DAFTAR ISI BAB V PENUTUP BAB VI LAMPIRAN... 94

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI BAB V PENUTUP BAB VI LAMPIRAN... 94"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Tahun 2016 merupakan laporan wajib yang harus dibuat sesuai Instruksi Presiden Republik Indonesia (INPRES) Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan laporan ini telah disesuaikan dengan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia No. 239/IX/6/8/2003 tanggal 25 Maret Laporan ini mencakup Rencana Strategis (Renstra), Rencana Kerja Tahunan (RKT/Renja), Hasil Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK), Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) dan Analisis Akuntabilitas Kinerja yang dimaksudkan sebagai wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan pengelolaan BBPPTP Surabaya sebagaimana diamanatkan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian. Sangat disadari dengan adanya keterbatasan dalam penyusunan, sehingga laporan ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya. Sehubungan dengan itu, kami mengucapkan terima kasih apabila ada kritik dan saran yang bersifat membangun dan guna penyempurnaan laporan ini. Akhirnya kami berharap bahwa laporan ini dapat ditelaah lebih mendalam, sehingga menumbuhkan pemahaman dan hasrat untuk meningkatkan kinerja guna mewujudkan aparatur yang mumpuni, organisasi yang sehat, pelaksanaan kegiatan yang mantap dan evaluasi akurat guna menuju sistem pemerintahan yang bersih dan berwibawa. LAKIN BBPPTP Surabaya Tahun 2016 i

3

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii IKHTISAR EKSEKUTIF... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUGAS DAN FUNGSI... 2 BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA... 6 A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) B. SASARAN STRATEGIS... 9 BAB III KEBIJAKAN PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN A. UMUM B. ARAH KEBIJAKAN C. PROGRAM UTAMA D. SUMBER DAYA MANUSIA E. SUMBER DANA BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUKURAN KINERJA TERHADAP SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERKEBUNAN B. EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BAB V PENUTUP BAB VI LAMPIRAN LAKIN BBPPTP Surabaya Tahun 2016 iii

5 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Sasaran Strategis BBPPTP Surabaya Tahun Tabel 2 : Perjanjian Kinerja (PK) BBPPTP Surabaya T.A Tabel 3 : SDM BBPPTP Surabaya Tabel 4 : Alokasi Anggaran Kegiatan BBPPTP Surabaya Tahun Tabel 5 : Capaian Indikator Kinerja Kegiatan BBPPTP Surabaya T.A Tabel 6 : Capaian Kinerja BBPPTP Surabaya Tahun 2016 dibandingkan dengan target Renstra Tabel 7 : Realisasi Anggaran BBPPTP Surabaya T. A (per output) Tabel 8 : Realisasi Fisik BBPPTP Surabaya T. A (per output) Tabel 9 : Analisis Capaian Kinerja Indikator Kinerja I Tabel 10 : Perbandingan Capaian Kinerja Indikator Kinerja I 2015 dan 2016 untuk komoditas Tebu Tabel 11 : Hasil Sertifikasi Benih Tahun 2016 (satuan batang) Tabel 12 : Hasil Sertifikasi Benih Tahun 2016 (satuan kg) Tabel 13 : Perbandingan Benih Disertifikasi (satuan batang) Tabel 14 : Perbandingan Taksasi Benih sesuai Luas Diperiksa (satuan kg) Tahun 2013, 2014, 2015 dan Tabel 15 : Hasil Sertifikasi Benih berupa Hasil Pemeriksaan Lapang Tahun Tabel 16 : Perbandingan Targetsesuai POK dan Realisasi Benih Hasil Sertifikasi Tahun 2013, 2014, 2015 dan Tabel 17 : Hasil Sertifikasi Benih berupa Hasil Pemeriksaan Lapang Tahun Tabel 18 : Hasil uji mutu APH UPTD wilayah kerja BBPPTP yang mutu APHnya di bawah standar mutu sesuai SNI LAKIN BBPPTP Surabaya Tahun 2016 iv

6 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Pelaksanaan kegiatan Uji Parasitasi Cephalonomia stephanoderes terhadap Larva dan Imago Hama PBKo Gambar 2 : Pelaksanaan kegiatan Formulasi PGPR sebagai Agens Pengendali Hayati dalam Menginduksi Ketahanan Tanaman Cengkeh Gambar 3 : Pelaksanaan kegiatan Uji Predatisme Rhinocoris fuscipes untuk Hama Tanaman Semusim Perkebunan Gambar 4 : Surat perintah uji efektivitas pupuk hayati BioSakarofert Gambar 5 : Merk dagang biopestisida berbahan aktif Steinernema sp.. 62 Gambar 6 : Merk dagang yang didaftarkan Bio Bass Gambar 7 : Pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Jamur Metarhizium brontispae untuk Mengendalikan Brontispa sp Gambar 8 : Pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Metabolit Sekunder pada OPT Utama Kopi dan Kakao Gambar 9 : Serangga uji yang mati pada perlakuan Heterorhabditis sp 69 Gambar 10 : Pelaksanaan kegiatan Perbanyakan dan Pelepasan Parasitoid Telur Trichogramma sp Gambar 11 : Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Habitat untuk Pengendalian OPT Tanaman Tebu Gambar 12 : Tanaman perkebunan di rumah kasa UPPT Kab. Mojokerto 72 Gambar 13 : Tanaman kapas pada minggu ke-10 setelah aplikasi Gambar 14 : Tanaman jarak pada minggu ke-10 setelah aplikasi Gambar 15 : Pelaksanaan kegiatan Validasi Metode Identifikasi Mikroorganisme dengan Menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) Gambar 16 : Pelaksanaan kegiatan Uji Mutu, Residu Pestisida dan Logam Berat Di Wilayah Kerja Gambar 17 : Uji mutu formulasi pestisida Gambar 18 : Uji efikasi lapang Gambar 19 : Uji residu pestisida Gambar 20 : Pelaksanaan kegiatan Pemurnian APH Gambar 21 : Hasil eksplorasi APH Gambar 22 : Pelaksanan kegiatan uji profisiensi antar LAKIN BBPPTP Surabaya Tahun 2016 v

7 pengujian laboratorium mutu APH Gambar 23 : Preparasi uji homogenasi, b. Sampel uji, c. Injeksi sampel pada GC, d. sampel uji siap didistribusikan, e. Distribusi sampel di BPMPT Jakarta Gambar 24 : Memberikan bimbingan dalam pengisian SIM OPT BBPPTP Surabaya di UPPT Kab. Malang, 2 = monitoring evaluasi pengamatan OPT kopi di Blitar, 3 = monitoring dan kunjungan lapang bersama PTPN X di lahan tebu di Bangkalan Gambar 25 : Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan LAKIN BBPPTP Surabaya Tahun 2016 vi

8 DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1 : Hasil Sertifikasi Benih Memenuhi Syarat (satuan batang) Tahun Grafik 2 : Hasil Sertifikasi Benih (satuan kg) Tahun Grafik 3 : Perbandingan Hasil Sertifikasi Benih Kopi & Kakao Diperiksa (satuan batang) Grafik 4 : Perbandingan Hasil Sertifikasi Benih Tebu Diperiksa (satuan batang) Grafik 5 : Perbandingan Hasil Sertifikasi Benih Cengkeh, Pala dan Kelapa dalam, Kelapa Sawit dan Karet Diperiksa (satuan batang) Grafik 6 : Perbandingan Taksasi Benih Sesuai Luasan (satuan kg) Tahun 2013, 2014, 2015 dan Grafik 7 : Perbandingan Target dan Realisasi Sertifikasi (satuan batang) pada Tahun 2013, 2014, 2015 dan Grafik 8 : Perbandingan Jumlah Produsen, Permohonan Sertifikasi, Sertifikat dan Jumlah Hasil Pemeriksaan Lapang Tahun 2013, 2014, 2015 dan Grafik 9 : Perbandingan Target dan Realisasi Sertifikasi (satuan batang) pada Tahun 2013, 2014, 2015 dan LAKIN BBPPTP Surabaya Tahun 2016 vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Analisis Permasalahan Pelaksanaan Kegiatan Bidang Perbenihan Tahun Lampiran 2 : Analisis Permasalahan Pelaksanaan Kegiatan Bidang Proteksi Tahun Lampiran 3 : Realisasi Fisik dan Keuangan Tahun LAKIN BBPPTP Surabaya Tahun 2016 viii

10 IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan KinerjaInstansi Pemerintah Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya tahun 2016 yang disusun ini merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban penyelenggaraan tugas dan fungsi yang diemban selama tahun 2016 yang berpedoman pada Renstra dan RKT Tahun Pada tahap ini telah banyak kegiatan yang diseleggarakan dan dilaksanakan dengan kebijaksanaan berupa meningkatkan pengawasan dan pengembangan pengujian mutu benih, melaksanakan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan serta melaksanakan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. Kebijaksanaan tersebut bertujuan mengoptimalkan pelayanan teknis dan informasi perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan kepada masyarakat. Hal tersebut merupakan penjabaran dari sasaran strategis yang ingin dicapai dalam kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan BBPPTP Surabaya yang dikelompokan sebagai berikut : 1. Peningkatan dukungan pengujian dan penerapan teknologi proteksi tanaman dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan penanganan Gangguan Usaha Perkebunan 2. Ketersediaan jumlah bibit unggul bermutu dan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah 3. Penguatan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan 4. Pengembangan sistem informasi perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan 5. Penguatan dukungan manajemen dan akuntabilitas implementasi anggaran berbasis kinerja LAKIN BBPPTP Surabaya Tahun 2016 ix

11 Capaian Kinerja pada tahun 2016 jika dibandingkan dengan rencana kegiatan dan target kinerja BBPPTP Surabaya dalam Rencana Strategis (Renstra) tahun adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan Berdasarkan Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dengan mengukur indikator kinerja yang meliputi Inputs dan Outputs, maka capaian kinerja keluaran (Output) yang diperoleh dari kegiatan tersebut ratarata mencapai 100 % dengan penggunaan input sebesar 99,01 %. 2. Pengujian dan Sertifikasi Mutu Benih Tanaman Perkebunan Berdasarkan Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dengan mengukur indikator kinerja yang meliputi Inputs dan Outputs, maka capaian kinerja keluaran (Output) yang diperoleh dari kegiatan tersebut ratarata mencapai 63,07 % dengan penggunaan input sebesar 82,03 %. 3. Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Berdasarkan Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dengan mengukur indikator kinerja yang meliputi Inputs dan Outputs, maka capaian kinerja keluaran (Output) yang diperoleh dari kegiatan tersebut ratarata mencapai 66,67 % dengan penggunaan input sebesar 87,60 %. 4. Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Berdasarkan Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dengan mengukur indikator kinerja yang meliputi Inputs dan Outputs, maka capaian kinerja keluaran (Output) yang diperoleh dari kegiatan tersebut ratarata mencapai 100 % dengan penggunaan input sebesar 80,54 %. LAKIN BBPPTP Surabaya Tahun 2016 x

12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian yang dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 08/Permentan/OT.140/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya. BBPPTP Surabaya mempunyai peranan strategis dalam memberikan atas produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan. Sebagai organisasi yang menangani masalah perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan, BBPPTP Surabaya memerlukan pembenahan sistem koordinasi dan sinkronisasi yang baik dengan didukung oleh aparatur yang profesional. Sejalan dengan itu maka pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia aparatur. Sementara itu, dinamika pertanian dan perkebunan dalam maupun luar negeri saat ini menuntut perubahan pola pikir (mindset) dan budaya kerja (culture set), ke arah yang lebih mudah, cepat, dan murah. Sehubungan dengan hal tersebut, pembuatan LAKIN 2016 saat ini selain mengikuti bentuk dan formula yang telah mempunyai aturan baku, juga lebih difokuskan pada output oriented LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

13 report. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) dibuat sebagai implementasi dari Inpres Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dalam rangka mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Lembaga serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan perencanaan strategik yang ditetapkan. Dalam LAKIN disajikan keberhasilan dan atau kegagalan pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan pada tahun Penyusunan LAKIN ini juga merupakan salah satu perwujudan tekad untuk senantiasa bersungguh-sungguh mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan yang didasarkan pada prinsipprinsip good governance. LAKIN Tahun 2016 ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang hasil pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) melalui DIPA BBPPTP Surabaya. B. TUGAS DAN FUNGSI Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor :08/Permentan/OT.14/2/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) Surabaya, maka BBPPTP Surabaya 1. Kedudukan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

14 2. Tugas Pokok BBPPTP Surabaya mempunyai tugas (1) melaksanakan pengawasan dan pengembangan pengujian mutu benih ; (2) melaksanakan analisis teknis dan pengembangan proteksi tanaman perkebunan dan (3) melaksanakan pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan laboratorium. 3. Fungsi Dalam melaksanakan tugas di atas BBPPTP Surabaya, menyelenggarakan fungsi antara lain : a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional b. Pelaksanaan pengujian mutu benih perkebunan introduksi, eks impor dan yang akan diekspor serta rekayasa genetika. c. Pelaksanaan pengujian adaptasi (observasi) benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas d. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas e. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikat layak edar f. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas propinsi g. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan (referee test) h. Pelaksanaan identifikasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT) perkebunan i. Pelaksanaan analisis data serangan dan perkembangan situasi OPT serta faktor yang mempengaruhi j. Pelaksanaan analisis data gangguan usaha perkebunan dan dampak anomali iklim serta faktor yang mempengaruhi k. Pengembangan teknik surveilance OPT penting LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

15 l. Pelaksanaan pengembangan metode pengamatan, model peramalan, taksasi kehilangan hasil dan teknik pengendalian OPT perkebunan m. Pelaksanaan eksplorasi dan inventarisasi musuh alami OPT perkebunan n. Pelaksanaan pengembangan teknologi perbanyakan, penilaian kualitas dan pelepasan agens hayati OPT Perkebunan o. Pelaksanaan pengawasan dan evaluasi agens hayati OPT perkebunan p. Pelaksanaan pengembangan teknologi proteksi perkebunan yang berorientasi pada implementasi pengendalian hama terpadu q. Pelaksanaan pengujian dan analisis residu pestisida r. Pemberian pelayanan teknik kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan s. Pengelolaan data dan informasi kegiatan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan t. Pemberian bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu dan manajemen laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan u. Pelaksanaan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan v. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga Balai Besar 4. Struktur Organisasi a. Kepala Balai b. Kepala Bidang Proteksi Tanaman Perkebunan Kepala Seksi Pelayanan Teknis dan Informasi Proteksi Tanaman Perkebunan Kepala Seksi Jaringan Laboratorium Proteksi Tanaman Perkebunan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

16 c. Kepala Bidang Perbenihan Tanaman Perkebunan Kepala Seksi Pelayanan Teknis dan Informasi Perbenihan Tanaman Perkebunan Kepala Seksi Jaringan Laboratorium Perbenihan Tanaman Perkebunan d. Kepala Sub Bagian Tata Usaha e. Fungsional POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) PBT (Pengawas Benih Tanaman) LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

17 BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) Renstra BBPPTP Surabaya merupakan perangkat untuk mencapai harmonisasi pencapaian pembangunan Perkebunan yang menyeluruh, terpadu, efisiendan sinergi dengan prioritas pembangunan lainnya yang tertuang dalam RPJM sehingga dapat memberikan kontribusi pencapaian tujuan pembangunan nasional. Renstra BBPPTP Surabaya ditujukan untuk digunakan sebagai arahan kebijakan dan strategi pembangunan perkebunan khususnya dibidang perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan dalam menyusun program dan kegiatan tahun serta untuk memberikan pemahaman yang sama tentang tantangan dan komitmen BBPPTP Surabaya dalam mengembangkan dan meningkatkan pelayanan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan bagi para pengguna serta memenuhi tuntutan dan stakeholder pada khususnya dan pembangunan perkebunan nasional pada umumnya. Kondisi lingkungan menuntut Balai untuk memberikan dukungan terhadap pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan serta memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional melalui tugas pokok dan fungsi sesuai kompetensinya. Di lain pihak, pemanfaatan hasil pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan diupayakan untuk dikomunikasikan kepada pengguna dan diaplikasikan langsung semaksimal mungkin untuk kepentingan masyarakat dan pelestarian lingkungan hidup. Melalui tugas pokok, fungsi dan kewenangan yang dimiliki, BBPPTP Surabaya melaksanakan program dan kegiatan pengembangan teknologi terapan, pengawasan mutu dan sertifikasi benih dan pengembangan jaringan laboratorium untuk kepentingan pembangunan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

18 nasional, membantu semaksimal mungkin baik langsung dan tidak langsung dalam menyejahterakan masyarakat serta upaya pelestarian lingkungan hidup. Sehingga menjadikan lembaga rujukan dalam memberikan pelayanan di bidang perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan. Visi I Untuk itu ditetapkan visi yang mengacu pada Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai berikut : MENJADI DIREKTORAT JENDERAL YANG PROFESIONAL DALAM MEWUJUDKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PERKEBUNAN SECARA OPTIMAL, BERDAYA SAING DAN BERNILAI TAMBAH TINGGI UNTUK KESEJAHTERAAN PEKEBUN DAN MEMPERKOKOH FONDASI SISTEM PERTANIAN BIO-INDUSTRY BERKELANJUTAN Misi I Untuk mencapai visi diatas, disusun dan dirancang misi yang dapatmengakomodasikan seluruh kapasitas dan kapabilitas balai dalam rangka memberikan dukungan terhadap pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunansehingga diupayakan untuk disosialisasikandan dimanfaatkan bagi pengguna baik masyarakat maupun pemerintah semaksimal mungkin untuk mendukung percepatan pembangunan. Dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dimaksudkan untuk memfasilitasi terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dalam rangka memberikan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

19 dukungan pelayanan organisasi yang berkualitas sebagai rujukan UPTD. Kesemua upaya tersebut dituangkan menjadi misi sebagai berikut : 1. Mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim, tanaman tahunan dan tanaman rempah penyegar secara berkelanjutan. 2. Mewujudkan integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman perkebunan dengan pendekatan kawasan. 3. Mendorong upaya penerapan budidaya tanaman perkebunan dengan baik dan berwawasan lingkungan. 4. Mendorong upaya pemberdayaan petani dan penumbuhan kelembagaan petani. 5. Mewujudkan peningkatan penyediaan teknologi dan penerapan pascapanen tanaman perkebunan secara berkelanjutan. 6. Menyediakan fasilitasi bimbingan dan penanganan usaha perkebunan berkelanjutan serta penanganan gangguan usaha dan konfik perkebunan. 7. Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penanganan dampak perubahan iklim yang terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan. 8. Mewujudkan pelayanan prima dan berkualitas dibidang manajemen dan kesekretariatan. 9. Mewujudkan sistem pertanian bio-industry berbasis pengembangan komoditas perkebunan. Tujuan I 1. Meningkatkan pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional, rekayasa genetika dan peredaran benih 2. Meningkatkan bimbingan teknis dan konsultasi di bidang perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

20 3. Meningkatkan pengembangan teknologi perbenihan dan teknologi terapan proteksi tanaman perkebunan 4. Meningkatkan pengembangan Teknis pengawasan mutu dan sertifikasi benih serta agens pengendali hayati untuk OPT Perkebunan 5. Meningkatkan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan 6. Meningkatkan pengembangan informasi manajemen perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan Sasaran I 1. Meningkatkan pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional, rekayasa genetika dan peredaran benih 2. Meningkatkan bimbingan teknis dan konsultasi di bidang perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan 3. Meningkatkan pengembangan teknologi perbenihan dan teknologi terapan proteksi tanaman perkebunan 4. Meningkatkan pengembangan Teknis pengawasan mutu dan sertifikasi benih serta agens pengendali hayati untuk OPT Perkebunan 5. Meningkatkan bimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan 6. Meningkatkan pengembangan informasi manajemen perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan B. SASARAN STRATEGIS Sasaran strategis yang ingin dicapai dalam kegiatan dukungan pengujian dan pengawasan mutu benih serta penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan adalah sebagai berikut : LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

21 Tabel 1. Sasaran Strategis BBPPTP Surabaya Tahun 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kegiatan 1 Peningkatan dukungan pengujian dan penerapan teknologi proteksi tanaman dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan penanganan Gangguan Usaha Perkebunan 2 Ketersediaan jumlah bibit unggul bermutu dan memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah 3 Penguatan jaringan dan kerjasama laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan Pemanfaatan agensia hayati Pembangunan demplot Sertifikasi benih tanaman perkebunan Pengawasan mutu dan peredaran benih tanaman perkebunan Pengujian mutu benih tanaman perkebunan Operasional laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan Bimbingan teknis sistem menajemen mutu laboratorium Uji banding 6 paket teknologi terapan proteksi tanaman perkebunan 2 jenis agens hayati 4ha demplot batang 16 propinsi wilayah kerja BBPPTP Surabaya 14 komoditi perkebunan 5 dokumen kegiatan Pengembangan jaringan laboratorium di 24 propinsi wilayah kerja Penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan Ekspolorasi dan pemanfaatan agensia hayati Pengembangan demplot, uji dan koleksi Pengujian, sertifikasi benih dan sumber benih tanaman perkebunan Pengawasan mutu dan peredaran benih tanaman perkebunan Operasional laboratorium Uji mutu benih Pengembangan teknik uji benih dan uji acuan Akreditasi laboratorium LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

22 Optimasi metode pengujianlaboratorium Uji profisiensi laboratorium penguji mutu benih Uji validasi metode laboratorium penguji mutu APH 4 Pengembangan sistem informasi perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan Pengelolaan data dan informasi proteksi tanaman perkebunan Pengelolaan data dan informasi perbenihan tanaman perkebunan 1 dokumen data dan informasi proteksi tanaman perkebunan 1 dokumen data dan informasi perbenihan tanaman perkebunan Pengelolaan data dan informasi proteksi Pengelolaan data dan informasi perbenihan 5 Penguatan dukungan manajemen dan akuntabilitas implementasi anggaran berbasis kinerja Perencanaan program dan anggaran yang berkualitas Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan dan aset yang berkualitas Pelaksanaan organisasi, tata laksana kepegawaian, humas dan administrasi perkantoran yang berkualitas Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Penyediaan data dan informasi 3 dokumen perencanaan anggaran 3 dokumen keuangan 3 dokumen 1 dokumen 1 dokumen Layanan perkantoran Pengadaan sarana, prasarana perkantoran dan laboratorium Perencanaan, monitoring, evaluasi, keuangan dan kepegawaian Pengawalan, pendampingan, pembinaan, bimbingan dan gelar teknologi LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

23 Sasaran strategis BBPPTP Surabaya merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis dan merupakan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja organisasi. Lebih jauh sasaran strategis ini diharapkan menjamin suksesnya pencapaian kinerja jangka panjang yang sifatnya menyeluruh bagi Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian sesuai dengan Renstra BBPPTP Surabaya Penetapan Kinerja pada dasarnya adalah pernyataan komitmen yang mempresentasikan tekad dan janji untuk mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam rentang waktu satu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dikelolanya. Tujuan khusus Penetapan Kinerja adalah untuk meningkatkan akuntabillitas, transparansi, dan kinerja sebagai wujud nyata komitmen antara penerima amanah dengan pemberi amanah, sebagai dasar penilaian keberhasilan maupun kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran organisasi, menciptakan tolok ukur kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja, dan sebagai dasar pemberian reward atau penghargaan dan sanksi. BBPPTP Surabaya telah membuat Penetapan Kinerja tahun 2016 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada. Penetapan Kinerja ini merupakan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

24 BAB III KEBIJAKAN PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN A. UMUM Dalam perkembangannya, perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Secara ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional. Tujuan pembangunan perkebunan seperti yang dituangkan dalam UU Nomor 39 Tahun 2014 tentang perkebunan adalah meningkatkan pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan negara dan devisa negara; menyediakan lapangan kerja; meningkatkan produktivitas; nilai tambah, dan daya saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri; dan mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan. BBPPTP Surabaya sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya berperan sebagai instansi yang memberikan dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan dengan prioritas kegiatan memfasilitasi pelayanan sertifikasi benih dan peningkatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan.untuk melaksanakan peran tersebut,bbpptp Surabaya akan terus meningkatkan upaya-upaya teknis yang berpegangdan mengacu pada suatu renstra. Renstra BBPPTP Surabaya initentunya dirumuskan/ditetapkan dengan berlandaskan pada Agenda danprioritas Pembangunan Pertanian dan kebijakan lainnya di bidang Perkebunan yang telah disepakati secara nasional, serta faktor-faktor lainnyayang berpengaruh seperti lingkungan strategis (internasional dan nasional), Maka kegiatan BBPPTP Surabaya secara umum dapat diarahkan dalam lingkup dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

25 proteksi tanaman perkebunan dengan prioritas kegiatan memfasilitasi pelayanan sertifikasi benih dan peningkatan jumlah teknologi terapan perlindungan perkebunan. Renstra BBPPTP Surabaya Tahun selain memperhatikan hal tersebut juga memperhatikan dan sekaligus mengartikulasikan kebijakan perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan lainnya yang telah disepakati ataupun direkomendasikan secara nasional sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangan BBPPTP Surabaya yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. B. ARAH KEBIJAKAN Kebijakan operasional dalam implementasi Renstra BBPPTP Surabaya ini diarahkan untuk: 1. Pengembangan teknologi terapan perbenihan dan perlindungan tanaman perkebunan 2. Pengembangan teknologi Agens Pengendali Hayati 3. Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih 4. Pengembangan dan optimalisasi Jaringan (networking) Laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan 5. Pengembangan Pelayanan Teknis dan Informasi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan 6. Mengoptimalkan pengembangan dan pendayagunaan sumber daya manusia. 7. Pengelolaan ketatausahaan, administasi keuangan, pelaporan dan pelengkapan C. PROGRAM UTAMA Untuk mencapai tujuan dan sasaran di atas, maka BBPPTP Surabaya menetapkan 6 (enam) fokus kegiatan utama yang mengacu pada program pembangunan perkebunan yang berkesinambungan dan berwawasan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

26 lingkungan serta didukung seluruh sumberdaya, tatanan, pranata serta sistem pengelolaan yang optimum, efisiendan efektif dalam mencapai tujuan pembangunan perkebunan. Keenam fokus kegiatan utama tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pengembangan teknologi terapan perlindungan tanaman perkebunan a. Penguatan teknologi perlindungan tanaman perkebunan b. Penguatan teknologi pengamatan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) c. Pengembangan Teknologi taksasi kerugian dan analisa hasil akibat OPT d. Pengembangan teknologi gangguan usaha non OPT 2. Pengembangan Teknologi Agens Pengendali Hayati (APH) a. Pengembangan teknologi eksplorasi dan evaluasi APH b. Pengembangan teknologi perbanyakan dan formulasi APH c. Pengembangan teknologi aplikasi dan evaluasi APH d. Pengawasan mutu, peredaran dan aplikasi APH 3. Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih a. Pengawasan pelestarian plasma nutfah tingkat nasional b. Pelaksanaan pengujian mutu benih dan pengujian adaptasi benih perkebunan dalam rangka pelepasan varietas c. Pelaksanaan penilaian pengujian manfaat dan kelayakan benih perkebunan dalam rangka penarikan varietas d. Pelaksanaan pengujian mutu dan sertifikasi benih perkebunan dalam rangka pemberian sertifikat layak edar e. Pelaksanaan pemantauan benih perkebunan yang beredar lintas propinsi f. Pelaksanaan pengembangan teknik dan metode pengujian mutu benih perkebunan dan uji acuan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

27 4. Pengembangan Jaringan Laboratorium Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan a. Penerapan sistem mutu dan manajemen labortorium b. Peningkatan sistem mutu laboratorium c. Akreditasi laboratorium 5. Pengembangan Pelayanan Teknis dan Informasi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan a. Pengembangan dan penyebaran media informasi b. Diseminasi teknologi perlindungan tanaman perkebunan c. Koordinasi, konsultasi, bimbingan teknologi dan narasumber d. Pengembangan teknologi informasi proteksi 6. Pengembangan dan pemberdayaan Sumberdaya manusia (SDM) a. Pendidikan formal (S1, S2 dan S3) b. Pelatihan, seminar, simposium, workshop, studi banding dan magang c. Pertemuan teknis 7. Pengelolaan ketatausahaan, Administrasi, Keuangan, Pelaporan dan Perlengkapan a. Perencanaan anggaran b. Pengelolaan urusan kepegawaian c. Pengelolaan administrasi keuangan dan optimalisasi PNBP d. Pemantapan sistem akuntansi dan verifikasi anggaran e. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja f. Penatausahaan barang milik negara PERJANJIAN KINERJA KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN TAHUN 2016 Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

28 dengan indikator kinerja. Melalui Perjanjian Kinerja, terwujudlah komitmen dan kesepakatan antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja terukur tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumberdaya yang tersedia. Perjanjian Kinerja (PK) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) disusun berdasarkan Rencana Kerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 dan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Perkebunan dan Kepala BBPPTP Surabaya pada Bulan Januari Dokumen Perjanjian Kinerja mencantumkan sasaran strategis, Indikator Kinerja, target kinerja dan anggaran. Dokumen Penetapan Kinerja tersebut dimanfaatkan oleh setiap pimpinan instansi pemerintah untuk : 1) Memantau dan mengendalikan pencapaian kinerja organisasi; 2) Melaporkan capaian realisasi kinerja dalam Laporan Kinerja; 3) Menilai keberhasilan organisasi. Sasaran strategis, Indikator Kinerja Kegiatan, dan Target Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya disusun dalam bentuk Perjanjian Kinerja (PK) yaitu sebagai berikut : LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

29 Tabel 2. Perjanjian Kinerja (PK) BBPPTP Surabaya T.A PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Target 1 Terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan 2 Menurunnya luas areal yang terserang OPT dan terfasilitasinya pencegahan kebakaran lahan dan kebun, bencana alam, dampak perubahan iklim dan gangguan/ konflik usaha perkebunan 1 Sertifikasi dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan 2 Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan 3 Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi tanaman perkebunan 4 Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati tanaman perkebunan 5 Fasilitasi teknis dukungan pengawasan dan pengujian benih dan teknologi proteksi tanaman perkebunan 1 Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan batang 6 paket teknologi 4 unit 7 jenis 12 bulan 8 desa LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

30 D. SUMBER DAYA MANUSIA Sumber daya manusia BBPPTP Surabaya yang mendukung program dan kegiatan berjumlah 179 orang dengan berbagai latar belakang pendidikan yang terdiri dari jabatan struktural dan fungsional, dengan rincian sebagai berikut : Tabel 3. SDM BBPPTP Surabaya Jabatan Jumlah Keterangan Struktural 7 Eselon IIIa : 2 Eselon IVa : 5 Fungsional umum 105 Fungsional tertentu POPT 37 PBT 26 Analis Kepegawaian 1 Statistika 1 PMHP 2 T o t a l 179 E. SUMBER DANA Kegiatan utama BBPPTP Surabaya dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) murni. Kegiatan-kegiatan tersebut diatas mendukung program program pada Direktorat Jenderal Perkebunan yang meliputi : 1) Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan 2) Pengujian dan Sertifikasi Mutu Benih Tanaman Perkebunan 3) Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 4) Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan 5) Layanan Perkantoran LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

31 6) Kendaraan Bermotor 7) Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 8) Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 9) Gedung / Bangunan Anggaran BBPPTP Surabaya Tahun 2016 sebesar Rp ,- (dua puluh enam milyar dua ratus sembilan puluh juta tiga ratus tiga puluh enam ribu rupiah). lingkup BBPPTP Surabaya Anggaran Tahun 2016 dibagi menurut kegiatan di Tabel 4. Alokasi Anggaran Kegiatan BBPPTP Surabaya Tahun 2016 No Kegiatan Jumlah Anggaran(Rp) 1 Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan 2 Pengujian dan Sertifikasi Mutu Benih Tanaman Perkebunan 3 Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan 4 Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Layanan Perkantoran Kendaraan Bermotor Perangkat Pengolah Data dan komunikasi Peralatan dan Fasilitas Perkantoran Gedung / Bangunan TOTAL Keseluruhan anggaran diatas dibagi ke dalam belanja pegawai, belanja barang/kegiatan, dan belanja modal, dengan tujuan : a. Mengefektifkan sistem pengawasan dan audit dalam mewujudkan aparatur negara yang bersih, akuntabel di lingkungan lembaga; LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

32 b. Meningkatkan kapasitas sumber daya aparatur sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas kepemerintahan dan pembangunan; c. Membantu kelancaran pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan kenegaraan dan kepemerintahan; d. Meningkatkan fokus dan mutu kegiatan pengujian, pengawasan mutu benih dan penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan pengguna; e. Mendorong pemanfaatan hasil pengujian yang aplikatif oleh petani pekebun dan para pemangku kepentingan d bidang perkebunan dan f. Meningkatnya pelayanan informasi kepada masyarakat/petani pekebun untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan teknologi yang ramah lingkungan. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

33 BAB IV AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUKURAN KINERJA TERHADAP SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERKEBUNAN Pengukuran merupakan proses menghasilkan suatu nilai capaian kinerja untuk setiap indikator kinerja yang dilakukan dengan cara membandingkan antara data realisasi dengan data target yang telah direncanakan sebelumnya. Pengukuran kinerja dilakukan pada setiap akhir tahun anggaran yaitu setelah berakhirnya semua kegiatan untuk mengetahui pencapaian sasaran kegiatan berdasarkan indikator kinerja kegiatan atau target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja (PK). Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan berdasarkan capaian indikator kinerja kegiatan, maka sesuai kesepakatan di lingkup Kementerian Pertanian ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan, yaitu : 1) Sangat Berhasil (capaian > 100%) 2) Berhasil (capaian 80% - 100%) 3) Cukup berhasil (capaian 60%-<80%) 4) Kurang berhasil (capaian <60%) Capaian kinerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya untuk setiap pernyataan kinerja Sasaran Kegiatan/Indikator Kinerja Kegiatan yang tertuang di dalam dokumen Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016 adalah sebagai berikut : LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

34 Tabel 5. Capaian Indikator Kinerja Kegiatan BBPPTP Surabaya T.A No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Target Realisasi % Capaian 1 Terlaksananya pengawasan dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan dan penyiapan teknologi proteksi tanaman perkebunan 2 Menurunnya luas areal yang terserang OPT dan terfasilitasinya pencegahan kebakaran lahan dan kebun, bencana alam, dampak perubahan iklim dan gangguan/ konflik usaha perkebunan 1 Sertifikasi dan pengujian mutu benih tanaman perkebunan 2 Rakitan teknologi spesifik lokasi proteksi tanaman perkebunan 3 Pembangunan kebun contoh, uji demplot dan uji koleksi tanaman perkebunan 4 Eksplorasi, pemanfaatan, pengembangan, pengujian agensia pengendali hayati tanaman perkebunan 5 Fasilitasi teknis dukungan pengawasan dan pengujian benih dan teknologi proteksi tanaman perkebunan 1 Pembinaan dan sertifikasi desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan batang batang paket teknologi 4 paket teknologi 66,67 4 unit 4 unit jenis 7 jenis bulan 12 bulan desa 8 desa 100 LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

35 B. EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN 1. Capaian Kinerja Terhadap Rencana Strategis Capaian Kinerja pada tahun 2016 jika dibandingkan dengan rencana kegiatan dan target kinerja BBPPTP Surabaya dalam Rencana Strategis (Renstra) tahun disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Capaian Kinerja BBPPTP Surabaya Tahun 2016 dibandingkan dengan target Renstra No. Kegiatan Target Renstra Tahun 2016 Realisasi Capaian Kinerja Tahun 2016 % 1. Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan (desa) 2. Pengujian dan Sertifikasi ,07 Mutu Benih Tanaman Perkebunan (batang) 3. Pengembangan Teknologi ,67 Proteksi Tanaman Perkebunan (paket) 4. Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (bulan) 5. Layanan Perkantoran (bulan layanan) 6. Kendaraan Bermotor (unit) Perangkat Pengolah Data dan komunikasi (unit) 8. Peralatan dan Fasilitas ,22 Perkantoran (unit) 9. Gedung / Bangunan (m 2 ) LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

36 Sertifikasi, pengawasan, dan pengujian mutu benih realisasinya hanya mencapai 63,07% dari target renstra karena jumlah permintaan benih dari konsumen berkurang sehingga permohonan sertifikasi dari produsen benih/sumber juga berkurang, walaupun sebenarnya kemampuan sumber benih/produsen benih untuk menyediakan bibit/benih melampaui target. Indikator kinerja kegiatan Pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan, Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan, Fasilitas Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (bulan), kegiatan Layanan Perkantoran, Kendaraan Bermotor, dan Perangkat Pengolah Data dan komunikasi Gedung dan Bangunan mencapai 100% dari target dalam renstra. Indikator kinerja kegiatan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran dari target 143 unit, terealisasi sebanyak 109 unit atau mencapai 76,22% dari target renstra. Peralatan dan fasilitas perkantoran tersebut adalah merupakan perbaikan dan pemeliharaan. 2. Akuntabilitas Terhadap Target Serapan Untuk mewujudkan sasaran kegiatan organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja maka pada tahun 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya mendapatkan dukungan alokasi anggaran dari APBN sebesar Rp ,-. Anggaran ini digunakan untuk melaksanakan Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan dan Kegiatan Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan. Dari total pagu anggaran tersebut diatas realisasinya adalah sebesar Rp ,- atau mencapai 93,03% (kategori berhasil). Adapun rinciannya disajikan pada Tabel 7. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

37 KODE Tabel 7. Realisasi Anggaran BBPPTP Surabaya T. A (per output) KEGIATAN/OUTPUT Program Peningkatan Produksi Komoditas Perkebunan Berkelanjutan 1779 Dukungan Perlindungan Perkebunan Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan 1781 Dukungan Pengujian dan Pengawasan Mutu Benih serta Penyiapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Pengawasan & Pengujian Mutu Benih Tanaman Perkebunan Pengembangan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan KEUANGAN PAGU REALISASI % (Rp.) (Rp.) , , , , , , , Layanan Perkantoran , Peralatan dan Fasilitas ,21 Perkantoran Perangkat Pengolah Data ,90 dan Komunikasi Peralatan dan Fasilitas ,42 Perkantoran Gedung / Bangunan ,44 Total realisasi fisik kegiatan BBPPTP Surabaya Tahun 2016 tidak mencapai angka 100% yaitu sebesar 98,49%, dikarenakan adanya satu kegiatan yang tidak jadi dilaksanakan yaitu Kegiatan Pengendalian OPT Tanaman Lada Pada Pembibitan (Rumah Kasa) dengan Pestisida Nabati LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

38 karena pada awalnya kegiatan ini direncanakan untuk menjadi bagian dari pemotongan anggaran. Dengan realisasi anggaran sebesar 93,03% (kategori berhasil) dan fisik kegiatan mencapai 98,49%, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya pada Tahun Anggaran 2016 terlaksana dengan baik dan tidak mengalami hambatan yang berarti. Tabel 8. Realisasi Fisik BBPPTP Surabaya T. A (per output) No. Kegiatan Target Renstra Tahun 2016 Realisasi Fisik Capaian Kinerja Tahun 2016 % 1. Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan (desa) 2. Pengujian dan Sertifikasi ,07 Mutu Benih Tanaman Perkebunan (batang) 3. Pengembangan Teknologi ,67 Proteksi Tanaman Perkebunan (paket) 4. Fasilitasi Teknologi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (bulan) 5. Layanan Perkantoran (bulan layanan) 6. Kendaraan Bermotor (unit) Perangkat Pengolah Data dan komunikasi (unit) 8. Peralatan dan Fasilitas ,22 Perkantoran (unit) 9. Gedung / Bangunan (m 2 ) LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

39 3. Capaian Kinerja Terhadap Perjanjian Kinerja a) Kegiatan pengembangan kebun contoh, uji demplot, dan uji koleksi tanaman perkebunan Sebagai tindak lanjut terhadap Permentan 50 tahun 2015 tentang Produksi, Sertifikasi, Peredaran Dan Pengawasan Benih Tanaman Perkebunan yang antara lain menyatakan bahwa proses sertifikasi benih bina meliputi antara lain pengujian mutu benih yang terdiri atas mutu fisik, fisiologis dan / atau tanpa kesehatan benih serta dalam rangka pelaksanaan pengawalan benih bersertifikat, maka sebelum dilakukan pengujian mutu benih. Pelaksanaan kegiatan pengujian mutu benih dilaboratorium dilaksanakan berpedoman pada sistem manajemen mutu laboratorium penguji sesuaian dengan ISO : 2008 dengan memberikan pelayanan kepada 5 produsen benih yaitu : Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) ; Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS); Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kab. Bojonegoro; PT. Global Agrotek Nusantara (GAN) dan PTPN X Bidang Penelitian Tembakau. Tabel 9. Analisis Capaian Kinerja Indikator Kinerja I INDIKATOR KINERJA Pengujian mutu benih laboratoriun TARGET PRODUSEN BENIH P3GI BALITTAS DISBUN PT. GAN PTPN X REALISASI % batang 128 lot lot 3 lot 32 lot Sesuai target yang telah ditetapkan pada perjanjian kerja maka untuk capaian kinerja pengujian mutu benih melampaui target yang ditetapkan yaitu sebesar batang untuk komoditas tebu atau sebesar 202 %. Sedangkan untuk komoditas perkebunan yang lain LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

40 seperti kapas, tembakau, kenaf, rosella, wijen, jarak pagar dan jarak kepyar seperti disajikan pada tabel 9. Tabel 10. Perbandingan Capaian Kinerja Indikator Kinerja I 2015 dan 2016 untuk komoditas Tebu INDIKATOR KINERJA Pengujian mutu benih laboratoriun TARGET PRODUSEN BENIH REALISASI % P3GI Dibandingkan dengan tahun 2015 ada penurunan terhadap jumlah pengujian mutu budset tebu sebesar 73,21 %. Kondisi ini disebabkan pada tahun 2015 program swasembada gula masih berjalan yang merupakan kelanjutan tahun 2014 sedangkan untuk tahun 2016 lebih mengarah lebih pada peningkatan produksi. Sedangkan untuk komoditas perkebunan yang lain yaitu kapas ada peningkatan sebesar 166 % (dari 15 menjadi 40 lot) ; tembakau ada peningkatan sebesar 214 % (dari 21 menjadi 66 lot); kenaf ada peningkatan sebesar 40 % (dari 15 menjadi 21 lot) ; rosela ada peningkatan sebesar 200 % (dari 4 menjadi 12 lot); wijen ada peningkatan sebesar 185 % (dari 7 menjadi 20 lot ): jarak kepyar ada peningkatan sebesar 150 % (dari 2 menjadi 5 lot), untuk jarak pagar terjadi peningkatan 100 % karena pada tahun 2015 tidak dilakukan pengujian laboratorium. 4. Penerapan Sistem Manajemen Mutu dan Manajemen Laboratorium Perbenihan Tanaman Perkebunan a. ISO : 2008 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya (BBPPTP) sebagai laboratorium penguji yang sudah terakreditasi oleh KAN no. LP. 599 IDN melaksanakan pengujian mutu benih kemurnian fisik, daya berkecambah dan kadar airi LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

41 sesuai dengan standarisasi ISTA. Pada tahun 2016 telah dilakukan reakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional pada tanggal Maret 2016, dimana untuk laboratorium pengujian mutu benih penilaian (asesmen) dilakukan pada ruang lingkup Kemurnian fisik, kadar air dan daya berkecambah untuk komoditi : Jarak Kepyar, Jarak Pagar, Kopi, Kakao, Kenaf, Wijen, Tembakau, dan Kapas. Dengan penerapan sistem manajemen mutu ISO : 2008, maka laboratorium pengujian mutu benih BBPPTP Surabaya mampu memberikan jaminan mutu fisik dan fisiologis benih tanaman perkebunan yang akan diedarkan di wilayah kerja BBPPTP Surabaya. b. ISO : 2010 Program Uji Profisiensi (uji banding antar laboratorium) adalah suatu program untuk melakukan evaluasi kinerja laboratorium kalibrasi/pengujian terhadap kriteria yang telah ditetapkan sesuai kompetensinya. Uji banding antar laboratorium telah digunakan secara luas untuk sejumlah tujuan dan penggunaannya meningkat secara internasional. Beberapa tujuan umum uji profisiensi berdasarkan SNI ISO/IEC 17043:2010 mencakup. Laboratorium pengujian mutu benih tanaman perkebunan BBPPTP terhitung sejak tanggal 14 Desember 2016 telah mendapatkan pengakuan secara resmi oleh Komite Akreditasi Nasional melalui sertifikat akreditasi (PUP-010-IDN) penyelenggara uji profisiensi pada ruang lingkup benih tanaman perkebunan dengan parameter kadar air, kemurnian fisik dan daya kecambah. Manfaat bagi laboratorium UPTD perbenihan yang mengikuti program uji banding yang diselenggarakan oleh BBPPTP Surabaya adalah membantu laboratorium untuk mendeteksi adanya penyimpangan dalam pengujian (dalam metode, peralatan dan pelaksanaan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

42 pengujian), serta menemukan penyebab dan cara perbaikan / koreksinya. 5. Pengembangan Jaringan dan Kerjasama Laboratorium Mutu Benih Tanaman Perkebunan Pengembangan jaringan laboratorium diperlukan untuk mensinergikan potensi dari berbagai pemangku kepentingan, pusat informasi, tukar pengalaman dan pengetahuan, pendukung kajian bagi solusi atas permasalahan laboratorium serta penyebar informasi, teknologi, metodologi nasional maupun internasional. Sinergi kerjasama dapat dilakukan dengan beberapa pihak yang berkepentingan dengan BBPPTP Surabaya yaitu perguruan tinggi, laboratorium di UPTD, laboratorium swasta dan pelaku usaha perkebunan. Tujuan dari kegiatan pengembangan jaringan laboratorium yaitu terselenggaranya kegiatan laboratorium yang optimal, terkoordinir, sinkron dan sinergis; serta terbentuknya hubungan kerjasama formal antara laboratorium perbenihan BBPPTP Surabaya dengan laboratorium UPTD / Dinas di lingkup wilayah kerja BBPPTP Surabaya maupun dengan laboratorium perguruan tinggi dan pihak swasta. Laboratorium BBPPTP Surabaya sebagai laboratorium rujukan yang telah mengimplementasikan ISO : 2008 dan ISO : 2010 berkewajiban memberikan bimbingan teknis terhadap laboratorium UPTD Perbenihan di Wialyah kerja, sehingga penerapan sistem manajemen mutu di masing masing laboratorium dapat berjalan dengan optimal. Kerjasama yang dilakukan antara lain dengan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati Universitas Brawijaya Malang untuk pengembangan optimasi metode pengujian DNA menggunakan primer spesifik dan Optimasi metode pengembangan antibodi dalam pengujian kesehatan benih. Sedangkan dengan 16 laboratorium UPTD wilayah kerja BBPPTP Surabaya difokuskan pada bimbingan teknis sistem manajemen mutu laboratorium dan optimasi LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

43 peralatan laboratorium pengujian mutu benih standar. Pada tahun 2016 pelaksanaan pelaksanaan kegiatan pengembangan jaringan dan kerjasama laboratorium mutu benih tanaman perkebunan pada 14 provinsi yaitu : Jawa Timur, Jawa Tengah, DI. Yogjakarta, Jawa Barat, Bali, NTT, NTB, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi tengah, Sulawesi Barat, Banten dan Papua. Sedangkan untuk 2 provinsi yaitu Gorontalo dan Papua Barat tidak dapat dilaksanakan karena laboratorium penguji mutu benih masih dalam proses pembangunan dan pengadaan peralatan laboratorium. Rekomendasi teknis yang diberikan BBPPTP Surabaya oleh UPTD Perbenihan Provinsi di wialayh kerja dalam rangka meningkatkan mutu laboratorium pengujian benih antara lain : a) Mengikuti pelatihan atau magang analis pengujian mutu benih tanaman perkebunan di BBPPTP Surabaya/ instansi yang berkompeten lainnya. b) Uji banding antar laboratorium yang diadakan oleh BBPPTP Surabaya sebagai sarana unjuk kerja untuk mengevaluasi pengujian mutu benih. c) Mengusulkan penambahan tenaga analis laboratorium yang menangani pengujian mutu benih d) Melengkapi peralatan laboratorium yang dimiliki sehingga dapat melakukan pengujian mutu benih sesuai standar. e) Penyusunan dokumen laboratorium sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu (SISMENTU) laboratorium pengujian mutu benih. f) Melakukan kalibrasi peralatan laboratorium yang dimiliki, sehingga hasil pengujian lebih akurat dan dapat dipercaya, apabila di daerah sekitar belum ada lembaga kalibrasi yang berkompeten dapat melakukan kalibrasi internal dengan menghubungi BBPPTP Surabaya. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

44 g) Melakukan sosialisasi ke produsen benih tentang pentingnya pengujian mutu benih h) Apabila tidak ada produsen benih yang mengujikan benihnya dapat melakukan pegujian mandiri untuk mengoptimalkan peralatan laboratorium dan meningkatkan ketrampilan analis laboratorium. 6. Pengujian & Sertifikasi Mutu Benih Tanaman Perkebunan Pada tahun 2016 telah dilakukan sertifikasi pada beberapa komoditi perkebunan antara lain Tebu, Kopi, Kakao, Kelapa, Pala, Karet Okulasi, Kapas, Tembakau, Wijen dan Kenaf. Total benih memenuhi syarat yang telah diperiksa adalah sejumlah batang untuk benih dengan satuan batang yaitu Tebu, Kopi, Kakao, Kelapa, Pala, Karet Okulasi. Satuan untuk komoditas Tebu adalah mata tunas dan telah dikonversi menjadi batang. Satuan yang digunakan komoditi benih Kapas, Tembakau, Wijen dan Kenaf adalah kilogram (kg) dan tidak dapat dikonversi menjadi batang. Total benih dan komoditi yang disertifikasi pada tahun 2016 dijabarkan pada berikut: LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

45 NO Tabel 11. Hasil Sertifikasi Benih Tahun 2016 (satuan batang) Komoditi Hasil Sertifikasi Diperiksa (batang) Hasil Sertifikasi memenuhi Syarat (batang) 1 Tebu G Tebu G Tebu G Tebu KBI Kopi SE Kopi Sambung Super Kopi Seedling Kopi Stek Berakar Kopi Stek Kakao SE Kakao Sambung Kakao Hibrida Kakao Sambung Super Siap Tanam 14 Kakao PCC Kelapa Dalam Tanpa Polibag Kelapa Dalam Polibag Kelapa Sawit Pala Karet Okulasi HPL Kelapa dalam HPL Kopi sambung HPL Kakao sambung Jumlah LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

46 Grafik 1. Hasil Sertifikasi Benih Memenuhi Syarat (satuan batang) Tahun 2016 Tabel 12. Hasil Sertifikasi Benih Tahun 2016 (satuan kg) NO Komoditi Hasil Sertifikasi (kg) 1 Kapas 737,251 2 Tembakau 126,456 3 Wijen 1.063,610 4 Kenaf 231,510 Jumlah 2.158,827 Grafik 2. Hasil Sertifikasi Benih (satuan kg) Tahun 2016 LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

47 Perbandingan Hasil Sertifikasi Benih pada Tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 a) Hasil Sertifikasi Benih (dengan satuan batang) Hasil sertifikasi tahun 2016 mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun Pada tahun 2013 hasil sertifikasi sejumlah batang, pada tahun 2014 hasil sertifikasi sejumlah batang, pada tahun 2015 hasil sertifikasi sejumlah batang, sedangkan tahun 2016 hasil sertifikasi sejumlah Hasil sertifikasi benih memenuhi syarat dipengaruhi oleh jumlah benih yang diajukan oleh produsen dan kelengkapan dokumen persyaratan sertifikasi. Komoditi yang disertifikasi pada tahun 2016 lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2015, namun jenis spesifikasi komoditi untuk kopi dan kakao lebih beragam. Hasil sertifikasi tinggi hanya pada komoditi tertentu sehingga jumlahnya berpengaruh pada keseluruhan total hasil sertifikasi. Perbandingan jumlah benih memenuhi syarat pada tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 dijabarkan pada tabel 13. Tabel 13. Perbandingan Benih Disertifikasi (satuan batang) NO Komoditi Kopi stek Kopi seedling Kopi Stek Berakar Kopi SE Kopi Sambung Mikro/ Sambung Super 6 Kakao SE Kakao Sambung Kakao Sambung Super Siap Tanam 9 Kakao Hibrida Kakao PCC LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

48 11 Tebu KBN APBN Tebu G Tebu G Tebu G Tebu G Tebu KBD Non APBN Tebu SBP Tebu KBI Tebu KBD Tebu KBN Cengkeh Pala Kelapa Dalam Tanpa polibag 24 Kelapa Dalam Polibag Kelapa Sawit Karet Okulasi HPL Kelapa dalam HPL Kopi HPL Kakao Total hasil sertifikasi LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

49 Grafik 3. Perbandingan Hasil Sertifikasi Benih Kopi & Kakao Diperiksa (satuan batang) Grafik 4. Perbandingan Hasil Sertifikasi Benih Tebu Diperiksa (satuan batang) Grafik 5. Perbandingan Hasil Sertifikasi Benih Cengkeh, Pala dan Kelapa dalam, Kelapa Sawit dan Karet Diperiksa (satuan batang) LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

50 b) Hasil Sertifikasi Benih (dengan satuan kg) Beberapa komoditi yang tidak dapat dikonversi menjadi batang yaitu komoditi Kapas, Wijen, Jarak Pagar, Jarak Kepyar, Kenaf dan Tembakau. Hal ini dikarenakan satuan taksasi yang digunakan adalah kilogram (kg). Pada tahun 2016, jumlah taksasi benih sesuai luas diperiksa dari Kapas, Wijen, Jarak Pagar, Jarak Kepyar, Kenaf dan Tembakau adalah ,39 kg. NO Komoditi Tahun Tahun Tahun Tahun Wijen 958,56 918, ,610 2 Kapas 978, , ,251 3 Kenaf , , ,510 4 Rosela 0,00 722, Tembakau 0,00 93, ,456 6 Jarak Pagar 300,89 0, Jarak Kepyar 1.610,43 0, Jumlah , , , ,827 Tabel 14. Perbandingan Taksasi Benih sesuai Luas Diperiksa (satuan kg) Tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 Dari tabel 5 dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2103, benih kenaf adalah benih yang taksasinya paling tinggi yaitu , 36 kg. Sedangkan pada tahun 2014, benih kapas adalah benih yang taksasinya paling tinggi yaitu ,32 kg. Pada tahun 2015 benih wijen adalah benih yang palingg tinggi yaitu 1.063,610 kg. Grafik perbandingan taksasi benih yang telah disertifikasi pada tahun 2013, 2014,2015 dan 2016 ditampilkan pada Grafik 6. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

51 Grafik 6. Perbandingan Taksasi Benih Sesuai Luasan (satuan kg) Tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 c) Hasil Sertifikasi Benih berupa Hasil Pemeriksaan Lapang (satuan batang) Pada tahun 2016, pemeriksaan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dan CV. Yanmor Indah, menghasilkan output Hasil Pemeriksaan Lapang (HPL). Hal ini dikarenakan sebagai berikut : Pemeriksaan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao pada tanggal Januari 2016, menghasilkan 2 (dua) output yaitu Sertifikat Mutu Benih (SMB) dan Hasil Pemeriksaan Lapang (HPL). Benih yang diperiksa adalah kopi sambung super dan kakao sambung. Untuk kopi sambung super di Surat Keputusan Menteri Pertanian No.319/Kpts/KB.020/10/2015 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran Benih dan Pengawasan Benih Tanaman Kopi (Coffea sp) belum tercantum spesifikasi teknis benih kopi sambung super. Sedangkan untuk kakao sambung tidak diterbitkan Sertifikat Mutu Benih karena tinggi benih belum sesuai dengan spesifikasi teknis standar mutu benih kakao sambung (Surat Keputusan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

52 Menteri Pertanian No.314/Kpts/KB.020/10/2015 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran Benih dan Pengawasan Benih Tanaman Kakao (Theobroma cacao L)). Untuk lama pembuatan SMB adalah 7 hari kerja sedangkan untuk HPL adalah 22 hari. Hal ini dikarenakan belum ada standar yang digunakan untuk acuan. Pemeriksaan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao pada tanggal maret 2016, menghasilkan 1 (dua) output yaitu Hasil Pemeriksaan Lapang (HPL) untuk komoditi kopi arabika sambung dan robusta sambung. Hal ini dikarenakan tinggi dan diameter batang belum sesuai dengan spesifikasi teknis standar mutu benih kopi sambung (berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.319/Kpts/KB.020/10/2015 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran Benih dan Pengawasan Benih Tanaman Kopi (Coffea sp). Pemeriksaan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao pada tanggal 11 Mei 2016, menghasilkan 1 (dua) output yaitu Hasil Pemeriksaan Lapang (HPL) kopi sambung super. Hal ini dikarenakan di Surat Keputusan Menteri Pertanian No.319/Kpts/KB.020/10/2015 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran Benih dan Pengawasan Benih Tanaman Kopi (Coffea sp) belum tercantum spesifikasi teknis benih kopi sambung super. Pemeriksaan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao pada tanggal Juli 2016, menghasilkan 1 (dua) output yaitu Hasil Pemeriksaan Lapang (HPL) untuk komoditi kopi sambung super. Hal ini dikarenakan di Surat Keputusan Menteri Pertanian No.319/Kpts/KB.020/10/2015 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran Benih dan Pengawasan Benih Tanaman Kopi (Coffea sp) belum tercantum spesifikasi teknis benih kopi sambung super. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

53 Pemeriksaan di CV. Yanmor Indah pada tanggal Agustus 2016, menghasilkan 1 (dua) output yaitu Hasil Pemeriksaan Lapang (HPL). Hal ini dikarenakan tinggi dan diameter batang belum sesuai dengan spesifikasi teknis standar mutu benih kelapa dalam (berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.31/Kpts/KB.020/10/2015 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran Benih dan Pengawasan Benih Tanaman Kelapa. Rekapitulasi sertifikasi benih yang outputnya berupa Hasil Pemeriksaan Lapang disajikan pada tabel 15. Tabel 15. Hasil Sertifikasi Benih berupa Hasil Pemeriksaan Lapang Tahun 2016 NO Komoditi Hasil Sertifikasi Diperiksa (batang) 1 Kopi sambung Kakao Sambung Kelapa Dalam Jumlah d) Perbandingan Target Sesuai Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) pada Seksi Pelayanan Teknik & Informasi Perbenihan dan Realisasi Hasil Sertifikasi pada tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 Sesuai dengan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Tahun Anggaran 2016, target secara keseluruhan untuk bidang perbenihan adalah batang. Untuk kegiatan sertifikasi benih, target yang disertifikasi adalah sejumlah batang, sedangkan sisanya sejumlah batang adalah dari pengujian laboratorium. Kegiatan sertifikasi pada Tahun 2016 telah dilaksanakan pada komoditi Tebu, Kopi, Kakao, Kelapa, Kelapa Sawit, Pala, Karet LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

54 Okulasi, Kapas, Tembakau, Wijen dan Kenaf. Realisasi total benih yang telah disertifikasi adalah batang. Sedangkan untuk komoditi Kapas, Tembakau, Wijen dan Kenaf tidak dikonversi menjadi batang, karena satuan taksasinya adalah kilogram. Dapat disimpulkan bahwa target sertifikasi tahun 2016 tercapai dengan presentase capaian lebih dari 100 %.. Perbandingan target sesuai POK dan Realisasi pada tahun 2013, 2014 dan 2015 dijabarkan pada tabel 16 sebagaimana berikut : Tabel 16. Perbandingan Targetsesuai POK dan Realisasi Benih Hasil Sertifikasi Tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 No Tahun Target Sesuai POK Realisasi 1 Tahun Tahun Tahun Tahun LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

55 Grafik 7. Perbandingan Target dan Realisasi Sertifikasi (satuan batang) pada Tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 e) Perbandingan Jumlah Produsen Sertifikasi, Jumlah Permohonan Sertifikasi dan Jumlah Sertifikat pada tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 Pelaksanaan kegiatan Sertifikasi Benih Tanaman Perkebunan ini dilaksanakan berdasarkan surat permohonan dari Produsen Benih / Pelaku Usaha yang diajukan ke BBPPTP Surabaya. Kegiatan sertifikasi benih tanaman perkebunan dilaksanakan mulai bulan Januari Desember Permohonan sertifikasi dari produsen benih harus disertai dengan kelengkapan administrasi antara lain Surat Permohonan Sertifikasi, Tanda Registrasi Usaha Perbenihan /SK Usaha dan Peta Kebun yang akan disertifikasi. Pada tanggal 15 Desember 2014, tahapan pelaksanaan sertifikasi Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya telah sesuai dengan ISO 9001: Kegiatan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

56 Sertifikasi BBPPTP Surabaya dilaksanakan sesuai dengan manajemen mutu yang terkendali. Grafik 8. Perbandingan Jumlah Produsen, Permohonan Sertifikasi, Sertifikat dan Jumlah Hasil Pemeriksaan Lapang Tahun 2013, 2014, 2015 dan 2016 Jumlah permohonan sertifikasi yang diajukan tahun 2016 menurun daripada tahun 2015, demikian pula dengan jumlah sertifikat mutu benih dari BBPPTP Surabaya. Total benih yang memenuhi syarat tahun 2016 lebih sedikit dibandingkan dengan total benih tahun 2015, 2014 dan Perbandingan Jumlah Produsen, Permohonan Sertifikasi dan Sertifikat dijabarkan pada Grafik 8 diatas. Ketepatan, kecepatan, dan keakuratan pelayanan selalu terus ditingkatkan untuk memenuhi sasaran mutu sertifikasi BBPPTP Surabaya sesuai dengan persyaratan ISO 9001 : LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

57 7. PENGAWASAN KEBUN BENIH/ PENANGKAR & PEREDARAN BENIH TANAMAN PERKEBUNAN a) Uji Validasi Metode Pengambilan Sampling Dalam Pelaksanaan Taksasi Produksi Uji validasi bertujuan untuk mendapatkan metode sampling baru dalam taksasi produksi benih kopi yang tepat, mudah pelaksanaannya serta menghasilkan data yang lebih akurat. Kegiatan uji validasi ini dilaksanakan di kebun koleksi milik Balai Pengembangan Benih Tanaman Perkebunan Provinsi Jawa Barat di Jalan Arcamanik No. 106 Sindanglaya Bandung Jawa Barat pada tanggal 29 Nopember 2 Desember Dari data yang diperoleh dalam pemeriksaan lapang, data kemudian dianalisis menggunakan analisis statistik dengan alur pengujian sebagai berikut : 1. Analisis deskriptif statistik. 2. Analisis Ragam 1 Arah dan Uji t 2 Sampel Bebas Pengujian ini menggunakan 3 (tiga) metode sampling yaitu metode sampel terpilih, metode diagonal dan metode acak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Rata-rata taksasi benih kopi per pohon yang didapat dengan metode diagonal berbeda signifikan dengan rata-rata taksasi buah per pohon yang didapat dengan metode sampel terpilih; 2. Rata-rata taksasi benih kopi per pohon yang didapat dengan metode acak tidak berbeda signifikan dengan rata-rata taksasi buah per pohon yang didapat dengan metode sampel terpilih dan metode diagonal; 3. Metode diagonal memiliki tingkat akurasi yang berbeda dengan metode lainnya dan memiliki nilai standar error yang sedikit lebih besar dari metode sampel terpilih sehingga metode diagonal tidak lebih presisi dibanding metode sampel terpilih; LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

58 4. Metode acak meskipun memiliki akurasi yang tidak berbeda signifikan namun memiliki presisi yang jauh lebih jelek dari metode sampel terpilih. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji diantaranya : 1. Pelaksanaan uji metode sampling dilaksanakan bukan dikebun benih sumber kopi yang sesungguhnya tetapi di kebun koleksi, sehingga hasil uji tidak bisa dibandingkan dengan data realisasi produksi benih; 2. Pengambilan sampel hanya dilakukan satu kali dalam setiap metode, dikarenakan faktor cuaca yang tidak mendukung (turunnya hujan) sehingga tidak ditemukan rata-rata taksasi produksi benih kopi sebenarnya atau yang mendekati nilai sebenarnya. b) Pengawasan Peredaran Benih Kegiatan Pengawasan Peredaran Benih terbagi menjadi 2 kegiatan yaitu : a. Pengawasan Peredaran Benih pada Sumber Benih Kegiatan ini dilaksanakan pada minggu ke 4 bulan Oktober 2016 pada 5 produsen benih yaitu : P3GI Pasuruan, Balittas Malang, PT. Hasfarm Niaga Nusantara Jakarta, PR. Sukun Kudus dan Puslitkoka Indonesia Jember. Data yang diinput adalah dari bulan Januari November b. Pengawasan Peredaran Benih Lintas Provinsi di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya Kegiatan ini dilaksanakan 2 tahap yaitu : tahap 1 dilaksanakan akhir bulan Mei - awal bulan Juni 2016 pada 15 UPTD/Dinas yang membidangi perbenihan tanaman perkebunan dengan menginput data dari bulan Juni 2015 April 2016 dan tahap 2 dilaksanakan pada minggu ke 2 & 3 Desember 2016 pada 16 UPTD/Dinas yang membidangi perbenihan tanaman perkebunan dengan data yang diinput dari bulan Mei November LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

59 Hasil kegiatan Pengawasan Peredaran Benih : 1. Pengawasan Peredaran Benih pada Sumber Benih dapat disimpulkan bahwa semua data dari bulan Januari November 2016 sudah diinput dengan baik. - Balittas Malang mengedarkan benih yaitu jarak kepyar, jarak pagar, kapas, kenaf, rosella, tembakau, wijen. Semua benih yang diedarkan sudah sesuai dengan hasil sertifikasi kecuali kenaf var KR. 11 terdapat selisih 7,12 kg. - PT. Hasfarm Niaga Nusantara mengedarkan benih kakao dengan hasil sertifikasi sejumlah butir, benih yang disalurkan sebanyak butir, terdapat selisih butir. Benih ini merupakan benih pengganti terhadap benih-benih yang dikirimkan sebelumnya karena tidak tumbuh (garansi dari PT. Hasfarm). - P3GI Pasuruan telah mengedarkan benih sesuai hasil sertifikasi. - Puslitkoka Indonesia mengedarkan benih kopi dan kakao. Benih kakao yang diedarkan dalam bentuk kakao SE, sambung, seedling, sedangkan benih kopi dalam bentuk SE, sambung dan stek. Semua benih yang diedarkan sudah sesuai dengan hasil sertifikasi kecuali kopi robusta stek tahun 2015, benih yang disertifikasi batang, dan benih yang diedarkan batang, sehingga terdapat selisih karena benih di bawah batang (digunakan untuk penelitian) tidak disertifikasi dan petani (konsumen benih) tidak meminta dilakukan sertifikasi. - PR Sukun benih hasil sertifikasi kg dan yang diedarkan sejumlah kg. Balittas, PT. Hasfarm, P3GI dan Puslitkoka telah mengedarkan benih yang legal. Kecuali PR. Sukun karena PR. Sukun mengedarkan benih tanpa melakukan uji laboratorium karena benih tidak diperjualbelikan. 2. Pengawasan Peredaran Benih Lintas Provinsi di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Pengawasan dilaksanakan terhadap 16 Provinsi. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

60 c) Pengelolaan Data dan Informasi Keragaman Kegiatan 1) Pemetaan Kebun Sumber Benih Terlaksana di KP. Pasir Sarongge PPTK Gambung tanggal 6 9 April 2016 pada kebun sumber benih teh dan KP. Andungsari PPKKI (ICCRI) tanggal Mei 2016 pada calon kebun sumber benih kopi 2) Inventarisasi Data di Wilayah Kerja Terlaksana di 12 provinsi pada Dinas / UPT terkait perbenihan tanaman perkebunan pada tanggal November 2016 di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulut, Gorontalo, Sulbar, Sulteng, dan Sulsel. Hasil Kegiatan Pemetaan Kebun Sumber Benih 1) Pemetaan Kebun Sumber Benih Pemetaan Kebun Sumber Benih Teh KP. Pasir Sarongge diperoleh hasil : Jarak dari Kota Cianjur ke kebun ± 13,84 Km arah Barat Kota Cianjur, Koordinat Lokasi Kebun s.d LS dan s.d BT. Elevasi Kebun s.d mdpl. Luas Blok Kebun Sumber Benih Estimasi GPS (8,81 Ha sedangkan Pita Ukur (8,84 Ha) 2) Pemetaan Calon Kebun Sumber Benih Kopi KP. Andungsari PPKKI (ICCRI) Pemetaan di KP. Andungsari PPKKI tidak dilakukan pemetaan dengan GPS, akan tetapi dilakukan pemetaan profil kebun sebagai data pendukung dalam penetapan kebun sumber benih. Hal ini dilakukan karena sudah pernah dilkukan pemetaan pada tahun sebelumnya. Adapun hasilnya sebagai berikut : Lokasi Kebun LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

61 Sumber Benih : Desa Andungsari, Kec. Pakem, Kab. Bondowoso, Prov. Jawa Timur. Populasi : ± pohon, Tahun Tanam : , Jarak Tanam :2 x 1,75 m 2, Luas Kebun : 0,75 Ha (C3.1). Kemurnian Varietas : 100%, Elevasi Kebun : 1442 s.d 1444 mdpl d) Pengawasan Benih Sumber di Wilayah Kerja BBPPTP Surabaya Penyediaan benih bermutu oleh kebun sumber benih merupakan langkah awal peningkatan produksi dan produktifitas tanaman perkebunan. Untuk menjamin ketersediaan benih bermutu diperlukan pengawasan terhadap benih tersebut baik on farm, off farm hingga di pasaran. Kebun benih sumber mempunyai peran sangat penting untuk menjamin mutu benih yang akan diedarkan kepada pengguna/konsumen, sehingga monitoring dan evaluasi terhadap kebun harus dilakukan secara periodik, adapun tujuan dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui tingkat kemurnian varietas yang ditanam sesuai SK penetapan kebun benih sumber. 2. Mengetahui tingkat pemeliharaan kebun benih sumber terhadap tanaman induk, tanaman penaung dan lingkungan sekitar kebun. 3. Mengetahui tingkat penyerapan teknologi dalam produksi benih on farm dan off farm. 4. Mengetahui tingkat produksi kebun benih sumber. 5. Menentukan tingkat kelayakan kebun benih sumber sebagai dasar untuk perbaikan kebun benih sumber. 6. Memberikan rekomendasi ke Tingkat Eselon I Direktorat Jenderal Tanaman Perkebunan untuk meninjau kembali SK Penetapan Kebun Benih Sumber untuk kebun benih sumber yang berdasarkan hasil pemeriksaan sudah tidak memenuhi syarat sebagai benih sumber. 7. Memberikan legalitas terhadap mutu benih melalui penerbitan sertifikat atau surat keterangan mutu sumber benih. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

62 e) Monev Pengawasan Pelestarian Plasma Nutfah Untuk melindungi keragaman genetik/plasma nutfah tersebut dari kerusakan, diperlukan kegiatan pelestarian plasma nutfah. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya berencana untuk melakukan Kegiatan Monitoring Evaluasi pelestarian plasma nutfah nasional sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 08 Tahun Berkenaan dengan mandat tersebutdengan sasaran kolektor plasma nutfah tanaman perkebunan di wilayah kerja BBPPTP Surabaya. Adapun tujuan kegiatan adalah : 1. Memetakan kolektor dan koleksi plasma nutfah. 2. Mengidentifikasi kondisi/keberadaan plasma nutfah di tingkat kolektor. 3. Mengawasi metode pelestarian plasma nutfah yang dilakukan oleh kolektor. Selama kurun waktu tahun 2016, kegiatan Monitoring Evaluasi pelestarian plasma nutfah tidak dapat dilaksanakan secara menyeluruh dikarenakan belum adanya tata kelola evaluasai/pengawasan kebun plasma nutfah tanaman perkebunan. Kegiatan Monitoring Evaluasi pelestarian plasma nutfah baru hanya terlaksana pada tahap perencanaan saja. f) Surveillance ISO 9001 : 2008 Tujuan dari audit surveillance ISO 9001 : 2008 adalah mempertahankan sertifikat ISO 9001 : 2008 yang telah diperoleh oleh BBPPTP Surabaya khususnya Seksi Pelayanan Teknik dan Informasi Perbenihan dalam lingkup Sertifikasi Benih Tanaman Perkebunan. Pelaksanaan Surveillance ISO 9001 : 2008 didahului dengan kegiatan audit internal dan tinjauan manajemen. Rangkaian pelaksanaan kegiatan surveillance ISO 9001 : 2008 adalah sebagai berikut : LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

63 1. Audit internal Audit internal dilaksanakan pada tanggal 1 2 September 2016 dan menghasilkan 41 temuan minor dan 19 observasi. Temuan tersebut telah dilakukan perbaikan dan telah dinyatakan sesuai setelah dilakukan verifikasi terhadap bukti tindakan korektif/pencegahan yang dilakukan. 2. Rapat tinjauan manajemen Rapat tinjauan manajemen dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2016 dengan materi pembahasan sebagai berikut : a. Kebijakan Mutu BBPPTP Surabaya b. Sasaran Mutu dan Pencapaian c. Tindak Lanjut Rapat Tinjauan Manajemen Sebelumnya d. Kinerja Proses dan Kesesuaian Produk e. Hasil Audit f. Komplain Pelanggan g. Hasil Pengukuran Kepuasan Pelanggan h. Status Tindakan Korektif dan Pencegahan i. Perubahan yang dapat Mempengaruhi Sistem Mutu j. Rekomendasi untuk Perbaikan 3. Surveillance ISO 9001 : 2008 Surveillance ISO 9001 : 2008 oleh Sucofindo ICS dilaksanakan di BBPPTP Surabaya pada tanggal 3 4 Nopember Terdapat 1 (satu) temuan ketidaksesuaian minor dan 5 (lima) observasi. Semua temuan ketidaksesuaian/observasi telah ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan-perbaikan. Dari hasil Surveillance ISO 9001 : 2008, BBPPTP Surabaya khususnya seksi Pelayanan Teknik dan Informasi Perbenihan telah melaksanakan klausulklausul yang dipersyaratkan oleh standar ISO 9001 : 2008, seperti adanya komitmen dari manajemen, ditetapkannya kebijakan mutu, ditetapkannya sasaran mutu dan pencapaian target, fokus LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

64 terhadap kepuasan pelanggan, ditetapkannya tugas, tanggungjawab dan komunikasi, telah melaksanakan audit internal, telah melaksanakan tinjauan manajemen, telah melaksanakan analisa data, telah melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan dan telah melakukan perbaikan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pada tahun 2016, BBPPTP Surabaya dapat mempertahankan sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dan tetap dapat menggunakan logo Sucofindo. 8. FASILITASI TEKNIS PERLAYANAN TEKNIK & INFORMASI PERBENIHAN Kegiatan Fasilitasi Teknis Perlayanan Teknik & Informasi Perbenihan selama tahun 2016, terdiri dari 2 kegiatan antara lain; 1. Penugasan Narsumber/Pemateri. 2. Bantuan Tenaga PBT. Adapun jumlah permohonan yang diajukan selam tahun 2016, adalah sebagai berikut : No. Kegiatan Permohonan Realisasi % 1 Penugasan Narsumber / Pemateri Bantuan Tenaga PBT Jumlah seluruhnya Kegiatan Fasilitasi Teknis Perlayanan Teknik & Informasi Perbenihan selama tahun 2016 merupakan kegiatan penugasan Pengawas Benih Tanaman yang alokasi biayanya (Honor & Biaya Perjalanan Dinas) ditanggung oleh pemohon. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

65 9. PENINGKATAN DUKUNGAN PENGUJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PROTEKSI TANAMAN DALAM PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) DAN PENANGANAN GANGGUAN USAHA PERKEBUNAN Indikator kinerja, target dan realisasinya dapat digambarkan sebagai berikut : INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Rakitan teknologi spesifikasi lokasi proteksi tanaman perkebunan Eksplorasi, pemanfaatan, dan pengembangan agensia hayati tanaman perkebunan Pengujian agensia pengendali hayati tanaman perkebunan Pengujian dan analisa residu dan pestisida tanaman perkebunan 6 paket teknologi 2 jenis agens hayati 4 paket teknologi 4 jenis agens hayati - 13 kegiatan - 2 kegiatan 66, Rakitan Teknologi Spesifikasi Lokasi Proteksi Tanaman Perkebunan 1. Uji Parasitasi Cephalonomia stephanoderes terhadap Larva dan Imago Hama PBKo Kopi merupakan komoditas andalan yang memiliki kontribusi terhadap perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku untuk industri, sumber lapangan kerja. Namun dalam proses budidaya disetiap wilayah ada masalah yang timbul sehingga hasil produksi menurun dan kualitas biji kopi rendah. Salah satu penyebabnya adalah serangan hama pengerek buah kopi (Hypothenemus hampei). Kumbang (imago) dan larva PBKo menyerang pada buah kopi yang sudah cukup keras dengan cara membuat liang gerekan dan hidup didalamnya sehingga akan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

66 menimbulkan kerusakan yang cukup parah. Hama ini tidak hanya menyerang buah kopi yang ada dikebun saja namun juga menyerang buah dipenyimpanan. Salah satu pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan agens hayati seperti penggunaan parasitoid. Ektoparasitoid C. stephanoderes merupakan parasitoid yang paling banyak ditemukan terutama pada perkebunan Malangsari dan berpotensi untuk dikembangkan ditinjau dari kelimpahan, indeks keragaman, indeks similiritas dan prosentase parasitasinya. Namun, pelaksanaan kegiatan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal dikarenakan tidak dapat dilaksanakan tahap perbanyakan massal dan uji parasitasi C. stephanoderes di laboratorium dikarenakan jumlah parasitoid yang tidak mencukupi. Gambar 1. Pelaksanaan kegiatan Uji Parasitasi Cephalonomia stephanoderes terhadap Larva dan Imago Hama PBKo, A = penandatangan Piagam Kerjasama dan Surat Perjanjian Kerjasama; B = transfer teknologi dari tenaga ahli UNEJ ke tim BBPPTP Surabaya; C = pengambilansampel kopi di bagian bawah tanaman kopi; D = imago Cephalonomiastephanoderes; E dan F = kotak rearing PBKo 2. Formulasi PGPR sebagai Agens Pengendali Hayati dalam Menginduksi Ketahanan Tanaman Cengkeh Pemanfaatan bakteri perakaran sebagai Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) telah banyak diteliti karena kemampuannya dalam LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

67 meningkatkan kemampuan tanaman baik dalam hal perolehan nutrisi, pemicuan pertumbuhan maupun perlindungan terhadap serangan patogen. Hasil penelitian tahun 2014 menunjukkan bahwa beberapa isolat bakteri yang diisiolasi dari perakaran tanaman cengkeh memiliki potensi sebagai PGPR, sedangkan hasil penelitian tahun 2015 menunjukkan bahwa aplikasi PGPR dapat membantu meningkatkan ketahanan tanaman melalui mekanisme induksi ketahanan dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan aplikasi yang dapat dilakukan seminggu sekali, 2 minggu sekali atau 4 minggu sekali. Sehingga pada tahun 2016 dilakukan pengujian lebih lanjut pada skala yang lebih besar terhadap peranan isolat bakteri tersebut sebagai PGPR baik kemampuannya dalam menginduksi ketahanan tanaman maupun membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman cengkeh. Secara umum, melalui kegiatan kerjasama tersebut, diketahui bahwa produksi massal PGPR dengan fermentor sederhana dianggap mencukupi untuk dapat diaplikasi pada skala luas dengan kapasitas produksi mencapai cfu/ml atau 10 hingga kali populasi aplikatif. Sedangkan untuk formulasi PGPR, populasi awal isolat PGPR dibuat dengan kerapatan cfu/satuan formula atau sekitar kali satuan aplikasi yang berkiras cfu/ml. Hasil percobaan menujukkan bahwa populasi total PGPR dalam formula menurun secara gradient selama penyimpanan pada suhu ruang hingga kali pada bulan ke-4 (menjadi 8, cfu/ml pada formulasi cair, dan 4, cfu/ml pada formulasi tepung). Selain itu, aplikasi PGPR memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman, serta terbentuknya senyawa ketahanan tanaman terutama aktivitas enzim peroksidase dan fenol total dalam jaringan tanaman. Aplikasi PGPR sekali selama percobaan (P2) maupun setiap bulan (P3) berdampak pada peningkatan yang cukup tinggi terhadap LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

68 pertumbuhan dan perkembanan tanaman khususnya terhadap jumlah cabang dengan presentase peningkatan tertinggi sebesar 85,71%, diameter batang dengan persentase peningkatan tertinggi sebesar 40%, dan jumlah daun dengan persentase peningkatan tertinggi sebesar 82,05% dalam kurun waktu 6 bulan sejak aplikasi PGPR. Gambar 2. Pelaksanaan kegiatan Formulasi PGPR sebagai Agens Pengendali Hayati dalam Menginduksi Ketahanan Tanaman Cengkeh, A = formulasi PGPR dalam bentuk padat; B = formulasi PGPR dalam bentuk cair; C = pengamatan agronomi tanaman cengkeh; D = pemaparan hasil kegiatan oleh tim UNEJ 3. Uji Predatisme Rhinocoris fuscipes untuk Hama Tanaman Semusim Perkebunan Kegiatan ini merupakan kegiatan kerja sama antara Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya dengan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

69 Fakultas Pertanian Universitas Jember dan direncanakan dilaksanakan pada bulan April hingga November Tujuan kegiatan untuk memperoleh informasi teknologi perbanyakan dan tingkat predatisme Rhinocoris fuscipes. Untuk menambah koleksi di laboratorium dan memperbaiki keturunan R. fuscipes dilaksanakan kegiatan mencari R. fuscipes di wilayah kerja BBPPTP Surabaya antara lain di Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Jember dan Kabupaten Lamongan. Selanjutnya dilakukan uji predatisme R. fuscipes di laboratorium. Target dalam kegiatan ini yaitu diperoleh informasi tentang kemampuan R. fuscipes dalam mengendalikan ulat daun pada tembakau. Tujuan khusus penelitian tahun I ini yaitu (a) untuk mengetahui biologi R. fuscipes yang meliputi jumlah telur yang dihasilkan, lama telur menetas, sex ratio, lama hidup nimfa dan imago serta morfometri nimfa dan imago, (b) untuk mengetahui efektivitas R. fuscipes dalam mengendalikan ulat daun dengan melihat respon fungsional dan numerical. Hasil pengujian respon fungsional dan numerikal ini akan menjadi dasar untuk mengaplikasikan R. fuscipes di lapangan. Pengujian tahap I ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu (a) Rearing R. fuscipes, (b) Studi Biologi R. fuscipes, (c) Studi morfometri dan (d) Uji respon fungsional dan numerikal R. fuscipes dan uji predasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imago betina R. fuscipes mampu menghasilkan rata-rata butir telur selama hidupnya; R. fuscipes memiliki 5 instar dengan lama stadia telur mencapai 4 hari, instar I mencapai 12 hari, instar II dan III mencapai 11 hari, instar IV selama 10 hari dan instar V selama 9 hari. Lama siklus hidup R. fuscipes yaitu sekitar 83 hari, menghasilkan perbandingan sex ratio jatan 43% dan betina 53 %. Kepik R. fuscipes betina mempunyai kemampuan memangsa yang lebih tinggi dibanding imago jantan yaitu rata-rata sebesar 4,66 ekor per hari. Kepadatan mangsa berpengaruh terhadap jumlah telur LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

70 yang dihasilkan dan jumlah telur yang menetas. Semakin besar kepadatan mangsa maka jumlah telur yang menetas juga semakin besar. Hasil uji predasi menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi predasi R.fuscipes terhadap S.litura adalah stadia dari S.litura. Laju predasi tertinggi terjadi pada S.litura instar 1 yaitu dengan rata-rata kematian mangsa 99,3 %, yang diikuti oleh S.litura instar 3 dengan ratarata kematian 52,6 % dan instar 5 dengan rata-rata kematian 4%. Predasi R. fuscipes terhadap S. litura tidak dipengaruhi oleh stadia dari R. fuscipes melainkan dipengaruhi oleh stadia dari S.litura. Predator lebih menyukai mangsa instar awal dibandingkan instar akhir. Semakin besar ukuran tubuh mangsa (S. litura) maka laju predasi semakin menurun. S. litura instar 3 lebih disukai oleh predator apabila dilihat dari uji efesiensi predasi. Hal ini dikarenakan S. litura instar 3 memiliki kualitas dan kuantitas yang dianggap cukup bagi kelangsungan hidup predator. Populasi R. fuscipes di laboratorium BBPPTP Surabaya sampai saat ini terdiri dari telur 26 kelompok, nimfa berbagai instar 216 ekor, imago 115 ekor. Gambar 3. Pelaksanaan kegiatan Uji Predatisme Rhinocoris fuscipes untuk Hama Tanaman Semusim Perkebunan, A, B, dan C = pencarian R. fuscipes di lapang; D, E, dan F = uji predatisme R. fuscipes di laboratorium LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

71 4. Uji Mutu Mikoriza sebagai Biofertilizer pada Tanaman Tebu Tahun 2013 BBPPTP Surabaya telah melakukan proses pendaftaran merk di Kementerian Hukum dan HAM. Proses perijinan di Kementerian Pertanian juga dilaksanakan agar produk mikoriza yang telah dihasilkan bisa mendapatkan legalitas. Oleh karena itu maka dilakukan kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui mutu mikoriza yang berasal dari rizosfer tebu sebagai salah satu persyaratan pendaftaran pupuk hayati dan diharapkan produk mikoriza yang berasal dari rizosfer tebu dalam media zeolit tersebutmendapat nomor ijin pendaftaran (legalitas) dari Kementerian Pertanian sebagai pupuk hayati (biofertilizer). Hasil uji mutu yang diserahkan kepada Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perijinan Pertanian padatahun 2015 dinyatakan masih belum memenuhi syarat terutama pada jumlah kerapatan spora. Maka Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana melalui surat No. 875/SR.310/B.5.4/12/2015 tanggal 14 Desember 2015 memberikan perintah untuk melakukan uji mutu ulang seluruh parameter dan hasilnya agar disampaikan kepada Direktorat Pupuk dan Pestisida Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana melalui Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perijinan Pertanian. Berdasarkan surat perintah tersebut maka dilakukan uji mutu ulang pada tahun Pada bulan Juni 2016 telah terselesaikan pengujian mutu terhadap produk mikoriza pada tanaman tebu dengan diterbitkannya sertifikat dari Laboratorium Mikrobiologi UGM No. 86/LM/Anls/06/16. Berdasarkan hasil penilaian terhadap sertifikat hasil uji mutu tersebut, Direktorat Jenderal Sarana dan Prasarana menyatakan bahwa produk mikoriza BioSakarofert telah memenuhi syarat dan menerbitkan surat perintah untuk melakukan uji efektivitas pada lembaga yang ditunjuk. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

72 Gambar 4. Surat perintah uji efektivitas pupuk hayati BioSakarofert 5. Uji NEP sebagai Biopestisida Di Indonesia, setiap produk sarana produksi pertanian dan perkebunan termasuk biopestisida jika akan dikomersialkan harus dicatatkan atau regristasi pada badan yang memiliki otoritas yaitu pada Pusat Perizinan kementerian pertanian. Selama ini BBPPTP Surabaya telah mampu memproduksi biopestisida jenis Steinernema spp yang efektif mengendalikan Lepidiota stigma pada tanaman tebu. Produk tersebut selanjutnya perlu diproses untuk mendapatkan sertifikasi melalui uji mutu di laboratorium dan efikasi di lapang untuk mengendalikan uret Lepidiota stigma. Proses perijinan produk biopestisida diawali dengan pendaftaran merk dagang. Merk dagang telah terdaftar di Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia (Kemenkumham) Kantor Wilayah Jawa Timur dan telah mendapatkan surat keterangan pendaftaran merk no ED tanggal 20 Januari 2016 sebagai salah satu syarat pengajuan pendaftaran perijinan di PPVTPP Kementerian Pertanian. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

73 Gambar 5. Merk dagang biopestisida berbahan aktif Steinernema sp. Proses perijinan biopestisida berbahan aktif Nematoda entomopatogen Steinernema spp. sampai saat ini masih terkendala persyaratan harus melampirkan surat kerjasama produksi dengan perusahaan yang mempunyai izin usaha industri (Tanda Daftar Industri dan Surat Ijin Usaha Industri), sehingga KPRI Kobateksi sebagai pemohon harus segera memenuhi persyaratan tersebut dengan melakukan MoU atau kerjasama dengan pihak lain yang memilikinya. 6. Uji Beauveria bassiana sebagai Biopestisida Penggerek buah kopi (PBKo), Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera: Scolytidae) merupakan salah satu hama penyebab utama penurunan produksi kopi (kuantitas dan kualitas) di Indonesia, bahkan di seluruh negara penghasil kopi. Hama PBKo umumnya menyerang buah kopi yang bijinya (endosperm) telah mengeras, namun pada buah yang bijinya belum mengeraspun dan telah berdiameter lebih dari 5 mm juga kadang-kadang diserang. Kerusakan yang ditimbulkan pada serangan tersebut dapat menyebabkan kerusakan yang berat, karena buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur, sehingga berakibat penurunan jumlah dan mutu hasil. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

74 Tujuan dari kegiatan ini adalah mendapatkan Surat Keputusan dari Kementerian Pertanian untuk dilakukan serangkain uji (Uji mutu, Uji Toksisitas Akut Oral dan Dermal, serta Uji Efikasi) produk biopestisida berbahan aktif jamur B. bassiana, sehingga nantinya akan mendapatkan Ijin Edar. Merk dagang terbaru yang didaftarkan adalah Bio Bass SG. Gambar 6. Merk dagang yang didaftarkan Bio Bass Kegiatan ini baru dilakukan pendaftaran secara online di PPVTPP Jakarta, dan tidak dapat terselesaikan, karena belum terlengkapinya Surat Kerjasama Produksi dengan Perusahaan yang mempunyai Izin Usaha Industri. Eksplorasi, Pemanfaatan, dan Pengembangan Agensia Hayati Tanaman Perkebunan 1. Pemanfaatan Jamur Metarhizium brontispae untuk Mengendalikan Brontispa sp. Kumbang janur kelapa, Brontispa sp. merupakan hama penting pada tanaman kelapa, yang menyerang daun janur (daun muda). Serangan Brontispa sp. dapat menyebabkan terjadinya penurunan produksi kelapa bahkan hingga kematian pada tanaman. Komoditi kelapa merupakan komoditi yang langsung dikonsumsi oleh konsumen dan apabila pengendalian yang dilakukan secara kimia yaitu menggunakan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

75 pestisida maka residu yang terdapat (tertinggal) di kelapa akan berdampak langsung pada konsumen. Maka dipandang perlu untuk melakukan upaya pengendalian secara biologis dan demii mensukseskan program Go Organik yaitu dengan meningkatkan penggunaan agensia hayati seperti Metarhizium brontispae untuk mengendalikan hama kumbang janur kelapa Brontispa sp. Kumbang Brontispa sp. merusak atau menyerang pucuk kelapa terutama tanaman kelapa yang masih muda, serangan hama dapat mengakibatkan pucuk tanaman tidak dapat berkembang secara sempurna, daun menjadi kecil dan pendek, anak daun yang terserang kelihatan melengkung, keriting, berwarna kemerahan atau mengering dan terdapat garis-garis memanjang bekas gigitan. Berdasarkan hasil pengujian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (a) Secara global populasi hama Brontispa sp. pada tanaman kontrol (P0) meningkat sebesar 138,67%, (b) Secara global populasi hama Brontispa sp pada tanaman perlakuan (P1) menurun sebesar 64,29%, (c) Jamur M. brontispae dengan dosis sebesar 101 ml suspensi/pohon mampu menurunkan populasi hama Brontispa sp. sehingga dapat mengurangi kerusakan pada pertanaman kelapa. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

76 Gambar 7. Pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Jamur Metarhizium brontispae untuk Mengendalikan Brontispa sp., A = pengamatan Brontispa sp.; B = monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan di lapang; C = Brontispa sp. terinfeksi M. brontispae di lapang; D = penampakan mikroskopis Brontispa sp. terinfeksi M. brontispae pada perbesaran 20x 2. Pemanfaatan Metabolit Sekunder pada OPT Utama Kopi dan Kakao Dalam pengendalian hama terpadu, penggunaan pestisida sintesis hanya digunakan sebagai alternatif terakhir terkait pengaruh jangka panjang yang ditimbulkan, seperti matinya mikroorganiame non target, dapat meracuni manusia, hewan maupun lingkungan, dapat menimbulkan resistensi patogen serta dapat menimbulkan munculnya ras fisiologis baru. Sebagai gantinya digunakan agensia pengendali hayati (APH) yang tidak menimbulkan pengaruh negatif bagi manusia, hewan lain maupun lingkungan. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

77 Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan pembuatan metabolit sekunder antara lain seleksi isolat, perbanyakan isolat pada media alami, pembuatan media metabolit sekunder, uji aktivitas kitinase, selulose, hormone dan uji sensitivitas serta aplikasi metabolit sekunder skala kecil dan lapang. Dari tahapan-tahapan tersebut BBPPTP Surabaya dapat menghasilkan 2 jenis metabolit sekunder yaitu metabolit sekunder Beauveria bassiana dan Trichoderma sp. Untuk mengetahui efektivitas metabolit sekunder yang dihasilkan, maka metabolit sekunder tersebut diaplikasikan pada beberapa jenis tanaman. Hasil aplikasi metabolit sekunder B. bassiana ternyata mampu mengendalikan hama yang menyerang tanaman pinang. Dalam waktu 5 bulan kondisi tanaman dapat pulih seperti sediakala. Uji efektivitas metabolit sekunder B. bassiana tidak menggunakan H. hampei sebagai OPT sasaran dikarenakan pada saat aplikasi metabolit sekunder (September Oktober) kopi sudah panen, sehingga tidak dijumpai H. hampei. Hasil uji efektivitas metabolit sekunder Trichoderma sp. mampu menurunkan intensitas serangan penyakit Phytophthora sp. pada kakao sebesar 17,4% dan 22,2%. Dari hasil kegiatan diatas dapat disimpulkan bahwa metabolit sekunder B. bassiana dapat digunakan untuk mengendalikan OPT dari golongan hama, sedangkan metabolit sekunder Trichoderma sp. dapat digunakan untuk mengendalikan OPT dari golongan penyakit. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

78 Gambar 8. Pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Metabolit Sekunder pada OPT Utama Kopi dan Kakao, A dan B = pembuatan metabolit sekunder APH; C, D, dan E = aplikasi Metabolit sekunder Trichoderma di Desa Ngembat, Kec. Godang, Kab. Mojokerto; C = aplikasi semprot; D = aplikasi infus batang; E = aplikasi infus akar 3. Pengembangan NEP Heterorhabditis sp. sebagai APH Nematoda entomopatogen Heterorhabditis sp. adalah agens hayati isolat lokal koleksi baru hasil eksplorasi BBPPTP Surabaya. Tujuan dari kegiatan pengembangan NEP Heterorhabditis sp. sebagai APH adalah melakukan perbanyakan massal NEP Heterorhabditis sp. dengan bakteri simbionnya dan melakukan pengujian NEP jenis Heterorhabditis sp. pada beberapa OPT perkebunan di tingkat laboratorium. Pengujian ditingkat laboratorium dengan dua metode yaitu metode kertas saring pada larva Oryctes rhinoceros, Lepidiota stigma dan Xylotrupes gideon, Spodoptera litura dan Myzus persicae dan metode pasir steril pada larva O. rhinoceros, L. stigma dan X. gideon. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

79 Hasil pengujian yang diperoleh yaitu nematoda entomopatogen Heterorhabditis sp. dapat dikembangbiakkan secara invivo pada serangga (Tenebrio molitor) dan invitro dengan media padat bedding bersama bakteri simbionnya. Hasil pengujian Heterorhabditis sp. di tingkat laboratorium dengan metode kertas saring : a. Perlakuan P1 (100 IJ/ml) pada larva O. rhinoceros instar 3 pada hari keempat setelah aplikasi menunjukkan mortalitas sebesar 80% b. Perlakuan P1 (100 IJ/ml) pada larva L. stigma instar 2 pada hari kesatu setelah aplikasi menunjukkan mortalitas sebesar 100%. c. Perlakuan P1 (100 IJ/ml) pada larva X. gideon instar 3 pada hari kelima setelah aplikasi menunjukkan mortalitas sebesar 100%. d. Perlakuan P3 (300 IJ/ml) pada larva S. litura instar 3 pada hari kesatu setelah aplikasi menunjukkan mortalitas sebesar 80%. e. Perlakuan P4 (400 IJ/ml) pada larva M. persicae pada hari kesatu setelah aplikasi menunjukkan mortalitas sebesar 83.75%. Hasil pengujian Heterorhabditis sp. di tingkat laboratorium dengan metode pasir steril : a. Perlakuan P1 (1000 IJ/ml) pada larva O. rhinoceros instar 3 pada hari ketujuh setelah aplikasi menunjukkan mortalitas sebesar 85% b. Perlakuan P1 (1000 IJ/ml) pada larva L. stigma instar 3 pada hari ketujuh setelah aplikasi menunjukkan mortalitas sebesar 85%. c. Perlakuan P4 (4000 IJ/ml) pada larva X. gideon instar 3 pada hari kedelapan setelah aplikasi menunjukkan mortalitas sebesar 80%. Perilaku hidup nematoda entomopatogen selalu membutuhkan film-film air untuk bergerak, sehingga dalam aplikasi harus dijaga kelembabannya agar nematoda entomopatogen segera menemukan inang sasaran. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

80 Gambar 9. Serangga uji yang mati pada perlakuan Heterorhabditis sp., A = Oryctes rhinoceros; B = Spodoptera litura; C = Myzus persicae 4. Perbanyakan dan Pelepasan Telur Trichogramma sp. Sebagai upaya pengendalian hama penggerek pada tebu salah satunya dengan memanfaatkan Agens Pengendali Hayati yaitu parasitoid telur Trichogramma sp. yang bersifat polifag, mudah beradaptasi dan bias mengendalikan berbagai macam hama. Tujuan dari kegiatan Perbanyakan dan Pelepasan Parasitoid Telur Trichogramma sp. adalah mengembangkan/menyediakan pias Trichogramma sp. untuk mengendalikan penggerek pucuk dan penggerek batang tebu, pemberdayaan perangkat perlindungan tanaman perkebunan UPPT di Jawa Timur, dan membantu petani dalam penyediaan APH Trichogramma sp. Kegiatan ini dilaksanakan pada Februari November 2016 di UPPT Tuban serta di Laboratorium Entomologi BBPPTP Surabaya. Kegiatan ini memberikan hasil bahwa perangkat UPPT Tuban bekerjasama dengan Ketua Kelompok Tani Mekarsari mampu memproduksi APH berupa pias Trichogramma sp. Berdasarkan data hasil pelepasan parasitoid telur Trichogramma sp. di lokasi UPPT Tuban mampu menekan serangan hama penggerek pucuk sebesar 5,69% dan menekan serangan penggerek batang sebesar 0,33%. Baik lahan yang diperlakukan dengan yang tidak diperlakukan (kontrol) bahwa hasil evaluasi terakhir menunjukan penurunan samasama 0% yaitu hasil yang tidak beda nyata tetapi hasil dari panen yang LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

81 menunjukan beda nyata yaitu bobot tebu yang didapat sangat menggembirakan. Gambar 10. Pelaksanaan kegiatan Perbanyakan dan Pelepasan Parasitoid Telur Trichogramma sp., A = bimbingan teknis terhadap petugas pelaksana lapang di UPPT Tuban; B = pelepasan pias Trichogramma sp.; C = gejala serangaan hama penggerek batang; D = pengamatan persentase tanaman terserang 1. Pengelolaan Habitat untuk Pengendalian OPT Tanaman Tebu Tanaman tebu (Saccharum officinarum) merupakan salah satu komoditas penting untuk dijadikan bahan utama pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan primer dalam rumah tangga, hal ini dikarenakan dalam batangnya terkandung 20% cairan gula. OPT utama tanaman tebu yang dapat menimbulkan kerugian adalah uret (Lepidiota stigma), Penggerek Pucuk Tebu (Scirpophaga sp) dan Penggerek Batang Tebu (Chilo sp). Salah satu upaya pengendalian OPT utama tanaman tebu dilakukan dengan pengelolaan habitat untuk pengendalian OPT tanaman tebu. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

82 Pengelolaan habitat untuk pengendalian OPT tanaman tebu dapat mengendalikan serangan uret tebu L. stigma, karena diduga adanya peningkatan jumlah parasitoid sebagai musuh alami L. stigma. Parasitoid hama uret adalah dari Ordo Hymenoptera, yaitu Campsomeris sp dan parasit lalat Procena masicera. Adanya bunga S. indicum memiliki daya tarik yang kuat terhadap parasitoid. Demikian juga pengaruh terhadap intensitas serangan penggerek pucuk dan penggerek batang, serangan penggerek dapat ditekan oleh perlakuan kegiatan. Gambar 11. Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Habitat untuk Pengendalian OPT Tanaman Tebu, A = aplikasi NEP; B = aplikasi Trichogramma sp.; C = pemasangan perangkap feromon; D = tanaman wijen sebagai tanaman sela; E, F, G = serangga yang ditemukan di lokasi kegiatan; E = predator Campsomeris sp.; F = famili Thipiidae; G = famili Vespidae 2. Kajian Pemberian Pupuk Hayati Glomofert terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Perkebunan GlomoFert merupakan biofertilizer (pupuk hayati) berbasis mikoriza produksi BBPPTP Surabaya yang telah mendapatkan legalitas dari Menteri Pertanian. Aplikasi pupuk hayati GlomoFert pada bibit kakao terbukti dapat meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan tanaman kakao. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

83 Untuk memperluas pemanfaatannya, perlu dilakukan uji pupuk hayati GlomoFert pada bibit tanaman perkebunan lainnya, yaitu kopi, kapas, dan jarak pagar. Gambar 12. Tanaman perkebunan di rumah kasa UPPT Kab. Mojokerto Aplikasi GlomoFert pada bibit kopi yang ditanam di tanah steril menunjukkan hasil pertumbuhan dan jumlah daun yang berbeda nyata dibandingkan kontrol dengan tingkat signifikansi 0,01. Pada bibit kapas, aplikasi GlomoFert menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang kurang nyata. Peningkatan pertumbuhan yang dicapai menunjukkan hasil yang hampir seimbang dengan penambahan kompos. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

84 Gambar 13. Tanaman kapas pada minggu ke-10 setelah aplikasi Sedangkan aplikasi GlomoFert pada bibit jarak pagar yang ditanam di tanah steril dengan penambahan kompos menunjukkan hasil pertumbuhan dan jumlah daun yang paling baik namun pengolahan data menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. Gambar 14. Tanaman jarak pada minggu ke-10 setelah aplikasi 3. Validasi Metode Identifikasi Mikroorganisme dengan Menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) Sejak tahun 2014, laboratorium BBPPTP Surabaya dilengkapi dengan alat-alat untuk pengujian secara molekuler dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) yang diharapkan dapat membantu dalam identifikasi APH maupun OPT hingga tingkat spesies, dengan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

85 tingkat akurasi yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan upaya optimalisasi alat-alat PCR tersebut agar dapat berfungsi dengan baik, disertai dengan adanya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam hal ini adalah analis laboratorium. Untuk mendukung hal tersebut maka pada tahun 2016 BBPPTP Surabaya melaksanakan kerjasama dengan Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya Malang. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah validasi metode identifikasi mikroorganisme dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR). Validasi metode ialah suatu proses pembuktian suatu metode pengujian secara objektif yang dilakukan di laboratorium untuk menyatakan bahwa metode tersebut memenuhi persyaratan tertentu dan sesuai dengan tujuan penggunaaannya (SNI Klausul ). Menurut Harmita (2004), parameter-parameter dalam validasi metode antara lain akurasi, presisi, dan liniearitas. Akurasi adalah kemampuan suatu metode untuk mengukur dan mendeteksi nilai sebenarnya dari mikroorganisme target dalam contoh. Parameter ini merupakan ukuran ketepatan/kedekatan hasil pengujian dengan hasil yang sebenarnya. Kegiatan dilaksanakan selama 8 bulan ini (April November 2016) bertempat di Laboratorium PCR BBPPTP Surabaya dan di Laboratorium Sentral Ilmu Hayati (LSIH) Universitas Brawijaya, Malang. Hasil validasi metode identifikasi bakteri Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum dibagi menjadi 2, yaitu PCR dengan menggunakan sampel DNA dan PCR dengan menggunakan sampel pellet koloni. PCR dengan sampel DNA dilakukan menggunakan primer P0 P6 dan primer BBPPTP Surabaya serta Go Taq Green Mastermix dari Promega dengan komposisi sebagai berikut: 0,5 µl primer R 10 pm/ µl, 0,5 µl primer F 10 pm/ µl, 2,75 µl steril water, 5 µl PCR mix, 0,25 µl BSA 10 mg/ml, 1 µl DNA sampel. Adapun tahapan PCR untuk primer P0 P6 adalah dengan menggunakan suhu hot start 95 o C selama 2 menit, suhu LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

86 denaturasi 95 o C selama 1 menit, suhu annealing 57 o C selama 1 menit, suhu extention 72 o C selama 1,5 menit, post extention 72 o C selama 10 menit, dan jumlah siklus sebanyak 35 kali, sedangkan menggunakan primer BBPPTP Surabaya, digunakan suhu annealing 45 o C selama 1 menit, dan jumlah siklus sebanyak 37 kali. PCR dengan sampel pellet koloni dilakukan menggunakan primer P0 P6 serta Go Taq Green Mastermix dari Promega dengan komposisi sebagai berikut: 1 µl primer R 10 pm/ µl, 1 µl primer F 10 pm/ µl, 7 µl steril water, 10 µl PCR mix, 1 µl BSA 10 mg/ml. Adapun tahapan PCR untuk sampel pelet koloni adalah dengan menggunakan suhu hot start 95 o C selama 10 menit, suhu denaturasi 95 o C selama 1 menit, suhu annealing 57 o C selama 1 menit, suhu extention 72 o C selama 1,5 menit, post extention 72 o C selama 10 menit, dan jumlah siklus sebanyak 35 kali. Gambar 15. Pelaksanaan kegiatan Validasi Metode Identifikasi Mikroorganisme dengan Menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR); A dan B = kegiatan PCR di LSIH UB; C dan D = kegiatan PCR di lab PCR BBPPTP Surabaya; E = visualisasi hasil PCR menggunakan primer P0 dan P6; F = diskusi hasil kegiatan PCR dan elektroforesis di Lab. PCR BBPPTP Surabaya LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

87 Pengujian dan Analisa Residu dan Pestisida Tanaman Perkebunan 1. Uji Mutu, Residu Pestisida dan Logam Berat di Wilayah Kerja Kegiatan Pengujian Mutu, Residu Pestisida dan Logam Berat ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya mutu, residu pestisida, cemaran logam berat pada produk perkebunan serta mengawal hasil perkebunan agar memenuhi Batas Minimum pada logam berat dan residu pestisida. Sampel mutu pestisida yang akan diuji diantaranya adalah formulasi pestisida berbahan aktif deltametrin, sipermetrin, klorpirifos, diazinon, lamda sihalotrin dan alfa sipermetrin. Sedangkan sampel uji residu pestisida dan logam berat disesuaikan dengan komoditi perkebunan yang berada pada kabupaten masing-masing, dengan parameter uji karbaril dan karbofuran untuk residu pestisida dan logam berat Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Krom (Cr), Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb). Selain di Provinsi Jawa Timur, kegiatan ini mengambil sampel di wilayah kerja BBPPTP Surabaya. Pengambilan sampel produk pestisida dan produk perkebunan berupa biji kakao, kopi, tembakau, tebu, gula aren, dan jambu mete telah dilaksanakan di Kabupaten Madiun, Banyuwangi, Malang, Trenggalek, Pasuruan, Magetan, Tulungagung, Probolinggo, Pacitan, Bojonegoro, Pasuruan, Kediri, Banten, NTB, NTT, Bali, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Seluruh contoh yang diambil dari 17 wilayah kerja BBPPTP Surabaya tersebut juga sudah dilaksanakan pengujian dengan menggunakan UPLC/MS/MS untuk residu pestisida karbaril dan karbofuran. Untuk pengujian residu logam berat tembaga (Cu), kadmium (Cd), krom (Cr), Mangan (Mn), dan timbal (Pb) menggunakan AAS sedangkan untuk contoh pestisida berbahan aktif deltametrin, sipermetrin, alfametrin, diazinon, lamda sihalotrin dan klorpirifos menggunakan GC. Jumlah keseluruhan sampel residu pestisida dan logam berat adalah 52 sampel. Contoh residu pestisida yang mengandung karbaril adalah 6 sampel dan karbofuran 5 sampel. Contoh LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

88 mutu pestisida yang tidak memenuhi syarat adalah 55 sampel dari 81 sampel. Contoh logam berat yang mengandung residu logam berat Cu adalah 50 sampel, Mn 51 sampel, Pb 1 sampel,dan dari keseluruhan sampel tidak mengandung residu logam berat Cd dan Cr. Hasil pengujian semua sampel tersebut sudah diterbitkan dalam Laporan Hasil Pengujian (LHP). Gambar 16. Pelaksanaan kegiatan Uji Mutu, Residu Pestisida dan Logam Berat Di Wilayah Kerja, A = pengambilan sampe pestisida; B = pengambilan sampel perkebunan; C = preparasi sampel mutu dan residu pestisida D = pengujian pada UPLC/MS/MS; E = preparasi sampel logam berat; F = pengujian pada GC dan AAS 2. Uji Mutu dan Efikasi Formulasi Pestisida pada Tanaman Kakao Penggunaan pestisida merupakan alternatif terakhir dalam pengendalian hama Helopeltis sp. pada tanaman kakao. Pestisida yang biasa digunakan dalam mengendalikan hama Helopeltis sp. diantaranya deltametrin, sipermetrin, λ-sihalotrin dan klorpirifos. Dalam kegiatan ini dilakukan pengujian terhadap mutu formulasi pestisida berbahan aktif keempat pestisida tersebut dan uji efikasi lapang pada tanaman kakao untuk mengetahui pestisida yang paling efektif dalam mengendalikan hama Helopeltis sp. serta uji residu pestisida dari keempat jenis pestisida tersebut pada biji kakao setelah perlakuan atau aplikasi. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

89 Berdasarkan hasil uji mutu formulasi pestisida, keempat formulasi pestisida yaitu Decis (Deltametrin), Arrivo (Sipermetrin), Matador (λ-sihalotrin) dan Dursban (klorpirifos) memenuhi persyaratan mutu pestisida sesuai dengan Permentan No. 39/Permentan/SR.330/7/2015 tanggal 10 Juli 2015 sehingga dapat diaplikasikan ke lapang. Uji efikasi lapang dari keempat formulasi pestisida dilaksanakan dengan melakukan aplikasi penyemprotan menggunakan sprayer pada blok tanaman sebanyak 6 kali aplikasi dengan interval satu minggu, dengan perbandingan satu blok tanaman sebagai control tanpa perlakuan. Data kenaikan intensitas serangan yang diperoleh kemudian diolah menggunakan SPSS dengan uji lanjut Duncan. Dari uji lanjut Duncan diperoleh hasil bahwa rata-rata kenaikan serangan Helopeltis sp. pada blok yang disemprot Sipermetrin berbeda signifikan dengan ratarata kenaikan serangan Helopeltis sp. pada blok yang disemprot dengan perlakuan lainnya, termasuk dengan kontrol. Uji residu pestisida dilakukan terhadap biji kakao yang berada pada 5 blok perlakuan, sebelum dan sesudah aplikasi pestisida menggunakan metode QuEChERS pada GC-ECD. Hasil uji residu pestisida menunjukkan penggunaan pestisida λ-sihalotrin tidak meninggalkan residu pestisida sedangkan pestisida sipermetrin meninggalkan residu pestisida yang jauh lebih sedikit dibanding dengan pestisida deltametrin dan klorpirifos. Hasil residu pestisida ini dibandingkan dengan Batas Maksimal Residu (BMR) sesuai European Commission Part A of Annex I to Reg. 396/2005, menunjukkan hasil uji residu pestisida λ-sihalotrin dan sipermetrin di bawah BMR, sedangkan hasil uji residu pestisida deltametrin dan klorpirifos berada di atas BMR yang ditetapkan. Berdasarkan hasil uji mutu formulasi pestisida, uji efikasi lapang dan uji residu pestisida, formulasi pestisida berbahan aktif sipermetrin efektif untuk mengendalikan hama Helopeltis sp. pada tanaman kakao LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

90 dengan meninggalkan sedikit residu pestisida sipermetrin pada biji kakao. Gambar 17. Uji mutu formulasi pestisida Gambar 18. Uji efikasi lapang Gambar 19. Uji residu pestisida 10. Penguatan Jaringan dan Kerjasama Laboratorium Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Indikator kinerja, target dan realisasinya dapat digambarkan sebagai berikut : LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

91 INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Operasional laboratorium perbenihan dan proteksi tanaman perkebunan Bimbingan teknis sistem manajemen mutu laboratorium Uji Banding 3 dokumen kegiatan 3 dokumen kegiatan propinsi 7 propinsi dokumen kegiatan 2 dokumen kegiatan 100 Operasional Laboratorium Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan 1. Pemurnian Agens Pengendali Hayati (APH) Kegiatan pemurnian APH merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh laboratorium proteksi BBPPTP Surabaya. Adapun tujuan dilakukan pemurnian adalah mendapatkan biakan murni serta menjaga kualitas isolat yang di miliki. Kegiatan ini dilaksanakan 12 bulan yaitu Januari Desember Tahapan dalam kegiatan pemurnian sebagai berikut : (1).Pencarian OPT inang (tanaman kakao Kabupaten Madiun, Malang, tanaman tebu dan kelapa Kabupaten Tuban, Tulungagung, Mojokerto dan tanaman tembakau Kabupaten Probolinggo), (2). Re-infection (metode semprot dan metode celup), (3). Pemurnian dan (4). Perbanyakan. Hasil kegiatan pemurnian APH sebagai berikut : a. Metarhizium sp - Telah murni 4 isolat spesifik lokasi dari 10 koleksi isolat yang dimiliki, yaitu 3 koleksi balai, dan 1 isolat dari jawa tengah - Jumlah spora yang dihasilkan yaitu 8.75x10 8, 18x10 8, 2.58x10 8 dan 1.55x10 8 spora/ml - Viabilitas sebesar 70.1%, 91.7%, 70.6% dan 80,62%. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

92 - Inang yang diujikan : Xylotrupes gideon, larva Brontispa, larva Oryctes, ulat Corcyra b. Beauveria sp - Telah murni 5 isolat spesifik lokasi dan spesifik komoditi dari 6 koleksi isolat yang dimiliki, yaitu Jombang (kakao), Pacitan (kakao), Pacitan (kelapa), Probolinggo (tebu) dan Lembang (kakao) - Jumlah spora yang dihasilkan yaitu: 37.38x10 8, 1.35x10 8, 3x10 8, 3.75x10 dan 2.98x10 9 spora/ml - Viabilitas sebesar 85%, 76.23%, 80%, 61.26% dan 98.87%. - Inang yang diujikan : Helopeltis sp., walang sangit, Brontispa sp. dan belalang. c. Trichoderma sp - Telah murni isolat spesifik lokasi dan komoditi, yaitu madiun komoditi kakao - Jumlah spora yang dihasilkan 7.26x10 8 dan viabilitas sebesar 100 %. - Zona penghambatan Trichoderma terhadap patogen sebesar 54%. - Patogen yang digunakan adalah Phytophthora sp dari Madiun komoditi kakao. d. Pseudomonas fluorescens - Telah dilakukan uji antagonism dan uji deteksi sifat penghambatan terhadap 2 isolat yang berasal dari tanaman cengkeh yang berasal dari Trenggalek dan dari tanaman kakao yang berasal dari Mojokerto - Menunjukkan reaksi positif dengan adanya zona bening di sekitar koloni - Hasil uji deteksi sifat penghambatan menunjukkan bakteristatik - Patogen yang digunakan adalah Ralstonia solanacearum, berasal dari tanaman tembakau Jawa Kabupaten Probolinggo. e. Bacillus sp - Telah dilakukan uji antagonisme dan uji deteksi sifat penghambatan terhadap isolat tanaman kakao yang berasal dari Jombang LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

93 - Menunjukkan reaksi positif dengan adanya zona bening disekitar koloni - Hasil uji deteksi sifat penghambatan menunjukkan bakteristatik - Patogen yang digunakan adalah Ralstonia solanacearum, berasal dari tanaman tembakau Jawa Kabupaten Probolinggo. f. Corynebacterium sp - Telah dilakukan uji antagonisme dan uji deteksi sifat penghambatan terhadap isolat berasal dari BBPOPT Jatisari - Menunjukkan reaksi positif dengan adanya zona bening disekitar koloni - Hasil uji deteksi sifat penghambatan menunjukkan bakteristatik - Patogen yang digunakan adalah Ralstonia solanacearum, berasal dari tanaman tembakau Jawa Kabupaten Probolinggo. g. Bakteri merah (Serratia sp) Tahapan reinfection bakteri Serratia sp dilakukan dengan cara menyemprotkan suspensi bakteri pada Helopeltis sp. Berdasarkan hasil reinfection tersebut diperoleh serangga Helopeltis sp. yang mati dengan gejala berwarna merah pada bagian tubuhnya h. SlNPV (Spodoptera litura Nucleopolyhedrosisvirus) - Metode yang digunakan dalam pemurnian virus adalah dengan cara mencelupkan pakan kedalam suspensi virus kemudian pakan tersebut diberikan pada Spodoptera litura instar dua atau tiga - Hasil perhitungan kualitas virus sebesar 7.25x10 8 PIB/ml i. Nematoda entomopatogen - Kerapatan juvenil infektif berkisar IJ/ml - Inang yang pernah diujikan : Lepidiota stigma, larva Oryctes dan Xylotrupes gideon. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

94 Gambar 30. Pelaksanaan kegiatan Pemurnian APH, A = pemurnian Metarhizium sp. pada larva Brontispa sp.; B = pemurnian Beauveria sp. Pada Helopeltis sp.; C = pemurnian Pseudomonas fluorescens; D = pemurnian Serratia sp. pada Helopeltis sp.; E = pemurnian SlNPV; F = pemurnian NEP 2. Quality Control APH di Wilayah Kerja, Pengembangan Jaringan Laboratorium dan Bimbingan Teknis Kegiatan Quality Control APH di Wilayah Kerja, Pengembangan Jaringan Laboratorium dan Bimbingan Teknis merupakan kegiatan operasional laboratorium proteksi yang bertujuan untuk mengetahui kualitas agens pengendali hayati (APH) yang diproduksi UPTD Provinsi di wilayah kerja (BP2TKP Banten, BPTP Pasirjati Jawa Barat, BPTP Salatiga Jawa Tengah, BSPMB-PTKP DIY, UPTD Bali, BLPTP NTB, dan UPT PKDLH NTT) dan melakukan pembimbingan teknis sistem manajemen mutu laboratorium di wilayah kerja. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

95 Tabel 18. Hasil uji mutu APH UPTD wilayah kerja BBPPTP yang mutu APHnya di bawah standar mutu sesuai SNI Hasil Uji Laboratorium No Pemilik APH Jenis APH Media Spora/ml Viabilitas (%) 1 UPTD Prov Bali Metarhizium sp. Zeolit UPTD Prov Bali Trichoderma sp. Zeolit 1,812 x ,88 3 UPTD Prov NTB B. bassiana Kaolin UPTD Prov NTB Metarhizium sp. Kaolin UPTD Prov NTB Trichoderma sp. Kaolin UPTD Prov NTT B. bassiana Serbuk gergaji 4,75 x Eksplorasi APH Dalam rangka mendapatkan koleksi Agens Pengendali Hayati (APH) maka unit kerja bidang proteksi jaringan laboratorium Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya melakukan kegiatan Eksplorasi Agens Pengendali Hayati (APH) Tanaman Perkebunan. Pemanfaatan musuh alami OPT menjadi sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekologis karena sumberdaya tersebut dikembalikan lagi ke alam sehingga kualitas lingkungan terutama tanah dapat dipertahankan. Eksplorasi di laboratorium dilakukan dengan beberapa metode, yaitu : 1. Metode pemancingan/baiting, metode yang dilakukan untuk mendapatkan jamur entomopatogen dengan menggunakan ulat Tenebrio molitor 2. Metode pengenceran, untuk mendapatkan jamur antagonis dan bakteri 3. Metode penyaringan, untuk mendapatkan mikoriza LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

96 Gambar 21. Hasil eksplorasi APH, A = isolat B. bassiana, isolat M. anisopliae, C = isolat Trichoderma sp., D = spora Glomus sp. (mikoriza) Bimbingan Teknis Sistem Menajemen Mutu Laboratorium Kegiatan Bimbingan Teknis merupakan kegiatan operasional laboratorium proteksi yang bertujuan untuk melakukan pembimbingan teknis penerapan sistem manajemen mutu laboratorium di wilayah kerja BBPPTP Surabaya. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga Desember Pada bimbingan teknis dilaksanakan penyampaian hasil QC APH 2015 dengan maksud sebagai bahan evaluasi produk APH produksi laboratorium proteksi di wilayah kerja sehingga permasalahan terkait APH di wilayah kerja dapat ditemukan solusi dan produk APH di wilayah kerja BBPPTP Surabaya menjadi lebih baik ke depannya. Uji Banding Uji banding adalah salah satu program pengembangan kompetensi terkait dengan aplikasi dan persyaratan sistem managemen laboratorium sesuai dengan persyaratan akreditasi SNI ISO/IEC 17025:2008. Bagi laboratorium yang akan melakukan akreditasi ataupun sudah terakreditasi ISO/IEC 17025, dalam hal ini KAN (Komite Akreditasi Nasional) sebagai lembaga independent yang mempunyai hak wewenang mengakreditasi sebuah laboratorium uji/kalibrasi mewajibkan bagi semua laboratorium yang telah terakreditasi untuk melakukan uji profisiensi minimal 1 tahun sekali. Adapun tujuan utama dilakukan uji profisiensi adalah untuk menyediakan perangkat jaminan LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

97 mutu bagi laboratorium-laboratorium dalam membadingkan kinerja suatu laboratorium terhadap laboratorium lain yang sejenis, sehingga dapat mengambil langkah perbaikan yang diperlukan apabila ada kesesuaian. Berdasarkan hal tersebut maka BBPPTP Surabaya melaksanakan uji banding antar laboratorium di lingkup wilayah kerja BBPPTP Surabaya. a. Uji Banding Antar Laboratorium Penguji Mutu APH Gambar 22. Pelaksanan kegiatan uji profisiensi antar pengujian laboratorium mutu APH Data hasil pengujian uji banding peserta di analisa menggunakan metode Robust Z Score. Bedasarkan analisis data pengujian diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Uji banding pengujian kerapatan spora antar laboratorium peserta (Zbi) menunjukkan ada 1 (satu) laboratorium yang outlier yaitu Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan, sedangkan uji banding didalam laboratorium (Zwi) terdapat 2 (dua) laboratorium yang outlier yaitu Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Salatiga Jawa Tengah dan Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan. dan questionable LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

98 laboratorium UPT Pengelolaan Kebun Dinas Laboratorium Hayati Nusa Tenggara Timur 2. Uji banding pengujian viabilitas spora antar laboratorium peserta (Zbi) tidak ada laboratorium peserta yang outlier maupun questionable artinya tidak ada perbedaan nilai presisi atau data duplo yang dihasilkan oleh masing-masing laboratorium peserta tidak terdapat berbedaan nilai, sedang pengujian didalam laboratorium (Zwi) ada 1 (satu) laboratorium yang questionable yaitu laboratorium Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Ambon. b. Uji Banding Antar Laboratorium Penguji Mutu Pestisida Uji banding antar laboratorium adalah suatu program untuk melakukan evaluasi kinerja laboratorium pengujian terhadap kriteria yang telah ditetapkan sesuai kompetensinya. Tujuan diselenggarakannya uji banding ini adalah sebagai salah satu pemenuhan persyaratan akreditasi laboratorium sesuai SNI ISO/IEC 17025: 2008 dan menilai unjuk kerja laboratorium pengujian mutu pestisida. Contoh yang digunakan sebagai bahan uji banding adalah pestisida berbahan aktif deltametrin, klorpirifos dan sipermetrin. Sebelum bahan uji banding didistribusikan ke peserta, dilakukan uji homogenitas. Hasil uji homogenitas menunjukkan bahwa bahan uji banding homogen. Uji stabilitas dilakukan segera setelah hasil pengujian contoh uji banding dilaporkan oleh peserta. Hasil uji stabilitas menunjukkan bahwa bahan uji banding stabil. Kehomogenan dan kestabilan bahan uji ini menunjukkan keragaman hasil uji peserta disebabkan oleh kinerja laboratorium yang berbeda. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

99 Gambar 23. a. Preparasi uji homogenasi, b. Sampel uji, c. Injeksi sampel pada GC, d. sampel uji siap didistribusikan, e. Distribusi sampel di BPMPT Jakarta Data hasil pengujian contoh uji banding peserta diolah menggunakan metode Robust Z Score berdasarkan pedoman Komite Akreditasi Nasional (KAN) DPLP 23 Rev.0 tentang Pedoman Statistik Uji Profisiensi. Nilai assigned value yang digunakan untuk menghitung Z- Score diperoleh dengan pengolahan statistik terhadap data hasil uji peserta. Data hasil pengujian peserta diperoleh data yang tidak seragam sehingga sebelum dianalisis dengan metode Robust Z Score, diseleksi terlebih dahulu menggunakan uji Dixon. Berdasarkan analisis data pengujian Z-Score diperoleh hasil sebagai berikut : Uji banding pengujian mutu berbahan aktif deltametrin menunjukkan ada satu laboratorium yang outlier yaitu Laboratorium Analisis Pestisida BBPPTP Ambon. Uji banding pengujian mutu berbahan aktif klorpirifos menunjukkan ada dua laboratorium yang outlier yaitu Laboratorium Analisis Pestisida BBPPTP Ambon dan Laboratorium Analisis Pestisida BBPPTP Medan; satu laboratorium yang questionable yaitu Laboratorium Mutu dan residu Pestisida UPT. PTPH Provinsi Sumatera Utara. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

100 Uji banding pengujian mutu berbahan aktif sipermetrin menunjukkan ada dua laboratorium yang outlier yaitu Laboratorium Analisis Pestisida BBPPTP Ambon dan Laboratorium Analisis Pestisida BBPPTP Medan; satu laboratorium yang questionable yaitu Laboratorium Mutu dan residu Pestisida UPT. PTPH Provinsi Sumatera Utara. 11. Pengembangan Sistem Informasi Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Indikator kinerja, target dan realisasinya dapat digambarkan sebagai berikut : INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI % Pengelolaan data dan informasi proteksi tanaman perkebunan 1 dokumen data dan informasi proteksi tanaman perkebunan 1 dokumen data dan informasi proteksi tanaman perkebunan 100 Pengelolaan Data dan Informasi Proteksi Tanaman Perkebunan 1. Pengelolaan Data OPT Perkebunan Tujuan kegiatan ini adalah menyediakan data dan informasi serangan OPT perkebunan. Kegiatan dilaksanakan pada bulan Januari sampai Desember 2016 dan merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun. Realisasi pelaksanaan kegiatan hingga bulan Desember2016 adalah merekapitulasi data serangan OPT di wilayah Jawa Timur sampai bulan Desember2016. Pengelolaan data wilayah kerja BBPPTP Surabaya dilakukan melalui pembuatan laporan triwulan 1-4 serta laporan tahunan 2016 di wilayah kerja BBPPTP Surabaya. Selain kegiatan perjalanan diatas dilakukan monitoring evaluasi kegiatan pengamatan dan pelaporan data pada beberapa wilayah UPPT. Tujuan perjalanan tersebut antara lain : (1) memperoleh informasi tentang metode dan teknik pengamatan OPT yang dipakai oleh LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

101 pegawai di UPPT dan beberapa lokasi kebun sampel yang selama ini mereka amati, (2) Memperoleh informasi tentang kevalidan/keakuratan data perkembangan OPT yang selama ini dilaporkan ke BBPPTP Surabaya, (3) Meningkatnya kinerja pegawai di UPPT, khususnya terkait ketepatan waktu dalam melaporkan data perkembangan OPT setiap bulannya serta Meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas UPPT dalam menginput data perkembangan OPT pada aplikasi SIM OPT Gambar 24. Memberikan bimbingan dalam pengisian SIM OPT BBPPTP Surabaya di UPPT Kab. Malang, 2 = monitoring evaluasi pengamatan OPT kopi di Blitar, 3 = monitoring dan kunjungan lapang bersama PTPN X di lahan tebu di Bangkalan Dari data yang diterima dari petugas UPPT maupun UPTD berupadata luas areal serangan, populasi atau intensitas serangan OPT sasaran, kondisi iklim (kelembaban, curah hujan). Data tersebut kemudian dikompilasikan setiap bulan/ triwulan dan digunakan untuk dasar pengambilan keputusan perlu atau tidaknya tindakan pengendalian OPT. Data pengamatan tersebut dibandingkan dengan data hasil pengamatan pada periode sebelumnya untuk melihat trend atau kecenderungan serangan OPT sasaran beserta rekomendasi pengendalian yang dapat dilakukan. Dari kompilasi data tersebut juga LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

102 dibuat analisa peramalan untuk periode selanjutnya sebagai upaya peringatan dini terhadap potensi ledakan serangan OPT. Kegiatan Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan Kegiatan pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan bertujuan menerapkan kegiatan budidaya perkebunan yang ramah lingkungan dengan pola pemenuhan input usaha tani secara mandiri berbasis kepada potensi agroekositem dan keanekaragaman hayati serta dihasilkannya komoditas perkebunan yang berkualitas dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan di 8 (delapan) desa di 8 (delapan) kabupaten diantaranya Jember, Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, Malang, Jombang, Trenggalek dan Madiun. Program desa organik merupakan sarana pembangunan pertanian dengan sasaran untuk meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agroekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah, pemeliharaan kesuburan tanah, pengendalian organisme pengganggu tumbuhan secara alami. Pertanian organik mengedepankan hubungan harmonisasi antar unsur yang ada di alam, membutuhkan komitmen dan dedikasi yang kuat dari pihak terkait baik pusat maupun daerah. Prinsip dasar pertanian organik mencakup 4 (empat) hal yaitu lingkungan (biodiveritas), pendidikan (meningkatkan pengetahuan petani dan mandiri), sosial (lapangan kerja dan pendapatan) serta ekonomi (daya saing dan pendapatan). Meningkatan ekonomi petani dengan adanya ternak petani dapat memperoleh hasil tambahan berupa anakan ternak, susu dan kotoran sebagai bahan baku pupuk organik. LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

103 Gambar 25. Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan; A = kandang sapi; B = kandang kambing; C = tempat penyimpanan kompos; D = dropping kambing; E = pemeriksaan sapi; F = penanaman Glirisidae dan Kaliandra; G = penanaman jagung sebagai pakan ternak; H = alat dan bahan untuk laboratorium mini; I = pembuatan pestisida nabati sebagai bahan pengendali OPT LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 Dok L.11/19/03/2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014

Lebih terperinci

Jombang, Januari Plh. Kepala Balai, Ardi Praptono, SP NIP

Jombang, Januari Plh. Kepala Balai, Ardi Praptono, SP NIP KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Tahun 2015 merupakan laporan wajib yang harus dibuat sesuai Instruksi

Lebih terperinci

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 Dok L. 01 28/01/2014 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat secara berkeadilan dan berkelanjutan,

Lebih terperinci

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1

Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 1 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 2 Rencana Kinerja tahunan (RKT) Tahun 2014 BBPPTP Medan 3 DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar...

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR

L A K I P - BBPPTP Medan Tahun 2014 L A K I P - BBP2TP Medan Tahun 2012 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan, penjabaran dari visi, misi dan strategi Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2011 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2012 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir, MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Jenderal Perkebunan, Ir. Gamal Nasir,MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Pembangunan Perkebunan yang kemudian menjadi

Lebih terperinci

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1

L A K I P - BBP2TP Medan Tahun Page 1 Page 1 KATA PENGANTAR Kinerja Instansi Pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan, penjabaran dari visi, misi dan strategi Instansi Pemerintah yang mengindikasikan tingkat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii iv v vi DAFTAR TABEL vii viii DAFTAR GAMBAR ix x DAFTAR LAMPIRAN xi xii 1 PENDAHULUAN xiii xiv I. PENDAHULUAN 2 KONDISI UMUM DIREKTOAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2005-2009

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun

LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun 2016 1 LaKIN BBPPTP Surabaya Tahun 2016 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya merupakan Unit Pelaksana

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. input sebesar 97 %.

IKHTISAR EKSEKUTIF. input sebesar 97 %. IKHTISAR EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya tahun 20 yang disusun ini merupakan salah satu bentuk pertanggung-jawaban penyelenggaraan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN

BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2012 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan target-target kinerja berikut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN fungsi

I. PENDAHULUAN fungsi I. PENDAHULUAN Undang Undang No.18 tahun 2004 tentang Perkebunan, mengamanatkan bahwa pembangunan perkebunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

b. pelaksanaan pelayanan dalam bidang perbenihan meliputi penyediaan, pengujian, pengawasan dan pengendalian benih/bibit bermutu, sertifikasi dan pela

b. pelaksanaan pelayanan dalam bidang perbenihan meliputi penyediaan, pengujian, pengawasan dan pengendalian benih/bibit bermutu, sertifikasi dan pela BAB XXXVII BALAI PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PROVINSI BANTEN Pasal 168 Susunan Organisasi Balai Perbenihan dan Proteksi Tanaman Kehutanan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis memberikan kontribusi terhadap perekonomian Nasional. Pengertian Perkebunan menurut Undang-undang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau strategis instansi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN fungsi

I. PENDAHULUAN fungsi I. PENDAHULUAN Undang Undang No.18 tahun 2004 tentang Perkebunan, mengamanatkan bahwa pembangunan harus mampu meningkatkan pemanfaatan potensi sumberdaya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip

KATA PENGANTAR. Ir. Gamal Nasir,MS Nip KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN rencana kinerja tahunan (rkt) sekretariat ditjen.perkebunan tahun 2015 1 rencana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon

STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon STANDAR PELAYANAN PUBLIK BBPPTP Ambon 1 Prakata Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Standar Pelayanan Publik Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jombang, Pebruari Kepala Balai Besar, Ir. Achmad Sarjana, MSi NIP

KATA PENGANTAR. Jombang, Pebruari Kepala Balai Besar, Ir. Achmad Sarjana, MSi NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Tahun 2014 merupakan laporan wajib yang harus dibuat sesuai Instruksi Presiden Republik

Lebih terperinci

- Hibah Luar Negeri Langsung - Pinjaman Luar Negeri

- Hibah Luar Negeri Langsung - Pinjaman Luar Negeri KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar : 1. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3. UU No. 19 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012

LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2012 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 disusun

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 i DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1.2. Maksud dan Tujuan... 1.3. Sasaran... 1.4 Dasar

Lebih terperinci

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015

Revisi ke 02 Tanggal : 08 April 2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 27 Tahun

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 DIREKTORAT TANAMAN SEMUSIM DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN

RENCANA KERJA TAHUNAN RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. i DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN... iii I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016

Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun 2016 KATA PENGANTAR Serangkaian proses restrukturisasi program dan kegiatan pembangunan perkebunan tahun 2015-2019 diawali dari penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkebunan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN LAPORAN KINERJA BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN Jl. Asrama No. 124 Sei Sikambing Medan (20126)

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

DINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas :

DINAS PERKEBUNAN. Tugas Pokok dan Fungsi. Sekretaris. Sekretaris mempunyai tugas : DINAS PERKEBUNAN Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Sekretaris mempunyai tugas : a. Menyusun rencana dan program kerja kesekretariatan; b. Mengkoordinasikan program kerja masing-masing Sub Bagian; c. Mengkoordinasikan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2. BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN

STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN STANDAR BAKU INDIKATOR KINERJA (SBIK) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TERKAIT INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015-2019 MANUAL IKU (INDIKATOR KINERJA UTAMA) KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

Revisi ke 03 Tanggal : 25 Oktober 2016

Revisi ke 03 Tanggal : 25 Oktober 2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 14 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TA.2015 BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

LAPORAN KINERJA TA.2015 BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK LAPORAN KINERJA TA.2015 BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN Laporan Kinerja 2015 i Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Balai Proteksi Tanaman

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 LAPORAN KINERJA BIRO ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN TAHUN 2014 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Jakarta, Januari 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TA.2016 BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

LAPORAN KINERJA TA.2016 BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK LAPORAN KINERJA TA.2016 BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN Laporan Kinerja 2016 i Ringkasan Eksekutif Laporan Kinerja Balai Proteksi Tanaman

Lebih terperinci

BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN

BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBP2TP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan target-target kinerja berikut

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 130 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN RINCIAN TUGAS POKOK UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA, DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BPTP) PONTIANAK Tahun Anggaran 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BPTP) PONTIANAK Tahun Anggaran 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BPTP) PONTIANAK Tahun Anggaran 2014 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI PROTEKSI TANAMAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id

-1- GUBERNUR BALI, Jdih.baliprov.go.id -1- GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN PROVINSI BALI

Lebih terperinci

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran

Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Pada Sasaran Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (1) (2) (3) 1) Jumlah produksi (ton) komoditas tebu minimal memenuhi 90% dari kebutuhan

Lebih terperinci

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-018.01-0/AG/2014 DS 6100-9979-1830-7597 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN SERTIFIKASI OBAT HEWAN TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI BESAR PENGUJIAN MUTU DAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2014 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN 2016 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Direktorat Perlindungan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN TAHUN

RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN TAHUN RENCANA STRATEGIS BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN TAHUN 2015-2019 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

Revisi ke 01 Tanggal : 16 Agustus 2017

Revisi ke 01 Tanggal : 16 Agustus 2017 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN : Satu set DIPA Petikan A. Dasar Hukum: 1.UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. 2.UU No. 1 Tahun 24 tentang Perbendaharaan Negara. 3.UU No. 18 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) Direktorat Perlindungan Perkebunan Tahun 2012 i RKT 2012 Direktorat Perlindungan Perkebunan KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan Direktorat Perlindungan Perkebunan disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel. RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013

KATA PENGANTAR. LAKIP- Direktorat Tanaman Semusim 2013 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban unit kinerja Esselon II dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : PERATURAN WALIKOTA TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARTA

MEMUTUSKAN: : PERATURAN WALIKOTA TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN TAHUN 2014 BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG Z GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PELAYANAN INFORMASI KEHUTANAN, BALAI PENGAWASAN DAN PENGEMBANGAN MUTU BENIH (BP2MB), BALAI PENGUJIAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TA. 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TA. 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TA. 2012 PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN KATA

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN KETINDAN 2012 KATA PENGANTAR Sesuai Instruksi

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, JANUARI 2017 KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIN) Direktorat Pengolahan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan

RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan 1 RKT-2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan RKT... 2 II. TUGAS POKOK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman yang disebabkan gangguan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik hama, penyakit maupun gulma menjadi bagian dari budidaya pertanian sejak manusia

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terselenggaranya good governance (kepemerintahan yang baik) merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi

Lebih terperinci