BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN"

Transkripsi

1 92 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah di bahas dalam bab V sebelumnya, maka dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut: Kondisi tingkat penyalahgunaan narkotika di Indonesia masih tinggi, sehingga untuk masalah yang terkait dengan upaya pencegahan dan pemberantasan merupakan hal yang perlu di khawatirkan oleh seluruh pihak, baik oleh pihak pemerintah atau juga masyarakat sipil. Perlu ada perhatian khusus dalam menangani masalah penyalahgunaan narkotika yang ada di indonesia, memang tidak mudah untuk mengobati permasalahan yang sudah terjadi di Indonesia, tetapi alangkah lebih baiknya jika upaya yang lebih banyak dilakukan adalah melakukan pencegahan penyalahgunaan narkotika semenjak usia dini. Adanya pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu aktor yang bertanggung jawab dalam pemberantasan narkotika di Kota Bandung, sehingga dianggap merupakan faktor jumlah penyalahgunaan narkotika masih meningkat karena adanya banyak kasus pelanggaran yang mungkin diselesaikan dengan cara membayar kepada pihak yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

2 93 Temuan atau fakta yang terjadi dilapangan bahwa Badan Narkotika Nasional Kota Bandung yang di singkat BNN kota Bandung dalam mengimplementasikan upaya pencegahan primer di kota Bandung, terdapat beberapa indikasi yang menandakan ketidakpatuhan pada beberapa hal seperti apa yang seharusnya di jalankan berdasarkan kebijakan yang menjadi acuan dari peneliti. BNN kota Bandung seharusnya memperhatikan kebijakan yang sudah di tetapkan pelaksanaannya sebagai aktor utama yang menangani permasalahan tersebut. Penyampaian informasi yang melibatkan banyak aktor yang juga memiliki peran dalam upaya pencegahan primer dapat menghambat proses pengambilan keputusan. Tingkat pengambilan keputusan yang diberikan kepada BNN kota Bandung memiliki batasan, sehingga tidak dapat bebas dalam mengabil keputusan. Sumber daya yang di miliki oleh BNN kota Bandung terbatas dan di sesuaikan oleh BNN provinsi dan BNN pusat. Dari beberapa hal tersebut juga dapat dilihat bahwa upaya pencegahan primer yang berjalan di kota Bandung merupakan kegiatan yang rutin dalam upaya mengurangi jumlah penyalahguna narkotika yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia sehingga menyebabkan upaya pencegahan primer menjadi upaya yang sangat vital untuk dilakukan oleh BNN kota Bandung. Dalam kepatuhan BNN terkait dengan informasi, dapat disimpulkan antara lain :

3 94 o Tidak adanya aturan dari kebijakan yang mengharuskan kepada BNN tingkat Kota/Kabupaten sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan primer. Sehingga peraturan yang digunakan oleh BNN kota Bandung adalah aturan yang ditetapkan oleh kepala BNN pusat dalam melaksanakan segala jenis kegiatan, sehingga terjadi overlaping kebijakan dan peraturan yang seharusnya dijalankan oleh BNN kota Bandung dalam melaksanakan kegiatan pencegahan primer. o Informasi yang di berikan oleh BNN pusat dan BNN provinsi kepada BNN kota Bandung sudah dibilang cukup bagus karena BNN kota Bandung dapat menjalankan kegiatan yang sebelumnya sudah dilakukan penugasan oleh BNN provinsi. Informasi dari luar untuk kedalam BNN di lakukan dengan mudah, begitu juga sebaliknya pemberian informasi dari BNN ke pihak luar juga mudah untuk di dapatkan. BNN mengetahui segala macam informasi terkait dengan kebijakan, hanya saja BNN kota Bandung tidak menjadikan peraturan tersebut sebagai hal utama yang menjadi pedoman dalam melakukan kegiatan BNN, khususnya kegiatan pencegahan primer. o Pencegahan primer yang dilakukan oleh BNN kota Bandung bertujuan untuk menyampaikan informasi terkait bahaya atau dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari penyalahgunaan narkotika kepada pelajar atau seseorang yang masih berusia dini.

