STUDI PEMILIHAN MODEL GALANGAN KAPAL RAKYAT UNTUK INDUSTRI KECIL MENENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PEMILIHAN MODEL GALANGAN KAPAL RAKYAT UNTUK INDUSTRI KECIL MENENGAH"

Transkripsi

1 STUDI PEMILIHAN MODEL GALANGAN KAPAL RAKYAT UNTUK INDUSTRI KECIL MENENGAH Ali Yusa 1) dan Djauhar Manfaat 2) 1) Program Studi Magister Jurusan Teknik Produksi dan Material Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputih, Sukolilo, Surabaya, 60117, Indonesia 1) 2) Jurusan Teknik Produksi dan Material Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Terdapat dua jenis industri kapal rakyat yaitu yang bersifat sementara dan yang bersifat tetap. Sebagian besar industri kapal rakyat di Jawa Timur bersifat sementara. Hal ini berarti bahwa galangan kapal dibuat jika ada pesanan dan para perajin kapal rakyat bekerja dengan prasarana dan sarana yang terbatas. Ketahanan Industri Kecil Menengah (IKM) Kapal Rakyat Jawa Timur sedang menghadapi ujian yang berat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketahanan industri kapal rakyat. Pertama, industri kapal rakyat termasuk usaha nonformal dan tidak berbadan hukum, sehingga secara finansial terasing dari perbankan. Kedua, jumlah nelayan juga semakin menurun setiap tahunnya. Karenanya sebuah studi pemilihan model galangan kapal rakyat untuk industri kecil menengah harus di buat dengan mempertimbangkan ketersediaan infrastruktur pendukung, kondisi alam, jumlah masyarakat pesisir, jumlah pengguna, teknologi yang dikembangkan hingga pemodalanya dan perencanaan keuangannya sehingga dapat diaplikasikan di seluruh wilayah Indonesia. Dan nantinya Industri Kecil Menengah (IKM) Kapal Rakyat Indonesia dapat membentuk sebuah klaster industri kapal rakyat, yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing industri kapal rakyat dan menarik minat perbankan dan investor Kata kunci: model, galangan kapal rakyat, investasi PENDAHULUAN Potensi Perikanan Tangkap/Laut merupakan asset nasional yang sangat tinggi nilainya, maka sudah selayaknya apabila sub-sektor ini lebih dioptimalkan pengelolaannya. tinggi Kondisi di lapangan yang terjadi saat ini adalah banyaknya ikan- ikan di perairan Indonesia yang dicuri oleh nelayan-nelayan asing yang mana nilainya dapat mencapai miliar-an US Dollar. Sehingga kebutuhan terhadap armada perikanan tangkap sangat, khususnya kapal-kapal ikan yang berkemampuan operasi hingga 200 mil laut. Ditinjau dari segi ukuran tonnase kapal, kebutuhannya juga variatif mulai dari 10 (gross tonnage) GT, 30 GT, 70 GT, hingga di atas 120. Provinsi Jawa Timur sendiri memiliki sekitar 400 pulau kecil, yang tersebar di pantai selatan Jawa Timur, Kabupaten Gresik, dan Madura, terutama di Kabupaten Sumenep. Para nelayan ini bergantung pada ketersediaan kapal, baik untuk aktivitas penangkapan ikan laut, penyeberangan, maupun angkutan laut antarpulau. Bertahun-tahun ketersediaan kapal ini diupayakan oleh kelompok-kelompok perajin kapal rakyat tradisional di pesisir utara dan selatan Jawa Timur maupun di Madura. Dinamika para perajin kapal rakyat ini masih amat tinggi. Kapal-kapal rakyat ini bervariasi ukurannya, dari yang kecil dengan panjang 6-8 meter (2-3 GT/gross tonnage) hingga yang berpanjang 30 meter (100 GT) atau A-17-1

2 lebih. Dukungan pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang diterbitkan sampai dengan saat ini adalah sangat positif. Adapun kebijakan pemerintah yang termaksud adalah sebagai berikut: Kep. Menkeu No. 34/KMK.04/2002 tentang Fasilitas bebas Bea Masuk (0%) atas impor bahan baku dan komponen kapal yang belum diproduksi di dalam negeri SK Menteri Keuangan No. 329/KMK.04/1999, yang dijabarkan dengan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor: SE-15/PJ5/1999 tentang Penangguhan PPN/Ditanggung Pemerintah Untuk mendukung Sektor Perhubungan dan Sub-sektor Perikanan Laut, maka diterbitkannya Keputusan MPP No. 229/MPP/Kep/7/97 yang memperbolehkan kapal niaga dan kapal ikan dapat diimport dalam keadaan bukan baru (bekas) yang kemudian dipertegas oleh Keppres No. 22/1998 tentang impor kapal niaga dan kapal ikan dalam keadaan baru dan bukan baru. Maka Galangan Kapal Rakyat diharapkan menjadi solusi percepatan industri maritim di Jawa Timur mengingat peluan dan potensi yang demikian besar. Integrasi dari kebutuhan industri perkapalan pada keseluruhan sektor di tingkat nasional adalah merupakan potensi pasar Dalam Negeri yang sudah sepatutnya wajib dipenuhi oleh industri perkapalan nasional. Melalui penelitian berikut penulis merumuskan beberapa rumusan masalah antara lain: Bagaimanakah mengindentifikasikan sebuah potensi pembangunan galangan kapal rakyat di suatu daerah. Bagaimanakah menyusun perencanaan bisnis galangan kapal rakyat di daerah tersebut dengan analisa Ratio Return On Investment (ROI). Bagaimana menyiapkan model galangan kapal rakyat berdasar pada lokasi, jumlah pekerja dan modal disetor. Bagaimanakah membangun sistem pendukung keputusan dalam menentukan model galangan kapal rakyat yang tepat dengan menggunakan powersim sebagai alat yang mengolah antara analisa ROI dengan model galangan kapal rakyat. Penulis juga lebih memfokuskan permasalahan yang akan dilakukan penelitian, maka dilakukan pembatasan masalah. Batasan masalah tersebut yaitu: Penelitian dilakukan pada industri kapal rakyat yang terdapat di tiga wilayah daerah meliputi Greges (Surabaya), Banyusangka (Bangkalan), dan Brondong (Lamongan) Nilai Inventasi pada Galangan Kapal Rakyat dibatasi pada jenis Industri Kecil Menengah, yang akan dianalisa adalah dengan menggunakan modal dari Rp ,- (lima puluh juta rupiah) hingga Rp (tiga ratus juta rupiah) tidak termasuk lahan untuk lokasi galangan kapal. Hal ini sesuai dengan batasan tentang permodalan dari kementerian perindustrian. Jumlah pekerja dibatasi pada jenis Industri Kecil Menengah yaitu dari 4 (empat) orang hingga maksimal 30 (tiga puluh) orang. Galangan kapal rakyat yang menjadi model adalah galangan kapal FRP (Fiberglass Reinforces Plastic), dimana industri galangan kapal rakyat berbasis bahan baku FRP adalah galangan kapal yang dirancang untuk membuat dan memperbaiki kapal. Kapal-kapal ini dapat berupa kapal barang, penangkap ikan atau penumpang dengan kapasitas maksimal hingga 100 GT, di lokasi galangan kapal tersebut akan berisi banyak crane/ginpole, slipway, gudang penyimpanan peralatan, fasilitas pengecatan dan butuh tempat yang sangat luas untuk fabrikasi kapal-kapal tersebut. Pemilihan model galangan kapal rakyat sebelum dilakukan dengan menggunakan bantuan software PowerSim, perlu dilakukan penentuan dengan melakukan gap analisis dengan syarat-syarat dan ketentuan untuk Industri Kecil Menengah serta memperhatikan faktor dimana lokasi galangan kapal tersebut didirikan, termasuk berada di lokasi pesisir laut A-17-2

3 atau sungai. Pemilihan model galangan kapal juga didasari oleh faktor-faktor pada halaman berikut: a. jumlah modal yang diinvestasikan b. jumlah tenaga kerja yang diserap serta dibutuhkan c. Lokasi galangan, apakah berada di sungai atau di pesisir d. Kondisi Infrastruktur menuju lokasi galangan mengingat hal ini akan terkait dengan alur kebutuhan logistik pada proses pembangunan dan peluncuran kapal e. Teknologi yang akan digunakan, apakah teknologi sederhana dalam hal ini adalah hand layup, multi axial, spray atau teknologi terkini dengan vacuum f. Pangsa pasar yang diharapkan dari kebutuhan pasar akan kapal dengan bahan baku FRP g. Ketersediaan sumber daya manusia dan managerial dalam proses pengerjaan mengingat pada teknologi FRP belum semua pekerja kapal pada industry kecil menengah dapat mengerjakanya. Sebuah model galangan kapal dapat direkomendasikan untuk selanjutnya dapat dikembangkan apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Modal yang diinvestasikan sesuai dan tepat dengan perhitungan modal yang menjadi batasan maksimal dari industri kecil dan menengah yaitu Rp ,- (tiga ratus juta rupiah) 2. Pencapaian BEP (Break Event Point) dari sebuah industri galangan kapal dapat di capai dalam kurun waktu singkat.hasil perhitungan ROI (Return On Investment) mencapai minimal 30% dari modal awal investasi, prosentase ini diperoleh dari kemampuan ekspansi industri ini kelak berdasar dari total besarnya suku bunga Bank dan inflasi mata uang yang berada di kisaran 5% hingga 20 % Melalui penelitian berikut, penulis memiliki tujuan untuk: 1) Mengindentifikasikan potensi galangan kapal rakyat sebagai bagian potensi ekonomi yang menjanjikan bagi para investor atau pelaku usaha 2) Menjadikan Galangan Kapal Rakyat sebagai jenis kegiatan usaha yang permanen dan merupakan bagian penting dari Klaster Industri Kecil Menengah 3) Tersedianya Model Galangan Kapal Rakyat yang terintegrasi dengan pemodalan dan pengembalian investasi yang dilakukan. 4) Membangun sistem pendukung keputusan dalam menentukan model galangan kapal rakyat yang tepat dengan menggunakan PowerSim sebagai alat yang mengolah antara analisa ROI dengan model galangan kapal rakyat. METODE Berangkat dari permasalahan sedikitnya galangan kapal rakyat yang permanen dan model galangan kapal rakyat, maka disusun sebuah kerangka konseptual penelitian yang bertujuan memberikan gambaran metode penelitian yang dilakukan seperti terlihat pada gambar berikut. A-17-3

4 Gambar 1. Metode penelitian Pengumpulan Data Ada dua hal utama dalam mempengaruhi kualitas data hsil penelitian, yaitu kualitas instrument penelitian dan kualitas pengumpulan data.(sugiyono,mixed method:187).adapun teknik yang dilakukan adalah: Observasi (pengamatan langsung) dan wawancara. Analisis TOWS Tahap ini dasarnya tidak pengumpulan data saja tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan internal.untuk menentukan kriteria Faktor Eksternal dan Faktor Internal. Pembobotan prioritas pada setiap kriteria Pembobotan prioritas kriteria berguna untuk membandingkan seberapa penting suatu kriteria dengan kriteria yang lain. Penentuan Model Galangan Kapal Rakyat Pada penentuan model galangan kapal rakyat ini yang akan ditentukan melalui kriteria aktifitas galangan, sarana pokok galangan, fasilitas, lokasi galangan, jumlah pekerja dan jumlah investasi tidak termasuk tanah. Sehingga nantinya tercipta model galangan kapal rakyat kecil, sedang dan besar. Analisa Return of Insvesment Rumus ROI adalah berikut ini: ROI = Laba operasi x Penjualan (1) Penjualan total investasi HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis TOWS digunakan untuk menjaring persepsi dan penilaian ahli (expert) terhadap faktor eksternal industri galangan tradisional di daerah Brondong- Lamongan, Greges-Surabaya, dan Banyusangkah -Bangkalan, sehingga pada akhirnya didapatkan faktor ancaman, faktor kelemahan, faktor peluang, dan faktor kekuatan Setelah faktor-faktor internal dikelompokkan menjadi kekuatan dan kelemahan, dan faktor-faktor eksternal dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman, langkah selanjutnya adalah melakukan pembobotan External Factor Analysis System (EFAS) - Internal Factor Analysis System (IFAS) dengan hasil seperti yang disajikan dalam tabel 1 (Rangkuti,Freddy.2014) A-17-4

5 Tabel 1. Perhitungan Bobot Nilai EFAS-IFAS untuk Analisa TOWS No Faktor Eksternal Bobot Ratarata 1 Peluang pasar dari luar daerah dan nasional terbuka 2 Potensi untuk bidang perkapalan dan maritim cukup besar 3 Kebijakan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat 4 Integrasi Ekonomi Lokal dan Nasional 5 Tersedianya akses ke lokasi galangan kapal 6 Konflik antar nelayan lokal atau luar daerah 7 Tingginya harga BBM Solar 8 Pengaruh dampak dari adanya kegiatan lain di sekitar lokasi galangan 9 Pemberdayaan UKM tidak berpihak pada galangan tradisional Rating ( R) SKOR , No Faktor Internal Bobot Ratarata 1 Bahan baku (material) mudah didapat Rating ( R) SKOR Integritas pekerja Labour cost lebih murah Sistem permodalaan perorangan 5 Hubungan kekerabatan antar tenaga kerja 6 Jumlah SDM yang terbatas 7 Sistem manajemen masih mengacu pada sistem manajemen tradisional 8 Kompetensi SDM terkait dengan kemampuan desain dan menganalisa drawing 9 Penerapan teknologi baru di bidang komposit Gambar 2. Grafik Matrik Analisa TOWS Dari hasil pembobotan IFAS-EFAS elemen TOWS dan mengaplikasikan pada grafik matrik analisa TOWS terlihat bahwa faktor kekuatan yang memiliki nilai rata-rata paling tinggi adalah bahan baku yang mudah didapat, dengan nilai rata-rata sebesar Hal ini, menurut penilaian responden, merupakan kekuatan utama bagi industri galangan tradisional untuk mengembangkan usahanya. Salah satu faktor ancaman yang memiliki nilai dampak rata-rata terendah adalah adanya potensi pencemaran laut yang secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil tangkapan para Nelayan. Berdasarkan tabel TOWS diatas, didapatkan strategi pengembangan galangan kapal tradisional di wilayah Indonesia sebagai berikut: 1. Strategi pengembangan jangka pendek a. Peningkatan kualitas SDM dalam bidang rancangan bangun kapal tradisional secara modern; A-17-5

6 b. Peningkatan kemampuan bidang pemasaran kapal tradisional dengan bahan baku fiber glass, baik bangunan baru atau perbaikan dan perawatan; 2. Strategi pengembangan jangka menengah a. Peningkatan peluang pemasaran dengan diversifikasi jenis kapal tradisonal berbahan baku fiber glass; b. Peningkatan kemampuan manajemen wirausaha yang efektif dan efisien; 3. Strategi pengembangan jangka panjang a. Pembuatan kebijakan tentang penggunaan wilayah pesisir; b. Penyederhanaan proses perijinan dan pemberian insentif terhadap industri kapal tradisional kapal rakyat PERENCANAAN BISNIS GALANGAN KAPAL Untuk membangun sebuah galangan maka sarana dan prasarana perlu disiapakan untuk memaksimalkan kinerja galangan itu sendiri, yaitu meliputi tanah, bangunan atau gedung, peralatan meubel, alat angkut, alat produksi dan lain sebagainya, kami sesuai dengan persyaratan IKM. Dan yang kami perkirakan adalah sebanyak 4 orang hingga 30 orang, dengan bias menambahkan sejumlah tenaga kontrak (outsourcing) di setiap project. Kebutuhan dana investasi untuk proyek pembangunan galangan ini setelah melalui perancangan yang teliti dan berulang-ulang diperkirakan menghabiskan dana sekitar Rp ,- sampai dengan Rp ,00 yang terdiri dari: 1. Biaya modal tetap (pengadaan) 2. Biaya modal kerja awal (Biaya produksi awal, yang terdiri dari biaya th 0 dan persiapan operasional) 3. Biaya Proyek Analisa ROI ( Return On Investment) dilakukan berdasarkan hasil simulasi atau running program dari software PowerSim. Dengan mengambil satu data sampling area untuk analisa berikut. Disini analisa ROI yang dilakukan untuk lokasi galangan kapal di daerah Greges, Surabaya. Meliputi aspek: 1. Market; 2. Infrastruktur; 3. Human Resource; dan 4. Technology. Ditinjau dari segi modal yang dibutuhkan, yaitu minimal senilai Rp ,00 serta dengan jumlah tenaga kerja minimal 4 (empat) orang. Hal ini sudah dapat membuka sebuah galangan kapal. Hasil dengan menggunakan simulasi I PowerSims diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 2 dan Gambar 2 berikut: Tabel 2. Hasil Perhitungan ROI dengan Simulasi Software Powersims A-17-6

7 Gambar 4. Grafik analisa perhitungan ROI Pada sampling analisa dan perhitungan ROI untuk industri galangan kapal rakyat di atas, diambil sampling untuk lokasi galangan kapal rakyat di daerah Greges, Surabaya. Secara aktual lokasi galangan kapal rakyat di Greges, ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 3. Kondisi aktual galangan kapal rakyat di wilayah Greges-Surabaya Selama ini galangan kapal yang ada di Greges, adalah galangan kapal untuk kapal kayu, sehingga dengan hasil analisa ROI di atas, dapat dikembangkan untuk industri galangan kapal dengan menggunakan bahan baku fiber glass masih memiliki potensi pasar yang lebih besar dan terbuka luas. Ditinjau dari segi modal yang dibutuhkan, yaitu minimal senilai Rp ,00 serta dengan jumlah tenaga kerja minimal 4 ( empat) orang. Hal ini sudah dapat membuka sebuah galangan kapal. Terutama untuk kapal motor atau kapal tanpa motor yang berukuran sedang. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam penelitian berikut didapatkan beberapa kesimpulan yaitu: 1. Potensi galangan kapal rakyat sebagai bagian potensi ekonomi yang menjanjikan bagi para investor atau pelaku usaha dan dapat diidentifikasikan merupakan salah satu jenis usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan merupakan peluang usaha yang menjanjikan untuk industri galangan kapal rakyat di wilayah Greges, Banyusangka dan Brondong. 2. Model Galangan Kapal yang ditawarkan merupakan model yang dapat dijadikan patokan dalam tersedianya model galangan kapal rakyat yang mewakili kepentingan investor dan perbankan sehingga mempermudah dalam mengambil keputusan saat akan berinvestasi 3. Sistem pendukung keputusan dalam menentukan model galangan kapal rakyat yang tepat dengan menggunakan PowerSim sebagai alat yang mengolah antara analisa ROI dengan model galangan kapal rakyat, sangat membantu mempercepat pengambilan keputusan dalam memenentukan modal awal untuk memulai sebuah galangan kapal rakyat baru. A-17-7

8 Saran untuk penelitian selanjutnya berorientasi pada integrasi dari kebutuhan industri perkapalan pada keseluruhan sektor di tingkat nasional, adalah sebagai berikut: 1. Untuk penelitian lanjutan Program aplikasi dengan software PowerSim bisa dikembangkan menjadi program aplikasi yang terintegrasi jadi satu kesatuan, sehingga bisa dikembangkan untuk obyek penelitian-penelitian yang lain, untuk melakukan analisa biaya bagi industry galangan kapal dengan skala lebih besar. 2. Mendorong Penggunaan bahan baku fiber glass untuk kapal rakyat jenis kapal ikan mulai dari ukuran 6GT hingga diatas 100 GT, yang merupakan salah satu pengalihan dan pengembangan teknologi pembangunan kapal yang dipandang dari segi ekonomis serta design lebih murah di banding kayu, dengan mengadakan pelatihan perancangan, pembuatan dan reparasi kapal fiber pada setiap industri kapal 3. Memberi insentif berupa keringanan pengurusan ijin usaha kepada investor yang berminat masuk dan mengembangakan Industri Kecil Dan Menengah di bidang Galangan Kapal. DAFTAR PUSTAKA Baso, S. (2007). Pengembangan Strategi Modernisasi Galangan Kapal Kayu Tradisional Di Kawasan Timur Indonesia. Tesis Magister Teknik Produksi & Material Kelautan ITS, Surabaya Biro Pusat Statistik Jawa Timur. (2010). Propinsi Jawa Timur Dalam Angka 2010, Surabaya Fauzan, A. (2009). Rancang Bangun Sistem Pemilihan Tata Letak Galangan Kapal Dengan Teknik Multi Approach Pattern Matching. Skripsi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Firmansyah, M, R. (2002). Analisis proses alih teknologi pembangunan kapal ikan sebagai salah satu alternatif pengembangan galangan PT.IKI MAKASSAR, Makasar Kasmir,Dr, & Jakfar (2012), Studi Kelayakan Bisnis, Jakarta: Prenadamedia Pancasagung, A. (2005). Strategi pengembangan bisnis galangan kapal (studi kasus galangan PT.JASA MARINA), Tugas Akhir Jurusan Teknik Perkapalan. ITS: Surabaya Peraturan Pemerintah. (2008). Tentang Kebijakan Industri Nasional. Porter, M. E. (2002). The Structure Within Industries and Company Performance, The Review Of Economic and Statistik, Rangkuti, Freddy. (2014)., SWOT,Balanced ScoreCard, cetakan ke 6, PT Gramedia Pustaka Utama., Jakarta Ridwan, Mohd. Model Pendanaan Armada Kapal Nasional Funding Model Of National Ship Armada Teknik Vol. 29 No. 2 Tahun 2008, ISSN A-17-8

BAB II. STUDI PUSTAKA

BAB II. STUDI PUSTAKA BAB II. STUDI PUSTAKA Industri galangan kapal dewasa ini memiliki perkembangan yang masih jauh dari potensi, kapasitas, kebutuhan dan upaya memajukan teknologinya. Hal ini tergambar dari kenyataan bahwa

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-332

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-332 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-332 Studi Peningkatan Kemampuan Galangan Kapal di Jawa Timur untuk Mendukung Program Pengadaan Kapal Penangkap Ikan Nasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP

6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP 6. PEMBAHASAN 6.1 Metode pembuatan perahu FRP Fiberglass Reinforcement Plastic (FRP) merupakan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan perahu cadik yang dilakukan di Cisolok Sukabumi. FRP digunakan

Lebih terperinci

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR

III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR 26 III. PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Lokasi, Waktu dan Pembiayaan 1. Lokasi Kajian Kajian tugas akhir ini dengan studi kasus pada kelompok Bunga Air Aqua Plantindo yang berlokasi di Ciawi Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA

IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA Aan Zainal M 1), Udisubakti Ciptomulyono 2) dan I K Gunarta 3) 1) Program Studi Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi 93 6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu Unit penangkapan bagan yang dioperasikan nelayan di Polewali, Kabupaten Polewali Mandar berukuran panjang lebar tinggi adalah 21 2,10 1,8 m, jika dibandingkan

Lebih terperinci

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR Disusun Oleh: Sa adatul Munawaroh NRP: 4109100701 Dosen pembimbing: Sri Rejeki Wahyu Pribadi,ST.MT Ir. Soejitno Jurusan teknik perkapalan Fakultas

Lebih terperinci

docking kapal perikanan; (2) mengkaji kelayakan finansial di bidang usaha pelayanan jasa docking kapal perikanan sebagai bagian upaya dalam

docking kapal perikanan; (2) mengkaji kelayakan finansial di bidang usaha pelayanan jasa docking kapal perikanan sebagai bagian upaya dalam RINGKASAN EKSEKUTIF WAHYUDIN. 2001. Perencanaan Strategis UPT. UPMB Muara Angke Dalam Bidang Pembinaan, Pelayanan Jasa Perawatan dan Docking Kapal Perikanan. Di bawah bimbingan SYAMSUL MA ARIF dan WAHYUDI.

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 23373539 (23019271 Print) 1 Analisa Teknis Dan Ekonomis Pembangunan Fasilitas Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Kapal Di Galangan Tepian Mahakam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Kabupaten Nias dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis mengenai galangan kapal tradisional umumnya ialah adanya gejala deindustrialisasi di bidang perkapalan; yang mana sejumlah galangan terancam ditutup

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura ANALISIS STRATEGI SWOT UNTUK MEMPERLUAS PEMASARAN PRODUK KURMA SALAK UD BUDI JAYA BANGKALAN Moh. Sirat ) 1, Rakmawati) 2 Banun Diyah Probowati ) 2 E-mail : rakhma_ub@yahoo.com dan banundiyah@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-331 Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka memberikan perlindungan kepada nelayan, dengan ini menginstruksikan: Kepada:

Lebih terperinci

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN NELAYAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka memberikan perlindungan kepada nelayan, dengan ini menginstruksikan : Kepada

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI GALANGAN KAPAL TRADISIONAL DI MADURA MENGGUNAKAN METODE SWOT DAN F-AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI GALANGAN KAPAL TRADISIONAL DI MADURA MENGGUNAKAN METODE SWOT DAN F-AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI GALANGAN KAPAL TRADISIONAL DI MADURA MENGGUNAKAN METODE SWOT DAN F-AHP Anauta Lungiding. AR 1, Djauhar Manfaat 2 1 Jurusan Teknik Bangunan

Lebih terperinci

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan 73 7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT Pendahuluan Selama ini jalur pengiriman kontainer dari Indonesia ke luar negeri diarahkan ke Pelabuhan Singapura atau Port

Lebih terperinci

Arahan Pengembangan Kawasan Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Melalui Konsep Minapolitan

Arahan Pengembangan Kawasan Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Melalui Konsep Minapolitan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-255 Arahan Pengembangan Kawasan Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Melalui Konsep Hesty Ristiani Putri dan Sardjito

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari   ABSTRAK EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU Oleh T Ersti Yulika Sari Email: nonnysaleh2010@hotmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui usaha perikanan tangkap yang layak untuk

Lebih terperinci

Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan

Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan Materials Supply Chain Analysis In The Maritime Industrial Estate On The Productivity Of Shipbuilding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebutuhan komponen otomotif baik untuk kendaraan baru (original equipment manufacture) dan spare parts (after market) cukup besar. Menurut data statistik jumlah populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian UKM Di Indonesia pengertian mengenai usaha kecil masih sangat beragam. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah

Lebih terperinci

Universitas Bakrie LAMPIRAN

Universitas Bakrie LAMPIRAN LAMPIRAN Lampiran 1 : Susunan Hirarki AHP pada Balanced Scorecard 106 Lampiran 2 : Susunan Hirarki dan Bobot dari setiap perspektif, sasaran strategis, dan KPI Balanced Scorecard pada software expert choice

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG INVESTASI PABRIKASI KECAP DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN Oleh : Refius Pradipta S * BAB I PENDAHULUAN

KAJIAN PELUANG INVESTASI PABRIKASI KECAP DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN Oleh : Refius Pradipta S * BAB I PENDAHULUAN KAJIAN PELUANG INVESTASI PABRIKASI KECAP DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2008 Oleh : Refius Pradipta S * Abstract The aim of this research is to analyze suitable natural phosphate manure production in Sawangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang strategis. Dilihat dari posisinya, negara Indonesia terletak antara dua samudera dan dua benua yang membuat Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian pengembangan perikanan pelagis di Kabupaten Bangka Selatan dilakukan selama 6 bulan dari Bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang 53 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang diberikan kepada variabel sebagai petunjuk dalam memperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Penjelasan mengenai definisi operasional dan variabel pengukuran perlu dibuat untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan

Lebih terperinci

BAB III. INDUSTRI GALANGAN KAPAL

BAB III. INDUSTRI GALANGAN KAPAL BAB III. INDUSTRI GALANGAN KAPAL Industri galangan kapal dewasa ini belum berkembang sesuai dengan tantangan yang dihadapi. Perkembangan yang terjadi masih jauh dari potensi, kapasitas, kebutuhan kapal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KABUPATEN BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa sebagai kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung sumber daya ikan yang sangat banyak dari segi keanekaragaman jenisnya dan sangat tinggi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong

Lebih terperinci

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG

STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN SUB TERMINAL AGRIBISNIS SUMILLAN KECAMATAN ALLA KABUPATEN ENREKANG M. Rizal 1, Wahju Herijanto 2, Anak Agung Gde Kartika 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang

Lebih terperinci

DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN

DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN Karmini 1 1 Dosen Jurusan Agribisnis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berjalannya pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang. dapat dilihat dari bergeraknya roda perekonomian melalui peningkatan

I. PENDAHULUAN. Berjalannya pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang. dapat dilihat dari bergeraknya roda perekonomian melalui peningkatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Peranan Perbankan Berjalannya pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang dapat dilihat dari bergeraknya roda perekonomian melalui peningkatan investasi.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 35 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Kriteria-kriteria yang akan diukur meliputi kriteria efisiensi, kriteria efektivitas, dan kriteria inferensial. Kriteria efisiensi

Lebih terperinci

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' 9 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Waktu dan Tempat Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Juli 00 hingga Januari 0 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA

PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA PERANCANGAN SISTEM PENELUSURAN MATERIAL PT ALSTOM POWER ESI SURABAYA Nur Aini Rachmawati, Iwan Vanany Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Kampus

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PRESENTASI TUGAS AKHIR 2

PENDAHULUAN PRESENTASI TUGAS AKHIR 2 SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA TEKNIS DAN EKONOMIS PRODUKSI KAPAL PENAMPUNG IKAN DI DAERAH SULAWESI UTARA Oleh: M. MARTHEN OKTOUFAN N. N.R.P. 4106 100 074 Dosen Pembimbing: Sri Rejeki Wahyu Pribadi, ST, MT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan

Lebih terperinci

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil

URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN NO 1. Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil Pengelolaan ruang laut sampai dengan 12 mil di luar minyak gas bumi Penerbitan izin pemanfaatan ruang laut di bawah 12 mil

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM

BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA Yth. Direksi Perusahaan Modal Ventura di tempat. SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.05/2017 TENTANG TINGKAT KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN MODAL VENTURA Sesuai dengan amanat ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN

ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN Jurnal : MATRIK Teknik Industri Universitas Muhammdiyah Gresik, Volume: XII, Nomor : 2, Bulan : Maret 2012, ISSN: 1693-5128 ANALISA SWOT

Lebih terperinci

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28 Jurnal perikanan dan kelautan 17,2 (2012): 28-35 ANALISIS USAHA ALAT TANGKAP GILLNET di PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM Data & Fakta Jumlah kapal niaga internasional maupun domestik mencapai 11.300 unit, atau naik sekitar 80 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2005 Data Indonesia National

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya industri pengolahan nonmigas (manufaktur) menempati

Lebih terperinci

ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN

ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN Jurnal : MATRIK Teknik Industri Universitas Muhammdiyah Gresik, Volume: XII, Nomor : 2, Bulan : Maret 2012, ISSN: 1693-5128 ANALISA SWOT DALAM MENENTUKAN STRATEGI PEMASARAN PADA PERUSAHAAN Suhartini Teknik

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan-galangan Kapal di Surabaya Dicky Hari Traymansah,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Perkembangan pelabuhan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (PENPRINAS MP3EI )

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (PENPRINAS MP3EI ) FOKUS KEGIATAN PERKAPALAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRIORITAS NASIONAL MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011 2025 (PENPRINAS MP3EI 2011-2025) FOKUS/KORIDOR: SENTRA PRODUKSI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Cianjur mempunyai peluang yang cukup besar untuk pemasaran dalam negeri dan pasar ekspor. Pemberdayaan masyarakat perkebunan

Lebih terperinci

Survei Integritas (SI) KPK dan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) TII

Survei Integritas (SI) KPK dan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) TII Peluncuran Indeks Persepsi Korupsi Indonesia 2010 Survei Integritas (SI) KPK dan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) TII Pimpinan KPK Chandra M. Hamzah 9 November 2010 Agenda 1 Tujuan 2 Metodologi 3 Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan industri manufaktur setiap tahun semakin berkembang dengan baik. Salah satu sektor industri manufaktur yang cukup baik untuk dicermati adalah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 142 TAHUN 2000 (142/2000) TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Potensi perikanan yang dimiliki Kabupaten Lampung Barat yang sangat besar ternyata belum memberikan kontribusi yang optimal bagi masyarakat dan pemerintah daerah.

Lebih terperinci

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR A. KONDISI UMUM Sebagai motor penggerak (prime mover) pertumbuhan ekonomi, sektor industri khususnya

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan semakin surutnya dampak krisis ekonomi moneter. Dalam tiga tahun terakhir, lahan usaha alat-alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah penanaman dana dalam jumlah tertentu pada saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 69

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 69 Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 69 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, kami sampaikan ke hadirat Allah YME, karena terealisasinya Tekinfo, Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kawasan Gerbangkertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya- Sidoarjo-Lamongan) merupakan salah satu Kawasan Tertentu di Indonesia, yang ditetapkan dalam PP No.

Lebih terperinci

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Pembangunan Blok Pada Kapal Tanker LTDW Di PT. Daya Radar Utama Unit Lamongan

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Pembangunan Blok Pada Kapal Tanker LTDW Di PT. Daya Radar Utama Unit Lamongan Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk Pembangunan Blok Pada Kapal Tanker 17500 LTDW Di PT. Daya Radar Utama Unit Lamongan Frizka Safitri 1, Aang Wahidin 2, Ruddianto 3 Program Studi Teknik Desain Dan Manufaktur,Jurusan

Lebih terperinci

BAB 4 STUDI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PELAYARAN SINDUTAMA BAHARI

BAB 4 STUDI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PELAYARAN SINDUTAMA BAHARI BAB 4 STUDI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PELAYARAN SINDUTAMA BAHARI 4.1 Kelayakan Teknis Selama menggunakan web, belum menemukan suatu kendala teknis yang berarti. Semua masalah teknis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek

Aspek Finansial & Pendanaan Proyek LOGO LOGO Aspek Finansial & Pendanaan Proyek Pendahuluan Aspek finansial pada umumnya merupakan aspek yang paling akhir disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis. Hal ini karena kajian dalam

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Jakarta, 22 September 2015 A. RPP Tempat Penimbunan Berikat, (D1) B. RPP Perubahan PP Nomor 23 Tahun 2010, (F3) C. RPerpres

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kreatif dapat dibilang merupakan salah satu industri paling menjanjikan dan diminati para pebisnis di era global saat ini terutama di negeri kita tercinta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Strategi a. Konsep Strategi Strategi adalah suatu cara untuk mencapai tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Strategi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran

Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-148 Faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Perikanan di Pulau Poteran Dira Arumsani dan Adjie Pamungkas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kepentingan yang sama yaitu untuk memperoleh laba. Perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. satu kepentingan yang sama yaitu untuk memperoleh laba. Perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang memasuki persaingan dalam dunia bisnis mempunyai satu kepentingan yang sama yaitu untuk memperoleh laba. Perusahaan yang memproduksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Tabel 5.1. Hasil Survei Harga Jual Ruko sekitar Kedoya

BAB V ANALISA DATA. Tabel 5.1. Hasil Survei Harga Jual Ruko sekitar Kedoya 51 BAB V ANALISA DATA 5.1 Analisa Data Aspek Pasar Dalam analisa aspek pasar pembangunan ruko ini, penulis membagi menjadi beberapa acuan analisa yaitu : 5.1.1. Analisa Harga Jual Ruko Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI DAN PANGSA PASAR GALANGAN- GALANGAN KAPAL DI PULAU BATAM

ANALISIS POTENSI DAN PANGSA PASAR GALANGAN- GALANGAN KAPAL DI PULAU BATAM Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 ANALISIS POTENSI DAN PANGSA PASAR GALANGAN- GALANGAN KAPAL DI PULAU BATAM Abdul Haris Djalante, Wahyuddin & Azis Abdul

Lebih terperinci

JFP Bappeda Provinsi Jawa Timur

JFP Bappeda Provinsi Jawa Timur PERAN FUNGSIONAL PERENCANA DALAM PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TIMUR Oleh : JFP Bappeda Provinsi Jawa Timur DISAMPAIKAN PADA ACARA FORUM KOMUNIKASI PERENCANA INDUSTRI 8 JULI 2011 PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan

I. PENDAHULUAN. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan masyarakat, hal ini karena wilayah laut diyakini memiliki potensi sumberdaya yang dapat memberikan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014 INTEGRASI MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI, DAN BLUE ECONOMY

Lebih terperinci

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL

PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL PERUMUSAN STRATEGI KORPORAT PERUSAHAAN CHEMICAL Mochammad Taufiqurrochman 1) dan Buana Ma ruf 2) Manajemen Industri Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

QUICK SURVEI DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM

QUICK SURVEI DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM QUICK SURVEI DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM I. PENDAHULUAN Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral mempunyai tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU Almasdi Syahza Pusat Pengkajian Koperasi dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPKPEM) Universitas Riau Email: asyahza@yahoo.co.id:

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Laporan Publik Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL Jakarta, 15 Juni 2017

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 10 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Investor Update. Berdasarkan Segment. Pertumbuhan Pendapatan. Hasil Kinerja Keuangan 2015 & Marketing Sales Triwulan Investor yang terhormat,

Investor Update. Berdasarkan Segment. Pertumbuhan Pendapatan. Hasil Kinerja Keuangan 2015 & Marketing Sales Triwulan Investor yang terhormat, Investor Update April 2016 English Hasil Kinerja Keuangan 2015 & Marketing Sales Triwulan 1 2016 Investor yang terhormat, Bersama ini kami sampaikan bahwa PT Intiland Development Tbk telah mengumumkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci