Hari / Tanggal : Kamis Jumat / April 2012 PUSAT STUDI BIOFARMAKA LPPM-IPB. : Rumah Sakit Hewan IPB : WIB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hari / Tanggal : Kamis Jumat / April 2012 PUSAT STUDI BIOFARMAKA LPPM-IPB. : Rumah Sakit Hewan IPB : WIB"

Transkripsi

1 Ringkasan Materi Pelatihan : 1. Pengantar Etik Penelitian Biomedik/Kesehatan Etika adalah nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya Penelitian dan pengembangan kesehatan harus menghasilkan pengetahuan untuk peningkatan derajat kesehatan (UU No 23/1992) Lingkup penelitian kesehatan : farmasetika, alat kesehatan, radiasi medik & imaging, prosedur bedah/invasive, catatan medik, sampel bahan biologi, sosial & behavioral Perkembangan etik penelitian di dunia mulai tahun 1947 (Kode Nuremberg) sampai dengan tahun 1996 baru dibuat pedoman Cara Uji Klinik yang Baik dan tahun 2000 dibentuknya FERCAP (Forum for Ethical review Committees in Asia & Pacific) serta tahun 2004 dilaksanakan Strategic Initiative for Developing Capacity in Ethics Review) FERCAP recognition program Perkembangan etik penelitian di Indonesia baru dimulai tahun 1982 dengan adanya publikasi Etik Penelitian Kedokteran oleh Prof. Sri Oemijati FKUI selanjutnya setelah ada beberapa peraturan mengenai etik penelitian kesehatan, baru pada tahun 2003 dibentuk Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan oleh Menkes dan tahun 2004 dibuat Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan serta tahun 2006 terdapat beberapa Suplemen PNEPK. Tiga nilai dasar etik penelitian : Menghargai martabat manusia (Respect for person), Manfaat atau berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan (non-maleficence), Keadilan (justice). 2. Komisi Etik Penelitian Kesehatan Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) dibentuk dengan tujuan : Melindungi subjek penelitian, Melindungi peneliti, Dapat bertindak sebagai penengah bila terjadi dispute antara subjek penelitian dengan peneliti KEPK dapat dibentuk di tingkat lembaga, lokal, regional, nasional dan internasional. Bisa dibuat di tingkat lokal misal Bogor, jika memang sudah banyak penelitian yang perlu dikaji etik penelitiannya. Untuk regional wilayah Indonesia bagian timur sudah ada KEPK di UnHas. KEPK UnHas dan KEPK Balitbangkes sudah diakreditasi oleh FERCAP. Wilayah yang belum ada KEPK yaitu Kalimantan dan Papua. Komisi Etik Penelitian Kesehatan di tingkat nasional tidak mereview protokol penelitian tetapi hanya mengkoordinasi seluruh KEPK yang ada di Indonesia supaya memiliki standar dalam mereview protokol. Terdapat beberapa ketentuan atau pedoman dalam memilih keanggotaan suatu KEPK (secara rinci terdapat dalam buku Pedoman Nasional Etik Penelitian), anggota KEPK harus multidisiplin, multisektoral dan pluralistik serta harus ada anggota dari masyarakat awam dengan jumlah ptimal 10 orang Peran dan fungsi KEPK : melakukan kaji etik protocol penelitian, menegaskan etik penelitian didasarkan 3 prinsip, menyampaikan pandangan mengenai masalah etik, menjamin penelitian dilaksanakan memenuhi kriteria etik penelitian, menjamin kesejahteraan dan penanganan manusiawi hewan percobaan, memberikan persetujuan etik, mengusulkan pemberian sanksi jika ada pelanggaran, melakukan pemantauan dan evaluasi. Cara pemantauan dan evaluasi yang dilakukan : jika low risk (mis. hanya melakukan wawancara pada subjek) monevnya bersifat pasif dengan menyerahkan laporan akhir tetapi jika penelitian bersifat high risk (mis uji klinik) wajib monev dan lapor. Tata cara kerja : Penilaian protokol penelitian dilakukan dalam siding KEPK yang sah (mis. jika anggota hadir 50 % + 1 dan anggota dari awam harus hadir untuk melihat aspek-aspek PSP sudah cukup atau belum, kebijakan setiap KEPK berbeda), Keputusan siding KEPK diambil atas dasar konsensus atau pemungutan suara dan Jika ada anggota KEPK yang memiliki conflict of interest harus meninggalkan siding pada saat pengambilan keputusan, Seluruh proses penilaian dan keputusan sidang harus didokumentasikan, Protokol harus dilengkapi surat persetujuan dari Komisi Ilmiah atau surat persetujuan pembimbing/penanggung jawab atau ketua lembaga.

2 Kelengkapan dokumen untuk permohonan persetujuan etik : surat pengantar dari institusi, protokol penelitian, daftar tim peneliti serta keahlian, CV peneliti utama, surat persetujuan pelaksanaan penelitian dari Komisi Ilmiah, format PSP, persetujuan etik dari lembaga lain (jika ada), kuisioner/pedman wawancara (jika ada), daftar pustaka yang lengkap dan mutakhir. Keputusan KEPK bersifat independen. Keputusannya : full board, expedited, examted 3. Aspek Etik dalam Penelitian Menggunakan Hewan Coba Hewan bukan manusia dan tidak memanusiakan hewan Prinsip dasar etik pelaksanaan penelitian biomedis menggunakan hewan percobaan : Prinsip etik penelitian : respect, beneficiary, justice Prinsip etik penggunaan hewan : reduction, replacement, refinement Prinsip etik pemeliharaan/perlakuan terhadap hewan : 5 freedoms ( F from hunger 7 thirst, F from pain, F from distress & discomfort, F from injury & diseases, F to express normal behaviour Keadaan hewan yang tidak sejahtera akan mengakibatkan bias pada hasil penelitian sehingga perlu ada dokter hewan yang benar-benar mengerti keadaan hewan coba yang digunakan Terdapat beberapa regulasi (nasional dan luar negeri), kebijkan serta pedoman untuk legislasi kesejahteraan hewan Penjelasan mengenai wewenang, komposisi dan fungsi dari Komisi Etik Pemeliharaan dan Penggunaan Hewan Laboratorium (IACUC) dapat dilihat pada materi pelatihan Prosedur review protokol PI menulis protokol/mengisi form, konsultasi dengan AV dan ahli statistic kemudian diajukan ke SRB & Bio-Safety. SRB & Bio-Safety mereview dari segi ilmiah dan biosafety kemudian diusulkan kepada IACUC. IACUC menyetujui/menolak/menyetujui dengan perbaikan kemudian akan dikeluaran IO (menyetujui/menolak) 4. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)/ Informed Consent dan Inducement untuk Subyek dalam Penelitian Kesehatan PSP yaitu persetujuan yang diberikan seseorang yang kompeten sesudah menerima dan memahami penjelasan dan membuat keputusan tanpa paksaan atau dipengaruhi berlebihan, dibujuk atau diintimidasi Informasi esensial untuk PSP (Kepmenkes 1333/2002) : tujuan penelitian, jaminan kerahasiaan, metode yang digunakan, resiko yang mungkin timbul, manfaat bagi peserta penelitian, hak untuk mengundurkan diri, hal-hal lain yang perlu diketahui (mis. Penggunaan bahan biologik sisa, sumber biaya penelitian, manfaat setelah penelitian selesai, nama dan alamat / telepon kontak yang bisa dihubungi setiap waktu, dll) Persetujuan sebaiknya tertulis, jika lisan harus diketahui dan ditandatangani saksi, persetujuan bagi subjek yang belum dewasa atau gangguan mental diberikan oleh orang tua/wali, jika perlu ada persetujuan masyarakat (lurah dll) sebagai tambahan persetujuan perorangan, pendapat dari anak tahun sebaiknya diminta dan dihargai Inducement atau pemberian rangsangan/insentif sebaiknya yang wajar dan tidak berlebihan Penilaian PSP : informal (diskusi, tanya jawab dengan subjek) dan formal (kuisioner, monitoring independen) Waiver/peniadaan PSP dapat diberikan jika : resiko penelitian minimal, kesejahteraan/hak peserta dilindungi, penelitian sulit dilaksanakan tanpa waiver, informasi yang sesuai tetap diberikan, mendapat persetujuan komisi etik 5. Pertimbangan Resiko dan Manfaat dalam Penelitian Biomedik yang Menyangkut Manusia Prinsip dasar etik penelitian : Menghargai martabat manusia (Respect for person), Manfaat atau berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan (non-maleficence), Keadilan (justice). Resiko adalah kemungkinan bahwa sesuatu yang merugikan dapat terjadi sedangkan manfaat ialah sesuatu yang bernilai positif dalam kesehatan atau kesejahteraan

3 Pertimbangan resiko dan manfaat untuk siapa : Yang terpenting bagi subjek penelitian Yang bermanfaat bagi subjek dan juga masyarakat Yang bermanfaat untuk masyarakat saja dapat dilakukan tetapi dengan resiko minimal Jenis resiko : fisik, psikologis, sosial Berbagai upaya untuk mengurangi resiko pada subjek penelitian : metode penelitian yang baik, kompetensi tim peneliti, persetujuan dari komisi etik, fasilitas penelitian, skrining subjek yang baik, perhatikan semua resiko potensial, mempersiapkan pertolongan bila terjadi efek samping, menghindarkan pemaksaan, menjaga kerahasiaan data subjek, member kebebasan subjek menolak ikut dan mengundurkan diri, menghindarkan terjadinya penelitian ulangan, mengantisipasi terjadinya efek samping potensial, pemantauan Adverse Events (kejadian yang tidak diinginkan) yang baik Pemberian insentif yang wajar Kompensasi harus disebutkan dalam PSP 6. Etik Penelitian Obat dan Pengobatan Tradisional dan Aspek Regulasi dalam Uji Klinik Klasifikasi dan pengertian OT, TO, OH, OBA dan Batantra (terlampir dalam materi pelatihan) Penelitian Batantra mendukung Permenkes 1076/tahun 2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional Prasyarat bahan uji TO/OT dan metode uji TO/OT (terlampir dalam materi pelatihan) Desain studi : prinsip sesuai CUKB, standarisasi intervensi, OH/TO/OT sebagai bahan uji, populasi studi, kelompok kontrol dan penggunaan pembanding Pedoman Uji Klinik OT : Setelah uji pra klinik OT akan menghasilkan 4 kelompok (aman & berkhasiat, aman & tidak berkhasiat, tidak aman & berkhasiat, tidak aman & tidak berkhasiat). Yang dapat dilanjutkan ke uji klinik adalah kelompok 1 : aman & berkhasiat. Jika hasil uji klinik dari produk hasil standarisasi sederhana atau teknologi farmasi (sediaan baru) menunjukkan bermanfaat maka akan menjadi produk akhir Fitofarmaka. Jika dalam bentuk isolat dapat menjadi Obat Jadi. Situasi litbang OT/TO/OH (terlampir dalam materi pelatihan) Etika penelitian OT sesuai dengan 3 prinsip dasar etik penelitian dan ada kaitan dengan tradisi Uji klinik sesuai GCP/CUKB, metode yang valid dan pelaksananya kompeten Aspek regulasi uji klinik di Indonesia (terlampir dalam materi pelatihan) Sponsor dan peneliti membuat dokumen uji klinik kemudian diajukan kepada Komisi Ilmiah & Komisi Etik, jika disetujui akan keluar ethical clearance. Selanjutnya, jika sampel penelitian direncanakan akan diproduksi setelah selesai penelitian, maka dokumen uji klinik dan ethical clearance diajukan untuk verifikasi ke Tim Uji Klinik BPOM dan dalam pelaksanaan uji klinik akan dipantau oleh KE & BPOM. Dalam pengajuan pelaksanaan uji klinik di Indonesia terdapat beberapa fase uji klinik. Uji klinik pra pemasaran (fase I, II, III), uji klinik pasca pemasaran (fase IV), uji klinik untuk pendidikan (fase IV) Tata laksana uji klinik dan pelaporan (terlampir dalam materi pelatihan serta buku pedoman cara uji klinik yang baik) Inspeksi uji klinik dilakukan oleh BPOM 7. Etik Penelitian Epidemiologi dan Sosial Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari frekwensi, distribusi dan determinan suatu masalah yang sedang berlangsung di masyarakat dan juga mempelajari aplikasinya untuk menyelesaikan/memecahkan/mengendalikan masalah tersebut Epidemiologi deskriptif : mempelajari distribusi masalah kesehatan (laporan kasus, studi korelasi, studi iris lintang) Epidemiologi analitik : mempelajari faktor-faktor penentu masalah kesehatan (studi observasional, studi eksperimental) Isu etika terkait penelitian epidemiologi : sesuai dengan 3 prinsip etik penelitian (secara rinci terlampir dalam materi pelatihan) Mencegah konflik kepentingan

4 Kaji etik penelitian epidemiologi : tidak dapat dipisahkan dari kaji metodologi, merupakan keharusan dalam penelitian epidemiologi, untuk penelitian multisenter harus lulus kaji etik semua senter kecuali sepakat menunjuk 1 komisi etik, penelitian dana luar negeri harus lulus kaji etik negeri donor & negara penerima, anggota tim kaji etik dari masyarakat awam mewakili kepentingan masyarakat yang diteliti, menjaga keseimbangan antara perspektif indivisu & masyarakat, mencegah eksploitasi kelompok rentan, bila menggunakan kontrol kaji etik menjamin kelompok kontrol tidak dirugikan, menjamin adanya kompensasi bagi subjek bila mengalami kerugian Aspek etik penting yang harus diperhatikan dalam penelitian epidemiologi : Subjek dipilih secara adil, manfaat & beban sesuai Prosedur PSP adekuat Privasi subjek dan kerahasiaan data terjaga Resiko diminimalkan & manfaat melebihi resio Ada aturan ketat untuk melindungi subjek lemah Ada prosedur untuk pantau perlindungan subjek Ada prosedur penyampaian hasil 8. Etik Bahan Biologi Tersimpan BBT : specimen klinis atau materi biologis lain yang disimpan/diarsipkan atau sisa penlitian, sisa pelayanan kesehatan yang sengaja disimpan untuk pemeriksaan di masa depan Jenis BBT : BBT beridentitas & BBT tidak beridentitas, BB anonym Ilinked anonymised & unlinked anonymised) Setelah mengajukan protokol penelitian ke komisi ilmiah setelah disetujui kemudian diajukan ke komisi etik. Selanjutnya dilakukan PSP baru kemudian dilakukan pengumpulan bahan biologik. Dari bahan biologik yang dikumpulkan dan diteliti, mungkin ada sisa bahan biologik, sisa tersebut yaitu BBT Untuk pemanfaatan BBT, perlu dilakukan kembali protokol penelitian ke komisi ilmiah setelah disetujui kemudian disetujui oleh pimpinan lembaga dimana BBT disimpan/dikumpulkan untuk izin pemanfaatan BBT, kemudian diajukan ke komisi etik dan selanjutnya dilakukan PSP baru kemudian BBT dapat dimanfaatkan. Penelitian menggunakan BBT harus mendapatkan persetujuan etik penelitian Idealnya subjek sudah memberikan persetujuan pada saat pertama penelitian dilakukan, walaupun jenis pemeriksaan/penelitian selanjutnya belum ditentukan Bila tidak ada PSP, penelitian masih dapat dilakukan jika tidak mungkin mencari subjek lagi untuk PSP, kerahasiaan subjek terjaga PSP untuk pemanfaatan BBT diperoleh dengan 3 cara : PSP sudah tercakup dalam PSP waktu bahan biologik dikumpulkan, dimintakan PSP baru, jika tidak mungkin menghubungi subjek lagi bisa ada pengecualian (waiver) BBT yang dikumpulkan untuk penelitian kesehatan milik lembaga pelayanan atau penelitian. Kepala lembaga bertanggung jawab terhadap penyimpanan, pemanfaatan dan pemusnahan BBT. BBT tidak boleh dijual aatau diperdagangkan Harus selalu memegang 3 prinsip dasar etik penelitian 9. Etika dalam Penelitian Kerjasama Internasional dan Multisenter Penelitian kerjasama (internasional) yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti lokal bersama peneliti negara lain atau penelitian yang dilakukan oleh peneliti beberapa negara secara bersamasama Perlu diperhatikan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti asing dan mengikutsertakan peneliti lokal sebagai pengumpul specimen bukan penelitian kerjasama Dasar hukum : UU no 18 /tahun 2002, PP no 39/tahun 1995, PP no 41/tahun 2006, Kepmenkes no 1031/tahun 2005 Aspek etik : tidak memanfaatkan kelemahan kondisi setempat, harus memaksimalkan azas manfaat, harus mengacu pada standars etik yang universal, menerapkan standar yang berlaku, memperhatikan tata nilai dan budaya lokal, kepentingan subjek lebih diutamakan, tidak berlebihan dalam inducement, perlu persetujuan etik kedua negara

5 Aspek legal : tidak membahayakan kepentingan/keamanan nasional, memperhatikan kedaulatan bangsa, hak atas kekayaan hayati, hak kekayaan intelektual MTA dibutuhkan untuk mengamankan setiap pengalihan specimen ke luar negeri Isi MTA : siapa pengirim, siapa penerima, rincian materi yang dialihkan, tujuan pemeriksaan, rincian uji, alasan dikirim ke luar negeri, pernyataan materi tidak akan dialihkan ke pihak ke 3, penjelasan apa yang akan dilakukan terhadap sisa materi, hak publikasi, HKI Upaya proteksi :Permenkes, MoU, Protokol, Ethical clearance, advokasi untuk pemberdayaan kapasitas, MTA, mekanisme pengawasan oleh Komisi Nasional, sistem pelacakan melalui Tim MTA Pengajuan MTA : dapat diajukan ke Balitbangkes Jakarta 10. Tanggung Jawab Peneliti Selama dan Setelah Melaksanakan Penelitian serta Integritas Peneliti Peneliti mempunyai tanggung jawab utama untuk elindungi hak dan kesejahteraan manusia dan penggunaan hewan coba sebagai subjek penelitian Terdapat 10 tanggung jawab peneliti (terlampir dalam materi pelatihan) Integritas peneliti : bermoral tinggi, berperilaku baik dan jujur, adil, bekerja dengan sepenuh hati dan bertanggung jawab Kepemilikan data harus diperhatikan demikian juga dalam pencantuman nama untuk publikasi dan HKI

LAPORAN PELATIHAN ETIK DASAR PENELITIAN KESEHATAN

LAPORAN PELATIHAN ETIK DASAR PENELITIAN KESEHATAN LAPORAN PELATIHAN ETIK DASAR PENELITIAN KESEHATAN Diselenggarakan oleh Dewan Penegakan Kode Etik Universitas Esa Unggul dan Komisi Etik Badan Litbang Kesehatan - Kementrian Kesehatan RI Senin-Selasa, 24-25

Lebih terperinci

KEPPKN 2017 Penerapan 3 Prinsip ke 7 Standar: Kriteria/ Dasar Pengambilan Keputusan Persetujuan Usulan Protokol: Laik Etik

KEPPKN 2017 Penerapan 3 Prinsip ke 7 Standar: Kriteria/ Dasar Pengambilan Keputusan Persetujuan Usulan Protokol: Laik Etik KEPPKN 2017 Penerapan 3 Prinsip ke 7 Standar: Kriteria/ Dasar Pengambilan Keputusan Persetujuan Usulan Protokol: Laik Etik 1. Daftar Tilik ini merupakan Catatan Telaah Protokol Penelitian yang diusulkan

Lebih terperinci

Perubahan pada diri Anda

Perubahan pada diri Anda Perubahan pada diri Anda. HAL UTAMA YANG KAMI HARAPKAN ANDA TIDAK HARUS BAGUS UNTUK MEMULAI, TETAPI ANDA HARUS MEMULAI UNTUK MENJADI BAGUS.. JIKA ANDA LAKUKAN APA YANG HARUS ANDA LAKUKAN, MAKA ANDA AKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REGISTRI PENELITIAN KLINIK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REGISTRI PENELITIAN KLINIK PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN REGISTRI PENELITIAN KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

dr. SETYO TRISNADI, Sp.F, G.Bioethics

dr. SETYO TRISNADI, Sp.F, G.Bioethics dr. SETYO TRISNADI, Sp.F, G.Bioethics Etika adalah cabang ilmu filsafat moral yang mencoba mencari jawaban guna menentukan dan mempertahankan secara rasional teori yang berlaku secara umum tentang apa

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS PADJADJARAN TELAAH DI PERCEPAT Halaman 8-1 8-8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 8-2 1. TUJUAN... 8-3 2. RUANG LINGKUP... 8-3 3. PENANGGUNG JAWAB... 8-3 4. ALUR

Lebih terperinci

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN Halaman 18-1 18-8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 18-2 1. TUJUAN... 18-3 2. RUANG LINGKUP...

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN KAJI ETIK PENELITIAN YANG MELIBATKAN SUBYEK PENELITIAN MANUSIA DI RSI SULTAN AGUNG

FORMULIR PERMOHONAN KAJI ETIK PENELITIAN YANG MELIBATKAN SUBYEK PENELITIAN MANUSIA DI RSI SULTAN AGUNG FORMULIR PERMOHONAN KAJI ETIK PENELITIAN YANG MELIBATKAN SUBYEK PENELITIAN MANUSIA DI RSI SULTAN AGUNG Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama NIM Fakultas / Institusi Judul penelitian No. HP e-mail

Lebih terperinci

KUNJUNGAN PEMANTAUAN KE LOKASI PENELITIAN Halaman

KUNJUNGAN PEMANTAUAN KE LOKASI PENELITIAN Halaman KUNJUNGAN PEMANTAUAN KE LOKASI PENELITIAN Halaman 19-1 19-6 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI........ 19-2 1. TUJUAN........ 19-3 2. RUANG LINGKUP......

Lebih terperinci

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN

TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN TELAAH LAPORAN KEJADIAN SERIUS YANG TIDAK DIINGINKAN Halaman 18-1 18-8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 18-1 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI..... 18-2

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DOKUMEN PENELITIAN Halaman

PENGELOLAAN DOKUMEN PENELITIAN Halaman PENGELOLAAN DOKUMEN PENELITIAN Halaman 23-1 23-7 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI...... 23-2 1. TUJUAN... 23-3 2. RUANG LINGKUP... 23-3 3. PENANGGUNGJAWAB...

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1319, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Penelitian. Klinik. Registri. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02002/SK/KBPOM

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02002/SK/KBPOM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02002/SK/KBPOM TENTANG TATA LAKSANA UJI KLINIK KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Menimbang

Lebih terperinci

TELAAH LANJUTAN TERHADAP PROTOKOL YANG SEDANG DILAKSANAKAN

TELAAH LANJUTAN TERHADAP PROTOKOL YANG SEDANG DILAKSANAKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 12. Telaah Lanjutan terhadap Protokol yang Sedang TELAAH LANJUTAN TERHADAP PROTOKOL YANG SEDANG DILAKSANAKAN Halaman 13-1 13-10 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KLIRENS ETIK PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN

KLIRENS ETIK PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN KLIRENS ETIK PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN KOMISI KLIRENS ETIK BIDANG ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA PENGANTAR Klirens Etik (ethical clearance)

Lebih terperinci

KUNJUNGAN PEMANTAUAN KE LOKASI PENELITIAN Halaman

KUNJUNGAN PEMANTAUAN KE LOKASI PENELITIAN Halaman KUNJUNGAN PEMANTAUAN KE LOKASI PENELITIAN Halaman 19-1 19-6 KOMITE ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 19-1 No FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS

Lebih terperinci

Dr. Sholahuddin MHKes. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi

Dr. Sholahuddin MHKes. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Dr. Sholahuddin MHKes Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi 1 Sejarah etika penelitian kesehatan Temukan didalam literatur, satu kejadian dalam sejarah penelitian kesehatan yang melatarbelakangi

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS PADJADJARAN TELAAH DIPERCEPAT Halaman 8-1 8-8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 8-1 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 8-2 1. TUJUAN... 8-3 2. RUANG LINGKUP... 8-3

Lebih terperinci

REGULATIONS AND POLICIES ON CLINICAL RESEARCH IN INDONESIA

REGULATIONS AND POLICIES ON CLINICAL RESEARCH IN INDONESIA REGULATIONS AND POLICIES ON CLINICAL RESEARCH IN INDONESIA Dr. Siswanto, MHP, DTM Director for Center for Applied Health Technology and Clinical Epidemiology/NIHRD Peraturan dalam Riset Klinik UUD 1945

Lebih terperinci

Mata Kuliah BIOETIKA Program studi Bioteknologi

Mata Kuliah BIOETIKA Program studi Bioteknologi Mata Kuliah BIOETIKA Program studi Bioteknologi Pertemuan Ke 8 BIOETIKA DALAM PENELITIAN EPIDEMIOLOGI DAN SOSIAL BUDAYA By: Seprianto, S,Pi, M.Si Tujuan Etik Epidemiologi Umum Memberi orientasi bagi peneliti

Lebih terperinci

PENGAJUAN PROTOKOL UNTUK TELAAH AWAL Halaman

PENGAJUAN PROTOKOL UNTUK TELAAH AWAL Halaman PENGAJUAN PROTOKOL UNTUK TELAAH AWAL Halaman 9-1 9-7 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 9-1 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 9-2 1. TUJUAN... 9-3 2.

Lebih terperinci

Persyaratan pengajuan ke Komisi Etik Penelitian FK-UNMUL

Persyaratan pengajuan ke Komisi Etik Penelitian FK-UNMUL Persyaratan pengajuan ke Komisi Etik Penelitian FK-UNMUL 1. Surat permohonan dari Institusi (khusus untuk mahasiswa FK-UNMUL hanya diperlukan surat dari Ketua Program Studi Pendidikan Dokter yang menyatakan

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KEPK Halaman

PEMBENTUKAN KEPK Halaman PEMBENTUKAN KEPK Halaman 2-1 2-17 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 2-2 1. TUJUAN... 2-3 2. RUANG LINGKUP... 2-4 3. PENANGGUNG JAWAB... 2-4 4. ALUR

Lebih terperinci

PENGAJUAN PROTOKOL UNTUK TELAAH AWAL Halaman

PENGAJUAN PROTOKOL UNTUK TELAAH AWAL Halaman PENGAJUAN PROTOKOL UNTUK TELAAH AWAL Halaman 9-1 9-7 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 9-2 1. TUJUAN... 9-3 2. RUANG LINGKUP... 9-3 3. PENANGGUNG

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FORMULIR PENILAIAN PROTOKOL Halaman

PENGGUNAAN FORMULIR PENILAIAN PROTOKOL Halaman PENGGUNAAN FORMULIR PENILAIAN PROTOKOL Halaman 7-1 7-26 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 7-2 1. TUJUAN... 7-3 2. RUANG LINGKUP... 7-3 3. PENANGGUNG

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERMINASI PENELITIAN

MANAJEMEN TERMINASI PENELITIAN MANAJEMEN TERMINASI PENELITIAN Halaman 17-1 17-7 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 17-1 No FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJADJARAN DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PENDAHULUAN Penelitian epidemiologi - merupakan studi distribusi dan determinan (penentu) status atau kejadian yang berkaitan

Lebih terperinci

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP)

Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) Definisi PSP Izin atau pernyataan setuju dari subjek yang diberikan secara bebas, sadar, rasional tentang segala tindakan/ perlakuan yang hendak dilakukan terhadap

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FORMULIR PENILAIAN PROTOKOL Halaman

PENGGUNAAN FORMULIR PENILAIAN PROTOKOL Halaman PENGGUNAAN FORMULIR PENILAIAN PROTOKOL Halaman 7-1 7-25 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 7-1 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 7-2 1. TUJUAN... 7-3

Lebih terperinci

A. Definisi Etika Penelitian B. Prinsip Prinsip Etika Penelitian

A. Definisi Etika Penelitian B. Prinsip Prinsip Etika Penelitian A. Definisi Etika Penelitian Etika berasal dari bahasa Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

APLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

APLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes APLIKASI ETIKA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes Praktek Kebidanan Oleh Bidan meliputi: 1. Pemeriksaan kehamilan 2. Pertolongan persalinan 3. Pelayanan keluarga berencana 4. Pemeriksaan

Lebih terperinci

Ide pokok Pengertian :

Ide pokok Pengertian : Ide pokok : Keputusan dibuat dalam bentuk kerjasama Perawat-Klien. Informed consent- berkaitan dengan etika dan hukum. Berkaitan dengan hukum- IC- masalah hukum dan pengadilan. Informed consent diberikan

Lebih terperinci

ETIKA PENELITIAN KESEHATAN

ETIKA PENELITIAN KESEHATAN ETIKA PENELITIAN KESEHATAN Author : Wella Yurisa Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2008 Files of DrsMed FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com) 1 Preface Kode etik penelitian kedokteran,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG STUDI KOHOR KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG STUDI KOHOR KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2014 TENTANG STUDI KOHOR KESEHATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TELAAH LANJUTAN TERHADAP PROTOKOL YANG SEDANG DILAKSANAKAN

TELAAH LANJUTAN TERHADAP PROTOKOL YANG SEDANG DILAKSANAKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN TELAAH LANJUTAN TERHADAP PROTOKOL YANG SEDANG DILAKSANAKAN Halaman 13-1 13-10 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017

Lebih terperinci

SOP PENGAJUAN DAN PENILAIAN KELAYAKAN ETIK PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

SOP PENGAJUAN DAN PENILAIAN KELAYAKAN ETIK PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA SOP PENGAJUAN DAN PENILAIAN KELAYAKAN ETIK PENELITIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA A. Prosedur Pengajuan Kelayakan Etik Penelitian 1. Penilaian kelayakan etik dilakukan terhadap

Lebih terperinci

PARTISIPAN dan ETIKA RISET. Disampaikan pada kuliah Metodologi Riset Sistem Informasi Oleh: Jefri Marzal

PARTISIPAN dan ETIKA RISET. Disampaikan pada kuliah Metodologi Riset Sistem Informasi Oleh: Jefri Marzal PARTISIPAN dan ETIKA RISET Disampaikan pada kuliah Metodologi Riset Sistem Informasi Oleh: Jefri Marzal Partisipan penelitian Orang yang terlibat dalam penelitian anda, yaitu orang yang anda interview,

Lebih terperinci

2 Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlin

2 Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlin BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1357, 2015 KEMENKES. Kesehatan. Beresiko Tinggi. Berbahaya. Pengembangan. Penelitian. Perizinan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DOKUMEN PENELITIAN Halaman

PENGELOLAAN DOKUMEN PENELITIAN Halaman 2 Desember 2014 PENGELOLAAN DOKUMEN PENELITIAN Halaman 23-1 23-5 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 23-1 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI........ 23-2 1.

Lebih terperinci

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI TUJUAN UMUM Peserta memahami tentang PSP dalam hal: Tujuan utama dari PSP didasarkan

Lebih terperinci

KEPPKN-2017 Penerapan Prinsip 3 ke 7 butir Standar: Kriteria/Dasar Pengambilan Keputusan Persetujuan Usulan Protokol: Layak Etik

KEPPKN-2017 Penerapan Prinsip 3 ke 7 butir Standar: Kriteria/Dasar Pengambilan Keputusan Persetujuan Usulan Protokol: Layak Etik KEPPKN-2017 Penerapan Prinsip 3 ke 7 butir Standar: Kriteria/Dasar Pengambilan Keputusan Persetujuan Usulan Protokol: Layak Etik 1. Daftar Tilik ini merupakan Catatan Telaah Protokol Penelitian yang diusulkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERMINASI PENELITIAN

MANAJEMEN TERMINASI PENELITIAN 17. ManajemenTerminasiPenelitian Revisi ke-0 MANAJEMEN TERMINASI PENELITIAN Halaman 17-1 17-6 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 17-2 1. TUJUAN...

Lebih terperinci

AGENDA RAPAT DAN NOTULEN

AGENDA RAPAT DAN NOTULEN KOMITE ETIK AN KESEHATAN AGENDA RAPAT DAN TULEN Halaman 20-1 20-15 KOMITE ETIK AN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 KOMITE ETIK AN KESEHATAN DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI.....

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Status hukum dan peraturan tentang catatan kesehatan harus dijaga oleh institusi pelayanan kesehatan. Istitusi kesehatan

Lebih terperinci

ETIK PENELITIAN KESEHATAN

ETIK PENELITIAN KESEHATAN ETIK PENELITIAN KESEHATAN Pudji Rahaju Komite Etik Penelitian Kesehatan RSUD dr. Saiful Anwar SMF/Lab IK.THT-KL RSUD dr. Saiful Anwar/ Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 1. Pendahuluan 2.

Lebih terperinci

BPOM. Uji Klinik. Persetujuan. Tata Laksana. Pencabutan.

BPOM. Uji Klinik. Persetujuan. Tata Laksana. Pencabutan. No.1038, 2014 BPOM. Uji Klinik. Persetujuan. Tata Laksana. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TATA LAKSANA PERSETUJUAN UJI KLINIK

Lebih terperinci

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN

PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN PERTEMUAN 10 ETIKA PENELITIAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai etika penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 10.1.Menjelaskan etika penelitian. 10.2.Menjelaskan

Lebih terperinci

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS DIPONEGORO SEPTEMBER 2009 PRAKATA Puji syukur Penulis sampaikan kepada Allah

Lebih terperinci

Aspek Etik dan Hukum Kesehatan

Aspek Etik dan Hukum Kesehatan Aspek Etik dan Hukum Kesehatan Latar Belakang berlakunya etik sebagai norma dalam kehidupan manusia : - Kata etik atau etika, berasal dari dua kata yunani yang hampir sama bunyinya namun berbeda artinya.

Lebih terperinci

PERNYATAAN KERAHASIAAN DAN PERNYATAAN KONFLIK KEPENTINGAN

PERNYATAAN KERAHASIAAN DAN PERNYATAAN KONFLIK KEPENTINGAN PERNYATAAN KERAHASIAAN DAN PERNYATAAN KONFLIK KEPENTINGAN Halaman 4-1 4-9 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 4-2 1. TUJUAN... 4-3 2. RUANG LINGKUP...

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian mencakup bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Pedoman Penyusunan Lembar Penjelasan kepada Calon Subyek

Pedoman Penyusunan Lembar Penjelasan kepada Calon Subyek Pedoman Penyusunan Lembar Penjelasan kepada Calon Subyek Calon subyek dapat berasal dari masyarakat (penelitian komunitas) atau pasien (penelitian klinis). Lembar penjelasan harus cukup jelas dan mudah

Lebih terperinci

AGENDA FULLBOARD DAN NOTULEN

AGENDA FULLBOARD DAN NOTULEN AGENDA FULLBOARD DAN TULEN Halaman 20-1 20-16 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POB KEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 20-1 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI..... 20-2 1. TUJUAN........ 20-3

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. khususnya Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Psikiatri

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. khususnya Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Psikiatri BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak, Ilmu Psikiatri 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJADJARAN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS PADJADJARAN KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJADJARAN FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS PADJADJARAN KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN TELAAH AMANDEMEN Halaman 12-1 12-9 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 No. DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 12-2 1. TUJUAN... 12-3 2. RUANG LINGKUP... 12-3 3. PENANGGUNG JAWAB... 12-3 4. ALUR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Rumah sakit sebagai satu lembaga sosio-ekonomi juga lembaga kemanusiaan yang memiliki nilai-nilai dan martabat luhur, sebaiknya mengutamakan nilai-nilai moral dan tidak

Lebih terperinci

IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude

IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI. Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude IMPLEMENTAS I PERAWAT PRAKTEK MANDIRI Ns. SIM SAYUTI, S.Kep NIRA : 35240258861 Beprofessional nurse Knowledge, skill, & attitude Hasil Evaluasi Peran dan Fungsi Perawat Puskesmas Daerah Terpencil (Depkes

Lebih terperinci

ETIK PENELITIAN KESEHATAN FASILITATOR : GEMA NAZRI YANTI

ETIK PENELITIAN KESEHATAN FASILITATOR : GEMA NAZRI YANTI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FASILITATOR : GEMA NAZRI YANTI PP No.39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan : Penelitian Kesehatan adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan menurut metode secara

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 760/MENKES/ PER/ lx/1992 TENTANG FITOFARMAKA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. Bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

ETIKA DAN KEPROFESIAN VETERINER. oleh : Drh.Wiwiek Bagja PB- Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia

ETIKA DAN KEPROFESIAN VETERINER. oleh : Drh.Wiwiek Bagja PB- Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia ETIKA DAN KEPROFESIAN VETERINER oleh : Drh.Wiwiek Bagja PB- Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia INTERAKSI ANTARA HEWAN DAN MANUSIA Sudah berabad-abad diketahui dan dipahami oleh manusia bagaimana hewan

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR BIOETIKA. Oleh: E. Suryadi Fakultas Kedokteran UGM

PRINSIP DASAR BIOETIKA. Oleh: E. Suryadi Fakultas Kedokteran UGM PRINSIP DASAR BIOETIKA Oleh: E. Suryadi Fakultas Kedokteran UGM Pendahuluan: Pengertian Bioetika Awalnya adalah Etika bioteknologi yaitu suatu studi masalah etika terkait produksi, penggunaan dan modifikasi

Lebih terperinci

Deklarasi Helsinki Deklarasi Helsinki DEKLARASI HELSINKI?? Merupakan rekombinasi oleh WMA tahun 1964 setelah adanya UU Numberg. Mengandung larangan

Deklarasi Helsinki Deklarasi Helsinki DEKLARASI HELSINKI?? Merupakan rekombinasi oleh WMA tahun 1964 setelah adanya UU Numberg. Mengandung larangan Deklarasi Helsinki Deklarasi Helsinki DEKLARASI HELSINKI?? Merupakan rekombinasi oleh WMA tahun 1964 setelah adanya UU Numberg. Mengandung larangan terhadap percobaan medis manusia yang sedang sekarat.

Lebih terperinci

PEMILIHAN KONSULTAN INDEPENDEN

PEMILIHAN KONSULTAN INDEPENDEN FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS PADJADJARAN KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN HEALTH RESEARCH ETHICS COMMITTE PEMILIHAN KONSULTAN INDEPENDEN Halaman 5-1 5-5 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG

Lebih terperinci

PENGARSIPAN DAN PENCARIAN DOKUMEN

PENGARSIPAN DAN PENCARIAN DOKUMEN PENGARSIPAN DAN PENCARIAN DOKUMEN Halaman 24-1 24-7 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2017 POBKEPK-FK UNPAD 2017 Halaman 24-1 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI..... 24-2 1. TUJUAN..... 24-3

Lebih terperinci

INTERVENSI TERHADAP KESALAHAN/PENYIMPANGAN PROTOKOL

INTERVENSI TERHADAP KESALAHAN/PENYIMPANGAN PROTOKOL INTERVENSI TERHADAP KESALAHAN/PENYIMPANGAN PROTOKOL Halaman 15-1 15-6 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal DAFTAR ISI... 15-2 1. TUJUAN... 15-3 2. RUANG LINGKUP...

Lebih terperinci

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS

PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS PERATURAN SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA TERTIB SENAT FAKULTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA SENAT FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kode Perilaku Pemasok... 3 Pendahuluan... 3 Hak Asasi Manusia dan Tenaga

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban. Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban. 1. Pernyataan mana tentang Rekam Medik (RM) yang tidak benar: a. Pemaparan isi RM hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

ETIK PADA HEWAN PERCOBAAN FASILITATOR: GEMA NAZRI YANTI

ETIK PADA HEWAN PERCOBAAN FASILITATOR: GEMA NAZRI YANTI ETIK PADA HEWAN PERCOBAAN FASILITATOR: GEMA NAZRI YANTI ETIK PENGGUNAAN HEWAN PERCOBAAN PENGATURAN ETIK PADA HEWAN PERCOBAAN PENGGUNAAN HEWAN PERCOBAAN PERLAKUAN THDP HEWAN PERCOBAAN ETIK PENGGUNAAN HEWAN

Lebih terperinci

TELAAH PROTOKOL YANG DIAJUKAN KEMBALI

TELAAH PROTOKOL YANG DIAJUKAN KEMBALI POB/001/KEPK-FKUP 10. Telaah Protokol yang Diajukan Kembali Revisi ke-1 TELAAH PROTOKOL YANG DIAJUKAN KEMBALI Halaman 11-1 11-6 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2014 DAFTAR ISI No Hal

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Makassar, Oktober Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Andi Asadul Islam

KATA SAMBUTAN. Makassar, Oktober Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Andi Asadul Islam KATA SAMBUTAN Saya menyambut gembira dengan diterbitkannya Buku Pedoman Operasional Komisi Etik Penelitian Kesehatan, dengan bepedoman pada buku ini diharapkan bahwa setiap peneliti kesehatan di Fakultas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II.

DAFTAR ISI PERATURAN MEDIASI KLRCA SKEMA UU MEDIASI 2012 PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA. Peraturan Mediasi KLRCA. Bagian I. Bagian II. DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Bagian

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014 ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014 BAB I STRUKTUR ORGANISASI Pasal 1 Komisi Paripurna (1) Komisi Paripurna dipimpin oleh seorang Ketua dan 2 (dua) orang Wakil Ketua. (2) Sidang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 34 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4. 1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 4. 2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Masyarakat Ruang Lingkup keilmuan Ilmu Forensik dan Medikolegal dan Ilmu Kesehatan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA

DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA DAFTAR ISI Peraturan Mediasi KLRCA Bagian I PERATURAN MEDIASI KLRCA Bagian II SKEMA Bagian III UU MEDIASI 2012 Bagian IV PANDUAN PERATURAN MEDIASI KLRCA 2 Pusat untuk Arbitrase Regional Kuala Lumpur Peraturan

Lebih terperinci

Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN

Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN Memperhatikan: Hasil Rapat Tim RIP 19 April 2016 mengenai Pelaksanaan RIP UMJ. MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN REKTOR TENTANG KODE ETIK PELAKU PENELITIAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu Geriatri dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN KASUS DUGAAN PELANGGARAN DISIPLIN DOKTER DAN DOKTER GIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PEDOMAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

RANCANGAN PEDOMAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA RANCANGAN PEDOMAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Bahwa sesungguhnya mahasiswa adalah pelajar perguruan tinggi yang memiliki keyakinan kepada kebenaran sebagai

Lebih terperinci

KOMISI ETIK Lembaga Penelitian Unika Atma Jaya FORMULIR PERMOHONAN PERSETUJUAN ETIK PENELITIAN KESEHATAN

KOMISI ETIK Lembaga Penelitian Unika Atma Jaya FORMULIR PERMOHONAN PERSETUJUAN ETIK PENELITIAN KESEHATAN KOMISI ETIK Lembaga Penelitian Unika Atma Jaya FORMULIR PERMOHONAN PERSETUJUAN ETIK PENELITIAN KESEHATAN A. Umum : 1. Judul Penelitian Penggunaan Crystal-Meth dan perilaku beresiko terkait HIV di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Anak. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilakukan di tempat

Lebih terperinci

KODE ETIK PEMASOK. Etika Bisnis

KODE ETIK PEMASOK. Etika Bisnis KODE ETIK PEMASOK Weatherford telah membangun reputasinya sebagai organisasi yang mengharuskan praktik bisnis yang etis dan integritas yang tinggi dalam semua transaksi bisnis kami. Kekuatan reputasi Weatherford

Lebih terperinci

PANDUAN PENGAJUAN ETHICAL CLEARANCE BAGI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

PANDUAN PENGAJUAN ETHICAL CLEARANCE BAGI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN PANDUAN PENGAJUAN ETHICAL CLEARANCE BAGI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI SEKRETARIAT KOMISI ETIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI 2014 Syarat pengajuan:

Lebih terperinci

2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K

2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.369, 2014 KESRA. Kesehatan. Tradisional. Pelayanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5643) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

OUTLINE. Drs. Hary Wahyu T., Apt. Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen A. PENDAHULUAN

OUTLINE. Drs. Hary Wahyu T., Apt. Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen A. PENDAHULUAN Drs. Hary Wahyu T., Apt Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen BADAN POM RI OUTLINE A. PENDAHULUAN B. KONSEP PENGAWASAN OT/OBAT HERBAL C. KEAMANAN, KHASIAT/MANFAAT, MUTU

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.353, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA. Organisasi. Tata Kerja. Majelis Kehormatan Disiplin. Kedokteran PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.617, 2015 KKI. Pelanggaran Disiplin. Dokter dan Dokter Gigi. Dugaan. Penanganan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Melibatkan manusia sebagai subjek penelitian medis membutuhkan. kesehatan dan harus diperbaharui.

BAB V PENUTUP. 1. Melibatkan manusia sebagai subjek penelitian medis membutuhkan. kesehatan dan harus diperbaharui. BAB V PENUTUP 5. 1 Simpulan Berdasarkan pembahasan penulis, jawaban atas identifikasi masalah pada Bab I skripsi ini adalah: 1. Melibatkan manusia sebagai subjek penelitian medis membutuhkan aturan yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.127, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Keracunan Pangan. Kejadian Luar Biasa. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KEJADIAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Biologi dan Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1787, 2017 KKI. Dokter dan Dokter Gigi. Penanganan Pengaduan Disiplin. Pencabutan. PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENANGANAN

Lebih terperinci

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN RS. DR. KARIADI SEMARANG

KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN RS. DR. KARIADI SEMARANG KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO DAN RS. DR. KARIADI SEMARANG Sekretariat: Kantor Dekanat FK Undip Lt.3 Jl. Dr. Sutomo 18 Semarang Telp. 024-8311523 /Fax: 024-8446905

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR ADALAH : Ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa paten merupakan kekayaan intelektual yang diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERSETUJUAN UJI KLINIK

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERSETUJUAN UJI KLINIK PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERSETUJUAN UJI KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 1. Pengetahuan 1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci