KATA PENGANTAR. Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Bismillaahirrohmaanirrohiim."

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Bismillaahirrohmaanirrohiim. Syukur alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT kami panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-nya. Dan terima kasih pada Kakak kak pendamping praktikum Sosiologi Pertanian atas perkuliahan tentang bab ini. Penulisan makalah Sosiologi Pertanian yang berjudul Jaringan Sosial dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya, walaupun dalam proses selanjutnya masih ada kekurangan- kekurangan yang harus diperbaiki. Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang kami rancang tidaklah sempurna dan jauh dari kesempurnaan, karena sebagai manusia kami banyak kekurangan. Namun kami telah berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini. Oleh karenanya kami sebagai penulis makalah ini memohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak agar kekurangan yang ada dalam laporan ini dapat diperbaiki dan disempurnakan. Semoga laporan yang telah kami selesaikan dapat bermanfaat bagi pembaca dan kalangan umum dan Allah SWT selalu menunjukkan kepada kami yang benar dan yang salah sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Sekian Terima kasih. Malang, April 2011 Penulis i

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan... 2 BAB II... 3 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Jaringan sosial Peranan jaringan sosial... 4 BAB III... 5 PEMBAHASAN Analisis Jurnal Kerja Sama dan Struktur Masyarakat di Desa Cibodas Analisis Jurnal Perilaku Gerakan Penduduk, Perubahan Sosial dan Pembangunan (Kajian Pada Komunitas Padi Sawah Sulawesi Selatan) Hubungan Analisis dengan Tinjauan Pustaka...13 BAB IV...14 PENUTUP Kesimpulan Saran...14 ii

3 DAFTAR PUSTAKA...16 iii

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri. Dalam kehidupan manusia akan ditemui komunitas dan tata cara hidup bermasyarakat. Banyak aspekaspek pembentuk kesosialisasian dalam bermasyarakat, yaitu adab, adat, norma-norma dan kebudayaan. Dalam bermasyarakat kita tak kan kepas dari struktur masyarakat, lapisan sosial, dan jaringan sosial. Makalah ini akan membahas jaringan sosial, yaitu hubungan yang terjadi pada masyarakat antar lapisan, cara berinteraksi, dan fenomena-fenomena interaksi masyarakat di Cibodas dan Sulawesi Selatan. Makalah ini membahas mengenai bagaimana cara mereka mempertahankan hidup dalam aspek pertanian. Dengan membahas jaringan sosial ini, kita dapat mengetahui bagaimana cara menggerakkan pembangunan pertanian agar dapat meningkatkan kualitas masyarakat pertaniannya, dan kualitas hasil taninya. Pertanian merupakan aspek fundamental dalam kehidupan rakyat Indonesia, dimana sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Banyak pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengenali budaya bertani suatu tempat, karena budaya bertani suatu tempat dengan tempat yang lain berbeda-beda. Dicibodas, ditemukan pengklasifikasian petani berdasarkan kepemilikan tanahnya. Di Sulawesi Selatan meningkatnya pergerakan pembangunan pertanian di tentukan oleh seberapa banyak mover yang berurbanisasi ke kota. Secara harfiah, pembangunan ditiap tempat juga berbeda-beda, dan dalam merubah suatu pandangan pembangunan agar menjadi lebih praktis dan berkembang, diperlukanlah untuk mempelajari sosiologi pedesaan-pedesaan ini secara langsung. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah definisi Jaringan Sosial? 2. Apakah peranan jaringan sosial dalam hidup bermasyarakat? 1

5 3. Apakah analisis jurnal Kerja Sama dan Struktur Masyarakat di Desa Cibodas? 4. Apakah Analisis jurnal Perilaku Gerakan Penduduk, Perubahan Sosial dan Pembangunan (Kajian Pada Komunitas Padi Sawah Sulawesi Selatan)? 5. Apakah hubungan Analisis dengan tinjauan pustaka? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui definisi Jaringan Sosial 2. Mengetahui peranan jaringan sosial dalam hidup bermasyarakat 3. Mengetahui analisis jurnal Kerja Sama dan Struktur Masyarakat di Desa Cibodas 4. Mengetahui Analisis jurnal Perilaku Gerakan Penduduk, Perubahan Sosial dan Pembangunan (Kajian Pada Komunitas Padi Sawah Sulawesi Selatan) 5. Mengetahui hubungan Analisis dengan tinjauan pustaka 2

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Jaringan sosial Jaringan sosial adalah suatu jaringan relasi dan hubungan sosial yang terdapat dalam suatu masyarakat. Jaringan ini merupakan keseluruhan relasi dan hubungan sosial yang dapat diamati di suatu masyarakat, misalnya jaringan sosial yang terdapat di masyarakat desa, keseluruhan relasi dan hubungan sosial di kalangan pemimpin desa, antara pemimpin desa dan masyarakat desa, di kalangan warga masyarakat tersebut pada umumnya. Relasi dan hubungan sosial itu terdapat diberbagai bidang kehidupan yan meliputi ekonomi, sosial, kebudayaan dan lain-lain. Jaringan relasi dan hubungan sosial merupakan pencerminan hubungan antar status-status dan peran-peran dalam masyarakat. Daringan sosial di masyarakat komplek lebih rumit dibanding masyarakat sederhana atau masyarakat primitif. (lihat Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 7, 1989 : 345). Menurut Wright (1988 : ) fokus kajian jaringan komunikasi lebih diarahkan pada pola-pola pengaruh, yaitu siapa yang menjadi influentials atau orang-orang yang berpengaruh dan bagaimana morphis nya atau dengan kata lain seberapa jauh penyebaran pengaruhnya. Ini berarti, kajian jaringan komunikasi berhubungan dengan ketokohan seseorang. Sebutan tokoh tentu berkait erat dengan status. Dan status adalah bagian yang tak terpisahkan dengan pengaruh atau aksesibilitas masyarakat setempat terhadap sumber informasi dan segala aspeknya. Analisis jaringan ini dapat dilihat melalui hubungan hubungan yang terdapat diantara orang orang dan diantara klik klik pada suatu topik tertentu yang dapat diungkapkan dengan teknik teknik sosiomentri dan didasarkan pada penemuan siapa berinteraksi dengan siapa (lihat, Gonzalez dalam Jahi, 1993 : 94). Bukti nyata efek jaringan komunikasi pada perubahan perilaku seseorang diperoleh dari beberapa studi tentang adopsi program atau kegiatan pemerintah. Seperti dinyatakan Gonzales, untuk sebagian, perilaku seseorang dipengaruhi oleh hubungan orang tersebut dengan orang lain atau oleh jaringan komunikasi yang diikutinya (lihat, Gonzales dalam Jahi, 1993: 98). 3

7 2.2 Peranan jaringan sosial 4

8 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Analisis Jurnal Kerja Sama dan Struktur Masyarakat di Desa Cibodas Ada dua prinsip kelompok di masyarakat pertanian Cibodas yang mana prinsip itu saling melengkapi, yaitu satu pihak mengabdi dan satu pihak memerintah atau memperabdi. Kedua prinsip ini dapat ditelusuri dalam hubungan ekonomi pada umumnya, dalam masalah ekonomi desa dan usaha tani dan demikian pula dalam hubungan-hubungan sosial. Berdasarkan dua prinsip tersebut terdapat dua kelompok besar yaitu kelompuk buruh tani dan kelompok petani bebas. 1. Buruh tani Buruh tani dalam arti sesungguhnya ciri-ciri buruh tani dapat dijelaskan sebagai berikut : Kegiatan ekonomi a. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji sebagai pekerja harian. b. Buruh tani menanam atas dasar bagi hasil (maro) diatas tanah tegalan milik tuan tanah besar setelah hasil utama (kentang atau kubis) dipungut. c. Di waktu mereka tidak dipekerjakan sebagai tenaga buruh para buruh tani melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan laba kira-kira sama besarnya dengan gaji mereka. Kedudukan sosial a. Hidup ditingkat terbawah lapisan masyarakat, biasanya dalam keadaan kehidupan sangat miskin. b. Buruh tani biasanya menyerah begitu daja kepada nasibnya, ia ingin memperbaiki keadaannya, tetapi ia tidak tahu caranya, karena itu ia menyerah saja. c. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latarbelakang kecerdasan, juga tidak mempunyai pengalaman untuk mengelola pertanian. d. Buruh tani sebagai kelompok tidak terikat kepada desa mereka. Banyak dari mereka berpindah-pindah untuk menemukan kesempatan untuk berhasil ditempat lain. 5

9 Petani tidak tetap, yaitu para petani yang tidak tetap memiliki tanah yang luasnya berada antara ⅟4 2 ⅟2 acre, tetapi pada umumnya mereka memilki kurang dari 5/4 acre. Kegiatan ekonomi a. Petani tidak tetap dipekerjakan oleh tuan tanah yang lebih besar dengan digaji sebagai tenaga harian. b. Mereka menanam padi huma, jagung, ketela rambat, dan bawang diatas tanah kering. Seperti buruh tani yang sesungguhnya, petani tidak tetap juga sering menanam tanaman sampingan atas dasar maro di atsa tanah-tanah dimana kentang dan kubis telah dipungut para pemiliknya. c. Perdagangan yang dilakukan oleh para petani tidak tetap kadang-kadang mengambil bentuk yang sedikit lebih luas dan lebih teratur dari yang dilakukan oleh buruh tani yang tidak bertanah. Kedudukan sosial a. Beberapa petani tidak tetap mempunyai harga diri yang lebih besar, tetapi kebanyakan anggota kelompok itu amat serupa dengan kelompok buruh tani yang tidak bertanah dalam sikap mental dan kecerdasannya. b. Baik petani tidak tetap maupun buruh tani, tidak mendapat perhatian sedikitpun oleh badan-badan pemerintah kecuali dalam keadaan dimana mereka melakukan tindakan melanggar hukum c. Petani tidak tetap sebagai suatu kelompok secara kemasyarakatan bertambah menurun keadaannya dan bukan bertambah meningkat. Hal ini dikarenakan modal dan tanah semakin lama semakin terkumpul di tangan para petani bebas, sehingga kebutuhan untuk berhutang di musim paceklik (bulan-bulan sebelum panen dan ketika musim pengangguran) telah memaksa sebagian para petani tidak tetap untuk menggadaikan atau menjual tanah mereka, dan setelah itu mereka menanaminya sebagai buruh tani dan atau bagi hasil. d. Hubungan kekeluargaan dari petani tidak tetap tidak memperkuat kedudukan ekonomi dan sosialnya. Hal ini berbeda dengan tuan tanah besar yang mana bukan hanya kekayaan tetapi karena tanah yang dimiliki para keluarga mereka dan kesadaran mereka. 2. Para petani bebas 6

10 Masyarakat pertanian desa cibodas telah dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu buruh tani dan petani bebas. Untuk kelompok para petani bebas memainkan peranan yang menonjol baik dalam kehidupan sosial maupun peranan-peranan yang dimainkan kedua kelompok dalam masyarakat desa pada waktu peranan ini berkembang dari ciri-ciri khas. Para petani yang mempunyai tanah seluas 2,5 acre dan 12 acre dalam hak milik mereka digolongkan sebagai petani bebas kecil, sedangkan mereka yang mempunyai lebih dari 12 acre dianggap sebagai tuan tanah besar. Petani bebas kecil Kelompok ini memperlihatkan tanda-tanda kemakmuran tertentu. Para petani ini mampu menanam kentang dan kubis baik, secara sendiri atau berkongsi dengan penduduk desa yang lebih kaya, mereka juga terlibat dalam perdagangan dalam ukuran yang sedikit lebih besar dibandingkan dengan buruh tani. Ciri-ciri khas kelompok ini adalah sebagai berikut : Kegiatan ekonomi a. anggota kelompok petani bebas kecil tidak melakukan pekerjaaan untuk mencari upah. b. Mereka mengerjakan tanah sendiri dan kadang-kadang mengerjakan sawah atas dasar bagi hasil. Para petani bebas kecil juga mempunyai buruh tani yang bekerja untuk mereka dengan diupah (berbeda dengan petani tidak tetap) Jenis tanaman yang mereka tanam sama dengan jenis tanaman yang di tanam tuan tanah besar, walaupun sering kubis dan kentang tidak begitu dipentingkan. Mereka cenderung banyak meniru dari tuan tanah besar, dengan jalan mengikuti praktik-praktik mereka sejauh mungkin dalam batas kemungkinan keuangan mereka. c. Perdagangan yang dilakukan oleh anggota kelompok petani bebas kecil selalu ada hubungannya dengan hasil pertanian yang mereka tanam dan ditanam orang lain (kentang dan kubis). d. Sedikitnya modal membuat kelompok ini berusaha mencari penggunaan yang paling menguntungkan. Kedudukan sosial 7

11 a. perbedaan status sosial yang membedakan mereka dari buruh tani terlihat dalam kenyataan bahwa petani bebas kecil tidak bekerja untuk mendapatkan gaji tetapi tenaga bayaran yang bekerja untuk mereka. b. Dibandingkan dengan kelompok buruh tani, kelompok ini memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pendidikan untuk anak-anak. Di kalangan petani bebas kecil, dan lebih-lebih lagi di kalangan tuan tanah besar, ibu biasanya tinggal di rumah untuk mengurus dapur dan mencurahkan perhatiannya terhadap anakanak. c. Anggota kelompok petani bebas kecil mampu memainkan peranan yang dapat dikatakan penting dalam kehidupan desa. Hal ini dikarenakan karena anggotanya mempunyai hubungan yang rapat dengan orang-orang dari kelompok tuan tanah besar, mereka masih mendapat perhatian pemerintah dibandingkan dengan kelompok buruh tani. d. Dalam kelompok petani kecil, ikatan keluarga memainkan peranan yang penting dalam kegiatan dan kesempatan ekonomi. Hal ini dapat menjelaskan posisi ekonomi dan sosial khususnya yang dipunyai tuan tanah besar di Cibodas. Tuan tanah besar Satu setengah persen dari penduduk Cibodas termasuk ke dalam golongan tuan tanah besar. Dimana kelompok ini terdiri dari sejumlah kecil keluarga yang berhubungan rapat dengan perkawinan, dan 5 kelompok keluarga terpisah-pisah memainkan peranan yang amat menonjol dalam kehidupan ekonomi di desa itu. Mereka itu adalah kalangan bangsawan desa itu. Mereka mempunyai sumber modal terbesar dan mendapat kepercayaan dari para tengkulak uang. Kegiatan ekonomi a. Di dalam usaha pertanian, para tuan tanah besar menjalankan fungsi pengelola, baik dengan gaya baru maupun dengan gaya lama. Mereka jarang sekali mengerjakan sendiri pekerjaan kasar, walaupun mereka tahu bagaimana melakukannya. Jika mereka mempunyai sawah di dalam ataupun di luar desa, maka sawah itu disewakan atas dasar bagi hasil, dengan begitu mereka tidak mngeluarkan biaya untuk penanaman modalnya. Banyak dari mereka mempergunkan hasil sewa tersebut untuk menutupi ongkos makanan sedangkan laba pertanian kentang dan kubis digunakan untuk menutupi kebutuhan 8

12 kemewahan mereka, membangun rumah, pendidikan anak-anak mereka dan untuk ditanamkan dalam usaha dagang terutama usaha pengangkutan. b. Keperluan para tuan tanah besar untuk memperoleh kredit yang menutupi kekurangan-kekurangan musiman pada umumnya dipenuhi oleh para pedagang di Lembang dan Bandung yang menyediakan pupuk dan kemasan-kemasan kimia. Tanpa pinjaman dari para pedagang, tuan tanah besar dan dengan melalui mereka, para petani bebas kecil tidak akan dapat mencapai tingkat kemakmuran. Kedudukan sosial a. Bagi para buruh tani, kampung cenderung dianggap sebagai kesatuan kemasyarakatan yang terpenting setelah keluarga, bagi para tuan tanah besar keluarga luas telah mengambil fungsi ini. Kelompok tuan tanah besar secara sosial dan ekonomi mendominasi wilayah dalam dan luar kampung mereka. b. Dalam hubungan mereka dengan buruh tani, tuan tanah besar masih tetap menduduki lebih kurang posisi tuan terhadap para pelayannya. c. Tuan tanah besar memilki kedudukan sosial dan ekonomi yang amat berbeda, merupakan bagian yang integral dari masyarakat desa dan belum lagi merupakan unsur asing, dengan pengertian bertentangan dengan mayoritas terbanyak dari penduduk desa. 3.2 Analisis Jurnal Perilaku Gerakan Penduduk, Perubahan Sosial dan Pembangunan (Kajian Pada Komunitas Padi Sawah Sulawesi Selatan) Gerak penduduk senantiasa melibatkan perubahan dalam sub sistem dalam masyarakat, seperti status, peranan, struktur keluarga, pendidikan, pendapatan, dan sebagainya. Sebaliknya gerak penduduk dapat diakibatkan oleh perubahan-perubahan subsistem dalam masyarakat. Perubahan sosial budaya menimbulkan gerak penduduk yang selanjutnya menimbulkan perubahan sosial budaya dan pada gilirannya mempengaruhi gerak penduduk dan seterusnya. Determinan Gerak Penduduk Sistem pelapisan sosial dan jiwa pelaut serta berwiraswasta merupakan faktor-faktor sosial budaya yang telah melembaga dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kegiatan perantauan penduduk Sulawesi Selatan. Faktor-faktor sosial budaya tersebut antar lain faktor 9

13 ekonomi yang menjadi determinan gerak penduduk si Sulawesi Selatan. Faktor-faktor sosial budaya bukanlah suatu faktor penentu bagi terjadinya gerak penduduk, melainkan berfungsi sebagai faktor pelengkap yang dapat mempercepat terjadinya gerak penduduk. Pola-pola gerak penduduk sudah mengalami perubahan dan masih tetap berlangsung, yaitu mulai dari banyak bergerak ke kota-kota daripada laosompe ke pulau-pulau lain. Hal ini karena merupakan suatu komponen dalam struktur ekonomi masyarakat, yakni pengadaan tenaga kerja. Konflik sosial tidak selalu memberi sumbangan bagi meningkatkan gerak penduduk ke luar, tetapi kadangkala menahan terjadinya gejala itu. Dalam studi di tiga desa atau komunitas padi sawah di Propinsi Sulawesi Selatan, dimana masing-masing desa memiliki kasus berbedabeda dalam hal sumberdaya lingkungan dan tingkat teknologi pertaniannya yang menunjukkan bahwa tingkat gerak penduduk ternyata berbeda pula. Desa tipe 1 (Watangsidenreng) memiliki sumberdaya penduduk paling rendah. Desa tipe 2 (Camba-camba) memiliki sumberdaya lingkungan terbatas dan teknologi pertanian rendah serta tingkat gerak penduduk yang sedang. Dan desa tipe 3 (Tikala) memiliki karakteristik yang relatif sama dengan desa tipe 2, tetapi lokasinya terpencil dan jauh dari pusat-pusat kegiatan ekonomi, sosial dan politik serta memiliki tingkat gerak penduduk yang paling tinggi. Ketimpangan yang paling besar dan menyumbang kepada tingkat gerak penduduk yang tinggi terjadi di Desa tipe 3. Ciri-ciri desa pinggiran dimiliki oleh desa tipe 3 dan desa tipe 2 dengan tingkat gerak penduduk yang paling tinggi. Sedangkan profil yang mendekati ciri-ciri daerah pusat dimiliki oleh desa tipe 1 dengan tingkat gerak penduduk ke luar yang paling rendah. Keberhasilan dalam pembangunan pertanian di desa ini menimbulkan arus balik gerak penduduk, dimana pola migrasi pulang kampung (return migration) menjadi menonjol. Dalam hal tingkat teknologi pertanian dan kelangkaan sumberdaya lingkungan yang mempengaruhi gerak penduduk per rumah tangga adalah tingkat pendidikan dan adanya kerabat di daerah tujuan terutama kota. Gerak penduduk ke luar desa pun demikian, yaitu bertujuan untuk meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan rumahtangga yang di tinggali di desa. Dengan demikian gerak penduduk seyogyanya dipandang sebagai sarana bagi tercapainya tujuan pembangunan. Dampak Gerak Penduduk dan Implikasinya 10

14 Modernisasi dan komersialisasi pertaruan di daerah pedesaan dapat mendorong penduduk desa untuk bergerak ke luar ke daerah lain, terutama ke kota dengan pola gerak sementara laolosu. Karena itu yang paling banyak merasakan dampak geraj penduduk pada komunitas yang maju teknologi pertaniannya adalah rumahtangga pallao pada lapisan paling atas. Dampak gerak penduduk pada rumahtangga dan komunitasnya di daerah asal antara lain menambah pendapatan rumahtangga, meningkatkan status sosial dan mutu hidup rumah tangga mendorong usaha-usaha pembangunan di desa, mempercepat proses penerimaan ideide baru, berkurangnya tenaga kerja dan meningkatnya peranan wanita, meningkatnya kemampuan membaca dan menulis, partisipasi media massa, partisipasi ekonomi yang luas, dan pola perilaku dengan empati yang tinggi dan pada akhirnya mengakibatkan perubahan sosial budaya dan ekonomi pada masyarakat pedesaan. Meningkatnya pendapatan rumah tangga pallao pada komunitas padi sawah terutama bersumber dari kiriman uang dan barang (remittances) dari anggota rumahtangga tersebut bergerak ke luar desa mencari nafkah di daerah lain, terutama di kota. Besarnya kiriman uang dan barang ke desa merupakan fungsi dari : 1. Bentuk gerak penduduk apakah permanen atau sementara, keluarga atau individu 2. Tingkat dan sifat tanggung jawab pallao terhadap desa yang ditinggalkan 3. Hubungan yang terbina antara pallao dan keluarganya 4. Tingkat dan kebutuhan pallao dengan kerabatnya di desa 5. Jenis pekerjaan pendapatan dan biaya hidup pallao di kota Rumahtangga pallao pada setiap lapisan sosial ekonomi rumahtangga ada dalam posisi yang lebih baik daripada rumahtangga penetap. Dampak positif lain dari adanya kiriman baik lapisan sosial ekonomi yang sama antara ruamahtangga penetap dan rumahtangga pallao maupun antara lapisan sosial ekonomi, adalah sebagai unsur penting bagi pemetaan pendapatan. Palisan bahwa cenderung memiliki tingkat pertambahan pendapatan pada lapisan atas. 11

15 Daris segi penggunaannya, kiriman uang dan barang penting artinya bagi rumahtangga tani subsistensi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, yaitu hidup cukuoan. Kiriman juga merupakan mekanisme bagi perubahan sosial budaya dan ekonomi di pedesaan, meningkatkan status sosial dan mutu hidup rumahtangga pallao, serta memberi petunjuk kuat atau tidak kuatnya ikatan-ikatan kekeluargaan antara kota dan desa. Dari segi kualitas rumah yang dimiliki sebagai salah satu ukuran keberhasilan dalam kehidupan sosial ekonomi, ternyata persentase rumahtangga pallao yang memiliki rumah berkualitas baik lebih besar daripada rumah penetap pada masing-masing desa kasus penelitian dan pada setiap lapisan sosial ekonomi rumahtangga.\ Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat kesejahteraan atau mutu hidup rumahtangga di desa dengan ada atau tidak adanya anggota rumahtangga yang bergerak ke luar desa. Salah satu dampak negatif dari gerak penduduk ke luar desa adalah berkurangnya tenaga kerja muda yang relatif lebih berpendidikan dan mereka umumnya adalah laki-laki. Di desa yang maju teknologinya, kekurangan tenaga kerja diatasi dengan mekanisme pertanian, yaitu dengan menggunakan traktor mini dan masuknya tenaga kerja dari daerah lain selama musim pengolah sawah. Gerak penduduk khususnya yang menuju ke daerah perkotaan dapat mengakibatkan berkurangnya buta huruf, yakni jumlah orang yang dapat membaca dan menulis semakin meningkat. Bebrapa implikasi timbul sehubungan dengan dampak gerak penduduk, diantaranya bahwa gerak penduduk selalu melibatkan perubahan-perubahan dalam beberapa subsistem lain dalam masyarakat. Impliksi lainnya bahwa bukan hanya daerah dan komunitasnya yang mengalami perubahan karena andanya hubungan dengan daerah kota melalui pallao, tetapi struktur dan nilai-nilai perkotaan yang mengalami perubahan berusaha menyesuaikan diri dengan struktur dan nilai-nilai kehidupan di kota. Beberapa Implikasi Kebijaksanaan Dengan adanya gerak penduduk desa ke kota, maka hubungan desa dengan kota dapat dipercepat an diperlancar. Orang-orang desa yang pergi ke kota banyak memperoleh pengalaman, pengetahuan, ide-ide, dan sikap-sikap baru di kota yang selanjutnya dapat 12

16 dialihkan ke desa-desa. Hal ini sangat penting dalam proses pembangunan di desa. Dengan demikian kebijaksanaan yang tepat bukanlah membatasi tetapi mendorong gerak penduduk atau mobilitas tenaga kerja pedesaan. Strategi kebijaksanaan yang utama adalah mengembangkan sektor informal perkotaan. Dalam hal ini berguna dalam memperbanyak peluang bekerja dan berusaha pada sektor informal tersebut, disamping menempatkannya pada bagian-bagian kota yang tepat dengan memperhitungkan kepentingan pemerintah kota dan kepentingan mereka dalam berusaha. 3.3 Hubungan Analisis dengan Tinjauan Pustaka 13

17 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan jurnal pertama, kita mendapati bahwa, di Desa Cibodas, terbagi menjadi 4 golongan, aitu, buruh tani, petani tidak tetap, petani bebas kecil dan petani besar. Para penggerak agropilitan di Desa Cibodas ini di dominasi oleh Petani besar, karena mereka memiliki kekuasaan lebih atas desa tersebut dan memiliki setengah lahan dari total lahan yang terdapat di desa Cibodas. Jika dilihat proyeksi jaringan sosial pada masyarakat di Cibodas, dapat disimpulkan jaringan sosial tersebut kaku, karena didominasi oleh petani besar. Interaksi yang terjadi antar lapisan juga kaku, hal ini ditunjukkan oleh interaksi antara petani besar dengan buruh tani layaknya seperti majikan dan pelayan atau bapak dengan anak. Berdasarkan jurnal kedua mengenai pembangunan pertanian di Sulawesi Selatan, tergantung pada berapa orang yang merantau atau laosompe. Semakin banyak yang merantau, akan memberikan suntikan pendapatan lebih pada rumah tangga atau komunitas yang ditinggalkan. Sebagian besar, masyarakat desanya mengelola usaha pertanian, dan segala modal atau pengembangan pengelolaan didapati dari hasil merantau. Semakin tinggi pergerakanpenduduk, semakin tinggi pertumbuhan pembangunan pertanian daerah tersebut. Karena, dengan meningkatnya mover juga akan meningkatkan keterbukaan penduduk yang ditinggalkan, pada media massa, pendidikan, dan kemajuan teknologi. 4.2 Saran Saran kami terhadap pembelajaran Sosiologi Pertanian ini adalah perlunya pengupdatean berita maupun jurnal sosiologi yang digunakan sebagai bahan ajar. Karena, mempelajari sosiologi tahun 1950an, tidak akan merubah pengetahuan secara signifikan karena, peradaban pertanian masa kini tidak bisa disamakan lagi dengan 50 tahun yang lalu. Sedangkan mahasiswa dibutuhkan untuk mengetahui peradaban sosiologi pedesaan masa modern ini. 14

18 15

19 DAFTAR PUSTAKA Anonymous

ANALISIS ARTIKEL STRUKTUR PERUBAHAN MASYARAKAT PETANI

ANALISIS ARTIKEL STRUKTUR PERUBAHAN MASYARAKAT PETANI ANALISIS ARTIKEL STRUKTUR PERUBAHAN MASYARAKAT PETANI Abstrak Struktur sosial masyarakat terbagi berdasarkan luas kepemilikan lahan menjadi dua golongan besar yaitu buruh tani dan pemilik tanah. Buruh

Lebih terperinci

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL

BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 38 BAB V STRUKTUR PENGUASAAN TANAH LOKAL 5.1 Pola Pemilikan Lahan Lahan merupakan faktor utama bagi masyarakat pedesaan terutama yang menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian. Pada masyarakat pedesaan

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ternyata tidak pilih kasih. Artinya, ia tidak saja melanda daerah-daerah yang

BAB V PENUTUP. ternyata tidak pilih kasih. Artinya, ia tidak saja melanda daerah-daerah yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kondisi sosial ekonomi masyarakat Gunungkidul dapat dilihat dari tata guna tanah atau penggunaan tanah oleh petani. Penggunaan tanah oleh petani tidak hanya terbatas pada satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sajogyo (1986) dalam bukunya sosiologi pembangunan menyebutkan bahwa pembangunan tidak terlepas dari modernisasi. Pembangunan sendiri memiliki begitu banyak definisi

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT 50 BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT A. Dampak Bidang Sosial Adanya pabrik teh hitam Kaligua telah membawa dampak pada mata pencaharian masyarakat Pandansari dan sekitarnya, baik dampak langsung

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN BAB III DESKRIPSI PEMBAYARAN ZAKAT PERTANIAN MENUNGGU HASIL PANEN KEDUA DI DESA TANGGUNGHARJO KECAMATAN GROBOGAN KABUPATEN GROBOGAN A. Profil Desa Tanggungharjo Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Desa

Lebih terperinci

3. Penutup Pertanyaan Diskusi

3. Penutup Pertanyaan Diskusi SOSIOLOGI PERTANIAN: Pemilikan Tanah dan Diferensiasi Masyarakat Desa Hiroyoshi Kano Lab. Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Email : dl@ub.ac.id Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Asahan dikenal dengan daerah yang memiliki potensi akan sumber daya alam di sektor pertanian dan perkebunan. Adapun produksi di sektor pertanian adalah, tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Kemiskinan Nelayan Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo tahun 2005 tercatat sebanyak 821.213 jiwa yang terdiri dari 405.831 laki-laki (49,4%) dan 415.382 perempuan (50,6%). Kecamatan

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi modal dasar pembangunan nasional disektor pertanian sebagai prioritas

BAB I PENDAHULUAN. menjadi modal dasar pembangunan nasional disektor pertanian sebagai prioritas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian sebagai petani. Luas daratan yang terbentang dari sabang sampai merauke yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Agroforestri Secara umum agroforestri adalah manajemen pemanfaatan lahan secara optimal dan lestari, dengan cara mengkombinasikan kegiatan kehutanan dan pertanian

Lebih terperinci

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN 5. Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB Proses sosialisasi nilai kerja pertanian dilihat dari pernah tidaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus

I. PENDAHULUAN. produksi hanya diterima petani setiap musim sedangkan pengeluaran harus I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keterbatasan modal merupakan permasalahan yang paling umum terjadi dalam usaha, terutama bagi usaha kecil seperti usahatani. Ciri khas dari kehidupan petani adalah perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting. Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan hasil alam, kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara dan memiliki peringkat keempat dengan jumlah penduduk terbesar setelah

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN 51 BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PENGUASAAN LAHAN TERHADAP TINGKAT PENGUASAAN LAHAN 6.1 Keragaman Penguasaan Lahan Penguasaan lahan menunjukkan istilah yang perlu diberi batasan yaitu penguasaan dan tanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perpindahan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perpindahan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena umum yang menjadi masalah kependudukan di Indonesia meliputi jumlah penduduk yang sangat besar atau padat,tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi,

Lebih terperinci

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria. RINGKASAN FEBRI SASTIVIANI PUTRI CANTIKA. RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA. Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja di sektor ini. Seperti di Desa pasokan sebagian

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan nasibnya bekerja di sektor ini. Seperti di Desa pasokan sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian sebagian besar

Lebih terperinci

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA (Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat) Oleh FEBRI SATIVIANI PUTRI CANTIKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pelaksanaan pembangunan, dalam jangka menengah dan panjang menyebabkan terjadinya perubahan struktur penguasaan lahan pertanian, pola hubungan kerja dan stuktur

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun sebagai tanaman di TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman jeruk (Citrus sp) adalah tanaman tahunan berasal dari Asia Tenggara, terutama Cina. Sejak ratusan tahun yang lampau, tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar mengembangkan sektor pertanian. Sektor pertanian tetap menjadi tumpuan harapan tidak hanya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin modern membantu percepatan proses pengolahan produksi pertanian. Modernisasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

BAB IV DISKUSI TEORITIK

BAB IV DISKUSI TEORITIK BAB IV DISKUSI TEORITIK Teori yang digunakan dalam analisa ini bermaksud untuk memahami apakah yang menjadi alasan para buruh petani garam luar Kecamatan Pakalmelakukan migrasi ke Kecamatan Pakal, Kota

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS)

LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) LAPORAN AKHIR PANEL PETANI NASIONAL (PATANAS) Oleh: A. Rozany Nurmanaf Adimesra Djulin Herman Supriadi Sugiarto Supadi Nur Khoiriyah Agustin Julia Forcina Sinuraya Gelar Satya Budhi PUSAT PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris

Lebih terperinci

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan

WAWASAN SOSIAL BUDAYA. Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan WAWASAN SOSIAL BUDAYA Kehidupan Pedesaan Dan Perkotaan Disusun Oleh : Nur Fazheera Al Gadri (D0217023) Hendra Lesmana (D0217515) Asmirah (D0217024) Abdillah Resky Amiruddin (D0217514) FAKULTAS TEKNIK PRODI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya.

BAB I PENDAHULUAN. keadaan lingkungan, permasalahan, dan faktor lain yang dimiliki oleh pelakunya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses adaptasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Untuk dapat bertahan hidup di dalam lingkungannya manusia harus mampu beradaptasi. Proses adaptasi satu dengan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011

Tabel 15. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Pendapatan Tahun 2011 59 BAB VII HUBUNGAN PENGARUH TINGKAT PENGUASAAN LAHAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PETANI 7.1 Hubungan Pengaruh Luas Lahan Terhadap Tingkat Pendapatan Pertanian Penguasaan lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. indikator pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada Era globalisasi yang semakin berkembang maka pertumbuhan ekonomi semakin meningkat, hal ini menyebabkan taraf memenuhi kebutuhan hidup dan angka pertumbuhan

Lebih terperinci

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, Kemiskinan Termasuk bagian penting dari aspek analisis ketenagakerjaan adalah melihat kondisi taraf kehidupan penduduk, yang diyakini merupakan dampak langsung dari dinamika ketenagakerjaan. Kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan pedesaan yang kehidupan masyarakatnya masih bergantung pada kepemilikan lahan. Warga pedesaan kebanyakan masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkatan kerja (pekerja) terdiri dari tenaga kerja sektor formal dan tenaga kerja sektor informal.tenaga kerja sektor informal merupakan tenaga kerja yang melakukan

Lebih terperinci

Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa

Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa Dampak Kenaikan Harga BBM bagi Golongan Termiskin di Dua Desa Arief Budiman * PADA akhirnya, harga BBM dinaikkan juga pada tanggal 12 Januari 1984. banyak orang kemudian berkomentar, bahwa kenaikan ini

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PERTANIAN: Kerjasama dan Struktur Masyarakat di Desa Cibodas

SOSIOLOGI PERTANIAN: Kerjasama dan Struktur Masyarakat di Desa Cibodas SOSIOLOGI PERTANIAN: Kerjasama dan Struktur Masyarakat di Desa Cibodas H.Ten Dam Lab. Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Email : dl@ub.ac.id Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT

BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT BAB V DAMPAK REVOLUSI HIJAU TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SUKAWENING-GARUT 1970-1990 Pada bab lima ini, penulis menganalisis bagaimana dampak dari program Revolusi Hijau terhadap

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal

BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL. A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal BAB III PRAKTEK PENGUPAHAN SISTEM ROYONGAN DI DESA KLIRIS KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL A. Demografi Desa Kliris Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Letak geografis yang penulis ambil sebagai obyek pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 1. Pengertian Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 tentang Antar Kerja Antar Negara yang dimaksud dengan tenaga kerja Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Nganjuk yang terletak pada propinsi Jawa Timur merupakan kota kecil yang sebagian besar penduduknya bercocok tanam. Luas Kabupaten Nganjuk adalah ± 122.433

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang tentunya memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. Sekarang ini, Indonesia banyak menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia yang apabila dikelola dengan baik penduduk dapat menjadi salah satu modal dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan laporan UNDP (United Nations Development Programme) bahwa distribusi kesempatan (kemakmuran) yang tidak merata merupakan faktor utama dari mobilitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Mina Padi 1. Umur Umur responden petani mina padi yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir petani dalam melaksanakan usaha taninya, hal tersebut juga berkaitan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

KESEMPATAN KERJA DI PEDESAAN SULAWESI SELATAN*

KESEMPATAN KERJA DI PEDESAAN SULAWESI SELATAN* KESEMPATAN KERJA DI PEDESAAN SULAWESI SELATAN* Oleh : Chaerul Saleh Dalam tulisan ini pengukuran jenis dan besarnya kapasitas penyerapan tenaga per jenis kegiatan dicoba didekati dengan data jumlah tenaga

Lebih terperinci

MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial

MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial MIGRASI DARI JAWA TENGAH KE JAWA TIMUR MASA KOLONIAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia Masa Kolonial Dosen Pengampu: Drs. Mudji Hartono, M.Hum. (REVISI) Disusun oleh: Arief Wibowo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010

Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang 2010 IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL DI KABUPATEN KAMPAR PROPINSI RIAU TESIS Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister

Lebih terperinci

URBANISASI DAN TRANSMIGRASI

URBANISASI DAN TRANSMIGRASI 1 URBANISASI DAN TRANSMIGRASI Disampaikan dalam Siaran Langsung Interaktif TV Edukasi 24 APRIL 2010 oleh : Dr. Siti Nurjanah, SE, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis 27 BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis Desa Pasawahan merupakan salah satu dari tiga belas desa yang ada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Kutajaya, bagian

Lebih terperinci

ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO. Kelompok 5

ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO. Kelompok 5 ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO Kelompok 5 1. AMUL HEKSA BAJAFITRI 125040201111131 2. ANISA SILVIA 125020201111152 3. AMANU BUDI SETYO U 125040201111208 4.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Bagi rakyat Indonesia, tanah menempati kedudukan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN *

KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * KINERJA DAN PERSPEKTIF KEGIATAN NON-PERTANIAN DALAM EKONOMI PEDESAAN * Oleh: Kecuk Suhariyanto, Badan Pusat Statistik Email: kecuk@mailhost.bps.go.id 1. PENDAHULUAN Menjelang berakhirnya tahun 2007, 52

Lebih terperinci

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Bab ini memberikan kesimpulan dan saran sesuai dengan hasil analisis yang telah dilakukan. BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan output perkapita

Lebih terperinci

2015 PENYESUAIAN PERANAN IBU BEKERJA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA

2015 PENYESUAIAN PERANAN IBU BEKERJA DALAM KEHIDUPAN KELUARGA A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang sedang gencar melakukan pembangunan industri. Tertulis dalam Peraturan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah

I. PENDAHULUAN. Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar penduduk di negara-negara sedang berkembang berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk yang dialami oleh negara-negara

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci