Ekonomi Politik Media

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ekonomi Politik Media"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Ekonomi Politik Media Peta Teori Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Pasca Sarjana Magister Ilmu Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Komunikasi PhD & Dr (c) Afdal Makkuraga Putra, MM, 07 M.Si Abstract Modul membahas tentang Peta Teori. Kompetensi Mahasiswa mampu menjelaskan Peta Teori..

2 Peta Teori Peta ekonomi politik media dapat dibagi menjadi lima kategori, sebagai berikut: 1. Ekonomi Politik Klasik Secara ringkas ekonomi politik klasik secara spesifik membahas prinsip-prinsip dasar dari produksi, distribusi dan pertukaran kekayaan, serta implikasinya dalam kehidupan bernegara. Dengan focus utama pada isu-isu produksi, distribusi dan pertukaran kekayaan, jelas sekali bahwa pada awal perkembangannya ekonomi politik identik dengan ilmu ekonomi. Ekonomi politik klasik memandang kekayaan sebagai kemakmuran atak kesejahteraan. Kekayaan yang dimaksud di sini adalah semua komoditas yang mempunyai nilai tukar. Agar bisa memperoleh hasil kerja yang efisien dan efektif, Adam Smith, tokoh utama ekonomi politik klasik, menawarkan konsep pembagian kerja. i Menurut pemikir ekonomi politik klasik, cara yang yang terbaik untuk memperoleh kekayaan adalah mekanisme pasar. Di pasar masing-masing aktor bersaing satu sama lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Agar pasar berjalan dengan sempurna maka tidak diperlukan intervensi negara mengatur pasar. Ekonomi politik klasik memang tidak berbicara tentang media massa atau komunikasi secara epesifik, namun konsep-konsep ekonomi politik klasik dapat diterapkan dalam berbagai kajian tentang ekonomi media. Dalam pendekatan klasik istilah ekonomi politik merujuk pada sebuah sistem pemenuhan kebutuhan pribadi yang terdiri dari beberapa pelaku pribadi yang independen. Pokok pikiran dari pendekatan klasik ini adalah sebagai berikut: A. Masyarakat sipil. Dalam masyarakat dimana produksi barang-barang kebutuhan seharihari terjadi dalam keluarga atau dalam sebuah kelompok kerabat dan dilakukan berdasarkan pola pembagian kerja dalam keluarga, maka kegiatan produksi itu akan tunduk pada tujuan-tujuan dan hubungan-hubungan yang ada dalam keluarga. Ketika kegiatan ekonomi harus dipisahkan dari keluarga atau dipisahkan dari semua institusi sosial yang lain, maka harus diadakan metode untuk melakukan pembagian kerja dan menyatukan kembali hasil kerja tersebut. Disinilah pertama kali Adam Smith memperkenalkan istilah pembagian kerja yang dia analogikan dengan pembuatan 2

3 jepitan. Satu pekerja bisa membuat dua puluh pin sehari. Tapi jika sepuluh orang dibagi menjadi delapanbelas langkah yang diperlukan membuat sebuah jepitan, mereka bisa membuat jepitan dalam sehari. ii B. Pasar yang mengatur dirinya sendiri. Asumsi dari pernyataan ini bahwa jika sebuah pasar berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi dari semua pelaku di dalamnya, asalkan kebutuhan dan sarana pemenuhan kebutuhan itu dapat ditentukan secara jelas, maka dapat dikatakan bahwa pasar telah berhasil memenuhi tujuan manusia dan tujuan sosialnya. Dengan kata lain, memenuhi kebutuhan pribadi adalah sama dengan memenuhi kebutuhan publik. Sebuah pasar akan berjalan dengan baik jika individuindividu di dalamnya bertindak sebagai pembeli sekaligus penjual. Ketika penjual menjual komoditas, maka penjual mendapatkan uang yang bisa ia gunakan untuk membeli barang-barang yang bisa memenuhi kebutuhannya. Ketika tiaptiap pelaku dalam pasar bertindak sebagi pembeli dan penjual, maka uang dan komoditas akan berputar (sirkulasi) di dalam pasar. Pasar berfungsi sekadar untuk memfasilitasi pertukaran hak kepemilikan agar sesuai dengan keinginan dari para pemiliki properti yang menjadi pelaku pasar. Adam Smith percaya bahwa ada tangan tak terlihat (the invisible hand) yang mengatur sehingga pasar itu berjalan dengan sendirnya. Untuk itu Smith sangat menentang intervensi pemerintah dalam pasar Teori ini kemudian dikenal dengan "laissez-faire", yang berarti "biarkan mereka lakukan" iii C. Kapitalisme. Teori Smith mendorong munculnya kapitalisme. Gambaran normatif dari sistem kapitalisme ini, antara lain gambaran manusia merdeka yang legal secara politis maupun ekonomi. Ada pengakuan akan kenyataan bahwa manusia bersifat merdeka. Didalam kegiatan ekonomi, buruh dan pekerja menjual tenaganya kepada pemilik modal di pasar tenaga kerja dengan kontrak. Ada eksistensi pasar komoditi yang harganya ditentukan oleh mekanisme pasar dan tangan tak terlihat. Setiap invidu bekerja dengan tujuan untuk mencari keuntungan secara maksimal karena faktor kelangkaan sumber daya. iv Di dalam sistem kapitalisme, pemilikan (ownership) terletak di tangan individu yang digunakankan untuk tujuannya sendiri, yakni tujuan untuk mencari keuntungan (profit). Individu juga dapat mengambil inisiatif membentuk dan mengembangkan perusahaanperusahaan, baik dilakukan secara partnership atau koeporasi. Intensif ekonominya adalah keuntungan itu sendiri yang menjadi tujuan utama dari kegiatan produksi dan 3

4 usaha. Didalam aktivitas ekonomi berlaku hukum pasar, yakni mekanisme pembentukan harga yang ditentukan oleh bekerjanya faktor permintaan dan penawaran v D. Say s Law. Menurur Kaum Klasik di Pasar tidak mungkin terjadi kelebihan produksi atau kekurangan produksi untuk jangka waktu yang lama. Kalau toh ada suatu saat ada kelebihan atau kekurangan produksi, maka mekanisme pasar akan secara otomatis mendorong kembali perekonomian tersebut pada posisi di mana tingkat produksi total masyarakat akan memenuhi kebutuhan total masyarakat atau disebut sebagai full employment level of capacity. vi Pendapat itu dilandasi oleh adanya kepercayaan di kalangan kaum klasik bahwa di dunia yang nyata ini ada yang disebut Say s Law: yakni setiap barang yang diproduksi selalu ada yang membutuhkannya (memintanya) Supply creates its own demand. Harga-harga dari hampir semua barang-barang dan jasa adalah fleksibel, yaitu bisa dengan mudah berubah (naik atau turun) sesuai dengan tarik-menarik antara penawaran dan permintaannya. 2. Ekonomi Politik Neo Klasik Ekonomi politik neoklasik melihat bahwa konsep-konsep ekonomi politik klasik yang digagas oleh Smith, Ricardo dan Mills. Para penggagas ekonomi politik neoklasik bahwa perekonomian tanpa campur tangan negara itu tidak berjalan mulus menurut aturan alami dan tidak selalu menuju keseimbangan, sebagaimana yang dipersepsikan kaum klasik. Kaum neo klasik berpandangan bahwa untuk mengatasi kelemahan dan ketidaksempurnaan diperlukan campur tangan pemerintah mengatur pasar. Akan tetapi, campur tangan pemerintah hanya diperlukan untuk memperbaiki distorsi yang terjadi dipasar, bukan untuk menggantikan fungsi mekanisme pasar itu sendiri. vii Salah satu perbedaan pandangan antara kaum klasik dengan neoklasik yakni kaum klasik melihat bahwa pasar harus berjalan dalam mekanisme persaingan sempurna (perfect competition). Kaum neo klasik melihat pasar berjalan dalam mekanisme persaingan tidak sempurna. Ketidak sempurnaan pasar bisa berbentuk monopoli, ologopoli atau kompetisi. Salah satu pemikir neo klasik yang terkenal ialah John M. Keynes (atau lebih popular dengan julukan Keynesian). Keynes menganjurkan berbagain cara untuk meningkatkan permintaan agregat. Salah satu cara yang paling tepat adalah lewat kebijakan fiscal yang ekspansif, misalnya lewat mekanisme penetapan suku bunga dan penetakan 4

5 kebijakan ubah minimum bagi tenaga kerja. Ekonomi politik neo klasik juga belum berbicara tentang media massa atau komunikasi secara epesifik, namun konsep-konsep ekonomi politik klasik dapat diterapkan dalam berbagai kajian tentang ekonomi media. Pemikiran Keynes bertolak belakang dengan pemikiran klasik sangat menentang intervensi pemerintah dalam pasar. Keynes berpendapat bahwa system, laissez faire murni tidak bisa dipertahankan. Pada tingkat makro pemerintah harus secara aktif dan sadar mengendalikan perekonomian kea rah posisi full employment sebab mekanisme invisible hand atau pasar yang mengatur dirinya sendiri tidak bisa diandalkan Menurut Keynes, situasi makro suatu perekonomian ditentukan oleh apa yang terjadi dengan permintaan agregat masyarakat. Apabila permintaan agregat melebihi penawaran agregat (atau opuput yang dihasilkan) dalam periode tersebut, maka akan terjadi situasi kekurangan produksi. Pada periode berikutnya output akan naik atau harga akan naik, atau keduanya terjadi bersamaan Apabila permintaan agregat lebih kecil daripada penawaran agregat, maka situasi kelebihan produksi terjadi. Pada periode berikutnya out put akan turun atau harga akan turun atau keduanya terjadi bersama-sama. Inti teori Keynes adalah bagaimana pemerintah bisa mempengaruhi permintaan agregat agar mendekati posisi full employment 3. Ekonomi Politik Marxisme Konsep ekonomi politik Marxisme dipelopori oleh Karl Marx dan Freidrich Engels. Perbedaan pokok antara ekonomi politik klasik, neoklasik terletak pada cara pandangan pada kapitalisme. Klasik dan neo klasik mengangungkan kapitalisme dan mekanisme pasar, Marxisme justru sebaliknya, menentang dan mengkritik kapitalisme yang mengagungkan mekanisme pasar tersebut Marx menggunakan berbagai pendekatan untuk menujukkan berbagai kebobrokan kapitalisme. Dari segi moral, Marx menilai kapitalisme mewarisi ketidakadilan sebab tidak peduli pada kepincangan dan kesenjangan sosial dalam masyarakat. Dari segi sosial, kapitalisme merupakan sumber konflik antar kelas, baik antar borjuis dengan proletar, antara tuan tanah dengan butuh tani. Dari segi ekonomi, Marx melihat bahwa kapitalisme digunakan oleh kaum kapitalis untuk mengejar laba sebanyak-banyaknya dengan menekan buruh sekeras mungkin. viii 5

6 Marxisme memberikan perhatian kuat pada komunikasi dalam masyarakat. Praktek komunikasi merupakan hasil dari ketegangan antara aktivitas individual dan batasanbatasan sosial terhadap kreativitas tersebut. Kebebasan mengekspresikan diri tidak dapat tercapai dalam masyarakat yang berdasarkan kelas. Marxisme menyakini bahwa kontradiksi, ketegangan dan konflik tidak dapat dihindari dari tatanan sosial dan tidak pernah bisa dihapuskan. Kondisi adalah adanya suatu lingkungan sosial yang mendengarkan semua suara tanpa ada satu kekuatan pun mondominasi yang lain. Oleh karena itu bahasa menjadi kendala penting bagi ekspresi individu, karena bahasa dari kelas dominan menyulitkan kelas pekerja untuk memahami situasi. Bahasa menjadi alat penekan bagi kelompok marjinal. Salah satu karya Marx yang terkenal ialah determinisme ekonomi. Yakni ia menganggap sistem ekonomilah yang terpenting dan menegaskan bahwa sistem ekonomi menentukan semua sector masyarakat lainnya. Menurut Marxm, kekuatan-kekuatan produksi dalam masyarakat (material, kapasitas teknologi, tingkat pengetahuan, dll) menyediakan kekuatan pemandu untuk perubahan pada relasi-relasi sosial produksi (bentuk-bentuk kepemilikan, apropriasi produk surplus, pembagian kelas, rezim kerja). Bersama-sama, kekuatan dan relasi poduksi (=mode rezim kerja) menjelaskan karakter dan arah bagi seluruh superstruktur yang besar sekali. Pendekatan ini sering pula disebut sebagai base and superstructure. ix Marx menjelaskan tentang Base 'dasar' dan Superstructur 'superstruktur'. Superstruktur yaitu ideologi dan politik yang bertumpu pada 'dasar' (hubungan-hubungan soisoekonomi). Menurut Marx bahwa kebudayaan bukanlah suatu kenyataan bebas, melainkan kebudayaan itu tidak terpisahkan dari kondisi-kondisi kesejarahan. Di dalam kesejarahan itu, manusia menciptakan hidup kebendaannya. Hubungan-hubungan antara penguasaan, penindasan, atau ekploitasi yang menguasai tata sosial dan ekonomi dari suatu fase sejarah manusia akan ikut menentukan seluruh kehidupan kebudayaan masyarakatnya. Dalam bukunya yang berjudul Ideologi Jerman yang terbit tahun 1846, Marx dan Engels berbicara pula mengenai moralitas, agama, dan filsafat sebagai momok-momok yang dibentuk dalam otak manusia yang merupakan refleks dan gema dari proses kehidupan yang nyata. Dalam serangkaian surat-surat terkenal (1890), Engels menekankan bahwa ia dan Marx selalu memandang aspek perekonomian masyarakat sebagai akhir dari aspek-aspek lain. Jadi, seni menurut pandangan Marxis merupakan bagian dari 6

7 superstruktur dari lingkungan sosial. Dengan demikian, menurut Marxis, untuk memahami sastra berarti memahami seluruh proses social Keterasingan Dalam Pekerjaan (Alienasi). Bagi Marx, buruh adalah sebuah fenemona keterasingan, karena buruh bekerja bukan karena keinginan dan kesenangannya, tetapi terpaksa dilakukan untuk memperoleh upah (uang) untuk membiayai hidup dirinya dan keluarganya. Karena dilakukan dengan terpaksa. Maka bekerja kata Marx adalah bukan sesuatu yang menggairahkan dan mengembangkan martabat mansuai. Inialah yang disebut sebagai keterasingan (alienasi). Marx berkata: Pekerjaan itu sesutau yang lahiria bagi buruh, tidak termasuk hakikatnya, ia tidak membenarkan diri di dalam pekerjaan, melainkan menyangkal dirinya: tidak kerasan dildalamnya, melainkan menderita. Pekerjaannya tidak mengembangkan tenaga fisik dan mentalnya, melainkan mematiragakan fisiknya dan merusak mentalnya. Kesimpulannya kata Marx pekrjaan membuat manusia terasing dari dirinya sendirimerasa diperalat dan direndahkan x Bagaimana keterasingan tersebut dapat dijelaskan? Menurut Marx, pekerjaan itu mengansinkan manusia karena bersifat upahan. Pekerjaan upahan ialah pekerjaan di mana pertama-tama orang tidak bekerja karena ia tertarik pada pekerjaan itu dan ingin menjalankannya, melainkan karena ia karena ia mncari upah. Mengapa orang mencari upah, upah itu adalah syarat untuk dapat membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Intinya kata Marx, pekerjaan upahan bukan pemuasan suatu kebutuhan, melainkan hanyalah alat untuk memuaskan kebutuhan di luar pekerjaan itu yaitu kebutuhan hidup fisik. pekerjaan upahan alih-alih membenarkan manusia, justru malah mengasingkan karena memaksa buruh untuk mengerjakan sesutau yang tidak dipilihnya sendiri. Tetapi mengerjakan sesutau atas perintah majikan. Pekerjaan yang disuruh oleh majikan bukan pekerjaan bebas, melainkan terpaksa. xi Kapitalisme dan Kelas Sosial Salah satu butir pemikiran Marx adalah kritik terhadap kapitalisme. Menurut Marx, kapitalisme menjadikan kaum proletar sebagai objek penghisapan. Hakikat masyarakat borjouis adalah uang. Uang membuat manusia menjadi budak, yang tergantung, yang ditentukan dari luar. Ia menjadi komoditi. Kekhasan kapitalisme ialah bahwa semua produk kerja bernilai sebagai komoditi. xii Dalam terminology Marx disebut sebagai fetishisme komoditi Menurut Marx, sebuah perekonomian kapital pada awalnya terdiri dari komoditaskomoditas dalam jumlah besar, ditambah dengan beberapa individu yang menjadi 7

8 pemilik dari komoditas-komoditas itu, dan beberapa-beberapa hubungan pertukaran yang saling menghubungkan individu-individu itu. Pada awalnya individu-individu ini tidak memandang dirinya sebagai anggota dari sebuah kelas tertentu dan juga tidak memandang bahwa kepentingan pribadi mereka sebagai kepentingan dari sebuah kelas. xiii Agar bisa memahami bagaimana masyarakat yang berisi pemiliki properti individual ini bisa berubah menjadi kelas-kelas, maka kita pertama-tama perlu mengetahui bagaimana struktur dan dinamika dari perekonomian kapitalis membuat individu dan kebutuhan terbagi menjadi beberapa kelompok dan jenis kebutuhan itu didasarkan tidak hanya pada kesamaan selera pribadi atau kesamaan kondisi antar individu tetapi juga ditentukan oleh posisi individu-individu itu di dalam struktur produksi yang objektif. Argumen yang diajukan Marx untuk menjelaskan bagaimana kelas bisa muncul dalam masyarakat sipil diawali dengan mengkritik pandangan dari pendekatan klasik tentang tujuan pasar. Marx berpendapat bahwa perekonomian pasar bukanlah mekanisme untuk memaksimalkan kesejahteraan pribadi dari individu-individu di dalamnya melainkan sebuah sarana untuk menfasilitasi para kapitalis untuk merampas nilai surplus dan mengakumulasi kapital. xiv Menurut Marx realitas masyarakat ditentukan oleh kekuasaan kelas yang satu diatas kelas-kelas yang lainnya. Namun dalam masyarakat kapitalis kenyataan itu terselubung oleh karena semua hubungan kerja berdasarkan perjanjian yang secara formal diadakan secara bebas. Akan tetapi kebebasan itu itu hanyalah semu dan tidak benar. Paksaan kelas yang satu terhadap kelas yang satunya dialihkan saja pada keharusan-keharusan produksi komoditi. Jadi apa yang sebenarnya merupakan penindasan kelas yang satu oleh satunya dikeramatkan dalam bentuk komoditi. xv 4. Ekonomi Politik Neo Marxis Ekonomi politik neo-marxis biasa disebut juga aliran Frankfurt atau teori-teori kritis. Disebut aliran Frankfurt karena para pemikirnya berasal dari Institut fur Sozialforscung di Frankfurt, Jerman. Disebut teori kritis karena berusaha membebaskan manusia dari pemanipulasian para teknokrat modern. Sedangkan disebut Neo-Marxis karena bertolak belakang dari teori Marx, namun sekaligus melampaui dan meninggalkan Marx serta menghadapi masalah-masalah masyarakat industri maju secara baru dan kreatif. Satusatunya yang diwarisi dari Marx hanyalah cita-citanya pembebasan manusia dari segala 8

9 belenggu pengisapan dan penindasan. Pemikir Aliran Frankfurt yang terkenal antara lain: Max Horkheimer, Teodore W. Adorno, Herbert Marcuse, Jurgen Habermas, dll. Ajaran-ajaran Marx yang tinggalkan oleh para teorikus aliran ialah, tentang teori nilai pekerjaan. Menurut mereka, dalam masyarakat industri maju, teknik dan ilmu pengetahuan menjadi tenaga produktif pertama, dengan demikian teori nilai pekerjaan yang diagungkan oleh Marx itu kehilangan arti. Hal ini sekaligus pertentangan antara pekerjaan dan modal pun kehilangan pekerjaan. Penindasan manusia tidak lagi berupa penindasan kaum kapitalis terhadap pekerja, melainkan semua ditindas oleh suatu sistem di mana proses produksi ditentukan oleh teknologi sudah tidak terkontrol lagi. Dengan demikian analisis kelas kehilangan maknanya. Horkheimer dan Adorno dalam essay-nya yang berjudul The Culture of Industry: Enlightement as Mass Deception. mengungkap bahwa budaya massa berhubungan erat dengan standarisasi produksi budaya melalui film, radio, dan majalah untuk memanipulasi massa. Dengan demikian, secara tidak disadari, khalayak dipaksa untuk membutuhkan dan berusaha memiliki budaya yang serupa, bagaimanapun kondisi mereka. Adorno dan Horkheimer membaca fenomena ini sebagai bencana bagi high culture atau budaya adiluhung. Dalam tesisnya mengenai cultural industry, mereka menyebut bahwa atas nama kepentingan khalayak, industri kapitalis telah menggerakkan massa dengan keinginan dan kebutuhan palsu. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Cultural industry menjadi term yang menggantikan istilah budaya massa atau pop culture yang dapat diidentifikasi melalui beberapa karakter khususnya: budaya massa, komodifikasi, dan standarisasi xvi 5. Ekonomi Politik Kontemporer Ekonomi politik ini sebenarnya hanya meneruskan paradigma yang ditinggalkan oleh pemikir aliran Frankfurt sebelumnya. Secara teoritis sesungguhnya tidak ada yang terlalu baru tokoh-tohon disini kelihatannya hanya menyempurnakan padangaanpandangan kaum Kritis sebelumnya. Ada juga yang menyebut ekonomi politik ini adalah generasi ketiga dari aliran kritis, merujuk pada tokoh-tokoh seperti Axel Honeth (Rush, 2000; dalam Dedi Nurhidayat, ). Namun kini lingkup teori-teori kritis telah makin meluas, mencakup ataupun menjadi dasar rujukan analisis kritis dari pakar seperti Jacques Lacan (psikoanalisis), Roland Barthes (semiotik and linguistik), Peter Golding, Janet Wasko, Noam Chomsky, Douglas Kellner (ekonomi-politik media), 9

10 hingga berbagai tokoh dalam topik masalah gender, etnisitas dan ras, postkolonialisme, dan hubungan internasional Daftar Pustaka Albarian, Alan B, Media Economics: Understanding Markets, Industries, and Concept, Iowa: Iowa State University Press, Alexander, Alison et.al (ed), Media Economics: Theories and Practice, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates Publishers, Dimmick dan Rothenbuhler, The Theory of Niche: Quantifing Competition among Media Industry, Jurnal of Communication, Winter Mirza Jan. Globalization of Media: Key Issues and Dimensions. European Journal of Scientific Research. ISSN X Vol.29 No.1 (2009), pp Kansong, Usman. Ekonomi Media : Pengantar Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Komang Sunarta. Dampak Globalisasi Terhadap Budaya Lokal dan Prilaku Masyarakat. Rabu, 5 Oktober John Theobald, Radical Mass Media Criticism, Sage Publication, 2010 i Deliarnov, Ekonomi Politik. Erlangga; Jakarta, ii James A Caporaso dan David P Livine. Teori-teori Ekonomi Politik, Pustaka Pelajar: Yogyakarta, iii Ibid, iv Didik J. Rachbini. Ekonomi Politik dan Teori Pilihan Publik. Ghalia Indonesia: Bogor, 2006 v Ibid vi Boediono. Ekonomi Makro, BPFE:Yogyakarta, 1984 vii Ibid, Hal, 56. viii Ibid, hal. 41 ix George Ritzer dan Barry Smart, Handbook Teori Sosial. Nusa Media: Bandung, 2011 hal x Frans Magnis-Suseno, Pijar-pijar Filsafat. Kanisius; Yogyakarta, 2005 Hal xi Ibid. xii Frans Magnis-Suseno, Filsafat sebagai Ilmu Kritis, Kanisius; Yogyakarta, 1992 hal xiii James A Caporaso dan David P Livine Op.cit hal xiv Ibid xv Frans Magnis-Suseno Filsafat sebagai Ilmu Kritis hal,

11 xvi Cultural Studies and Political Economy: Toward A New Integration. Lexington Books, 2009 hal

Modul Perkuliahan VII Ekonomi Politik Media

Modul Perkuliahan VII Ekonomi Politik Media Modul ke: 7 Modul Perkuliahan VII Ekonomi Politik Media Peta Teori Ekonomi Politik Media Fakultas PASCA SARJANA Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Judul Sub

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan II Ekonomi Politik Media

Modul Perkuliahan II Ekonomi Politik Media Modul ke: Modul Perkuliahan II Ekonomi Politik Media 2 PenSumber-Sumber Ekonomi Media dan Pasar Media Fakultas PASCA SARJANA Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD Program Studi Magister Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan V Ekonomi Politik Media

Modul Perkuliahan V Ekonomi Politik Media Modul ke: 6 Modul Perkuliahan V Ekonomi Politik Media Kritik radikal Atas Media Massa Fakultas PASCA SARJANA Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Judul Sub

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan III Ekonomi Politik Media

Modul Perkuliahan III Ekonomi Politik Media Modul ke: 3 Modul Perkuliahan III Ekonomi Politik Media Kepemilikan Media Fakultas PASCA SARJANA Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Judul Sub Bahasan Prinsip,

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan I Ekonomi Politik Media

Modul Perkuliahan I Ekonomi Politik Media Modul ke: Modul Perkuliahan I Ekonomi Politik Media 1 Pengantar Ekonomi Media Fakultas PASCA SARJANA Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

Konflik Politik Karl Marx

Konflik Politik Karl Marx Konflik Politik Karl Marx SOSIALISME MARX (MARXISME) Diantara sekian banyak pakar sosialis, pandangan Karl Heindrich Marx (1818-1883) dianggap paling berpengaruh. Teori-teorinya tidak hanya didasarkan

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VIII Ekonomi Politik Media

Modul Perkuliahan VIII Ekonomi Politik Media Modul ke: 8 Modul Perkuliahan VIII Ekonomi Politik Media Ekonomi Industri Media Cetak (Surat Kabar) Fakultas PASCA SARJANA Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD Program Studi Magister Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

BAB II. Teori Klasik dan Keynes mengenai Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi Negara

BAB II. Teori Klasik dan Keynes mengenai Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi Negara BAB II Teori Klasik dan Keynes mengenai Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi Negara Teori Klasik mengenai Penentuan Tingkat Kegiatan Ekonomi Negara Mazhab Klasik Pelopornya : Adam Smith (An( Inquiry into

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia menjadi penunjang keberlangsungan hidup manusia. Manusia dengan akal budinya

Lebih terperinci

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL

Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Bagian Pertama: PENDEKATAN EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL 1 2 BAB I Memahami Ekonomi Politik Internasional A. Pendahuluan Negara dan pasar dalam perkembangannya menjadi dua komponen yang tidak terpisahkan.

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan XIV Ekonomi Politik Media

Modul Perkuliahan XIV Ekonomi Politik Media Modul ke: 14 Modul Perkuliahan XIV Ekonomi Politik Media Ekonomi Industri Periklanan Fakultas PASCA SARJANA Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme

Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri dari Institut Marxisme Studi Media Perspektif Media Krititis MIKOM Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si Teori Kritikal mulai berkembang tahun 1937 (pengkajiannya dimulai tahun 1930) Teori Kritikal eksis sebagai ciri

Lebih terperinci

II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK

II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK Nuhfil Hanani 1 II. TEORI EKONOMI MAKRO KLASIK 2.1. Dasar Filsafat Mazhab Klasik Mazhab Klasik yang dipelopori oleh Adam Smith ( 1732-1790) yang tercermin dalam bukunya yang diterbitkan th. 1776 dengan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

TEORI UTAMA PEMBANGUNAN

TEORI UTAMA PEMBANGUNAN TEORI UTAMA PEMBANGUNAN MENURUT TODARO (1991;1994) Teori pertumbuhan linear. Teori perubahan struktural. Teori Dependensia. Teori neo-klasik. Teori-teori baru. Teori pertumbuhan linear Dasar pemikiran

Lebih terperinci

CRITICAL THEORIES Bagian II

CRITICAL THEORIES Bagian II CRITICAL THEORIES Bagian II 1 MARXISME Jalur Pengaruh Pemikiran Karl Mark & Teori Kritis Hegel Neo Marxisme Teori Kritis II Marks Muda Karl Mark Marks Tua Engels Kautsky Korsch Lukacs Gramsci Hokheimer

Lebih terperinci

Etika Bisnis dan Globalisasi

Etika Bisnis dan Globalisasi Etika Bisnis dan Globalisasi Globalization: the process by which the economic and social systems of nations are connected together so that goods, services, capital, and knowledge move freely between nations.

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VIII Ekonomi Politik Media

Modul Perkuliahan VIII Ekonomi Politik Media Modul ke: 9 Modul Perkuliahan VIII Ekonomi Politik Media Ekonomi Industri Media Televisi Siaran Fakultas PASCA SARJANA Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD Program Studi Magister Ilmu Komunikasi

Lebih terperinci

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 )

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 ) EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 ) Dosen: 1. Dr. Ir. Aceng Hidiayat MT (Koordinator) 2. Dessy Rachmawatie SPt, MSi 3. Prima Gandhi SP, MSi KULIAH 3 : Teori Ekonomi Politik Marxian

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan XI Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan XI Komunikasi Massa Modul ke: 12 Modul Perkuliahan XI Komunikasi Massa Teori Pasar bebas, Audiens Komunikasi Massa dan Model Gatekeeping Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting

Lebih terperinci

SEJARAH PEREKONOMIAN

SEJARAH PEREKONOMIAN 2 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL (2 SKS) POKOK BAHASAN : SEJARAH PEREKONOMIAN Oleh : DESKRIPSI Pertemuan kali ini akan di bahas mengenai mahzab-mahzab dalam sejarah perekonomian,

Lebih terperinci

Tidak ada tindakan politik bebas dari kepentingan ekonomi dan tidak ada pula sebuah kebijakan ekonomi terlepas dari kepentingan politik Contoh : Ekspo

Tidak ada tindakan politik bebas dari kepentingan ekonomi dan tidak ada pula sebuah kebijakan ekonomi terlepas dari kepentingan politik Contoh : Ekspo KONSEPSI EKONOMI POLITIK Mata kuliah Ekonomi Politik Internasional Universitas Muhammadiyah Jakarta 2010 Aminah, M.Si Tidak ada tindakan politik bebas dari kepentingan ekonomi dan tidak ada pula sebuah

Lebih terperinci

Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis

Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis Teori Konflik I: Marxis dan Neo Marxis K U L I A H KE- 5: A M I K A W A R D A N A, P H. D A. W A R D A N A @ U N Y. A C. I D T E O R I S O S I O L O G I K O N T E M P O R E R Materi: Fungsionalisme Versus

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, terdapat suatu fenomena yang terjadi yaitu para pemilik modal berlomba-lomba menginvestasikan modal mereka guna mengincar keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengatur sebuah negara, tentu tidak terlepas dari sistem ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengatur sebuah negara, tentu tidak terlepas dari sistem ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia hingga saat ini mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Dengan berkembangnya berbagai hal diberbagai aspek, selalu

Lebih terperinci

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 )

EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 ) EKONOMI POLITIK SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN (ESL 426 ) Dosen: 1. Dr. Ir. Aceng Hidiayat MT (Koordinator) 2. Dessy Rachmawatie SPt, MSi 3. Prima Gandhi SP, MSi KULIAH 5 : Teori Ekonomi Politik Keynessian

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL KARL MARX. menunjuk pada perubahan sosial yang telah terjadi pada masyarakat

BAB II PERUBAHAN SOSIAL KARL MARX. menunjuk pada perubahan sosial yang telah terjadi pada masyarakat 40 A. Teori Perubahan Sosial BAB II PERUBAHAN SOSIAL KARL MARX Kehidupan sosial itu sendiri tidak pernah bisa terlepas dari adanya suatu proses untuk menuju dalam perkembangan. Sebagaimana perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si.

Oleh: Hendry Wijaya, SE., M.Si. Teori Pembangunan Ekonomi Macam-Macam Teori Pembangunan Ekonomi Teori Pembangunan Ekonomi (Keynesian) Teori Pembangunan Ekonomi (Rostow) Tahapan - Tahapan Pembangunan Ekonomi Oleh: Hendry Wijaya, SE.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Ekonomi Makro

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Ekonomi Makro BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Ekonomi Makro Ekonomi Makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan.. Hubungan yang dipelajari

Lebih terperinci

Kewirausahaan. Persaingan Dalam Pasar Bebas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur

Kewirausahaan. Persaingan Dalam Pasar Bebas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur Kewirausahaan Modul ke: Persaingan Dalam Pasar Bebas Fakultas Fakultas Teknik Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pengertian Pasa Bebas Perdagangan bebas adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkapkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan kualitatif ini

Lebih terperinci

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL

SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL SILABUS RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER GANJIL 2017 2018 Nama Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Ekonomi Jumlah sks : 3 Program Studi : DIII Akuntansi Fakultas : Ekonomi Dosen Pengampu : TIM Pengajar (d3 Akuntansi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang 134 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Globalisasi ekonomi adalah proses pembentukan pasar tunggal bagi barang, jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang juga sebagai

Lebih terperinci

Modul ke: Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU

Modul ke: Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU Modul ke: Pancasila Pancasila sebagai Ideologi Negara Fakultas MKCU Finy F. Basarah, M.Si Program Studi MKCU Pancasila sebagai Ideologi Negara Pancasila Abstract: Pancasila sebagai Ideologi, dan ideologi

Lebih terperinci

PANDANGAN AHLI EKONOMI KLASIK

PANDANGAN AHLI EKONOMI KLASIK PANDANGAN AHLI EKONOMI KLASIK Pandangan ini didasarkan kepada keyakinan bahwa di dalam perekonomian tidak akan terdapat kekurangan permintaan Hal tersebut berdasarkan pandangan Jean Baptise Say (1767-1832)

Lebih terperinci

TEORI MAKROEKONOMI KLASIK

TEORI MAKROEKONOMI KLASIK TEORI MAKROEKONOMI KLASIK Pelopor : Adam Smith (1776), Jean Baptiste Say(1803), David Ricardo(1817) J.S.Mill (1848), Alfred Marshall (1890), Irving Fisher (1911), A.C.Pigou (1920) The classical economist

Lebih terperinci

Matakuliah : J 0034/Ekonomi Makro Tahun : 2005 Versi : Revisi 3. Pertemuan 3 Pemikiran Makro Ekonomi Klasik

Matakuliah : J 0034/Ekonomi Makro Tahun : 2005 Versi : Revisi 3. Pertemuan 3 Pemikiran Makro Ekonomi Klasik Matakuliah : J 0034/Ekonomi Makro Tahun : 2005 Versi : Revisi 3 Pertemuan 3 Pemikiran Makro Ekonomi Klasik 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Mahasiswa akan

Lebih terperinci

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya yang merupakan studi penelitian

Lebih terperinci

TEORI PEMBANGUNAN KLASIK. Andri Wijanarko,SE,ME

TEORI PEMBANGUNAN KLASIK. Andri Wijanarko,SE,ME TEORI PEMBANGUNAN KLASIK Andri Wijanarko,SE,ME EKONOMI PEMBANGUNAN Suatu cabang ilmu ekonomi yang bertujuan menganalisis masalah ekonomi yang dihadapi oleh negara berkembang dan mendapatkan cara mengatasi

Lebih terperinci

Peran Tenaga Kerja dalam Konsep Kapitalis, Sosialis dan Pancasila

Peran Tenaga Kerja dalam Konsep Kapitalis, Sosialis dan Pancasila PAPER HUBUNGAN INDUSTRIAL Peran Tenaga Kerja dalam Konsep Kapitalis, Sosialis dan Pancasila Oleh : Agnes Yosephine Saragih (125030207111004) Kelas A PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out Indonesia menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pada

Lebih terperinci

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara IDEOLOGI POLITIK TUJUAN NEGARA Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara tersebut MINGGU DEPAN 1. Ideologi : Anarkisme dan Komunisme

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah I.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Media Televisi merupakan media massa yang sangat akrab dengan masyarakat umum. Oleh sebab itu pula, televisi menjadi media yang memiliki penetrasi yang paling

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK KARL MARX DAN DAHRENDORLF. proletar yang memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat produksi).

BAB II TEORI KONFLIK KARL MARX DAN DAHRENDORLF. proletar yang memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat produksi). 37 BAB II TEORI KONFLIK KARL MARX DAN DAHRENDORLF A. Teori Konflik Karl Marx Konflik merupakan pertentangan antara kelas borjuis melawan kelas proletar yang memperebutkan sumber-sumber ekonomi (alat-alat

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP KAJIAN EKONOMI POLITIK

RUANG LINGKUP KAJIAN EKONOMI POLITIK Tugas Makalah RUANG LINGKUP KAJIAN EKONOMI POLITIK OLEH Nama : Azizah Nim : 08C20201043 Jurusan : ADM 1 FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH TAHUN AKADEMIK 2011/2012 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia

I. PENDAHULUAN. perhatian yang khusus. Perjuangan dalam pergerakan kebangsaan Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad ke 20 bukan hanya menjadi saksi perjuangan bangsa Indonesia, akan tetapi dalam hal gerakan-gerakan anti penjajahan yang bermunculan di masa ini menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN (MEMBANGUN KESADARAN PENGRAJIN BATU MERAH TERHADAP BELENGGU JURAGAN) A. Melepas Belenggu Monopoli Modal Juragan

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN (MEMBANGUN KESADARAN PENGRAJIN BATU MERAH TERHADAP BELENGGU JURAGAN) A. Melepas Belenggu Monopoli Modal Juragan 95 BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN (MEMBANGUN KESADARAN PENGRAJIN BATU MERAH TERHADAP BELENGGU JURAGAN) A. Melepas Belenggu Monopoli Modal Juragan Problem terbesar pengrajin batu merah Pelem adalah terbelenggunya

Lebih terperinci

TEORI KLASIK DAN KANEYSIAN.

TEORI KLASIK DAN KANEYSIAN. TEORI KLASIK DAN KANEYSIAN www.aeunike.ub.ac.id TEORI KLASIK 2 Mashab Klasik (dan Neo Klasik) Pelopor : Adam Smith Fenomena ekonomi sbg fenomena alam & selalu bersifat eksak dengan ketentuan hukum alam

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Modul ke: 10 Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Model Dampak / Pengaruh Media Massa Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

STRATIFIKASI SOSIAL NUR ENDAH JANUARTI, M.A.

STRATIFIKASI SOSIAL NUR ENDAH JANUARTI, M.A. STRATIFIKASI SOSIAL NUR ENDAH JANUARTI, M.A. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu memahami konsep stratifikasi sosial Mahasiswa mampu menganalisa bentuk stratifikasi sosial di lingkungannya KONSEP DASAR

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Feni Fasta, SE, M.Si SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Feni Fasta, SE, M.Si SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA Perangkat kelembagaan dimaksud, meliputi lembaga atau wadah tempat subjek (objek) itu berhubungan, cara kerja dan mekanisme yang menjalin hubungan subjek (objek) tadi, secara kaidah atau norma yang mengatur

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PRODI PENDIDIKAN EKONOMI DAN KOPERASI

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PRODI PENDIDIKAN EKONOMI DAN KOPERASI RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PRODI PENDIDIKAN EKONOMI DAN KOPERASI Nama Mata Kuliah Kode/SKS : KP 404 / 2 : Sejarah Teori-Teori Ekonomi Kelompok Mata Kuliah : MKU/MKDP/MKKP/MKKF/MKKPS/MKPP

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme

Prinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme KRITIK TERHADAP SISTEM EKONOMI SOSIALISME fakta Sosialisme Muncul Akibat Kezhaliman Kapitalisme thd Masyarakat Prinsip-Prinsip Aliran-Aliran Sosialisme (1) Mewujudkan Kesamaan (Equity) Secara Riil (2)

Lebih terperinci

Makalah. Filsafat Neo Marxisme

Makalah. Filsafat Neo Marxisme Makalah Filsafat Neo Marxisme Nama : Rustam Efendy NPM : Kelas Mata Kuliah Dosen Pembina : XIII / B : Filsafat Ilmu : Prof.Dr.H.M.Tauhid Noer SH.MH.MPd BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS 17 BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS Landasan teori pada penelitian ini menggunakan teori Ralf Dahendrof. Karena, teori Dahendrof berhubungan dengan fenomena sosial masyarakat salah satunya adalah teori

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian. Dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog:

Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Blog: Pokok Bahasan 3 PENENTUAN KEGIATAN EKONOMI Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email: asyahza@yahoo.co.id; syahza.almasdi@gmail.com Guru Besar Universitas Riau Pandangan Klasik, Keynes

Lebih terperinci

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economists and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:

Lebih terperinci

DIMENSI KEKUASAAN DALAM EKONOMI. Christy Damayanti Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Slamet Riyadi Surakarta

DIMENSI KEKUASAAN DALAM EKONOMI. Christy Damayanti Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Slamet Riyadi Surakarta DIMENSI KEKUASAAN DALAM EKONOMI Christy Damayanti Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Slamet Riyadi Surakarta ABSTRACT Political economy approach to place the state as a formal institution that

Lebih terperinci

Teori Feminisme Dalam Kajian Komunikasi

Teori Feminisme Dalam Kajian Komunikasi Teori Feminisme Dalam Kajian Komunikasi Oleh; Agoes Moh. Moefad (NPM : 170130087012) Hamzah Turmudi (NPM : 170130087004) Zaenal Mukarom (NPM : 170230087001) Feminisme merupakan suatu gerakan emansipasi

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PANJI SAKTI

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PANJI SAKTI RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PANJI SAKTI Nama Mata Kuliah Pembangunan Kode Mata Kuliah 510 Semester V (sks) 3 Dosen

Lebih terperinci

Kebenaran Manusia Sebagai Kerja : Selayang Pandang Kemanusiaan Menurut Marxisme Klasik

Kebenaran Manusia Sebagai Kerja : Selayang Pandang Kemanusiaan Menurut Marxisme Klasik Kebenaran Manusia Sebagai Kerja : Selayang Pandang Kemanusiaan Menurut Marxisme Klasik Sandy Hardian. S.H. Manusia pertama kali harus makan, minum, mempunyai tempat tinggal, dan pakaian sebelum berpolitik,

Lebih terperinci

RESUME JURNAL ABSTRAKSI PENDAHULUAN

RESUME JURNAL ABSTRAKSI PENDAHULUAN RESUME JURNAL Judul : Innovation, Entrepreneurship and Economic Growth Penulis : Miguel-Angel Galindo (Applied Economics, University of Castilla-La Mancha, Ciudad Real, Spain) Maria-Teresa Mendez-Picazo

Lebih terperinci

13Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Hegemoni Budaya dan Media. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si. Komunikasi. Modul ke: Fakultas

13Ilmu. Komunikasi Antar Budaya. Hegemoni Budaya dan Media. Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Modul ke: Komunikasi Antar Budaya Hegemoni Budaya dan Media Fakultas 13Ilmu Komunikasi Mira Oktaviana Whisnu Wardhani, M.Si Program Studi Periklanan Pembuka DUNIA saat ini seolah sudah tidak berbatas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

Materi Bahasan. n Pengertian Ideologi. n Fungsi Ideologi. n Komponen Ideologi. n Klasifikasi Ideologi.

Materi Bahasan. n Pengertian Ideologi. n Fungsi Ideologi. n Komponen Ideologi. n Klasifikasi Ideologi. Ideologi Politik Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Materi Bahasan Pengertian Ideologi. Fungsi

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik)

Materi Minggu 3. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik) E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 15 Materi Minggu 3 Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik) Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) MATA KULIAH EKONOMI UMUM (EKO 160) Pengajar : TIM DOSEN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) MATA KULIAH EKONOMI UMUM (EKO 160) Pengajar : TIM DOSEN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) MATA KULIAH EKONOMI UMUM (EKO 160) Pengajar : TIM DOSEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 GARIS-GARIS BESAR

Lebih terperinci

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan tetapi bukan merupakan satu-satunya. Pembangunan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan dan pelaksanaannya di dalam kehidupan nyata.

BAB I PENDAHULUAN. Ketenagakerjaan dan pelaksanaannya di dalam kehidupan nyata. 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan praktek outsourcing yang saat ini yang terus terjadinya salah satunya adalah tidak dilaksanakannya ketentuan di mana pekerjaan yang boleh dioutsource-kan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah penelitian yang bersifat intepretatif. Metode semiotika kualitatif interpretatif (interpretation), yaitu

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan X Ekonomi Politik Media

Modul Perkuliahan X Ekonomi Politik Media Modul ke: 11 Modul Perkuliahan X Ekonomi Politik Media Ekonomi Industri Media Radio Fakultas PASCA SARJANA Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., PhD Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

Adam Smith Sebuah Primer Bagian 3: Tentang Wealth of Nations

Adam Smith Sebuah Primer Bagian 3: Tentang Wealth of Nations Adam Smith Sebuah Primer Bagian 3: Tentang Wealth of Nations Keuntungan Bersama yang diperoleh dari Perdagangan Ide utama Smith dari Bab II menjelaskan bagaimana pertukaran (perdagangan) materil menyebarkan

Lebih terperinci

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU RESENSI BUKU JUDUL BUKU : Cultural Studies; Teori dan Praktik PENULIS : Chris Barker PENERBIT : Kreasi Wacana, Yogyakarta CETAKAN : Ke-IV, Mei 2008 TEBAL BUKU : xxvi + 470 halaman PENINJAU : Petrus B J

Lebih terperinci

ESENSI DAN PEMETAAN TEORETISASI MEDIA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF KARL MARX

ESENSI DAN PEMETAAN TEORETISASI MEDIA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF KARL MARX ESENSI DAN PEMETAAN TEORETISASI MEDIA KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF KARL MARX Rustono Farady Marta Ilmu Komunikasi, Universitas Bunda Mulia Alamat surel: rmarta@bundamulia.ac.id / rustonofarady@gmail.com

Lebih terperinci

Teori dan Pemikiran Ekonomi. SEI Minggu ke-2

Teori dan Pemikiran Ekonomi. SEI Minggu ke-2 Teori dan Pemikiran Ekonomi SEI Minggu ke-2 Sub Pokok Bahasan Mazhab Klasik Teori Pertumbuhan Ekonomi Pancasila Mazhab Klasik Dasar filsafat; perekonomian yang didasarkan pada sistem bebas berusaha (Laissez

Lebih terperinci

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi SOSIOLOGI EKONOMI Persoalan Ekonomi dan Sosiologi Economics and sociology; Redefining their boundaries: Conversations with economicts and sociology (Swedberg:1994) Tiga pembagian kerja ekonomi dengan sosiologi:

Lebih terperinci

Denis M c Q u a il. Teori Komunikasi Massa c Q a il

Denis M c Q u a il. Teori Komunikasi Massa c Q a il Denis M c Q u a il Teori Komunikasi Massa c Q a il Prakata Bagaimana Menggunakan Buku Ini ix xi BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1 1 Pengenalan terhadap Buku 3 Objek Studi 4 Struktur Buku Tema dan Isu dalam Komunikasi

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI

Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI 1 Pertemuan ke-4 KONSUMSI DAN INVESTASI Tujuan Instruksi Khusus: Mahasiswa dapat memahami hubungan nilai variable permintaan agregat (keynessian), pendapatan nasional keseimbangan dan sistem keuangan.

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EKONOMI M. SETIO N 2008

KONSEP DASAR EKONOMI M. SETIO N 2008 KONSEP DASAR EKONOMI 1 M. SETIO N 2008 KONSEP DASAR EKONOMI PENDAHULUAN Dua buku Adam Smith yang ditulis (1759, The Theory of Moral Sentiments, dan 1776, Wealth of Nations) mengajarkan 2 (dua) sifat manusia

Lebih terperinci

TEORI EKONOMI POLITIK (2)

TEORI EKONOMI POLITIK (2) Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. teguhfp.wordpress.com TEORI EKONOMI POLITIK (2) TEORI PILIHAN PUBLIK: Mengkaji tindakan rasional dari aktor-aktor politik (SEBAGAI PUSAT KAJIAN) di parlemen, lembaga

Lebih terperinci

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis a. Frederich List ( ) 1) Masa berburu dan mengembara 2) Masa beternak dan bertani

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis a. Frederich List ( ) 1) Masa berburu dan mengembara 2) Masa beternak dan bertani Teori pertumbuhan ekonomi adalah teori yang membahas pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh negara ditinjau dari dua sudut. Pertama, membahas pertumbuhan ekonomi berdasarkan tahap-tahap tertentu (secara

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) Kode Mata Kuliah : KP 404 Nama Mata Kuliah : SEJARAH TEORI-TEORI EKONOMI SKS : 2 SKS Semester : 7 (TUJUH) Dosen : DR. DISMAN, MS YANA ROHMANA, S.Pd SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA: KAPITALISME MEDIA

SISTEM EKONOMI INDONESIA: KAPITALISME MEDIA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL (3 SKS) POKOK BAHASAN : SISTEM EKONOMI INDONESIA: KAPITALISME MEDIA Oleh : DESKRIPSI Indonesia, bersistem ekonomi campuran dengan nama Sistem

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

Organizational Theory & Design

Organizational Theory & Design Modul ke: Organizational Theory & Design Memasuki Pasar Global Fakultas PASCA FEB Dr. Adi Nurmahdi MBA Program Studi MM www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Berlakunya pasar bebas dan AFTA seolah menjadi momok

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATAKULIAH : TEORI EKONOMI MAKRO NOMOR KODE / SKS : EKP 2426 / 3 SKS DESKRIPSI MATA KULIAH : Mata kuliah ini diharapkan dapat memberikan gambaran lengkap perkembangan

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X KONSEP ILMU EKONOMI KTSP & K-13 A. KEBUTUHAN MANUSIA Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X KONSEP ILMU EKONOMI KTSP & K-13 A. KEBUTUHAN MANUSIA Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi KONSEP ILMU EKONOMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami permasalahan ekonomi dalam kaitannya dengan kebutuhan manusia, kelangkaan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Modul ke: 7 Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Khalayak / Audiens Komunikasi Massa Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

MK. Ekonomi Politik Sumber Daya Alam dan Lingkungan (ESL 426)

MK. Ekonomi Politik Sumber Daya Alam dan Lingkungan (ESL 426) Dosen PJMK: Dr. Aceng Hidayat, MT. Tim Pengajar: Dessy Rachmawatie, Msi. Prima Gandhi, MSi. MK. Ekonomi Politik Sumber Daya Alam dan Lingkungan (ESL 426) Departemen Ekonomi Sumber Daya & Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

Didasarkan kepemilikan asset. Sistem ekonomi kapitalis Sistem ekonomi sosialis Sistem ekonomi campuran (kapitalis sosialis)

Didasarkan kepemilikan asset. Sistem ekonomi kapitalis Sistem ekonomi sosialis Sistem ekonomi campuran (kapitalis sosialis) Sistem Ekonomi Didasarkan kepemilikan asset Sistem ekonomi kapitalis Sistem ekonomi sosialis Sistem ekonomi campuran (kapitalis sosialis) Sistem Ekonomi Kapitalis Sering disebut sistem ekonomi pasar bebas

Lebih terperinci

ZAMAN BURUK BAGI PUISI : SAJAK-SAJAK MARXIS BERTOLT BRECHT OLEH: NURJAMIATI NIM: A1B12001 PENDAHULUAN Muniroh dalam Membongkar Selubung Ideologi (No

ZAMAN BURUK BAGI PUISI : SAJAK-SAJAK MARXIS BERTOLT BRECHT OLEH: NURJAMIATI NIM: A1B12001 PENDAHULUAN Muniroh dalam Membongkar Selubung Ideologi (No ZAMAN BURUK BAGI PUISI : SAJAK-SAJAK MARXIS BERTOLT BRECHT OLEH: NURJAMIATI NIM: A1B12001 PENDAHULUAN Muniroh dalam Membongkar Selubung Ideologi (No Compromise edisi April 2004) menyimpulkan bahwa manusia,

Lebih terperinci

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14 Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber

Lebih terperinci

Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Sosialis

Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Sosialis Kritik Terhadap Sistem Ekonomi Sosialis Disusun oleh: Riza Anggraeni (054440) Santi Nurbayanti (054449) Yani Oktaviani (054941) Yolanda Avrilia (055153) Wiwin Wina (055237) Sistem Ekonomi Sosialis A. Pengertian

Lebih terperinci