Deklarasi Helsinki Deklarasi Helsinki DEKLARASI HELSINKI?? Merupakan rekombinasi oleh WMA tahun 1964 setelah adanya UU Numberg. Mengandung larangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Deklarasi Helsinki Deklarasi Helsinki DEKLARASI HELSINKI?? Merupakan rekombinasi oleh WMA tahun 1964 setelah adanya UU Numberg. Mengandung larangan"

Transkripsi

1 Deklarasi Helsinki Deklarasi Helsinki DEKLARASI HELSINKI?? Merupakan rekombinasi oleh WMA tahun 1964 setelah adanya UU Numberg. Mengandung larangan terhadap percobaan medis manusia yang sedang sekarat. Terdapat prinsip-prinsip etis bagi praktek Diperbaharui ± 9 kali (1964; 1975; 1985; 1989; 1996; 2000; 2003; 2004; 2008) SEJARAH DEKLARASI HELSINKI A. Malpraktek Dokter dalam Lintasan Sejarah Jika dokter melakukan pembedahan kepada pasiennya dengan pisau bedah dan pasiennya meninggal dunia atau membedah tumor dengan pisau bedah, tetapi terkena mata dari pasiennya, maka sebagai hukumannya, tangan dokter tersebut harus dipotong (ketentuan dalam kitab undang-undang Hammurabi, dibuat pada tahun 1780 SM). 1. Peran Ahli Kedokteran Klasik dalam Hukum Kedokteran Dapat dikatakan bahwa sejarah tentang malpraktek dokter sama tuanya dengan sejarah tentang profesi kedokteran itu sendiri, sementara profesi kedokteran merupakan salah satu profesi yang tertua bersama dengan profesi pelacur, dukun, hakim/advokat. Karena itu, tidak mengherankan jika ketentuan malpraktek kedokteran sudah terdapat dalam kitab undang-undang tertua yang pernah didapati dalam sejarah, yaitu kode Hamurabi (dibuat sekitar tahun 1780 SM). 2. Peristiwa Horor di Nuremberg : Kasius Malpraktek Dokter Terbesar Sepanjang Sejarah Sebagian akibat dari adanya perang Dunia Kedua yang tidak mengindahlan kesehatan bahkan nyawa manusia, maka kemudian muncullah suara yang menganjurkan untuk menata kembali hak dan kewajiban dokter dan pasiennya. Dan kemudian lahirlah The Numremberg Code of Ethics in Medical Research Ketentuan Nuremberg ini lahir dilatarbelakangi oleh peristiwa horror, yang merupakan penyiksaan yang luar biasa kejamnya yang dilakukan oleh dokterdokter Nazi (Jerman) terhadap tawanan Nazi, yang umumnya terdiri dari orang-orang yahudi di kamp-kamp tawanan dengan dalih untuk penelitian kedokteran. Inilah penelitian kedokteran yang berobjekkan manusia (umumnya orang-orang Yahudi) dan malpraktek dokter yang paling kejam dan biadab yang pernah tercatat dalam sejarah kedokteran, dimana manusia sebagai objek penelitian diperlakukan tidak ubahnya seperti benda mati saja. Kejadian sadis oleh para dokter Nazi tersebut dilakukan di Jerman, tepatnya di kamp-kamp tawanan di Kota Dachau, Auschwitz, Sachsenhausen, dan Buchenwald. Karena itu, tidak heran jika terhadap para dokter Nazi tersebut oleh banyak kalangan dijuluki sebagai manusia setan terkutuk (evil

2 men) Nazi terkutuk(nazi evil). Akan tetapi, bagi para dokter Nazi tersebut alas an dilakukan sangat praktis, yakni daripada dilakukan percobaan kedokteran terhadap tikus atau kelinci yang memiliki susunan jaringan tubuh yang tidak persis sama dengan manusia, mengapa tidak dilakukan langsung terhadap manusia yang tidak berdaya di kamp-kamp tawanan Nazi tersebut. Bukankah penelitian langsung terhadap manusia akan mendapatkan hasil yang sangat terukur, toh manusia dalam tawanan tersebut menurut mereka sudah tidak punya arti apa-apa, yang tanpa penelitian pun cepat atau lambat mereka juga akan mati tersiksa sebagai tawanan Nazi. Maka seluruh percobaan atau penelitian tersebut dapat digolongkan ke dalam 2 kategori sebagai berikut : 1. Percobaan yang bermotif rasial 2. Percobaan untuk kepentingan militer. Percobaan yang bermotif rasial Percobaan Orang Kembar Pengumpulan Tengkorak Manusia Percobaan Sterilisasi Percobaan Inseminasi Buatan Percobaan untuk kepentingan militer Eksperimen air laut Eksperimen Sulfanilamine Eksperimen tuberculosis Eksperimen berendam di air beku Eksperimen udara di ketinggian Eksperimen dengan racun Eksperimen dengan luka dan darah Eksperimen dengan transplantasi 3. ISI DEKLARASI HELSINKI Deklarasi Helsinki : 2008 (revisi Keenam Current) Diadopsi oleh Majelis Umum ke-18 WMA, Helsinki, Finlandia, juni 1964 Dan diubah oleh : 29th WMA Majelis Umum, Tokyo, Jepang, Oktober WMA Majelis Umum, Venice, Italia, Oktober WMA Majelis Umum, Hong Kong, September th WMA Majelis Umum, Somerset West, Afrika Selatan, Oktober WMA Majelis Umum, Edinburgh, Skotlandia, Oktober WMA Majelis Umum, Washington, DC, Amerika Serikat, Oktober 2002 (Catatan Klarifikasi pada ayat 29 ditambahkan) 55th WMA Majelis Umum, Tokyo, Jepang, Oktober 2004 (Catatan Klarifikasi ayat 30 ditambahkan) 59th WMA Majelis Umum, Seoul, Korea, Oktober 2008 World Medical Association (WMA) telah mengembangkan Deklarasi Helsinki sebagai pernyataan prinsip-prinsip etika yang digunakan untuk penelitian medis yang melibatkan subyek manusia, termasuk penelitian dalm mengidentifikasi data dan materi pada manusia. Tujuan utama dari penelitian medis yang melibatkan subyek manusia adalah untuk

3 mengetahui penyebab, perkembangan dan efek dari penyakit serta meningkatkan pencegahan, diagnose dan terapi (metode, prosedur dan pengobatan). Bahkan intervensi terbaik saat ini harus dievaluasi secara terus terus menerus melalui riset untuk keselamatan, efektivitas, efisiensi, aksesibilitas dan kualitas mereka. Penelitian medis harus tunduk pada standar etika yang memberikan rasa hormat untuk semua subjek manusia serta melindungi kesehatan dan hak-hak mereka. Beberapa penelitian mengenai subyek ini sangat rentan dan membutuhkan perlindungan khusus. Ini termasuk orang-orang yang tidak bisa member atau menolak izin untuk diri mereka sendiri dan mereka yang mungkin rentan terhadap paksaan atau pengaruh yang tidak semestinya. Seorang dokter harus mempertimbangkan etika, norma hokum dan peraturan serta standar untuk penelitian yang melibatkan subyek manusia di Negara mereka sendiri serta norma-norma dan standar internasional. Bukan etika, hokum, dan tuntutan nasional atau internasional yang harus mengurangi atau menghilangkan salah satu perlindungan bagi subyek penelitian yang diatur dalam deklarasi ini. B. Prinsip Untuk Semua Penelitian Medis Hal ini merupakan tugas dari dokter yang ikut berpartisipasi dalam penelitian medis untuk melindungi kehidupan, kesehatan, martabat, integritas, hak, privasi, dan kerahasiaan informasi pribadi dari subyek penelitian. Penelitian medis yang melibatkan subyek manusia harus sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah yang berlaku umum, didasarkan pada pengetahuan yang mendalam tentang literature ilmiah, sumber informasi lain yang relevan, dan laboratorium yang memadai dan, sesuai, percobaan hewan. Kesejahteraan hewan yang digunakan untuk penelitian harus dijaga Rancangan dan kinerja setiap penelitian yang melibatkan subyek manusia harus dijelaskan dengan benar dalam protokol penelitian. Protokol harus berisi pernyataan dari pertimbangan etika yang terlibat dan harus menunjukan bagaimana prinsip-prinsip dalam Deklarasi ini telah ditangani. Protokol harus mencakup informasi tentang dana, sponsor, afiliasi kelembagaan, potensi konflik lain yang menarik, insentif untuk subyek dan ketentuan untuk mengobati dan atau memberikan kompensasi kepada subyek yang dirugikan sebagai akibat dari partisipasi dalam penelitian. Protokol tersebut harus menggambarkan penataan untuk akses pasca-studi oleh subyek studi intervensi untuk diidentifikasi sebagai studi atau akses keperawatan yang tepat atau bermanfaat. Protokol penelitian harus diajukan untuk diberi pertimbangan, komentar, bimbingan dan persetujuan kepada komite etika penelitian sebelum studi dimulai. Komite ini harus independen dari peneliti, sponsor dan pengaruh lain yang tidak semestinya. Hal ini

4 harus dipertimbangkan hokum dan peraturan Negara atau Negara-negara di mana penelitian tersebut akan dilakukan serta norma-norma dan standar internasional tetapi ini tidak harus diperbolehkan untuk mengurangi atau menghilangkan salah satu perlindungan bagi subyek penelitian yang ditetapkan dalam Deklarasi ini. Komite harus memiliki hak untuk memantau studi berkelanjutan. Peneliti harus memberikan informasi pemantauan kepada komite, khususnya informasi tentang efek samping yang serius. Protokol tidak dapat diubah tanpa pertimbangan dan persetujuan oleh panitia. Setiap studi medis yang melibatkan subyek manusia harus didahului dengan perkiraan dari risiko dan beban yang diprediksi kepada individu dan masyarakat yang terlibat dalam penelitian yang dibandingkan dengan manfaat, kepada mereka dan kepada individu lain atau masyarakat yang terkena dampak ini. Setiap uji klinis harus terdaftar dalam database yang mudah diakses public sebelum perekrutan subyek pertama. Dokter tidak dapat berpartisipasi dalam studi penelitian yang melibatkan subyek manusia kecuali mereka yakin bahwa risiko telah dinilai memadai dan dapat dikelola dengan baik. Dokter harus segera menghentikan penelitian ketika ditemukan resiko yang lebih besar daripada manfaatnya atau ketika ada bukti konklusif. Penelitian medis yang melibatkan subyek manusia hanya dapat dilakukan jika didalamnya terdapat tujuan yang penting melebihi risiko dan beban pada subyek penelitian. Ketika subyek penelitian potensial yang dianggap tidak kompeten mampu memberikan persetujuan keputusan tentang partisipasi dalam penelitian ini, dokter harus mencari persetujuan selain persetujuan dari wakil sah secara hokum. Perbedaan pendapat potensi subyek harus dihormati. Â C. PRINSIP TAMBAHAN UNTUK PENELITIAN MEDIS YANG DIGABUNGKAN DENGAN PERAWATAN MEDIS Dokter dapat menggabungkan penelitian medis dengan perawatan medis hanya sebatas bahwa penelitian ini dibenarkan oleh potensi pencegahan, diagnose atau terapi dan jika dokter memiliki alasan kuat untuk percaya bahwa partisipasi dalam penelitian tidak dapat mempengaruhi kesehatan pasien sebagai subyek penelitian. Manfaat, risiko, beban dan efektivitas dari intervensi baru harus diuji terhadap intervensi terbaik yang telah terbukti saat ini, kecuali dalam keadaan berikut : Penggunaan placebo, atau tanpa pengobatan, dapat diterima dalam studi di mana tidak ada intervensi yang telah terbukti saat ini ada; atau. Dimana untuk alasan metodologis dan ilmiah terhadap penggunaan placebo adalah suatu kebutuhan untuk menentukan keefektivitasan atau keamanan dari suatu intervensi dan pasien

5 yang menerima placebo atau tanpa pengobatan tidak akan menjadi subyek yang menerima risiko bahaya serius atau kerusakan sementara. Harus berhati-hati dalam pelaksanaannya agar tidak terjadi penyalahgunaan. Pada akhir penelitian, pasien berhak untuk memperoleh informasi tentang hasil penelitian dan membagikan beberapa manfaat yang dihasilkan misalnya, akses untuk mengenali intervensi sebagai pembelajaran lain yang semestinya. lam semua kasus, informasi baru harus dicatat dan, bila perlu dibuat publikasi untuk umum Dokter sepenuhnya harus menginformasikan kepada pasien mengenai aspek perawatan yang berhubungan dengan penelitian. Penolakan pasien untuk berpartisipasi dalam sebuah studi atau keputusan pasien untuk menarik diri dari penelitian tidak boleh menggangu hubungan antara pasien-dokter. Dalam pengobatan pasien,di mana intervensi terbukti tidak ada atau tidak efektif, dokter, setelah mencari pakar saran, dengan persetujuan dari pasien atau perwakilannya yang resmi secara hukum, dapat menggunakan intervensi yang tidak terbukti jika dalam pertimbangan dokter menawarkan harapan keselamatan hidup, pengembalian kesehatan atau mengurangi penderitaan. Bila memungkinkan, intervensi ini sebaiknya dijadikan objek penelitian, dilakukan untuk mengevaluasi keamanan dan keefektivitasannya. Dalam semua kasus, informasi baru harus dicatat dan, bila perlu dibuat publikasi untuk umum. PEDOMAN PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN HEWAN PERCOBAAN Dalam sejarah perkembangan dunia ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan pangan (yang berasal dari hewan) dan kesehatan, telah berhasil memberi banyak sumbangan berarti yang memungkinkan umat manusia meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan. Hal ini antara lain dapat diamati dari perpanjangan usia harapan hidup dan peningkatan kualitas hidup manusia. Keilmuan tersebut di atas dapat memberi sumbangan berarti karena manusia makin memahami perkembangan proses vital kehidupan pada manusia dan hewan. Peningkatan produksi ternak sebagai sumber protein hewani telah menjadi suatu dasar untuk dapat mencapai keadaan pada tingkat manusia dapat secara terus menerus mendapat pasokan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan seperti telah disebut diatas, banyak hewan percobaa yang digunakan untuk penelitian dan uji coba serta untuk pendidikan dan pelatihan. Dalam hal menggunakan hewan percobaan tersebut seringkali masih kurang diperhatikan aspek etik penggunaan hewan percobaan seperti

6 yang antara lain disebutkan dalam Deklarasi Helsinki, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 dan Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan: Suplemen II Etik Penggunaan Hewan Percobaan, Departemen Kesehatan. ETIK PENGGUNAAN HEWAN PERCOBAAN Dokumen yang digunakan sebagai acuan pedoman etik penelitian kesehatan adalah The Declaration of Helsinki Ethical Principles for Medical Research Involving Human Subject yang diterbitkan oleh World Medical Association dalam General Assembly di Helsinki tahun dokumen ini telah diamandemen sebanyak 5 (lima) kali yang terakhir dilakuan di Tokyo tahun 2004 dalam rangka melakukan penyesuaian perkembangan ilmu kesehatan dan tuntutan masyarakat. Dua butir dalam Deklarasi Helsinki yang secara khusus memberi perhatian pada masalah etik penggunaan hewan percobaan adalah butir 11 dan 12 yang diterjemahkan secara lengkap sebagai berikut: Butir 11. Penelitian kesehatan yang mengikutsertakan manusia sebagai subyek penelitian harus memenuhi prinsip ilmiah yang sudah diterima secara umum, didasarkan pada pengetahuan seksama dari kepustakaan ilmiah dan sumber informasi lain, pelaksanaan percobaan dilakukan di laboratorium yang memadai, dan jika layak percobaan hewan. Butir 12. Keberhatian (caution) yang tepat harus diterapkan pada penelitian yang dapat mempengaruhi lingkungan. Kesejahteraan hewan yang digunakan dalam penelitian harus dihormati. Prinsip Dasar Penggunaan Hewan Percobaan Percobaan pada berbagai macam spesies hewan yang utuh (intact) dilakukan dengan tujuan untuk pemajuan pengetahuan biologik dan perkembangan cara yang lebih baik untuk melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia dan hewan. Percobaan dengan menggunakan hewan dilakukan setelah mempertimbangkan secara seksama relevansinya terhadap kesehatan manusia dan hewan dan pemajuan pengetahuan biologik. Peneliti dan tenaga kerja lainnya harus selalu memperlakukan hewan sebagai makhluk perasa (sentient), menganggap penting arti pemeliharaan dan penggunaan hewan yang tepat, dan mengerti cara penghindaran dan pengurangan ketidaknyamanan, kesusahan, dan rasa nyeri pada hewan sebagai keharusan etis. Peneliti harus memahami bahwa prosedur yang menimbulkan rasa nyeri pada manusia juga menimbulkan rasa nyeri pada hewan bertulang belakang (vertebrata), meskipun perlu tambahan pengetahuan tentang persepsi nyeri pada hewan. Prinsip 5F pada Hewan Percobaan 1. Freedom from hunger and thirst (bebas dari rasa lapar dan haus) 2. Freedom from

7 discomfort (bebas dari ketidaknyamanan) 3. Freedom from pain, injury, dan diasase (bebas dari rasa sakit, terauma, dan penyakit) 4. Freedom from fear and distress (bebas dari ketakutan dan stress jangka panjang) 5. Freedom to express natural behavior (bebas mengekspersikan tingkah laku alami) PEDOMAN ETIK PENELITIAN DENGAN MANUSIA SEBAGAI SUBYEK Tugas seorang dokter adalah menjaga kesehatan masyarakat. Kata hati dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya seluruhnya ditujukan untuk pemenuhan tugas ini. Deklarasi Genevedari â œworld Medical Associationâ mempersatukan para dokter dengan kata-kata â œkesehatan pasien saya akan selalu menjadi pertimbangan saya yang pertamaâ, dan Internal Code Medichal Ethic menyatakan bahwa â œtiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan makhluk insane, baik jasmani maupun rohani, hanya diberikan untuk kepentingan penderita. PRINSIP - PRINSIP DASAR Penelitian biomedik yang melibatkan manusia sebagai subyek, harus memenuhi prinsipprinsip ilmu pengetahuan dan harus didasari oleh eksperimen laboratorium dan eksperimen dengan hewan percobaan yang memadai, dan oleh pengetahuan yang lengkap dari literatur literatur ilmiah. Penelitian biomedis yang melibatkan manusia sebagai subyek hanya dilakukan oleh orang-orang yang memenuhi syarat dalam pengetahuan medisnya, dan dilakukan dibawah pengawasan orang yang berkompeten dalam bidang medis. Dalam penelitian dengan manusia sebagai subyek, tiap subyek yang potensial harus diberi penjelasan tentang tujuan, metode dan manfaat yang diharapkan serta bahaya yang mungkin terjadi dari penelitian dan bahaya atau keadaaan tidak menyenangkan yang mungkin akan ada (selama menjadi subyek). Tata cara penelitian perlu selalu menyertakan pernyataan pertimbangan etis dan perlu menunjukkan bahwa prinsip-prinsip yang tersebut dalam deklarasi yang ada telah terpenuhi. ETIKA PENELITIAN Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity). Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality). Keadilan dan

8 inklusivitas (respect for justice and inclusiveness) Memperhintungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN Salah satu tugas pokok Badan Litbangkes adalah menyelenggerakan penelitian dan pengembangan kesehatan untuk menunjang program Departemen Kesehatan.Untuk itu dalam rangka pelindungan manusia sebagai subyek penelitian dan pengembangan kesehatan, sejak tahun 1991 dibentuk â œpanitia Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbangkesâ berdasarkan SK Kepala Badan Litbangkes No.04/BPPK/AK/1/1991. Panitia tersebut bertugas melakukan review usulan penelitian kesehatan memerlukan surat izin etik (ethical clearance),selanjutnya sejak tahun 2001 disebut sebagai Komisi Etik Badan Litbangkes. Ethical Clearance Usulan ethical clearance diserahkan kepada sekretariat Komisi Etik Penelitian Kesehatan. Kelengkapan berkas terdiri dari : Surat usulan dari institusi Protokol penelitian Daftar tim peneliti CV peneliti utama Surat persetujuan pelaksanaan penelitian dari scientific board (PPI) Informed Consent (formulir persetujuan keikutsertaan dalam penelitian) Ethical clearance dari institusi lain (bila ada) Kuisioner / pedoman wawancara (bila ada) PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN OBAT Garis besarnya tahapan penelitian dan pengembangan suatu obat : 1.Sintesis dan screening molekul 2. Studi pada hewan percobaan 3. Studi pada manusia yang sehat (healthy volunteers) 4. Studi pada manusia yang sakit (pasien) 5. Studi pada manusia yang sakit dengan populasi diperbesar 6. Studi lanjutan (post marketing surveillance) Pembagian PENELITIAN : PRA KLINIS KLINIS FASE I FASE II FASE III FASE IV

dr. SETYO TRISNADI, Sp.F, G.Bioethics

dr. SETYO TRISNADI, Sp.F, G.Bioethics dr. SETYO TRISNADI, Sp.F, G.Bioethics Etika adalah cabang ilmu filsafat moral yang mencoba mencari jawaban guna menentukan dan mempertahankan secara rasional teori yang berlaku secara umum tentang apa

Lebih terperinci

Dr. Sholahuddin MHKes. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Dr. Sholahuddin MHKes. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Dr. Sholahuddin MHKes Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi 1 Sejarah etika penelitian kesehatan Temukan didalam literatur, satu kejadian dalam sejarah penelitian kesehatan yang melatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Melibatkan manusia sebagai subjek penelitian medis membutuhkan. kesehatan dan harus diperbaharui.

BAB V PENUTUP. 1. Melibatkan manusia sebagai subjek penelitian medis membutuhkan. kesehatan dan harus diperbaharui. BAB V PENUTUP 5. 1 Simpulan Berdasarkan pembahasan penulis, jawaban atas identifikasi masalah pada Bab I skripsi ini adalah: 1. Melibatkan manusia sebagai subjek penelitian medis membutuhkan aturan yang

Lebih terperinci

ETIKA PENELITIAN KESEHATAN

ETIKA PENELITIAN KESEHATAN ETIKA PENELITIAN KESEHATAN Author : Wella Yurisa Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2008 Files of DrsMed FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com) 1 Preface Kode etik penelitian kedokteran,

Lebih terperinci

ETIK PENELITIAN KESEHATAN

ETIK PENELITIAN KESEHATAN ETIK PENELITIAN KESEHATAN Pudji Rahaju Komite Etik Penelitian Kesehatan RSUD dr. Saiful Anwar SMF/Lab IK.THT-KL RSUD dr. Saiful Anwar/ Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 1. Pendahuluan 2.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Ilmu kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, para ahli di bidang kesehatan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, para ahli di bidang kesehatan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan jaman yang semakin maju Sejalan dengan perkembangan teknologi, para ahli di bidang kesehatan dituntut untuk meningkatkan pengetahuan dan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI TUJUAN UMUM Peserta memahami tentang PSP dalam hal: Tujuan utama dari PSP didasarkan

Lebih terperinci

APLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

APLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes APLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes Praktek Kebidanan Oleh Bidan meliputi: 1. Pemeriksaan kehamilan 2. Pertolongan persalinan 3. Pelayanan keluarga berencana 4. Pemeriksaan

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR BIOETIKA. Oleh: E. Suryadi Fakultas Kedokteran UGM

PRINSIP DASAR BIOETIKA. Oleh: E. Suryadi Fakultas Kedokteran UGM PRINSIP DASAR BIOETIKA Oleh: E. Suryadi Fakultas Kedokteran UGM Pendahuluan: Pengertian Bioetika Awalnya adalah Etika bioteknologi yaitu suatu studi masalah etika terkait produksi, penggunaan dan modifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang. Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang. Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan pada pasien post operasi dengan yang dirawat di bangsal bedah

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN

PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai etika penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 10.1.Menjelaskan etika penelitian. 10.2.Menjelaskan

Lebih terperinci

Istilah kode berasal dari kata latin codex yang antara lain berarti buku, atau sesuatu yang tertulis, atau seperangkat asas-asas atau aturan-aturan.

Istilah kode berasal dari kata latin codex yang antara lain berarti buku, atau sesuatu yang tertulis, atau seperangkat asas-asas atau aturan-aturan. Apa itu Kode Etik? Aturan etika adalah terjemahan dari asasasas etika menjadi ketentuan-ketentuan pragmatis yang memuat hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang harus dihindari. Aturan-aturan etika

Lebih terperinci

ETIKA PENELITIAN. Metode Penelitian Kuantitatif Bidang Kesmavet

ETIKA PENELITIAN. Metode Penelitian Kuantitatif Bidang Kesmavet ETIKA PENELITIAN Metode Penelitian Kuantitatif Bidang Kesmavet Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani ethos. Etimologis kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Konteks filsafat

Lebih terperinci

KLIRENS ETIK PENELITIAN BIDANG ILMU PENGETAHUAN HAYATI (IPH)

KLIRENS ETIK PENELITIAN BIDANG ILMU PENGETAHUAN HAYATI (IPH) KLIRENS ETIK PENELITIAN BIDANG ILMU PENGETAHUAN HAYATI (IPH) Enny Sudarmonowati Ketua Sub Komisi Klirens Etik Penelitian Bidang IPH dan Tim Sub Komisi Klirens Etik Penelitian Bidang IPH Sosialisasi 3 Pilar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif non eksperimen, disain yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud mencari

Lebih terperinci

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Definisi PSP Izin atau pernyataan setuju dari subjek yang diberikan secara bebas, sadar, rasional tentang segala tindakan/ perlakuan yang hendak dilakukan terhadap

Lebih terperinci

Hari / Tanggal : Kamis Jumat / April 2012 PUSAT STUDI BIOFARMAKA LPPM-IPB. : Rumah Sakit Hewan IPB : WIB

Hari / Tanggal : Kamis Jumat / April 2012 PUSAT STUDI BIOFARMAKA LPPM-IPB. : Rumah Sakit Hewan IPB : WIB Ringkasan Materi Pelatihan : 1. Pengantar Etik Penelitian Biomedik/Kesehatan Etika adalah nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya Penelitian

Lebih terperinci

ETIK PENELITIAN KESEHATAN

ETIK PENELITIAN KESEHATAN ETIK PENELITIAN KESEHATAN Pudji Rahaju Komite Etik Penelitian Kesehatan RSUD dr. Saiful Anwar SMF/Lab IK.THT-KL RSUD dr. Saiful Anwar/ Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 1. Pendahuluan 2.

Lebih terperinci

ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PENDAHULUAN Penelitian epidemiologi - merupakan studi distribusi dan determinan (penentu) status atau kejadian yang berkaitan

Lebih terperinci

LAPORAN PELATIHAN ETIK DASAR PENELITIAN KESEHATAN

LAPORAN PELATIHAN ETIK DASAR PENELITIAN KESEHATAN LAPORAN PELATIHAN ETIK DASAR PENELITIAN KESEHATAN Diselenggarakan oleh Dewan Penegakan Kode Etik Universitas Esa Unggul dan Komisi Etik Badan Litbang Kesehatan - Kementrian Kesehatan RI Senin-Selasa, 24-25

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan hewan untuk dikonsumsi, namun juga untuk beberapa hewan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan hewan untuk dikonsumsi, namun juga untuk beberapa hewan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang beranekaragam dan memiliki kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan manusia. Hal ini sejalan dengan Pasal

Lebih terperinci

MENJAJAKI KODE ETIK PENELITIAN SOSIOLOGI

MENJAJAKI KODE ETIK PENELITIAN SOSIOLOGI MENJAJAKI KODE ETIK PENELITIAN SOSIOLOGI Maria E. Pandu ABSTRAK Ketika ilmu ilmu sosial yang objek/subjeknya adalah masyarakat, dimana masyarakat terdiri atas individu manusia (human being) maka perlu

Lebih terperinci

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun

Lebih terperinci

Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi

Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi Komunikasi Dokter dengan Sejawat Pertumbuhan pengetahuan ilmiah yang berkembang pesat disertai aplikasi klinisnya membuat pengobatan menjadi kompleks. Dokter secara individu tidak bisa menjadi ahli untuk

Lebih terperinci

A. Definisi Etika Penelitian B. Prinsip Prinsip Etika Penelitian

A. Definisi Etika Penelitian B. Prinsip Prinsip Etika Penelitian A. Definisi Etika Penelitian Etika berasal dari bahasa Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS PADJADJARAN TELAAH DI PERCEPAT Halaman 8-1 8-8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 8-2 1. TUJUAN... 8-3 2. RUANG LINGKUP... 8-3 3. PENANGGUNG JAWAB... 8-3 4. ALUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit sebagai satu lembaga sosio-ekonomi juga lembaga kemanusiaan yang memiliki nilai-nilai dan martabat luhur, sebaiknya mengutamakan nilai-nilai moral dan tidak

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian quasi experiment rancangan penelitian one group pre test-pasca test desain. One group

Lebih terperinci

SOP PENGAJUAN DAN PENILAIAN KELAYAKAN ETIK PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SOP PENGAJUAN DAN PENILAIAN KELAYAKAN ETIK PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA SOP PENGAJUAN DAN PENILAIAN KELAYAKAN ETIK PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA A. Prosedur Pengajuan Kelayakan Etik Penelitian 1. Penilaian kelayakan etik dilakukan terhadap

Lebih terperinci

ETIK PADA HEWAN PERCOBAAN FASILITATOR: GEMA NAZRI YANTI

ETIK PADA HEWAN PERCOBAAN FASILITATOR: GEMA NAZRI YANTI ETIK PADA HEWAN PERCOBAAN FASILITATOR: GEMA NAZRI YANTI ETIK PENGGUNAAN HEWAN PERCOBAAN PENGATURAN ETIK PADA HEWAN PERCOBAAN PENGGUNAAN HEWAN PERCOBAAN PERLAKUAN THDP HEWAN PERCOBAAN ETIK PENGGUNAAN HEWAN

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 26 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian sebagai tempat melakukan kegiatan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari responden. Lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kontrol ini didesain menggunakan quasi-eksperimen dengan tipe

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian kontrol ini didesain menggunakan quasi-eksperimen dengan tipe BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian kontrol ini didesain menggunakan quasi-eksperimen dengan tipe Pretest-Posttest with Control Group Design. Disain quasi-eksperimen dikembangkan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR PT. RUMAH SAKIT...No. T E N T A N G KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR PT. RUMAH SAKIT...No. T E N T A N G KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR PT. RUMAH SAKIT...No. T E N T A N G KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RUMAH SAKIT... MEDAN ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN RSUP

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN RSUP KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN RSUP Dr. KARIADI SEMARANG Sekretariat : Kantor Dekanat FK Undip Lt.3 Telp. 024-8311523/ Fax. 024-8446905 1. Nama Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu penelitian untuk mengetahui tentang hubungan keeratan antara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu penelitian untuk mengetahui tentang hubungan keeratan antara 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif korelasional yaitu penelitian untuk mengetahui tentang hubungan keeratan antara

Lebih terperinci

Perubahan pada diri Anda

Perubahan pada diri Anda Perubahan pada diri Anda. HAL UTAMA YANG KAMI HARAPKAN ANDA TIDAK HARUS BAGUS UNTUK MEMULAI, TETAPI ANDA HARUS MEMULAI UNTUK MENJADI BAGUS.. JIKA ANDA LAKUKAN APA YANG HARUS ANDA LAKUKAN, MAKA ANDA AKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1319, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penelitian. Klinik. Registri. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN Halaman 18-1 18-8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 18-2 1. TUJUAN... 18-3 2. RUANG LINGKUP...

Lebih terperinci

KLIRENS ETIK PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN

KLIRENS ETIK PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN KLIRENS ETIK PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN KOMISI KLIRENS ETIK BIDANG ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PENGANTAR Klirens Etik (ethical clearance)

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

KODE ETIK KEDOKTERAN/MEDICOLEGAL DAN PATIENT SAFETY

KODE ETIK KEDOKTERAN/MEDICOLEGAL DAN PATIENT SAFETY KODE ETIK KEDOKTERAN/MEDICOLEGAL DAN PATIENT SAFETY ANANG TRIBOWO IDI CABANG PALEMBANG HOTEL AMELIA, 1-2 APRIL 2017 PEMAHAMAN ETIKA ETIKA K. BERTENS 1997 ETIKA DAN ETIKET MORAL TATA KRAMA/ SOPAN SANTUN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan

BAB III METODE PENELITIAN. berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitafif dengan jenis penelitian quasy-experiment (eksperimen semu). Rancangan penelitian ini berupaya mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian quantitatif menggunakan quasi experimental dengan pendekatan pre-test and post-test with control group design. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus HIV/AIDS bermunculan semakin banyak dan menyebar ke berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia, dilaporkan bahwa epidemi HIV dan AIDS

Lebih terperinci

Persyaratan pengajuan ke Komisi Etik Penelitian FK-UNMUL

Persyaratan pengajuan ke Komisi Etik Penelitian FK-UNMUL Persyaratan pengajuan ke Komisi Etik Penelitian FK-UNMUL 1. Surat permohonan dari Institusi (khusus untuk mahasiswa FK-UNMUL hanya diperlukan surat dari Ketua Program Studi Pendidikan Dokter yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. komparasi. Karena bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar variabel

BAB 3 METODE PENELITIAN. komparasi. Karena bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar variabel BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik komparasi. Karena bertujuan untuk menganalisis pengaruh antar variabel yaitu pengaruh kompres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan. kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan. kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia, dimana dalam Pasal 25 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan setiap orang berhak atas taraf hidup

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, instrument

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, instrument BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang desain penelitian, populasi dan sampel penelitian yang digunakan, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, instrument pengumpulan data,

Lebih terperinci

Pedoman Penyusunan Lembar Penjelasan kepada Calon Subyek

Pedoman Penyusunan Lembar Penjelasan kepada Calon Subyek Pedoman Penyusunan Lembar Penjelasan kepada Calon Subyek Calon subyek dapat berasal dari masyarakat (penelitian komunitas) atau pasien (penelitian klinis). Lembar penjelasan harus cukup jelas dan mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

Lebih terperinci

lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat

lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat Praktisi status akreditasi sebagai mengunjungi petugas medis (apapun namanya) pada setiap lain rumah sakit atau prosedur hari pusat dicabut, ditangguhkan atau memiliki kondisi tempat praktek mereka. Praktisi

Lebih terperinci

KEPPKN 2017 Penerapan 3 Prinsip ke 7 Standar: Kriteria/ Dasar Pengambilan Keputusan Persetujuan Usulan Protokol: Laik Etik

KEPPKN 2017 Penerapan 3 Prinsip ke 7 Standar: Kriteria/ Dasar Pengambilan Keputusan Persetujuan Usulan Protokol: Laik Etik KEPPKN 2017 Penerapan 3 Prinsip ke 7 Standar: Kriteria/ Dasar Pengambilan Keputusan Persetujuan Usulan Protokol: Laik Etik 1. Daftar Tilik ini merupakan Catatan Telaah Protokol Penelitian yang diusulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran atau

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif studi kasus yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran atau deskripsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG STUDI KOHOR KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG STUDI KOHOR KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG STUDI KOHOR KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pelanggaran hak asasi manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian yaitu tipe penelitian, partisipan penelitian/sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi

Lebih terperinci

PANDUAN PENGAJUAN ETHICAL CLEARANCE BAGI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

PANDUAN PENGAJUAN ETHICAL CLEARANCE BAGI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN PANDUAN PENGAJUAN ETHICAL CLEARANCE BAGI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI SEKRETARIAT KOMISI ETIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI 2014 Syarat pengajuan:

Lebih terperinci

BAB VIII UJI KLINIS SEDIAAN OBAT

BAB VIII UJI KLINIS SEDIAAN OBAT SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 FARMASI/SMK BAB VIII UJI KLINIS SEDIAAN OBAT Nora Susanti, M.Sc., Apt KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017 BAB

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki

Lebih terperinci

BAB 8: UJI KLINIS SEDIAAN OBAT

BAB 8: UJI KLINIS SEDIAAN OBAT SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 8: UJI KLINIS SEDIAAN OBAT Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB VIII UJI

Lebih terperinci

PEDOMAN ETIK INTERNASIONAL UNTUK PENELITIAN BIOMEDIS YANG MELIBATKAN SUBYEK MANUSIA

PEDOMAN ETIK INTERNASIONAL UNTUK PENELITIAN BIOMEDIS YANG MELIBATKAN SUBYEK MANUSIA PEDOMAN ETIK INTERNASIONAL UNTUK PENELITIAN BIOMEDIS YANG MELIBATKAN SUBYEK MANUSIA Disusun oleh Dewan Organisasi Ilmu-ilmu Kedokteran Internasional (CIOMS) bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Sedunia

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong,

BAB 3 METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, BAB 3 METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena atau pengalaman hidup yang dialami oleh subyek

Lebih terperinci

Lampiran 1. Informed Consent. Penjelasan prosedur

Lampiran 1. Informed Consent. Penjelasan prosedur Lampiran 1 Penjelasan prosedur Informed Consent Anda diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian yang yang akan dilakukan oleh Gaby Gabriela Langi, SKM, mahasiswa Minat Utama Epidemiologi Lapangan Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban. Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban. 1. Pernyataan mana tentang Rekam Medik (RM) yang tidak benar: a. Pemaparan isi RM hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN KAJI ETIK PENELITIAN YANG MELIBATKAN SUBYEK PENELITIAN MANUSIA DI RSI SULTAN AGUNG

FORMULIR PERMOHONAN KAJI ETIK PENELITIAN YANG MELIBATKAN SUBYEK PENELITIAN MANUSIA DI RSI SULTAN AGUNG FORMULIR PERMOHONAN KAJI ETIK PENELITIAN YANG MELIBATKAN SUBYEK PENELITIAN MANUSIA DI RSI SULTAN AGUNG Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Fakultas / Institusi Judul penelitian No. HP e-mail

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI ETIK PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI ETIK PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN NASIONAL PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI ETIK PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS PADJADJARAN TELAAH DIPERCEPAT Halaman 8-1 8-8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 8-1 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 8-2 1. TUJUAN... 8-3 2. RUANG LINGKUP... 8-3

Lebih terperinci

Aspek Etik dan Hukum Kesehatan

Aspek Etik dan Hukum Kesehatan Aspek Etik dan Hukum Kesehatan Latar Belakang berlakunya etik sebagai norma dalam kehidupan manusia : - Kata etik atau etika, berasal dari dua kata yunani yang hampir sama bunyinya namun berbeda artinya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Gigi dan Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Gigi dan Ilmu 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Pada penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran Gigi dan Ilmu Kedokteran Jiwa. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Pengetahuan 1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Deskriptif analitik adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan

Lebih terperinci

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN Halaman 18-1 18-8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 18-1 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI..... 18-2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan. untuk memahami hal-hal yang terjadi dan dialami oleh subjek

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan. untuk memahami hal-hal yang terjadi dan dialami oleh subjek BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami hal-hal yang terjadi dan

Lebih terperinci

Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN

Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN Memperhatikan: Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN REKTOR TENTANG KODE ETIK PELAKU PENELITIAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian descriptive correlation dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian descriptive correlation dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian descriptive correlation dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan data kuantitatif. Pendekatan merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN OBAT BARU

PENGEMBANGAN OBAT BARU PENGEMBANGAN OBAT BARU Pengembangan dan penemuan obat baru diperlukan untuk menjawab tantangan pelayanan kesehatan, baik untuk tujuan promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Obat modern dikembangkan

Lebih terperinci

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON A2 KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON Jl. Terusan Pemuda 1A Cirebon Kode Pos 45132 Telp. 0231-483928 FORMULIR PENGAJUAN ETIK PENELITIAN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian crosssectional

BAB III METODE PENELITIAN. observasional dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian crosssectional 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan desain penelitian cross-sectional. Penelitian crosssectional merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini menggunakan quasy eksperiment pre-test & post-test with control group design.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mengambil lokasi/ tempat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini mengambil lokasi/ tempat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pada penelitian ini mengambil lokasi/ tempat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo tepatnya di ruangan bedah

Lebih terperinci

Mata Kuliah BIOETIKA Program studi Bioteknologi

Mata Kuliah BIOETIKA Program studi Bioteknologi Mata Kuliah BIOETIKA Program studi Bioteknologi Pertemuan Ke 2 BIOETIKA: Sejarah dan Perkembangan Bioetika By: Seprianto, S.Pi, M.Si Sekilas Bioetika Sekilas Bioetika Etika merupakan salah satu disiplin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Studi Kasus Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian.

Lebih terperinci

Formulir Aplikasi Kaji Etik Penelitian

Formulir Aplikasi Kaji Etik Penelitian Formulir Aplikasi Kaji Etik Penelitian Nama: NPM/NIP/NUP Alamat e-mail: Telepon Status: Mahasiswa/ Dosen Dosen Mahasiswa (lingkari pilihan Anda) Bidang Studi: Perkembangan/Pendidikan/Psikometri dan Neuorosains/Industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suatu keadaan secara objektif. Studi kasus ini dilakukan dengan cara meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. suatu keadaan secara objektif. Studi kasus ini dilakukan dengan cara meneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif studi kasus. Metode penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REGISTRI PENELITIAN KLINIK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REGISTRI PENELITIAN KLINIK PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REGISTRI PENELITIAN KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM 1. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan 2. PP No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 647/Menkes/SK/IV/2000

Lebih terperinci

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 007/TAP/MWA-UI/2005 TENTANG : ETIKA PENELITIAN BAGI SETIAP ANGGOTA SIVITAS AKADEMIKA

KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 007/TAP/MWA-UI/2005 TENTANG : ETIKA PENELITIAN BAGI SETIAP ANGGOTA SIVITAS AKADEMIKA Menimbang Mengingat KETETAPAN MAJELIS WALI AMANAT UNIVERSITAS INDONESIA Nomor : 007/TAP/MWA-UI/2005 TENTANG ETIKA PENELITIAN BAGI SETIAP ANGGOTA SIVITAS AKADEMIKA UNIVERSITAS INDONESIA Dengan Rahmat Tuhan

Lebih terperinci

PEMILIHAN KONSULTAN INDEPENDEN

PEMILIHAN KONSULTAN INDEPENDEN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJADJARAN KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN HEALTH RESEARCH ETHICS COMMITTE PEMILIHAN KONSULTAN INDEPENDEN Halaman 5-1 5-5 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan korelasional menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian korelasional bertujuan

Lebih terperinci

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik. korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik. korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk melihat hubungan PENELITIAN BAB III METODE METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional untuk melihat

Lebih terperinci

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap

PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA. Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kedelapan. Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap PEDOMAN TENTANG PERANAN PARA JAKSA Disahkan oleh Kongres Perserikatan Bangsa-Bangsa Kedelapan Tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakukan terhadap Pelaku Kejahatan Havana, Kuba, 27 Agustus sampai 7 September

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (pengetahuan,

Lebih terperinci

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN RS. DR. KARIADI SEMARANG

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN RS. DR. KARIADI SEMARANG KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN RS. DR. KARIADI SEMARANG Sekretariat: Kantor Dekanat FK Undip Lt.3 Jl. Dr. Sutomo 18 Semarang Telp. 024-8311523 /Fax: 024-8446905

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

Lebih terperinci