5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "5 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 35 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Kriteria-kriteria yang akan diukur meliputi kriteria efisiensi, kriteria efektivitas, dan kriteria inferensial. Kriteria efisiensi menunjukkan bagaimana penggunaan sumberdaya perusahaan (galangan), seperti tenaga kerja, energi, material serta modal yang sehemat mungkin. Kriteria efektivitas menunjukkan bagaimana galangan mencapai hasil bila dilihat dari sudut akurasi dan kualitasnya. Kriteria inferensial menunjukkan suatu kriteria yang tidak secara langsung mempengaruhi produktivitas tetapi bila diikutsertakan dalam matriks dapat membantu memperhitungkan variabel yang mempengaruhi faktor-faktor yang mayor. Kriteria yang ditetapkan mengacu pada kriteria yang digunakan oleh Mahendra (2007) yang telah meneliti tentang Peningkatan Produktivitas Galangan Kapal Menggunakan Model OMAX (Studi kasus: di PT. BEN SANTOSA Surabaya). Mahendra (2007) awalnya menetapkan sebanyak tiga belas indikator kinerja berdasarkan tiga kriteria tersebut. Namun, setelah dilakukan wawancara dan pengisian kuesioner oleh tim manajemen diperoleh hasil bahwa indikator kinerja yang dapat digunakan hanya tujuh indikator. Ketujuh indikator tersebut adalah man hour, material, tenaga kerja, pemakaian mesin, jam kerja aktual, jam kerja efektif, dan jumlah ketidakhadiran karyawan. Penetapan kriteria pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi lapang, wawancara dan kuesioner yang mengacu berdasarkan tujuh indikator yang dikemukakan oleh Mahendra (2007). Hasil observasi, wawancara dan kuesioner menunjukkan bahwa indikator kinerja yang dapat digunakan dalam penelitian ini ada lima indikator dari tujuh indikator yang diacu pada penelitian Mahendra (2007). Indikator-indikator tersebut yaitu: pemakaian mesin, pemakaian tenaga kerja, jam kerja aktual, jam kerja efektif, dan jumlah ketidakhadiran. Hal tersebut terjadi karena ketersediaan data yang ada di Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI) yang tidak memiliki data man hour dan material.

2 Model Objective Matrix (OMAX) Penilaian indikator kinerja 1) Indikator kinerja yang termasuk dalam kriteria Efisiensi (1) Tenaga kerja Penentuan nilai indikator tenaga kerja dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 8 Nilai indikator tenaga kerja Periode Tenaga Kerja yg. Digunakan (orang) Tenaga Kerja yg. Ada (orang) Prosentase Tenaga Kerja (%) , , , , ,33 Rata-rata 53,33 Tenaga kerja yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI sebanyak 30 orang. Tenaga kerja tersebut terdiri dari 7 orang staf lapang tetap, 13 orang staf administrasi tetap, dan 10 orang staf lapang tidak tetap. Reparasi kapal dilakukan oleh staf lapang (tetap dan tidak tetap). Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk reparasi sebanyak 16 orang. Terdapat 1 orang yang tidak melakukan pekerjaan reparasi yaitu juru alur. Meskipun tidak terjun dalam proses reparasi kapal, namun juru alur termasuk ke dalam tenaga kerja langsung karena tugas juru alur yang berkaitan langsung dengan proses reparasi. Tugas juru alur yaitu untuk menentukan kapal yang dapat naik di atas galangan sesuai dengan standar ukuran alur yang dipakai dan kapasitas galangan serta bertanggung jawab penuh dalam mengatur kapal-kapal yang akan masuk maupun keluar galangan. Berdasarkan rumus rasio indikator tenaga kerja: Prosentase tenaga kerja yang digunakan di Dok Pembinaan UPT BTPI adalah 53,33 %. Hal tersebut dapat terjadi karena tenaga kerja yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI digunakan sama dari tahun 2006 sampai 2010 yaitu sebanyak 16 orang dari 30 orang tenaga kerja. Tenaga kerja yang tidak digunakan dalam kegiatan reparasi adalah 13 orang staf administrasi dan 1 orang staf lapang sebagai juru alur. Pembagian tugas yang dilakukan oleh staf lapang tetap pada saat melakukan reparasi kapal adalah 1 orang sebagai juru alur, 1 orang mengoperasikan mesin

3 37 dan sisa 5 orang lainnya melakukan persiapan kapal naik dok di dalam air. Persiapan yang dilakukan adalah persiapan dudukan lunas dan bantalan untuk lunas agar kapal dapat berdiri dengan posisi mantap yang dilakukan mulai dari kapal berada di dalam air hingga kapal naik dok. Setelah kapal naik dok dan sudah dalam posisi yang mantap, mesin dimatikan. Tugas selanjutnya adalah melakukan penyekrapan, pembakaran teritip, pengecatan dan penurunan kapal ke dalam air setelah reparasi kapal selesai dilakukan. Tugas-tugas yang dilakukan oleh staf lapang tidak tetap sebagian sama dengan yang dilakukan oleh staf lapang tetap. Perbedaannya adalah operasional mesin yang hanya dilakukan oleh staf lapang tetap (juru mesin), penaikan kapal ke dok, dan penurunan kapal dari dok. Selain itu, perbedaan lainnya adalah tugas tambahan yang hanya dilakukan oleh staf lapang tidak tetap. Tugas yang dimaksud seperti tenaga perbengkelan, listrik, dan pergantian kayu. (2) Pemakaian mesin Penentuan nilai indikator pemakaian mesin dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Nilai indikator pemakaian mesin Periode Jam Pemakaian Mesin (jam) Jumlah Jam Tersedia (jam) Prosentase Pemakaian Mesin (%) , , ,25 Rata-rata 30,9 Mesin yang digunakan adalah mesin winch yang berfungsi untuk menarik kapal pada saat kapal akan naik dok dan memberikan tahanan pada saat kapal turun dok setelah kapal selesai direparasi. Lama waktu mesin stand by untuk digunakan dalam satu hari sama dengan waktu kerja kantor UPT BTPI yaitu selama delapan jam dalam satu hari, sehingga dalam satu tahun, jumlah jam tersedia untuk pemakaian mesin adalah jam dengan asumsi dalam satu tahun periode kerja adalah 300 hari. Mesin digunakan hanya pada saat kapal naik dok dan turun dok. Lama waktu kapal naik dan turun dok masing-masing adalah tiga jam, sehingga lama operasional mesin untuk reparasi satu buah kapal adalah enam jam. Berdasarkan Tabel 10 di atas, dapat dilihat pada tahun 2006, jumlah kapal yang melakukan

4 38 reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI ada 147 kapal sehingga jam pemakaian mesin pada tahun tersebut adalah 147 kapal x 6 jam = 882 jam. Tahun 2007 ada 104 kapal, 130 kapal pada tahun 2008, 140 kapal pada tahun 2009, dan 97 kapal pada tahun Jam pemakaian mesin yang digunakan berturut-turut adalah 624, 780, 840, dan 582 jam. Tingkat utilitas Dok Pembinaan UPT BTPI dapat dikatakan masih rendah karena fasilitas dalam hal ini mesin winch tidak dioperasikan mendekati kapasitasnya. Prosentase pemakaian mesin diperoleh dengan cara jam pemakaian mesin dibagi jumlah jam tersedia dikalikan 100 %. Hasil prosentase pemakaian mesin berturut-turut dari tahun 2006 sampai 2010 adalah 36,75 %; 26 %; 32,5 %; 35 %; dan 24,25 %. Tahun 2006 prosentase pemakaian mesin bernilai 36,75 %. Hal tersebut menandakan bahwa pada tahun 2006, mesin hanya digunakan 36,75 % dari jumlah jam pemakaian yang tersedia sebesar 2400 jam. Waktu pemakaian mesin yang terpakai pada tahun 2006 hanya 882 jam. Nilai prosentase pada tahun 2007 sampai 2010 juga menandakan hal yang sama. Jumlah kapal yang melakukan reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI pada tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 6. Tabel 10 Jumlah kapal yang melakukan reparasi berdasarkan ukuran di Dok Pembinaan UPT BTPI. Ukuran Kapal Tahun Jumlah 1-10 GT GT GT GT >50 GT Jumlah

5 Jumlah Kapal Kapal Ukuran 1-10 GT Kapal Ukuran GT Kapal Ukuran GT Kapal Ukuran GT Kapal Ukuran >50 GT Jumlah total Gambar 7 Fluktuasi produksi reparasi kapal tahun 2006 sampai 2010 di Dok Pembinaan UPT BTPI Tahun 2007 dan 2010, jumlah kapal yang naik jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2006, 2008, dan 2009 karena pada tahun 2007 bulan Oktober sampai Desember dilakukan perbaikan dan pembangunan slipway di galangan dan pada tahun 2010 bulan Oktober sampai Desember dilakukan peninggian dok galangan. 2) Indikator kinerja yang termasuk dalam kriteria Efektivitas (1) Jam kerja aktual Penentuan nilai indikator jam kerja aktual dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11 Nilai indikator jam kerja aktual produksi Periode Jam Kerja Aktual Produksi (jam) Working Time (jam) Prosentase Jam Kerja Aktual (%) , , , ,19 Rata-rata 58,86

6 40 Jam kerja aktual produksi adalah jam kerja yang benar-benar digunakan oleh staf lapang di Dok Pembinaan UPT BTPI dalam operasional reparasi kapal. Jam kerja aktual produksi diperoleh dengan mengalikan jumlah kapal dengan jam yang digunakan oleh pekerja dalam mereparasi satu kapal. Waktu yang dibutuhkan oleh staf lapang tetap untuk mereparasi satu kapal adalah 10 jam dengan pembagian waktu yaitu: penaikan kapal ke atas dok selama 3 jam, penyekrapan selama 1 jam, pembakaran teritip selama 2 jam, pengecatan selama 1 jam, dan penurunan kapal dari dok ke dalam air setelah selesai dilakukan reparasi selama 3 jam. Pengerjaan yang dilakukan oleh staf lapang tetap tersebut bukan keseluruhan pengerjaan pada proses reparasi kapal. Pengerjaan tersebut hanyalah tugas yang dilakukan oleh staf lapang tetap. Pengerjaan reparasi kapal lainnya dilakukan oleh staf lapang tidak tetap. Working time adalah jam kerja yang sudah ditetapkan oleh perusahaan kepada staf lapang di Dok Pembinaan UPT BTPI. Working time staf lapang Dok Pembinaan UPT BTPI yaitu selama 7 jam dari pukul sampai pukul dalam satu hari dan dalam satu tahun periode kerja diasumsikan selama 300 hari, sehingga working time staf lapang di Dok Pembinaan UPT BTPI adalah jam dalam periode satu tahun (300 hari). Prosentase jam kerja aktual Dok Pembinaan UPT BTPI diperoleh dengan cara jam kerja aktual produksi dibagi dengan working time dikalikan 100 %. Berdasarkan tabel nilai indikator jam kerja aktual produksi di atas, jam kerja aktual produksi Dok Pembinaan UPT BTPI berturut-turut dari tahun 2006 sampai 2010 adalah 1470 jam dengan jumlah kapal yang direparasi sebanyak 147 kapal atau 70 % dari jam kerja sebesar jam dalam satu tahun; jam dengan jumlah kapal yang direparasi sebanyak 104 kapal atau 49,52 % dari jam kerja sebesar 2100 jam dalam satu tahun, 1300 jam dengan jumlah kapal yang direparasi sebanyak 130 kapal atau 61,91 % dari jam kerja sebesar 2100 jam dalam satu tahun, 1400 jam dengan jumlah kapal yang direparasi sebanyak 140 kapal atau 66,67 % dari jam kerja sebesar jam dalam satu tahun, dan 970 jam dengan jumlah kapal yang direparasi sebanyak 97 kapal atau 46,19 % dari

7 41 jam kerja sebesar jam dalam satu tahun. Jumlah kapal yang direparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI dapat dilihat pada Tabel 10. (2) Jam kerja efektif Penentuan nilai indikator jam kerja efektif dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 12 Nilai indikator jam kerja efektif Periode Operating Time (jam) Working Time (jam) Prosentase Jam Kerja Efektif (%) , , , , ,714 Rata-rata 85,714 Jam kerja efektif (operating time) adalah jam kerja yang baku yang harus dilaksanakan di luar jam istirahat makan siang selama satu jam. Apabila dalam satu hari, working time di Dok Pembinaan UPT BTPI adalah 7 jam, maka setelah dikurangi waktu istirahat makan siang yang sudah ditentukan oleh perusahaan selama 1 jam diperoleh operating time selama 6 jam dalam satu hari. Dengan asumsi yang sama yaitu periode bekerja dalam satu tahun diasumsikan selama 300 hari, maka operating time Dok Pembinaan UPT BTPI dalam satu tahun adalah jam. Operating time dari tahun 2006 sampai 2010 nilainya sama sehingga prosentasenya pun bernilai sama yaitu sebesar 85,714 %. Prosentase jam kerja efektif diperoleh dengan cara operating time dibagi working time dikali 100 %. 3) Indikator kinerja yang termasuk dalam kriteria Inferensial (1) Ketidakhadiran karyawan Nilai indikator ketidakhadiran karyawan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13 Nilai indikator jumlah ketidakhadiran Periode Jumlah karyawan (orang) Jumlah Karyawan Absen (hari) Prosentase Ketidakhadiran (%) , , , , ,33 Rata-rata 1,33 Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa jumlah karyawan yang tersedia di Dok Pembinaan UPT BTPI sebanyak 20 orang dengan rincian 7 orang staf lapang dan 13 orang staf administrasi. Nilai jumlah karyawan absen pada Tabel 14 di atas bernilai sama yaitu 80 hari. Nilai tersebut adalah nilai gabungan

8 42 jumlah ketidakhadiran karyawan staf lapang dan karyawan staf administrasi. Data ketidakhadiran karyawan staf lapang diperoleh dengan cara wawancara langsung salah seorang pekerja lapangan dan pegawai kantor UPT BTPI. Hal tersebut dikarenakan Dok Pembinaan UPT BTPI tidak memiliki data tertulis terkait absen staf lapang. Sedangkan data ketidakhadiran karyawan staf administrasi diperoleh dari rekapitulasi absen, namun data yang ada hanya dari Januari 2010 sampai November Berdasarkan hasil wawancara, untuk jumlah ketidakhadiran karyawan staf lapang diperoleh dari asumsi-asumsi. Ketidakhadiran karyawan diasumsikan dalam satu bulan rata-rata hanya satu orang yang absen dan hanya satu hari orang tersebut absen, sehingga diperoleh hasil jumlah ketidakhadiran karyawan sebesar 12 hari dalam satu tahun untuk staf lapang. Nilai jumlah ketidakhadiran karyawan staf administrasi diperoleh dari ratarata rekapitulasi data yang diperoleh yaitu Januari 2010 sampai November Penggunaan rata-rata dari rekapitulasi data dikarenakan data yang ada hanya data dari Januari 2010 sampai November Hal tersebut mengakibatkan nilai ratarata dari rekapitulasi data tersebut dibutuhkan untuk dijadikan asumsi jumlah ketidakhadiran karyawan staf administrasi dalam satu tahun. Berdasarkan hasil rekapitulasi data, untuk jumlah ketidakhadiran karyawan staf administrasi adalah 68 hari dalam satu tahun. Dengan demikian, diperoleh hasil dalam satu tahun jumlah hari karyawan absen adalah 80 hari. Prosentase ketidakhadiran karyawan memiliki nilai sebesar 1,33 % diperoleh dengan cara: Pencapaian awal dari indikator kinerja (skor 3) Pencapaian setiap indikator kinerja pada saat matrik mulai dioperasionalkan dikategorikan ke dalam skor 3. Besarnya nilai pencapaian ini sama dengan ratarata nilai pencapaian indikator-indikator kinerja (tenaga kerja, pemakaian mesin, jam kerja aktual produksi, jam kerja efektif, ketidakhadiran karyawan) pada periode pengukuran dalam hal ini periode lima tahun terakhir dari tahun 2006 sampai Nilai pencapaian awal (skor 3) dapat dilihat pada Tabel 14.

9 43 Tabel 14 Nilai pencapaian awal (skor 3) Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Nilai Awal 1 Tenaga Kerja % 53,33 2 Pemakaian Mesin % 30,90 3 Jam Kerja Aktual Produksi % 58, 86 4 Jam Kerja Efektif % 85,71 5 Jumlah Ketidakhadiran % 1, Target realistis dan terendah indikator kinerja (skor 10 dan 0) Target realistis yang ditetapkan berkenaan dengan target yang ingin dicapai perusahaan di masa mendatang untuk tiap-tiap prespektif kinerja yang diukur. Target yang ingin dicapai tersebut akan ditempatkan dalam skala skor 10 untuk setiap indikator kinerja. Target ditentukan oleh pihak manajemen perusahaan, karena pihak manajemen mengetahui keadaan perusahaan yang sebenarnya sehingga dapat menentukan kemajuan yang akan dicapai. Nilai target realistis ini diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner kepada pihak manajemen yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner tersebut disebutkan bahwa untuk target realistis tertinggi yang ingin dicapai oleh perusahaan ditentukan berdasarkan target perusahaan yaitu dalam 3 slipway yang dimiliki mampu menampung masing-masing 2 kapal dan dalam satu bulan terjadi 4 kali frekuensi reparasi kapal dikalikan 12 bulan sehingga diperoleh target reparasi kapal dalam satu tahun sebanyak 288 kapal. Sementara itu, dilihat dari ketidakhadiran karyawan, diasumsikan bahwa dalam satu tahun, masing-masing karyawan hanya absen dua kali, sehingga jumlah ketidakhadiran karyawan dalam satu tahun adalah 40 hari absen. Berdasarkan hasil tersebut dapat diperoleh nilai tiap indikator kinerja yang diukur pada skor 10. Nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Nilai target realistis (skor 10) Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Nilai Awal 1 Tenaga Kerja % 100,00 2 Pemakaian Mesin % 72,00 3 Jam Kerja Aktual Produksi % 137,14 4 Jam Kerja Efektif % 85,71 5 Jumlah Ketidakhadiran % 0,67

10 44 Penetapan skor 0 juga dilakukan dengan wawancara dan kuesioner. Berdasarkan wawancara dan kuesioner tersebut, nilai target terendah perusahaan adalah jika dalam 3 slipway yang dimiliki oleh perusahaan masing-masing hanya memuat 1 kapal dan dalam satu bulan hanya terjadi 3 kali frekuensi reparasi kapal dikalikan 12 bulan sehingga diperoleh target reparasi kapal terendah dalam satu tahun sebanyak 108 kapal. Apabila dilihat dari ketidakhadiran karyawan, diasumsikan bahwa masing-masing karyawan menggunakan jatah cuti mereka dalam setahun yaitu 12 hari, sehingga dalam satu tahun jumlah ketidakhadiran adalah 240 hari. Berdasarkan hal tersebut, nilai yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Nilai terendah (skor 0) Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Nilai Awal 1 Tenaga Kerja % 70,00 2 Pemakaian Mesin % 27,00 3 Jam Kerja Aktual Produksi % 51,43 4 Jam Kerja Efektif % 78,57 5 Jumlah Ketidakhadiran % 4, Bobot indikator kinerja Setiap indikator kinerja yang telah ditentukan memiliki pengaruh yang relatif berbeda terhadap peningkatan kinerja secara keseluruhan. Dibutuhkan suatu pembobotan untuk dapat mengetahui derajat kepentingan suatu indikator kinerja terhadap lainnya dalam menentukan kinerja perusahaan. Pembobotan dilakukan oleh pihak manajemen yang berkepentingan dengan kuesioner. Hasil kuesioner dihitung dengan matrik perbandingan berpasangan. Data matrik perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Lampiran 9. Nilai pembobotan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Nilai pembobotan Nomor Indikator Indikator Kinerja Satuan Bobot 1 Tenaga Kerja % 21 2 Pemakaian Mesin % 14 3 Jam Kerja Aktual Produksi % 14 4 Jam Kerja Efektif % 21 5 Jumlah Ketidakhadiran % 30

11 Penyusunan tabel objective matrix (OMAX) Pada langkah ini data yang telah diperoleh disusun dalam tabel objective matrix untuk dilakukan analisa. Berikut adalah tabel pengukuran produktivitas model objective matrix pada tahun 2006 sampai 2010: Tabel 18 Matriks tahun 2006 Kriteria Efisiensi Efektivitas Inferensial Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Nilai Aktual 53,33 36, ,714 1,33 Skor Keterangan ,143 85,714 0,67 10 Sangat Baik 93,33 66, , ,714 0, ,67 60, , ,714 0, ,00 54, , ,714 0, ,33 48, , ,714 1, Baik Target 66,66 42, , ,714 1, ,00 36, , ,714 1, ,33 30,9 58,857 85,714 1,33 3 Sedang 48,89 29,6 56,381 83,333 2, ,44 28,3 53,905 80,952 3,11 1 Buruk ,429 78, Sangat Buruk Skor Aktual Bobot Nilai Produktivitas Keterangan Sedang Sedang Sedang Sangat Baik Sedang Indikator Performansi Indikator Performansi Saat ini Periode Dasar Index Saat ini Periode Sebelum Index Tabel 19 Matriks tahun 2007 Kriteria Efisiensi Efektivitas Inferensial Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Nilai Aktual 53, , ,714 1,33 Skor Keterangan ,143 85,714 0,67 10 Sangat Baik 93,33 66, , ,714 0, ,67 60, , ,714 0, ,00 54, , ,714 0, ,33 48, , ,714 1, Baik Target 66,66 42, , ,714 1, ,00 36, , ,714 1, ,33 30,9 58,857 85,714 1,33 3 Sedang 48,89 29,6 56,381 83,333 2, ,44 28,3 53,905 80,952 3,11 1 Buruk ,429 78, Sangat Buruk Skor Aktual Bobot Nilai Produktivitas Keterangan Sedang Sangat Buruk Sangat Buruk Sangat Baik Sedang Indikator Performansi Indikator Performansi Saat ini Periode Dasar Index Saat ini Periode Sebelum Index ,791946

12 46 Tabel 20 Matriks tahun 2008 Kriteria Efisiensi Efektivitas Inferensial Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Nilai Aktual 53,33 32,5 61, ,714 1,33 Skor Keterangan 100, ,143 85,714 0,67 10 Sangat Baik 93,33 66, , ,714 0, ,67 60, , ,714 0, ,00 54, , ,714 0, ,33 48, , ,714 1, Baik Target 66,66 42, , ,714 1, ,00 36, , ,714 1, ,33 30,9 58,857 85,714 1,33 3 Sedang 48,89 29,6 56,381 83,333 2, ,44 28,3 53,905 80,952 3,11 1 Buruk 40, ,429 78, Sangat Buruk Skor Aktual Bobot Nilai Produktivitas Keterangan Sedang Sedang Sedang Sangat Baik Sedang Indikator Performansi Indikator Performansi Saat ini Periode Dasar Index Saat ini Periode Dasar Index , Tabel 21 Matriks tahun 2009 Kriteria Efisiensi Efektivitas Inferensial Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Nilai Aktual 53, , ,714 1,33 Skor Keterangan ,143 85,714 0,67 10 Sangat Baik 93, , , ,714 0, , , , ,714 0, , , , ,714 0, , , , ,714 1, Baik Target 66, , , ,714 1, , , , ,714 1, ,33 30,9 58,857 85,714 1,33 3 Sedang 48, ,6 56,381 83,333 2, , ,3 53,905 80,952 3,11 1 Buruk ,429 78, Sangat Buruk Skor Aktual Bobot Nilai Produktivitas Keterangan Sedang Sedang Sedang Sangat Baik Sedang Indikator Performansi Indikator Performansi Saat ini Periode Dasar Index Saat ini Periode Dasar Index

13 47 Tabel 22 Matriks tahun 2010 Kriteria Efisiensi Efektivitas Inferensial Rasio-Rasio Rasio 1 Rasio 2 Rasio 3 Rasio 4 Rasio 5 Nilai Aktual 53,33 24,25 46, ,714 1,33 Skor Keterangan ,143 85,714 0,67 10 Sangat Baik 93, , , ,714 0, , , , ,714 0, , , , ,714 0, , , , ,714 1, Baik Target 66, , , ,714 1, , , , ,714 1, ,33 30,9 58,857 85,714 1,33 3 Sedang 48, ,6 56,381 83,333 2, , ,3 53,905 80,952 3,11 1 Buruk ,429 78, Sangat Buruk Skor Aktual Bobot Nilai Produktivitas Keterangan Sedang Sangat Buruk Sangat Buruk Sangat Baik Sedang Indikator Performansi Saat ini Periode Dasar Index Keterangan: Indikator Performansi Saat ini Periode Dasar Index , ) Rasio 1: rasio indikator pemakaian tenaga kerja 2) Rasio 2: rasio indikator pemakaian mesin 3) Rasio 3: rasio indikator jam kerja aktual 4) Rasio 4: rasio indikator jam kerja efektif 5) Rasio 5: rasio indikator jumlah ketidakhadiran karyawan 5.3 Tingkat Produktivitas Pada Aktivitas Reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI Setelah dilakukan pengolahan data, langkah selanjutnya adalah melakukan analisa dan interpretasi terhadap hasil pengolahan data. Hal-hal yang akan dibahas meliputi analisa terhadap masing-masing indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan model OMAX, analisa terhadap indeks pencapaian kinerja tiap periode pengukuran, dan analisa keseluruhan nilai kinerja total pada unit produksi. Analisa terhadap indikator kinerja yang digunakan dalam pengukuran kinerja Dok Pembinaan UPT BTPI dilakukan untuk memberikan gambaran tentang pencapaian hasil dari setiap indikator kinerja sehingga galangan, dalam hal ini pihak manajemen, dapat mengukur kinerja yang telah dilakukan dan selanjutnya melakukan tindakan-tindakan yang dianggap perlu dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja galangan. Berikut ini akan dijelaskan

14 48 hasil yang dicapai masing-masing indikator kinerja galangan untuk setiap periode pengukuran. Analisa ini dibuat berdasarkan hasil pengolahan data berupa tabel pengukuran kinerja di setiap periode pengukuran. Tabel hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 19 sampai Tabel 23 di atas. Nilai pencapaian untuk indikator tenaga kerja konstan pada skor 3 (tiga) dengan nilai sebesar 53,33 dengan bobot 21 %. Hal ini terjadi karena tenaga kerja yang digunakan dan tenaga kerja yang tersedia tidak mengalami perubahan. Berdasarkan hasil pengukuran 5 tahun menggunakan model OMAX tersebut tampak bahwa pencapaian kinerja untuk indikator tenaga kerja sudah cukup baik karena berada pada skor 3 (tiga) dan konstan selama 5 tahun. Jika dilihat berdasarkan pencapaian sasaran akhir (skor 10), indikator tenaga kerja ini perlu ditingkatkan dengan syarat seluruh tenaga kerja digunakan sepenuhnya untuk melakukan reparasi kapal. Hal tersebut dikarenakan perbedaan nilai yang cukup jauh antara pencapaian awal (skor 3) dengan pencapaian sasaran akhir (skor 10) dengan perbedaan mencapai 46,7 %. Nilai pencapaian skor tertinggi untuk indikator kinerja pemakaian mesin dicapai pada tahun 2006 dengan skor 3 dan nilai sebesar 36,75. Nilai indikator yang memiliki bobot 14 % tersebut lebih besar dari nilai pada tahun lainnya meskipun pada tahun 2008 dan 2009 mencapai skor yang sama yaitu skor 3 namun memiliki nilai lebih kecil yaitu 32,2 dan 35. Hal tersebut dapat terjadi karena pada tahun 2006 terjadi produksi yang lebih banyak daripada tahun-tahun lainnya sehingga pemakaian mesin juga lebih besar daripada tahun yang lainnya. Nilai indikator terendah dicapai pada tahun 2007 dan 2010 yaitu pada skor 0 dengan nilai masing-masing sebesar 26 dan 24,25. Penurunan yang terjadi pada tahun 2007 dan 2010 dari tahun sebelumnya dikarenakan pada tahun 2007 terjadi perbaikan dan pembangunan slipway pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember, sedangkan pada tahun 2010 terjadi peninggian dok galangan dari bulan Oktober sampai bulan Desember. Hal tersebut mengakibatkan pada tahun 2007 dan 2010 terjadi pemangkasan periode produksi menjadi 9 bulan dari 12 bulan. Pemangkasan periode produksi tersebut mengakibatkan produksi galangan juga menurun sehingga pemakaian mesin juga menurun.

15 49 Nilai pencapaian skor tertinggi untuk indikator kinerja jam kerja aktual produksi dicapai pada tahun pada skor 3 dengan nilai 70. Nilai indikator yang memiliki bobot 14 % tersebut lebih besar daripada nilai pada tahun yang lainnya meskipun pada tahun 2008 dan 2009 mencapai skor yang sama yaitu skor 3 dengan nilai masing-masing 61,9 dan 66,67. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pengurangan pemakaian waktu setup produksi pada tahun 2007 sampai 2010 dibandingkan dengan waktu setup produksi pada tahun Nilai indikator terendah pada tahun 2007 dan 2010 yaitu pada skor 0 dengan nilai masing-masing sebesar 49,52 dan 46,19. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, penurunan terjadi karena pada tahun 2007 dan 2010 periode produksi hanya 9 bulan. Berdasarkan hasil pengukuran selama 5 tahun tampak bahwa kinerja untuk indikator jam kerja aktual produksi masih sangat rendah dan perlu diberi perhatian untuk lebih ditingkatkan karena nilai indikator tersebut masih jauh dibawah target realistis yang telah ditetapkan yang terdapat pada skor 10 yaitu sebesar 137,14. Solusi yang dapat digunakan agar target realistis dapat dicapai adalah dengan penambahan jumlah tenaga kerja langsung sehingga waktu yang digunakan untuk melakukan reparasi kapal sesuai dengan target realistis jumlah kapal yang direparasi lebih cepat terselesaikan. Nilai pencapaian untuk indikator kinerja jam kerja efektif konstan pada skor 10 (sepuluh) dengan nilai sebesar 85,71 dengan bobot 21 %. Hal ini terjadi karena jam kerja efektif (operating time) yang digunakan dan jam kerja yang ditetapkan tidak mengalami perubahan. Berdasarkan hasil pengukuran 5 tahun tersebut tampak bahwa pencapaian kinerja untuk indikator jam kerja efektif sudah sangat baik. Nilai pencapaian untuk indikator kinerja ketidakhadiran karyawan konstan pada skor 3 (tiga) dengan nilai sebesar 1,33 dengan bobot 30 %. Hal ini terjadi karena jumlah ketidakhadiran karyawan dengan jumlah karyawan tidak mengalami perubahan. Berdasarkan hasil pengukuran 5 tahun tersebut tampak bahwa pencapaian kinerja untuk indikator ketidakhadiran karyawan cukup baik (sedang). Indikator jumlah ketidakhadiran karyawan pada kasus ini sulit untuk ditingkatkan. Hal tersebut dikarenakan ketidakhadiran karyawan yang terjadi di Dok Pembinaan UPT BTPI masih termasuk dalam penggunaan jatah cuti dalam

16 50 satu tahun, yaitu masing-masing karyawan mendapatkan hak jatah cuti selama 12 hari dalam satu tahun. Nilai jumlah ketidakhadiran karyawan di Dok Pembinaan UPT BTPI yang didapat bernilai 80 hari dalam satu tahun, sedangkan jika karyawan menggunakan seluruh jatah cutinya dalam satu tahun maka nilai jumlah ketidakhadiran karyawan bernilai sebesar 240 hari. Selain itu, perolehan data jumlah ketidakhadiran karyawan pada kasus ini diperoleh berdasarkan asumsi-asumsi dan rekapitulasi data dua tahun terakhir yang dirata-ratakan. Hal tersebut terjadi karena tidak terdapatnya data tertulis jumlah ketidakhadiran karyawan staf lapang, sedangkan data jumlah ketidakhadiran karyawan staf administrasi hanya ada dari Januari 2010 sampai November Berdasarkan hasil pengukuran kinerja selama 5 (lima) periode dengan menggunakan model Objective Matrix (OMAX) dapat dibuat tabel pencapaian kinerja total dan tabel prosentase peningkatan kriteria sebagai berikut: Tabel 23 Pencapaian kinerja total dengan menggunakan periode dasar dan periode sebelum No Periode Pencapaian Kinerja Total Sekarang Dasar Sebelum Indeks berdasarkan periode dasar (%) Indeks berdasarkan periode sebelum (%) , , ,79 Berdasarkan Tabel 23 di atas tampak bahwa Dok Pembinaan UPT BTPI mencapai nilai kinerja total tertinggi berdasarkan periode dasar terjadi pada tahun 2006, 2008 dan 2009, dimana peningkatan kinerja yang berhasil dicapai lebih tinggi dibandingkan dengan periode-periode yang lainnya. Pada tahun 2006, 2008 dan 2009 mencatat nilai indeks sebesar 49 %. Hal tersebut dapat terjadi karena jumlah produksi reparasi kapal yang terjadi pada tahun 2006, 2008 dan 2009 lebih besar daripada jumlah produksi yang terjadi pada tahun 2007 dan Nilai kinerja total tertinggi berdasarkan periode sebelum terjadi pada tahun 2008, dimana peningkatan kinerja yang berhasil dicapai dibandingkan periode sebelumnya sangat tinggi dibandingkan dengan peningkatan kinerja yang terjadi pada tahun-tahun yang lain. Pada tahun 2008 mencatat nilai indeks sebesar 23,14 % jauh meningkat dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2007 yang mencatat indeks sebesar -18,79 %. Hal tersebut terjadi karena pada tahun 2008 terjadi

17 51 peningkatan jumlah produksi yang sangat signifikan dari tahun 2007, dimana pada tahun 2008 jumlah produksi reparasi kapal yang terjadi di Dok Pembinaan UPT BTPI mencapai angka 130 kapal sedangkan pada tahun 2007 sebesar 104 kapal. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa pada tahun 2007 terjadi perbaikan slipway sehingga bulan produksi dalam satu tahun pada tahun 2007 hanya sembilan bulan. Perbedaan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 24 di atas karena pada nilai indeks terhadap periode dasar menunjukkan peningkatan kinerja yang terjadi dilihat dari jumlah produksi reparasi kapal yang dilakukan oleh Dok Pembinaan UPT BTPI pada masing-masing periode. Periode yang digunakan sebagai pembanding pada pencarian indeks menggunakan periode dasar yaitu 300. Lain halnya dengan nilai indeks terhadap periode sebelum menunjukkan peningkatan kinerja yang dilihat adalah peningkatan jumlah produksi reparasi antara tahun yang ditentukan dengan tahun sebelumnya, sehingga periode yang digunakan sebagai pembanding untuk mencari indeks menggunakan periode sebelumnya (tahun sebelumnya). Secara keseluruhan, kinerja yang dihasilkan oleh Dok Pembinaan UPT BTPI sudah tergolong cukup baik karena pada setiap periode pengukuran banyak indikator kinerja yang pencapaian nilainya stabil pada skor 3 bahkan ada yang stabil pada skor 10. Skor 3 merupakan skala nilai rata-rata dari seluruh periode pengukuran. Meskipun terdapat beberapa indikator kinerja yang pencapaian nilainya berada di bawah skor 3, bahkan mencapai skor 0 yaitu pada tahun 2007 dan Hal tersebut dikarenakan faktor perbaikan dan perawatan sarana dan prasarana Dok Pembinaan UPT BTPI. Tentunya diharapkan pencapaian kinerja untuk semua indikator dapat melebihi nilai rata-rata pengukuran karena hal itu menunjukkan adanya perbaikan atau peningkatan kerja yang lebih baik. Namun kecenderungan yang terjadi pada sebagian besar nilai indikator-indikator kinerja yang diukur setiap periode ini ada yang stabil dan ada juga yang fluktuatif, dimana tingkat perubahan nilai indikator antara satu periode dengan periode berikutnya bisa meningkat ataupun menurun secara tajam. Hal ini menunjukkan suatu indikasi bahwa upaya perusahaan untuk melakukan perbaikan kinerja masih belum menunjukkan hasil yang lebih baik.

18 52 Adapun indikator-indikator yang memiliki nilai tergolong rendah (tidak pernah melebihi skor 3) antara lain pemakaian mesin dan jam kerja aktual. Bahkan, indikator-indikator tersebut ada yang berubah secara menurun pada tahun 2007 dan 2010 hingga mencapai skor Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Langkah Awal yang Dilakukan Dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Pada Aktivitas Reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan produktivitas pada aktivitas reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI menggunakan model OMAX berturut-turut dari yang paling berpengaruh adalah jumlah ketidakhadiran karyawan, tenaga kerja, jam kerja efektif, pemakaian mesin, dan jam kerja aktual. Tingkat pengaruhnya ditentukan berdasarkan bobot kepentingan masing-masing indikator. Jumlah ketidakhadiran karyawan memiliki bobot kepentingan sebesar 30 %, tenaga kerja sebesar 21 %, jam kerja efektif sebesar 21 %, pemakaian mesin sebesar 14 %, dan jam kerja aktual sebesar 14 %. Jumlah ketidakhadiran karyawan memiliki bobot paling tinggi dikarenakan karyawan lapang yang dimiliki oleh Dok Pembinaan UPT BTPI hanya ada tujuh orang dan masing-masing orang sudah memiliki tugasnya sendiri yang tidak bisa digantikan oleh orang lain. Hal tersebut mengakibatkan jika ada satu orang yang tidak hadir, maka tugas orang yang tidak hadir tersebut tidak dapat berjalan yang mengakibatkan kegiatan reparasi kapal tertunda. Tenaga kerja yang terdapat di Dok Pembinaan UPT BTPI terdiri dari dua bagian yaitu tenaga kerja lapang dan tenaga kerja administrasi. Jumlah tenaga kerja lapang yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI lebih sedikit dibanding jumlah tenaga kerja administrasi. Tenaga kerja lapang terdiri dari tujuh orang, sedangkan tenaga kerja administrasi terdiri dari 13 orang. Jumlah tenaga kerja lapang yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja administrasi tersebut mengakibatkan kurang efisiennya kegiatan reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI. Jam kerja efektif antara tenaga kerja lapang dan administrasi di Dok Pembinaan UPT BTPI berbeda. Jam kerja efektif untuk tenaga kerja administrasi lebih lama dibanding tenaga kerja administrasi. Jam kerja efektif tenaga kerja

19 53 administrasi adalah tujuh jam, sedangkan jam kerja efektif untuk tenaga kerja lapang adalah enam jam. Perbedaan jam kerja efektif tersebut juga mengakibatkan kegiatan reparasi kapal jadi kurang efektif. Pemakaian mesin dan jam kerja aktual memiliki bobot kepentingan yang lebih kecil dibanding dengan indikator lainnya dikarenakan pengaruh kedua indikator ini juga tergantung dari indikator yang lain seperti tenaga kerja dan jumlah ketidakhadiran karyawan. Pemakaian mesin tergantung dari jumlah kapal yang direparasi dan kehadiran karyawan. Semakin banyak kapal yang direparasi dan semakin sering kehadiran karyawan khususnya karyawan yang bertanggung jawab terhadap pengoperasian mesin maka pemakaian mesin di Dok Pembinaan UPT BTPI akan semakin efisien dan kegiatan reparasi kapal di Dok Pembinaan UPT BTPI juga akan efisien. Jam kerja aktual di Dok Pembinaan UPT BTPI juga tergantung dari indikator yang lainnya seperti jumlah kapal yang direparasi, tenaga kerja dan kehadiran karyawan. Semakin banyak kapal yang direparasi, semakin banyak tenaga kerja yang terlibat dan semakin sedikit ketidakhadiran karyawan maka jam kerja aktual di Dok Pembinaan UPT BTPI akan lebih efektif. Hal tersebut mengakibatkan perbandingan antara working time dan jam kerja aktual akan semakin sedikit. Berdasarkan hal tersebut, maka langkah awal yang harus dilakukan dalam upaya peningkatan produktivitas pada aktivitas reparasi di Dok Pembinaan UPT BTPI adalah dengan memperhatikan nilai indikator yang memiliki bobot tertinggi yaitu jumlah ketidakhadiran karyawan dengan bobot kepentingan sebesar 30 %. Indikator ini mampu mencapai skor 3 bahkan secara stabil selama lima tahun berada di skor 3 dengan derajat kepentingan yang cukup tinggi dibandingkan dengan indikator lainnya. Langkah awal yang dapat dilakukan contohnya adalah memberikan pelatihan kepada seluruh karyawan lapang terkait kegiatan reparasi. Pelatihan yang diberikan bertujuan agar seluruh karyawan lapang yang ada di Dok Pembinaan UPT BTPI dapat saling mengisi dalam melakukan tugas reparasi yang ada sehingga jika terjadi absen pada satu atau beberapa orang karyawan tidak akan menyebabkan kegiatan reparasi tertunda.

20 54 Pencapaian kinerja keseluruhan dari Dok Pembinaan UPT BTPI dapat ditingkatkan bila pihak galangan memiliki komitmen untuk terus melakukan perbaikan pada indikator-indikator yang pencapaiannya masih rendah dan memperhatikan nilai indikator yang memiliki bobot cukup besar serta mempertahankan indikator yang pencapaiannya hampir atau sudah memenuhi target realistis yang ditentukan. Hasil pengukuran kinerja yang dilakukan selama 5 (lima) periode ini dapat memberikan gambaran tentang nilai pencapaian kinerja perusahaan yang sebenarnya sesuai dengan data yang dimiliki galangan.

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data 20 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli - September 2011 di Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI), Muara Angke, Jakarta.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 40 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Pengukuran dengan model OMAX (Objective Matrix) menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas galangan ke dalam suatu bentuk yang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta lokasi penelitian

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta lokasi penelitian 22 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data di lapangan dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Maret 2012. Lokasi pengambilan data dilaksanakan di galangan kapal Koperasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN

Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN LAMPIRAN 66 Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN Kuesioner lanjutan untuk keperluan : Penelitian dalam mengukur tingkat produktivitas dari variable-variabel yang berpengaruh

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 26 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Produktivitas Galangan Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI) memiliki fungsi sebagai tempat membangun, merawat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan atau sebagian sumberdaya (input) yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM GALANGAN

4 KEADAAN UMUM GALANGAN 28 4 KEADAAN UMUM GALANGAN Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) terletak di Jalan Mandala Bahari No.1 Muara Angke, Jakarta Utara. Galangan kapal KPNDP berada satu wilayah komplek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. King Manufacture merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur mold & dies. Adapun strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk meresponi permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1 Metode Penilitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM GALANGAN

4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4 KEADAAN UMUM GALANGAN 4.1 Produktivitas Galangan Galangan kapal Koperasi Pegawai Negeri Dinas Perikanan (KPNDP) merupakan galangan kapal yang terletak di komplek Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian secara sistematik, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. 3.1 Tempat

Lebih terperinci

ANALISA PENCAPAIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENGGUNAAN MESIN LAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL OMAX DI PT. DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA

ANALISA PENCAPAIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENGGUNAAN MESIN LAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL OMAX DI PT. DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA ANALISA PENCAPAIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENGGUNAAN MESIN LAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL OMAX DI PT. DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA Alifatul Fitriyah S1Pendidikan Teknik Mesin Produksi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN Pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan dan disajikan pada bab sebelumnya yaitu bab EMPAT, selanjutnya hasilnya akan dianalisis dan diinterpretasikan untuk setiap kriteria

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA 4.1 GambaranUmumPerusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT. XYZ adalah suatu perusahaan manufactur pembuatan resin paper dan textile. Berdasarkan filosofi manajemen kepuasan pelangan,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA AKTIVITAS REPARASI DI DOK PEMBINAAN UPT BTPI, MUARA ANGKE, JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA AKTIVITAS REPARASI DI DOK PEMBINAAN UPT BTPI, MUARA ANGKE, JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA AKTIVITAS REPARASI DI DOK PEMBINAAN UPT BTPI, MUARA ANGKE, JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PRAMUDYA PRATAMA PUTRA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX ABSTRAK

PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX ABSTRAK PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX Riani Nurdin, Yasrin Zabidi Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA) Jl.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Umum Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT XYZ merupakan salah satu cabang perusahaan internasional yang memproduksi produk-produk Fast Moving

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia industri sangat ketat, khususnya dalam industri sepatu, hanya perusahaan yang memiliki sistem distribusi dan produksi yang baik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. data yang diperoleh pada bab ini akan digunakan untuk mengukur nilai indikator

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. data yang diperoleh pada bab ini akan digunakan untuk mengukur nilai indikator BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Dalam bab ini penulis mengumpulkan dan mengolah data untuk mengukur nilai produktivitas dari aktivitas pemeliharaan gedung di PT. XYZ. Dimana data data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berkompetisi antar perusahaan industri kini semakin tinggi, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk selalu memperbaiki kinerja sistem industri yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Tahapan AHP 5.1.1 Kuesioner Tahap Pertama Dari hasil kalkulasi pada Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa rasio 2 yaitu perbandingan antara total produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara Umum Pengertian produktivitas

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara Umum Pengertian produktivitas 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara Umum 2.1.1 Pengertian produktivitas Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dari produksi dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi penyebabnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk hasil pertanian. Dalam proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. produk hasil pertanian. Dalam proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan agroindustri memiliki tujuan memberi nilai tambah pada produk hasil pertanian. Dalam proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang semua bekerja secara

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT

PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT PENGUKURAN DAN ANALISA PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PTPN IV UNIT USAHA SAWIT LANGKAT TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Bridgestone Tire Indonesia, merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pembuatan produk ban. Agar perusahaan tetap bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Penelitian ini disajikan dalam langkah-langkah seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini. Penyajian secara sistematis dibuat agar

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT GEDONG BIARA PT MOPOLI RAYA TUGAS SARJANA

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT GEDONG BIARA PT MOPOLI RAYA TUGAS SARJANA ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX PADA BAGIAN PRODUKSI PABRIK KELAPA SAWIT GEDONG BIARA PT MOPOLI RAYA TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alur Penelitian Berikut ini adalah diagram alur yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian. Mulai Menentukan Objek Penelitian Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB II. STUDI PUSTAKA

BAB II. STUDI PUSTAKA BAB II. STUDI PUSTAKA Industri galangan kapal dewasa ini memiliki perkembangan yang masih jauh dari potensi, kapasitas, kebutuhan dan upaya memajukan teknologinya. Hal ini tergambar dari kenyataan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa, sehingga persaingan antar industri-industri sejenis semakin

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa, sehingga persaingan antar industri-industri sejenis semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini kemajuan sektor ekonomi meningkat dengan pesat, industri berkembang di segala bidang, baik industri barang maupun jasa, sehingga

Lebih terperinci

Pengukuran Produktivitas Proses Produksi Stand Assy Main dengan Metode OMAX di PT. IP Karawang

Pengukuran Produktivitas Proses Produksi Stand Assy Main dengan Metode OMAX di PT. IP Karawang Petunjuk Sitasi: Herwanto, D., & Ardiatma, D. W. (2017). engukuran tivitas Proses si Stand Assy Main dengan Metode OMAX di PT. IP Karawang. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F21-27). Malang: Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan 3.1.1 Studi Pendahuluan Hal pertama yang dilakukan pada setiap penelitian adalah melakukan studi pendahuluan. Penelitian

Lebih terperinci

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL Anwar 1, Syarifuddin 2, Sri Deza Kurnia Devi 3 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi yang menggambarkan bangkitnya kembali perekonomian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. situasi yang menggambarkan bangkitnya kembali perekonomian yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi perekonomian Bangsa Indonesia dewasa ini adalah situasi yang menggambarkan bangkitnya kembali perekonomian yang telah terpuruk, sejak jatuhnya pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Metodologi penelitian adalah salah satu cara dalam penelitian yang menjabarkan tentang seluruh isi penelitian dari teknik pengumpulan data sampai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perusahaan yang bergerak dalam bidang. jumlah, mutu, pelayanan maupun perbandingan antara hasil yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perusahaan yang bergerak dalam bidang. jumlah, mutu, pelayanan maupun perbandingan antara hasil yang didapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur maupun jasa pada dasarnya akan menghasilkan suatu keluaran dan keluaran tersebut belum

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN (KPNDP) DKI JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN (KPNDP) DKI JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENGUKURAN PRODUKTIVITAS GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN (KPNDP) DKI JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX) LINA YUNI KURNIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS LANTAI PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

ANALISIS PRODUKTIVITAS LANTAI PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) ANALISIS PRODUKTIVITAS LANTAI PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di PT. King Manufacture) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Langkah pengumpulan dan pengolahan data telah selesai dilakukan dan telah disajikan dalam bab sebelumnya yaitu bab 4 (empat), maka proses selanjutnya adalah proses analisa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PRODUKTIVITAS MESIN CETAK DI PT XY MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX

TUGAS AKHIR ANALISIS PRODUKTIVITAS MESIN CETAK DI PT XY MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX TUGAS AKHIR ANALISIS PRODUKTIVITAS MESIN CETAK DI PT XY MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh : Nama : Khoerul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produktivitas merupakan salah satu kriteria penting yang sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produktivitas merupakan salah satu kriteria penting yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas merupakan salah satu kriteria penting yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan. Produktivitas menunjukkan seberapa baik perusahaan

Lebih terperinci

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja organisasi total, yaitu kemampuan memperoleh keuntungan Tanpa

Lebih terperinci

BAB III. INDUSTRI GALANGAN KAPAL

BAB III. INDUSTRI GALANGAN KAPAL BAB III. INDUSTRI GALANGAN KAPAL Industri galangan kapal dewasa ini belum berkembang sesuai dengan tantangan yang dihadapi. Perkembangan yang terjadi masih jauh dari potensi, kapasitas, kebutuhan kapal

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang memproduksi minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil : CPO). Perusahaan ini mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas dapat digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman atau

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas dapat digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman atau II-20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Produktivitas dapat digunakan oleh perusahaan sebagai pedoman atau acuan untuk mengetahui tingkat kinerja perekonomian secara menyeluruh. Pengukuran

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN TAHU DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN TAHU DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) AGROINTEK Volume 9, No. 2 Agustus 2015 109 PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN TAHU DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) Agus Supriyanto 1, Banun Diyah Probowati 2, Burhan 2 1 Alumni Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN Rina Fiati 1) 1) Teknik Informatika UMK Jl Gondang Manis Bae Kudus Email : rfiati003@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran 75 BAB V ANALISA HASIL Pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan dan disajikan pada bab 4 (empat), selanjutnya hasilnya akan dianalisa untuk mengetahui interprestasi untuk setiap kriteria yang dinilai

Lebih terperinci

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014 Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teh merupakan salah satu dari komoditas perkebunan sebagai penyumbang devisa negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus Di CV CARI RASA Kota Bandung)

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus Di CV CARI RASA Kota Bandung) PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus Di CV CARI RASA Kota Bandung) TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENDAHULUAN Sirajuddin, Putiri Bhuana Katili, Koko Cahyana Jaya Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia industri, terutama untuk masalah produksi. Perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dunia industri, terutama untuk masalah produksi. Perusahaan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan antar perusahaan merupakan hal yang biasa dalam dunia industri, terutama untuk masalah produksi. Perusahaan dapat memenangkan persaingan dengan perusahaan

Lebih terperinci

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LANTAI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di PT Agronesia Divisi Industri Karet) *

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LANTAI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di PT Agronesia Divisi Industri Karet) * Reka Integra ISSN:2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2015 USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LANTAI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE

Lebih terperinci

Demikian laporan ini dibuat, untuk dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tarakan, 23 September 2015 Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan

Demikian laporan ini dibuat, untuk dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Tarakan, 23 September 2015 Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan KATA PENGANTAR Dalam rangka mengembangkan etos kerja, tanggungjawab moral, disiplin, profesionalisme, produktifitas, dan peningkatan kualitas kerja aparatur negara secara intensif dan menyeluruh di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, setiap. perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan efisiensi dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, setiap. perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan efisiensi dan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, setiap perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan efisiensi dan kemampuan pengelolaan sumber daya yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. SINAR GALUH PRATAMA CHANDRA GUNAWAN D

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. SINAR GALUH PRATAMA CHANDRA GUNAWAN D PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERFORMANCE PRISM DAN OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. SINAR GALUH PRATAMA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas dapat menjadi suatu indikator

perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas dapat menjadi suatu indikator Persaingan bisnis yang sangat kompetitif saat ini menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan lain. Produktivitas dapat menjadi suatu indikator

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA PT HAMSON INDONESIA INCREASING THE PRODUCTIVITY AT PT HAMSON INDONESIA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA PT HAMSON INDONESIA INCREASING THE PRODUCTIVITY AT PT HAMSON INDONESIA Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA PT HAMSON INDONESIA INCREASING THE PRODUCTIVITY AT PT HAMSON INDONESIA Arnolt K. Pakpahan 1, Didien Suhardini 2, Prabowo Ehsy 3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Nurul Hazmi Hamidah, Panji Deoranto, Retno Astuti

Nurul Hazmi Hamidah, Panji Deoranto, Retno Astuti ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX): STUDI KASUS PADA BAGIAN PRODUKSI SARI ROTI PT NIPPON INDOSARI CORPINDO, TBK PASURUAN Productivity Analysis Using Objective Matrix (OMAX)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. maka pada bab ini dikumpulkan data-data sebagai sumber input yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. maka pada bab ini dikumpulkan data-data sebagai sumber input yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Untuk melakukan pemecahan masalah dan analisa pengolahan data, maka pada bab ini dikumpulkan data-data sebagai sumber input yang dibutuhkan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Teknik Reparasi di Galangan Kapal KPNDP 5.1.1 Tata cara pelayanan reparasi Proses reparasi di lingkungan UPT BTPI Muara Angke terdiri atas administrasi perizinan dan proses reparasi

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI, EFEKTIVITAS, DAN PRODUKTIVITAS PEMBUATAN POLIS PADA PT AJ CENTRAL ASIA RAYA DENGAN METODE LINE BALANCING SKRIPSI

EVALUASI EFISIENSI, EFEKTIVITAS, DAN PRODUKTIVITAS PEMBUATAN POLIS PADA PT AJ CENTRAL ASIA RAYA DENGAN METODE LINE BALANCING SKRIPSI EVALUASI EFISIENSI, EFEKTIVITAS, DAN PRODUKTIVITAS PEMBUATAN POLIS PADA PT AJ CENTRAL ASIA RAYA DENGAN METODE LINE BALANCING SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Pada pembahasan ini akan diuraikan hubungan antara faktor-faktor input dengan hasil pengukuran produktivitas yang telah dilakukan. Pembahasan ini dimaksudkan untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi di dunia bisnis menuntut persaingan yang ketat. Persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi di dunia bisnis menuntut persaingan yang ketat. Persaingan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi di dunia bisnis menuntut persaingan yang ketat. Persaingan yang terjadi di dunia bisnis telah memasuki perdagangan bebas dimana pesaing asing

Lebih terperinci

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR

STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR STUDI MODERNISASI INDUSTRI KAPAL RAKYAT DI JAWA TIMUR Disusun Oleh: Sa adatul Munawaroh NRP: 4109100701 Dosen pembimbing: Sri Rejeki Wahyu Pribadi,ST.MT Ir. Soejitno Jurusan teknik perkapalan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi. PT. INTI (Persero) Bandung selalu

Lebih terperinci

*Penulis Korespondensi:

*Penulis Korespondensi: ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus Pada Bagian Produksi Sari Roti PT Nippon Indosari Corpindo, Tbk Pasuruan) Productivity Analysis Using Objective Matrix (OMAX)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengukuran kinerja, stakeholder, kpi

ABSTRAK. Kata kunci: pengukuran kinerja, stakeholder, kpi ABSTRAK Perusahaan belum pernah menerapkan pengukuran kinerja terhadap pihakpihak yang berhubungan dengan perusahaan.. Melihat hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran kinerja.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 73 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 73 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 73 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN

Lebih terperinci

Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan

Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan Analisa Rantai Pasok Material Pada Kawasan Industri Maritim Terhadap Produktivitas Industri Perkapalan Materials Supply Chain Analysis In The Maritime Industrial Estate On The Productivity Of Shipbuilding

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI Bakhtiar, Diana, Fariz Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh bakti66@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Karakteristik responden merupakan alat ukur statistik yang penting dalam

BAB V HASIL PENELITIAN. Karakteristik responden merupakan alat ukur statistik yang penting dalam BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan alat ukur statistik yang penting dalam suatu populasi. Karakteristik responden dalam penelitian ini digambarkan mengenai

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tinjauan lapang dilaksanakan pada bulan April tahun 2010 dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September tahun 2010 di Kabupaten Cirebon. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Audit..., Prasasti, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Audit..., Prasasti, Fakultas Ekonomi 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi bergerak sangat pesat ditandai dengan munculnya begitu banyak perusahaan lokal, nasional maupun multinasional. Hal ini menyebabkan persaingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas Menurut Gasperz V (2000), produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) pada perusahaan, dapat diartikan sebagai rasio

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metodologi penelitian bertujuan untuk memberikan kerangka penelitian yang sistematis sehingga dapat memberikan kesesuaian antara tujuan penelitian dengan

Lebih terperinci

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE

VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE Setiap kegiatan produksi tidak terlepas dari biaya, begitu pula kegiatan produksi tempe. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tempe meliputi biaya pembelian

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 20 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Manajemen Galangan Galangan PT. Proskuneo Kadarusman memiliki fungsi sebagai tempat membangun, merawat, dan memperbaiki kapal. Jumlah kapal yang dibangun di galangan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses operasional kapal laut yang berlangsung dalam suatu industri pelayaran semuanya menggunakan mesin dan peralatan. Menurut Siringoringo dan Sudiyantoro (2004)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. cabang Purbaleunyi adalah Badan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. cabang Purbaleunyi adalah Badan Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT. Jasa Marga (Persero) Tbk. cabang Purbaleunyi adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak dibidang penyelenggara jasa jalan tol. Perusahaan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DILANTAI PRODUKSI BERDASARKAN PENGUKURAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di CV. Panyileukan)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DILANTAI PRODUKSI BERDASARKAN PENGUKURAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di CV. Panyileukan) Reka Integra ISSN: 2338-508 Jurusan Teknik Industri Itenas No.0 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 205 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DILANTAI PRODUKSI BERDASARKAN PENGUKURAN METODE OBJECTIVE

Lebih terperinci

ALBACORE ISSN Volume I, No 2, Juni 2017 Hal

ALBACORE ISSN Volume I, No 2, Juni 2017 Hal ALBACORE ISSN 2549-1326 Volume I, No 2, Juni 2017 Hal 153-161 PENERAPAN METODE BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM PENGUKURAN KINERJA PADA GALANGAN KAPAL KPNDP DKI JAKARTA The Application of Balanced Scorecard

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PADAINDUSTRI FABRIKASI DENGAN METODA OBJECTIVE MATRIX

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PADAINDUSTRI FABRIKASI DENGAN METODA OBJECTIVE MATRIX PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PADAINDUSTRI FABRIKASI DENGAN METODA OBJECTIVE MATRIX Putiri Bhuana Katili 1*, Nuraida Wahyuni 2, Sugeng Rahmatullah 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Tenaga Kerja : Pengendalian dan Akuntansi Biaya (Labor : Controlling and Accounting for Costs) Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Tenaga Kerja : Pengendalian dan Akuntansi Biaya (Labor : Controlling and Accounting for Costs) Rista Bintara, SE., M.Ak. Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Tenaga Kerja : Pengendalian dan Akuntansi Biaya (Labor : Controlling and Accounting for Costs) Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

docking kapal perikanan; (2) mengkaji kelayakan finansial di bidang usaha pelayanan jasa docking kapal perikanan sebagai bagian upaya dalam

docking kapal perikanan; (2) mengkaji kelayakan finansial di bidang usaha pelayanan jasa docking kapal perikanan sebagai bagian upaya dalam RINGKASAN EKSEKUTIF WAHYUDIN. 2001. Perencanaan Strategis UPT. UPMB Muara Angke Dalam Bidang Pembinaan, Pelayanan Jasa Perawatan dan Docking Kapal Perikanan. Di bawah bimbingan SYAMSUL MA ARIF dan WAHYUDI.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 107 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 107 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 107 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG KRITERIA PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA DENGAN MENGGUNAKAN SUPPLY CHAIN MELALUI PENDEKATAN SCOR MODEL DI PT. LASER JAYA SAKTI,Tbk GEMPOL, PASURUAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.1.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas sebagai konsep output dengan input, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo dan Adam Smith tahun 1810. Inti konsep

Lebih terperinci

Didien Suhardini, Arnolt Kristian Pakpahan dan Arum Tri Astuti;

Didien Suhardini, Arnolt Kristian Pakpahan dan Arum Tri Astuti; PENGUKURAN PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI PRODUK PANEL BOX PT. DWIMUKTI GRAHA ELEKTRINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DAN PERBAIKAN PRODUKTIVITAS Didien Suhardini, Arnolt Kristian Pakpahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Pada bab ini berisi tentang tinjauan pustaka dan dasar teori yaitu bagaimana penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggihnya sumber-sumber daya non-manusia yang dimiliki oleh suatu

BAB I PENDAHULUAN. canggihnya sumber-sumber daya non-manusia yang dimiliki oleh suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia perkantoran, yang menjadi aset terpenting dari setiap perusahaan adalah sumber daya manusia (SDM). Bagaimanapun lengkap dan canggihnya sumber-sumber daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu organisasi atau perusahaan, baik swasta nasional maupun swasta asing berusaha untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri sebelumnya.

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERMASALAHAN

BAB IV ANALISA PERMASALAHAN BAB IV ANALISA PERMASALAHAN 4.1. Konsep dan Teori Menurut Ilmu Perkuliahan 4.1.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas sebagai konsep output dengan input, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo dan

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci