MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI"

Transkripsi

1 MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sitohistoteknologi Oleh : Hafizah Khairunnisa Lisa Lita Pramaswari M. Makkie Azhari Noor Jannah Nor Arifin Raimunah Siti Mahmudah Wetania Balqis P P P P P P P P P P KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2015

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Patologi Anatomi berasal dari kata Pato yang artinya kelainan, Logi artinya ilmu dan Anatomi artinya susunan atau bagian dari organorgan tubuh. Sehingga Patologi Anatomi dapat di artikan ilmu yang mempelajari tentang kelainan pada susunan atau bagian organ-organ tubuh. Patologi Anatomi merupakan ilmu kedokteran dimana bidang ini sangat membantu dalam menegakkan diagnosis ( termasuk stadium ) dan penentuan pengobatan yang tepat bagi kanker. Dalam bidang Patologi Anatomi, tumor atau kanker dapat diketahui dengan melihat penampakan suatu sel jaringan dibawah mikroskop. Kanker adalah pertumbuhan sel-sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan disekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat yang jauh. Dalam penunjang menentukan membebaskan masyarakat dari penyakit yang membahayakan maka perlu adanya ahli Patologi Anatomi yang membantu proses pengobatan bagi pasien yang terponis kanker atau tumor. Yang menentukan ganas tidaknya adalah dokter patologi dan yang mengerjakan prosessing adalah analisnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Patologi Anatomi? 2. Apa saja jenis pemeriksaan Patologi Anatomi? 3. Bagaimana pemeriksaan Patologi Anatomi? 4. Bagaimana prosedur pelaksanaan dalam pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi?

3 2 C. Tujuan Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan Patologi Anatomi, cara pemeriksaan Patologi Anatomi, prosedur pelaksanaan dalam pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi.

4 BAB II ISI A. Pengertian Patologi Anatomi Patologi Anatomi ialah spesialis medis yang berurusan dengan diagnosis penyakit berdasarkan paada pemeriksaan makroskopik,mikroskopik, dan molekuler atas organ, jaringan, dan sel. Di berbagai negeri,dokter yang berpraktik patologi dilatih dalam patologi anatomi dan patologi klinik,diagnosis penyakit melalui analisis laboratorium pada cairan tubuh. Patologi Anatomi mendiagnosis penyakit dan memperoleh informasi yang berguna secara klinis melalui pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis pada jaringan, dengan pengecatan khusus dan imunohistokimia yang dimanfaatkan untuk memvisualisasikan protein khusus dan zat lain pada sekeliling sel. Kini, Patologi Anatomi mulai menggunakan biologi molekuler untuk memperoleh informasi klinis tambahan dari spesimen yang sama. Secara garis besar ada 2 macam pemeriksaan dasar yang dilakukan yaitu pemeriksaan Histopatologi dan Sitopatologi. Pemeriksaan Histopatologi adalah pemeriksaan dari jaringan tubuh manusia, dimana jaringan dilakukan pemeriksaan dan pemotongan makroskopis, diproses sampai siap menjadi slide atau preparat yang kemudian dilakukan pembacaan secara mikroskopis untuk penentuan diagnosis. Pemeriksaan Sitopatologi adalah pemeriksaan cairan tubuh manusia yang kemudian diproses, yaitu dilakukan fiksasi dan pemberian pigmen kemudian dilakukan pembacaan dengan mikroskop. Perbedaan utama antara pemeriksaan Histopatologi dan Sitopatologi adalah dimana pemeriksaan Histopatologi akan tampak struktur jaringan, sedangkan pada pemeriksaan Sitopatologi hanya tampak gambaran sel-selnya tanpa terlihat struktur jaringannya.

5 4 B. Pemeriksaan Patologi Anatomi 1. Pemeriksaan Sitopalogi Pemeriksaan sitopatologi terbagi dalam 3 pemeriksaan, yaitu : a. Pap Smear b. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNA -B) / Aspirasi Jarum Halus (AJH) c. Core Biopsy Pada sediaan sitopatologi, sampel dilakukan dua jenis cara fiksasi, yaitu : a. Fiksasi Basah Setelah sediaan selesai dibuat, sewaktu sediaan masih segar, sediaan dimasukkan segera kedalam alkohol 95%. Setelah difiksasi selama 30 menit, sediaan dapat diangkat dan dikeringkan serta dikirim dalam keadaan kering terfiksasi atau dapat pula dikirim dalam keadaan terendam cairan fiksassi di dalam botol. b. Fiksasi Kering Setelah sediaan selesai dibuat, sewaktu sediaan masih segar, semprot segera dengan hair spray pada objeck glass yang mengandung secret tersebut, dengan jarak kurang lebih cm dari objeck glass, sebanyak 2 3x semprotan. Kemudian sediaan dikeringkan di udara terbuka selama 5 10 menit. Setelah kering, sediaan siap dikirim ke laboratorium sitologi. Adapun proses pengerjaan pemeriksaan sitopatologi adalah sebagai berikut : a. Pap Smear Prosedur Pelaksanaan : 1) Administrasi Penerimaan Sampel beserta blanko permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim diterima oleh petugas administrasi kemudiaan diserahkan kepada analis dilaboratorium.

6 5 2) Persiapan Sampel - Dicocokkan nomer sampel pada slide yang diterima dengan blanko permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim. - Disusun sampel sesuai blanko permintaan pemeriksaan (jika sampel yang diterima dalam jumlah yang banyak). - Sampel siap untuk tahap selanjutnya 3) Proses Pengolahan Sediaan - Diberi tanggal pemeriksaan pada blanko permintaan pemeriksaan. - Diskripsikan keadaan makroskopis sampel pada slide. - Diberi nomer pada slide dengan menggunakan pensil 2B. - Sampel siap dilakukan proses pewarnaan. Catatan : sebelum dilakukan pewarnaan sediaan harus difiksasi terlebih dahulu. 4) Pewarnaan Pewarnaan pada pemeriksaan pap smear terbagi menjadi 2, yaitu : a) Pewarnaan Diffquick - Dikeringkan slide terlebih dahulu dengan menggunakan hairdryer. - Dicelupkan dalam pewarna : (1) Methanol ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer (2) Eosin ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer (3) Harris Hematoksilin ( 20 celup ), kemudian dicuci dengan air sampai bersih lalu keringkan dengan hairdryer. - Ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan cover glass. - Diurutkan sesuai dengan blanko, kemudian slide diberi label. - Sediaan siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi.

7 6 b) Pewarnaan Papaniculou Berdasarkan teori yang telah diberikan, proses pewarnaan dengan teknik Papaniculou adalah sebagai berikut : - Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi dengan alkohol 50-70% selama 15 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 3-5 menit, dibilas dengan air mengalir sampai bersih. - Dimasukkan kedalam HCl sebannyak 2 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam alkohol amoniak 1% sebanyak 2 celup, dibilas dengan air mengalir. 80%, 96%) masing-masing celup. - Dimasukkan kedalam larutan Orange G selama 3-5 menit. 80%, 96%) masing-masing celup. - Dimasukkan kedalam larutan EA selama 3-5 menit. 80%, 96%) masing-masing celup. - Dimasukkan kedalam alkohol absolut. - Dimasukkan kedalam xylol 1, 2, 3, dikeringkan dan diberi label. - Dicocokkan dengan blangko permintaan pemeriksaan. - Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi. Berdasarkan pengerjaan di lapangan, proses pewarnaan teknik Papaniculou adalah sebagai berikut :

8 7 - Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi dengan alkohol 50-70% selama 10 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 5 menit, dibilas dengan air mengalir sampai bersih. 80%, 96%) masing-masing 10 celup. - Dimasukkan kedalam larutan Orange G selama 2 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup. - Dimasukkan kedalam larutan EA selama 2 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup, kemudian dikeringkan dengan hairdryer. - Dicocokkan dengan blangko permintaan pemeriksaan. - Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi. Catatan : Alasan pengerjaan di lapangan tidak sesuai dengan teori yaitu : - Waktu pewarnaan lebih singkat karena hasil pada slide akan terlihat lebih bagus pewarnaannya. - Tidak menggunakan HCl, alkohol absolute dan xylol karena dapat menghilangkan sediaan pada slide 5) Administrasi Hasil Hasil yang telah didiagnosa oleh dokter PA diserahkan kembali ke bagian administrasi untuk diketik hasilnya dan ditandatangani oleh dokter PA kemudian diarsipkan. Bagian administrasi menghubungi kontak pasien untuk mengambil hasil dengan membawa blanko pengambilan hasil. Sebelum hasil

9 8 diserahkan, petugas terlebih dahulu mencocokkan blanko hasil dengan blanko pengambilan hasil b. FNA-B / AJH FNA-B Biasa Prosedur Pelaksanaan : 1) Administrasi Penerimaan - Penyerahan blanko permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim beserta sampel ke bagian administrasi - Penandatangan persetujuan dari pihak pasien - Lampiran hasil pemeriksaan sebelumnya. 2) Persiapan Pasien - Dicocokkan blanko permintaan dengan pasien yang akan dilakukan FNA-B - Dibaringkan pasien dan dicek tekanan darahnya - Pasien siap untuk dilakukakan FNA-B 3) Pelaksanaan FNA-B - Bagian massa tumor disterilisasi dengan antiseptik. - Dilakukan pembiusan lokal jika diperlukan. - Dilakukan tindakan FNA-B dengan menggunakan spuit oleh dokter PA. - Dilakukan penutupan bekas FNA-B - Diproses sampel hasil FNA-B 4) Pengolahan Sediaan - Diswab sampel di objek glass, bila ada endapan atau kista diolah di cyto scan terlebih dahulu. - Diberi nomor sesuai blanko permintaan pemeriksaan - Siap dilakukan pewarnaan 5) Pewarnaan Pewarnaan pada pemeriksaan pap smear terbagi menjadi 2, yaitu : a) Pewarnaan Diffquick

10 9 - Dikeringkan slide terlebih dahulu dengan menggunakan hairdryer. - Dicelupkan dalam pewarna : (4) Methanol ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer (5) Eosin ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer (6) Harris Hematoksilin ( 20 celup ), kemudi an dicuci dengan air sampai bersih lalu keringkan dengan hairdryer. - Ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan cover glass. - Diurutkan sesuai dengan blanko, kemudian slide diberi label. - Sediaan siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi. b) Pewarnaan Papaniculou Berdasarkan teori yang telah diberikan, proses pewarnaan dengan teknik Papaniculou adalah sebagai berikut : - Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi dengan alkohol 50-70% selama 15 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 3-5 menit, dibilas dengan air mengalir sampai bersih. - Dimasukkan kedalam HCl sebannyak 2 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam alkohol amoniak 1% sebanyak 2 celup, dibilas dengan air mengalir. 80%, 96%) masing-masing celup. - Dimasukkan kedalam larutan Orange G selama 3-5 menit.

11 10 80%, 96%) masing-masing celup. - Dimasukkan kedalam larutan EA selama 3-5 menit. 80%, 96%) masing-masing celup. - Dimasukkan kedalam alkohol absolut. - Dimasukkan kedalam xylol 1, 2, 3, dikeringkan dan diberi label. - Dicocokkan dengan blangko permintaan pemeriksaan. - Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi. Berdasarkan pengerjaan di lapangan, proses pewarnaan teknik Papaniculou adalah sebagai berikut : - Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi dengan alkohol 50-70% selama 10 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 5 menit, dibilas dengan air mengalir sampai bersih. 80%, 96%) masing-masing 10 celup. - Dimasukkan kedalam larutan Orange G selama 2 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup. - Dimasukkan kedalam larutan EA selama 2 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup, kemudian dikeringkan dengan hairdryer. - Dicocokkan dengan blangko permintaan pemeriksaan. - Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi.

12 11 Catatan : Alasan pengerjaan di lapangan tidak sesuai dengan teori yaitu : - Waktu pewarnaan lebih singkat karena hasil pada slide akan terlihat lebih bagus pewarnaannya. - Tidak menggunakan HCl, alkohol absolute dan xylol karena dapat menghilangkan sediaan pada slide 6) Administrasi Hasil Hasil yang telah didiagnosa oleh dokter PA diserahkan kembali ke bagian administrasi untuk diketik hasilnya dan ditandatangani oleh dokter PA kemudian diarsipkan. Bagian administrasi menghubungi kontak pasien untuk mengambil hasil dengan membawa blanko pengambilan hasil. Sebelum hasil diserahkan, petugas terlebih dahulu mencocokkan blanko hasil dengan blanko pengambilan hasil. FNA-B USG Guiding Dilakukan diruangan radiologi bagian USG, dilakukan kerjasama dengan beberapa dokter (min. 3 dokter), biasanya menggunakan jarum spinal dengan alat USG. Biasanya di daerah abdomen. Prosedur Pelaksanaan : 1) Administrasi Penerimaan - Penyerahan blanko permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim beserta sampel ke bagian administrasi - Penandatangan persetujuan dari pihak pasien - Lampiran hasil pemeriksaan sebelumnya. 2) Persiapan Pasien - Dicocokkan blanko permintaan dengan pasien yang akan dilakukan FNA-B - Dibaringkan pasien dan dicek tekanan darahnya - Pasien siap untuk dilakukakan FNA-B

13 12 3) Pelaksanaan FNA-B - Bagian massa tumor disterilisasi dengan antiseptik. - Dilakukan pembiusan lokal jika diperlukan. - Dilakukan tindakan FNA-B dengan menggunakan spuit oleh dokter PA. - Dilakukan penutupan bekas FNA-B - Diproses sampel hasil FNA-B 4) Pengolahan Sediaan - Diswab sampel di objek glass, bila ada endapan atau kista diolah di cyto scan terlebih dahulu. - Diberi nomor sesuai blanko permintaan pemeriksaan - Siap dilakukan pewarnaan 5) Pewarnaan Pewarnaan pada pemeriksaan pap smear terbagi menjadi 2, yaitu : a) Pewarnaan Diffquick - Dikeringkan slide terlebih dahulu dengan menggunakan hairdryer. - Dicelupkan dalam pewarna : (7) Methanol ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer (8) Eosin ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer (9) Harris Hematoksilin ( 20 celup ), kemudi an dicuci dengan air sampai bersih lalu keringkan dengan hairdryer. - Ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan cover glass. - Diurutkan sesuai dengan blanko, kemudian slide diberi label. - Sediaan siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi. b) Pewarnaan Papaniculou Berdasarkan teori yang telah diberikan, proses pewarnaan dengan teknik Papaniculou adalah sebagai berikut :

14 13 - Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi dengan alkohol 50-70% selama 15 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 3-5 menit, dibilas dengan air mengalir sampai bersih. - Dimasukkan kedalam HCl sebannyak 2 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam alkohol amoniak 1% sebanyak 2 celup, dibilas dengan air mengalir. 80%, 96%) masing-masing celup. - Dimasukkan kedalam larutan Orange G selama 3-5 menit. - Dimasukkan kedalam alkohol bertingkat (50%, 70%, 80%, 96%) masing-masing celup. - Dimasukkan kedalam larutan EA selama 3-5 menit. 80%, 96%) masing-masing celup. - Dimasukkan kedalam alkohol absolut. - Dimasukkan kedalam xylol 1, 2, 3, dikeringkan dan diberi label. - Dicocokkan dengan blangko permintaan pemeriksaan. - Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi. Berdasarkan pengerjaan di lapangan, proses pewarnaan teknik Papaniculou adalah sebagai berikut : - Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi dengan alkohol 50-70% selama 10 menit.

15 14 80%, 96%) masing-masing 10 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 5 menit, dibilas dengan air mengalir sampai bersih. 80%, 96%) masing-masing 10 celup. - Dimasukkan kedalam larutan Orange G selama 2 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup. - Dimasukkan kedalam larutan EA selama 2 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup, kemudian dikeringkan dengan hairdryer. - Dicocokkan dengan blangko permintaan pemeriksaan. - Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi. Catatan : Alasan pengerjaan di lapangan tidak sesuai dengan teori yaitu : - Waktu pewarnaan lebih singkat karena hasil pada slide akan terlihat lebih bagus pewarnaannya. - Tidak menggunakan HCl, alkohol absolute dan xylol karena dapat menghilangkan sediaan pada slide c) Administrasi Hasil Hasil yang telah didiagnosa oleh dokter PA diserahkan kembali ke bagian administrasi untuk diketik hasilnya dan ditandatangani oleh dokter PA kemudian diarsipkan. Bagian administrasi menghubungi kontak pasien untuk mengambil hasil dengan membawa blanko pengambilan hasil. Sebelum hasil diserahkan, petugas terlebih dahulu mencocokkan blanko hasil dengan blanko pengambilan hasil.

16 15 FNA-B Cyto Scan Prosedur Pelaksanaan : 1) Administrasi Penerimaan - Penyerahan blanko permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim beserta sampel ke bagian administrasi - Penandatangan persetujuan dari pihak pasien - Lampiran hasil pemeriksaan sebelumnya. 2) Persiapan Pasien - Dicocokkan blanko permintaan dengan pasien yang akan dilakukan FNA-B - Dibaringkan pasien dan dicek tekanan darahnya - Pasien siap untuk dilakukakan FNA-B 3) Pelaksanaan FNA-B - Bagian massa tumor disterilisasi dengan antiseptik - Dilakukan tindakan FNA-B dengan menggunakan alat cyto scan oleh dokter PA - Dilakukan penutupan bekas FNA-B - Sampel siap diproses 4) Pengolahan Sediaan - Diswab sampel di objek glass, bila ada endapan atau kista diolah di cyto scan terlebih dahulu. - Diberi nomor sesuai blanko permintaan pemeriksaan - Siap dilakukan pewarnaan 5) Pewarnaan Pewarnaan pada pemeriksaan pap smear terbagi menjadi 2, yaitu : a) Pewarnaan Diffquick - Dikeringkan slide terlebih dahulu dengan menggunakan hairdryer. - Dicelupkan dalam pewarna : (10)Methanol ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer (11)Eosin ( 20 celup ), keringkan dengan hairdryer

17 16 (12) Harris Hematoksilin ( 20 celup ), kemudian dicuci dengan air sampai bersih lalu keringkan dengan hairdryer. - Ditetesi dengan entelan dan ditutup dengan cover glass. - Diurutkan sesuai dengan blanko, kemudian slide diberi label. - Sediaan siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi. b) Pewarnaan Papaniculou Berdasarkan teori yang telah diberikan, proses pewarnaan dengan teknik Papaniculou adalah sebagai berikut : - Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi dengan alkohol 50-70% selama 15 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 3-5 menit, dibilas dengan air mengalir sampai bersih. - Dimasukkan kedalam HCl sebannyak 2 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam alkohol amoniak 1% sebanyak 2 celup, dibilas dengan air mengalir. 80%, 96%) masing-masing celup. - Dimasukkan kedalam larutan Orange G selama 3-5 menit. 80%, 96%) masing-masing celup. - Dimasukkan kedalam larutan EA selama 3-5 menit. 80%, 96%) masing-masing celup.

18 17 - Dimasukkan kedalam alkohol absolut. - Dimasukkan kedalam xylol 1, 2, 3, dikeringkan dan diberi label. - Dicocokkan dengan blangko permintaan pemeriksaan. - Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi. Berdasarkan pengerjaan di lapangan, proses pewarnaan teknik Papaniculou adalah sebagai berikut : - Disusun slide pada rak pewarnaan, difiksasi dengan alkohol 50-70% selama 10 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup, dibilas dengan air mengalir. - Dimasukkan kedalam pewarna Harris Hematoksilin selama 5 menit, dibilas dengan air mengalir sampai bersih. 80%, 96%) masing-masing 10 celup. - Dimasukkan kedalam larutan Orange G selama 2 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup. - Dimasukkan kedalam larutan EA selama 2 menit. 80%, 96%) masing-masing 10 celup, kemudian dikeringkan dengan hairdryer. - Dicocokkan dengan blangko permintaan pemeriksaan. - Sampel siap diperiksa oleh dokter Patologi Anatomi. Catatan : Alasan pengerjaan di lapangan tidak sesuai dengan teori yaitu : - Waktu pewarnaan lebih singkat karena hasil pada slide akan terlihat lebih bagus pewarnaannya. - Tidak menggunakan HCl, alkohol absolute dan xylol karena dapat menghilangkan sediaan pada slide

19 18 c) Administrasi Hasil Hasil yang telah didiagnosa oleh dokter PA diserahkan kembali ke bagian administrasi untuk diketik hasilnya dan ditandatangani oleh dokter PA kemudian diarsipkan. Bagian administrasi menghubungi kontak pasien untuk mengambil hasil dengan membawa blanko pengambilan hasil. Sebelum hasil diserahkan, petugas terlebih dahulu mencocokkan blanko hasil dengan blanko pengambilan hasil. c. Core Biopsy Prosedur Pelaksanaan : 1) Administrasi Penerimaan - Penyerahan blanko permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim beserta sampel ke bagian administrasi - Penandatangan persetujuan dari pihak pasien - Lampiran hasil pemeriksaan sebelumnya. 2) Persiapan Pasien - Dicocokkan blanko permintaan dengan pasien yang akan dilakukan Core Biopsy. - Dibaringkan pasien dan dicek tekanan darahnya - Pasien siap untuk dilakukakan Core Biopsy. 3) Pelaksanaan Core Biopsy - Bagian massa tumor disterilisasi dengan antiseptic - Dilakukan pembiusan local jika diperlukan - Dilakukan pembedahan menggunakan pisau bedah sebesar 0,5-1 cm, bekas pembedahan ditutup sementara - Sampel jaringan dimasukkan kedalam Buffer Formalin 10% - Bekas pembedahan disterilisasi dan ditutup permanen - Sampel jaringan diletakkan dikertas saring, lalu di masukkan kedalam kaset dan diberi nomor sampel. - Sampel siap dilakukan proses berikutnya.

20 19 4) Autoprocessing (Proses pemasakan jaringan) - Sampel yang siap diproses dimasukkan kedalam mesin autoprocessing. Mesin akan bekerja sendiri selama 24 jam - Sampel akan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Buffer Formalin 10% ph netral (2 jam) 2. Buffer Formalin 10% ph netral (1,5 jam) 3. Alkohol bertingkat 70% (1,5 jam) 4. Alkohol bertingkat 80% (1,5 jam) 5. Alkohol bertingkat 96% (1,5 jam) 6. Alkohol absolute/etanol (1 jam) 7. Alkohol absolute/etanol (1 jam) 8. Alkohol absolute/etanol (1 jam) 9. Xylol (1,5 jam) 10. Xylol (1,5 jam) 11. Paraffin (2 jam) 12. Paraffin (2 jam) 5) Embeding - Setelah semua selesai kaset yang berisi sampel diangkat dari mesin autoprocessing lalu dimasukkan kedalam mesin embedding dan dibuat blok paraffin. - Keluarkan sampel jaringan dari kaset histo PA, diletakkan di dalam disk more yang berisi paraffin cair - Tutup dengan kaset yang ada nomer jaringan - Dinginkan hingga membeku di mesin pendingin - Setelah membeku sampel di lepas dari disk - Blok siap dilakukan pemotongan. 6) Pemotongan blok Paraffin - Letakkan blok paraffin pada microtome - Potong secara perlahan hingga didapatkan ketebalan 2-5 mikron - Potongan jaringan di apungkan di dalam air hangat di waterbath (suhu C)

21 20 - Potongan jaringan harus di templekan pada objek glass - Pada objek glass diberi nomor sampel sesuai pada blok paraffin dengan pulpen kaca atau pensil 2B. - Ditiriskan sebentar lalu letakkan pada lempeng pemanas 7) Pewarnaan - Slide sample disusun pada rak pewarnaan dan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1. Xylol (5 menit) 2. Xylol (5 menit) 3. Xylol (5 menit) 4. Etanol (10-20 celup) 5. Alcohol 96% (10-20 celup) 6. Alkohol 80% (10-20 celup) 7. Alkohol 70% (10-20 celup) 8. Bilas dengan air mengalir, tiriskan sebentar 9. Harris hematoksilin (10-15 menit) 10. Bilas dengan air sampai bersih 11. Alkohol bertingkat 70% 12. Alkohol bertingkat 80% 13. Alkohol bertingkat 96% 14. Eosin 1 celup 15. Alkohol bertingkat 50% 16. Alkohol bertingkat 70% 17. Alkohol bertingkat 80% 18. Alkohol bertingkat 96% 19. Xylol 8) Finishing - Sediaan dikeringkan dan dibersihkan - Tetesi dengan entelan - Ditutupi dengan cover glass - Diberi label - Diserahkan kedokter PA untuk diperiksa

22 21 9) Administrasi Hasil yang telahdi diagnose oleh dokter PA diserahkan kembali kebagian administrasi untuk diketik hasilnya dan ditanda tangani oleh dokter PA kemudian di arsipkan. Bagian administrasi menghubungi keluarga pasien untuk mengambil hasil dengan membawa blanko pengambilan hasil. Sebelum hasil diserahkan kepadakeluarga pasien, petugas mencocokkan blanko pengambilan hasil dengan blanko hasil pemeriksaan dan diserahkan kepada pasien. 2. Pemeriksaan Histologi Teknik pemeriksaa nhistopatologi berguna untuk mendeteksi adanya komponen pathogen yang bersifat infektif melalui pengamatan secara mikroanatomi. Histopatologi sangat penting dalam kaitan dengan diagnosis penyakit karena salah satu pertimbangan dalam penegakan diagnosis adalah melalui hasil pengamatan terhadap jaringan yang di duga terganggu. Oleh karena itu, dengan proses diagnosis yang benar akan dapat ditentukan jenis penyakitnya sehingga dapat dipilih tindakan perventif dan kuratif. Pemeriksaan histopatologi dilakukan melalui pemeriksaan terhadap perubahan-perubahan abnormal pada tingkat jaringan. Histopaltologi dapat dilakukan dengan mengambil sampel jaringan (misalnya seperti dalam penentuan kanker payudara) atau dengan mengamati jaringan setelah kematian terjadi. Pemeriksaan histopatologi bertujuan untuk memeriksa penyakit berdasarkan pada reaksi perubahan jaringan. Pemeriksaan ini hendaknya disertai dengan pengetahuan tentang gambaran histologi normal jaringan sehingga dapat dilakukan perbandingan antara kondisi jaringan normal terhadap jaringan sampel (abnormal). Dengan membandingkan kondisi jaringan tersebut maka dapat diketahui apakah suatu penyakit yang diduga benar-benar menyerang atau tidak. Perlengkapan yang digunakan dalam teknik histopatologi : Alas dari bahan kayu / plastic untuk memotong jaringan

23 22 Scalpel untuk memotong jaringan menjadi ukuran yang lebih kecil. Pensil dan kertas untuk memberi tanda/kode jaringan Cassate berukuran kurang lebih 3 x 4 x 1 cm untuk menaruh jaringan setelah di potong kecil-kecil Tabung gelas berukuran cc sebanyak kurang lebih 10 buah untuk proses dehidrasi, clearing dan bloking dengan parafin Microtom untuk memotong jaringan setebal 4-7 Waterbath untuk mengambangkan hasil potongan jaringan yang di taruh di objek glass Mesin pemanas ( Incubator temp 56 C 60 C) untuk mencairkan parafin selama proses blocking Kulkas untuk menyimpan bahan kimia dan hasil blocking Gelas objek dan gelas penutup (cover) Prosedur mendapatkan jaringan dalam histologi adalah sebagai berikut : Jaringan harus di duga tumor atau kelainan Jaringan harus sudah di fiksasi sebelum 6 jam setelah kemudian, bisa terjadi maserasi Pemotongan menggunakan pisau tajam biasanya ( 1,5 x 1 x 0,5 ) m 3 Mendapatkan jaringan Harus segera di masukkan kedalam larutan fiksasi (Volume 40x) selama 1 malam Tidak boleh di cuci dengan air (terjadi perubahan tekanan osmotik) Tidak boleh di simpan dalam NaCl 0,9 % Tidak boleh di bekukan-pembentukan kristal es dalam sitoplasma Jaringan berbentuk tulang harus didekalifikasi agar lunak dengan HCL 0,5 % Fiksasi jaringan adalah proses melunakkan jaringan agar awet dan kondisinya sama seperti hidup. Dilakukan dengan merendam jaringan dilarutan fiksasi (volume minimal 20x lebih besar dari jaringan) selama 24 jam.

24 23 Fiksasi jaringan dilakukan dengan menggunakan formalin 10 %, manfaat fiksasi : Sel dan jaringan keadaannya seperti hidup Membunuh bakteri Mematikan sel secara serentak Mengeraskan jaringan Melindungi sel dari proses selanjutnya Mempermudah pengecatan Melindungi sel atau jaringan dari autolysis atau putrefaction. Tahap-tahap dalam pemeriksaan pemeriksaan histopatologi adalah sebagao berikut : a. Administrasi Administrasi merupakan bagian penting dalam pemeriksaan pada laboratorium patologi anatomi, karena pada Administrasi setiap sampel yang datang akan di berikan nomor urut sampel, dan apabila ada kekeliruan dalam pemberian nomor sampel maka akan berakibat fatal,. Oleh karena itu komunikasi anatara pasien/pembawa sampel dengan bagian Administrator harus terjalin dengan baik dan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat Administrasi : Menococokkan data pasien serta sampel yang di bawa dengan surat pengantar dari dokter Pemberian nomor urut sampel Contoh : PA14106 untuk sampel dari RSUD Ulin Banjarmasin dan H untuk sampel rujukan dari rumah sakit lain Pencactatan pada buku arsip laboratorium patologi anatomi Pemberian bukti pengembalian hasil, yang biasanya selesai dalam waktu 10 hari kedepan Setelah proses administrasi selesai, sampel dan blanko diserahkan kepetugas laboratorium b. Persiapan sampel - Cocokkan sampel dengan blanko

25 24 - Dicek apakah sampel sudah difiksasi dengan formalin atau buffer formalin 10 % ph netral - Sampel di susun sesuai urutan nomor blanko - Sampel siap dilakukan di proses selanjutnya c. Pemotongan sampel jaringan - Sebelum dilakukan pemotongan, tanggal pemotongan di cantumkan - Sampel dideskripsikan secara mikroskopis sebelum dan sesudah pemotongan Contoh : Sampel mame Sebelum pemotongan : sebuah jaringan mame dengan ukuran 15 cm x 12 cm x 3 cm, berkulit, berputing dan berlemak. Sesudah pemotongan : didapat 2 buah KGB (kelenjar getah bening) 1 massa tumor - Potong sampel pada massa yang dicurigai sesuai dengan kaset - Diletakkan di dalam kaset dan kaset diberi nomer sesuai blanko - Sampel di masukkan kedalam wadah atau mesin autoprocessing - Sisa sampel dimasukkan kewadah dan di beri tanggal pemotongan. d. Autoprocessing ( proses pematangan jaringan ) - Masukkan sampel kedalam mesin autoprocessing dengan : 1) Buffer formalin 10 % ph netral selama 2 jam 2) Buffer formalin 10 5 ph netral 1,5 jam 3) Alkohol 70 % selama 1,5 jam 4) Alkohol 80 % selama 1,5 jam 5) Alkohol 96 % selama 1,5 jam 6) Alkohol absolute (Etanol) selama 1 jam 7) Alkohol absolute (Etanol) selama 1 jam 8) Alkohol absolute (Etanol) selama 1 jam 9) Xylol selama 1,5 jam 10) Xylol selama 1,5 jam 11) Parafin selama 2 jam 12) Parafin selama 2 jam

26 25 e. Embedding Embedding adalah proses memasukkan jaringan kadalam parafin cair untuk di buat blok yang padat meliputi : - Impregnation : Proses penggantian larutan toluen dengan larutan cair - Blocking : memasukkan jaringan kedalam parafin cair-dipadatkan (menurunkan suhu parafin)-dicetak - Trimming : Meratakan atau merapikan jaringan yang telah di block parafin dengan menggunakan pisau atau langsung dengan microtome, sehingga pada saat pemotongan didapatkan potongan bentuk yang baik. Tahap Embedding - Setelah autoprosessing selesai, keset di keluarkan dan di masukkan kedalam mesin embedding dan di block - Sampel di keluarkan dari kaset - Diletakkan kedalam disc mol yang berisi parafin, kemudian di tutup dengan kaset yang ada nomernya tadi - Didinginkan hingga membeku pada mesin pendingin - Block parafin yang berisi sampel dilepaskan dari disc mol - Sampel siap dilakukan proses selanjutnya. f. Proses pemotongan - Letakkan block parafin pada microtome - Potong perlahan dengan ketebalan 2-5 mikron - Diapungkan diatas air hangat di waterbath dengan suhu derajat celsius - Ditempelkan jaringan pada objek glass - Objek glass diberi nomor sesuai dengan nomor yang ada di blok parafin dengan menggunakan pensil 2B atau menggunakan label dan ditulis dengan pensil 2B. - Ditiriskan sebentar agar air dari jaringan

27 26 - Kemudian objek glass tersebut di letakkan diatas lempeng pemanas untuk melelehkan lilinnya - Dan siap untuk proses selanjutnya g. Pewarnaan - Letakkan slide pada rak pewarnaan - Diwarnai dengan pewarnaan sebagai berikut 1) Xylol celup selama 5 menit 2) Xylol celup selama 5 menit 3) Xylol celup selama 5 menit 4) Etanol 20 celup 5) Alcohol 96% 20 celup 6) Alcohol 80% 20 celup 7) Alcohol 70% 20 celup 8) Bilas dengan air mengalir sampai bersih 9) Ditiriskan sebentar di masukkan kedalam harris hematoksilin menit 10) Bilas dengan air mengalir sampai bersih 11) Celupkan dengan alcohol bertingkat 70%, 80% dan 96% 12) Celupkan dengan eosin 1 celup 13) Alcohol 70 % 14) Alcohol 80% 15) Alcohol 96% 16) Xylol selama 10 detik h. Finishing - Sediaan dikeringkan dibagian bawah dan sisi-sisinya dilap dengan tisu - Tetesi entelan (xylol dan ez-mounting) - Tutup dengan deck glass - Objek glass di beri nomor sesuai dengan nomor pada blanko pemeriksaan.

28 27 - Sampel siap diserahkan pada dokter PA untuk didiagnosa i. Administrasi - Setelah sampel didiagnosa oleh dokter PA blanko dan hasil diserahkan ke bagian administrasi - Hasil diketik oleh bagian administrasi - Kemudian ditanda tangani oleh dokter PA - Bagian administrasi menghubungi pasien - Hasil diambil oleh pasien, sebelumnya nomor hasil dicocokkan dengan nomor dokumen. - Hasil diserahkan pada pasien 3. Potong Beku / Press Cuve (PC) Potong beku ialah pemeriksaan patologi anatomi pada bagian histopatology yang mana sampel yang diperiksa dilakukan saat operasi berlangsung dan pasien dalam keadaan tidak sadar. Sampel yang dicurigai kanker dikirim dalam keadaan segar ke laboratorium PA atau tim dari teknisi PC yang berada diruang operasi dan biasanya dilakukan dalam menit. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk ganas atau tidaknyamassa kanker sehingga dapat ditentukan tindakan operasi selanjutnya. Cara kerja potong beku adalah sebagai berikut. a. Sampel yang datang tanpa pengawet atau fiksasi, didata di administrasi diberi kode atau nama sampel b. Dilakukan pemotongan oleh dokter PA c. Pada bagian yang dicurigai ganas diambil dan dikenali, dibuat hapusan buat dokter PA dan Histopatology d. Jaringan ditempelkan pada alat PC dan dibekukan kurang lebih 5 menit e. Dipotong dalam alat PC dengan ketebalan 3-5 mikron f. Dibuat slide dan dikeringkan dengan hair dryer atau hot plate g. Dimasukkan dalam harris hematoksilin selama 4 menit h. Bilas dengan air mengalir sampai bersih

29 28 i. Bilas dengan alcohol bertingkat 70%,80% dan 90% celup j. Dimasukkan dalam eosin 1 celup k. Dibilas dengan alcohol bertingkat 50%, 70%, 80% dan 90% celup l. Dibersihkan dan dikeringkan bagian bawah dan sisi-sisinya m. Diberi label dan entelan n. Ditutup dengan deck glass o. Diserahkan kedokter PA p. Hasilnya ditelpon kedokter bedah Catatan : waktu pewarnaan dengan harris hematoksilin waktunya pada PC lebih cepat dibandingkan dengan pewarnaan harris hematoksilin pada histopa. Hal ini dikarenakan sampel yang digunakan pada PC masih segar tanpa pengawet atau fiksasi sehingga kandungan protein pada jaringan masih banyak maka zat warna mudah diserap oleh jaringan. 4. Imunohistokimia Imunohistokimia adalah suatu metode kombinasi dari anatomi, imunologi dan biokimia untuk mengidentifikasi komponen jaringan yang memiliki ciri tertentu dengan menggunakan interaksi antara antigen target dan antibodi spesifik yang diberi label. Imunohistokimia merupakan suatu cara pemeriksaan untuk mengukur derajat imunitas atau kadar antibodi atau antigen dalam sediaan jaringan. Nama imunohistokimia diambil dari nama immune yang menunjukkan bahwa prinsip dasar dalam proses ini ialah penggunaan antibodi dan histo menunjukkan jaringan secara mikroskopis. Dengan kata lain, imunohistokimia adalah metode untuk mendeteksi keberadaan antigen spesifik di dalam sel suatu jaringan dengan menggunakan prinsip pengikatan antara antibodi (Ab) dan antigen (Ag) pada jaringan hidup.

30 29 Pemeriksaan ini membutuhkan jaringan dengan jumlah dan ketebalan yang bervariasi tergantung dari tujuan pemeriksaan. Teknik imunohistokimia bermanfaat untuk identifikasi, lokalisasi, dan karakterisasi suatu antigen tertentu, serta menentukan diagnosis, therapi, dan prognosis kanker.teknik ini diawali dengan pembuatan irisan jaringan (histologi) untuk diamati dibawah mikr oskop. Interaksi antara antigen-antibodi adalah reaksi yang tidak kasap mata.tempat pengikatan antara antibodi dengan protein spesifik diidentifikasi dengan marker yang biasanya dilekatkan pada antibodi dan bisa divisualisasi secara langsung atau dengan reaksi untuk mengidentifikasi marker. lain : Adapun beberapa marker yang berupa senyawa berwarna antara - Luminescence - Zat berfluoresensi : fluorescein, umbelliferon, tetrametil rodhamin - Logam berat : colloidal, microsphere, gold, silver, label radioaktif - Enzim: HorseRadish Peroxidase(HRP) dan alkaline phosphatase Tahapan pengerjaan Imunohistokimia adalah sebgai berikut. a. Pembuatan slide 1. Slide coatod-----inkubasi suhu kamar 2. Parafinasi pada hot plate ºC------jam b. Pemulasan 1. Deparafinisasi tujuannya berfungsi melarutkan / melepaskan parafin yang melekat pada preparat Xylol selama 5 menit untuk menghilangkan paraffin Xylol selama 5 menit Xylol selama 5 menit 2. Rehidrasi (alcohol absolute, 96%,80%, 70%) masing-masing selama 5 menit 3. Cuci air mengalir selama 5 menit (ER/PR----tep6)* 4. Blocking endogen peroksidae( dual endogenus enzim block) selama 30 menit dengan H2O2 untuk mengikat sel-sel yang tidak diperlukan, maka sel yang tidak terikat akan muncul. 5. Cuci dengan air mengalir selama 5 menit

31 30 6. Pretreatment dengan TE (Working citrate untuk ER/PR ph 6) 7. Cook I, level 8 selama 5 menit (hampir mendidih) 8. Cook II, level 1 selama 5 menit 9. Dinginkan 45 menit / sampai benar-benar dingin 10. Cuci PBS ph 7,4 (tanpa tween 20) selama 3 kali 5 menit 11. Blocking NHS (NHS pekat + PBS ph 7,4 RTU) selama 30 menit 12. Antibody primer (Ab + Ab Diluent) sesuai penol, selama menit 13. Cuci dalam PBS ph 7,4 (tanpa tween 20) 3x masing-masing 5 menit 14. Envision (Ab sekunder + Streptavidin/labelled Polymer -HRP) selama 30 m3nit 15. Cuci dalam PBS ph 7,4 (tan pa tween 20) 3x maing-masing 5 menit 16. DAB En Vision ( DAB + substrate Buffer dan DAB Choomogen) selama 5-10 menit 17. Cuci dengan air mengalir/aquades selama 10 menit 18. Hematoxylin selama 1-2 menit (warna biru cukup) ER/PR warna di inti selama detik 19. Cuci dengan air mengalir/ aquades selama 5 menit 20. Lithium carbonat jenuh 5% dalam aquades 21. Cuci dengan air mengalir, cek warna biru slide dibawah mikroskop 22. Dehidrasi (alkohol 70%, 80%, 96%, Absolut, Absolut) masingmasing selama 5 menit 23. Clearing (Xylol I,II,III) masing-masing selama 5 menit 24. Mounting dengan menggunakan cover glass Adapun pewarnaan lain yang dapat digunakan dalam pemeriksaan imonohistokimia, yaitu pewarnan brown staining.

32 31 Prosedur kerja : a. Administrasi - Mencocokkan data pasien serta ampel yang dibawa dengan surat pengantar dari dokter. - Pemberian nomor urut sampel - Pencatatan pada buku arsip laboraturium patologi anatomi - Pemberian bukti pengambilan hasil, yang biasanya selesai dalam waktu 10 hari kedepan - Setelah proses administrasi selesai, sampel dan blanko diserahkan ke petugas laboraturium b. persiapan sampel - Cocokkan sampel dengan blanko - Dicek apakah sampel sudah difiksasi dengan formalin atau buffer formalin 10% PH netral - Sampel disusun sesuai urutan nomor blanko - Sampel siap dilakukan diproses selanjutnya c. pemotongan sampel jaringan - Sebelum dilakukan pemotongan, tanggal pemotongan dicantumkan - Sampel dideskripsikan secara makroskopis sebelum dan sesudah pemotongan - Potong sampel pada massa yang dicurigai sesuai dengan kaset - Diletakkan kedalam kaset, dan kaset diberi nomor sesuai blanko - Sampel dimasukkan kedalam wadah / mesin autoprocessing - Sisa sampel dimasukkan kewadah dan diberi tanggal pemotongan d. Aotoprocessing (proses pematangan jaringan) - Masukkan sampel kedalam mesin autoprocessing dengan : 1) Buffer formalin 10% PH netral selama 2 jam 2) Buffer formalin 10 % PH netral slama 1,5 jam 3) Alkohol 70% selama 1,5 jam 4) Alkohol 80% selama 1,5 jam

33 32 5) Alkohol 96% selama 1,5 jam 6) Alkohol absolute (Etanol) selama 1 jam 7) Alkohol absolite (Etanol) selama 1 jam 8) alkohol absolute (Etanil) selama 1 jam 9) Xylol selama 1,5 jam 10) Xylol selama 1,5 jam 11) Parafin selama 2 jam 12) Parafin selama 2 jam e. Embedding - Setelah autoprosessing selesai,kaset dikeluarkan dan dimasukkan ke mesin embedding dan dibuat blok - Sampel dikeluarkan dari kaset - Diletakkan kedalam disc mol yang berisi parafin, kemudian Ditutup dengan kaset yang ada nomornya tadi - Didinginkan hingga membeku pada mesin pendingin - Blok parafin yang berisi sampael dilepaskan dari disc mol - Sampel siap dilakukan proses selanjutnya f. Pembuatan slide - Blok parafin dipotong 2-5 mikron - Diapungkan di airwaterbath dengan suhu Diambil atau ditempelkan pada objek glass lapis polycin (perekat jaringan ke slide) - Ditiriskan selama 1 malam g. Pewarnaan - Diletakkan slide pada rak pewarnaan - Diwarnai dengan pewarnaan sebagai berikut 1. Xylol celup atau 5 menit 2. Xylol celup atau 5 menit 3. Xylol celup atau 5 menit 4. Etanol 20 celup 5. Alkohol bertingkat dari 96%, 80%, 70%, (20 celup) 6. Bilas dengan air mengalir sampai bersih

34 33 7. Ditiriskan sebentar, dimasukkan kedalam haris hematoksilin menit 8. Bilas dengan ai mengalir sampai bersih 9. Celupkan dalam alkohol bertingkat 70,80,96% 10. Celupkan dalam eosin 1 celup 11. Alkohol bertingkat 70%, 80%, 96%, (10 20 celup) 12. Xylol selama 10 detik h. Finishing - Sediaan dikeringkan, bagian bawah dan sisi-sisinya dilap dengan tissu - Ditetesi entelan (xylol dan ez-mounting) - Ditutup dengan deck glass - Objek glass diberi nama sesuai dengan no sesuai dengan no pada blanko pemeriksaan - Sampel siap diserahkan ke dokter PA untuk didiagnosa i. Administrasi - Setelah sampel didiagnosa oleh dokter PA blanko dan hasil diserahkan ke bagian administrasi - Hasil diketik oleh bagian administrasi - Kemudian ditanda tangani oleh dokter PA - Bagian administrasi menghubungi pasien - Hasil diambil oleh pasien, sebelumnya nomor hasil dicocokkan dengan nomor dokumen - Hasil diserahkan ke pasian

35 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Patologi Anatomi (PA) berasal dari kata Pato yang artinya kelainan, logi artinya ilmu, dan Anatomi artinya susunan organ tubuh. Sehingga Patologi anatomi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang kelainan pada susunan atau bagian dari organ-organ tubuh. 2. Ada 3 pemeriksaan patologi anatomi, yaitu : 1) Sitopatologi : Pap Smear, FNA-B, Core Biopsi 2) Histopatologi : jaringan dengan pengawet dan jaringan dengan tanpa pengawet atau segar (PC) 3) Imunohistokimia B. Saran Disarankan untuk lebih menyempurnakan makalah ini agar kedepannnya memiliki manfaat yang besar untuk akademik mahasiswa dan masyarakat yang membacanya.

36 DAFTAR PUSTAKA Disusun berdasarkan pengamatan di Lapangan berupa praktikum di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Ulin Banjarmasin. November

LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN

LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN LAPORAN PRAKTEK LABORATORIUM HISTOTEKNIK TISSUE PROCESSING DAN PEWARNAAN Nama : Yulia Fitri Djaribun NIM : 127008005 Tanggal : 22 September 2012 A.Tujuan Praktikum : 1. Agar mahasiswa mampu melakukan proses

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA 15 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi

Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi LAMPIRAN 38 Lampiran 1 Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Pembuatan preparat histologi terdiri dari beberapa proses yaitu dehidrasi (penarikan air dalam jaringan) dengan alkohol konsentrasi bertingkat,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012

LAPORAN PRAKTIKUM. : Histoteknik : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012 LAPORAN PRAKTIKUM Judul : Histoteknik Nama : Selly Oktaria Tanggal Praktikum : 14 September 2012 Tujuan Praktikum : 1. Melihat demonstrasi pembuatan preparat histology mulai dari fiksasi jaringan hingga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas Lampung dan pembuatan preparat histologi hati dilaksanakan di Balai Penyidikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel. Menggunakan 20 ekor mencit (Mus musculus L.) jantan galur Balb/c yang dibagi menjadi 4 kelompok

Lebih terperinci

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi ( Dibacakan pada Simposium Prosedur dan Analisis FNAB yang Tepat dalam Meningkatkan Akurasi Diagnosis ) Oleh : Bethy S. Hernowo, dr., Sp.PA(K)., Ph.D Sitologi adalah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan I. Tujuan: 1. Mahasiswa mampu memahami dan melakukan teknik teknik histoteknik yang digunakan dalam pembuatan preparat jaringan 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia dan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan 1 faktor, yaitu perlakuan limbah cair nata de coco yang terdiri atas 5 variasi kadar dan 1 kontrol

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan 22 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi Universitas Lampung untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksakan di Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. B. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan LAMPIRAN 30 Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan Dehidrasi merupakan proses mengeluarkan air dari dalam jaringan/organ dengan menggunkan bahan-bahan kimia tertentu. Dehidrasi jaringan dilakukan untuk mengikat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, di Laboratorium Kesehatan Ikan dan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Histotehnik. Oleh: Lucia Aktalina. Jum at, 14 September WIB

Laporan Praktikum Histotehnik. Oleh: Lucia Aktalina. Jum at, 14 September WIB Laporan Praktikum Histotehnik Oleh: Lucia Aktalina Jum at, 14 September 2012 14.00 17.00 WIB Tujuan Praktikum: Melihat demo tehnik-tehnik Histotehnik,mulai dari pemotongan jaringan organ tikus sampai bloking,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK DASAR Disusun Oleh: Nama : Juwita NIM : 127008003 Tanggal Praktikum: 22 September 2012 Tujuan praktikum: 1. Agar praktikan memahami dan mampu melaksanakan Tissue Processing.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan pada bulan Maret-Mei 2013. Pengambilan sampel ikan mas berasal dari ikan hasil budidaya dalam keramba jaring apung

Lebih terperinci

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.5 Jenis Penelitian laboratoris. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental 2.6 Sampel 2.6.1 Jenis dan Kriteria Sampel Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan 16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan pengamatan. Proses

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung tepatnya di Laboratorium Pembenihan Kuda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. jantung dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)

III. METODE PENELITIAN. jantung dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) 32 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Histologi dan Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan pembuatan preparat histologi jantung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK NAMA PRAKTIKAN : Ramadhan Bestari GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) HARI/TGL. PRAKTIKUM : Rabu, 24 Oktober 2013 I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mampu memahami dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai Juni 2008 di kandang percobaan Fakultas Peternakan dan di Bagian Patologi, Departemen Klinik Reproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows. 18 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai Agustus 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di Fasilitas Kandang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 ulangan, perlakuan yang digunakan

Lebih terperinci

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas Lampiran 1. Spesifikasi Bahan Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas Berumur 30, 60, 90, dan 120 hari Hewan uji 2. Pakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Penelitian 3.3 Metode Penelitian 17 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Juni 2011 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan (Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan rancangan post

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODA

BAB 3 BAHAN DAN METODA BAB 3 BAHAN DAN METODA 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian berupa penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan secara cross sectional. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan di kelompokkan menjadi 4 kelompok dengan ulangan

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2007 sampai dengan bulan Juli 2008 di Laboratorium Bersama Hewan Percobaan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ; 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karsinoma mammae / kanker payudara merupakan jenis keganasan yang paling sering dijumpai pada wanita. Di Indonesia angka kesakitan dan kematian kanker payudara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan atau desain penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar glukosa darah dan histologi pankreas tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only control group design.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5 ulangan, perlakuan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian ini objek yang diteliti diberi perlakuan dan adanya kontrol sebagai pembanding. B.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang III. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan pola post test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang telah diinduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN. kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu mengadakan kegiatan pengumpulan dan analisis data yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Skema Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Skema langkah-langkah pengujian histologi secara garis besar adalah sebagai berikut:

Lampiran 1 Skema Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Skema langkah-langkah pengujian histologi secara garis besar adalah sebagai berikut: 79 Lampiran 1 Skema Prosedur Pembuatan Preparat Histologi Skema langkah-langkah pengujian histologi secara garis besar adalah sebagai berikut: Pengambilan Organ Fiksasi Pemotongan Organ Washing Dehidrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan perlakuan pemberian ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana) terhadap gambaran histologik trakea

Lebih terperinci

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan

Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan 54 Lampiran 1 Proses Dehidrasi Jaringan Dehidrasi jaringan dilakukan untuk mengikat seluruh cairan dalam jaringan, baik cairan interstisial maupun cairan intrasel sebelum dilakukan penanaman jaringan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pembuatan Media Bakteri (SWC dan TCBS).

Lampiran 1. Pembuatan Media Bakteri (SWC dan TCBS). 39 Lampiran 1. Pembuatan Media Bakteri (SWC dan TCBS). 1. Sea Water Complete (SWC) Cair. Media SWC pada penelitian ini digunakan untuk kultivasi Vibrio harveyi yang akan digunakan untuk perlakuan infeksi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat dan waktu pengambilan sampel Sampel diambil di Pantai Timur Surabaya, tepatnya di sebelah Timur Jembatan Suramadu (Gambar 3.1).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only control group design.

Lebih terperinci

Skema Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm).

Skema Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm). LAMPIRAN 1 : Skema Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm). Potongan daging buah dimasukkan ke dalam lemari pengering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara observasional analitik. pertumbuhan janin terhambat dan kehamilan normal.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara observasional analitik. pertumbuhan janin terhambat dan kehamilan normal. 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini secara observasional analitik. 2. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah penelitian potong

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris

BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris BAB IV METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan menggunakan binatang coba tikus putih dengan strain Wistar. Desain penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian dan Farmakologi. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi, 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian a. Pemeliharaan dan perlakuan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengambilan Sampel

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengambilan Sampel 14 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2011 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi

Lebih terperinci

Susunan Penelitian. Peneliti 1. Nama lengkap : Melvin Pascamotan Togatorop 2. Fakultas : Kedokteran 3. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara

Susunan Penelitian. Peneliti 1. Nama lengkap : Melvin Pascamotan Togatorop 2. Fakultas : Kedokteran 3. Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Susunan Penelitian Peneliti 1. Nama lengkap : Melvin Pascamotan Togatorop 2. Fakultas : Kedokteran 3. Perguruan Tinggi : Pembimbing I 1. Nama lengkap : dr. Kamal Basri Siregar, Sp.B (K) Onk

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE)

LAMPIRAN. Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE) 51 LAMPIRAN Lampiran 1 prosedur pewarnaan hematoksillin-eosin (HE) Pewarnaan HE adalah pewarnaan standar yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai struktur umum sel dan jaringan normal serta perubahan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 15 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai Juni 2011 bertempat di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan dan Laboratorium Preservasi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan coba yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Bahan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Bahan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai dengan April 2010. Sampel diperoleh dari Kepulauan Seribu. Identifikasi cacing parasitik dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan. Hewan coba yang digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel.

Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel. LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Penghitungan Dosis Pemberian Kepel. Berat keseluruhan daging buah kepel yang masih basah:440 g, dan setelah dikeringkan diperoleh 60 g serbuk simplisia kering. Jadi rendemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design. 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode Rancangan Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain rancangan acak lengkap (RAL). B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Payudara Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria organ ini tidak memiliki fungsi pada proses laktasi (rudimeter). Terletak diantara iga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai April 2011 bertempat di Kandang Hewan Laboratorium dan Laboratorium Histopatologi, Departemen Klinik, Reproduksi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6.

METODE PENELITIAN. Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6. METODE PENELITIAN Alur penelitian yang akan dilakukan secara umum digambarkan dalam skema pada Gambar 6. Pengujian probiotik secara in vivo pada tikus percobaan yang dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design. 21 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode post test only controlled group design. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lapangan dan di laboratoirum. Pengambilan sampel ikan bertempat di DAS Citarum bagian hulu dengan 4 stasiun yang telah ditentukan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian inidilaksanakan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian inidilaksanakan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dantempat Penelitian Penelitian inidilaksanakan di laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan perlakuan hewan uji, sedangkan pembuatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2013 di 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2013 di Laboratorium Pembenihan Kuda Laut serta Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Balai

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN

PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN PEMBUATAN PREPARAT MELINTANG DENGAN METODE PARAFIN LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK TUMBUHAN DEVI WAHYUNINGSIH 3425131060 PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. ETHICAL CLEARANCE

LAMPIRAN 1. ETHICAL CLEARANCE LAMPIRAN 1. ETHICAL CLEARANCE 59 LAMPIRAN 2. GAMBAR HASIL PEMERIKSAAN GRANZYME B 1. KONTROL (K) Gambar ekspresi granzyme B pada kelompok Kontrol (K) 2.KOMBINASI TRANSFER FACTOR+CYCLOPHOSPHAMIDE (P1) Gambar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media LAMPIRAN 27 Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media Keterangan : V 1 = Volume air media ke-1 V 2 = Volume air media ke-2 M 1 = Konsentrasi ph media ke-1 = Konsentrasi ph media ke-2 M 2 HCl yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Peralatan Persiapan Kandang Penelitian 14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai November 2011. Kegiatan pemeliharaan dan perlakuan hewan coba bertempat di fasilitas kandang hewan percobaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak terkontrol. Menggunakan 20 ekor Tikus Wistar jantan berumur 10-16 minggu yang dipilih secara

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI DARI JARINGAN HEWAN DENGAN PEWARNAAN HEMATOKSILIN DAN EOSIN (H&E)

TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI DARI JARINGAN HEWAN DENGAN PEWARNAAN HEMATOKSILIN DAN EOSIN (H&E) Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 1001 TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT HISTOPATOLOGI DARI JARINGAN HEWAN DENGAN PEWARNAAN HEMATOKSILIN DAN EOSIN (H&E) MOHAMAD MUNTIHA Balai Penelitian Veteriner, Jl. R.E Martadinata

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Persiapan Ikan Uji Ikan nila (Oreochromis niloticus) BEST didatangkan dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor yang berukuran rata-rata 5±0,2g, dipelihara selama ±

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok, BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan dan Desain Penelitian Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimen, rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500

Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci. Tanggal Pemberian obat ,750 1, ,650 1,500 Lampiran 1. Data pemberian obat kepada kelinci Kelompok Tanpa pemberian obat Indometasin dalam kapsul gelatin Indometasin dalam matriks kalsium alginatkitosan (dibedah stlh 1 hari) Indometasin dalam matriks

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN A. Materi dan Deskripsi Lokasi 1. Bahan Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah daun 10 kultivar kacang tanah ( kultivar Bima, Hypoma1, Hypoma2, Kancil, Kelinci, Talam,

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA

PROSEDUR TETAP PENGAMATAN EKSPRESI PROTEIN DENGAN METODE IMUNOSITOKIMIA Halaman 1 dari 7 FARMASI UGM Dokumen nomor : 0201200 Tanggal : 24 Maret 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJUI OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan Paraf Nama Aditya Fitriasari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan hewan coba, sebagai bagian dari penelitian eksperimental lain yang lebih besar. Pada penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober Perlakuan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober Perlakuan 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2009. Perlakuan terhadap hewan uji mencit betina, dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nila yang digunakan adalah ikan nila strain BEST yang berasal dari Instalasi Riset Plasma Nutfah, Cijeruk dengan ukuran panjang 4,52±3,9 cm dan bobot 1,35±0,3

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) terhadap perkembangan folikel ovarium mencit (Mus musculus) ini merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin

Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin LAMPIRAN 53 54 Lampiran 1. Prosedur Analisis Morfometrik Mikro Ileum Itik Cihateup Menggunakan Metode Paraffin Haemotoksilin Eosin Menurut Muntiha (2001), prosedur analisis hispatologi dan jaringan hewan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. 35 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Unila.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2009 (sampling sampai dengan embedding), Februari 2010 (sectioning), dan bulan Juli 2010 (pewarnaan),

Lebih terperinci

TUJUAN : Latihan membuat preparat histologi jaringan masing-masing yang dapat dianalisa lanjut dengan mikroskop

TUJUAN : Latihan membuat preparat histologi jaringan masing-masing yang dapat dianalisa lanjut dengan mikroskop NAMA : HENNY ERINA SAURMAULI OMPUSUNGGU TANDA TANGAN : JUDUL : TISSUE PROCESSING (HISTOTEKNIK) TUJUAN : Latihan membuat preparat histologi jaringan masing-masing yang dapat dianalisa lanjut dengan mikroskop

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional 55 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional dengan kekhususan pada penelitian uji diagnostik. Sumber data penelitian menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Post test only control group design. Kelompok penelitian dibagi menjadi 4

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode 42 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode acak terkontrol dengan pola post test-only control group design. Subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013 di Waduk Saguling Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Analisis logam berat dalam air dan organ

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, yaitu untuk mempelajari suatu fenomena dalam korelasi sebab-akibat, dengan cara memberikan perlakuan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental laboratorium posttest-only equivalent-group design dengan kelompok perlakuan dan

Lebih terperinci

METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI

METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI METODE DASAR MIKROTEKNIK DAN PEWARNAAN HISTOLOGI Nama : Kelompok I Kelas D MIKROTEKNIK Mikroteknik atau teknik histologi merupakan ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian jaringan untuk

Lebih terperinci

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2011 di Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Kesehatan Ikan, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan yang digunakan antara lain daun salak [Salacca zalacca (Gaertn.) Voss] kultivar Kedung Paruk,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan diberikan tumbukan daun pada tikus putih (rattus norvegicus ) jantan

III. METODE PENELITIAN. dan diberikan tumbukan daun pada tikus putih (rattus norvegicus ) jantan III. METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorik untuk mengetahui perbedaan tingkat kesembuhan antara luka bakar yang diberikan madu murni dan diberikan tumbukan

Lebih terperinci