4 95 Tujuan dilakukannya pencegahan primer adalah mencegah seseorang untuk tidak menyalahgunakan narkotika semenjak ia masih berada di sekolah, dengan harapan bahwa informasi yang telah diberikan oleh BNN kota Bandung dapat terserap dan di pahami oleh pelajar tersebut, dan mampu untuk membuat jumlah penyalahguna narkotika kedepannya akan berkurang. Dalam kepatuhan BNN terkait dengan insentif dan sanksi, dapat disimpulkan antara lain : o Dalam hal insentif seperti adanya suatu penghargaan /reward guna dapat mendorong kepatuhan dari aparatur Badan Narkotika Nasional Kota Bandung, temuan menunjukan tidak terdapatnya insetif kepada BNN kota Bandung yang sudah melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan perundang undangan,hal tersebut menjadi salah satu indikator terjadinya ketidakpatuhan dari BNN dalam melaksanakan upaya pencegahan primer yang dilakukan. o Dalam hal sanksi yang diberikan kepada aparatur BNN guna mendorong terjadinya kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan, temuan menunjukan bahwa tidak terdapat sanksi yang dibuat oleh BNN kota Bandung yang di tujukan kepada pegawai yang tidak melaksanakan kegiatan, karena pernyataan yang dikatakan kepada peneliti bahwa hal tersebut belum pernah terjadi. Sedangkan sanksi yang diberikan jika ada pelanggaran dari sasaran kegiatan yaitu pelajar dan masyarakat, sanksi yang di berikan oleh

5 96 BNN adalah sesuai dengan peraturan perundang undangan, dan permasalahan penyelesaian kasusnya di lakukan oleh kepolisian. Dalam kepatuhan BNN terkait dengan sumberdaya, dapat disimpulkan antara lain : o Sumberdaya yang dimiliki BNN kota Bandung baik itu adalah sumberdaya manusia atau sumberdaya non-manusia, dinilai sudah mencukupi untuk melakukan kegiatan pencegahan primer, selain sumberdaya yang dimiliki oleh BNN kota Bandung dalam menjalankan kegiatan, adanya sumberdaya yang diberikan dari instansi lainnya juga mendukung rangkaian kegiatan pencegahan primer. o Sumber daya tersebut dinilai sudah mencukupi dikarenakan jumlah kegiatan yang dilakukan oleh BNN kota Bandung dapat dinilai memenuhi target dari apa yang sudah di rencanakan oleh BNN kota Bandung dalam kegiatan pencegahan primer. Kegiatan pencegahan primer merupakan kegiatan rutin yang selalu di lakukan oleh BNN kota Bandung karena upaya pencegahan dari usia dini sudah menjadi prioritas utama dalam mencegah meningkatnya tindak penyalahgunaan narkotika yang ada di kota bandung. o tujuan dari upaya pencegahan primer diharapkan dapat membuat sumber daya manusia yang lebih baik tanpa adanya penyalahgunaan narkotika, karena sasaran dari kegiatan

6 97 pencegahan primer disini adalah pelajar jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA yang merupakan generasi penerus bangsa Indonesia yang di harapkan dapat merubah budaya dan pola pikir yang lebih baik dari saat ini. Dalam kepatuhan BNN terkait dengan otonomi, dapat disimpulkan antara lain : o Pengambilan keputusan yang dapat dilakukan oleh BNN kota Bandung terbatas pada izin yang di berikan oleh BNN tingkat Provinsi dan pusat. Rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh BNN kota Bandung harus mendapatkan keputusan dari BNN provinsi, sehingga kewenangan yang dimiliki oleh BNN kota Bandung dalam proses perencanaan terbatas. o Keterlibatan antar instansi yang turut serta dalam kegiatan pencegahan primer dapat menyebabkan terhambatnya kegiatan pencegahan primer, karena untuk dapat menjalankan kegiatan tersebut diharuskan untuk melibatkan beberapa perwakilan dari instansi yang memang memiliki tugas dan wewenang dalam kegiatan yang terkait dengan penyalahgunaan narkotika seperti kepolisian, dinas kesehatan dan pemerintah kota Bandung. Dalam kepatuhan BNN terkait dengan pemantauan, dapat disimpulkan antara lain : o BNN kota Bandung selaku lembaga yang memiliki kewenangan terhadap upaya pencegahan, pemberantasan, penyalahgunaan dan

7 98 peredaran gelap narkotika. Kegiatan yang paling awal harus dilakukan yaitu adalah kegiatan pencegahan, kegiatan pencegahan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah pencegahan primer. Hampir seluruh bentuk kegiatan yang dilakukan oleh BNN kota Bandung merupakan pengawasan, mulai dari pencegahan hingga pemberantasan peredaran gelap narkotika. Tingkat pengawasan yang di tujukan kepada BNN kota Bandung dari instansi vertikal yaitu BNN provinsi Jawa Barat dan BNN pusat juga tinggi, karena hampir keseluruhan kegiatan yang di lakukan oleh BNN kota Bandung mendapatkan pengawasan dan diharuskan untuk memberikan laporan terkait dengan kegiatan yang telah dilakukan, dalam hal ini khususnya kegiatan pencegahan primer. Dalam kepatuhan BNN terkait dengan perilaku dan nilai, dapat disimpulkan antara lain : o Dalam kegiatan BNN kota Bandung, upaya pencegahan primer yang dilakukan oleh bidang pencegahan dan pemberdayaan masyarakat, temuan menunjukan hasil kepada adanya kepatuhan pada BNN kota Bandung terhadap peraturan yang di buat oleh kepala BNN pusat. Namun kepatuhan berdasarkan perilaku dan nilai yang di tunjukan oleh BNN kota bandung terhadap Undang undang No 35 tahun 2009 tentang narkotika masih belum sepenuhnya dilakukan oleh BNN kota Bandung karena peraturan tersebut masih bersifat umum dan belum secara spesifik

8 99 menyebutkan standar pengaturan pencegahan primer, sehingga kegiatan pencegahan primer merupakan upaya yang dilakukan oleh BNN dalam mencegah terjadinya tindak kriminal seperti penyalahgunaan narkotika yang ada di negara Indonesia dengan menggunakan standar yang di berikan oleh UNODC. Sehingga tingkat kepatuan dari BNN kota Bandung terhadap Undang undang No 35 tahun 2009 tentang narkotika masih belum patuh. Berdasarkan seluruh dimensi kepatuhan dari Badan Narkotika Nasional kota Bandung yang sudah di jelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadinya kepatuhan dari BNN kota Bandung dalam menjalankan kegiatan pencegahan primer terhadap poin poin dari pedoman kegiatan yang di buat oleh BNN pusat, temuan dilapangan menunjukan bahwa terdapat aktor lain yang ikut terlibat dalam upaya pencegahan primer yang harus dilakukan oleh BNN kota Bandung sebagai penghubung dan pihak yang melakukan koordinasi antara sasaran kegiatan dengan aktor yang turut serta dalam upaya menyelesaikan permasalahan narkotika di Indonesia. ketidakpatuhan juga disebabkan karena Undang undang no 35 tahun 2009 yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan kegiatan BNN pusat dan BNN kota Bandung dalam menjalankan kegiatan pencegahan primer dianggap belum memenuhi seluruh kebutuhan dari keseharusan sebuah kebijakan untuk menjadi landasan kegiatan BNN kota Bandung, maka dengan demikian kepatuhan BNN kota Bandung terhadap Undang undang no 35 tahun 2009 adalah tidak patuh karena tidak mendukung secara jelas dan rinci terkait dengan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan, jalur

9 100 informasi yang harus dilalui dalam menjalankan kegiatan pencegahan primer tidak dijelaskan, sumber daya yang di haruskan untuk menjadi standar dalam menjalankan kegiatan, kewenangan dari setiap aktor yang terkait dalam kegiatan tersebut tidak dijelaskan batasan batasannya sehingga berdasarkan dengan kegiatan dan kebijakan yang seharusnya dan yang sudah dilakukan oleh BNN kota Bandung menjadi tidak dapat patuh karena kebijakan tersebut belum sempurna. 6.2 Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, saran yang dapat diberikan oleh peneliti kepada BNN kota Bandung dan pemerintah Kota Bandung juga seluruh jajaran aktor yang saling terkait dengan kegiatan pencegahan penyalahgunaan narkotika yang khususnya adalah kegiatan pencegahan Primer adalah sebagai berikut : 1. pemerintah pusat perlu untuk menyempurnakan kebijakan (UU No 35 tahun 209) agar dapat lebih jelas mengenai aktor yang seharusnya atau yang bertanggung jawab dalam melakukan kegiatan pencegahan primer dan juga seluruh rangkaian kegiatan lainnya untuk menyelesaikan permasalahan NAPZA di Indonesia. hal ini penting untuk dilakukan agar setiap aktor yang terkait dalam menyelesaikan permasalahan ini dapat mengetahui batasan dan standar yang harus dipenuhi oleh setiap aktor. 2. Badan Narkotika Nasional Kota Bandung perlu menjelaskan kembali terkait pemberian sanksi dan insentif, agar pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh

10 101 BNN kota Bandung dapat mematuhi da menjalankan tugasnya sesuai dengan standar yang di berikan oleh BNN pusat dan juga melaksanakan seluruh kegiatan yang telah di rencanakan tanpa ada yang terlewati juga sesuai dengan peraturan perundang undangan. 3. Badan Narkotika Nasional Kota Bandung perlu menyediakan sumber daya manusia yang lebih baik dengan cara rekrutmen pegawai baru ataupun dengan peningkatan kompetensi pemberdayaan sumber daya melalui diklat diklat agar dapat memaksimalkan capaian kegiatan pencegahan primer. 4. Badan Narkotika Nasional kota Bandung perlu untuk melanjutkan koordinasi yang sudah terjalin dengan baik seperti saat ini, sehingga dalam melakukan kegiatan pencegahan primer dapat berjalan lebih baik dari saat ini. Koordinasi antara aktor yang memiliki tugas dan fungsi dalam menyelesaikan permasalahan penyalahgunaan narkotika yang ada di kota Bandung dengan segala macam hambatan yang mungkin dapat terjadi. 5. BNN pusat dan Provinsi perlu untuk menguatkan kembali pengawasan dan pemantauan yang dilakukan oleh BNN kota Bandung dan meningkatkan kembali kegiatan yang terkait dengan pengawasan oleh BNN kota Bandung, sehingga capaian kegiatan akan dapat berlangsung dengan lebih sering sehingga meminimalisir jumlah penyalahgunaan narkotika yang mungkin terjadi. 6. BNN kota Bandung meningkatkan kembali kinerjanya terkait dengan kompetensi pegawai, menyesuaikan pengawasan yang dilakukan oleh BNN kota Bandung dengan kemajuan teknologi yang ada saat ini merupakan suatu langkah

11 102 yang sudah tepat karena saat ini pelajar jenjang SD, SMP dan SMA sudah menggunakan jaringan internet dan media sosial setiap hari dan di anggap sudah menjadi kebutuhan sehari hari, sehingga rangkaian kegiatan yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dari pelajar tersebut sudah tepat dilakukan oleh BNN kota Bandung. 7. diperlukannya pengawasan yang lebih kepada aktor yang bertanggungjawab dalam menyelesaikan permasalahan narkotika agar tidak adanya lagi bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh aktor tersebut dalam menyelesaikan permasalahan narkotika, tidak adanya lagi bentuk sogok menyogok yang terjadi antara pihak yang melakukan pelanggaran dan juga pihak yang menindak pelanggaran tersebut secara aturan yang berlaku. Demikian saran yang dapat di berikan peneliti dengan harapan bahwa BNN kota Bandung dapat bersinergi dalam mengimplementasikan Undang Undang No 35 tahun 2009 terkait dengan upaya pencegahan primer penyalahgunaan narkotika pada kalangan Pelajar yang ada di kota bandung, dan peneliti berharap pula setelah kegiatan pencegahan primer dilakukan dapat memberikan dampak untuk mengurangi tingkat penyalahgunaan narkotika kedepannya, setiap aktor yang terlibat dalam kegiatan tersebut memiliki harapan dan usaha yang lebih dari saat ini untuk dapat mencapai masa depan yang lebih baik.

12 103 A. Buku DAFTAR PUSTAKA Abdul Wahab, Solichin 2008, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakann NegaraEdisi Kedua,Jakarta, Bumi Aksara. Agustino, Leo Dasar-Dasar Kebijakan. Bandung: Alfabeta. Dunn, William Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Edward, George Implementing Public Policy. Washington, DC : Congresional Querterly Inc. John W Creswell Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixes. Yogyakarta. Pustaka Belajar. Keban, Yeremias T Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik: Konsep teori dan isu. Lexy J. Moleong. 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya. Nugroho, Riant Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo. Ripley, B., Randall Policy Analysis In Political Science. Chicago: Nelson Hall Publisher.

13 104 Silalahi, Ulber Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama Bandung. Thaler, Richard H, Cass R. Sunstein, Nudge Improving decisions about health, wealth, and happiness. New Haven, CT: Yale University Press Wahab, Solichin Abdul Analisis Kebijakan : Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Weaver, R Kent Target Compliance: The Final Frontier of Policy Implementation B. WEBSITE Anto Darmanto, Kasus Narkoba di Kota Bandung Tiap Tahun Meningkat, dalam. Diakses pada tanggal 27 juni 2016 United Nations Office on Drugs and Crime, Crime Prevention, di akses pada tanggal 25 desember 2017

14 105 C. DOKUMEN Undang Undang No 35 tahun 2009 tentang narkotika. Peraturan Presiden No 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional Instruksi Presiden No 12 tahun 2011 tentang pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba tahun Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No 25 tahun 2012 tentang pencegahan dan rehabilitasi sosial penyalahgunaan NAPZA. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional No 5 tahun 2015 tentang pedoman pembentukan instansi vertikal di lingkungan badan narkotika nasional. Laporan P4GN tentang Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang P4GN Peraturan kepala Badan Narkotika Nasional No 18 tahun 2012 tentang tata tertib kerja pegawai Badan Narkotika Nasional United Nations Office on Drugs and Crime, UNODC, United Nations Standards and norms in crime prevention at your fingger tips, 1, (2008), Laporan akhir survei nasional (Dinas Kesehatan) perkembangan penyalahguna narkoba tahun anggaran 2014

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung belum memiliki program yang baik,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Telah dijelaskan dalam BAB I mengenai mekanisme aturan pembayaran pajak restoran yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Bandung Nomer 20 Tahun 2011 Tentang Pajak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 77 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil analisa yang sudah dijelaskan dalam BAB V, penulis memberikan kesimpulan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat Kecamatan Cidadap terhadap PERDA Kota

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. bidang pemakaman kota Cimahi masih belum terlaksana dengan baik.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. bidang pemakaman kota Cimahi masih belum terlaksana dengan baik. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pelaksanaan komponen standar penyelenggaraan pelayanan publik di bidang pemakaman kota Cimahi, penulis menyimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 145 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan bahwa penanganan rehabilitasi untuk gelandangan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 75 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian diatas kita dapat simpulkan bahwa : 1. Secara umum proses koordinasi antara Dinas Sosial dengan stakeholders lain dalam proses

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. PIPPK di Kecamatan Panyileukan, dapat kita analisa melalui teori implementasi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. PIPPK di Kecamatan Panyileukan, dapat kita analisa melalui teori implementasi BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Untuk mengetahui faktor apa saja yang mengakibatkan keberhasilan implementasi PIPPK di Kecamatan Panyileukan, dapat kita analisa melalui teori implementasi Edward

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Ace Suryadi & H.A.R. Tilaar, 1983, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

DAFTAR PUSTAKA. Ace Suryadi & H.A.R. Tilaar, 1983, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. DAFTAR PUSTAKA Ace Suryadi & H.A.R. Tilaar, 1983, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Dahrendorf, Ralf, 1959. Case and Class Conflict in Industrial Society. London:

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN

PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN PEDOMAN PELAKSANAAN RENCANA AKSI PENANGGULANGAN DAN PEMBERANTASAN NARKOBA DI LAPAS/RUTAN DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL BADAN NARKOTIKA NASIONAL 2 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Instansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dewasa ini sudah menjadi permasalahan serius, dan dapat dikatakan sebagai suatu kejahatan yang luar biasa (Extra

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Setelah melakukan proses wawancara dengan beberapa narasumber terpercaya terkait dengan Strategi Humas Badan Narkotika Nasional Pada Kampanye Pencegahan Peredaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Program yang dilaksanakan oleh Ditlantas Polda DIY dalam menekan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Program yang dilaksanakan oleh Ditlantas Polda DIY dalam menekan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Program yang dilaksanakan oleh Ditlantas Polda DIY dalam

Lebih terperinci

KEPPRES 116/1999, BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL

KEPPRES 116/1999, BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 116/1999, BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL *49090 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 116 TAHUN 1999 (116/1999) TENTANG BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang UU No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan bahwa salah tujuan dari pengaturan narkotika adalah untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan

Lebih terperinci

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT Kamis, 11 September 2014 10:28:28 Medan (SIB)- Badan Narkotika Nasional Provinsi melakukan tes urine terhadap pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Sumatera Utara di kantor perwakilan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya non tembakau dan alkohol) baik di tingkat global, regional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi 2.1.1 Pengertian Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah

Lebih terperinci

Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 tahun 2009 tentang Perizinan Mendirikan Bangunan di Kota Semarang

Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 tahun 2009 tentang Perizinan Mendirikan Bangunan di Kota Semarang 1 Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 tahun 2009 tentang Perizinan Mendirikan Bangunan di Kota Semarang Abraham Setyo Budhi, Sundarso, Aloysius Rengga Administrasi Publik, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK (E-KTP) DI KECAMATAN KAIDIPANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA.

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK (E-KTP) DI KECAMATAN KAIDIPANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK (E-KTP) DI KECAMATAN KAIDIPANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA Oleh : Yuliana Nuraini S.Muhamad ABSTRAKSI Penyelenggaraan administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup masyarakat dewasa ini menimbulkan banyak masalah yang mengancam berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama generasi muda. Salah satunya adalah penyalahgunaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. implementasi kebijakan pengelolaan air limbah domestik di Kota Yogyakarta,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. implementasi kebijakan pengelolaan air limbah domestik di Kota Yogyakarta, BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai implementasi kebijakan pengelolaan air limbah domestik di Kota Yogyakarta, maka dapat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 40 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: kebijakan larangan aborsi yang dikecualikan dapat dikatakan tinggi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: kebijakan larangan aborsi yang dikecualikan dapat dikatakan tinggi 145 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa yang telah dibahas dalam BAB V sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Aspek kepatuhan dari pemahaman LSM

Lebih terperinci

Implementasi Kebijakan Program e-ktp di Kecamatan Ibu Kabupaten Halmahera Barat Oleh : Susi Stella Anggreni Frans

Implementasi Kebijakan Program e-ktp di Kecamatan Ibu Kabupaten Halmahera Barat Oleh : Susi Stella Anggreni Frans Implementasi Kebijakan Program e-ktp di Kecamatan Ibu Kabupaten Halmahera Barat Oleh : Susi Stella Anggreni Frans ABSTRAK Dalam menciptakan tertib administrasi, pemerintah melalui Kemendagri membuat kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) yang bermarkas besar di United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang melaporkan bahwa

Lebih terperinci

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR PER / 4 / V / 2010 / BNN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN Pada bagian awal dari bab in akan dibahas tentang permasalahan narkoba dan mengenai ditetapkannya Strategi Nasional Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan peredaran Gelap Narkotika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. telah menggunakan komputer dan internet. Masyarakat yang dinamis sudah akrab

I. PENDAHULUAN. telah menggunakan komputer dan internet. Masyarakat yang dinamis sudah akrab I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sudah berkembang sangat pesat, hal ini dapat terlihat pada setiap perkantoran suatu instansi pemerintahan telah menggunakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik. dan responsibilitas yang diuraikan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik. dan responsibilitas yang diuraikan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja Balai Besar POM Yogyakarta dalam pengawasan produk obat dan makanan yang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN AKTE PERKAWINAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO.

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN AKTE PERKAWINAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN AKTE PERKAWINAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO. Oleh : ANCELLA VENTI RUMINGGU ABSTRAK Ancella Venti Ruminggu,

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2016, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.779, 2016 BNN. Jabatan Fungsional. Penyuluh Narkoba. Pembina. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN2016 TENTANG PEMBINA FUNGSI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA DAN PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KABUPATEN DAN PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di Indonesia memerlukan pemecahan bersama, melibatkan seluruh pemangku kebijakan dan seluruh komponen masyarakat.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya narkoba sudah mencengkeram Indonesia. Saat ini Indonesia menjadi pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC)

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.493, 2015 BNN. Provinsi. Kabupaten/Kota. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENCABUTAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 10 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Yth. Para Narasumber, Para Peserta Sosialisasi, Serta hadirin yang berbahagia.

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera bagi Kita Semua Yth. Para Narasumber, Para Peserta Sosialisasi, Serta hadirin yang berbahagia. 1 SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA SOSIALISASI PENCEGAHAN, PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA BAGI ASN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN TANGGAL : 13 NOVEMBER 2017 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I P E M E R I N T A H K O T A D U M A I PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

IMPLEMENTASI RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM 141 IMPLEMENTASI RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM Dwi Nursepto dan Yoserizal FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Implementation Parking Levy

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO,

Lebih terperinci

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015 Permasalahan narkotika merupakan salah satu permasalahan global yang selalu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pengawasan Melekat terhadap Kedisiplinan PNS di Dinas Pendidikan Kabupaten Temanggung Penyelenggaraan pemerintahan lebih ditunjukkan dalam meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nation Office on Drugs and Crime memperkirakan penyalahguna narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64 tahun (UNODC, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba baik ditingkat global, regional dan nasional, sejak lama telah merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara suatu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Abdul Harsin 1, Zulkarnaen 2, Endang Indri Listiani 3 ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, kasus peredaran dan penyalahgunaan narkoba saat ini semakin marak terjadi di Indonesia. Indonesia merupakan negara yang berpenduduk sekitar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi dewasa ini, kian meningkatnya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda. Sehingga maraknya penyimpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahngunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (selanjutnya disebut narkoba) merupakan permasalahan kompleks baik dilihat dari faktor penyebab maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyalahgunaan narkotika sebagai bentuk tindakan yang melanggar hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat komplek dan urgent, permasalahan ini menjadi marak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan nasional yang berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia tidak kunjung tuntas dan semakin memprihatinkan bahkan sampai mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkoba sudah menjadi istilah popular di masyarakat, namun masih sedikit yang memahami arti narkoba. Narkoba merupakan singkatan dari narkotika psikotropika dan bahan

Lebih terperinci

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN) Sejarah penanggulangan bahaya narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba di Indonesia saat ini menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat dan telah sampai ke semua lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dalam hal ini pemerintah dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan. menyebabkan suatu permasalahan yang baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi, dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dalam hal ini

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 01 Tahun 2008 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi setiap hari antara anggota-anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Pergaulan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan bagi penggunanya dimana kecenderung akan selalu A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Bahaya narkotika di Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan bangsa-bangsa beradab hingga saat ini. Sehingga Pemerintah Indonesia mengeluarkan pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya narkotika hanya digunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkotika pertama yang digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyalahgunaan narkoba terus menjadi permasalahan global. Permasalahan ini semakin lama semakin mewabah, bahkan menyentuh hampir semua bangsa di dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia tidak hanya dilakukan secara fisik, tetapi pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa dan raga. Masalah yang

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak Pidana Narkotika merupakan salah satu tindak pidana yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Tersebarnya peredaran gelap Narkotika sudah sangat banyak memakan

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS Menimbang : a. bahwa penyalahgunaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKREATRIAT BADAN NARKOTIKA DAERAH KOTA SAMARINDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA

Lebih terperinci

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) NOMOR 21 KEP/MENKO/KESRAlXII/2003 NOMOR B/O4/XII/2003/BNN TENTANG UPAYA TERPADU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda *

HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * HUKUMAN MATI NARAPIDANA NARKOBA DAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Nita Ariyulinda * Naskah diterima: 12 Desember 2014; disetujui: 19 Desember 2014 Trend perkembangan kejahatan atau penyalahgunaan narkotika

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL, BADAN NARKOTIKA PROVINSI, DAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

MENUNAIKAN HAK PELAYANAN KESEHATAN NAPI DAN TAHANAN

MENUNAIKAN HAK PELAYANAN KESEHATAN NAPI DAN TAHANAN MENUNAIKAN HAK PELAYANAN KESEHATAN NAPI DAN TAHANAN Oleh Patri Handoyo Kondisi kesehatan di dalam lembaga pemasyarakatan (lapas) dan rumah tahanan negara (rutan) Indonesia sejak tahun 2000-an telah terbawa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL, PENYALAHGUNAAN ALKOHOL, MINUMAN DAN OBAT OPLOSAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN E-KTP DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN E-KTP DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN E-KTP DI KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN Oleh PURNAWATI IREINE ROBOT ABSTRAK E-KTP merupakan cara baru jitu yang akan ditempuh oleh pemerintah dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai pengelolaan kampanye antinarkoba di lingkungan pelajar dan mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia salah satunya ditentukan oleh kualitas upaya kesehatan pada setiap periode kehidupan sepanjang siklus hidup, termasuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang

Lebih terperinci

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN

KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK - PENYELESAIAN INPRES NO. 1 TAHUN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN TENTANG PERCEPATAN PENYELESAIAN KASUS-KASUS HUKUM DAN PENYIMPANGAN PAJAK ABSTRAK : Dalam rangka

Lebih terperinci

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega No.303, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pelayanan. Lembaga Rehabilitasi Narkoba. Komponen Masyarakat. Pelaksanaan. Penelitian. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 83 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL, BADAN NARKOTIKA PROVINSI, DAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa penyalahgunaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 8 2016 SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 08 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEENAM ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peredaran narkoba secara tidak bertanggungjawab sudah semakin meluas dikalangan masyarakat. Hal ini tentunya akan semakin mengkhawatirkan, apalagi kita mengetahui yang

Lebih terperinci

Anderson, James E, 2003, Public Policy Making: An Introduction Fifth Edition,

Anderson, James E, 2003, Public Policy Making: An Introduction Fifth Edition, DAFTAR PUSTAKA Anderson, James E, 2003, Public Policy Making: An Introduction Fifth Edition, Boston: Houghton Mifflin Company Arikunto, Suharsimi,1996. "Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan & Praktek".

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

dan pelaksanaan dalam pencegahan, penanggltlangan,

dan pelaksanaan dalam pencegahan, penanggltlangan, 5. Undang Undang... LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 04 TAHUN 2OO9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2OO9 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL r PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai. 1. Implementasi Program PWK Bidang Ekonomi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai. 1. Implementasi Program PWK Bidang Ekonomi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini membahas dua kelompok pengamatan, pertama terhadap proses pelaksanaan (implementasi) program, dan kedua terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman bahaya narkoba telah melanda sebagian besar negara dan bangsa di dunia. Kecenderungan peredaran narkoba sebagai salah satu cara mudah memperoleh keuntungan

Lebih terperinci