LAPORAN PRAKTIKUM FAAL INDERA RASA KULIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM FAAL INDERA RASA KULIT"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM FAAL INDERA RASA KULIT Oleh: Kelompok B7, B8, B9 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2017

2 Anggota Kelompok : Hana Fajrin Mardatilla Rusyadi Yuline Krishartini Devalna Siwi Ichyana Rm Haffiyan S. P. D Elvina Hasna Wijayanti Muhammad Aulia Indira Rezka Nur Alima Rafi Ardhito T. G. Emir Amannulloh H. P Fianza Rezkita Herdina Saraswati Rahma Putri Qintan Sekar Adjani Firlana Cahyareni Fadhilah Nursyahirah Wijaya Krisnynda Ayu Pridanti Nadia Chairony Resgita Nadila Masya Prisca Agustina Nurcahyani P Abid Rabbani Virna Septianingtyas Dian Pramita Ayu Kumalasari Vina Zavira Nizar Fiona Cherrilia Adji

3 A. Tujuan Membuktikan fungsi persepsi dan mekanisme sensoris pada kulit manusia B. Metode Praktikum a) Alat 1. Stempel berukuran 3x3 cm 2. 3 buah bak 3. Kerucut kuningan 4. Pensil 5. Penggaris 6. Jangka 7. Kotak timbangan 8. Beban 9. Kertas penggosok 10. Objek berbentuk lingkaran, 4 persegi panjang, bulat, lonjong, segi lima, tabung, balok, setengah lingkaran 11. Alat hardy-wolff + rheostat 12. Thermometer b) Bahan 1. Air es 4 ºC 2. Air panas 40 ºC dan 50 ºC 3. Air PDAM 25 ºC 4. Alkohol 5. Balsem 6. Benzokain c) Cara Kerja i. Paleo-sensibilities a. Rasa-rasa panas dan dingin 1 1. Menyediakan 3 buah bak yang masing-masing berisi air es 4 ºC, air panas 40 ºC, dan air PDAM 25 ºC 2. Memasukan telunjuk kanan ke dalam air es dan telunjuk kiri ke dalam air panas 3. Kemudian dengan segera memasukkan kedua telunjuk ke dalam bak yang berisi air dengan suhu kamar 4. Mencatat dan menerangkan perasaan yang dialami

4 ii. b. Rasa-rasa panas dan dingin 2 1. Menempelkan punggung tangan + /- 10 cm di depan mulut dan menip kulit tangan perlahan-lahan. Mencatat rasa yang dialami 2. Membasahi punggung tangan tersebut dengan air kemudian meniup seperti pada langkah 1. Mencatat perasaan yang dialami 3. Mengolesi punggung tangan dengan alcohol kemudian meniup lagi. Mencatat perasaan yang dialami c. Reaksi-reaksi di kulit 1. Meletakkan telapak kiri di atas meja dan menandai daerah 3x3 cm dengan stempel yang telah tersedia. Menutup mata orang coba. 2. Menyelidiki secara teratur mengikuti garis-garis sejajar titik-titik panas dengan menggunakan kerucut kuningan yang telah direndam dalam air panas 50 ºC (sebelum meletakkan kerucut pada telapak tangan, kerucut dikeringkan terlebih dahulu). Memberi tanda pada titik-titik dengan tinta hitam 3. Melakukan percobaan tersebut di atas untuk menentukan titik-titik dingin dengan menggunakan kerucut kuningan yang direndam dalam air es. 4. Melakukan percobaan tersebut di atas untuk menentukan titik-titik tekan dengan menggunakan pensil tumpul yang ditekan seringan mungkin pada area percobaan. 5. Melakukan langkah 1-4 kembali untuk daerah-daerah lengan bawah, kuduk, dan pipi Neo-sensibilities a. Lokasi rasa tekan 1. Menutup mata orang percobaan, kemudian menekan ujung pensil dengan kuat pada ujung jarinya 2. Menyuruh orang percobaan menunjukan dengan pensil tempat yang telah dirangsang. Menentukan jarak antara titik rangsangan dengan titik yang telah ditunjuk oleh orang coba dalam millimeter. 3. Mengulangi percobaan tersebut 3 kai dan menentukan jarak rataratanya 4. Melakukan percobaan tersebut untuk daerah telapak tangan, lengan bawah, lengan atas, pipi, dan kuduk.

5 b. Diskriminasi rasa tekan (Two points discrimination) 1. Menutup mata orang coba, kemudian meletakkan kedua ujung jangga secara serentak (simultant) pada ujung jarinya. 2. Mengambil mula-mula jarak ujung jangka yang kecil sehingga orang percobaan belum dapat membedakan 2 titik, kemudian memperbesar jarak kedua ujung jangka setiap kali dengan 2 mm hingga tepat dapat dibedakan 2 titik oleh orang coba 3. Mengulangi percobaan ini dengan jarak ujung jangka yang besar terlebih dahulu kemudian dikecilkan setiap kali 2 mm sampai ambang diskriminasi. Mengambil jarak rata-rata dari tindakan nomer 2 dan 3 4. Melakukan percobaan no 1-3 tetapi dengan menekan kedua ujung jangka secara berturut-turut (successif) 5. Menentukan dengan cara-cara tersebut diatas ambang diskriminasi dua titik untuk daerah-daerah kuduk, bibir, dan pipi. Mencatat yang dialami. c. Diskriminasi kekuatan rangsangan (Hukum Weber-Fechner) 1. Menutup mata orang coba dan meletakkan tangannya di atas meja dengan telapak tangan menghadap ke atas 2. Meletakkan kotak timbangan dengan bebean 5 gram didalamnya pada ujung-ujung jarinya 3. Menambahkan setiap kali ke dalam kotak timbangan suatu beban sampai orang coba tepat dapat membedakan tambahan berat. Mencatat berat permulaan (+kotak timbangan) dan akhir berat itu 4. Melakukan langkah 2-3 dengan beban mula-mula di dalam kotak berturut-turut 10g, 50g, dan 100 g. d. Kemampuan diskriminasi kekasaran 1. Menyuruh orang coba meraba kertas penggosok yang berbeda derajat kekasarannya dengan ujung jarinya dalam keadaan mata tertutup 2. Mencatat daya pembeda orang coba e. Kemampuan diskriminasi bentuk 1. Dengan mata tertutup menyuruh orang coba memegang benda-benda kecil yang tersedia dalam berbagai bentuk dan menyuruh menyebutkan bentuk benda-benda tersebut (lingkaran, empat persegi panjang, bulat, lonjong, tabung, balok, setengan lingkaran)

6 2. Mengulangi percobaan tersebut dengan lengan bawahnya. iii. Rasa nyeri kulit dan otot I. Nyeri dan Jenis Nyeri Nyeri merupakan mekanisme perlindungan. Nyeri timbul bila ada kerusakan jaringan, dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan cara menghilangkan stimulus nyeri. Rasa nyeri juga dapat terjadi karena berkurangnya aliran darah menuju kulit. Seseorang yang kehilangan sensasi nyeri setelah mengalami kecelakaan pada medula spinalis, tidak akan merasa nyeri sehingga tidak merubah posisinya. (Guyton dan Hall, 2016) Nyeri dapat dibagi menjadi dua jenis utama : a. Nyeri Cepat Bila diberi stimulus, nyeri cepat akan timbul dalam waktu 0,1 detik. Nyeri cepat dapat berupa nyeri tajam, nyeri tertusuk, nyeri akut, dan nyeri tersentrum. b. Nyeri Lambat Bila diberi stimulus, nyeri lambat akan timbul setelah 1 detik atau lebih dan kemudian meningkat secara perlahan selama beberapa detik dan kadang kala beberapa menit. Nyeri lambat dapat berupa nyeri terbakar lambat, nyeri tumpul, nyeri berdenyut, dan nyeri kronis. Nyeri ini dapat berlangsung lama, dan dapat terasa pada kulit atau hampir semua jaringan organ dalam II. Reseptor Nyeri Reseptor nyeri merupakan ujung syaraf bebas. Reseptor nyeri yang terdapat di kulit dan jaringan lain semuanya merupakan ujung saraf bebas. Reseptor nyeri tersebar luas di permukaan superfisial kulit dan juga di jaringan dalam tertentu, misalnya periousteum, dinding arteri, permukaan sendi dan falks serta tentorium tempurung lutut. (Guyton dan Hall, 2016) Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. (Ganong, 2006) Proses penghantaran transmisi nyeri yang disalurkan kesusunan syaraf pusat oleh 2 (dua) sistem serat (serabut) antara lain:

7 1. Serabut A delta (Aδ) Bermielin dengan garis tengah 2 5 (m yang menghantar dengankecepatan m/detik yang disebut juga nyeri cepat (test pain) dan dirasakan dalam waktukurang dari satu detik, serta memiliki lokasi yang dijelas dirasakan seperti ditusuk, tajam berada dekat permukaan kulit. 2. Serabut C, merupakan serabut yang tidak bermielin dengan garis tengah 0,4 1,2 m/detik disebut juga nyeri lambat di rasakan selama 1 (satu) detik atau lebih, bersifat nyeri tumpul, berdenyut atau terbakar. Reseptor Taktil pada Kulit Nyeri dapat dirangsang oleh tiga jenis stimulus, yaitu : 1. Mekanik 2. Suhu 3. Kimiawi Pada umumnya, nyeri cepat disebabkan oleh rangsangan mekanis atau suhu, sedangkan rasa nyeri lambat disebabkan oleh ketiga stimulus nyeri. Beberapa zat kimia yang dapat merangsang jenis nyeri kimiawi adalah bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proleolitik. Selain itu,

8 prostaglandin dan substansi P meningkatkan sensivitas ujung-ujung saraf bebas, tetapi tidak secara langsung merangsangnya. Nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor nyeri(taylor C,dkk) Pada penelitian oleh H.L Andrews, umumnya, terjadi peningkatan resistensi kulit pada nilai ambang nyeri saat melewati Watt. Kelompok ini termasuk 2 orang yang menunjukkan perubahan resistensi kulit terbesar terhadap rasa nyeri. III. Pengaruh Peralihan Perhatian pada Rasa Nyeri Pengalihan perhatian dapat mengubah persepsi nyeri pada seseorang, dilihat dari nilai ambang rasa nyeri pada perlakuan normal dan perlakuan mengalihkan perhatian. Kemampuan mengalihkan perhatian untuk meredakan nyeri didasarkarkan pada teori bahwa apabila ada dua rangsangan yang tepisah, fokus pada salah satunya akan menghilangkan fokus pada yang lain (Price & Wilson, 2006). IV. Pengaruh Kondisi Hiperaemia pada Rasa Nyeri Hiperemia adalah proses dimana tubuh menyesuaikan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan yang berbeda dalam kesehatan dan penyakit. (Bliss MR, 1998). Percobaan dengan balsem menunjukkan suatu respon pada kulit yaitu terjadi peningkatan jumlah daerah yang terpapar. Hal ini disebabkan oleh vasodilatasi pada pembuluh darah yang sebelumnya tertusuk. Kondisi ini diawali dengan pengolesan balsem yang tergolong panas, sehingga nilai ambang rasa nyeri akan turun dan diikuti kenaikan kepekaan syaraf. Balsem dan benzokain meresap kedalam dengan cara panas balsem dan benzokain membuat pori-pori kulit mengembang sehingga dapat menyerap balsam dan benzokain bercampur dengan toksin didalam tubuh di lokasi yang terasa nyeri sehingga dapat menghambat rasa nyeri. V. Pengaruh Anastesi Topikal pada Rasa Nyeri Anastesi topikal banyak digunakan dalam bidang ilmu medis, spesialisasi bedah, kedokteran gigi, dan lain lain. Anastesi topikal dapat menghilangkan rasa nyeri superfisial setelah aplikasi langsung pada permukaan kulit. Keefektifan dari anastesi topikal bisa didapatkan dengan menaikan dosis dari anastesi, menurunkan nyeri ambang secara kimiawi melalui permeasi zat melalui jaringan lemak pada kulit. Beberapa jenis anastesi topikal adalah campuran dari anastesi lokal (ELA-max), lidocaine, epinephrine, tetracaine, bupivanor, 4% tetracaine, benzocaine, proparacaine, Betacaine-LA, topicaine, Lidoderm. Saat menggunakannya harus disertai oleh pengawasan, area dan

9 durasi pemakaian dari anastesi tersebut, dan kemungkinan efek samping dari peggunaan anastesi topikal itu sendiri. ( Kumar,M. 2015) Injeksi dari anastesi lokal seringkali menyebabkan rasa nyeri pada pasien, menyebabkan bertambahanya rasa takut pada jarum, dan dapat menyebabkan edema pada jaringan tempat pengaplikasiannya yang dapat mengganggu area pembedahan. Penggunaan anastesi topikal dapat menghindari semua masalah ini, dan menjadi sebuah rutin dalam penggunaan klinis. Anastesi topical didefinisikan sebagai anastesi yang dapat menghilangkan rasa nyeri pada superfisial kulit ; konjugtiva, membran mukosa. Pengaplikasian anastesi ini dapat dilakukan secara langsung karena bentuk dari anastesi ini adalah berupa gel, atau spray. Anastesi topikal memblok konduksi dari impuls persyarafan dengan menargetkan free nerve ending pada dermis kulit dan mukosa kulit. Oleh sebab itu, hal ini akan menyebabkan rasa nyeri yang hilang secara temporari atau sementara pada daerah yang terbatas. Impuls saraf konduksi diblokir dengan mengurangi permeabilitas membran sel saraf ion natrium, dengan harapan bersaing dengan calcium-binding situs yang mengendalikan natrium permeabilitas. Perubahan ini di permeabilitas depolarization menurun dan meningkatkan rangsangan ambang batas sampai kemampuan untuk menghasilkan potensial aksi hilang Ada tiga jarasa untuk melewati stratum korneum kulit, yang merupakan barrier utama anastesi topikal, yaitu melalui ; 1. Rute Interseluler Rute ini melalui daerah interseluler dari sel cornified keratinocytes 2. Rute Transeluler Rute ini melalui sel cornified 3. Rute Transappendageal atau Shunt Pathway Rute ini melalui pembukaan folikel rambut halus dan kelenjar keringat. Anestesi topikal juga dapat menembus permukaan mukosal, seperti mulut, alat kelamin, dan konjungtiva lebih mudah daripada melalui sebuah keratinized cells permukaan karena tidak adanya dari stratum korneum

10 Fig. Jalur Penetrasi Anastesi Topikal pada Kulit. a. Nilai ambang nyeri 1. Membuat suatu daerah kecil di kulit lengan bawah kemudian meletakkan sinar dari diafragma alat Hardy-Wolff 10 cm dari daerah kulit tersebut 2. Melakukan penyinaran dengan kekuatan radiasi yang rendah selama 10 detik, menaikkan kekuatan sampai terasa nyeri 3. Mencatat angka yang ditunjuk rheostat dan lama penyinaran dalam detik. Angka tersebut merupakan ambang rasa nyeri orang coba b. Pengalihan perhatian 1. Mengulangi langkah 1-3, tetapi dengan mengalihkan perhatian orang percobaan dengan menyuruh orang tersebut membaca buku, mengajak bicara, atau cara-cara pengalihan perhatian yang serupa c. Hiperaemia 1. Menggosok kulit yang telah dihitamkan dengan balsam dan mengulangi tindakan 1-3 d. Anastetika topical 1. Mengoleskan kulit yang telah dihitamkan dengan anastetika topical yang telah tersedia, kemudian mengulangi langkah 1-3

11 C. Hasil Tabel Hasil Percobaan Rasa-Rasa Panas dan Dingin 1 Air es 4 o C Air panas 40 o C Air suhu kamar 25 o C Telapak kanan Mati rasa Biasa Dingin Telapak kiri Dingin Hangat Biasa Tabel Hasil Percobaan Rasa-Rasa Panas dan Dingin 2 Area Perlakuan Ditiup antara +/- 10 cm di depan mulut Ditiup setelah dibasahi air Ditiup setelah diberi alkohol Punggung tangan Sejuk Dingin Sangat dingin Tabel Hasil Percobaan Reaksi-Reaksi di Kulit * Panas Tangan Lengan Pipi Kuduk * Tekan Tangan Pipi

12 Lengan Kuduk * Dingin Tangan Lengan Pipi Kuduk Tabel Hasil Percobaan Diskriminasi Rasa Tekan *Dekat ke jauh Jarak Ujung jari Kuduk Bibir Pipi Stimultant Successif Stimultant Successif Stimultant Successif Stimultant Successif 1 mm mm mm mm mm

13 *Jauh ke dekat Jarak Ujung jari Kuduk Bibir Pipi Simultant Successif Stimultant Successif Stimultant Successif Stimultant Successif 8 mm mm mm mm mm Tabel Hasil Percobaan Diskriminasi Kekuatan Rangsangan Nomer Bahan 1. 5 gram + 50 gram+ 50 gram gram + 10gram + 50 gram gram + 10 gram + 10 gram gram+ 10 gram + 50 gram Tabel Hasil Percobaan Diskriminasi Kekasaran Ujung jari Lengan hawah Kertas gosok kasar kasar kasar Kertas gosok halus halus halus Tabel Hasil Percobaan Diskriminasi bentuk Bentuk objek Telapak tangan Lengan bawah X X

14 X X X Tabel Hasil Percobaan Rasa Nyeri Kulit dan Otot No Perlakuan Tegangan listrik lengan kiri Waktu Lengan Kanan Tegangan listrik dan waktu 1 Lingkaran (normal) mv 7 s 2 Lingkaran yang dihitamkan mengalihkan mv 8 s perhatian 3 Lingkaran yang dihitamkan kondisi hiperemia mv 4 s (+balsem) 4 Lingkaran yang dihitamkan Kondisi teranastesi (+anastetika topikal) mv 10 s

15 Grafik kepekaan pada kulit antara normal, pengalihan perhatian, hyperaemia, dan anastetika D. Pembahasan i. Paleo-Sensibilities a. Rasa-Rasa Panas dan Dingin 1 Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam tubuh, misalnya otot dan tulang. Kulit juga berfungsi sebagai alat peraba yang dilengkapi dengan berbagai macam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan. Selain itu, kulit juga berfungsi sebagai alat ekskresi serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor-reseptor khusus. Kulit memiliki 2 lapisan, yaitu lapisan epidermis dan lapisan dermis. Pada lapisan epidermis, terdapat reseptor untuk rasa sakit yang ujungnya menjorok pada lapisan tersebut. Reseptor untuk tekanan memiliki ujung yang berada di dermis yang jauh dari epidermis. Sedangkan reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. Sentuhan dan tekanan dapat dirasakan oleh tipe-tipe berbeda dari mekanoreseptor yang merupakan ujung saraf. Ujung-ujung saraf tersebut adalah Paccini, Ruffini, Meisner, dan Krause. Paccini merupakan ujung saraf kulit yang peka terhadap rangsangan berupa tekanan, Ruffini peka terhadap rangsangan

16 panas, Meissner adalah ujung saraf kulit yang dibungkus dalam jaringan ikat dan peka terhadap sentuhan atau perubahan tekstur, Krause merupakan ujung saraf yang peka terhadap rangsangan dingin. Ada pula lempeng merkel yang merupakan ujung saraf tanpa selaput yang berperan sebagai perasa sentuhan dan tekanan ringan, ujung saraf ini terletak di dekat permukaan kulit. (Ganong, 2013, hal 151) Pada percobaan ini, disediakan tiga buah bak berisi air dengan suhu yang berbeda-beda. Bak pertama diisi dengan air bersuhu 4 0 C, bak kedua dengan air suhu kamar 25 0 C, dan bak terakhir berisi air dengan suhu 40 0 C. Ujung jari kanan dicelupkan pada bak pertama yaitu air bersuhu 4 0 C, dan ujung jari kiri dicelupkan pada air bersuhu 40 0 C. Keduanya didiamkan selama beberapa detik hingga terasa perubahan yang ada pada masing-masing ujung jari. Didapati pada ujung jari kanan yang dicelupkan di suhu 4 0 C terasa dingin, kaku, hingga nyeri dan mati rasa. Sedangkan ujung jari kiri pada air bersuhu 40 0 C terasa hangat. Kedua ujung jari lalu dicelupkan ke dalam bak yang berisi air dengan suhu kamar. Pada ujung jari kanan terasa masih dingin, tetapi sudah tidak terasa nyeri dan mati rasa. Pada ujung jari kiri, terasa biasa saja tetapi lebih dingin daripada air sebelumnya. Eksperimen tersebut menunjukkan adanya spot yang peka akan rasa dingin dan panas yang berbeda. Nilai ambang yang dapat mengaktifkan reseptor panas berada pada suhu 30 o C, dan bisa bertambah panas hingga 46 o C. Sedangkan reseptor dingin tidak aktif pada suhu 40 o C, tetapi ketika suhu menurun hingga 25 o C, mereka mulai dapat menghantarkan rasa-rasa dingin yang ada. Ketika suhu pada kulit mencapai 10 o C atau dibawahnya, reseptor dingin tersebut kembali tidak aktif dan dapat terasa seperti anastesi lokal (Ganong, 2013, hal 168) sehingga timbul perasaan mati rasa pada ujung jari kanan di percobaan tersebut. b. Rasa-Rasa Panas dan Dingin 2 Manusia dapat merasakan bermacam-macam gradasi panas dan dingin, mulai dari suhu yang dingin dan membeku ke suhu dingin sampai suhu sejuk, selanjutnya dari suhu hangat sampai panas dan akhirnya sampai panas yang membakar. Gradasi termal, dapat dibedakan oleh paling sedikit tiga macam reseptor sensorik : reseptor dingin, reseptor hangat, dan reseptor nyeri 1 Diduga, bahwa reseptor hangat dan dingin dirangsang oleh perubahan kecepatan metabolismenya 1.Hal ini menunjukkan bahwa rasa-rasa panas dan

17 dingin tidak ditentukan oleh suhu suatu benda melainkan oleh kecepatan hilangnya panas/ dingin atau kecepatan mendapatkan panas/dingin oleh kulit. Suhu sendiri merupakan ukuran derajat panas-dinginnya suatu benda yang ditentukan oleh kandungan kalor di dalamnya. Semakin banyak kandungan kalornya, maka suhu benda tersebut juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila kandungan kalor dari suatu benda tersebut rendah maka suhu benda tersebut juga rendah. Hal itu menunjukkan bahwa ketika kulit kita memiliki banyak kalor maka kulit akan terasa panas, sebaliknya apabila kandungan kalor pada kulit sedikit maka kulit akan terasa dingin. Kalor yang berada di kulit akan menentukan apakah kulit akan terasa panas atau dingin, saat punggung tangan ditiup dengan jarak +/- 10 cm maka akan dirasa sejuk tetapi saat punggung tangan sudah dibasahi dengan air maka akan dirasa lebih dingin dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan air yang ditiup lama-kelamaan akan menguap, proses penguapan membutuhkan energi yang diserap dari kalor pada kulit, sehingga kalor pada kulit akan berkurang seiring dengan penguapan dan kulit akan terasa dingin. Begitu juga saat punggung tangan dibasahi dengan alkohol. Titik didih alkohol lebih rendah daripada air, yaitu sekitar 78,15 C 2. Hal ini mengakibatkan alkohol lebih cepat menguap daripada air, sehingga kulit yang telah diolesi alkohol sebelumnya akan terasa sangat dingin saat ditup. Alkohol yang menguap akan menyerap lebih banyak kalor sebagai energi sehingga kalor pada kulit lebih cepat berkurang dan kulit tearasa sangat dingin. Hal ini menunjukkan bahwa rasa panas atau dingin yang dirasakan kulit tidak tergantung pada suhu alkohol maupun air, tetapi oleh jumlah kalor yang diterima dan kalor yang dilepaskan dari kulit. c. Reaksi-Reaksi di Kulit Sensasi raba tekan, dan getaran sering kali digolongkan secara terpisah, namun sebenarnya sensasi ini dapat didetekso oleh jenis reseptor yang sama. Terdapat tiga perbedaan utama diantara sensasi tersebut: (1) sensasi raba umumnya disebabkan oleh perangsangan reseptor yang terdapat di kulit dan damal jaringan tepat dibawah kulit; (2) sensasi tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan yang lebih dalam, dan (3) sensasi getaran disebabkan oleh sinyal sensorik berulang-ulang yang cepat, tapi beberapa reseptor

18 yang digunakan merupakan reseptor yang sama yang digunakan juga untuk raba dan tekan 3. Reseptor taktil terdapat paling sedikit 6 jenis, tetapi sebenarnya masih banyak terdapat reseptor taktil yang serupa. Salah satu reseptor taktil adalah badan pacini. Badan pacini terletak tepat dibawah kulit dan juga jaringan fasia tubuh yang lebih dalam. Reseptor ini hanya dapat dirangsang oleh penekanan local jaringan yang cepat karena reseptor ini beradaptasi dalam waktu seperseratus detik. Oleh karena itu, reseptor ini penting untuk mendeteksi getaran jaringan atau perubahan mekanis yang cepat pada jaringan 4. Dari hasil percobaan diatas, bagian tubuh yang paling peka terhadap tekanan adalah kuduk. Menurut hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa tiap bagian tubuh memiliki kepekaan yang berbeda. Gradasi termal dapat dibedakan oleh paling sedikit tiga macam reseptor sensorik: reseptor dingin, reseptor hangat, dan reseptor nyeri. Reseptor dingin dan reseptor hangat terletak tepat di bawah kulit pada titik-titik yang berbedan dan terpisah-pisah. Pada sebaian besar daerah tubuh, jumlah titik dingin kira-kira 3 sampai 10 kali lipat dari titik hangat, dan jumlah reseptornya bervaiasi di berbagai daerah tubuh, 15 sampai 25 titik dingin/cm 2 pada jari, dan kurang dari satu titik dingin/cm 2 pada permukaan daerah tubuh yang luas 5. Dari hasil percobaan diatas, seharusnya jumlah titik dingin harus lebih banyak dari titik panas, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh guython. Namun pada hasil percobaan di atas, pada telapak tangan dan kuduk malah terjadi hal yang sebaliknya. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena saat melakukan percobaan terdapat air yang menetes pada bagian kulit tertentu, sehingga terasa lebih peka. ii. Neo-Sensibilities a. Lokasi Rasa Tekan Dari percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa praktikan menunjuk titik yang paling dekat dengan titik rangsang yaitu pada ujung jari. Sedangkan titik tunjuk praktikan paling jauh dari titik rangsang yaitu pada bagian lengan atas. Hal ini dapat membuktikan bahwa bagian kulit yang paling sensitif adalah ujung jari, yang kemudian disusul oleh telapak tangan, pipi, kuduk, lengan bawah, dan terakhir yaitu lengan atas. Sensasi rasa tekan umumnya disebabkan oleh adanya perubahan pada jaringan yang lebih dalam. Pada ujung jari, kulit, dan bibir banyak sekali dijumpai badan

19 Meissner yang merupakan juluran ujung saraf berkapsul dari saraf sensorik besar bermielin. Badan Meissner beradaptasi dalam waktu sepersekian detik sesudah dirangsang. Selain itu terdapat pula badan Pacini yang terletak tepat di bawah kulit. Reseptor ini hanya dapat dirangsang oleh penekanan lokal jaringan yang cepat karena reseptor ini beradaptasi dalam waktu beberapa seperatus detik (Guyton & Hall, 2016). Hal ini yang membuktikan bahwa ujung syaraf adalah bagian yang paling peka terhadap rangsangan di atas permukaan kulit. b. Diskriminasi Rasa Tekan (Two Points Discrimination) Pada percobaan kali ini dilakukan pengukuran kemampuan mendiskriminasi rasa tekan menggunakan jangka. Percobaan ini dilakukan dengan dua cara yakni secara simultant dan successif. Daerah target pada percobaan ini adalah ujung jari praktikan, kuduk praktikan, bibir praktikan, dan pipi praktikan. Awal percobaan ini dimulai dari pengukuran jarak pendek kedua ujung jangka (1 mm) hingga jarak panjang kedua ujung jangka (8 mm). Percobaan selanjutnya sama secara simultant dan successif tetapi dimulai dari jarak panjang kedua ujung jangka hingga jarak pendek kedua jangka. Praktikan memberi tahu apabila ia merasakan dua ujung jangka atau satu ujung jangka saat menekan secara simultant dan successif dengan variasi jarak yang berbeda-beda di setiap daerah target. Hasil percobaan di atas menunjukkan, dari percobaan jarah pendek ke panjang kedua ujung jangka, praktikan dapat membedakan dua ujung jangka. Namun pada percobaan jarak panjang ke pendek kedua ujung jangka, praktikan dapat merasakan satu ujung jangka saja dengan cara simultant pada seluruh daerah target serta secara successif pada daerah kuduk. Praktikan merasakan rangsangan kedua ujung jangka yang memberi kesan seperti satu titik rangsang yang disebabkan oleh perangsangan oleh jangka memberikan kesan sebagai satu titik rangsang menandakan bahwa ujung-ujung jangka yang menempel pada permukaan kulit merangsang satu medan reseftif yang sama. Setiap daerah target yang berbeda memiliki kemampuan membedakan dua titik yang berbeda pula yang tergantung pada tingkat derajat pemisahan jarak jangka yang bervariasi. c. Diskriminasi Kekuatan Rangsangan (Hukum Weber-Fechner) Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor, interneuron, dan neuron motor, yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu. Gerak

20 refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel saraf yaitu neuron sensor dan neuron motor. Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda sekali dengan mekanisme gerak biasa. Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disaari. Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. d. Diskriminasi Kekasaran Persepsi taktil dapat dipengaruhi dari stimulus lain seperti panas, dingin, kasar, lembut, keras,lunak, licin maupun lengket. Pada percobaan ini, praktikan merasakan dua permukaan yang memiliki tingkat kekasaran yang berbeda. Kulit manusia menerima rangsang dari permukaan kasar dalam skala mikro. Kedalaman struktur permukaan mempengaruhi kulit dalam mempersepsikan rasa kasar. Apabila secara mikroskopis, truktur memiliki lekuk yang dalam akan menyebabkan sensasi rasa kasar. Dalam percobaan ini, praktikan dapat membedakan permukaan yang kasar dan yang halus dikarenakan bagian permukaan kertas amplas memeliki kedalaman lekuk yang berbeda. Bagian ujung jari dapat merasakan perbedaan derajat kekasaran lebih peka karena reseptor raba paling banyak ditemukan di kulit jari tangan dan bibir, dan relatif jarang di kulit badan (Ganong, 2008). Pada percobaan ini, praktikan menggunakan kertas penggosok yang memiliki tingkat kekasaran yang cukup jauh berbeda sehingga orang coba dapat membedakannya. Namun, meskipun orang percobaan dapat merasakan perbedaan kekasaran kertas penggosok tetap terdapat perbedaan tingkat sensitifitas yang dialami orang percobaan.

21 e. Diskriminasi Bentuk Pada percobaan ini dilakukan pengukuran kemampuan menyebutkan bentuk suatu objek dengan mata tertutup yang diberikan kepada praktikan. Pengukuran kemampuan dilakukan dengan menggunakan beberapa bentuk yaitu bentuk oval, lingkaran, persegi, segi enam, persegi panjang, dan setengah lingkaran. Percobaan tersebut memberikan hasil pada bagian telapak tangan praktikan hampir dapat menebak semua bentuk objek dengan benar. Sebaliknya, pada bagian lengan bawah praktikan banyak yang salah dalam menebak dengan benar bentuk dari objek tersebut. Berdasarkan percobaan tersebut bagian yang paling peka terhadap kemampuan diskriminasi bentuk adalah telapak tangan. Hal ini karena aktivasi reseptor mampu memberikan informasi yang tepat tentang kontur objek yang diindentasi kulit. Reseptor ini cenderung terkonsentrasi di ujung jari dari telapak tangan. Sehingga telapak tangan dapat beradaptasi dengan objek yang menimbulkan sensasi sentuhan, gerakan, dan getaran lebih cepat daripada lengan bawah. iii. Rasa Nyeri Kulit dan Otot Pada praktikum yang kami lakukan, kami mengamati mengenai nyeri pada kulit yang kami lakukan dengan menggunakan alat hardy-wolff. Pertama yang kami lakukan adalah menandai bagian kulit orang peraga yang nantinya dilakukan pemaparan sinar oleh alat hardy-wolff. Selain itu, bagian yang ditandai ini pula dihitamkan menggunakan tinta yang bertujuan untuk memusatkan sinar pada objek yang dituju karena warna hitam akan lebih menyerap sinar dan panas. Untuk mengetahui nyeri yang akan ditimbulkan, kami menggunakan variabel bebas yaitu tingkat radiasi sinar henry wolf yang dapat dikontrol menggunakan rheostat

22 sebagai besarnya tegangan listrik yang dihasilkan. Selain itu kami juga melakukan pengalihan perhatian, pemberian anastesi lokal dan bahan penyebab hiperaemia untuk mengetahui pengaruh yang didapat pada nyeri. Kami mengukur nilai ambang yang didapatkan pada masing masing percobaan. Pada percobaan pertama yang dilakukan pada objek yaitu kulit orang peraga yang dihitamkan, kami mendapatkan nilai ambang pada tegangan listrik mv dalam waktu 7 detik. Pada saat itu orang peraga merasakan nyeri seprti ditusuk tusuk. Sedangkan pada percobaan kedua, kami menggunakan pengalihan perhatian. Orang peraga dialihkan perhatiannya dengan diajak berbincang dan bercanda. Dan didapatkan hasil nilai ambang yaitu pada tegangan mv pada detik ke 8. Hal ini menunjukkan bahwa pengalihan perhatian dapat mengurangi fokus seseorang dalam merasakan nyeri, terlihat bahwa nilai ambang yang didapatkan lebih besar pada angka tegangan listrik dan juga detik yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa apabila ada dua rangsangan yang terpisah maka salah satunya akan menghilangkan fokus yang lain (price & wilson, 2006) Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun (Potter & Perry, 2005). Pada spina cord, sel-sel reseptor yang menerima stimuli nyeri peripheral dihambat oleh stimulus dari serabut-serabut saraf yang lain. Karena pesan-pesan nyeri menjadi lebih lambat daripada pesan-pesan diversional maka pintu spinal cord yang mengontrol jumlah input ke otak menutup dan pasien merasa nyerinya berkurang. Jika ada pengalihan perhatian, maka neurotransmitter yang harusnya dikeluarkan tidak jadi dikeluarkan. Hal tersebut membuat rasa nyeri tersebut teralihkan.

23 Pada percobaan ketiga, kami menggunakan olesan balsam pada objek. Kami ingin mengetahui pengaruh hiperaemia pada nyeri. Hasil yang kami dapat yaitu nilai ambang pada tegangan mv pada detik ke 4. Kami berkesimpulan bahwa hiperaemia yang pada dasarnya melebarkan pembuluh darah dan balsam yang menimbulkan rasa panas pada kulit mempercepat dan memicu nyeri. Namun hal ini bertentangan dengan teori yang kami dapatkan yaitu hiperaemia dapat menghambat rasa nyeri. Kami mendapatkan hasil yang bertentangan dengan teori karena adanya human error yaitu terlalu banyaknya olesan balsam yang digunakan sehingga orang coba hanya fokus merasakan panas yang amat saat dilakukan percobaan dan bukan berfokus pada nyeri yang akan ditimbulkan. Pada percobaan keempat yaitu menggunakan anastasei lokal. Disini kami mendapatkan hasil nilai ambang yaitu pada tegangan mv pada detik ke 10. Hal ini menunjukkan bahwa dengan anastesi lokal dapat menambah nilai ambang dan sebagai penghambat rasa nyeri. E. Jawaban Pertanyaan 1. Pada percobaan dengan alkohol atau ether pada kulit, mula-mula ditimbulkan perasaan dingin dahulu kemudian disusul dengan perasaan panas. Terangkan! Jawab: Perubahan suhu tubuh di kedua arah mengubah aktivitas sel. Peningkatan suhu mempercepat reaksi-reaksi kimia sel, sedangkan penurunan suhu memperlambat reaksi-reaksi tersebut. Karena fungsi sel sensitif terhadap fluktasi suhu internal, manusia secara homeostatis mempertahankan suhu tubuh pada

24 tingkat optimal agar metabolisme sel berlangsung stabil. Panas berlebihan berakibat lebih serius daripada pendinginan, karena produksi panas bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan. Bahkan peningkatan moderat suhu tubuh mulai menyebabkan malfungsi saraf dan denaturasi protein ireversibel. 2. Apakah rasa panas atau dingin itu dirasakan terus menerus? Terangkan! Jawab: Tidak, karena alkohol merupakan cairan dengan titik didih yang cukup rendah. Ketika kita mengolesi alkohol pada kulit, cairan itu menyerap banyak kalor dari tubuh kita sebagai sumber energinya untuk berubah wujud menjadi uap. Hilangnya banyak kalor dari kulit tersebut yang membuat persepsi otak kita membaca sebagai suhu dingin. Hal ini menimbulkan alkohol mudah menguap sehingga suhu kembali normal. 3. Di bagian manakah dari masing-masing rasa itu yag terpadat? Jawab: Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa sensasi titik panas dan dingin dapat terasa jelas pada daerah tengah tangan. Reseptor-reseptor panas dan dingin pada tangan paling banyak terletak pada daerah tengah. Selain itu karena di daerah tengah tangan sedikit lebih curam, hal ini menandakan daerh tersebut memiliki jaringan lemak yang sedikit, sehingga menimbulkan sensasi panas dan dingin lebih terasa jelas. 4. Adakah perbedaan diskriminasi bila ujung-ujung jangka ditekankan secara simultant dan sucessif? Jawab: Adanya perbedaan, bila ujung-ujung jangka ditekankan secara suksesif maka nilai ambang diskriminasi lebih kecil, jauh lebih peka. 5. Bagaimana bunyi Hukum Weber-Fechner? Jawab: Kemampuan untuk membedakan kekuatan rangsangan rasa-rasa pada umumnya tidak bergantung pada kekuatan mutlak dari rangsangan tersebut tertapi pada perbedaan relative (Hukum Weber-Fechner). Dapatkah hukum ini diperlihatkan dengan percobaan tersebut di atas? Jawab:

25 Sesuai, menurut hukum Weber-Fechner sensor perasa memiliki pengaruh langsung pada perilaku. Pada reaksi sensor perasa akan ditemukan dua macam perilaku. Bergantung pada kondisi organ dan sifat perangsangnya, maka dampaknya mungkin menjadi semakin bertambah atau semakin berkurang dalam kepekaannya. Pada hasil percobaan didapatkan bahwa sebuah rangsang/stimulus yang didapatkan akan lebih rendah daripada rangsang/stimulus yang diberikan sehingga beban akan terasa lebih ringan dari beban asalnya. Pengenalan Rasio Kekuatan Rangsangan. Pada pertengahan tahun an, mula-mula Weber kemudian Fechner mengajukan prinsip bahwa gradasi kekuatan rangsangan dibedakan secara proposional dalam bentuk logaritma kekuatan rangsangan. Yaitu, seseorang yang sudah memegang beban 30 gram di tangannya dapat secara kasar menyadari adanya kenaikan berat sebanyak 1 gram, dan ketika sudah memegang beban seberat 300 gram, orang tersebut dapat menyadari adanya kenaikan 10 gram ketika memegang benda seberat 300 gram. Jadi, pada keadaan ini, rasio perubahan kekuatan rangsangan yang diperlukan untuk menyadari itu masih tetap konstan, sekitar 1 sampai 30, yang merupakan prinsip logaritma. Untuk memperlihatkan hal ini secara sistematis. Kekuatan sinyal yang diinterpretasikan = Log (Rangsangan) + Konstanta Akhir akhir ini, telah dibuktikan bahwa prinsip Weber-Fechner secara kuantitatif hanya akurat untuk intensitas penglihatan, pendengaran, dan pengalaman sensorik kutaneus yang lebih tinggi, dan penerapannya tidak begitu baik pada kebanyakan pengalaman sensorik jenis lain. Ternyata prinsip Weber- Fechner masih yang paling baik untuk diingat karena hal ini memperkuat dugaan bahwa semakin besar intensitas sensorik yang diterima, semakin besar pula perubahan tambahan rangsangan yang diperlukan agar kita dapat mendeteksi perubahan tersebut.

26 Gambarlah jalur sensoris rangsangan rasa raba, tekan, nyeri, panas, dan dingin! Raba Dingin dan Nyeri

27 Suhu dan Sentuhan Kasar F. Kesimpulan Manusia memiliki indera rasa kulit yang berfungsi sebagai mekanisme sensoris dalam merasakan rasa-rasa. Rasa panas, dingin, raba, tekan, dan nyeri. Kulit dapat merasakan rasa karena memiliki berbagai macam reseptor. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa rasa-rasa yang ditimbulkan dapat berbeda sensitifitasnya tergantung dari banyaknya reseptor yang ada di kulit dan lama waktu terpaparnya. Rasa panas dan dingin berbeda waktu yang dirasakannya, tidak terus menerus panas ataupun tidak terus menerus dingin. Rasa yang paling banyak dirasakan juga berbeda di tiap titiknya, titik yang memiliki reseptor terpadat akan lebih merasakan rasa tersebut dengan jelas.

28 Daftar Pustaka 1. Guyton, A.C, & Hall,, J.E Textbook of Medical Physiology 12 th ed. Singapore: Elsevier.pp Osypenko,O, Yurii, & Viacheslav Ukrainian Journal Of Food Science : Concentration Of Fusel Oil In Alcohol Column,1;pp Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC p. 615,616, 635,636,637, Barrett, K. and Ganong, W. (2013). Ganong s review of medical phusiology. 1st ed. New York. McGraw-Hill. 5. Zhang S, Zeng X, Matthews D, Igartua A, Rodriguez-Vidal E, Fortes J et al. Texture design for light touch perception Andrews, H. (1943). Skin Resistance Changes and Measurements Of Pain Threshold. In : Journal of Clinical Investigation, 22(4), pp Ganong WF Review of medical physiology. 22nd Ed. USA: The McGraw-Hill companies 8. Guyton & Hall. Textbook of Medical Physiology. 11 th ed. Elsevier, Philadelpia. 2006: p , Guyton AC, Hall JE Textbook of medical physiology. 11th ed. Philadelphia: Elsevier 10. Kumar, M., Chawla, R. and Goyal, M. (2015). Topical anesthesia. Journal of Anaesthesiology Clinical Pharmacology, 31(4), p Peppin, J., Albrecht, P., Argoff, C., Gustorff, B., Pappagallo, M., Rice, F. and Wallace, M. (2015). Skin Matters: A Review of Topical Treatments for Chronic Pain. In : Part Two: Treatments and Applications. Pain and Therapy, 4(1), pp Andrews, H. (1943). Skin Resistance Changes and Measurements Of Pain Threshold. In : Journal of Clinical Investigation, 22(4), pp Potter, P.A, Perry, A.G Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk. Jakarta:EGC

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit LAPORAN PRAKTIKUM Indera Rasa Kulit OLEH : ANGGUN OCTAVIEARLY P. 121610101042 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012 BAB I DASAR TEORI INDERA RASA KULIT Pada kulit kita

Lebih terperinci

3. Khemoreseptor, berkaitan dgn rasa asam, basa & garam

3. Khemoreseptor, berkaitan dgn rasa asam, basa & garam BAB I DASAR TEORI Mekanisme sensoris yang dapat dirasakan dapat dibagi dalam dua golongan menurut pilogenesisnya, jalur saraf spinalnya dan daerah korteks serebri tempat mekanisme ini diintegrasikan. Golongan

Lebih terperinci

Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi

Reseptor taktil terdapat di beberapa ujung saraf bebas yang dapat ditemukan di dalam kulit dan di dalam banyak jaringan lain serta dapat mendeteksi Pada kulit kita terdapat beberapa jenis reseptor rasa. Mekanisme sensoris pada reseptorreseptor tersebut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan philogenesis, jalurjalur syaraf spinal, dan daerah cortex

Lebih terperinci

INDERA RASA KULIT. Nama dan Nim anggota sub kelompok

INDERA RASA KULIT. Nama dan Nim anggota sub kelompok INDERA RASA KULIT Nama dan Nim anggota sub kelompok Putri Permata Timur 021311133135 Calista Dienar Fadhillah S. 021311133138 Aditya Arinta Putra 021311133142 Nilna Nur Putri. 021311133132 Elma Zakiy Annisa

Lebih terperinci

INDERA RASA KULIT. 11. Felicia Lesmana Imam Rananda Rois Kholilullah

INDERA RASA KULIT. 11. Felicia Lesmana Imam Rananda Rois Kholilullah INDERA RASA KULIT Penyusun : 1. Rega Maurischa 021211131057 2. Setian Fitri Sayekti 021211131058 3. Viviana Saputra 021211131059 4. Risky Anita Oktaviani 021211131060 5. Cynthia Nur Malikfa N. 021211131061

Lebih terperinci

INDERA RASA KULIT KELOMPOK A3

INDERA RASA KULIT KELOMPOK A3 INDERA RASA KULIT KELOMPOK A3 Adinda Zuricha P. 021211131029 Aulia Agile F. 021211131030 Netty Sulis K. 021211131031 Mohd. Dwira W 021211131032 Sergio Santoso 021211131033 Anggreta Galuh A. 021211131034

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA INDRA RASA KULIT

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA INDRA RASA KULIT LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA INDRA RASA KULIT Disusun Oleh: Kelompok 4 1. Sanky Indrajaya 2443013 2. Bernadus D. L. T. K 2443013064 3. Vini Siane Tanaem 2443013256 4. Gerarda Sartika

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisiologi Mekanisme Sensoris

Laporan Praktikum Fisiologi Mekanisme Sensoris Laporan Praktikum Fisiologi Mekanisme Sensoris Kelompok C9 Ketua : *Jonathan Rambang (102012072) Anggota : Yulita hera (102011132) Novalia (102012079) Teriany Widjaya (102012099) Mawar (102012181) Melisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori A. Pengertian Indra Setiap makhluk hidup berhubungan dengan dunia luarnya. Untuk mengenalidunia itu, setiap makhluk hidup dilengkapi dengan alat indra. Sistem indra

Lebih terperinci

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit

ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit ANATOMI KULIT Gambar 1. Anatomi Kulit Posisi Melintang Gambar 2. Gambar Penampang Kulit FISIOLOGI KULIT Kulit menutupi dan melindungi permukaan tubuh, serta bersambung dengan selaput lendir yang melapisi

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/diskriminasi benda.

Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan pengenalan/diskriminasi benda. C. SENSORIK UMUM (sistem sensorik somatis) dan REFLEKS SENSORIK UMUM (sistem sensorik somatis) Tujuan Praktikum Mempelajari letak reseptor rasa panas, dingin, raba dan tekan di kulit serta memeriksa kemampuan

Lebih terperinci

Sistem Saraf pada Manusia

Sistem Saraf pada Manusia Sistem Saraf pada Manusia Apa yang dimaksud dengn sistem saraf? Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh

Lebih terperinci

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatri, responrespon yang mengantarkan atau reaksi-reaksi yang ditimbulkan

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetika adalah zat yang bisa mengurangi rasa nyeri tanpa mengurangi kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2015). Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang mengganggu,

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah

1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah 1. Bagian sel saraf yang membungkus akson dan berfungsi sebagai isolator adalah A. Selaput mielin B. Sel schwann C. Nodus ranvier D. Inti sel Schwann E. Tidak ada jawaban yang benar Jawaban : A Selaput

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks yang disusun oleh: Nama :

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks yang disusun oleh: Nama : LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (SISTEM SARAF PUSAT SEBAGAI PENGENDALI GERAK REFLEKS) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 1. Berikut ini merupakan kandungan keringat, kecuali?? SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.2 Air NaCl Urea Glukosa Kulit merupakan salah satu alat ekskresi. Kulit mengeluarkan

Lebih terperinci

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut Konsep kenyamanan Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.2 1. Bagian mata yang berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam mata adalah... Pupil

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH 1. Standar kompetensi 2. Kompetensi dasar 3. Deskripsi mata ajar 4. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS MATA KULIAH 1. Standar kompetensi 2. Kompetensi dasar 3. Deskripsi mata ajar 4. Kegiatan Pembelajaran SILABUS MATA KULIAH Mata kuliah/kode : Fisiologi I / IKU 1208 Semester/SKS : II / 3 SKS Prasyarat : Anatomi, Biologi Keperawatan, Fisika Keperawatan, Kimia Keperawatan, Biokimia 1. Standar kompetensi a.

Lebih terperinci

SISTEM SARAF MANUSIA

SISTEM SARAF MANUSIA SISTEM SARAF MANUSIA skema sistem saraf manusia m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti SEL SARAF Struktur sel saraf neuron: Badan sel, Dendrit Akson Struktur

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri BAB II PEMBAHASAN 1. PROSES TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG Skripsi ARI WIJAYANTO NIM : 11.0758.S TAUFIK NIM : 11.0787. S PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara

Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara Fisiologi pendengaran Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara mencapai membran tympani, membran tympani bergetar menyebabkan tulang-tulang pendengaran bergetar. Tulang

Lebih terperinci

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi Oleh Diar Arsyianti ( 406112402734) Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 PENGERTIAN SISTEM SARAF Merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh Merupan

Lebih terperinci

PENGURUTAN (MASSAGE)

PENGURUTAN (MASSAGE) PENGURUTAN (MASSAGE) Massage merupakan salah satu cara perawatan tubuh paling tua dan paling bermanfaat dalam perawatan fisik (badan) Massage mengarahkan penerapan manipulasi (penanganan) perawatan dari

Lebih terperinci

1. TES BATAS ATAS BATAS BAWAH

1. TES BATAS ATAS BATAS BAWAH TES GARPU TALA Tes garpu tala adalah suatu tes untuk mengevaluasi fungsi pendengaran individu secara kualitatif dengan menggunakan alat berupa seperangkat garpu tala frekuensi rendah sampai tinggi 128

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannya. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf

Lebih terperinci

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA

SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA SISTEM SARAF & INDRA PADA MANUSIA Drs. Refli, MSc Diberikan pada Pelatihan Penguatan UN bagi Guru SMP/MTS se Provinsi NTT September 2013 Sistem Saraf Manusia ; neuron Sistem saraf PENGATUR fungsi tubuh

Lebih terperinci

Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik. Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf

Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik. Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf Mata Kuliah Kode Mata Kuliah : IOF 220 : Perkembangan Motorik Materi 10: Peran Syaraf terhadap Perkembangan Motorik Sistem Syaraf Sistem syaraf merupakan sistem yang paling rapi dan paling kompleks. Syaraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan

Lebih terperinci

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK

Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK PERBEDAAN PENGARUH TERAPI KOMPRES HANGAT DAN TEKNIK SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA LANSIA YANG MENGALAMI PENYAKIT OSTEOARHRITIS DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PUSPAKARMA

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

Luka dan Proses Penyembuhannya

Luka dan Proses Penyembuhannya Luka dan Proses Penyembuhannya Anatomi Kulit Epidermis Dermis Subkutan 1 Epidermis Merupakan lapisan kulit terluar, tidak terdapat serabut saraf maupun pembuluh darah Berupa sel-sel berlapis gepeng yang

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Modul KJP KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.KK(K) PENDAHULUAN kulit merupakan organ tubuh terluar berhubungan dengan lingkungan perubahan lingkungan berdampak pada kesehatan

Lebih terperinci

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan.

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. _Bio Akustik_01 Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. Apa sih yang dimaksud gelombang itu? dan apa hubungannya

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Petir : 30.000 Volt 60.000 Volt = 30-60 Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Tubuh Manusia: 70 milivolt = 0,07 Volt Biolistrik_02 Listrik Eksternal. Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Apa Itu Mata? 2. Jelaskan Bagian-Bagian dari Mata beserta fungsinya! 3. Bagaimana Mata Bisa Bekerja?

BAB I PENDAHULUAN. 1. Apa Itu Mata? 2. Jelaskan Bagian-Bagian dari Mata beserta fungsinya! 3. Bagaimana Mata Bisa Bekerja? BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Alat Optik merupakan salah satu alat yang memanfaatkan sifat cahaya, hukum pemantulan, dan hukum pembiasan cahaya untuk membuat suatu bayangan suatu benda.

Lebih terperinci

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur. KALOR Tujuan Pembelajaran: 1. Menjelaskan wujud-wujud zat 2. Menjelaskan susunan partikel pada masing-masing wujud zat 3. Menjelaskan sifat fisika dan sifat kimia zat 4. Mengklasifikasikan benda-benda

Lebih terperinci

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk PERSEPSI BENTUK Modul ke: Persepsi Modul 1 Fakultas Desain dan Seni Kreatif Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Abstract Persepsi dapat diartikan sebagai bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan atau partus merupakan proses fisiologis terjadinya kontraksi uterus secara teratur yang menghasilkan penipisan dan pembukaan serviks secara progresif. Perubahan

Lebih terperinci

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil normal alkohol Saraf 3.50 menit 2.30 menit Otot 3.40 menit 1.20 menit B. Pembahasan Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati kontraksi otot gastrocnemius pada

Lebih terperinci

Ellen Prima, S.Psi., M.A.

Ellen Prima, S.Psi., M.A. Modul ke: Mekanisme - Mekanisme Persepsi Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Pengantar Menurut kamus besar kata mekanisme dapat diartikan sebagai cara

Lebih terperinci

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Penyebabnya adalah pengeluaran air/cairan lebih banyak daripada pemasukan

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINASI RITA WAHYUNINGSIH SMA NEGERI 5 MATARAM

SISTEM KOORDINASI RITA WAHYUNINGSIH SMA NEGERI 5 MATARAM SISTEM KOORDINASI RITA WAHYUNINGSIH SMA NEGERI 5 MATARAM SISTEM KOORDINASI 1. SISTEM SARAF 2. SISTEM ENDOKRIN 3. SISTEM INDERA 4. SISTEM KOORDINASI PADA HEWAN SISTEM SARAF PADA MANUSIA Sistem saraf tersusun

Lebih terperinci

BAB VII. Fungsi Indera Pengecap

BAB VII. Fungsi Indera Pengecap BAB VII Fungsi Indera Pengecap A. PENDAHULUAN Indera pengecap sangat erhubungan erat dengan indera penciuman. Jika indera penciuman mengalami gangguan, misalnya karena menderita influenza, maka indera

Lebih terperinci

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA A. GINJAL SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA Sebagian besar produk sisa metabolisme sel berasal dari perombakan protein, misalnya amonia dan urea. Kedua senyawa tersebut beracun bagi tubuh dan harus dikeluarkan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2 1. Perhatikan gambar mata berikut! Image not readable or empty assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/alat%20indrpng SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 3. Sistem Koordinasi dan Alat InderaLatihan Soal 3.2 Bagian

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

PENGUKURAN FISIOLOGI. Mohamad Sugiarmin

PENGUKURAN FISIOLOGI. Mohamad Sugiarmin PENGUKURAN FISIOLOGI Mohamad Sugiarmin PENGATAR PENJELASAN SILABI LINGKUP PERKULIAHAN TUGAS PRAKTEK EVALUASI Indera dan Pengukurannya Pengukuran indera ada dua cara 1. Menurut Bentuk a. Indera khusus terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri merupakan bentuk ketidaknyamanan yang bersifat sangat individual dan tidak dapat dibagi dengan orang lain. Tamsuri (2007) mendefenisikan nyeri sebagai suatu keadaan

Lebih terperinci

Sistem Koordinasi Neuron dan Impuls

Sistem Koordinasi Neuron dan Impuls Sistem Koordinasi Neuron dan Impuls Sebelum mempelajari tentang neuron secara tersendiri mari kita amati secara garis besar aliran informasi pada tubuh hewan. Di sini akan digunakan contoh pada gurita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Ergonomi Kata ergonomi berasal dari bahasa Yunani: ergon (kerja) dan nomos (peraturan, hukum). Ergonomi adalah penerapan ilmu ilmu biologis tentang manusia bersama

Lebih terperinci

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS. Regita Tanara / B1

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS. Regita Tanara / B1 SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS Regita Tanara 102015121 / B1 SKENARIO Seorang anak 5 tahun dibawa ibunya ke UGD rumah sakit dengan keluhan jari telunjuknya memar akibat terjepit daun pintu IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kegiatan belajar, mengingat dan mengenal sesuatu. Belajar merupakan proses mendapatkan informasi yang memungkinkan

Lebih terperinci

SISTEM SARAF SEBAGAI SISTEM PENGENDALI TUBUH

SISTEM SARAF SEBAGAI SISTEM PENGENDALI TUBUH SISTEM SARAF SEBAGAI SISTEM PENGENDALI TUBUH dr. Sawitono Amin Singgih, PFK Departemen Ilmu Faal FKUI Pendahuluan Tubuh manusia dapat dilihat sebagai suatu sistem yang dapat berubah-ubah kinerjanya bergantung

Lebih terperinci

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF 2.1 Ganglia basalis dan subthalamik nukleus Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain dalam menghasilkan gerakan motorik terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan merupakan salah satu anggota gerak tubuh yang paling sering digunakan dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri

Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Kompetensi Dasar : Menjelaskan struktur dan fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga kesehatan diri Indikator : 1. Menyebutkan organ-organ penyusun sistem ekskresi pada manusia.

Lebih terperinci

Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecapprimer, berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutanb)

Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecapprimer, berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutanb) I.tujuan percobaan Menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat sensasi kecapprimer, berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang bersangkutanb) Menentukan daerah penyebaran reseptor kecap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed consent 2.1.1 Definisi Informed consent Informed consent adalah suatu persetujuan mengenai akan dilakukannya tindakan kedokteran oleh dokter terhadap pasiennya. Persetujuan

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1mm/KgBB + tramadol. Dalam hal ini, masing-masing data akan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data menyajikan data yang terkumpul dari penelitian, yang terdiri dari data rasa nyeri yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari Setelah mempelajari dan memahami konsep atom, ion, dan molekul, kini saatnya mempelajari ketiganya dalam bahan kimia sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah dapat melihat atom, ion,

Lebih terperinci

SISTEM SARAF. Sel Saraf

SISTEM SARAF. Sel Saraf SISTEM SARAF Sel Saraf Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistemn ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari. perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

Lebih terperinci

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Materi 3 Kardiovaskular III A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Tujuan a. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara palpasi b. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara auskultasi Dasar Teori

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan Sistem Saraf Sistem Saraf Pusat Sistem Saraf Tepi Otak Sumsum Sistem Saraf Aferen Sistem Saraf Eferen Lobus Frontalis Lobus Temporalis Otak Besar Lobus Oksipitalis Lobus Parietalis Otak Kecil Sumsum Lanjutan

Lebih terperinci

BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF.

BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF. BAB VI OTOT A. RANGSANGAN TERHADAP SEDIAAN OTOT SARAF. Tujuan Praktikum 1. Mempelajari cara mematikan katak dan membuat sediaan otot saraf. 2. Mengenal jenis dan kerja beberapa alat perangsang. 3. Mengenal

Lebih terperinci

Sel fungsional yang bekerja pada sistem saraf

Sel fungsional yang bekerja pada sistem saraf FISIOLOGI VETERINER Sistem Saraf merupakan serangkaian mekanisme kerja yang kompleks dan berkesinambungan, yang bertugas menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus (rangsang).

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

BAB IV THERMOREGULASI A. PENDAHULUAN

BAB IV THERMOREGULASI A. PENDAHULUAN BAB IV THERMOREGULASI A. PENDAHULUAN Thermoregulasi merupakan salah satu pokok bahasan yang diberikan selama 4 jam dalam 1 semester. Dalam pokok bahasan terdapat 3 hal yang penting untuk dikaji secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya taraf

Lebih terperinci

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/ SENSASI dan PERSEPSI 4/2/2015 1 SENSASI =PENGAMATAN (PENGINDERAAN) 4/2/2015 2 A. PENGERTIAN PENGAMATAN MANUSIA PENGAMATAN REALITAS (DUNIA OBJEKTIF) 4/2/2015 3 PENGAMATAN Pengamatan / penginderaan : proses

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM SARAF PADA KATAK

FISIOLOGI SISTEM SARAF PADA KATAK FISIOLOGI SISTEM SARAF PADA KATAK Lela Juwita Sari (3415080205), Riski Sulistyani (3415080207), Eka Puspita Sari (3415080209) dan Lia Indrianita (3415083256) 1 ABSTRAK Sistem saraf adalah suatu sistem

Lebih terperinci

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF Sistem syaraf bertanggung jawab dalam mempertahankan homeostasis tubuh (kesetimbangan tubuh, lingkungan internal tubuh stabil) Fungsi utamanya adalah untuk:

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PEMBELAJARAN RANCANGAN PEMBELAJARAN 1. Mata Kuliah / Kode : Fisiologi I / IKU 1208 2. Semester/SKS : II / 3 SKS 3. Standar Kompetensi : a. Mahasiswa dapat menjelaskan fisiologi seluruh sistem tubuh manusia b. Mahasiswa

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna

Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna BAB IV SISTEM INDERA A. PEMERIKSAAN PENGLIHATAN Tujuan Praktikum Menentukan ketajaman penglihatan dan bitnik buta, serta memeriksa buta warna Dasar teori Mata merupakan organ sensorik yang kompleks, yang

Lebih terperinci

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN

MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN MENGAMATI ARUS KONVEKSI, MEMBANDINGKAN ENERGI PANAS BENDA, PENYEBAB KENAIKAN SUHU BENDA DAN PENGUAPAN A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering tidak menyadari mengapa es

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur harapan hidup ini dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam

I. PENDAHULUAN. Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaca merupakan salah satu produk industri kimia yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, berupa material bening atau transparan yang biasanya dihasilkan dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Metabolisme merupakan suatau reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh makhluk hidup. Reaksi metabolisme tersebut dimaksudkan untuk memperoleh energi, menyimpan energi,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci