JURNAL HUBUNGAN ELEMEN DALAM FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL HUBUNGAN ELEMEN DALAM FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK"

Transkripsi

1 JURNAL HUBUNGAN ELEMEN DALAM FORMULASI KEBIJAKAN PUBLIK Edoardus E. Maturbongs Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Musamus 1

2 Abstract Public policy is a form of government intervention to society. It basically derives from the issues came out of the society instead, and then by the agents or the actors of policy, the issues are made as the problems which are going to solve that is by formulating an appropriate policy to solve that problems. In the process of public policy, there are three related elements namely formulating, implementing, and evaluating. Meanwhile, in the process of formulating policy that becomes the focus of this writing, there are three related elements namely agent or actor of policy, environment of policy, and public policy. The three elements in this formulating policy are analyzed in a simple way by the writer about the relationship among the elements. The result of writer s study by making relation models can be concluded that the relation of the three elements in formulating public policy is extremely related and mutually completed each other in order to create a good product of policy. Keywords: public policy, formulating policy, relationship. A. Pendahuluan Dalam proses perkembangan suatu negara atau suatu daerah tentu ditunjang oleh suatu proses pembangunan yang didukung pula oleh kebijakan yang sesuai. Pembangunan sendiri baik secara fisik maupun non fisik merupakan wujud dari berjalannya sebuah kebijakan, artinya bahwa kebijakan yang dibuat dan dijalankan oleh pemerintah merupakan wujud dari proses pembangunan suatu wilayah tersebut. Kebijakan oleh pemerintah ini bisa bersifat policy in goverment dan policy out goverment atau kebijakan kedalam manajemen pemerintah sendiri maupun kebijakan keluar kepada publik atau masyarakat. Policy out Goverment inilah yang selanjutnya dikenal atau disebut juga dengan istilah kebijakan publik. Kebijakan publik atau dalam kepustakaan internasional disebut sebagai Public Policy menurut Dye (Wahab, 2012) adalah segala sesuatu yang dikerjakan oleh pemerintah, mengapa mereka melakukan, dan hasil yang membuat sebuah kehidupan bersama tampil berbeda. Chandler dan Plano 2

3 (Rachmat, 2009) mengatakan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap berbagai sumbedaya yang tersedia untuk memecahkan masalah publik atau pemerintah. Sedangkan Anderson (Indiahono, 2009) mendefinisikan kebijakan publik sebagai perilaku dari sejumlah aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) atau serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Istilah kebijakan atau policy digunakan untuk menunjuk kajian mengenai kebijakan publik tersebut secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah upaya oleh pemerintah secara umum yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat, sebagaimana menjadi tugas pemerintah yakni memberikan pelayanan kepada masyarakat. Lantas masalah apa dalam masyarakat yang perlu diputuskan oleh pemerintah menjadi sebagai sebuah kebijakan? sebab persoalan dalam masyarakat sungguh sangat beragam dan tidak semua lantas dijadikan pemerintah sebagai sebuah agenda yang harus diselesaikan. Tentunya dalam penyusunan sebuah kebijakan menjadi suatu keputusan yang dapat menyelesaikan masalah dalam masyarakat diperlukan kajian yang mendalam tentang strategi yang harus diambil dalam upaya penyelesaian masalah tersebut. Sistem kebijakan publik atau biasa juga disebut manajemen kebijakan publik atau siklus kebijakan publik sendiri dibagi menjadi tiga bagian besar yakni 1. Formulasi Kebijakan Adalah proses penyusunan kebijakan yang didahului dengan mendengar atau mengangkat isu-isu publik melalui proses agenda setting, jika masalah publik tersebut layak maka dibawah kepada masalah kebijakan untuk dicarikan jalan keluarnya yang biasa berujung pada lahirnya kebijakan pemerintah berupa peraturan-peraturan atau sejenisnya. Dalam penyusunan kebijakan ini ada komponen atau elemen yang perlu diperhatikan yakni (a) Pelaku Kebijakan, (b) Lingkungan Kebijakan dan (c) Kebijakan Publik. Ketiga komponen atau elemen kebijakan ini harus sejalan untuk mendapatkan kebijakan yang benar-benar berkualitas artinya bahwa pelaku dalam penyusunan kebijakan memperhatikan lingkungan kebijakan untuk menentukan kebijakan, lingkungan kebijakan sangat mempengaruhi pelaku kebijakan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan 3

4 yang baik bergantung pada baiknya kualitas pelaku kebijakan dalam merumuskan kebijakan yang bersumber dari lingkungan kebijakan. 2. Implementasi Kebijakan Pada tahap implementasi ini sebuah kebijakan publik yang telah diformulasikan tadi selanjutnya dilaksanakan atau diimplementasikan kepada target group atau kelompok sasaran mengenai isi dan cara-cara menyelesaikan masalah tersebut. 3. Evaluasi Kebijakan Adalah proses penilaian terhadap sebuah kebijakan yang dijalankan oleh pelaku kebijakan, apakah berhasil/tepat guna/mengena sasaran atau tidak atau apakah kebijakan tersebut sia-sia karena tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada dalam masyarakat. Pada tataran kebijakan publik inilah pemerintah berfungsi sebagai pelaku atau aktor utama atau resmi dalam proses fomulasi kebijakan publik sebagaimana dikatakan oleh Anderson (Indiahono, 2009) bahwa kebijakan publik merupakan perilaku dari sejumlah aktor yang diantaranya adalah pemerintah untuk melakukan aktifitas kepada masyarakat dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Walaupun disadari pula bahwa dalam proses formulasi kebijakan publik dapat pula dipengaruhi oleh para pelaku atau aktor tidak resmi lainnya dari luar pemerintah. Fokus dari tulisan ini adalah penulis akan mengkaji atau menganalisis dari pandangan penulis mengenai hubungan ketiga komponen atau elemen dalam proses formulasi kebijakan publik yakni Pelaku Kebijakan, Lingkungan Kebijakan dan Kebijakan Publik. B. Pembahasan 1) Deskripsi Pelaku Kebijakan, Lingkungan Kebijakan dan Kebijakan Kebijakan publik menurut Hogwood dan Gunn (Rachmat,2009) memberikan pemahaman yang praktis bahwa kebijakan publik merupakan suatu tindakan yang bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Pembuatan kebijakan publik merupakan bentuk campur tangan atau intervensi negara untuk melindungi 4

5 kepentingan dan kebutuhan masyarakat (kelompok) yang memerlukan bantuan ketika berhadapan dengan masalah dalam suatu kelompok masyarakat. Dari hasil atau output dari kebijakan publik adalah proses pengambilan keputusan berupa lahirnya sebuah produk kebijakan dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, Program-Program Pemberdayaan dan lainnya guna mengatasi masalah yang ada dalam masyarakat. Berdasarkan definisinya, sebuah kebijakan akan efisien ketika berada dalam ranah pemerintah. Kekuasaan pemerintah dalam menyusun sebuah kebijakan ini sangat besar, sebab pemerintah berfungsi memberikan perlindungan kepada masyarakatnya dengan melahirkan kebijakan-kebijakan yang pro pada rakyat, kebijakan pro rakyat tersebut yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah-masalah publik. Dalam proses formulasi kebijakan mengadung 3 (tiga) komponen penting yang saling berkaitan yakni Pelaku Kebijakan, Lingkungan Kebijakan dan Kebijakan Publik yang digambarkan sebagai berikut : Gambar 1 Hubungan Elemen Dalam Formulasi Kebijakan Publik PELAKU KEBIJAKAN LINGKUNGAN KEBIJAKAN KEBIJAKAN PUBLIK Sumber ; Dunn (Subarsono,2009) 5

6 2) Ketiga komponen kebijakan publik diatas saling berkaitan karena sebuah kebijakan akan lahir dari tuntutan lingkungan dan selanjutnya diformulasikan oleh para pelaku kebijakan. a) Pelaku Kebijakan Anderson (Winarno,2012) mengatakan bahwa kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Didalam formulasi kebijakan publik tentulah ada orang atau sekelompok orang dibalik terwujudnya suatu kebijakan tersebut, orang-orang yang terlibat dalam perumusan kebijakan disebut juga dengan pelaku-pelaku atau aktor-aktor kebijakan. Dalam berbagai referensi mengenai kebijakan publik, pemberian nama terhadap orangorang tersebut biasa disebut aktor-aktor, pemeran-pemeran atau pelaku-pelaku kebijakan. Apapun kata yang digunakan sebenarnya mau menunjukan bahwa orang atau sekelompok orang inilah yang bertugas dalam penyusunan kebijakan publik. Para pelaku atau aktor kebijakan tersebut sendiri dibagi kedalam dua peran yakni aktor resmi dan aktor tidak resmi. Aktor Resmi Walaupun dalam buku-buku kebijakan publik ada disebutkan pula badanbadan atau agen-agen pemerintah sebagai aktor kebijakan namun dalam pandangan kami dalam perumusan kebijakan publik pada umumnya setidaknya ada tiga komponen aktor resmi yang biasanya terkait yakni : 1. Lembaga Legislatif Legislatif adalah lembaga perwakilan masyarakat yang salah tugasnya merumuskan dan membentuk kebijakan berupa undang-undang yang diharapkan dapat menjadi sebuah kebijakan. Undang-undang tersebut menjadi dasar hukum bagi pembuatan atau penyusunan kebijakan publik berikutnya seperti peraturan pemerintah, keputusan-keputusan hingga peraturan daerah dibawahnya. Dalam formulasi kebijakan tersebut kita tentunya menaruh harapan agar lembaga ini dapat menyusun kebijakan yang memang sesuai dengan lingkungan kebijakan itu 6

7 sehingga dapat menjawab tantangan atau masalah-masalah yang ada dalam kelompok masyarakat. 2. Lembaga Eksekutif Setelah kebijakan berupa peraturan dan lainnya maka fungsi eksekutif adalah melaksanakan kebijakan publik tersebut atau kata lain mengimplementasikan kepada masyarakat apa saja isi dari pada sebuah kebijakan yang telah disusun tersebut. Tujuan dari implementasi ini adalah untuk menjawab masalah-masalah kebijakan yang ada dalam masyarakat. 3. Lembaga Yudikatif Lembaga pemerintah ini bertugas mengawasi dan memberikan pertimbangan sanksi apabila kemudian terdapat kesalahan atau kekeliruan dalam proses implementasi sebuah kebijakan publik tersebut. Pelaku tidak resmi ; Penyusunan kebijakan yang baik tentunya memperhatikan pula masukan dari pemangku kepentingan yang memahami dengan baik masalah-masalah yang ada dalam masyarakat, meraka ini biasa disebut dengan pelaku tidak resmi Pelaku tidak resmi biasa berasal dari luar lembaga pemerintah seperti kelompok-kelompok kepentingan, partai-partai politik, organisasi massa, warga negara dan individu. Para pelaku tidak resmi ini tidak mempunyai peran dalam pengambilan keputusan kebijakan akan tetapi mereka berperan dalam memberikan saran, usul, masukkan bahkan intervensi kepada pelaku resmi pembuat kebijakan agar dapat meloloskan atau menggunakan bentuk kebijakan yang mereka inginkan. b) Lingkungan Kebijakan Dalam pembuatan atau penyusunan suatu kebijakan publik tentulah tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan dimana kebijakan itu bermula. Dari lingkungan inilah maka tuntutan terhadap kebijakan lahir dan kemudian ditransformasikan kedalam suatu sistem politik oleh para aktor kebijakan. Leo (2006) menggarisbawahi lingkungan kebijakan kedalam tiga kategori yakni (1) lingkungan umum diluar pemerintah seperti faktor sosial, ekonomi, sosial politik dan nilai-nilai tertentu. Dari sinilah para aktor kebijakan mulai 7

8 melihat progress apa yang hendak dijadikan kebijakan, (2) lingkungan didalam pemerintahan seperti karakteristik birokrasi, sumberdaya manusia, sumberdaya anggaran dan lainnya yang jika dilihat akan sangat menentukan kualiitas dari kebijakan yang dilahirkan, dan (3) lingkungan khusus yang mempengaruhi kebijakan yang artinya bahwa dari sanalah masalah publik lahir untuk menjadi masalah kebijakan. Selain itu proses perumusan kebijakan tentu juga memperhatikan pula faktor lingkungan antara lain tersedianya sumber daya alam, iklim atau suhu, topografi, jumlah penduduk, distribusi penduduk, kebudayaan, struktur sosial, sistem ekonomi dan politik dan dalam kasus kebijakan tertentu menurut Anderson perlu diperhatikan pula lingkungan internasional dan kebijakan internasional (Subarsono,2009). Lingkungan sangat berpengaruh terhadap isi kebijakan, sebab dari lingkunganlah pelaku kebijakan dapat menyusun sebuah strategi pembuatan suatu isi kebijakan bagi ruang publik. Kebijakan publik sebagai pengalokasian nilainilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat sehingga pelaku kebijakan dalam membuat kebijakan publik harus benar-benar memperhatikan lingkungan dimana tuntutan sebuah kebijakan berasal. c) Kebijakan Publik Kebijakan publik adalah hasil akhir dari sebuah masalah kebijakan yang telah disusun dan diwujudkan kedalam bentuk undang-undang. Selanjutnya udang-undang ini dijadikan dasar dalam penyusunan peraturan pemerintah hingga peraturan daerah dan program-program bagi masyarakat. Wujud dari pada kebijakan publik tersebut tertuang dalam isi kebijakan yang memuat pertimbangan, penetapan dan keputusan yang selanjutnya terdiri atas bab dan pasal hingga aturan-aturan tambahan. Isi dari pada kebijakan tentu disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat dimana kebijakan itu berasal, apabila kebijakan tidak diarahkan pada lingkungan yang sesuai maka akan terjadi kegagalan implementasi kebijakan publik sendiri. Kebijakan itu tentu harus betul-betul mengakomodir kepentingan 8

9 publik dan bukan kepentingan pribadi atau golongan tertentu sehingga dapat menjawab tuntutan masyarakat. Namun dalam sebuah kebijakan ada semacam pro dan kontra yang muncul atas respon masyarakat, artinya bahwa jika kebijakan tersebut berupa pemberian reward atau insentif misalnya bantuan langsung tunai dan sejenisnya maka tentu masyarakat akan menerima dan mendukungnya, namun sebaliknya jika kebijakan tersebut berupa suatu permintaan kontribusi maka akan terjadi penolakan terhadap kebijakan tersebut contohnya kenaikan bahan bakar minyak atau kenaikan tarif dasar listrik. 2) Hubungan antara Pelaku Kebijakan, Lingkungan dan Kebijakan Publik a) Pelaku Kebijakan dan Lingkungan Kebijakan Kebijakan dibuat untuk memenuhi tuntutan masyarakat atau publik yang menginginkan adanya sebuah perubahan. Pelaku kebijakan biasanya terdiri dari pemerintah sendiri, kelompok masyarakat, organisasi profesi, partai politik, akademisi, wartawan, analisis kebijaksanaan dan lain-lain. Mereka bertugas menyusun kebijakan yang bersumber dari isu-isu yang lahir dari sebuhah lingkungan kebijakan. Lingkungan kebijakan adalah suasana dimana isu-su kebijakan lahir, yang selanjutnya isu-isu kebijakan tersebut ikut mempengaruhi pengambilan keputusan ataupun kebijakan oleh pelaku kebijakan. Para pelaku atau aktor kebijakan dalam menyusun sebuah kebijakan tentunya harus berdasarkan pada kejadian-kejadian yang berasal dari lingkungan kebijakan dimana isu itu lahir, artinya bahwa tidak semua kelompok masyarakat mempunyai masalah yang sama yang harus dipecahkan dengan kebijakan yang sama pula, misalnya lingkungan A mempunyai masalah yang tidak sama dengan lingkungan B pada tataran ini maka pelaku atau aktor kebijakan dalam menyusun kebijakan benar-benar melihat mana lingkungan yang membutuhkan kebijakan dan mana lingkungan yang hanya membutuhkan sebuah aturan karena belum tentu kebijakan bagi lingkungan A cocok pula diterapkan pada lingkungan B karena lingkungan B hanya 9

10 membutuhkan sebuah penjelasan terhadap masalahnya maka masalah lingkungan B akan selesai. Sebuah kebijakan lahir karena adanya demand atau tuntutan, harapan atau keinginan dari lingkungan kebijakan itu sendiri yang selanjutnya oleh para pelaku atau aktor kebijakan demand atau tuntutan, harapan atau keinginan tersebut akan dijadikan sebuah produk kebijakan. Para pelaku kebijakan harus melihat apa yang menjadi keinginan dari lingkungan tersebut, hal ini untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang menginginkan adanya perubahan terhadap apa yang mereka alami. Oleh karena tuntutan dari masyarakat begitu beragam dan berbeda maka pelaku kebijakan hendaknya memilih alternatif-alternatif yang sesuai atau mana yang memenuhi ketentuan untuk dijadikan kebijakan. Hubungan antara pelaku atauu aktor kebijakan dengan lingkungan kebijakan kami gambarkan dalam model sebagai berikut : Gambar 2 Hubungan Antara Pelaku/Aktor Kebijakan Dengan Lingkungan Kebijakan Pelaku/Aktor Kebijakan 1. Masalah Publik 2. Masalah Kebijakan 3. Pemilihan alternatif kebijakan 4. Formulasi Kebijakan Lingkungan Kebijakan 1. Tuntutan/harapan/keinginan 2. Isu-isu Kebijakan Kebijakan Publik 1. Isi Kebijakan 2. Implementasi Kebijakan 10

11 Namun ada kalanya para pelaku atau aktor kebijakan dalam memformulasikan sebuah kebijakan terkadang belum dapat diterima secara baik oleh masyarakat, biasanya disebabkan oleh beberapa hal antara lain : - Kebijakan Tidak Sesuai Dengan Kondisi Lingkungan Ada beberapa kebijakan yang dibuat oleh pelaku kebijakan sangat tidak sesuai dengan kondisi daerah setempat, keputusan tersebut malah merugikan atau malah tidak bermanfaat sama sekali bagi kelompok masyarakat sasaran. Hal ini disebabkan karena pelaku kebijakan dalam mengambil sebuah keputusan tidak menimbang-nimbang segala aspek yang muncul dari lingkungan dimana isu kebijakan tersebut muncul atau lahir. Tentunya sebagaimana tekah kita bahas bahwa setiap daerah atau lingkungan berbeda pula kondisi lingkungannya, berbeda tuntutan, berbeda masalah, berbeda pandangan sehingga akan berpengaruh terhadap penerimaan atau dalam proses implementasi sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh para pelaku kebijakan. Jika ini terjadi maka kebijakan ini tidak lagi relevan dengan lingkungan setempat, akibatnya kebijakan akan berjalan sendiri dan cenderung tidak akan maksimal diimplementasikan dan hanya menjadi sebuah produk hukum semata. Banyak contoh kebijakan yang dikeluarkan namun kadanng belum dapat menjawab tantangan yang ada di lingkungan itu sendiri. Misalnya kebijakan pemerintah untuk menaikan standar kelulusan siswa SMA/MA/SMK minimal 5,5 beberapa waktu lalu. Bagi daerah terpencil yang jauh dari keramaian kota dengan terbatasnya sarana dan prasarana, tenaga pengajar dan keterbatasan lainnya maka kebijakan menaikan standar kelulusan ini menjadi sangat mustahil dapat membuat siswa lulus. Bagaimana mau menerapkan standar pendidikan jika ada siswa yang belum bisa membaca bahkan menulis, namun justru kebijakan ini cenderung berhasil karena hampir semua siswa lulus ujian nasional. Pertanyaannya apakah kebijakan ini menyelesaikain masalah atau justru menimbulkan masalah baru bagi pemerintah sendiri. Tentunya hal ini terjadi hampir diseluruh daerah-daerah di tanah air. 11

12 - Kebijakan Yang Dikeluarkan Atas Dasar Kepentingan Beberapa Pelaku Kebijakan Beberapa kebijakan biasanya dikeluarkan atas dasar kepentingan pelaku kebijakan tersebut, hal ini didasarkan atas pertimbangan lingkungan dimana pelaku kebijakan berada. Artinya bahwa kebijakan yang dikeluarkan tersebut dirasa akan menguntungkan pelaku kebijakan atau golongannya dibandingkan memikirkan kepuasaan publik pada umumnya. Para pembuat kebijakan dalam proses pengambilan keputusan kadang tidak memikirkan pada tujuan yang ingin dicapai yakni memberikan pelayanan kepada masyarakat, akan tetapi lebih kepada memperkuat kepentingan mereka sendiri, meningkatkan derajat status sosialnya dan berupaya mengamankan posisinya. Kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan kualitas yang ingin dicapai akan tetapi lebih kepada hanya menjalankan tugas sebagai rutinitas dengan memberikan pandangan seadanya dan seperlunya jika itu tidak atau bukan menjadi kepentingannya akibatnya kebijakan yang lahir kadang tidak jelas atau bahkan bisa jadi hanya kebijakan yang mereka inginkan dengan segala kepentingannya yang mereka loloskan akibatnya kebijakan yang lahir tidak sesui dengan tuntutan yang muncul dari masyarakat. Tentu masih segar dalam ingatan kita beberapa waktu lalu bagaimana para pelaku kebijakan ini dalam menyusun atau mengambil keputusan menyangkut kepentingan masyarakat banyak sepertinya apatis dan lebih memilih tunduk kepada sistem kepartaian dan kegolongan atau lainnya tanpa melihat harapanharapan yang masyakat inginkan. Akibatnya keputusan yang keluar tidak menjawab harapan masyarakat banyak dan justru menyebabkan sistem pemerintahan kita menjadi tidak karuan. b) Pelaku Kebijakan dan Kebijakan Publik Pelaku kebijakan dalam menentukan isi kebijakan harus tetap memperhatian dan berpedoman pada lingkungan dimana isu kebijakan itu muncul dan diangkat sebagai suatu permasalahan. Dalam pembuatan suatu kebijakan yang akan diimplementasikan kepada publik, maka pelaku kebijakan harus melihat secara jelas yang subjektif yang diciptakan atas dasar kesadaran para pelaku kebijakan teradap pilihan-pilihan 12

13 yang tersedia untuk mengatasi problem masyarakat banyak. Isi kebijakan juga tetap diusahakan agar dapat betul-betul menyentuh secara langsung dan betulbetul bermanfaat pada ruang publik. Dalam menyusun sebuah kebijakan publik maka para pelaku atau aktor kebijakan harus melakukan sebuah proses identifikasi atau proses analisa kebijakan tersebut berdasarkan isu-isu yang berkembang dalam masyarakat atau lingkungan kebijakan, perlu dipahami bahwa tidak semua isu-isu kebijakan lantas berkembang menjadi masalah publik hanya isu-su yang layak saja yang dapat diangkat menjadi masalah publik untuk selanjutnya para pelaku atau aktor kebijakan menjadikan isu-isu tersebut sebagai sebuah masalah kebijakan yang perlu diselesaikan hanya dengan kebijakan pula. Selanjutnya masalah kebijakan tersebut dirumuskan oleh para pelaku kebijakan, maka akan lahir sebuah kebijakan publik berdasarkan masukan atau isu-isu publik tadi dan selanjutnya kebijakan tersebut diimplementasikan kembali ke lingkungan dimana isu-isu itu muncul. Gambaran mengenai hubungan antara pelaku kebijakan dan kebijakan sendiri kami gambarkan dalam model sebagai berikut : Gambar 3 Hubungan Pelaku/Aktor Kebijakan Dan Kebijakan Publik Lingkungan Isu-Isu Kebijakan Aktor Kebijakan Masalah Publik Masalah kebijakan Implementasi Kebijakan Formulasi Kebijakan Kebijakan Publik 13

14 Berdasarkan proses identifikasi dan analisa dalam mengambil dan membuat keputusan diatas menyangkut isu-isu kebijakan yang muncul, maka pelaku kebijakan akan dengan mudah dapat menyusun sebuah kebijakan yang betul-betul sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan. Para pelaku kebijakan menerima masukkan dari lingkungan kemudian dirumuskan menjadi produk kebijakan dan dilaksanakan kembali pada lingkungan dimana isu kebijakan bermula. Pada tataran manajemen kebijakan publik setelah diimplemetasikan maka sebuah kebijakan harus pula di evaluasi untuk dilihat apakah kebijakan tersebut tepat sasaran, efektir dan berguna atau perlu dilakukan kajian ulang untuk mendapatkan hasil yang memuaskan bagi masyarakat. c) Lingkungan dan kebijakan Publik Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kebijakan yang dihasilkan, sebab dari lingkunganlah pelaku kebijakan dapat menyusun sebuah strategi perumusan kebijakan bagi masyarakat. Kebijakan publik sebagai suatu akomodasi dari upaya pemerintah untuk seluruh masyarakat sangat mengandung nilai-nilai penting dan mendasar. Sehingga masalah-masalah masyarakat tersebut hanya dapat diselesaikan oleh pemerintah karena merupakan bentuk dari fungsi dan tugas pemerintah kepada masyarakatnya. Dalam melahirkan sebuah keputusan atau kebijakan, para pelaku kebijakan tentunya menginput berbagai masukkan dari lingkungan, karena lingkungan dimana masyarakat berada sangat berpengaruh terhadap isi suatu kebijakan. Sudah barang tentu masing-masing lingkungan mempunyai kondisi yang berbedabeda sehingga perbedaan lingkungan ini akan sangat berpengaruh kepada kebijakan yang akan dibuat, sebab isi kebijakan yang lahir belum tentu akan dengan cepat dan mudah diterima oleh lingkungan yang berbeda. 14

15 Gambar 4 Hubungan Lingkungan Kebijakan Dan Kebijakan Publik Lingkungan Kebijakan 1. Tuntutan/harapan/keinginan 2. Isu-isu Kebijakan Implementasi Kebijakan Pelaku/Aktor Kebijakan Formulasi Kebijakan Kebijakan Publik 1. Produk Kebijakan 2. Isi Kebijakan Artinya bahwa lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap lahirnya sebuah kebijakan, sebab dari lingkungan yang beragam ini akan lahir sebuah masalah-masalah kebijakan yang oleh pelaku kebijakan selanjutnya masalah tersebut akan dijadikan agenda kebijakan untuik proses formulasi. Sehingga jika lingkungan kurang memberikan pengaruhnya maka kebijakan yang lahirpun akan kurang bermanfaat bagi masyarakat sendiri sehingga dalam implementasi kebijakan tersebut akan berjalan kurang maksimal karena isi atau konten kebijakan tidak sesuai atau tidak mengakomodir masalah-masalah dalam lingkungan masyarakat tersebut. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa antara lingkungan dan kebijakan sangat berpengaruh besar bagi pelaku kebijakan dalam mengambil sebuah keputusan guna melahirkan sebuah produk kebijakan bagi masyarakat luas. 15

16 C. Kesimpulan Melihat bahwa dalam proses formulasi kebijakan ketiga komponen atau elemen yakni Pelaku Kebijakan, Lingkungan Kebijakan dan Kebijakan Publik merupakan suatu sistem yang tidak terpisahkan dan menjadi bagian dalam melahirkan suatu kebijakan yang baik maka penting rasanya untuk ketiga komponen ini saling mendukung. Pelaku kebijakan harus memiliki sumbersumber yang memadai dari lingkungan kebijakan misalnya identifikasi masalah dan sumber masalah yang jelas sebagai dasar dalam pengambilan keputusan karena hal itu sangat menentukan isi kebijakan yang lahir kelak. Ataukah dukungan-dukungan lain yang sekiranya dukungan tersebut memudahkan para pengambil kebijakan untuk menetapkan langkah-langkah yang akan mereka tempuh. Dari kajian ini diketahui bahwa kadang masih ada pelaku kebijakan yang belum maksimal dalam penentukan keputusan yang diambil dikarenakan ada tekanan atau dorongan dari pihak yang berkepentingan atau sekedar kepentingan pribadi dan golongan, hal itu sudah tentu akan menyebabkan kebijakan yang dibuat tidak maksimal. Walaupun tidak semua kebijakan itu berhasil menyelesaikan masalah dalam masyarakat namun kebijakan publik sekiranya dapat menjawab tantangan yang ada dalam masyarakat guna mewujudkan masyarakat yang berkehidupan lebih baik. Sebagai masukan kedepan kami merekomendasikan untuk para pelaku atau aktor kebijakan dalam penyusunan suatu kebijakan harus melakukan proses-proses yang tidak kalah penting seperti dialog publik, grup-grup diskusi hingga musyawarah-musyawarah bersama masyarakat guna mendapatkan informasi yang lebih lengkap. Selain itu diharapkan juga para pelaku kebijakan ini untuk tidak mengutamakan kepentingan pribadi, golongan atau kelompok ataukah karena tidak ada kepentingan sehingga terkesan kebijakan yang diputuskan tidak memuaskan masyarakat. Semoga kedepan produk-produk kebijakan yang dihasilkan benar-benar dapat menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang ada didalam masyarakat. 16

17 Referensi Agustino, Leo Dasar-Dasar Kebijkan Publik. Alfabeta. Bandung. Indiahono, Dwiyanto Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Gaya Media. Yogyakarta. Rakhmat Teori Administrasi dan Manajemen Publik. Pustaka Arif. Tangerang. Subarsono, AG Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Suharto, Edy Ph.D Analisis Kebijakan Publik. Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Alfabeta. Bandung Wahab, Abdul Solichin Pengantar Analisis Kebijakan Publik. UMM Press. Malang. Wahab, Abdul Solichin Analisis Kebijakan Publik. Dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Winarno, Budi Kebijakan Publik. Teori, Proses, dan Studi Kasus. CAPS. Yogyakarta. 17

Perspektif Kebijakan Publik

Perspektif Kebijakan Publik Perspektif Kebijakan Publik What is Public Policy? Policy is: Whatever governments choose to do or not to do (apapun yang dipilih untuk dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah) (Dye, 1975). jalan

Lebih terperinci

PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2011/ 2012 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2011/ 2012 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA PANITIA UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2011/ 2012 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS WARMADEWA MATA UJI : KEBIJAKAN PEMERINTAH JURUSAN/ CAWU : ILMU PEMERINTAHAN/ III HARI/ TANGGAL : SELASA,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik 1. Konsep Kebijakan Publik Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2013: 2), kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan

Lebih terperinci

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah

isu kebijakan dan dinamikanya. Kemudian pada bagian kedua kita akan Isu kebijakan publik sangat penting dibahas untuk membedakan istilah 4 Isu Kebijakan Publik A. Pendahuluan Pada bagian ini, anda akan mempelajari konsep isu kebijakan publik dan dinamikanya dalam pembuatan kebijakan. Untuk itu, kita akan membagi uraian ini menjadi tiga

Lebih terperinci

DEfiNISI KEBIJAKAN PUBLIK

DEfiNISI KEBIJAKAN PUBLIK DEfiNISI KEBIJAKAN PUBLIK John Locke MENURUT PAKAR Francis Bacon Easton Pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya mengikat. Dalam pengertian ini hanya pemerintah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi oleh kota-kota yang sedang berkembang. Salah satu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi oleh kota-kota yang sedang berkembang. Salah satu fungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan pendudukan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi berkembangnya suatu perkotaan. Kecenderungan meningkatnya jumlah penduduk di daerah perkotaan disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses Pengambilan Keputusan mengungkapkan bahwa analisis didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses Pengambilan Keputusan mengungkapkan bahwa analisis didefinisikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kebijakan 2.1.1 Pengertian Analisis Bernadus Luankali dalam bukunya Analisis Kebijakan Publik dalam Proses Pengambilan Keputusan mengungkapkan bahwa analisis didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang yang mempunyai kekuasaaan dan lembaga yang mengurus masalah

BAB I PENDAHULUAN. orang yang mempunyai kekuasaaan dan lembaga yang mengurus masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan didalam suatu negara merupakan organisasi atau wadah orang yang mempunyai kekuasaaan dan lembaga yang mengurus masalah kenegaraan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENETAPAN KEBIJAKAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PENETAPAN KEBIJAKAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH 94 PENETAPAN KEBIJAKAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Wan Eva Yuliani Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Kampus Bina Widya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kebijakan Publik. 1. Definisi Kebijakan. Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kebijakan Publik. 1. Definisi Kebijakan. Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti BAB II KAJIAN TEORI A. Kebijakan Publik 1. Definisi Kebijakan Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Zainal Abidin megutip dari Thomas Dye menyebutkan kebijakan sebagai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan hasil penelitian mengenai analisis implementasi kebijakan dana kampanye pada Pilkada tahun 2015 di Sumatera Barat. Selanjutnya, diperlukan

Lebih terperinci

PENTINGNYA FAKTOR KOMUNIKASI DALAM PROGRAM KARTU JAKARTA PINTAR (KJP) PADA SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DI KOTA ADMINISTRASI JAKARA TIMUR

PENTINGNYA FAKTOR KOMUNIKASI DALAM PROGRAM KARTU JAKARTA PINTAR (KJP) PADA SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DI KOTA ADMINISTRASI JAKARA TIMUR PENTINGNYA FAKTOR KOMUNIKASI DALAM PROGRAM KARTU JAKARTA PINTAR (KJP) PADA SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI DI KOTA ADMINISTRASI JAKARA TIMUR Yoani Mega Pertiwi, Tri Yuningsih Abstract Pada penilitian ini regulasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian proses pembuatan dan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Para ahli

II. TINJAUAN PUSTAKA. rangkaian proses pembuatan dan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Para ahli 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Perumusan Kebijakan Publik. Perumusan (Formulasi) kebijakan publik merupakan salah satu tahap dari rangkaian proses pembuatan dan pelaksanaan suatu kebijakan publik. Para

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah

Lebih terperinci

Transformasi No. 32 Tahun 2017 Volume I Halaman 1-75

Transformasi No. 32 Tahun 2017 Volume I Halaman 1-75 IMPLEMENTASI PENGELOLAAN DANA DESA BERDASARKAN PERATURAN BUPATI NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DESA TAHUN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung belum memiliki program yang baik,

Lebih terperinci

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, yaitu: 1. Tahapan dan Bentuk Gerakan Lingkungan di

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika

Lebih terperinci

Silabus Analisis Kebijakan Kesehatan Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana

Silabus Analisis Kebijakan Kesehatan Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Silabus Analisis Kebijakan Kesehatan Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana Kompetensi Tujuan Instruksional Tujuan Belajar Topik Menggunakan berbagai pendekatan ilmu kedokteran,

Lebih terperinci

APAKAH AGENDA KEBIJAKAN ITU?

APAKAH AGENDA KEBIJAKAN ITU? MENETAPKAN AGENDA KEBIJAKAN APAKAH AGENDA KEBIJAKAN ITU? Terminologi agenda diartikan sebagai daftar subyek atau masalah yang mana pejabat pemerintah dan masyarakat diluar pemerintah yang berhubungan erat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu komponen yang menentukan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar adalah guru. Bagaimana pun peranan guru tidak bisa digantikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Kebijakan 2.1.1 Analisis Analisis mempunyai banyak arti jika dipandang adri beberapa sudut pandang yang berbeda-beda. Salah satunya Analisis dalam pemerintahan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keputusan atau usulan-usulan dari para pembuat kebijakan. Para ahli administrasi

TINJAUAN PUSTAKA. keputusan atau usulan-usulan dari para pembuat kebijakan. Para ahli administrasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik 1. Definisi Kebijakan Publik Dewasa ini, kebijakan publik menjadi suatu hal yang tidak asing lagi bahkan di kalangan masyarakat awam. Setiap saat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Kebijakan Kebijakan menurut para ahli seperti yang telah dikemukaan oleh Dye dalam (Leo Agustino, 2008:7) mengemukakan bahwa, kebijakan publik adalah apa yang dipilih

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA

SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA SEKILAS TENTANG ANALISIS KEBIJAKAN BELANJA PUBLIK/NEGARA 1. Arti penting dan peran analisis kebijakan belanja publik. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PUBLIK. Kebijakan Pangan TIP FTP UB

KEBIJAKAN PUBLIK. Kebijakan Pangan TIP FTP UB KEBIJAKAN PUBLIK Kebijakan Pangan TIP FTP UB PENGERTIAN, JENIS-JENIS, DAN TINGKAT-TINGKAT KEBIJAKAN PUBLIK 1. Pengertian Kebijakan Publik a. Thomas R. Dye Kebijakan publik adalah apapun pilihan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan melalui Otonomi Daerah.

Lebih terperinci

TAHUN NASKAH PUBLIKASI SEPTIAN AGUM GUMELAR NIM : PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

TAHUN NASKAH PUBLIKASI SEPTIAN AGUM GUMELAR NIM : PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK IMPLEMENTASI PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCAIRAN SERTA PENGELOLAAN DANA KEPEDULIAN TERHADAP MASYARAKAT DI DESA GUNUNG KIJANG KECAMATAN GUNUNG KIJANG KABUPATEN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. secara umum memberikan penafsiran yang berbeda-beda akan tetapi ada juga yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. secara umum memberikan penafsiran yang berbeda-beda akan tetapi ada juga yang 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik 1. Pengertian Kebijakan Publik Penafsiran para ahli administrasi publik terkait dengan definisi kebijakan publik, secara umum memberikan penafsiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan menurut para ahli seperti yang telah dikemukan oleh Anderson dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebijakan menurut para ahli seperti yang telah dikemukan oleh Anderson dalam 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik 1. Makna Kebijakan Kebijakan menurut para ahli seperti yang telah dikemukan oleh Anderson dalam Winarno (2012:21) mendefinisikan sebagai berikut:

Lebih terperinci

Tahap penyusunan agenda Tahap formulasi kebijakan Tahap adopsi kebijakan Tahap implementasi kebijakan Tahap evaluasi kebijakan

Tahap penyusunan agenda Tahap formulasi kebijakan Tahap adopsi kebijakan Tahap implementasi kebijakan Tahap evaluasi kebijakan Tahap penyusunan agenda Tahap formulasi kebijakan Tahap adopsi kebijakan Tahap implementasi kebijakan Tahap evaluasi kebijakan Tahap penyusunan agenda Masalah kebijakan sebelumnya berkompetisi terlebih

Lebih terperinci

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan KMA Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Proses Pembuatan Kebijakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

KEBIJAKAN PEMERINTAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN POLICY BERBEDA DENGAN WISDOM KAJIAN UTAMA KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN ADALAH ADALAH KEBIJAKAN PEMERINTAHAN (PUBLIC POLICY) KEBIJAKAN ADALAH WHATEVER GOVERMENT CHOOSE TO DO OR NOT TO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program

BAB I PENDAHULUAN. maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mewujudkan Visi Kota Metro menjadi Kota Pendidikan maka Pemerintah Kota Metro sejak tahun 2010 telah mencanangkan Program Jam Belajar Masyarakat

Lebih terperinci

UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU POLITIK 1 UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU POLITIK KONTRAK PERKULIAHAN NAMA MATA KULIAH : KEBIJAKAN PUBLIK KODE MATA KULIAH : ISP 508 PENGAJAR :

Lebih terperinci

UTAMI DEWI IAN UNY 2013 Week 1

UTAMI DEWI IAN UNY 2013 Week 1 UTAMI DEWI IAN UNY 2013 Week 1 Utami.dewi@uny.ac.id A. Kebijakan sebagai Keputusan (pilihan) 1. Menurut Thomas R Dye Public policy is whatever governments choose to do or not to do Definisi ini memiliki

Lebih terperinci

Silabus. Standar Kompetensi

Silabus. Standar Kompetensi Silabus Nama Mata Kuliah : Formulasi dan Implementasi Kode MK/SKS : /3 SKS Dosen Pembina : Drs. Karjuni Dt. Maani, M.Si Drs. Suryanef, M.Si Rahmadani Yusran, S.Sos, M.Si Standar Kompetensi : Mata kuliah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai. 1. Implementasi Program PWK Bidang Ekonomi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai. 1. Implementasi Program PWK Bidang Ekonomi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini membahas dua kelompok pengamatan, pertama terhadap proses pelaksanaan (implementasi) program, dan kedua terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

Silabus MATA KULIAH KEBIJAKAN PEMERINTAH Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Warmadewa Dosen Pengampu: I Wayan Gede Suacana

Silabus MATA KULIAH KEBIJAKAN PEMERINTAH Program Studi Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Warmadewa Dosen Pengampu: I Wayan Gede Suacana Silabus MATA KULIAH KEBIJAKAN PEMERINTAH Program Studi Ilmu an Fisipol Universitas Warmadewa Dosen Pengampu: I Wayan Gede Suacana Deskripsi: Mata kuliah ini bertujuan untuk mengajak mahasiswa memahami

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN DENGAN POLA ORGANISASI MASYARAKAT

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN DENGAN POLA ORGANISASI MASYARAKAT 257 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR LINGKUNGAN DENGAN POLA ORGANISASI MASYARAKAT Dinda Syufradian Putra Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hipotesis untuk membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban, membuat

BAB II KAJIAN TEORI. hipotesis untuk membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban, membuat BAB II KAJIAN TEORI Dalam bab ini, disajikan teori sebagai kerangka berpikir untuk menjawab rumusan masalah yang dirumuskan pada bab sebelumnya. Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian sosial.

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari

Bab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya era reformasi, pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar bertanggungjawab penuh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N :

M E M U T U S K A N : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.2/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN FORMULASI, IMPLEMENTASI, EVALUASI KINERJA DAN REVISI KEBIJAKAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,

Lebih terperinci

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN ANGGARAN 2010

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN ANGGARAN 2010 KEPENTINGAN PARTAI POLITIK DALAM SUBSTANSI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TOBA SAMOSIR TAHUN ANGGARAN 2010 Studi pada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Toba Samosir Hasil Pemilihan

Lebih terperinci

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011 DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya kinerja

Lebih terperinci

Topik : Pengertian Kebijakan Publik Pentingnya Kebijakan Publik Studi Kebijakan Publik

Topik : Pengertian Kebijakan Publik Pentingnya Kebijakan Publik Studi Kebijakan Publik Topik : Pengertian Kebijakan Publik Pentingnya Kebijakan Publik Studi Kebijakan Publik What is public policy? Keputusan dan tindakan pemerintah yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah publik (pattern

Lebih terperinci

Graduate Program Universitas Galuh Master of Manajemen Studies Program

Graduate Program Universitas Galuh Master of Manajemen Studies Program Publiser Graduate Program Universitas Galuh Master of Manajemen Studies Program 2017 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK: STUDI PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1 Rencana Program Dan Kegiatan Peran strategis Kecamatan di Kota Bandung menuntut adanya peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung Ardhana Januar Mahardhani Mahasiswa Magister Kebijakan Publik, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya Abstract Implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi birokrasi dengan tekad mewujudkan pemerintah yang transparan dan akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Syabab Azhar Basyir 1

Syabab Azhar Basyir 1 ejournal Pemerintahan Integratif, 2016, 3(4);583-589 ISSN 2337-8670, ejournal.pin.or.id Copyright 2016 IMPLEMENTASI PERDA KABUPATEN KUTAI TIMUR NO 13 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULIAN. Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang BAB I PENDAHULIAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perhatian pemerintah terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat. Ini dapat dibuktikan dengan jelas dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 92 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah di bahas dalam bab V sebelumnya, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut: Kondisi tingkat penyalahgunaan narkotika

Lebih terperinci

Effective Writing Skills DR. RIZALDI PUTRA TRAINING & CONSULTING

Effective Writing Skills DR. RIZALDI PUTRA TRAINING & CONSULTING Effective Writing Skills DR. RIZALDI PUTRA TRAINING & CONSULTING Tujuan: Meningkatkan kualitas penulisan policy brief, policy paper, telaah staff & diskusi interaktif. Materi: 1. Policy Brief (2-4 lembar/maksimum

Lebih terperinci

Peran Anggota Dewan dalam Pembuatan Kebijakan Publik

Peran Anggota Dewan dalam Pembuatan Kebijakan Publik Peran Anggota Dewan dalam Pembuatan Kebijakan Publik Oleh: Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada www.kumoro.staff.ugm.ac.id kumoro@map.ugm.ac.id Definisi Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 merupakan tonggak awal. pelaksanaan otonomi daerah dan proses awal terjadinya reformasi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004 merupakan tonggak awal. pelaksanaan otonomi daerah dan proses awal terjadinya reformasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta ekonomi sehingga menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.2/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN FORMULASI, IMPLEMENTASI, EVALUASI KINERJA DAN REVISI KEBIJAKAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kebijakan Umum Arah kebijakan umum pembangunan jangka menengah Desa Guyangan akan menentukan agenda, tujuan dan sasaran program pembangunan 5 (lima) Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang optimal government terutama dibidang kerja sama dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang optimal government terutama dibidang kerja sama dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Republik Demokratik Timor Leste sebagai negara baru yang sedang berkembang memerlukan berbagai kebijakan pemerintahan di segala bidang dalam mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. faktor dan implementasi sebuah kebijakan dalam organisasi pemerintah. Untuk

BAB II KERANGKA TEORI. faktor dan implementasi sebuah kebijakan dalam organisasi pemerintah. Untuk BAB II KERANGKA TEORI A. Tinjauan Umum Kebijakan Publik 1. Definisi Kebijakan Untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian ini, digunakanlah landasan teori tentang kebijakan publik yang meliputi definisi,

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P

BAB VI P E N U T U P 244 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Menyimak hasil penelitian dan setelah melalui langkah analisis berkenaan dengan Problematika Penyelenggaraan Supervisi Pendidikan Islam pada Madrasah di Era Otonomi

Lebih terperinci

Prayudi POSISI BIROKRASI DALAM PERSAINGAN POLITIK PEMILUKADA

Prayudi POSISI BIROKRASI DALAM PERSAINGAN POLITIK PEMILUKADA Prayudi POSISI BIROKRASI DALAM PERSAINGAN POLITIK PEMILUKADA Diterbitkan oleh: P3DI Setjen DPR Republik Indonesia dan Azza Grafika 2013 Judul: Posisi Birokrasi dalam Persaingan Politik Pemilukada Perpustakaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR BUPATI BARRU, TTD. Ir. H. ANDI IDRIS SYUKUR, MS.

KATA PENGANTAR BUPATI BARRU, TTD. Ir. H. ANDI IDRIS SYUKUR, MS. KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wata ala yang telah memberi rahmat dan karunia-nya, sehingga dokumen Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Barru Tahun

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2009-2014 1. PENGANTAR Proses penyusunan rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Garut Tahun 2009-2014 saat

Lebih terperinci

Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN 604 BNSP 2012

Badan Nasional Sertifikasi Profesi PEDOMAN 604 BNSP 2012 Nomor : 326/BNSP/VI/ 2012 Tanggal : 11 Juni 2012 BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI PEDOMAN 604 BNSP 2012 =================================== PEDOMAN ADVOKASI / BIMBINGAN TEKNIS LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Abdul Harsin 1, Zulkarnaen 2, Endang Indri Listiani 3 ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

: Prof. Said Zainal Abidin, Ph.D., MPIA

: Prof. Said Zainal Abidin, Ph.D., MPIA MATA KULIAH DOSEN : KEBIJAKAN PUBLIK : Prof. Said Zainal Abidin, Ph.D., MPIA Soal Ujian Tengah Semester Gasal STIA-LAN RI 1. Apa yang menentukan suatu kebijakan dianggap berkualitas dan mampu diimplementasikan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2006-2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Performa Kekuasaan dalam Revitalisasi Pasar Tradisional (Studi Deskriptif di Pasar Tanjung Anyar Kota Mojokerto)

Performa Kekuasaan dalam Revitalisasi Pasar Tradisional (Studi Deskriptif di Pasar Tanjung Anyar Kota Mojokerto) Performa Kekuasaan dalam Revitalisasi Pasar Tradisional (Studi Deskriptif di Pasar Tanjung Anyar Kota Mojokerto) Muhammad Budi Santosa Abstrak Penelitian ini mengkaji tentang perumusan kebijakan revitalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. diperkenalkannya pendekatan penganggaran berbasis kinerja (performance. based budgeting) dalam penyusunan anggaran pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi pengelolaan keuangan negara di Indonesia yang diawali dengan keluarnya Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara telah membawa banyak perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar

BAB I PENDAHULUAN. Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar Amerika bahkan rencana kenaikan harga BBM, krisis pangan dan berbagai bencana alam, serta

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Instruksional Umum 0 Membahas tentang ilmu kebijakan dan manajemen yang diterapkan di sektor kesehatan Reference 0 Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan hak asasi bagi seluruh rakyat. Pelayanan publik dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

Keterlambatan APBD. Oleh: Andika Novta B., SE.

Keterlambatan APBD. Oleh: Andika Novta B., SE. 1 w w w. k a m u s k e u a n g a n d a e r a h. c o m Oleh: Andika Novta B., SE. APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan

Lebih terperinci

D I S U S U N O L E H : I D A Y U S T I N A

D I S U S U N O L E H : I D A Y U S T I N A KEBIJAK AN DAN MANA JEMEN PEL AYANAN KESEHATAN D I S U S U N O L E H : I D A Y U S T I N A TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Membahas tentang ilmu kebijakan dan manajemen yang diterapkan di sektor kesehatan REFERENCE

Lebih terperinci

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tapin tahun 2013-2017 selaras dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun sebaliknya pada sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penganggaran di sektor pemerintahan merupakan suatu proses yang cukup rumit. Karakteristik penganggaran di sektor pemerintahan sangat berbeda dengan penganggaran

Lebih terperinci

manusia sehingga dapat mengoptimalkan implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dapat berjalan dengan maksimal.

manusia sehingga dapat mengoptimalkan implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dapat berjalan dengan maksimal. manusia sehingga dapat mengoptimalkan implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) dapat berjalan dengan maksimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan teknologi

Lebih terperinci

Keputusan Dewan Kehutanan Nasional. tentang Protokol Konsultasi Publik. Nomor : SKN.02/DKN-KP/2012

Keputusan Dewan Kehutanan Nasional. tentang Protokol Konsultasi Publik. Nomor : SKN.02/DKN-KP/2012 Keputusan Dewan Kehutanan Nasional tentang Protokol Konsultasi Publik Nomor : SKN.02/DKN-KP/2012 Mengingat a. Konsultasi Publik, selanjutnya disingkat KP, merupakan suatu langkah penting bagi pelibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas berbantuan sesuai dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

HUKUM & KEBIJAKAN PUBLIK

HUKUM & KEBIJAKAN PUBLIK HUKUM & KEBIJAKAN PUBLIK (Prof. Dr. JAMAL WIWOHO, SH.MHum) 6/22/2012 www.jamalwiwoho.com PENGERTIAN KEBIJAKAN PUBLIK THOMAS R. DYE: Public Policy is whatever to government choose to do or not to do JAMES

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG PEMERINTAH KOTA PADANG SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG BAGIAN PEMBANGUNAN TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Sebagai tindak lanjut instruksi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi

Lebih terperinci

Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan yang sifatnya memberikan kemudahan bagi warga masyarakat, dibentuklah Kabupaten Bengkayang yang merupakan daerah pemekaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya era reformasi, terdapat tuntutan untuk meningkatkan kinerja organisasi sektor publik agar lebih berorientasi pada terwujudnya good public

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI LAPORAN KUNJUNGAN KERJA PANITIA KHUSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KE PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Publik

Analisis Kebijakan Publik Analisis Publik ASROPI, SIP, MSi asropimsi@yahoo.com Pusat Kajian Manajemen Lembaga Administrasi Negara 2010 Bahan Ajar Diklat Kepemimpinan Tingkat III Pengertian Publik (policy) Policy means plan of action,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci