input : inputan pada blog input adalah sensor LM35 yang dihubungkan pada port PA.0 pada kaki IC 40.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA 2.1 UMUM Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik yang paling banyak dipakai dalam industri dan rumah tangga. Dikatakan motor induksi karena arus rotor motor ini merupakan

Lebih terperinci

B A B 1 PENDAHULUAN. sebaliknya dari energi mekanik ke energi listrik. Alat yang dapat mengubah

B A B 1 PENDAHULUAN. sebaliknya dari energi mekanik ke energi listrik. Alat yang dapat mengubah 1 B A B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik adalah konversi energi elektromekanik, yaitu konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya dari energi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Induksi Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (ac) yang paling banyak digunakan. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di PT. INDORAMA SYNTHETICS, Tbk Jatiluhur Purwakarta. Yang akan dijadikan subjek skripsi adalah motor induksi 3 fasa yang

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN : PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 PERANCANGAN KONTROL OTOMATIS TEMPERATUR RUMAH KACA BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51 Yudhi Gunardi 1,Firmansyah 2 1,2 Jurusan Elektro, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan, Kebun Jeruk - Jakarta Barat.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA

PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA PERBANDINGAN PENGARUH TAHANAN ROTOR TIDAK SEIMBANG DAN SATU FASA ROTOR TERBUKA : SUATU ANALISIS TERHADAP EFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA Wendy Tambun, Surya Tarmizi Kasim Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 13 BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN 3.1 Perancangan Sistem Aplikasi ini membahas tentang penggunaan IC AT89S51 untuk kontrol suhu pada peralatan bantal terapi listrik. Untuk mendeteksi suhu bantal terapi

Lebih terperinci

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor Induksi Tiga Fasa Motor induksi 3 fasa merupakan salah satu cabang dari jenis motor listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak berupa putaran yang mempunyai

Lebih terperinci

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014 ANALISIS KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENGASUTAN MOTOR INDUKSI MENGGUNAKAN PROGRAM MATLAB (Aplikasi pada Bengkel Listrik Balai Besar Latihan Kerja (BBLKI) Medan) Sorganda Simbolon, Eddy Warman Konsentrasi Teknik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor Apa itu Kontaktor? Kontaktor (Magnetic Contactor) yaitu peralatan listrik yang bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik Pada kontaktor

Lebih terperinci

Lesita Dewi Rizki Wardani Dosen Pembimbing: Dedet C. Riawan, ST., MT., PhD. Dimas Anton Asfani, ST., MT., PhD.

Lesita Dewi Rizki Wardani Dosen Pembimbing: Dedet C. Riawan, ST., MT., PhD. Dimas Anton Asfani, ST., MT., PhD. Lesita Dewi Rizki Wardani 2211 105 046 Dosen Pembimbing: Dedet C. Riawan, ST., MT., PhD. Dimas Anton Asfani, ST., MT., PhD. Juni, 2013 CONTENT 1. Pendahuluan 2. Dasar Teori 3. Metode Pengambilan Data 4.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 TEORI DASAR GENSET Genset adalah singkatan dari Generating Set. Secara garis besar Genset adalah sebuah alat /mesin yang di rangkai /di design /digabungkan menjadi satu kesatuan.yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN SISTEM KONTROL SUHU DAN TEKANAN AIR PENDING IN DI IRM

ANALISIS KERUSAKAN SISTEM KONTROL SUHU DAN TEKANAN AIR PENDING IN DI IRM ANALISIS KERUSAKAN SISTEM KONTROL SUHU DAN TEKANAN AIR PENDING IN DI IRM Nasorudin ABSTRAK ANALISIS KERUSAKAN SISTEM KONTROL SUHU DAN TEKANAN AIR PENOINGIN 01 IRM. Telah dilakukan analisis kerusakan sistem

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: generator dc, arus medan dan tegangan terminal. 1. Pendahuluan

ABSTRAK. Kata Kunci: generator dc, arus medan dan tegangan terminal. 1. Pendahuluan ANALISIS PENGARUH BEBAN TERHADAP KARAKTERISTIK DAN EFISIENSI GENERATOR ARUS SEARAH PENGUATAN KOMPON KUMULATIF DAN KOMPON DIFERENSIAL (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) Syahrizal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 BLOK DIAGRAM Pada perancangan tugas akhir ini saya merancang sistem dengan blok diagram yang dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok Diagram Dari blok diagram pusat

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA

II. KAJIAN PUSTAKA RANCANG BANGUN AVR PADA SISI TEGANGAN RENDAH (TEGANGAN KONSUMEN) BERBASIS ATMEGA8 Syamsir #1, Bomo Sanjaya #2, Syaifurrahman #3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 1 syamsir6788@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mesin arus searah Prinsip kerja

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mesin arus searah Prinsip kerja BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin arus searah 2.1.1. Prinsip kerja Motor listrik arus searah merupakan suatu alat yang berfungsi mengubah daya listrik arus searah menjadi daya mekanik. Motor listrik arus searah

Lebih terperinci