Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan
|
|
- Agus Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KMA Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.
2 Proses Pembuatan Kebijakan Teori Makro Teori Mikro Teori makro difokuskan pada pengaruh sistem politik Teori makro dibedakan menjadi konflik dan konsensus Teori mikro lebih difokuskan pada mekanisme dan administrasi rutin dalam pembuatan kebijakannya daripada sistem politik
3 Siapa yang Mempengaruhi Kebijakan? Demokrasi: masyarakat berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan Masyarakat yg dimaksud adalah hanya sekelompok kecil saja Kelompok kecil pada masyarakat yang merupakan kelompok elite Kelompok elite tsb yg terlibat dalam pembuatan kebijakan
4 Masyarakat Kelompok Pluralis Kelompok Elite Kekuasaan adalah difusi sosial Kekuasaan ada di tangan Elite Menerapkan demokrasi liberal Mendominasi pada pembuatan kebijakan Negara bersifat netral Di beberapa negara, kaum elite dapat dikenali dari nama keluarga mereka Tidak ada kaum elite yang berkuasa Outcome: kebijakan yang mencakup kepentingan publik
5 Kebijakan Keputusan Melibatkan satu rangkaian keputusan yang lebih spesifik dan dalam urutan rasional Seleksi eksplisit dari pilihan yang besar atau kecil ketika kebijakan dilibatkan dalam pengambilan dan penerapannya
6
7 Tipe Kebijakan Tingkatan Kebijakan Contoh Kebijakan Politik Tinggi Kebijakan Makro Kebijakan Sistemik Pemerintah nasional Pemerintah lokal Pemerintah Regional Peraturan sektor swasta Perubahan kondisi pelayanan pemerintah dan gaji Politik Rendah (biasa) Kebijakan mikro Kebijakan sektoral Departemen Kesehatan Otoritas lokal bidang kes Institusi (klinik, RS) Pengenalan skrining kanker payudara Perubahan kebijakan vaksin Tipe dan tingkatan kebijakan
8 Tahap pembuatan kebijakan Identifikasi masalah & isu Perumusan kebijakan Implementasi kebijakan Evaluasi Kebijakan
9 Proses pembuatan kebijakan menurut Kingdon (1984: 3) Pengaturan agenda Alternatif spesifik dari pilihan yang akan dibuat Pilihan yang berwenang diantara alternatif spesifik Implementasi dari keputusan
10 . Pemeliharaan kebijakan, penghentian atau rangkaian Keputusan untuk memutuskan (mencari isu dan mengagendakannya) Keputusan bagaimana cara memutuskan (menyaring isu) Evaluasi & review Implementasi kebijakan, monitoring & kontrol Proses pembuatan kebijakan menurut Hogwood dan Gunn (1984) Definisi isu Peramalan Analisis pilihan Pengaturan prioritas dan tujuan
11 Model Synopsis atau Rasional Model Campuran Scanning Model pembuatan kebijakan Model Incrementalist
12 Model Sinopsis Atau Rasional Pembuat kebijakan berhadapan dengan masalah tertentu & memisahkannya serta membandingkannya dengan permasalahan lain Pembuat kebijakan melihat tujuan, sasaran atau nilainilai terkandung di dalam masalah tersebut Berbagai alternatif yang berhubungan dengan masalah yang perlu dipertimbangkan Pemilihan alternatif (dan konsekuensinya) mengacu pada pencapaian tujuan, sasaran atau nilai-nilai Alternatif yang dipilih beserta konsekuensinya dibandingkan dengan alternatif lain Mempertimbangkan setiap konsekuensi (biaya dan manfaat/keuntungan) dari dipilihnya alternatif tersebut
13 Model Incrementalist Pembuat kebijakan memperhatikan sejumlah kecil alternatif dari masalah Pembuat kebijakan cenderung memilih pilihan yang berbeda dari kebijakan yang ada Perlu pertimbangan dari masing-masing alternatif dan konsekuensi yang penting Pembuatan kebijakan Incremental lebih mengutamakan perbaikan & memfokuskan pada perubahan kecil dari kebijakan tersebut daripada mempertimbangkan kebijakan utama masa depan Tidak ada pilihan kebijakan optimal karena pengujian dari keputusan yang baik memerlukan persetujuan pembuat kebijakan tanpa melihat pilihan keputusan tersebut adalah pilihan yang terbaik
14 Model Campuran Scaning dan Model Optimal Normatif Model ini berada di tengahtengah antara Model rasional & Model incrementalist Menggunakan suatu contoh pengaturan sistem pengamatan cuaca di seluruh dunia yang menggunakan satelit cuaca Model ini akan membedakan keputusan kedalam keputusan makro (fundamental) dan mikro (kecil) Dengan pendekatan ini, dilakukan survei kondisi cuaca yang menyeluruh dengan menggunakan kamera yang mampu melakukan pengamatan terperinci
15 Pemerintah sebagai Pembuat Kebijakan
16 Partai Politik : berjanji dan memenuhi janji? Partai Politik Membuat dokumen kebijakan atau pernyataan sebelum pemilihan untuk menunjukkan kebijakan apa yang akan dibuat bila terpilih masuk ke dalam pemerintahan Mungkin menjanjikan perubahan, tetapi tidak dapat memenuhinya ketika berada di dalam kekuasaan
17 Terlibat dalam tahap pertama identifikasi kebijakan Apa yang direncanakan untuk disampaikan Sistem Multi Partai Partai politik Menyatakan perubahan Merumuskan kebijakan ketika ada dalam pemerintahan Hal baru apa yang akan ditambahkan dalam agenda kebijakan Partai Politik
18 Partai adalah lembaga tertinggi pembentuk kebijakan Partai politik merumuskan semua kebijakan Sistem Partai Tunggal Pemerintah yang menentukan cara terbaik untuk menerapkannya Parlemen bertindak sebagai sebuah forum untuk diskusi Partai Politik
19 mayoritas negara adikuasa ekspresi kedaulatan dan lembaga tinggi negara yang membuat keputusan Lembaga Legislatif
20 Fungsi mewakili rakyat melaksanakan legislasi mengawasi lembaga eksekutif
21 Ideal mempunyai berbagai pengaturan konstitusi kekuasaan yang berbeda dengan kekuasaan lembaga eksekutif
22 Kenyataannya lembaga legislatif lebih sebagai lembaga yang menyetujui keputusan Lembaga legislatif = bark without bite
23 Di banyak negara dengan sistem multi partai, sebagian besar kekuasaaan pembuatan kebijakan ada pada lembaga eksekutif Perdebatan tentang dominasi pembuatan kebijakan: Lembaga eksekutif mendominasi pembuatan kebijakan Pegawai sipil atau birokrat yang mengawasi proses kebijakan Lembaga Eksekutif
24 Dalam semua sistem, ada sejumlah pemeriksaan & penilaian untuk mengawasi kekuasaan eksekutif dan aturan partai Salah satu yang terpenting adalah pemisahan sistem hukum yang dapat mengembalikan aturan yang dibuat oleh lembaga legislatif sehingga dapat menunjukkan apabila para eksekutif melanggar konstitusi Lembaga Eksekutif
25 Jumlah para eksekutif terbilang sangat sedikit, intinya terdiri dari sekelompok politisi yang bekerja di sekeliling pimpinan eksekutif Mereka yang menjalankan kabinet atau kementerian adalah pembuat kebijakan yang sebenarnya Lembaga Eksekutif
26 Pemerintahan Mesin pemerintahan Administrasi/ Birokrasi
27 mengumpulkan informasi dan data institusi yang menjalankan fungsi negara merencanakan bagaimana kebijakan disebarluaskan, dilaksanakan, diawasi Birokrasi dibuat oleh pegawai sipil atau birokrat dalam departemen atau kementrian menerapkan kebijakan publik yang menyediakan pelayanan dan barang publik Kekuatan birokrasi berbeda antar negara mengatur dan menegakkan kebijakan mengumpulkan pajak
28 Kementrian Kesehatan Hirarki Kementrian Kesehatan berada di bawah Kementerian Keuangan, Pertahanan, Luar Negeri, Industri, Perencanaan & Pendidikan
29 Status Kementerian Kesehatan yang relatif rendah mempunyai implikasi dalam hubungannya dengan kementerian lainnya, dimana kebijakan juga mempunyai efek pada kesehatan masyarakat Sebagai contoh, departemen lain yang bertanggung jawab pada bidang pengairan, pertanian dan pendidikan memiliki tujuan & target masing-masing sehingga tidak menaruh perhatian pada isu-isu kesehatan Departemen-departemen tersebut tentu menjadi tidak siap untuk mengambil peran aktif dalam kebijakan dan perencanaan kesehatan Kementrian Kesehatan
30 Kementerian kesehatan merupakan organisasi yang kompleks dan memiliki kekhususan dalam status yang tinggi dari penasehat-penasehat profesional Tenaga dokter, dokter gigi, perawat, farmasi mempunyai posisi resmi dalam Kementerian Kesehatan dan memberikan pendapat teknis kepada administrator atau birokrat di kementerian Kementrian Kesehatan
31 Di banyak negara, Penasehat mendominasi kementerian sebagai pimpinan bagian Penasehat diperlukan karena dapat terjadi konflik antara tenaga kesehatan yang berstatus tinggi dengan birokrat lain dalam kementerian Bila menteri adalah seorang dokter, terdapat kemungkinan perbedaan antara tujuan politik dan profesional Penasehat
32 Cara Konsultasi melalui komite penasehat yang telah ada [termasuk pihak luar dengan keahlian tertentu] melalui pertemuan khusus atau kelompok kerja yang dipersiapkan untuk memberikan nasehat terhadap masalah tertentu Konsultasi Ahli
33 Selama konsultasi, dapat terjadi ketegangan antara menteri dengan pihak luar dan antar bagian yang berbeda dalam satu kementerian Di dalam kementrian, setiap orang memiliki kecenderungan menjadi otonom dan bebas Konsultasi Ahli
34 Kementerian kesehatan sangat sentralistis, mempunyai garis vertikal kekuasaan & tidak banyak memberi kesempatan bagi level kekuasaan yang lebih rendah untuk memberikan masukan dalam perumusan kebijakan Namun, saat penerapan kebijakan, kementerian kesehatan pusat tergantung dengan kekuasaan regional, provinsi atau distrik Pemerintah pusat menyerahkan beberapa tanggung jawabnya dalam perencanaan dan manajemen ke tingkat sub pusat atau dari tingkat pemerintah yang lebih tinggi ke yang lebih rendah (desentralisasi) Institusi Sub-nasional
35 Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan desentralisasi ukuran pengawasan pada tingkat sub nasional Kemampuan lembaga setempat untuk mempengaruhi penerapan & pembuatan kebijakan kemampuan lembaga sub nasional untuk mengawasi sumber daya & membangun dukungan politik Institusi Sub-nasional
36 dekonsentrasi devolusi Desentralisasi Jenis utama (Rondinelli, 1983) delegasi privatisasi Institusi Sub-nasional
37 Dapat digunakan untuk menciptakan atau meredakan konflik sosial dan politik Manfaat Desentralisasi Dapat memperkuat akses pembuatan keputusan pada kelompok dominan setempat Dapat memperkuat posisi partai yang berkuasa & pemerintah tingkat daerah Institusi Sub-nasional
38 Fungsi Kementerian kesehatan Pusat perumusan kebijakan pengembangan strategi kesehatan alokasi sumber daya Fungsi Kementerian kesehatan tingkat regional dan provinsi pengawasan perencanaan dan program kesehatan regional mengkoordinasikan kegiatan kesehatan anggaran dan keuangan pemberdayaan dan pengawasan sebagian atau seluruh tenaga kerja kesehatan Fungsi distrik (tingkat administrasi terbawah di bawah kementerian kesehatan atau pemerintah setempat) mengatur dan menjalankan rumah sakit distrik dan pelayanan perawatan utama menyusun dan mengawasi anggaran kesehatan setempat. Institusi Sub-nasional
39 terpisah dari pemerintahan Peran Lembaga Yudikatif & Keamanan menjadi aktor penting dalam perumusan kebijakan memainkan peran secara langsung atau tidak langsung dalam usaha untuk mempengaruhi perumusan kebijakan pemerintah Lembaga Yudikatif & Lembaga Keamanan
40 -END-
APAKAH AGENDA KEBIJAKAN ITU?
MENETAPKAN AGENDA KEBIJAKAN APAKAH AGENDA KEBIJAKAN ITU? Terminologi agenda diartikan sebagai daftar subyek atau masalah yang mana pejabat pemerintah dan masyarakat diluar pemerintah yang berhubungan erat
Lebih terperinciPemerintah hdan proses kebijakan
Mata Kuliah: Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Pemerintah hdan proses kebijakan Sesi 5: dr. Mubasysyir Hasanbasri, MA 1 Penggolongan sistem pemerintahan Dua ciri sistem utama pemerintahan: Otonomi: kemampuan
Lebih terperinciPOLITIK & SISTEM POLITIK
POLITIK & SISTEM POLITIK Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kesehatan merupakan hak semua warga negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konteks pemerintahan yang demokratis kekuasaan tidak berada dan dijalankan oleh satu badan tapi dilaksanakan oleh beberapa badan atau lembaga. Tujuan dari dibagi-baginya
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
BAB I P E N D A H U L U A N Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 dan PP Nomor 19 Tahun 2008 Sub Pokok Bahasan : 1. Kedudukan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang diurakan pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa proses perumusan kebijakan sertifikasi pendidik
Lebih terperinciBAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH
BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH A. KONDISI UMUM Keberhasilan menempatkan proses pembangunan kelembagaan politik demokrasi pada jalur dan arah yang benar selama tahun 2004 dan 2005
Lebih terperinciGBHN = Demokrasi Mayoritas Muchamad Ali Safa at 1
GBHN = Demokrasi Mayoritas Muchamad Ali Safa at 1 Dengan menggunakan teori Arend Lijphart (1999) tentang pola negara demokrasi, Tulisan Yudi Latif berjudul Basis Sosial GBHN (Kompas,12/2/2016) memberikan
Lebih terperinciDisarikan dari Forest, J. J.F & Altbach, P.G (ed) International Handbook of Higher Education. Dordrecht: Springer.
Disarikan dari Forest, J. J.F & Altbach, P.G (ed). 2007. International Handbook of Higher Education. Dordrecht: Springer. Rahmania Utari Keuangan, penggunaan teknologi komunikasi dan informasi, kompetisi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciProblem Pelaksanaan dan Penanganan
Problem Pelaksanaan dan Penanganan Pelanggaran Hak Atas Pangan Sri Palupi Institute t for Ecosoc Rights Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya: Prospek
Lebih terperinciBAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI
BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Draft 12 Desember 2004 A. PERMASALAHAN Belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah yang disebabkan oleh perbedaan persepsi para
Lebih terperinciAGENDA & ARENA KEBIJAKAN NASIONAL
AGENDA & ARENA KEBIJAKAN NASIONAL Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. WHAT IS THE POLICY AGENDA? the
Lebih terperinciKEBIJAKAN PUBLIK & KEBIJAKAN KESEHATAN
KEBIJAKAN PUBLIK & KEBIJAKAN KESEHATAN Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Suatu rangkaian praktek
Lebih terperinciPolitik dan Kebijakan Kesehatan
MA Kebijakan Kesehatan S-2 S Politik dan Kebijakan Kesehatan Wiku Adisasmito, PhD Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan FKM UI Bagaimana Politik Mempengaruhi Kebijakan Kesehatan? Membahas pengaruh
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK
BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK A. KONDISI UMUM Setelah melalui lima tahun masa kerja parlemen dan pemerintahan demokratis hasil Pemilu 1999, secara umum dapat dikatakan bahwa proses demokratisasi telah
Lebih terperinciRegulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi. Contoh Hasil Regulasi Publik Sektor Publik. Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
BOOK RESUME AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK - INDRA BASTIAN BAB 2 REGULASI KEUANGAN PUBLIK 2.1 DEFINISI REGULASI PUBLIK Regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi dalam proses pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalokasian sumber daya merupakan permasalahan mendasar dalam penganggaran sektor publik. Seringkali alokasi sumber daya melibatkan berbagai institusi dengan kepentingannya
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,
BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Memasuki abad 21, hampir seluruh negara diberbagai belahan dunia (termasuk Indonesia) menghadapi tantangan besar dalam upaya meningkatkan sistem demokrasi,
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Pada Penandatanganan MoU
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA OPD YANG MENANGANI BUMD, BLUD, DAN BARANG MILIK DAERAH DAN ARAH PERUBAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA OPD YANG MENANGANI BUMD, BLUD, DAN BARANG MILIK DAERAH DAN ARAH PERUBAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH Oleh:
Lebih terperinci3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, sedang Daerah Provinsi merupakan Otonomi yang
Pengertian Otonomi Daerah adalah hak dan kewajiban Daerah Otonomi, untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH I. UMUM Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa : Indonesia merupakan Negara yang menganut sistem demokrasi memiliki pemikiran mendasar mengenai konsep
Lebih terperinciProgram Sasaran
1. Penguatan Lembaga Legislastif (DPR) Pasca-Amandemen UUD 1945 a. Fungsi: DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan [Pasal 20A (1)**]. b. Hak: DPR mempunyai hak interpelasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan otonomi daerah tidak terlepas dari sebuah perencanaan baik perencanaan yang berasal dari atas maupun perencanaan yang berasal dari bawah. Otonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen Nasution (2004:28) pembangunan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER
145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik
Lebih terperinci- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG
- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN KESATUAN BANGSA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berdasar Undang-Undang telah ditetapkan sebagai kewenangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan telah dilaksanakannya otonomi secara utuh sejak tahun 2001, maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang pemerintah Daerah sebagai mana
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.
Modul ke: 11 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Otonomi Daerah Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Otonomi Daerah 2. Latar Belakang Otonomi
Lebih terperinciKEBIJAKAN KESEHATAN (Dimensi Makro) Dra. AYUN SRIATMI, M.Kes
KEBIJAKAN KESEHATAN (Dimensi Makro) Dra. AYUN SRIATMI, M.Kes KEBIJAKAN KESEHATAN DAPAT DILIHAT SEBAGAI JARINGAN KEPUTUSAN (decisions-networking) YANG SALING BERHUBUNGAN UNTUK MEMBENTUK SUATU STRATEGI/PENDEKATAN
Lebih terperinciMENEGAKKAN KEDAULATAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN MENUJU NEGARA MARITIM YANG BERMARTABAT (KOMISI KEAMANAN) (Forum Rektor Indonesia 2015)
MENEGAKKAN KEDAULATAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN MENUJU NEGARA MARITIM YANG BERMARTABAT (KOMISI KEAMANAN) (Forum Rektor Indonesia 2015) Oleh: Sudirman (Rektor UHT) KATA KUNCI: 1.NEGARA KEPULAUAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 40 TAHUN 2006 (40/2006) TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDesentralisasi dan Otonomi Daerah:
Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Teori, Permasalahan, dan Rekomendasi Kebijakan Drs. Dadang Solihin, MA www.dadangsolihin.com 1 Pendahuluan Diundangkannya UU 22/1999 dan UU 25/1999 merupakan momentum
Lebih terperinciBadan Eksekutif, Legeslatif, Yudikatif
Badan Eksekutif, Legeslatif, Yudikatif Eksekutif Dinegara demokratis biasanya terdiri atas negara beserta menteri-menterinya. Secara lebih luas badan eksekutif juga mencakup PNS dan militer. Anggota lembaga
Lebih terperinciMAKALAH CIVIC EDUCATION. Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI
MAKALAH CIVIC EDUCATION Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI Di susun oleh: 1. Nessri Meryani 2. Rismanto Dosen Pembimbing: Dr. H. Sirajudin, M., M.Ag., M.H Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Bengkulu (STAIN)
Lebih terperinciBANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya
BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara
187 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara bentuk negara kesatuan Indonesia. Ditemukan 7 peluang yuridis terjadinya perubahan non-formal
Lebih terperinciUndang-undang Dasar Jepang UUD Jepang saat ini merupakan hasil amandemen dari Undang-undang Kekaisaran
Pemerintahan Jepang Gedung Diet Undang-undang Dasar Jepang UUD Jepang saat ini merupakan hasil amandemen dari Undang-undang Kekaisaran Jepang yang berlaku hingga tahun 1946. UUD yang sekarang diumumkan
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI PIMPINAN DI DAERAH DAN DI KECAMATAN
PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI PIMPINAN DI DAERAH DAN DI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa guna
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga. kesimpulan, yakni:
363 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibentuk maka ditarik tiga kesimpulan, yakni: 1. Pasca amandemen konstitusi kekuasaan presiden terdiri dari tiga pola sebagaimana
Lebih terperinciA. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota
I.PENDAHULUAN Keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi medik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),
BAB I PENDAHULUAN Keberadaan profesi medis di rumah sakit sangat penting dan strategis dalam menentukan arah pengembangan dan kemajuan suatu rumah sakit. Maka pengorganisasian dan pemberdayaan profesi
Lebih terperinciDEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI
Daftar Isi i ii Demokrasi & Politik Desentralisasi Daftar Isi iii DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI Oleh : Dede Mariana Caroline Paskarina Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis,
Lebih terperinciDepartemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D.
Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Kemiskinan Kekurangan makanan, malnutrisi, kelaparan, ketidakseimbangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Peristiwa besar di tahun 1998 telah menciptakan beberapa perubahan yang signifikan dalam kehidupan
Lebih terperinciakibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga kini belum ada upaya kongkrit untuk mengatasi tawuran pelajar di Kota Yogya, akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang
Lebih terperinciREVIEW BUKU. Sudarwanto s Files 1
REVIEW BUKU Judul Buku : Decentralization of Education : Legal Issues Penyusun : Ketleen Florestal dan Robb Cooper Penerbit : Worldbank Tahun : 1997 Rewiewer : Sudarwanto A. Pendahuluan Tulisan ini merupakan
Lebih terperinciDEKONSENTRASI & TIPOLOGI PEMERINTAHAN DAERAH
DEKONSENTRASI & TIPOLOGI PEMERINTAHAN DAERAH Bahan Kuliah 3 Pemerintahan Daerah DIA FISIP UI Senin & Selasa, 10 & 11 September 2007 Teguh Kurniawan, M.Sc http://teguh-kurniawan.web.ugm.ac.id Dekonsentrasi
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: DEMOKRASI ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. MENYEBUTKAN PENGERTIAN, MAKNA DAN MANFAAT
Lebih terperinciPROFIL SKPD A. Latar Belakang.
PROFIL SKPD A. Latar Belakang. Perijinan memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan karena pelayanan perijinan digunakan sebagai salah satu iindikator dalam menentukan Legalitas
Lebih terperinciLEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA. Lembar Fakta No. 19. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia
LEMBAGA NASIONAL UNTUK MEMAJUKAN DAN MELINDUNGI HAK ASASI MANUSIA Lembar Fakta No. 19 Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia PENDAHULUAN PBB terlibat dalam berbagai kegiatan yang bertujuan mencapai salah
Lebih terperinciBULETIN ORGANISASI DAN APARATUR
BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika
Lebih terperinciKEKURANGAN DAN KELEBIHAN KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH Oleh ARISMAN Widyaiswara Muda BPSDM Kementerian Hukum dan HAM RI Pengertian atau Definisi Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur
Lebih terperinciStrategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016
Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai
BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku
Lebih terperinciArah Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah
XXII Arah Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan bentuk pengelolaan keuangan daerah dalam pengalokasian sumber daya di daerah secara optimal, sekaligus
Lebih terperinciBAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI. Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan Medan Denai terbentuk
BAB II KANTOR KECAMATAN MEDAN DENAI A. Sejarah Singkat Kantor Camat Medan Denai Berdasarkan PP. 35 tahun 1992 tanggal 13 Juli 1992 dan diresmikan Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 2 September 1992 Kecamatan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG SERTA KEDUDUKAN KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS
PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS R. Siti Zuhro, PhD (Peneliti Utama LIPI) Materi ini disampaikan dalam acara diskusi Penguatan Organisasi Penyelenggara Pemilu, yang dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Implikasi positif dari berlakunya Undang-Undang tentang Otonomi Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, diharapkan DPRD yang selanjutnya disebut
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.
No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma pembangunan masa lalu yang menempatkan pemerintah sebagai aktor utama pembangunan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi terbukti tidak mampu mensejahterakan rakyat Indonesia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. suatu periode yang akan datang (Suraji, 2011: xiii). Pengertian anggaran
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum anggaran diartikan sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan kebijakan suatu institusi atau lembaga tertentu untuk suatu periode yang akan datang
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia PARADIGMA BARU PELAYANAN INFORMASI DALAM ERA KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK *) Oleh : Amin Sar Manihuruk, Drs,
Lebih terperinci-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang
10 BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA Semenjak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, Pemerintah Indonesia melakukan reformasi di bidang Pemerintahan Daerah dan Pengelolaan Keuangan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas EKONOMI. Program Studi MANAJEMEN. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.
Modul ke: 11 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Otonomi Daerah Fakultas EKONOMI Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1. Pengertian Otonomi Daerah 2. Latar Belakang
Lebih terperinciTATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi
STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN TATA KELOLA TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 8% Terpenuhi 2-79% Terpenuhi sebagian < 2% Tidak terpenuhi Standar TKP. 1 Tanggung jawab dan akuntabilitas
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam
KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otomomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan dua hal yang amat penting, pertama adalah
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat desa. Undang-Undang Desa disambut sebagai payung hukum untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Desa), menjadikan desa sebagai satu kesatuan antara pemerintahan desa dan masyarakat
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMIKIRAN MENGENAI RUU PEMERINTAHAN DAERAH (RENCANA REVISI UU NO.32/2004)
PEMIKIRAN MENGENAI RUU PEMERINTAHAN DAERAH (RENCANA REVISI UU NO.32/2004) Wahyudi Kumorotomo, PhD Guru-besar pada Jurusan Manajemen Kebijakan Publik Fisipol UGM 2014 APAKAH KOMITMEN UNTUK REVISI UU.32/2004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak demokrasi menjadi atribut utama Negara modern, maka lembaga perwakilan merupakan mekanisme utama untuk merealisasi gagasan normatif bahwa pemerintahan
Lebih terperinciPERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001
PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001 PERMUKIMAN DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21 yang dicanangkan di Rio de Janeiro tahun 1992
Lebih terperinciFungsi PENGORGANISASIAN. Eni Widiastuti
Fungsi PENGORGANISASIAN Eni Widiastuti PENGERTIAN Pengorganisasian :langkah untuk menetapkan, menggolong-golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang dan pendelegasian
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan
BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi berarti suatu pengorganisasian negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia salah satu institusi yang menunjukkan pelaksanaan sistem demokrasi tidak langsung adalah DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah.
Lebih terperinciBerdasarkan isu strategis tersebut, rekomendasi untuk Perbaikan Layanan Kesehatan, antara lain:
RANGKUMAN HASIL KONFERENSI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENCAPAIAN TUJUAN MILENIUM: Meningkatkan Pelayanan Bagi Masyarakat Miskin Jakarta, 27-28 April 2005 Bapak Menteri Koordinator Bidang Kesra,
Lebih terperinciAKUNTABILITAS DALAM SEKTOR PUBLIK. Kuliah 4 Akuntabilitas Publik & Pengawasan
AKUNTABILITAS DALAM SEKTOR PUBLIK Kuliah 4 Akuntabilitas Publik & Pengawasan TUNTUTAN AKUNTABILITAS Kemampuan menjawab Tuntutan bagi aparat untuk menjawab secara periodik setiap pertanyaan- pertanyaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia ini adalah suatu negara yang menganut daerah otonom. daerah otonom yaitu daerah yang merupakan kewajiban, hak, dan wewenang untuk mengurus
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mengatur penyelenggaraan sistem pemerintahan desa. Pemerintah Daerah
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi otonomi luas terhadap penyelenggaraan sistem pemerintahan desa pada daerah Kabupaten Flores Timur belum berjalan optimal. Hal ini tercermati pada realisasi kewenangan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA
Lebih terperinciKLASIFIKASI SISTEM KETATANEGARAAN. Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri
KLASIFIKASI SISTEM KETATANEGARAAN Novia Kencana, MPA Universitas Indo Global Mandiri PEMBAGIAN SISTEM KETATANEGARAAN Bentuk Negara Bentuk Pemerintahan Sistem Pemerintahan Sistem Politik 1. Negara Kesatuan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO
PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH, DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 106 Tahun 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN FORUM DELEGASI MUSRENBANG KABUPATEN SUMEDANG
PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 106 Tahun 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN FORUM DELEGASI MUSRENBANG KABUPATEN SUMEDANG BUPATI SUMEDANG Menimbang : a. bahwa pembangunan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desa merupakan objek yang dijadikan pemerintah dalam usaha pembangunan yang sebesar-besarnya dalam memenuhi tingkat kebutuhan masyarakat diwilayah sekitarnya.
Lebih terperinciKEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41B/DPR RI/I/ TENTANG
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT NOMOR : 41B/ RI/I/2009-2010 TENTANG PROGRAM LEGISLASI NASIONAL RANCANGAN UNDANG-UNDANG PRIORITAS TAHUN 2010 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, Menimbang
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 6.1.1. Model Pertumbuhan Ekonomi. a. Ditemukan bukti bahwa pengaruh kompetisi politik lokal di DPRD terhadap pertumbuhan ekonomi berbentuk kurve U terbalik. Pada
Lebih terperinciPARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)
PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa untuk pelaksanaan lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinci