BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Ringkasan Case Perpanjangan Kontrak Karya PT.Freeport Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Ringkasan Case Perpanjangan Kontrak Karya PT.Freeport Indonesia"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Ringkasan Case Perpanjangan Kontrak Karya PT.Freeport Indonesia di Papua Indonesia merupakan negara yang sangat luas, yaitu 1,904,569 Kilometer. Dengan bentangan wilayah yang sangat luas tersebut, Indonesia memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat besar baik SDA hayati maupun nonhayati. Apabila potensi kekayaan alam tersebut dapat dimanfaatkan dengan maksimal, Indonesia dapat menjadi negara yang makmur, bahkan dapat mengalahkan negara-negara Eropa dan Amerika. Akan tetapi hal tersebut masih menjadi angan-angan untuk saat ini. Hal tersebut disebabkan sistem pengelolaan yang tidak tepat atau faktor-faktor lain yang tidak lepas dari kondisi transisi politik Indonesia tahun 1965 dari Orde Lama ke Orde Baru. Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto ketika itu membuka pasar yang seluas-luasnya bagi investor terutama investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia setelah sebelumnya pada masa Orde Lama yang dipimpin Presiden Soekarno melakukan nasionalisasi aset terhadap perusahaan asing yang ada di Indonesia. PT. Freeport Indonesia (PTFI) merupakan sebuah anak perusahaan dari Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. yang merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di dunia dan beroperasi di negara Amerika Serikat. Awal perjalanan PTFI di Indonesia dimulai sejak tahun 1967 pada masa pemerintahan Soeharto menandatangani Kontrak Karya dengan PTFI untuk dapat beroperasi di 1

2 wilayah Irian Jaya dengan membangun area tambang di sekitar Papua Barat dimana didalamnya terkandung bijih besi, tembaga, emas, dan perak. Saat ini, PTFI menghadapi permasalahan dengan perundang-undangan pemerintah, yaitu Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba) No.4 Tahun 2009 Pasal 170 yang menetapkan kewajiban pemegang Kontrak Karya perusahaan pertambangan untuk melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri selambat-lambatnya 5 tahun sejak UU diundangkan. Hal ini membuat PTFI harus mempertimbangkan dan melakukan studi kelayakan terhadap pendirian pabrik smelter di dalam negeri. Sedangkan batas waktu yang ditentukan telah dilanggar oleh PTFI, karena sudah melampaui 7 tahun pada tahun Menurut (Kemenperindag 2014), Smelter adalah sebuah fasilitas pengolahan hasil tambang yang berfungsi meningkatkan kandungan logam seperti timah, nikel, tembaga, emas, dan perak hingga mencapat tingkat yang memenuhi standar sebagai bahan baku produk akhir. Proses tersbut telah meliputi pembersihan mineral logam dari pengotor dan pemurnian. Menanggapi UU yang dikeluarkan ini, PTFI melakukan kerjasama dengan perusahaan PI. Indosmelt dan PT Indovasi Mineral Indonesia untuk pembangunan smelter pengolahan 60 persen konsentrat tembaga hasil penambangan PTFI pada tahun Akan tetapi, pembangunan smelter ini diperkirakan tidak dapat tepat waktu pada tahun 2014 dan baru dapat terealisasi pada tahun Penandatangan perjanjian kerjasama dengan kedua perusahaan local tersebut dilakukan oleh Rozik. B. Soetjipto selaku Presiden Direktur PTFI pada saat itu. 2

3 Selain itu, pada tahun 1996 PTFI telah melakukan patungan dengan perusahaan Mitsubishi dalam membangun pabrik peleburan tembaga di Gresik. Peleburan 40 persen bijih tembaga telah dilakukan pada PT Smelting yang merupakan pabrik peleburan di Gresik (Kemenperin, 2013). Mengetahui hal tersebut Gubernur Papua, Lukas Enembe menolak rencana PTFI untuk membangun pabrik smelter di Gresik. Hal ini dikarenakan menurut Lukas, apabila seluruh industri berada di luar Papua, maka Papua tidak dapat maju dan masyarakat Papua akan terus dilanda kemiskinan dan kebodohan. Lukas menegaskan apabila PTFI tidak membangun smelter di Papua, maka sebaiknya PTFI keluar saja dari Papua. Selain permasalahan smelter ini, PTFI juga menghadapi permasalahan serius mengenai izin perpanjangan kontrak karya PTFI di Indonesia. Hal ini dikarenakan umur karir PTFI di Indonesia akan genap berumur 60 tahun pada tahun 2021 jika dilihat dari tahun operasional PTFI. Sesuai dengan kontrak yang ditandatangani oleh PTFI, kontrak karya PTFI akan berakhir setelah 30 tahun dengan perpanjangan satu kali dari waktu operasional perusahaan sehingga karir PTFI akan berakhir apabila pemerintah tidak menyetujui pengajuan perpanjangan kontrak karya PTFI yang diajukan oleh PTFI. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa keuntungan yang diberikan PTFI kepada Indonesia? 2. Apa saja solusi yang dapat diterapkan dalam menanggulangi permasalahan yang timbul dari kegiatan investasi terhadap FDI (Foreign Direct Investment) di Indonesia? 3

4 3. Apa peranan PTFI dalam meningkatkan tingkat perekonomian di Papua? 4. Apa upaya yang dilakukan oleh PTFI menghadapi permasalahan ini? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat disimpulkan tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui keuntungan yang diberikan PTFI kepada Indonesia. 2) Untuk mengetahui solusi atas pemasalahan yang timbul dari kegiatan investasi terhadap Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia. 3) Untuk menganalisis pengaruh keberadaan PTFI terhadap tingkat perekonomian di Papua. 4) Untuk melihat upaya yang dilakukan oleh PTFI menghadapi permasalahan ini. 4

5 BAB II LANDASAN TEORI Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah, terdapat beberapa teori dan penjelasan yang dapat dijabarkan untuk menjawab persoalan yang dihadapi terkait dengan kasus Perpanjangan Kontrak Karya PT. Freeport Indonesia di Papua dan dampaknya bagi negara Indonesia. 2.1 Pengertian Kontrak Karya Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1614 Tahun 2004 tentang Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara Dalam Rangka Penanaman Modal Asing Pasal 1 Ayat 1, yang dimaksud dengan Kontrak Karya adalah: perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia dalam rangka Penanaman Modal Asing untuk melaksanakan usaha pertambangan bahan galian, tidak termasuk minyak bumi, gas alam, panas bumi, radio aktif dan batubara. Dalam Kontrak Karya ini, yang menjadi subyek adalah Pemerintah Indonesia dan badan hukum Indonesia. Mengenai jangka waktu berlakunya Kontrak Karya tersebut bergantung pada jenis kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan. Untuk kegiatan eksploitasi, jangka waktu berlaku Kontrak Karya adalah 30 tahun dan dapat diperpanjang. 2.2 Teori The Political and Legal Environments Facing Business Menurut (Daniels et al, 2015), pengertian dari political system adalah the structure dimensions and power dynamics of the government that (1) specify institutions, organizations, and interest groups and (2) define the norms and rules that govern political 5

6 activities. The mission of a political system is clear-cut: integrate different groups into a functioning, self-governing society. Berdasarkan definisi di atas, sistem politik adalah dimensi struktur dan dinamika kekuasaan pemerintah yang (1) menentukan lembaga, organisasi, dan kelompok kepentingan dan (2) menentukan norma-norma dan aturan yang mengatur kegiatan politik. Misi dari sistem politik adalah jelas: mengintegrasikan kelompok yang berbeda ke dalam fungsi, masyarakat pemerintahan sendiri. Sistem politik yang baik seharusnya dapat mendukung perdamaian dan kemakmuran masyarakat. Apabila sistem politik suatu negara mengalami kegagalan, maka akan menyebabkan ketidakstabilan, pemberontakan dan terjadinya disintegrasi antar masyarakat Individualisme versus Kolektivisme Individualisme menekankan kepada prioritas terhadap kebebasan individu, ekspresi diri, dan kemerdekaan pribadi bahwa setiap individu memiliki hak asasi tertentu (Daniels et al, 2015). Melindungi kebebasan individu untuk dapat bertindak seperti yang mereka inginkan tetapi tidak melanggar kebebasan orang lain merupakan peranan penting pemerintah. Implikasi hal ini dalam dunia bisnis, yaitu adanya pendekatan Laissez-Faire. Pendekatan ini menyatakan bahwa pemerintah tidak perlu ikut campur dalam urusan bisnis setiap pemain bisnis, tetapi pasar harus dapat beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip neoliberal dari fundamentalisme pasar bebas. Sedangkan prinsip neoliberal itu sendiri adalah cara pandang kebijakan yang menekankan pada kebutuhan untuk adanya kompetisi pasar bebas. Contoh 6

7 negara yang menganut paham ini adalah Spanyol, Jepang, Irlandia, Yunani, Portugal, dan Amerika Serikat. Kolektivisme menekankan bahwa kepentingan kelompok, partai, komunitas, kelas, masyarakat atau bangsa merupakan prioritas dibandingkan kepentingan individu. Implementasi kolektivisme dalam dunia bisnis menyatakan bahwa kepemilikan atas aktiva (assets), alokasi sumber daya, struktur industri, perilaku perusahaan, dan tindakan manajer mengarah kepada tujuan yang sama, yaitu meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota masyarakat. Keputusan bisnis yang dibuat oleh kelompok dan untuk kepentingan kelompok juga. Dalam kondisi masyarakat dalam suatu negara yang menganut adanya kolektivisme memposisikan pemerintah untuk mengatur pasar dan mempromosikan kesetaraan sosia, hak-hak buruh, kesetaraan pendapatan, dan demokrasi di tempat kerja dengan tujuan kesejahteraan bangsa dapat menjadi prioritas di atas kepentingan individu (Daniels et al, 2015). Contoh negara yang menganut paham ini adalah Argentina, China, Vietnam, Jepang, Korea Selatan, Mesir, Brazil, Taiwan, dan Meksiko Political Ideology Ideologi adalah sebuah visi yang terintergrasi. Ideologi politik menetapkan bagaimana masyarakat harus mengatur dirinya sendiri dan menguraikan metode untuk dapat digunakan sebagai sarana pendukung (Daniels et al, 2015). Setiap negara menganut ideologi politik yang berbedabeda, seperti halnya negara Amerika Serikat dan Jepang yang memiliki 7

8 prinsip-prinsip liberal yang menjunjung tinggi nilai kebebasan yang tidak terbatas dalam pemikiran, agama, keyakinan, politik, dan lainnya. Pluralisme juga muncul ketika dua atau lebih kelompok berada pada satu negara. Adanya perbedaan dalam hal bahasa, struktur kelas, latar belakang etnis, warisan suku, atau agama. Sebuah sistem pluralistik memaksa para pejabat untuk melakukan negosiasi mengenai kebijakan The Legal Environment Sistem hukum menentukan aturan yang mengatur perilaku, proses dimana hukum ditegakkan, dan prosedur yang digunakan untuk menyelesaikan keluhan. sistem hukum berbeda di berbagai negara karena variasi dalam tradisi, preseden, penggunaan, adat, atau ajaran agama. Setiap sistem hukum mendukung pembentukan bisnis, mengatur transaksi, dan menstabilkan hubungan. Sistem hukum modern terbagi menjadi tiga komponen: (1) Hukum konstitusi, yang diterjemahkan konstitusi negara menjadi sebuah sistem terbuka dan hanya hukum, pengaturan kerangka bagi pemerintah dan mendefinisikan wewenang dan prosedur lembaga politik untuk membangun hukum. (2) Hukum pidana, yang melindungi masyarakat dengan menentukan apa perilaku kriminal, dan resep hukuman bagi mereka yang melanggar standar-standar 8

9 (3) Hukum perdata dan komersial, yang menjamin keadilan dan efisiensi dalam transaksi bisnis dengan menetapkan hak pribadi dan obat tertentu untuk mengatur perilaku antara individu. Sistem Hukum di Indonesia oleh Hans Kelsen diatur dalam UU No.10 Tahun 2004 tentang formulasi Hukum dan Peraturan Perundang-undangan: 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; 3. Peraturan Pemerintah; 4. Peraturan Presiden; 5. Peraturan Daerah; Tipe-Tipe Sistem Hukum Menurut Daniels et al (2015), ada lima tipe sistem hukum di seluruh dunia, yaitu: 1) Hukum Umum (Common Law) Hukum umum merupakan sebuah sistem hukum yang bergantung pada keputusan yang dibuat oleh hakim melalui putusan pengadilan. 2) Hukum Perdata (Civil Law) Hukum perdata merupakan sebuah sistem hukum yang didasarkan pada aplikasi hukum perundang-undangan yang ketat. 3) Hukum Teokratis (Theocratic Law) Sistem hukum teokratis bergantung pada ajaran agama, sila, dan keyakinan. kewenangan hukum tertinggi berada di tangan pemimpin 9

10 agama, yang mengatur transaksi bisnis dan hubungan sosial berdasarkan interpretasi mereka dari kitab suci masing-masing agama. 4) Hukum Adat (Customary Law) Sistem hukum adat mencerminkan kebijaksanaan pengalaman sehari-hari atau, lebih formal, abadi warisan spiritual dan pandangan filosofis waktu dihormati. Sistem hukum ini didasarkan pada norma-norma jangka panjang. 5) Hukum Campuran (Mixed Law) Sistem Hukum Campuran merupakan sebuah sistem yang muncul ketika suatu negara menggunakan dua atau lebih jenis sistem hukum di atas. Hal ini berarti pluralisme hukum terjadi ketika dua atau lebih sistem hukum berlaku secara kumulatif atau interaktif. Gambar 2.1 Peta Sistem Hukum Negara di Dunia Sumber: Daniels et al, 2015 Gambar 2.1 menunjukkan bahwa negara yang memiliki sistem hukum fully-mixed adalah Afrika dan Asia. Filipina, Afrika Selatan, dan Guyana mengikuti sistem hukum campuran antara hukum sipil dan hukum umum. Nigeria, Malaysia, dan Kenya memiliki sistem hukum campuran antara 10

11 hukum umum, hukum teokratis, dan hukum adat. Bangladesh, Singapura, dan Pakistan memiliki campuran antara hukum umum dan hukum teokratis. Indonesia, Djibouti, dan Oman memiliki sistem hukum campuran antara hukum teokratis dengan kode sipil Legal Issues dalam Bisnis Internasional Berikut ini adalah isu-isu hukum yang dapat terjadi pada bagian operasional perusahaan: a. Starting a Business Memulai bisnis melibatkan kegiatan seperti mendaftar nama, memilih struktur pajak yang sesuai, memperoleh lisensi dan izin, mengatur kredit, dan mengamankan asuransi. b. Making and enforcing contracts Setelah perusahaan telah dibangun dan berjalan, perusahaan masuk dan menegakkan kontrak dengan pembeli dan penjual. Keabsahan kontrak sangat penting untuk transaksi bisnis. Konvensi PBB tentang Kontrak untuk Penjualan Barang Internasional menetapkan pedoman untuk negosiasi dan menegakkan kontrak. Namun, standar bervariasi di seluruh sistem hukum yang berbeda. Negara yang menggunakan sistem hukum umum, biasanya memiliki kontrak yang tepat dan terperinci, sedangkan negara dengan sistem hukum sipil memiliki kontrak atau perjanjian kurang spesifik. 11

12 c. Hiring and firing local workers Setiap negara memiliki undang-undang setempat yang mencakup hampir setiap aspek dari proses perekrutan tenaga kerja mulai dari bagaimana tenaga kerja lokal negara tersebut dipekerjakan, jumlah yang seharusnya dibayarkan kepada tenaga kerja, jumlah jam kerja operasional tenaga kerja, dan ada atau tidaknya persyaratan tertentu yang dapat menentukan mereka dapat dipecat. Sebagai contoh, negara Cina yang memberikan fleksibilitas yang paling tinggi dalam perekrutan dan pemecatan serta kebijaksanaan terbesar dalam pengaturan kondisi kerja (jam kerja, upah minimum, dan manfaat). Sebaliknya, pada negara Angola, Belarus, dan Paraguay membatasi pemecatan karyawan dan memberlakukan pembayaran gaji yang murah hati. d. Closing down the business Menutup bisnis juga melibatkan hukum suatu negara. Di Amerika Serikat, misalnya, Internal Revenue Service mengharuskan melaporkan penjualan aset, pembayaran kepada subkontraktor, dan penghentian rencana pensiun. Di negara Irlandia, Jepang, Kanada, dan Hong Kong proses penutupan bisnis dapat dilakukan dengan cepat (antara 4-8 bulan) dan murah (antara 1 dan 10 persen dari perkebunan). 12

13 2.3 Foreign Direct Investment Menurut Charles.W.L.Hill (2011), Foreign Direct Investment (FDI) terjadi ketika sebuah perusahaan melakukan investasi langsung dengan campur tangan langsung dari pihak investor dalam operasional usaha untuk memproduksi atau memasarkan produk di negara lain. Ketika sebuah perusahaan telah melakukan FDI, maka perusahaan tersebut menjadi perusahaan multinasional. Ada dua bentuk utama dari FDI, yaitu: 1) Greenfield Investment Investasi yang dilakukan dengan cara mendirikan fasilitas untuk melakukan kegiatan operasional di negara tertentu. Dengan menggunakan cara ini, perusahaan-perusahaan investor dapat melakukan kegiatan operasional secara efisien dan efektif karena potensi dari tenaga kerja dipilih berdasarkan standar perusahaan sendiri tidak bergantung pada perusahaan lain yang diakuisisi. Hal ini akan mempengaruhi produktivitas karyawan dan hubungan kerja karyawan. 2) Acquisition or Merger Investasi yang dilakukan dengan melakukan pembelian atau penggabungan dengan perusahaan yang sudah ada di negara tertentu. Akuisisi dilakukan apabila perusahaan investor ingin mendapatkan sumber daya yang cepat dan aman seperti tenaga kerja yang sudah terkoordinir dengan baik. Dengan membeli sebuah perusahaan, perusahaan investor mendapatkan tidak hanya tenaga kerja dan 13

14 manajemen tetapi juga organisasi yang memiliki pengalaman dalam mengkoordinasikan fungsi seperti pengembangan produk dan penjualan berikutnya. Selain itu, perusahaan investor dapat memperoleh identifikasi merek, dan akses jaringan distribusi untuk memasarkan produk-produknya. FDI merupakan investasi yang menggunakan biaya yang cukup besar karena perusahaan harus menanggung biaya membangun fasilitas produksi di negara asing atau mengakuisisi perusahaan asing. FDI memiliki resiko karena masalah yang terkait dengan budaya negara tertentu dimana "aturan permainan" bisnis mungkin sangat berbeda. Namun, resiko dari kegiatan ekspor yang dapat dilakukan oleh perusahaan asing apabila tidak melakukan FDI akan lebih besar dan memakan biaya lebih mahal apabila ada barang yang terkena biaya bea cukai maupun hilang pada saat perjalanan. Strategi kegiatan eksportasi sering terkendala oleh biaya transportasi dan hambatan perdagangan. Ketika biaya transportasi ditambahkan ke biaya produksi, menjadi tidak menguntungkan untuk kapal beberapa produk melalui jarak yang besar. Oleh karena itu, perusahaan asing lebih memilih FDI dibandingkan membeli lisensi atau melakukan ekspor. 14

15 BAB III PEMBAHASAN PT. Freeport Indonesia (PTFI) pertama kali beroperasi pada tahun 1967 di Indonesia yang berlokasi Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Barat. Aktivitas pertambangan PTFI di Papua hingga saat ini telah berlangsung selama 49 tahun. Pada tahun 1967, PTFI berhasil membangun tambang Ertsberg, seiring perkembangannya PTFI berhasil membangun tambang keduanya pada tahun 1998 yang dinamakan tambang Grasberg dikawasan Tembaga Pura, Kabupaten Mimika. PTFI merupakan perusahaan Afiliasi dari Freeport McMoRan Cooper & Gold, perusahaan publik di bidang tembaga yang terbesar di dunia yang berpusat di Phienix, Arizona, Amerika Serikat. PTFI melakukan usaha tambangnya dengan memproses dan melakukan eksplorasi terhadap bijih yang mengandung tembaga, emas dan perak dan memasarkan konsentrat yang mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia. Menurut Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba) No.4 Tahun 2009 Pasal 170 yang menetapkan kewajiban pemegang Kontrak Karya perusahaan pertambangan untuk melakukan pengolahan dan pemurnian hasil penambangan di dalam negeri selambat-lambatnya 5 tahun sejak UU diundangkan. Hal ini membuat PTFI harus mempertimbangkan dan melakukan studi kelayakan terhadap pendirian pabrik smelter di dalam negeri. Sedangkan batas waktu yang ditentukan telah dilanggar oleh PTFI, karena sudah melampaui 15

16 7 tahun pada tahun Oleh karena itu, PTFI harus segera membangun smelter sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi agar kontrak karya PTFI dapat diperpanjang di Indonesia. Gambar 3.1 Lembar Fakta PT.Freeport Indonesia Sumber: 16

17 Berdasarkan Lembar Fakta yang dipublikasikan oleh PTFI pada Gambar 3.1 dapat terlihat bahwa PTFI beroperasi di Indonesia berdasarkan Kontrak Karya yang ditandatangani pada tahun 1967 berdasarkan Undang-Undang No.11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Masa berlaku Kontrak Karya pertama PTFI adalah 30 tahun. Kemudian pada tahun 1991, Kontrak Karya PTFI diperpanjang menjadi 30 tahun dengan pengajuan perpanjangan 2 kali dengan 10 tahun dalam sekali perpanjangan. Jadi, Kontrak Karya Freeport akan berakhir di tahun 2021 jika pemerintah tidak menyetujui pengajuan perpanjangan yang diajukan oleh PTFI. Gambar 3.2 Wilayah Proyek PT. Freeport Indonesia Sumber: 17

18 Berdasarkan Kontrak Karya yang telah ditandatangani PTFI, PTFI memperoleh konsesi penambangan di wilayah seluas 24,700 acres (atau seluas +/- 1,000 hektar. 1 Acres = Ha). Lalu, terdapat penambahan luas penambangan PTFI (disebut Blok B) seluas 6,5 juta acres (atau seluas 2,6 juta ha). Dari Blok B ini yang sudah di lakukan kegiatan eksplorasi seluas 500 ribu acres (atau sekitar 203 ribu ha). Dengan menandatangani Kontrak Karya, PTFI melakukan Foreign Direct Investment (FDI) dengan cara Greenfield Investment, yaitu dengan membangun perusahaan di kabupaten Mimika, Papua. Selain itu, PTFI juga mempekerjakan sumber daya manusia lokal dan melakukan produksi sendiri di Indonesia. Tetapi apakah dampak FDI yang dibawa oleh PTFI positif bagi Indonesia atau tidak. Dapat dilihat bahwa dengan adanya perusahaan asing yang masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia mendapatkan beberapa hal positif sebagai berikut: 1. Adanya transfer teknologi dan keahlian manajerial 2. Pengenalan teknologi produksi yang baru serta akses ke jaringan internasional 3. Sebagai sumber dana untuk pembangunan, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia. 4. Kenaikan produksi dan pendapatan nasional negara sasaran. 5. Sebagai sumber pembiayaan jangka panjang dan pembentukan modal (capital formation). 6. Mendorong pembangunan regional dan sektoral. 7. Meningkatkan jiwa kewirausahaan dan persaingan sehat dalam negeri. 18

19 8. Membuka lapangan pekerjaan Tetapi di samping beberapa hal positif, FDI juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia seperti berikut: 1. Munculnya dominasi industrial, yang berpotensi mematikan industri dalam negeri yang kalah dalam segi modal. 2. Ketergantungan teknologi. 3. Perubahan budaya. 4. Berpotensi menganggu perencanaan perekonomian. Gambar 3.3 Data Produksi dan Penjualan Tembaga PT.Freeport McMoRan Inc Akhir Tahun 2013 dan 2014 Sumber: Pada Gambar 3.3 dapat terlihat bahwa hasil produksi dan penjualan tembaga di Indonesia merupakan penghasil urutan ketiga terbanyak dengan hanya 19

20 satu pabrik saja di Papua dibandingkan dengan negara lain yang memiliki beberapa pabrik. PTFI berhasil memproduksi 915 juta pounds tembaga dan berhasil menjual 885 juta pounds tembaga pada tahun Pada tahun 2014, berhasil memproduksi 636 juta pounds tembaga dan menjual 664 juta pounds tembaga. Pada Gambar 3.4 dapat terlihat bahwa hasil produksi dan penjualan emas di Indonesia merupakan penghasil terbanyak dengan memproduksi ribu ounces emas dan berhasil menjual ribu ounces emas pada tahun Oleh karena itu, PTFI merupakan penyumbang terbesar dan bisa dibilang sebagai primadona bagi Freeport McMoran dalam mesin pencetak uang. Hasil penjualan emas di Indonesia menyumbang 93,59 persen penjualan emas perusahaan Freeport McMoran. Gambar 3.4 Data Produksi dan Penjualan Emas, Molybdenum, dan Cobalt PT.Freeport McMoRan Inc Akhir Tahun 2013 dan 2014 Sumber: 20

21 Berdasarkan laporan keuangan Freeport McMoran, total penjualan PTFI sebanyak 664 juta pon tembaga dengan harga jual $ 3,09 dan ribu ons emas dengan harga jual $ Setelah ditotal, ternyata hasil keuntungan dari penjualan emas dan tembaga asal Indonesia menghasilkan $ Jika dikalikan dengan kurs USD $ 1 seharga Rp , maka hasil pendapatan PTFI adalah Rp Sedangkan penjualan keseluruhan yang didapatkan oleh Freeport McMoran Inc adalah juta pon tembaga dan ribu ons emas. Total penjualan emas dan tembaga yang didapatkan oleh Freeport McMoran Inc pada tahun 2014 adalah $ (Rp ). Hal ini menunjukkan bahwa hasil pendapatan PTFI merupakan 93 persen dari seluruh penjualan emas dan tembaga yang dilakukan oleh perusahaan Freeport McMoran Inc. Tabel 3.1 Banyaknya Penduduk Provinsi Papua Menurut Kabupaten dan Jenis Kelamin 2005 dan 2013 Tahun Rasio Jenis Rasio Jenis Penduduk (orang) Penduduk (orang) Kabupaten/Kota Kelamin Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) [01] Merauke 79,114 76, , ,388 99, , [02] Jayawijaya 107, , , , , , [03] Jayapura 49,322 42,668 91, ,788 56, , [04] Nabire 81,617 79, , ,073 64, , [08] Kepulauan Yapen 36,024 34,720 70, ,391 42,796 88, [09] Biak Numfor 51,037 48,761 99, ,582 65, , [10] Paniai 57,753 55, , ,603 77, , [11] Puncak Jaya 58,305 53, , ,083 50, , [12] Mimika 66,069 60, , ,825 85, , [13] Boven Digoel 17,987 13,456 31, ,698 27,705 60, [14] Mappi 35,026 31,202 66, ,781 42,225 88, [15] Asmat 33,637 28,365 62, ,290 40,710 85, [16] Yahukimo 73,804 63, , ,015 83, , [17] Pegunungan Bintang 46,276 42,253 88, ,181 32,123 69,

22 [18] Tolikara 23,232 20,948 44, ,407 56, , [19] Sarmi 16,238 15,355 31, ,411 16,097 35, [20] Keerom 20,426 17,501 37, ,186 23,586 51, [26] Waropen 11,325 10,322 21, ,208 12,697 26, [27] Supiori 6,535 6,174 12, ,875 8,101 16, [28] Mamberamo Raya 10,387 9,389 19, [29] Nduga 46,672 39,222 85, [30] Lanny Jaya 86,223 74, , [31] Mamberano Tengah 22,904 19,783 42, [32] Yalimo 29,072 25,839 54, [33] Puncak 52,123 47,803 99, [34] Dogiyai 44,913 44,414 89, [35] Intan Jaya 22,011 21,394 43, [36] Deiyai 34,308 32,208 66, [71] Kota Jayapura 99, , , , , , Papua 970, ,089 1,875, ,603,158 1,429,330 3,032, Sumber : papua.bps.go.id Menurut Tabel 3.1, dapat terlihat adanya peningkatan jumlah penduduk Papua menjadi hampir dua kali lipat dari tahun 2005 hingga tahun Pada tahun 2013, jumlah penduduk Papua adalah orang. Sedangkan pada Tabel 3.2, angka persentase kemiskinan masyarakat Papua mengalami penurunan dari tahun Angka persentase kemiskinan masyarakat Papua pada tahun 2009 adalah 34,77% dan pada tahun 2012 adalah 30,66. Tetapi pada tahun 2013 mengalami kenaikan kembali menjadi 31,52%. Tabel 3.2 Persentase Penduduk di Provinsi Papua Menurut Kabupaten/Kota Tahun Tahun Kode Kabupaten/Kota (Sept) (1) (2) (9) (10) (11) (12) (13) 9401 Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Namfor Paniai Puncak Jaya Mimika

23 9413 Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori Membramo Raya Nduga Lanny Jaya Mamberamo Tengah Yalimo Puncak Dogiyai Intan Jaya Deiyai Kota Jayapura PAPUA Sumber: papua.bps.go.id Keberadaan Freeport tidak banyak berkontribusi bagi masyarakat Papua, bahkan pembangunan di Papua dinilai gagal. Kegagalan pembangunan di Papua dapat dilihat dari buruknya angka kesejahteraan manusia di Kabupaten Mimika pada Tabel 3.2. Penduduk Kabupaten Mimika, lokasi di mana Freeport berada. Pada tahun 2013, BPS mencatat sekitar 20,37 persen penduduk Mimika dalam kondisi miskin dengan jumlah penduduk yang miskin di Papua sebanyak 31,52% dari jumlah penduduk Papua. Yang berarti orang yang berada pada kondisi kemiskinan dari masyarakat Papua. 23

24 Gambar 3.5 Persentase Jumlah Karyawan PTFI Sumber: Berdasarkan data yang diperoleh pada situs PTFI, mereka mempekerjakan 97,5% orang Indonesia dari orang dengan 34,68% masyarakat asli Papua asli. Hal ini berarti PTFI hanya mempekerjakan masyarakat asli Papua. Sedangkan berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Papua, jumlah penduduk Papua adalah orang pada tahun Hal ini berarti persentase masyarakat Papua yang merupakan tenaga kerja PTFI adalah hanya 0,3%. Oleh karena itu, kesejahteraan penduduk tidak meningkat dengan adanya PTFI di daerah tersebut. Penduduk asli papua yang tinggal di lokasi operasional PTFI, hidup di bawah garis kemiskinan dan terpaksa menghidupi diri dengan mencari emas dari sisa limbah yang dikeluarkan oleh perusahaan tersebut. Sebenarnya, apabila diteliti lebih jauh, kontrak karya ini memiliki banyak kerugian bagi Indonesia karena dapat dikatakan kontrak karya ini bukanlah kontrak kerja sama antara Indonesia dengan PTFI. Dalam kontrak karya, seluruh 24

25 urusan manajemen dan operasional diserahkan seluruhnya kepada penambang dan pemerintah tidak memiliki kontrol sama sekali dalam aspek manajemen dan kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan walaupun pemerintah memiliki saham. Berbeda dengan kontrak kerja sama dimana kontrol atas manajemen dan operasional perusahaan tetap dimiliki oleh pemerintah, sehingga apapun yang dilakukan oleh perusahaan harus melakukan pengajuan izin kepada pemerintah terlebih dahulu. Hal lain yang menojol adalah pembagian royalty, tertulis pada kontrak karya pemerintah menerima royalty sekian persen dari hasil produksi tetapi seluruh biaya menjadi tanggungan perusahaan. Sedangkan dalam kontrak kerja sama, seluruhnya adalah milik negara dan akan dibagi antara milik negara dan milik perusahaan setelah dikurangi biaya produksinya. Dalam kontrak karya ini, banyak pula penyimpangan-penyimpangan atas regulasi yang ada di Indonesia. PTFI diperkenankan memindahkan penduduk yang berada dalam wilayah kontrak karyanya. Hal ini bertentangan dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Ketentuan Pokok Agraria, pasal 3 dalam Undang-Undang tersebut menyebutkan: Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut kenyataannya. masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undangundang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi. Pasal tersebut sudah jelas mengatakan bahwa Negara mengakui hak adat, sedangkan pada kenyataannya PTFI memberikan konsensi yang terletak di atas tanah tersebut. Seperti diketahui, besaran royalti yang dibayarkan PTFI selama ini lebih rendah dari yang diwajibkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada 25

26 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terhadap setiap badan usaha. Semenjak diberlakukan PP No 45/2003, PTFI seharusnya membayar 3,75 persen royalti untuk emas. Untuk tembaga, royalti yang ditetapkan adalah sebesar 4 persen dari harga jual per kilogram, dan royalti perak ditetapkan sebesar 3,25 persen dari harga jual per kilogram. Kenyataannya, PTFI masih membayarkan tarif royalti kepada Indonesia sesuai dengan Kontrak Karya tahun Dalam Kontrak Karya tersebut, besar royalti tembaga sebesar 1,5 persen dan royalti emas dan perak hanya sebesar 1 persen dari harga jual. Selain itu, PTFI belum dapat memenuhi permintaan pemerintah kepada PTFI untuk membangun smelter dalam kurun 5 tahun sejak tahun 2009 ketika UU Minerba No.4 dikeluarkan. Apabila PTFI ingin pemerintah dapat menyetujui pengajuan perpanjangan kontrak karyanya, PTFI harus dapat memenuhi seluruh peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh Indonesia. Mulai dari pada saat PTFI ingin memasuki pasar Indonesia, mengambil serta mengolah SDA yang dimiliki oleh negara Indonesia hingga dijual kembali kepada pelanggan, PTFI harus mematuhi hukum peraturan perundang-undangan Indonesia. 26

27 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan 1) Keuntungan yang diberikan oleh PT.Freeport Indonesia kepada negara Indonesia adalah hanya royalti dari hasil penjualan hasil tambang (SDA) di Papua dan penyedia lowongan pekerjaan bagi orang karyawan yang terdiri dari 97,5% masyarakat Indonesia. 2) Solusi dari masalah utama terkait dengan Foreign Direct Investment (FDI) adalah pemerintah harus tegas dalam menjalankan kebijakan yang telah disepakati dan mengubah konsep pemikiran bahwa FDI tidak selalu membawa dampak positif bagi negara Indonesia. 3) PT.Freeport Indonesia (PTFI) mempekerjakan 34,68% masyarakat asli Papua dari total karyawan yang dimiliki. Tetapi tingkat kemiskinan masyarakat Papua tidak mengalami penurunan dengan adanya PTFI yang memberikan lapangan kerja bagi masyarakat Papua. Hal ini berarti ada dan tidak adanya PTFI tidak mempengaruhi tingkat perekonomian masyarakat Papua. 4) Upaya yang dilakukan oleh PTFI sejauh ini adalah menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak pada bidang smelter dan memulai pekerjaan pembangunan smelter di Gresik. 4.2 Saran 1) Saran bagi pemerintah, pemerintah seharusnya dapat menanggapi dengan tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia terhadap perjanjian yang telah disepakati bersama. Terutama mengenai masalah yang terkait dengan kontrak yang dilakukan bersama PTFI tentang jangka waktu pengelolaan, agar masyarakat Indonesia tidak dirugikan atas perjanjian tersebut. 27

28 2) PT.Freeport Indonesia seharusnya menaati seluruh aturan hukum Indonesia mengenai penanaman modal asing dalam rangka menjalin hubungan baik dengan pemerintah Indonesia, dan juga sebagai kewajiban untuk kelangsungan dalam menjalankan usaha di wilayah Indonesia. 28

29 DAFTAR PUSTAKA Daniels, John D., Lee H. Radebaugh, and Daniel P. Sullivan. International Business: Environments and Operations. 15th edition., global edition. Boston; Harlow: Pearson, Detik. Gubernur Papua Ancam Usir Freeport Jika Tak Bangun Smelter di Papua, Detik online. Homepage Online. Available from Internet; Accessed 1 Maret Dkn. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Dkn online. Homepage Online. Available from Undang-RI-nomor-5-Tahun-1960-tentang-Pokok-Pokok-Dasar- Agraria.pdf: Internet; Esdm. KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 1614 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PEMROSESAN PERMOHONAN KONTRAK KARYA DAN PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING, Esdm online. Homepage Online. Available from Internet; Accessed 3 Maret Esdm. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2003 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, Esdm online. Homepage Online. Available from Internet; Accessed 10 Maret Esdm. UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA, Esdm online. Homepage Online. Available from Internet; Accessed 3 Maret Hill, Charles W. L. International Business: Competing in the Global Marketplace. 8th edition. New York: McGraw-Hill/Irwin,

30 Kemenkeu. UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN, Kemenkeu online. Homepage Online. Available from Internet; Accessed 5 Maret Kemenperin. Belum Bangun Pabrik Smelter, Perusahaan Tambang Dilarang Ekspor, Kemenperin online. Homepage Online. Available from Perusahaan-Tambang-Dilarang-Ekspor: Internet; Accessed 1 Maret Kemenperin. Freeport Pastikan Bangun Smelter, Kemenperin online. Homepage Online. Available from Smelter: Internet; Accessed 1 Maret Kompas. Kementrian ESDM Tagih Janji Smelter Freeport, Kompas online. Homepage Online. Available from n.esdm.tagih.janji.smelter.freeport: Internet; Accessed 1 Maret Penataanruang. UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1967 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN, Penataanruang online. Homepage Online. Available from Internet; Accessed 6 Maret Peng, Mike W., and Klaus E. Meyer. International Business. London: Cengage Learning, Ptfi. PT Freeport Indonesia, Ptfi online. Homepage Online. Available from Internet; Accessed 1 Maret

Sejak tahun 2009, tingkat kemiskinan terus menurun namun pada tahun 2013 terjadi peningkatan.

Sejak tahun 2009, tingkat kemiskinan terus menurun namun pada tahun 2013 terjadi peningkatan. Jiwa (Ribu) Persentase (%) 40 37.08 37.53 36.8 35 30 31.98 30.66 31.53 27.8 25 20 15 10 5 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2009, tingkat kemiskinan terus menurun namun

Lebih terperinci

Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015

Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015 Paparan Progres Implementasi 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba di Provinsi Papua PEMERINTAH PROVINSI PAPUA 2015 5 Sasaran Kegiatan Koordinasi dan Supervisi (Korsup) Minerba 1.

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Papua. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Papua.  UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Papua 2010-2020 BADAN PUSAT STATISTIK UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Papua ht t p:

Lebih terperinci

Seuntai Kata. Jayapura, Desember 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Ir. Didik Koesbianto, M.Si

Seuntai Kata. Jayapura, Desember 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua. Ir. Didik Koesbianto, M.Si Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016 No. 25/05/94/ Th. II, 2 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PAPUA TAHUN 2016 Pada tahun 2016, IPM Papua mencapai 58,05. Angka ini meningkat sebesar 0,80 poin dibandingkan IPM Papua tahun 2015 yang sebesar

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGALOKASIAN DANA OTONOMI KHUSUS KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA,

Lebih terperinci

Menimbang Manfaat PT Freeport bagi Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 1 November 2011

Menimbang Manfaat PT Freeport bagi Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW)  Jakarta, 1 November 2011 Menimbang Manfaat PT Freeport bagi Indonesia Indonesia Corruption Watch (ICW) www.antikorupsi.org Jakarta, 1 November 2011 PT Freeport Indonesia (PTFI) Tahun 1967 Kontrak Karya antara Pemerintah dengan

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT PENGETAHUAN PAPUA PADA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KAMPUNG DAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun. Perwakilan BKKBN Provinsi Papua 2014

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun. Perwakilan BKKBN Provinsi Papua 2014 i KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas izin dan ridhonya sehingga penyusunan Pengembangan Model Solusi Strategik Penanganan Dampak Ancaman Disaster

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 2008 OTONOMI KHUSUS. PEMERINTAHAN. PEMERINTAH DAERAH. Papua. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4842) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2001 TENTANG OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015 No. 32/06/94/Th. I, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PROVINSI PAPUA 2015 IPM Provinsi Papua Tahun 2015 Hingga saat ini, pembangunan manusia di Provinsi Papua masih berstatus rendah yang ditunjukkan

Lebih terperinci

Tadinya, PT Freeport mematok penjualan emas akan 50,5% dibanding tahun lalu

Tadinya, PT Freeport mematok penjualan emas akan 50,5% dibanding tahun lalu Tadinya, PT Freeport mematok penjualan emas akan 50,5% dibanding tahun lalu JAKARTA. FT Freeport Indonesia (PTFI) kemungkinan gagal memenuhi target peningkatan produksi maupun penjualan emas dan tembaga,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI Kebijakan Kepatuhan Global Maret 2017 Freeport-McMoRan Inc. PENDAHULUAN Tujuan Tujuan dari Kebijakan Antikorupsi ini ("Kebijakan") adalah untuk membantu memastikan kepatuhan oleh Freeport-McMoRan Inc ("FCX")

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/PMK.07/2017 TENTANG PELAKSANAAN DANA ALOKASI UMUM DAN TAMBAHAN DANA ALOKASI KHUSUS FISH( PADA ANGGARAN

Lebih terperinci

Indonesia for Global Justice (IGJ, Seri Diskusi Keadilan Ekonomi. Menguji Kedaulatan Negara Terhadap Kesucian Kontrak Karya Freeport, Kamis, 13 Juli

Indonesia for Global Justice (IGJ, Seri Diskusi Keadilan Ekonomi. Menguji Kedaulatan Negara Terhadap Kesucian Kontrak Karya Freeport, Kamis, 13 Juli Indonesia for Global Justice (IGJ, Seri Diskusi Keadilan Ekonomi. Menguji Kedaulatan Negara Terhadap Kesucian Kontrak Karya Freeport, Kamis, 13 Juli 2017 Pasal 33 UUD 1945 : Bumi dan air dan kekayaan alam

Lebih terperinci

Perlukah Nasionalisasi Freeport Indonesia? Luqmannul Hakim

Perlukah Nasionalisasi Freeport Indonesia? Luqmannul Hakim Perlukah Nasionalisasi Freeport Indonesia? Luqmannul Hakim Disahkannya UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara menciptakan tatanan baru dalam sektor pertambangan Indonesia. UU ini

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17.A TAHUN 2014 TENTANG PENGALOKASIAN DANA TAMBAHAN INFRASTRUKTUR KEPADA KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

Provinsi Kabupaten/kota Laki-laki Perempuan Total

Provinsi Kabupaten/kota Laki-laki Perempuan Total Tabel 1. Perkiraan Jumlah Responden yang Mewakili Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin Provinsi Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) (5) 01. Fakfak 10,747 6,081 16,828 02. Kaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya sumber daya, baik itu sumber daya manusia atau pun sumber daya alam. Dari aspek sumber daya alam, kekayaan yang dimiliki

Lebih terperinci

Pelanggaran Etika Bisnis dan Hukum PT Freeport di Papua

Pelanggaran Etika Bisnis dan Hukum PT Freeport di Papua Pelanggaran Etika Bisnis dan Hukum PT Freeport di Papua RORO HETTY ROHMANINGRUM ILHAM SUGIRI HAMZAH KARIM AMRULLAH ARIE TINO YULISTYO KHAERUL ALIF PRATOMO Landasan Teori Etika Suatu pedoman yang mengatur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

A. CABAI BESAR C. BAWANG MERAH

A. CABAI BESAR C. BAWANG MERAH No. 44/08/94/ Th. III, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 Produksi Cabai Besar Sebesar 3.089 Ton, Cabai Rawit Sebesar 3.649 Ton, Dan Bawang Merah Sebesar 718

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. antara satu negara dengan negara lainnya. Salah satu usaha yang selalu dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara selalu berusaha meningkatkan pembangunan, kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Usaha tersebut dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda antara

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat Nomor : BRS-02/BPS-9415/Th. I, 28 Juni 2016 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat 1. IPM pertama kali diperkenalkan oleh United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 1990

Lebih terperinci

Apa alasan Freeport inengajukan perpanjangan kontrak karya di Papua hingga 2041?

Apa alasan Freeport inengajukan perpanjangan kontrak karya di Papua hingga 2041? Rozik Boedioro Soetjipto, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Kontrak karya kedua PT Freeport Indonesia, perusahaan yang menambang emas dan tembaga di Papua, yang berlaku 30 tahun, akan berakhir pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan Gbr. 2.1. Logo PT. Freeport Indonesia PT Freeport Indonesia merupakan sebuah perusahaan afiliasi dari Freeport McMoran Copper & Gold Inc.. PT Freeport

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan provinsi paling timur di Indonesia, memiliki luas wilayah terbesar dengan jumlah penduduk yang masih sedikit. Pemberlakuan Undang- Undang Desentralisasi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTAR DAERAH

PERBANDINGAN ANTAR DAERAH Perbandingan Antar Daerah/ Inter Regency Comparison 349 BAB 13 PERBANDINGAN ANTAR DAERAH Inter Regency Comparison Secara Regional, daerah di Provinsi Papua yang memiliki jumlah penduduk terbesar pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Indonesia memiliki sumber daya mineral yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel, timah hitam,

Lebih terperinci

Oleh Rangga Prakoso dan Iwan Subarkah

Oleh Rangga Prakoso dan Iwan Subarkah Oleh Rangga Prakoso dan Iwan Subarkah JAKARTA. PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) bersedia mencabut gugatan ke mahkamah arbitrase internasional jika pemerintah memberikan keringanan bea keluar. Kebijakan itu

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN RI Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Jakarta Telepon : (021) (Hunting)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI Jalan H.R. Rasuna Said Blok X-5 Kavling 4-9 Jakarta Telepon : (021) (Hunting) P E N G U M U M A N 02NoNOMOR: TU.02.06/IV/1344/2016/II/584/2014 HASIL SELEKSI ADMINISTRASI DAN PELAKSANAAN UJIAN TES KOMPETENSI DASAR PENERIMAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat PT. Freeport Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat PT. Freeport Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1.Sejarah Singkat PT. Freeport Indonesia Pada tahun 1967 PT. Freeport Indonesia mulai beroperasi di bidang tambang bawah tanah Grasberg. Dimulai

Lebih terperinci

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN 1 (satu) bulan ~ paling lama Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia di bidang Industri sebagaimana

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI PAPUA Lampiran : 1 (satu). DENGAN

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya. I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya. I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA. Kuasa Hukum Wisye Hendrarwati., SH., MH, dkk II. III. OBJEK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut terjadi

Lebih terperinci

A. RENEGOSIASI KONTRAK KARYA (KK) / PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B)

A. RENEGOSIASI KONTRAK KARYA (KK) / PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B) Kepada Rekan-Rekan Media Untuk mendapatkan kesamaan persepsi di antara kita tentang Pertambangan Indonesia, bersama ini saya sampaikan Press Release API IMA, tentang : A. RENEGOSIASI KONTRAK KARYA (KK)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Salah satu hal yang diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi kepentingan nasional dalam UU Minerba adalah adanya kewajiban

BAB V PENUTUP Salah satu hal yang diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi kepentingan nasional dalam UU Minerba adalah adanya kewajiban BAB V PENUTUP Salah satu hal yang diharapkan akan memberikan kontribusi nyata bagi kepentingan nasional dalam UU Minerba adalah adanya kewajiban perusahaan tambang seperti Freeport untuk mengolah dan memurnikan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA

KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA KEBIJAKAN MINERAL DAN BATUBARA Jakarta, 25 Januari 2017 DIREKTORAT JENDERAL MINERAL DAN BATUBARA KEMENTERIAN ENERI DAN SUMBER DAYA MINERAL DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN II. KEBIJAKAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 LEMBAR PENGESAHAN 2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.. 3 KATA PENGANTAR. 4 ABSTRACK... 7 INTISARI 8 DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 LEMBAR PENGESAHAN 2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.. 3 KATA PENGANTAR. 4 ABSTRACK... 7 INTISARI 8 DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 LEMBAR PENGESAHAN 2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.. 3 KATA PENGANTAR. 4 ABSTRACK... 7 INTISARI 8 DAFTAR ISI... 9 DAFTAR TABEL... 12 DAFTAR GRAFIK... 13 DAFTAR DIAGRAM...

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2014 KEMENESDM. Peningkatan. Nilai Tambah. Mineral. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

TEMA PEMBANGUNAN TPH DAN KOMODITAS UNGGULAN DI 5 WILAYAH PENGEMBANGAN

TEMA PEMBANGUNAN TPH DAN KOMODITAS UNGGULAN DI 5 WILAYAH PENGEMBANGAN DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI PAPUA, TAHUN 2016 TEMA PEMBANGUNAN TPH DAN KOMODITAS UNGGULAN DI 5 WILAYAH PENGEMBANGAN This image cannot currently be displayed. Wilayah Pembangunan Mamta

Lebih terperinci

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri LATAR BELAKANG 1. Selama ini beberapa komoditas mineral (a.l. Nikel, bauksit, bijih besi dan pasir besi serta mangan) sebagian besar dijual ke luar

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Papua Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Papua Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Papua Tahun 2013 sebanyak 438.524 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Papua Tahun 2013 hanya 40 Perusahaan Jumlah perusahaan tidak berbadan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJA SAMA KONTRAK, BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN PAPUA

PROFIL PEMBANGUNAN PAPUA 1 PROFIL PEMBANGUNAN PAPUA A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Provinsi Papua terletak pada posisi2 o 25' LU - 9o LS dan 3 o 48' Lintang Selatan, serta 119 o 22' dan 124 o 22' Gambar 1. bujur Timur.

Lebih terperinci

Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat

Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat Nomor : BRS-01/BPS-9415/Th. I, 26 April 2016 Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) Tahun 2015 di Kabupaten Asmat 1. Jumlah rumah tangga hasil Pemutahiran Basis Data Terpadu (PBDT) tahun 2015 di Kabupaten

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1969 TENTANG TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1967 TENTANG KETENTUAN- KETENTUAN POKOK PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Tambang Batu Hijau, Indonesia

Tambang Batu Hijau, Indonesia Tambang Batu Hijau, Indonesia Laporan Naratif Konteks Batu Hijau adalah tambang terbuka di Indonesia dengan komoditas utama berupa tembaga dan emas dengan sejumlah kecil perak. Terletak di Kabupaten Sumbawa

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN ANGGOTA MAJELIS RAKYAT PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN ANGGOTA MAJELIS RAKYAT PAPUA OK GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN ANGGOTA MAJELIS RAKYAT PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kode Perilaku Pemasok... 3 Pendahuluan... 3 Hak Asasi Manusia dan Tenaga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RERANGKA ANALISIS LINGKUNGAN PEMASARAN GLOBAL

RERANGKA ANALISIS LINGKUNGAN PEMASARAN GLOBAL PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU KETIGA BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM POKOK BAHASAN LINGKUNGAN EKONOMI GLOBAL LINGKUNGAN POLITIK GLOBAL LINGKUNGAN HUKUM GLOBAL LINGKUNGAN SOSIO-KULTURAL

Lebih terperinci

Dapat undangan tetapi musyawarah dilakukan pada waktu yang salah. Dapat undangan terlambat N % N % N % N % N % N %

Dapat undangan tetapi musyawarah dilakukan pada waktu yang salah. Dapat undangan terlambat N % N % N % N % N % N % Tabel 26. Perkiraan Jumlah dan Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Alasan Utama Menghadiri Pertemuan Umum/Musyawarah yang Dilakukan pada Pertemuan Terakhir selama Setahun Terakhir Alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

KAJIAN MANFAAT PT.FREEPORT INDONESIA BAGI PAPUA

KAJIAN MANFAAT PT.FREEPORT INDONESIA BAGI PAPUA KAJIAN MANFAAT PT.FREEPORT INDONESIA BAGI PAPUA Disusun oleh : Drs. Triswan Suseno Drs. Ridwan Saleh Drs. Ijang Suherman Ir. Darsa Permana Drs. Bambang Yunianto Drs. Jafril Usep Sabur KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia 2.1.1 Bursa Efek Indonesia (BEI) Pasar modal merupakan sarana pembiayaan usaha melalui penerbitan saham dan obligasi. Perusahaan dapat

Lebih terperinci

DAFTAR PENERIMA SURAT KELOMPOK V

DAFTAR PENERIMA SURAT KELOMPOK V DAFTAR PENERIMA SURAT KELOMPOK V Lampiran I Surat No. B.41/S.KT.03/2018 Tanggal: 19 Februari 2018 Kementerian/Lembaga 1. Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 2. Sekretaris Jenderal

Lebih terperinci

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13 Meskipun berabad-abad menjajah Indonesia, penguasaan terhadap sumber-sumber minyak bumi, gas alam, dan mineral, tak bisa dilakukan pemerintah kolonial Belanda. Para investor asal Belanda baru benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia (PTFI) terhadap regulasi yang dibuat oleh pemerintah Indonesia menjadi salah satu persoalan

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

Pemerintah Memastikan Larangan Ekspor Mineral Mentah

Pemerintah Memastikan Larangan Ekspor Mineral Mentah JAKARTA, KOMPAS. Pemerintah memastikan tetap konsisten melarang ekspor mineral mentah pada 12 Januari 2014. Pelarangan itu merupakan langkah untuk meningkatkan nilai tambah mineral. Wakil Menteri Energi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA No. 4959 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI TELUK BINTUNI SEHATI MENUJU BINTUNI BARU PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI 2003 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TELUK BINTUNI NOMOR 19 TAHUN 2006 T E N T A N G IJIN USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL JAKARTA

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Repub BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2017 KEMEN-ESDM. Nilai Tambah Mineral. Peningkatan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN

Lebih terperinci

Surat Terbuka Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla

Surat Terbuka Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla Surat Terbuka Untuk Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo dan Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Bapak Presiden dan Wakil Presiden yang

Lebih terperinci

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR... TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi Aceh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. (FCX) merupakan perusahaan tambang internasional utama dengan kantor pusat di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. FCX mengelola

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi ( Migas ), batubara,

Lebih terperinci

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm Page 1 of 16 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa panas bumi adalah sumber daya alam

Lebih terperinci

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA PERUBAHAN ATAS PP NO. 23 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA NO PENJELASAN 1. Judul: Judul: PERATURAN PEMERINTAH PENJELASAN REPUBLIK INDONESIA ATAS NOMOR 23

Lebih terperinci

DAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018

DAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018 DAFTAR DAERAH AFIRMASI LPDP TAHUN 2018 No. Kabupaten / Kota Provinsi 1 Aceh Singkil Aceh 2 Nias Sumatera Utara 3 Nias Selatan Sumatera Utara 4 Nias Utara Sumatera Utara 5 Nias Barat Sumatera Utara 6 Kepulauan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BAHAN SOSIALISASI PERMEN ESDM NOMOR 38 TAHUN 206 TENTANG PERCEPATAN ELEKTRIFIKASI DI PERDESAAN BELUM BERKEMBANG, TERPENCIL, PERBATASAN DAN

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN

BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 34 BAB III AKIBAT HUKUM APABILA PERJANJIAN KERJA TIDAK DILAPORKAN KE INSTANSI YANG MEMBIDANGI MASALAH KETENAGAKERJAAN 3.1 Pelaporan Perjanjian Kerja Antara Perusahaan Pemberi Pekerjaan Dengan Perusahaan

Lebih terperinci

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa pertambangan rakyat di Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.512, 2014 KEMEN ESDM. Rekomendasi. Penjualan Mineral. Luar Negeri. Hasil Pengolahan. Pemurnian. Tata Cara. Persyaratan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Lebih terperinci

Perjanjian Di Luar KUH.Perdata Perjanjian Kerjasama Operasi dan Kontrak Karya. Komisi Yudisial Republik Indonesia

Perjanjian Di Luar KUH.Perdata Perjanjian Kerjasama Operasi dan Kontrak Karya. Komisi Yudisial Republik Indonesia Perjanjian Di Luar KUH.Perdata Perjanjian Kerjasama Operasi dan Kontrak Karya Makalah disampaikan pada Pelatihan Tematik Hukum Acara Perdata Bagi Hakim di lingkungan Peradilan Umum, Bogor, 13 Juni 2013

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Pengantar Bisnis. Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Tujuan, Sumber Daya, dan Stakeholders Bisnis Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi & Bisnis Akuntansi 01 MK84014 Abstract Tujuan dan perkembangan dunia bisnis;

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG PENILAI YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 77 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN MENGENAI BENTUK DAN ISI PERNYATAAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN PUBLIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1994 TENTANG SYARAT-SYARAT DAN PEDOMAN KERJASAMA KONTRAK BAGI HASIL MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20% Kode Perilaku 2 Vesuvius / Kode Perilaku 3 Pesan dari Direktur Utama Kode Perilaku ini menegaskan komitmen kita terhadap etika dan kepatuhan Rekan-rekan yang Terhormat Kode Perilaku Vesuvius menguraikan

Lebih terperinci

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Teori Adam Smith, yang menyatakan bahwa pasar memiliki kekuatan tidak terlihat yang akan membawa pasar kepada keseimbangan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.903, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ekspor. Timah. Pemanfaatan. Pemenuhan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32/M-DAG/PER/6/2013 TENTANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2016 SUMBER DAYA ENERGI. Percepatan Pembangunan. Infrastruktur Ketenagalistrikan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci