7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan"

Transkripsi

1 73 7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT Pendahuluan Selama ini jalur pengiriman kontainer dari Indonesia ke luar negeri diarahkan ke Pelabuhan Singapura atau Port Klang dan Pelabuhan Tanjung Pelepas di Malaysia selaku pelabuhan penghubung atau pengumpul (hub port) dari Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta), Pelabuhan Belawan (Medan), Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya) dan Pelabuhan Tanjung Emas (Semarang). Padahal, bila pelabuhan pengumpul tersebut bisa di dalam negeri, maka biaya pengapalan akan bisa lebih murah. Salah satu syarat untuk menjadi pelabuhan penghubung (hub port) adalah perairan yang bisa dilewati oleh kapal besar di atas ton yang bisa memuat ratusan peti kemas. Pihak pelabuhan pendeknya mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi para pengguna jasa pelabuhan, guna meningkatkan daya saing ekspor-impor dan efisiensi biaya transportasi sehingga dapat meningkatkan devisa negara di sektor transportasi maritim dan kepelabuhanan dan juga dapat mendorong sektor perdagangan dan industri nasional. Pembangunan suatu hub port dilakukan tidak hanya bisa melihat kepada letak geografis yang strategis dari suatu pelabuhan saja tetapi juga dilihat daya tampung barang baik itu di pelabuhan maupun di kapal. Saat ini Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia dan sebagai pintu gerbang utama ekspor impor dengan total volume angkutan barang 60 persen dari dan ke Indonesia. Letaknya yang strategis dan berfungsi sebagai penyangga kawasan hinterland bagian barat Pulau Jawa yang merupakan kawasan dengan aktifitas perdagangan dan industri sehingga berpeluang untuk dijadikan sebagai hub port. Selain itu juga didasarkan pada pertumbuhan kontainer dan arus kunjungan kapal yang terus meningkat dalam tiga tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok periode maka tujuan untuk menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port berskala internasional perlu diwujudkan. Pelabuhan Tanjung Priok dianggap sesuai sebagai hub port juga karena memiliki terminal yang telah didukung oleh infrastruktur dan fasilitas yang modern bila dibandingkan dengan pelabuhan-pelabuhan yang lain yang berada di Indonesia. Selain itu, Pelabuhan Tanjung Priok juga tengah melakukan pengembangannya dengan melakukan pembangunan Terminal Kalibaru yang merupakan perluasan dari Pelabuhan Tanjung Priok yang dibangun di atas tanah reklamasi seluas 43 ha. Perwujudan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port yang berskala internasional diharapkan bisa menyamai Pelabuhan Singapura, maka pihak Pelabuhan Tanjung Priok dalam hal ini adalah IPC perlu terus melakukan pembenahan-pembenahan antara lain terhadap sumber daya manusia yang profesional, manajemen yang handal, port performance indicators atau kegiatan bongkar muat yang profesional dan berkualitas, ketersediaaan infrastruktur dan suprastruktur yang lebih baik yang setaraf dengan international hub port, adanya

2 akses yang baik dari dan ke pelabuhan tanpa menimbulkan kemacetan dan kongesti. Serta tingkat keamanan yang tinggi di daerah kawasan pelabuhan. Perumusan strategi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port internasional merupakan proses perencanaan dalam jangka panjang. Perumusan strategi dilakukan dengan mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok melalui analisis SWOT. Analisis SWOT dalam rangka merumuskan strategi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi international hub port. Terdapat empat indikasi dalam metode ini yaitu indikasi internal terdiri dari kekuatan (potensi) dan indikasi kelemahan (masalah) serta indikasi eksternal terdiri dari peluang (kesempatan) dan indikasi ancaman (hambatan) yang dihadapi. Faktor internal dan eksternal diketahui berdasarkan data penelitian. Kemudian kedua faktor tersebut dibandingkan, sehingga dapat diambil suatu keputusan dalam penentuan strategi. Metode Penelitian Data yang diperoleh berupa hasil yang telah dibahas pada bab sebelumnya terkait analisis kondisi penghambat kinerja Pelabuhan Tanjung Priok, port performance indicators Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura serta kondisi umum Pelabuhan Tanjung Priok. Batasan yang menjadi faktor internal adalah ruang lingkup yang sangat berkaitan dengan Pelabuhan Tanjung Priok secara langsung. Ruang lingkup tersebut berupa lokasi, jumlah kunjungan kapal dan kontainer, fasilitas yang dimiliki Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelindo II atau IPC itu sendiri. Sedangkan yang menjadi batasan dalam faktor eksternal adalah ruang lingkup di luar Pelabuhan Tanjung Priok yang secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok untuk menjadi hub port berskala internasional. Ruang lingkup tersebut berupa antara lain berupa pasar, pemerintah, pesaing dari pelabuhan asing, dan kondisi wilayah Pelabuhan Tanjung Priok. Perumusan strategi dapat dijadikan sebagai acuan dalam penentuan kebijakan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port internasional. Analisis Data Analisis data yang dilakukan dalam analisis SWOT untuk mengevaluasi faktor eksternal dan internal dengan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Menurut Marimin 004 tahapan dalam pembuatan analisis SWOT adalah : 1. Tahapan pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal eksternal dan matriks SWOT 3. Tahap pengambilan keputusan Tahapan pengambilan data ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi Pelabuhan Tanjung Priok. Alat alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis Pelabuhan Tanjung Priok adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi Pelabuhan

3 Tanjung Priok dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. Gambar 7.1 menunjukkan berbagai kemungkinan posisi suatu perusahaan dan strategi yang sesuai, yakni : 1. Kuadran I, maka situasi ini sangat menguntungkan, perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.. Kuadran II, berarti perusahaan menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih memiliki kekuatan internal. 3. Kuadaran III, menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai peluang yang sangat besar, tetapi dilain pihak perusahaan memiliki kelemahan internal. 4. Posisi pada kuadran IV, menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi situasi yang sangat tidak menguntungkan, dimana selain perusahaan menghadapi berbagai ancaman juga menghadapi kelemahan internal. Berbagai peluang Kuadran III Kelemahan internal Kuadran IV Kuadran I Kekuatan internal Kuadran II Berbagai ancaman Sumber : Marimin 004 Gambar 7.1 Posisi perusahaan pada berbagai kondisi

4 Tabel 7.1 Diagram matrik SWOT dan kemungkinan strategi yang sesuai IFA/EFA STRENGTHS (S) WEAKNESSES OPPORTUNITIES (O) Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Digunakan jika perusahaan berada pada kuadaran I kuadran III TREATHS (T) Sumber : Marimin 004 Strategi ST Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Digunakan jika perusahaan berada pada kuadran II Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang. Digunakan jika perusahaan berada pada Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman digunakan jika perusahaan berada pada kuadran IV. Langkah-langkah pembuatan matrik internal eksternal pada Tabel 6.1 adalah sebagai berikut : Pada kolom 1 dilakukan penyusunan terhadap semua faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan pada IFA serta peluang dan ancaman pada EFA Pembobotan pada kolom antara 0 sampai 1, nilai 1,0 untuk faktor yang dianggap sangat penting dan 0,0, untuk faktor yang dianggap tidak penting Pemberian nilai rating pada kolom 3. Rating adalah pengaruh yang diberikan faktor, nilai 1 untuk pengaruh yang sangat kecil dan nilai 4 untuk pengaruh yang sangat besar Kolom 4 adalah hasil perkalian bobot dan rating Menjumlahkan total skor yang didapatkan dari kolom 4 Nilai total menunjukkan reaksi organisasi atau perusahaan terhadap faktor internal dan eksternal. Nilai 1,00 sampai 1,99 menunjukkan posisi yang rendah, nilai,00 sampai,99 menunjukkan posisi rata-rata, sedangkan nilai 3,00 sampai 4,00 menunjukkan yang kuat (Rangkuti 007). Hasil Faktor eksternal dan internal Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port internasional diperoleh dari hasil analisis data sebelumnya. Analisis internal perlu diketahui untuk memanfaatkan kekuatan yang dimiliki Pelabuhan Tanjung Priok serta mengatasi kelemahan-kelemahan yang terjadi. Kekuatan yang dimiliki pada Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port internasional adalah: 1. Jumlah kunjungan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok terus meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir periode tahun (Gambar 6.), hal ini dapat menjadi kekuatan sebab dengan adanya kunjungan kapal yang terus

5 meningkat dapat membuat Pelabuhan Tanjung Priok terhubung dengan banyak negara dan pelabuhan di seluruh dunia, dengan begitu Pelabuhan Tanjung Priok dapat dijadikan sebagai hub port international. Sebagai perbandingan adalah Pelabuhan Singapura yang terhubung dengan 600 pelabuhan diseluruh dunia dilebih dari 100 negara yang berhubungan dengan pelabuhan laut Singapura.. Jumlah kontainer dalam dua belas tahun terakhir periode tahun terus meningkat (Tabel 6.5) hal ini dapat menjadi kekuatan sebab masih dapat dilakukan peningkatan jumlah kontainer sehingga produktivitas Pelabuhan Tanjung Priok juga dapat meningkat dengan demikian penghasilan devisa negara terus dapat ditingkatkan. 3. Lokasi Pelabuhan Tanjung Priok yang strategis yang berada langsung dengan jalur pelayaran internasional dan memiliki daerah hinterland yang luas dan berada di daerah ibukota negara, dapat menjadi salah satu kekuatan sebab letaknya yang berfungsi sebagai penyangga kawasan hinterland bagian barat pulau Jawa semuanya memberikan daya dorong yang kuat bagi terwujudnya hub port internasional. 4. Merupakan pelabuhan terbesar di Indonesia dan sebagai pintu gerbang utama ekspor-impor dan merupakan simpul utama konektivitas ekonomi nasional dengan internasional. Hal ini dapat menjadi kelebihan bagi Pelabuhan Tanjung Priok karena volume perdagangan antar negara yang melalui pelabuhan ini dapat terus meningkat. 5. Fasilitas yang dimiliki Pelabuhan Tanjung Priok lebih lebih lengkap dan modern berbasis teknologi informasi bila dibandingkan dengan pelabuhan lain yang berada di Indonesia. Salah satu yang menjadi kekuatan dasar bagi Pelabuhan Tanjung Priok untuk dapat menjadi hub port internasional karena salah satu ciri-ciri dari hub port internasional tersebut harus memiliki fasilitas pelabuhan bertaraf internasional. 6. Pelabuhan Tanjung Priok sedang melakukan pengembangan wilayah dengan pembangunan Terminal Kalibaru atau New Priok Port. Hal ini dapat menjadi kekuatan karena dengan adanya pengembangan pelabuhan maka akan dapat meningkatkan daya tampung dan optimalisasi kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok guna menghindari kongesti serta kemacetan jalan yang berasal dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok. 7. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki anak perusahaan dan beberapa perusahaan afiliasi yang memiliki wilayah kerja di Pelabuhan Tanjung Priok yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan daya saing dengan pelabuhan asing lainnya, hal ini juga dapat menjadi kekuatan Pelabuhan Tanjung Priok untuk menjadi hub port internasional karena dengan demikian jumlah kontainer yang dapat dilayani dan ditampung terus meningkat dengan adanya anak perusahaan dan afiliasi tersebut. 8. Semakin berkurangnya kapal yang melakukan transhipment di Pelabuhan negara asing dan meningkatnya kapal yang melakukan direct ke negara tujuan. Hal ini dapat menjadi suatu kekuatan bagi Pelabuhan Tanjung Priok untuk terus meningkatkan performa kinerjanya sehingga dapat mewujudkan hub port internasional.

6 Selain kekuatan yang dimiliki oleh Pelabuhan Tanjung Priok juga terdapat faktor internal yang menjadi kelemahan, yaitu : 1. Pada saat ini kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan yang dimiliki bervariatif dan dangkal dan sering terjadi sedimentasi. Ini menjadi suatu kelemahan karena kedalaman kolam dan alur pelayaran yang dangkal tidak dapat dilalui oleh kapal berukuran besar khususnya untuk kapal-kapal mother vessel sehingga peluang transhipment akan selalu ke pelabuhan negara asing. Sementara itu sedimentasi akan terus membutuhkan pengerukan dan itu membutuhkan biaya yang besar.. Panjang dermaga yang relatif pendek sehingga kapal yang bersandar dan melakukan aktifitas bongkar muat lebih sedikit, ini merupakan suatu kelemahan bagi terwujudnya Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port berskala internasional. 3. Minimnya jumlah peralatan bongkar muat yang memadai untuk kapal kontainer di tiap terminal peti kemas, membuat aktifitas bongkar muat tidak efisien dan efektif karena tidak bisa dilakukan dengan cepat. Jumlah perlatan tidak mencukupi bila dibandingkan dengan jumlah kontainer yang terus meningkat dari tahun ke tahun. 4. Keterbatasan wilayah daratan dan sarana jalan lalu lintas yang ada pada saat ini sehingga sering terjadi penumpukan kontainer dan kemacetan dari dan ke Pelabuhan Tanjung Priok. Hal ini menjadi kelemahan bila tidak segera diselesaikan pembangunan Pelabuhan New Priok Port. 5. Port performance indicator yang bersifat operasional pelayanan kapal yang masih belum efisien dan efektif bila dibandingkan dengan Pelabuhan Singapura. Bila hal ini terus terjadi maka dapat membuat berkurangnya kapal yang singgah di Pelabuhan Tanjung Priok. Pelayanan kapal yang cepat efektif dan efisien dalam melakukan aktifitas bongkar muat dapat mengurangi biaya pengeluran bagi perusahaan pelayaran. 6. Faktor SDM yang belum berorientasi kepada kepuasan pelanggan hal ini dapat menjadi kelemahan bagi pihak pengelola Pelabuhan Tanjung Priok dalam hal ini adalah IPC. Salah satu ciri-ciri hub port internasional itu adalah memiliki manajemen yang bertaraf internasional yang memiliki orientasi kepada kepuasan pelanggan dalam melakukan aktifitas di pelabuhan. 7. Butuh biaya besar dan waktu yang cukup lama untuk membangun suatu pelabuhan yang bersifat hub port internasional. Bila pemerintah dan IPC tidak dapat menyediakan dana untuk melakukan pengembangan New Priok Port maka Pelabuhan Tanjung Priok menjadi hub port berskala internasional sulit terwujud. Berikut ini merupakan matrik analisis faktor internal pengembanagn Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port internasional.

7 Tabel 7. Matrik IFAS pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port Internasional Faktor-Faktor Internal Bobot Rating Skor Kekuatan 1. Jumlah kunjungan kapal. Jumlah kontainer 3. Lokasi Pelabuhan Tanjung Priok yang strategis 4. Merupakan pelabuhan terbesar di Indonesia 5. Fasilitas yang dimiliki Pelabuhan Tanjung Priok lebih modern 6. Pelabuhan Tanjung Priok sedang melakukan pengembangan wilayah 7. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki anak perusahaan dan beberapa perusahaan afiliasi 8. Semakin berkurangnya kapal yang melakukan transhipment 0,04 0,04 0,06 0,04 0,06 0,06 0,06 0, ,1 0,1 0,4 0,1 0,4 0,4 0,4 0,4 Kelemahan 1. Kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan yang dimiliki bervariatif dan dangkal. Panjang dermaga yang relatif pendek 3. Minimnya jumlah peralatan bongkar muat 4. Keterbatasan wilayah daratan dan sarana jalan lalu lintas 5. Port performance indicator yang bersifat operasional pelayanan kapal yang masih belum efisien dan efektif bila dibandingkan dengan Pelabuhan Singapura 6. Faktor SDM 7. Biaya besar dan waktu yang cukup lama untuk pengembangan Pelabuhan 0,07 0,07 0,11 0,07 0,11 0,07 0, ,56 0,14 0,14 0,11 0,14 0,11 0,14 0,08 0,86 JUMLAH,4 Tabel 7. menunjukkan faktor-faktor internal di Pelabuhan Tanjung Priok. Skor yang diperoleh pada faktor internal pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok berada di atas,00. Nilai ini menunjukkan bahwa posisi internal cukup kuat atau situasi sangat mengutungkan. Kekuatan yang dimiliki oleh Pelabuhan Tanjung Priok lebih banyak bila dibandingkan kelemahan yang dimiliki. Hal ini sangat

8 mempengaruhi daya dorong untuk menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi hub port internasional. Analisis eksternal dibutuhkan dalam menentukan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meraih strategi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok serta meminimalisir ancaman yang mungkin terjadi. Peluang yang dapat dimanfaatkan pada pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok ini adalah: 1. Memiliki pangsa pasar yang potensial. Sebagai negara dengan jumlah penduduk ke-4 terbesar di dunia dan dengan daya beli yang terus meningkat adalah pasar yang potensial. Untuk itu diperlukan suatu pelabuhan yang bersifat hub port internasional agar masyarakat dari semua daerah bisa mendistribusikan dengan mudah produk daerah dan hasil bumi yang mereka miliki sebagai sarana yang akan mengantarkan barang mereka untuk ekspor sebagai bentuk efisiensi freight di Indonesia.. Transportasi laut lebih unggul dibanding transportasi lain. Keunggulannya bisa mengangkat barang dengan volume besar, dibanding transportasi darat dan udara, dengan biaya yang lebih murah, selain itu juga pemakaian BBM murah dan bisa lintas pulau, negara dan benua. Peluang ini dapat terus ditingkatkan dengan pengiriman barang melalui angkutan laut dengan menggunakan peti kemas yang terus meningkat. 3. Pembangunan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok mendapat dukungan penuh dari pemerintah, hal ini menunjukkan adanya sinergi peran pemerintah yang sangat besar dalam pengembangan dan pengelolaan pelabuhan. Dukungan ini melalui Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 01 yang mengatur tentang penugasan PT Pelindo II (Persero) untuk membangun dan mengoperasikan Terminal Kalibaru di Pelabuhan Tanjung Priok. 4. Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terus membaik adalah potensi daya saing yang luar biasa. Hal ini dapat menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi hub port internasional. Ancaman yang dapat dialami oleh pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi hub port internasional yaitu: 1. Persaingan dengan pesaing dari pelabuhan lain di luar negeri. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi Pelabuhan Tanjung Priok karena pada saat ini Pelabuhan Singapura juga tengah melakukan penambahan terminal peti kemasnya dengan melakukan reklamasi lahan di Terminal Pasir Panjang.. Kepadatan penduduk dan aktivitas industri yang tinggi di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok. Hal ini merupakan suatu ancaman karena dapat menyebabkan tekanan bagi perairan di Pelabuhan Tanjung Priok sehingga dapat menimbulkan pencemaran yang menimbulkan sedimentasi. 3. Perkembangan teknologi yang terus maju namun tidak disertai dengan tingkat keahlian yang tinggi sehingga hal ini dapat menjadi suatu ancaman bagi pengembangan dan pengelolaan Pelabuhan Tanjung Priok. 4. Kelambatan pelayanan dan disertai dengan kongesti yang tinggi dapat menurunkan kunjungan kapal kontainer ke Pelabuhan Tanjung Priok. Tentunya hal ini sangat merugikan perekonomian Indonesia.

9 Tabel 7.3 Matrik EFAS pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port Internasional Faktor-Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Peluang 1. Memiliki pangsa pasar yang potensial. Transportasi laut lebih unggul dibanding transportasi lain 3. Pembangunan pengembangan 0,10 0, ,30 0,80 Pelabuhan Tanjung Priok mendapat dukungan penuh dari pemerintah 4. Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terus membaik adalah potensi daya saing yang luar biasa 0,10 0,15 3 0,30 0,30 Ancaman 1. Persaingan dengan pesaing dari pelabuhan lain di luar negeri. Kepadatan penduduk dan aktivitas industri yang tinggi di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok 3. Perkembangan teknologi yang terus maju namun tidak disertai dengan tingkat keahlian yang tinggi 4. Kelambatan pelayanan dan disertai dengan kongesti yang tinggi 0,10 0,0 0,075 0, ,0 0,40 0,5 0,15 Total skor faktor peluang-ancaman,675 Matrik EFAS pada Tabel 7.3 yang merupakan analisis faktor eksternal di Pelabuhan Tanjung Priok menunjukkan bahwa peluang dan ancaman yang dimiliki pada pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi hub port internasional memiliki total skor sebesar,675 menunjukkan posisi rata-rata atau memiliki peluang sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk melakukan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menjadi hub port internasional. Dari matrik IFAS dan EFAS juga dapat diketahui bahwa posisi internal dan eksternal Pelabuhan Tanjung Priok dalam posisi kuadran I (,4;,675). Gambar 7. menunjukkan posisi Pelabuhan Tanjung Priok.

10 Berbagai peluang Kuadran III Kelemahan internal Kuadran IV Posisi Pelabuhan Tanjung Priok (,4;,675) Kekuatan internal Kuadran II Berbagai ancaman Gambar 7. Posisi Pelabuhan Tanjung Priok Berdasasrkan matrik IFAS dan EFAS, dapat dibentuk kombinasi strategi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port internasional. Kombinasi tersebut dapat disajikan dalam suatu diagram matrik SWOT berikut ini.

11 Tabel 7.4 Matrik SWOT kombinasi formulasi strategi pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok sebagai hub port internasional Eksternal Internal Kekuatan (S) 1. Jumlah kunjungan kapal. Jumlah kontainer 3. Lokasi Pelabuhan Tanjung Priok yang strategis 4. Merupakan pelabuhan terbesar di Indonesia 5. Fasilitas yang dimiliki Pelabuhan Tanjung Priok lebih modern 6. Pelabuhan Tanjung Priok sedang melakukan pengembangan wilayah 7. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki anak perusahaan dan beberapa perusahaan afiliasi 8. Semakin berkurangnya kapal yang melakukan transhipment Kelemahan (W) 1. Kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan yang dimiliki bervariatif dan dangkal. Panjang dermaga yang relatif pendek 3. Minimnya jumlah peralatan bongkar muat 4. Keterbatasan wilayah daratan dan sarana jalan lalu lintas 5. Port performance indicator yang bersifat operasional pelayanan kapal yang masih belum efisien dan efektif bila dibandingkan dengan Pelabuhan Singapura 6. Faktor SDM 7. Biaya besar dan waktu yang cukup lama untuk pengembangan Pelabuhan Peluang (O) 1. Memiliki pangsa pasar yang potensial. Transportasi laut lebih unggul dibanding transportasi lain 3. Pembangunan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok mendapat dukungan penuh dari pemerintah 4. Jumlah penduduk yang besar dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terus membaik adalah potensi daya saing yang luar biasa SO 1. Memperluas pangsa pasar dan jaringan distribusi. Optimalisasi kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok 3. Lebih meningkatkan infrastruktur dan suprastruktur agar dapat mewujudkan hub port internasional 4. Memelihara dan meningkatan kualitas serta mutu pelayanan 5. Meningkatkan kualitas SDM WO 1. Memperbesar Pelabuhan Tanjung Priok dengan pengembangan, penambahan jumlah peralatan dan melaksanakan perbaikan sarana fasilitas. Mengusahakan pengembangan dan pelatihan SDM 3. Meningkatkan efisiensi dan meningkatkan teknologi alat bongkar muat kontainer 4. Manfaatkan rancang bangun dalam negeri

12 Ancaman (T) ST WT 1. Persaingan dengan pesaing dari pelabuhan lain di luar negeri. Kepadatan penduduk dan aktivitas industri yang tinggi di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok 3. Perkembangan teknologi yang terus maju namun tidak disertai dengan tingkat keahlian yang tinggi 4. Kelambatan pelayanan dan disertai dengan kongesti yang tinggi 1. Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri. Melakukan program edukasi kepada masyarakat tentang peran pentingnya keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok 3. Meningkatkan kualitas kinerja perusahaan yang lebih baik 1. Menetapkan strategi bisnis baru yang lebih efisien dan efektif. Lebih memperhatikan kualitas dan mutu pelayanan terhadap pengguna jasa pelabuhan 3. Menerapkan sistem pengendalian dan pengawasan yang ketat terhadap semua hal terutama pembangunan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok

13 Pembahasan Analisis SWOT dilakukan untuk menyusun formulasi strategis dengan cara mengkombinasikan kekuatan dengan peluang (SO Strategi), kekuatan dengan ancaman (ST Strategi), kelemahan dengan peluang (WO Strategi), dan kelemahan dengan ancaman (WT Strategi). SWOT menghasilkan kombinasi dari empat strategi. Strategi SO menghasilkan sasaran strategi untuk (1) memperluas pangsa pasar dan jaringan distribusi, () optimalisasi kapasitas Pelabuhan Tanjung Priok, (3) lebih meningkatkan infrastruktur dan suprastruktur agar dapat mewujudkan hub port internasional (4) memelihara dan meningkatan kualitas serta mutu pelayanan (5) meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih baik lagi. Faktor sumber daya manusia dalam melakukan pelayanan pelabuhan dari instansi pemerintahan yang terdiri dari kesyahbandaran dan otoritas pelabuhan (administrator pelabuhan), bea cukai, imigrasi, karantina dan manajemen Pelabuhan Tanjung Priok perlu pembenahan, karena terlalu banyaknya birokrasi yang menyebabkan biaya tinggi. Adpel misalnya, sejumlah perusahaan pemakai jasa di Pelabuhan Tanjung Priok mengeluhkan pelayanan kantor Adpel yang terlalu lamban memproses dokumen perizinan kapal sehingga menimbulkan pungutan dalam proses penyandaran kapal di pelabuhan. Hal ini terjadi karena dalam memproses semua urusan administrasi surat-menyurat harus melalui Adpel. Akibatnya bila pelayanan Adpel kurang memuaskan atau lambat, maka berakibat pada stagnasi yang mengganggu operasional kapal (Gultom 007). Pelayanan Bea Cukai sistem EDI (Electronic Data Interchange) sering mengalami keterlambatan sehingga menambah biaya operasional, belum lagi kinerja karantina yang harus meminta biaya tambahan untuk pemeriksaan yang seharusnya, sudah menjadi tugas dan fungsinya, di samping juga pengguna jasa sudah membayar pajak. Mengingat banyaknya pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan kepelabuhanan yang mempunyai tanggung jawab kinerja sendiri-sendiri, sebaiknya disepakati bersama suatu tolok ukur kinerja. Adapun dimensi waktu dari masing-masing tolok ukur kinerja pelabuhan yang perlu disepakati tersebut bisa dalam bentuk setiap aktivitas setiap minggunya. Data dan informasi yang akurat melalui bantuan komputerisasi diperlukan kelancaran informasi komputer karena data yang tidak akurat. Tanpa adanya kejelasan siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi pengendalian atas penerapan tolok ukur kinerja pelabuhan sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka sulit untuk dapat meningkatkan kinerja pelabuhan secara keseluruhan dari waktu ke waktu. Sebaiknya, pihak yang diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan pengendalian harus secara aktif melaksanakan pengawasan atas semua kegiatan operasional di lapangan. Strategi ST menghasilkan sasaran strategi berupa (1) meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri, () melakukan program edukasi kepada masyarakat tentang peran pentingnya keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok, agar masyarakat sekitar pelabuhan tidak melakukan buang sampah atau limbah industri dan rumah tangga ke perairan yang dapat menyebabkan perairan di Pelabuhan Tanjung Priok menjadi tercemar

14 sehingga dapat menimbulkan sedimentasi dan dangkalnya kolam pelabuhan (3) meningkatkan kualitas kinerja perusahaan yang lebih baik. Strategi WT menghasilkan sasaran strategis berupa (1) memperbesar Pelabuhan Tanjung Priok dengan pengembangan, penambahan jumlah peralatan dan melaksanakan perbaikan sarana fasilitas. Kondisi infrastruktur Pelabuhan Tanjung Priok saat ini memerlukan pengelolaan untuk pengembangan wilayah perairan Pelabuhan Tanjung Priok. Pada tahun 014 ini pihak Pelabuhan Tanjung Priok telah berhasil memperluas lebar kolam pelabuhan dari awalnya 100 meter menjadi 600 meter seiring pertambahan ukuran panjang kapal dari generasi V menjadi generasi VI yang memiliki rata-rata panjang 300 meter (Shipping line news 014). Kolam pelabuhan dimaksud adalah antara sisi utara dermaga Pelabuhan Tanjung Priok hingga breakwater dulu hanya berjarak sekitar 00 meter, namun sejak ada keputusan manajemen untuk memindah breakwater itu ke arah utara (arah laut), kini kolam Pelabuhan Tanjung Priok menjadi sekitar 600 meter (Shipping line news 014). Dengan pelebaran kolam itu maka kapal yang baru datang bisa memutar atau melakukan olah gerak kapal di tempat saat mau sandar dan ini tentu akan mendukung program zero waiting time di Priok. Permasalahan pendangkalan yang sering terjadi, pihak manajemen IPC selalu melakukan pengerukan sedimentasi di alur pelayaran dan kolam pelabuhan. IPC harus mengeruk sekitar satu juta meter kubik lumpur disepanjang alur pelayaran dan kolam-kolam Pelabuhan Tanjung Priok (Dirjen Perla 01). () mengusahakan pengembangan dan pelatihan SDM (3) meningkatkan efisiensi dan meningkatkan teknologi alat bongkar muat kontainer (4) memanfaatkan rancang bangun dalam negeri, dengan turut menyertakan perusahaan dalam negeri dalam melakukan kegiatan pembangunan Pelabuhan Tanjung Priok. Strategi WT menghasilkan sasaran strategis berupa (1) menetapkan strategi bisnis baru yang lebih efisien dan efektif () lebih memperhatikan kualitas dan mutu pelayanan terhadap pengguna jasa pelabuhan (3) menerapkan sistem pengendalian dan pengawasan yang ketat terhadap semua hal terutama pembangunan pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok. Ciri-ciri tersebut di atas Pelabuhan Tanjung Priok juga ada memiliki ciri-ciri tersebut. Namun pada beberapa hal memang masih belum dimiliki seperti kedalaman air pelabuhan yang masih berkisar 1-14 meter, manajemen pelabuhan yang bertaraf internasional, pergudangan yang belum bertaraf internasional bahkan kontainer setelah bongkar muat cenderung diangkut langsung dengan truk yang membuat Pelabuhan Tanjung Priok menjadi macet. Hal ini diakibatkan lahan dan kapasitas muat yang tidak sesuai lagi dengan arus jumlah barang yang terus meningkat ke Pelabuhan Tanjung Priok. Namun demikian Pelabuhan Tanjung Priok tetap memiliki peluang dan kekuatan untuk terwujud menjadi suatu hub port international, dilihat dari potensi yang dimiliki oleh Pelabuhan Tanjung Priok, yang juga saat ini sedang melakukan pembangunan pengembangan penambahan lahan dan fasilitas di Pelabuhan Tanjung Priok.

15 Kesimpulan Dengan melihat ciri-ciri hub port yang dimiliki Pelabuhan Singapura serta hasil dari analisis SWOT pengembangan Pelabuhan Tanjung Priok menunjukkan kondisi yang kuat baik internal maupun eksternalnya. Ini menandakan bahwa Pelabuhan Tanjung Priok memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk dapat menjadi suatu hub port international, ditambah lagi dengan proyek pembangunan New Priok port selesai dilakukan maka kelak Pelabuhan Tanjung Priok dapat menjadi hub port international karena ciri-ciri hub port yang dimiliki oleh Pelabuhan Singapura juga dimiliki oleh Pelabuhan Tanjung Priok.

STRATEGI PELABUHAN PANJANG SEBAGAI MAIN PORT DIKAWASAN SUMATERA BAGIAN SELATAN : STUDI BANDING DENGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK

STRATEGI PELABUHAN PANJANG SEBAGAI MAIN PORT DIKAWASAN SUMATERA BAGIAN SELATAN : STUDI BANDING DENGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK STRATEGI PELABUHAN PANJANG SEBAGAI MAIN PORT DIKAWASAN SUMATERA BAGIAN SELATAN : STUDI BANDING DENGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK Devi Arnita 1), Suzi Heti Kurnia ) 1) Teknik Perkapalan, Sekolah Tinggi Ilmu

Lebih terperinci

2 METODOLOGI PENELITIAN

2 METODOLOGI PENELITIAN 11 2 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2013 di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Singapura (Port of Singapore Authority).

Lebih terperinci

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA 62 6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA Pendahuluan Bila dilihat dari segi lingkup pelayaran yang dilayani, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura merupakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang sangat luas. Sebagai negara maritim luas wilayah laut yang mencakup wilayah pesisir dan lautannya memiliki luas 5,8

Lebih terperinci

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port 43 4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT Definisi dan Persyaratan Hub Port Berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 2008 mengenai pelayaran pasal 72 ayat 2, pelabuhan laut secara hierarki terbagi

Lebih terperinci

5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK

5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK 50 5 PERMASALAHAN UTAMA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Pendahuluan Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan serta merupakan segmen usaha yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan peningkatan yang significan tiap tahunnya, hal ini nyata dilihat sejak digulirnya konsep otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia dari sudut pandang geografis terletak di daerah katulistiwa, terletak diantara dua samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia),

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Belawan International Container Terminal (BICT) sebagai unit usaha PT.

BAB 1 PENDAHULUAN. Belawan International Container Terminal (BICT) sebagai unit usaha PT. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalur transportasi air/laut merupakan salah satu jalur transportasi yang paling sering digunakan untuk pengiriman barang dalam skala kecil sampai dengan skala besar,

Lebih terperinci

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Undang Undang 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, dalam ketentuan umum dinyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayaran memiliki peran penting dalam perdagangan antar negara saat ini. Kemampuan kapal-kapal besar yang mampu mengangkut barang dalam jumlah besar dengan biaya

Lebih terperinci

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan jasa pelayanan bongkar dan muat peti kemas yang terletak di wilayah Pelabuhan Tanjung

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR 45 Komposisi hasil tangkapan yang diperoleh armada pancing di perairan Puger adalah jenis yellowfin tuna. Seluruh hasil tangkapan tuna yang didaratkan tidak memenuhi kriteria untuk produk ekspor dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi melalui laut memainkan peran penting dalam sistem perdagangan. Berbagai jenis barang di seluruh dunia bergerak dari tempat satu ke tempat lainnya melalui laut.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berbagai kajian menunjukkan bahwa selama 20 tahun mendatang aliran peti kemas di Indonesia akan meningkat secara dramatis, dari 8,8 juta TEUs pada tahun 2009 diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat strategis terhadap aspek ekonomi, juga memiliki BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Transportasi merupakan kebutuhan turunan (devired demand) dari kegiatan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah tercermin pada peningkatan intensitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pelabuhan merupakan sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Perkembangan pelabuhan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masing-masing pulau

Bab I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masing-masing pulau Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dimana masing-masing pulau dipisahkan oleh lautan, oleh karena itu kapal laut merupakan salah satu pilihan alat transportasi antar

Lebih terperinci

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon) TUGAS AKHIR Oleh : RINA MERIANA L2D 305 139 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi telah digunakan secara meluas di segala bidang, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi telah digunakan secara meluas di segala bidang, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi informasi telah digunakan secara meluas di segala bidang, seperti bidang industri, pendidikan, dan perhubungan. Dalam bidang industri, teknologi informasi

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Performance Pelabuhan Bitung ditinjau

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.633, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Priok. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Pelabuhan merupakan pintu gerbang keluar masuk barang

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pelabuhan merupakan salah satu jaringan transportasi yang menghubungkan transportasi laut dengan transportasi darat. Luas lautan meliputi kira-kira 70 persen dari luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang dikenal sebagai negara maritim yang sebagian besar luas wilayahnya merupakan perairan dan terdiri atas pulau pulau. Oleh sebab itu

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung A. PENDAHULUAN Setelah dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, arus kunjungan kapal ke Indonesia meningkat dengan drastis sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL LAMPIRAN 3 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Bobot setiap aspek Kriteria

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH KEBERADAAN PELABUHAN TANJUNG EMAS TERHADAP LINGKUNGAN MASYARAKAT ( STUDI KASUS : KELURAHAN BANDARHARJO DAN TANJUNGMAS) TUGAS AKHIR

KAJIAN PENGARUH KEBERADAAN PELABUHAN TANJUNG EMAS TERHADAP LINGKUNGAN MASYARAKAT ( STUDI KASUS : KELURAHAN BANDARHARJO DAN TANJUNGMAS) TUGAS AKHIR KAJIAN PENGARUH KEBERADAAN PELABUHAN TANJUNG EMAS TERHADAP LINGKUNGAN MASYARAKAT ( STUDI KASUS : KELURAHAN BANDARHARJO DAN TANJUNGMAS) TUGAS AKHIR Oleh: MASKUR L2D 098 447 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN RUANG AKTIVITAS DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DI PROBOLINGGO TUGAS AKHIR

ARAHAN PENATAAN RUANG AKTIVITAS DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DI PROBOLINGGO TUGAS AKHIR ARAHAN PENATAAN RUANG AKTIVITAS DI PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA DI PROBOLINGGO TUGAS AKHIR Oleh : MAHMUDAH L2D 097 456 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT DUKUNGAN KEBIJAKAN DALAM MENGOPTIMALKAN KAPASITAS, KUALITAS DAN DAYA SAING INDUSTRI PELAYARAN NIAGA DAN PELAYARAN RAKYAT SERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA DALAM MEWUJUDKAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN NORMALISASI

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Noor Mahmudah 1, David Rusadi 1 1 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: noor.mahmudah@umy.ac.id Abstrak. Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lalu lintas kendaraan bermotor di suatu kawasan perkotaan dan kawasan lalu lintas padat lainnya seperti di kawasan pelabuhan barang akan memberikan pengaruh dan dampak

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR DALAM MENUNJANG ARUS BONGKAR MUAT DI PELABUHAN MAKASSAR

KAJIAN PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR DALAM MENUNJANG ARUS BONGKAR MUAT DI PELABUHAN MAKASSAR KAJIAN PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR DALAM MENUNJANG ARUS BONGKAR MUAT DI PELABUHAN MAKASSAR Sy. Firmansyah 1, M. Ruslin Anwar 2, Alwafi Pujiraharjo 2 1 Mahasiswa / Program Magister / Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan merupakan simpul transportasi laut yang menjadi fasilitas penghubung dengan daerah lain untuk melakukan aktivitas perdagangan. Pelabuhan memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi/liberalisasi khususnya sektor perdagangan serta pelaksanaan otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan potensi yang dimiliki daerah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia, jasa kepelabuhanan merupakan hal strategis untuk kebutuhan logistik berbagai industri dan perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan/maritim yang dua pertiga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan/maritim yang dua pertiga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan/maritim yang dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada dipersinggahan rute

Lebih terperinci

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM

PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM Refina Anandya Syahputri 1 dan Prof. Ir. Hangtuah Salim, MocE, Ph.D. 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.540, 2017 KEMENHUB. Pelabuhan Utama Belawan. Pelabuhan Utama Tanjung Priok. Pelabuhan Utama Tanjung Perak. dan Pelabuhan Utama Makassar. Pemindahan Barang yang Melewati

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara kepulauan/maritim, sehingga peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupaan sosial, ekonomi, pemerintahan, hankam dan sebagainya. Sarana

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI ALOR, : a. bahwa pelabuhan mempunyai peran

Lebih terperinci

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Terminal Kapal Pesiar Tanah Ampo Kabupaten Karangasem dengan sebutan "Pearl from East Bali" merupakan tujuan wisata ketiga setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Hal tersebut membuat negara Indonesia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. daratan dan perairan disekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Tata Kelola Pelabuhan Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 55 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Pelabuhan, pelabuhan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah yang luas, dibutuhkan adanya suatu angkutan yang efektif dalam arti aman, murah dan nyaman. Setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang dipilih adalah Objek Wisata Air Terjun Lepo, Desa Dlingo, Kecamatan Dlingo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau dengan bentangan laut yang sangat panjang yaitu 94.166 kilometer merupakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Salah satu pelabuhan besar di Indonesia yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Pelabuhan

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

Tanjung Perak dan Bisnis Maritim

Tanjung Perak dan Bisnis Maritim 1 Tanjung Perak dan Bisnis Maritim Dr. Saut Gurning Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, ITS Surabaya Email: sautg@its.ac.id Pelabuhan Tanjung Perak sejak akhir tahun 010 hingga periode awal

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu

Bab I. Pendahuluan. Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu Bab I Pendahuluan a. Latar belakang Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu dengan negara lain yang saling ketergantungan sehingga melahirkan adanya perekonomian internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut mutlak diperlukan sarana dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) Fajar Prasetya Rizkikurniadi, Murdjito Program Studi Transportasi Laut Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan Pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara kepaulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau mencapai 17.508 pulau dan dengan bentangan laut yang sangat panjang yaitu 94.166

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada tahun 2001 hingga $ 1,97 milyar Amerika, terdiri dari ekspor migas sebesar $

Lebih terperinci

PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT

PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT ISSN 2355-4721 Penilaian Kapasitas Terminal Peti Kemas Pelabuhan Teluk Bayur PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT Ratna

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5742 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 220). PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : 1. surat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengendalian internal pada suatu perusahaan adalah hal yang sangat penting. Pelaksanaan pengawasan internal auditor dapat dilakukan secara langsung oleh Internal Auditor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan lautan terbesar di dunia, memiliki luas laut ± 5,8 juta km 2 dan jumlah pulau ± 17.503 pulau, serta panjang garis pantai 81.000

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran. 37 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Strategi Pengembangan Pariwisata di Pulau Pasaran dan juga untuk mengetahu apa saja

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap

BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT. memenuhi harapan pelanggan. Dengan luas area lebih dari 200 ribu m 2, kami siap BAB II PT. PELABUHAN INDONESIA I BICT A. SEJARAH RINGKAS Belawan Internasional Container Terminal disingkat BICT merupakan salah satu cabang pelaksana PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan, BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia sebagai negara maritim yang terdiri dari ribuan pulau membutuhkan eksistensi sistem transportasi laut sebagai penggerak pertumbuhan, perdagangan

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 2.1.1.Sejarah Singkat Perusahaan PT. DMR adalah salah satu dari anak perusahaan PT. SSU. PT. SSU adalah perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

FUNGSI PELABUHAN P P NOMOR 69 TAHUN 2001 SIMPUL DALAM JARINGAN TRANSPORTASI; PINTU GERBANG KEGIATAN PEREKONOMIAN DAERAH, NASIONAL DAN INTERNASIONAL;

FUNGSI PELABUHAN P P NOMOR 69 TAHUN 2001 SIMPUL DALAM JARINGAN TRANSPORTASI; PINTU GERBANG KEGIATAN PEREKONOMIAN DAERAH, NASIONAL DAN INTERNASIONAL; FUNGSI PELABUHAN P P NOMOR 69 TAHUN 2001 SIMPUL DALAM JARINGAN TRANSPORTASI; PINTU GERBANG KEGIATAN PEREKONOMIAN DAERAH, NASIONAL DAN INTERNASIONAL; TEMPAT KEGIATAN ALIH MODA TRANSPORTASI; PENUNJANG KEGIATAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN M PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LITBANG IPTEK (PROLIPTEK) TAHUN 2012 (KORIDOR-I)

LAPORAN KEMAJUAN M PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LITBANG IPTEK (PROLIPTEK) TAHUN 2012 (KORIDOR-I) LAPORAN KEMAJUAN M PROGRAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LITBANG IPTEK (PROLIPTEK) TAHUN 2012 (KORIDOR-I) PEMBERDAYAAN JASA MARITIM BERBASIS PERKAPALAN DI SELAT MALAKA KOORDINATOR PENELITI : KOLONEL INF JEFRI

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci