BAB IV NURCHOLISH MADJID DAN SEKULARISASI. A. Latar Belakang Pemikiran Nurcholish Madjid

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV NURCHOLISH MADJID DAN SEKULARISASI. A. Latar Belakang Pemikiran Nurcholish Madjid"

Transkripsi

1 82 BAB IV NURCHOLISH MADJID DAN SEKULARISASI A. Latar Belakang Pemikiran Nurcholish Madjid 1. Kondisi Sosial Budaya Nurcholish Madjid mendapatkan pendidikan keagamaan sejak kecil dari ayahnya, yaitu Abdul Madjid. Beliau mengajarkan Nurcholish membaca Al-Qur an sejak usia 6 tahun. Walaupun lulusan Sekolah Rakyat (SR), Abdul Madjid fasih berbahasa Arab dan memegang kuat tradisi pesantren. Masyarakat di sekitarnya memanggil beliau Kiai Haji, sebagai penghormatan atas peranannya mengajarkan agama Islam, terutama di madrasah yang dikelolanya yaitun Madrasah al-wathoniyah di Mojoanyar, Jombang (Barton, 1999: 72). Nurcholish Madjid (selanjutnya disebut Cak Nur) dilahirkan pada tanggal 17 Maret 1939 di desa Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur. Seperti ayahnya, Nurcholish sekolah di Sekolah Rakyat pada pagi hari dan belajar agama Islam di Madrasah al-wathoniyah pada saat sore hari. Nurcholish meraih prestasi yang baik di sekolahnya juga di madrasah. Kemudian pada usia 14 tahun, Nurcholis madjid belajar di pesantren Dârul- Ulûm Rejoso di Jombang (Barton, 1999: 72-74). Ayahnya Nurcholish Madjid, yaitu Abdul Madjid, merupakan salah seorang murid Kiai Hasyim Asy ari di pesantren Tebuireng, Jombang. Wawasan keagamaan beliau banyak dipengaruhi oleh Hasyim Asy ari sebagai

2 guru dan pembimbingnya. Bahkan Abdul Madjid pernah dinikahkan dengan cucu Hasyim Asy ari, yaitu Nyai Kiai Adlan Ali; walaupun kemudian bercerai dan dinikahkan dengan gadis lain, yaitu ibu Nurcholish Madjid, atas pilihan Hasyim Asy ari. Karena penghormatan beliau terhadap Hasyim Asy ari, maka Abdul Madjid mengikuti langkah Kiai Hasyim Asy ari untuk bergabung ke dalam partai Masyumi (Barton, 1999: 73). Jika meninjau masa kecil Nurcholish sekitar tahun 1930-an, beliau telah dapat menempuh pendidikan formal, berarti keluarganya dianggap memiliki pengaruh dalam status sosial dan status ekonominya. Penerapan politik etis sebagai kebijakan pemerintahan Hindia Belanda saat itu memang memberikan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia menempuh pendidikan. Sistem pendidikan yang lengkap, yang berkembang terutama dalam periode , memberikan dasar yang kokoh bagi perkembangan sistem pendidikan Indonesia modern (Nasution, 1987: ). Akan tetapi, pada masa tahun 1930-an ketika sebagian besar wilayah Indonesia berada dalam kondisi memperjuangkan kemerdekaannya, pendidikan menjadi hal yang sulit bagi masyarakat Indonesia. Berkaitan dengan latar belakang sosialnya, Nurcholis Madjid dianggap memiliki kelebihan yang dimiliki elit pedesaan saat itu. Nur Khalik Ridwan (2002: 39) menyatakan kelebihan latar belakang sosial Nurcholish yaitu dalam beberapa hal: (1) Cak Nur lahir dari keluarga haji atau Kiai Haji; (2) Cak Nur lahir dari keluarga yang terdidik; (3) Cak Nur berasal dari keluarga yang 83

3 cukup mampu. Sehingga, Nurcholish tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan kesempatan menempuh pendidikan yang layak. Nurcholish Madjid mendapatkan pendidikan dari ayahnya dalam dua lingkungan yang berbeda. Karena keluarganya berasal dari lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) dan ayahnya merupakan salah seorang pemimpin partai politik Masyumi (dalam cholismadjid/index.shtml, 8/07/2009). Nurcholish dianggap tumbuh besar dalam lingkungan keagamaan yang berbeda karena Nadlatul Ulama dianggap mewakili kaum konservatif, sedangkan para pendukung partai Masyumi saat itu dianggap kaum Modernis (Saridjo, 2005: 34). Berdasarkan pertimbangan latar belakang keagamaan Nurcholish, Barton mengklasifikasikan pemikiran beliau dalam tipologi Neo-Modernisme. Karena Nurcholish dibesarkan dalam lingkungan yang menekankan tradisi Islam klasik dan di sisi lainnya beliau mendapatkan pendidikan yang modern dan progresif. Barton (1999: 5) menguraikan bahwa Gerakan neo- Modernisme ini, yang seringkali lahir dari pemikir Islam seperti Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid, mencerminkan perkembangan Modernisme Islam lebih jauh di zaman keahlian dan pengetahuan klasik maupun tradisional digabungkan dengan pendekatan aktual dalam menafsirkan sebuah teks,. Varian pemikiran (tipologi) yang diberikan oleh Barton kepada Nurcholish Madjid, yaitu sebagai tokoh neo-modernisme merujuk pada pandangan Fazlur Rahman mengenai sejarah gerakan pembaruan Islam. Barton (1999: 9) mengutip pembagian sejarah gerakan pembaruan Islam 84

4 selama dua abad terakhir tersebut, yaitu menjadi empat macam gerakan: 1) Gerakan Revivalis di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 (yaitu gerakan Wahhabiyah di Arab, Sanusiyah di Afrika Utara dan Fulaniyah di Afrika Barat), 2) Gerakan Modernis (yang dipelopori India oleh Sayyid Ahmad Khan, di seluruh Timur Tengah oleh Jamal al-din al-afghani, dan di Mesir oleh Muhammad Abduh), 3) Neo-Revivalisme (yang modern namun agak reaksioner, contohnya Mawdudi dan kelompoj Jama ati Islami di Pakistan), dan 4) Neo-Modernisme (Fazlur Rahman sendiri mengkategorikan dirinya ke dalam wilayah terakhir ini dengan alasa karena neo-modernisme mempunyai sintesis progresif dari rasionalitas Modernis dengan ijtihad dan tradisi klasik). Pemikiran Fazlur Rahman tersebut dianggap memiliki kontribusi untuk memperluas pemahaman Nurcholish dalam menggabungkan tradisi Islam klasik dengan modernisme, walaupun sebenarnya sejak kecil Nurcholish sudah terpengaruh dengan dua lingkungan tersebut. Di dunia sekolah Nurcholish Madjid memperlihatkan grafik prestasi akademik yang luar biasa, khususnya selama belajar di madrasah dan di pesantren Dârul- Ulûm. Namun, pendidikan agama yang dijalani pesantren Dârul- Ulûm tidak lama diikuti Nurcholish Madjid. Setelah dua tahun berada di pesantren Dârul- Ulûm yang merupakan pesantren NU, Nurcholish menerima kritikan yang negatif dari teman-temannya karena ayahnya tetap bergabung dengan partai Masyumi. Oleh karena itu, kemudian ayahnya memindahkan Nurcholish Madjid ke pesantren modern Gontor di Ponorogo, Jawa Timur (Barton, 1999: 74-75). 85

5 Pendidikan yang dialami Nurcholish Madjid di pesantren Dârul- Ulûm Rejoso di Jombang cukup berpengaruh juga terhadap perkembangan ilmu agamanya. Seperti yang dipaparkan Nur Khalik Ridwan (2002: 45-46), Kalau Cak Nur masuk pada tahun 1952, berarti pesantren Darul Ulum sedang dipegang oleh tiga serangkai: K.H. Tamim Ramli, K.H. Dahlan Khalil dan K.H. Ma sum Khalil Pada tahun 1952 (merujuk angka Cak Nur masuk di Darul Ulum), di pesantren ini sudah diperkenalkan pendidikan diniyyah tingkat Ibtida iyah dan Mu allimin. Pada tahun yang sama pesantren ini sedang mengalami perkembangan yang pesat. Kalau merujuk bahwa Cak Nur hanya dua tahun di pesantren ini, antara , berarti ia masih menyaksikan kejayaan pesantren Darul Ulum. Pada tahun 1955, Nurcholish dipindahkan ke Pesantren Modern Dârusaalâm Gontor di Ponorogo. Walaupun pesantren tersebut dikenal sebagai pesantren Masyumi, tetapi anak didiknya berasal dari berbagai kelompok Islam yang berbeda seperti NU dan Muhammadiyah. Proses pemindahan Nurcholish ke sekolah yang berbeda tidak mengalami kesulitan karena beliau tidak berada dalam keluarga yang memiliki masalah biaya dan kebutuhan hidup. Problem Nurcholish terletak pada bagaimana memilih sekolah yang lebih kondusif baginya. Dalam konteks tersebut, dapat dipercaya jika Nurcholish memiliki prestasi yang baik dan selalu menjadi juara kelas di Gontor (Ridwan, 2002: 49-50). Gontor pada waktu itu sudah memiliki semacam sistem madrasah yang berintegrasi dengan sistem pondok pesantren klasik, sehingga santri harus tinggal di asrama. Orang-orang yang menempati asrama adalah orang-orang yang mampu membayar biaya tempat atau iuran bulanan. Sehingga pendidikan seperti itu hanya bisa dijangkau bagi mereka yang mampu membayar berbagai biaya tersebut (Ridwan, 2002: 52). 86

6 Jika diukur dengan masa sekarang, pendidikan di Gontor ketika Nurcholish Madjid nyantri di akhir 1950-an, pola pendidikan yang dikembangkan dapat dianggap sebagai pendidikan yang progresif. Kurikulum Gontor menghadirkan perpaduan yang liberal, yakni tradisi belajar klasik dengan gaya modern Barat, yang diwujudkan secara baik dalam pengajaran maupun mata pelajarannya. Para santri yang belajar di pesantren Gontor, tidak hanya diproyeksikan mampu menguasai Arab klasik, tetapi juga bahasa Inggris (Barton, 1999: 75). Penguasaan bahasa menjadi sangat bermanfaat bagi Nurcholish ketika beliau mendalami bahasa Arab di IAIN Jakarta, serta mampu mengikuti perkembangan dunia yang membutuhkan kemampuan berbahasa Inggris ketika kemudian beliau melakukan studi di luar negeri. Dijelaskan dalam Ridwan (2002: 54), bahwa sebelumnya di Gontor, Nurcholish menjalani program sekolah yang mewajibkan santri-santrinya berbicara dengan Bahasa Arab dan bahasa asing lainnya selama enam bulan pertama. Berdasarkan penjelasan Barton, selama pendidikan yang ditempuhnya sejak awal bersama ayahnya hingga pendidikannya di Gontor, Nurcholish Madjid memiliki keluasan wawasan yang menjadi bekal pendidikan selanjutnya di Jakarta pada tahun 1961 (1999: 77). Dengan rekomendasi K.H. Zarkasyi, salah satu pimpinan Pesantren Dârusaalâm Gontor, Nurcholish dapat diterima di IAIN Jakarta, meskipun tanpa ijazah negeri. Karena pada saat itu, Ijazah Gontor secara resmi tidak diakui pemerintah Indonesia. Sebagai salah satu gurunya di pesantren Gontor, K.H. Zarkasyi merupakan orang yang sangat 87

7 berjasa bagi Nurcholish, di samping ayahnya Haji Abdul Madjid yang begitu dihormati (Ridwan, 2002: 54). Nurcholish Madjid kuliah di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil jurusan Bahasa Arab dan Sejarah Kebudayaan Islam. Selama di IAIN Jakarta, Nurcholish mengenal dan mengikuti kegiatan-kegiatan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Selain itu, Nurcholish mengikuti aktivitas menulis dimulai ketika beliau menerjemahkan artikel berbahasa Arab yang dikirimkan ke majalah Gema Islam, majalah milik Hamka. Sejak saat itu, tulisan-tulisan beliau banyak dipublikasikan dalam majalah Gema Islam dan memiliki kedekatan dengan Hamka (Ridwan, 2002: 54). Kemampuan bahasa Nurcholish lebih meningkat setelah di Jakarta beliau mengikuti kursus bahasa Perancis di Alliance Francaise, yang selesai tahun Selain bahasa Arab, Inggris dan Perancis, Nurcholish pun fasih dalam bahasa Persia yang diajarkan dalam perkuliahan di IAIN (Barton, 1999: 78). Berbagai organisasi penting diikuti Nurcholish. Hal itu memperkuat pribadi Cak Nur dalam hal kepemimpinan. Dia dikenal sebagai Ketua Umum PB HMI (Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam) pada tahun dan Juga sebagai Presiden PEMIAT (Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara) pada Pemikiran Nurcholish tersebar melalui berbagai tulisannya yang dimuat secara berkala di tabloid Mimbar Demokrasi yang diterbitkan HMI. Gagasan-gagasan Presiden Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara itu, membuat Nurcholish digelari oleh orang-orang Masyumi sebagai Natsir muda (dalam 88

8 cholismadjid/index.shtml, 8/07/2009). Setelah menyelesaikan studinya pada tahun 1965, kemudian antara tahun 1968 hingga 1971, Nurcholish menjadi Wakil Sekretaris Umum dan pendiri International Islamic Federation of Students Organisation (IIFSO, Himpunan Organisasi Mahasiswa Islam se-dunia). Menurut Barton, di samping kegiatan Nurcholish di HMI, pengalamannya di tingkat internasional merupakan bentuk kegiatan yang selama beberapa puluh tahun telah memberi sumbangan berharga terhadap perkembangan intelektualnya (1999: 79). Dengan berbagai pengalaman organisasi dalam bidang keagamaan dan keilmuan tersebut, Nurcholish tidak hanya tetap berada dalam lingkungan budaya intelektual yang berada pada lapisan sosial menengah ke atas, tetapi juga lingkungan politik nasional hingga internasional. Aktivitas-aktivitas yang diikuti Nurcholish terutama sejak mengikuti HMI melibatkan beliau dalam pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat yang memungkinkannya tampil dalam forum yang lebih luas lagi dengan perjalanannya ke Amerika dan Timur Tengah sekitar tahun Dengan kondisi latar belakang sosial dan budaya tersebut, perhatian Nurcholish terfokus pada kondisi umat Islam di Indonesia hingga tingkat dunia internasional, terutama berkaitan dengan wacana modernisasi saat itu. Menurut Barton (1999: 82), Semua itu telah membangun medan kesadaran Nurcholish Madjid terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat agar mampu bersikap elastis ketika berhadapan dengan perubahan. 89

9 Nurcholish menyelesaikan studinya di IAIN Syarif Hidayatullah pada tahun 1968 dengan lulus terbaik dalam skripsi berjudul Al-Qur ân Arabiyyun Lughatan wa Alâmaiyyun Ma nân (Al-Qur an Secara Bahasa adalah Arab, Secara Makna adalah Universal). Setelah menamatkan S-1 dan S-2 di IAIN Jakarta, Nurcholish memperoleh kesempatan untuk melanjutkan studi ke Chicago. Hal tersebut diperoleh dengan beasiswa dari Ford Foundation pada saat Fazlur Rahman dan Leonard Binder berkunjung ke Indonesia tahun 1973 untuk mencari peserta untuk program seminar dan lokakarya di University of Chicago (Ridwan, 2002: 59-60). Kesempatan melanjutkan studinya dimulai pada bulan Maret 1978 di bawah bimbingan Fazlur Rahman di bidang kajian Keislaman di University of Chicago. Nurcholish lulus dengan nilai Cum Laude (memuaskan) pada tahun 1984 dengan judul disertasi doctor Ibn Taymîyya on Kalâm and Falsafah: A Problem of Reason and Revelation in Islam (Ibn Taymiyah dalam Ilmu Kalam dan Filsafat: Masalah Akal dan Wahyu dalam Islam). Oleh karena disertasi yang ditulisnya tersebut, terlihat bahwa perhatian Nurcholish kepada pemikiran intelektual Islam Ibn Taymiyah mempengaruhi pemahaman beliau, sehingga sering dijadikan rujukan dalam tulisan-tulisan Nurcholish. Fazlur Rahman mempengaruhi pemikiran pembaruan pemikiran Islam Nurcholish Madjid karena pembelajaran yang didapatkannya selama menjadi murid Fazlur Rahman. Terkait dengan hal tersebut karena Neo-Modernisme yang digagas Fazlur Rahman bertitik tolak pada ide pembaruan pemikiran dan mencoba membongkar doktrin-doktrin Islam yang dipopulerkan melalui 90

10 tulisan-tulisannya, sehingga penggunaannya terhadap term Neo-Modernisme untuk menggambarkan pola pembaruan pemikiran (Barton, 1999: 446). Pengaruh Fazlur Rahman terhadap pemikiran Nurcholish, tidak secara langsung merupakan agenda yang disengaja Fazlur Rahman untuk menyebarkan Neo-Modernisme di Indonesia. Hal tersebut dijelaskan oleh Barton bahwa, Fazlur Rahman bukanlah--terlepas adanya hubungan yang sama dan sebangun yang teramat kuat antara ide-idenya dengan Nurcholish Madjid, Ahmad Wahib, Djohan Effendi dan kawan-kawan pencetus atau penggagas awal Neo-Modernisme di Indonesia. Dasar-dasar Neo- Modernisme Indonesia telah dibangun di akhir tahun Pada tahun 1970, pembaruan pemikiran Islam lahir dengan mendapat respon yang keras dari masyarakat, dan di sekitar akhir tahun 1972, pertempuran kian mengeras setelah tiga tahun berkembang di arena public. Baru pada tahun 1973 ketika untuk pertama kali Fazlur Rahman mengunjungi Indonesia, Nurcholish Madjid, Djohan Effendi dan Ahmad Wahib mengetahui tentang fenomena pemikiran yang dikembangkan Fazlur Rahman. Alasan inilah yang membuat Nurcholish Madjid tidak pernah mengakui sebagai pengikut Fazlur Rahman. tapi ia telah begitu berpengaruh dalam mengantarkan Nurcholish Madjid untuk kembali kepada warisak klasik kesarjanaan Islam. Fazlur Rahmanlah yang mendorong Nurcholish Madjid untuk mengambil gelar Ph.D dalam kajian keislaman daripada pilihan pertamanya, ilmu politik.(1999: 447). Sebagai ketua Yayasan Wakaf Paramadina Jakarta sejak tahun , dan kemudian menjadi Rektor Universitas Paramadina pada tahun , Nurcholish banyak melakukan aktivitas yang berkaitan dengan yayasan yang dibangunnya tersebut. Selain itu, Nurcholish juga merupakan Guru Besar di Fakultas Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah dari tahun 1985 hingga beliau wafat pada tahun Aktivitas sebagai cendekiawan muslim dan aktivis Hak Asasi Manusia (sebagai anggota Komisi Nasional HAM pada tahun ) terlihat dari berbagai kegiatannya sebagai presenter dan 91

11 pembicara dalam seminar-seminar internasional mengenai Islam dan HAM (dalam 05/08/09) Dengan berbagai kegiatan yang mendukung Nurcholish berada dalam lingkungan intelektual, gagasan-gagasan beliau semakin mudah untuk disebarkan. Pemahaman beliau mengenai kondisi sosial-budaya serta politik umat Islam di Indonesia juga semakin meningkat seiring dengan aktivitas intelektual dan sosialnya. Kegiatan penulisan beliau mendapatkan fasilitas dengan diberikannya kolom khusus untuk Nurcholish Madjid dalam harian Suara Merdeka sejak tahun Dengan fasilitas seperti itu, Nurcholish dapat lebih mudah menyebarkan pemikirannya mengenai pembaruan pemikiran Islam. Perkembangan pemikiran Nurcholish mengenai pembaruan pemikiran Islam secara lebih jelas akan diuraikan dalam pembahasan sub bab berikutnya. 2. Kondisi Politik Berdasarkan pemaparan Azyumardi Azra (1999a: 3-4) mengenai gerakan agama di Indonesia, agama-agama di Indonesia mengalami kebangkitan pasca kegagalan kudeta Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1965, karena Islam secara signifikan muncul sebagai faktor penting dalam kehidupan sosial-politik Indonesia. Pada waktu yang sama, pemerintah Orde Baru mulai melancarkan pembangunan nasional, yang pada intinya adalah modernisasi masyarakat Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan. Perdebatan kemudian muncul di antara para ahli, khususnya ahli mengenai 92

12 modernisasi dalam kaitannya dengan agama, mengenai dampak modernisasi tersebut terhadap kehidupan keagamaan di Indonesia. Kebangkitan Islam tersebut dianggap juga sebagai respon terhadap wacana modernisasi saat itu, juga karena kehidupan sosial-politik masyarakat Indonesia saat itu cukup stabil. Pada masa rezim Orde Baru, menurut Barton (1999: 2), Periode ini merupakan saat di mana secara relatif terdapat stabilitas dan kehidupan yang harmoni di masyarakat Indonesia- lebih khusus jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Akan tetapi realitas politik pada awal pemerintahan Orde Baru ternyata membatasi aktivitas partai politik Islam, terutama setelah usulan rehabilitasi partai Masyumi (yang dibubarkan pemerintah Orde Lama pada tahun 1960) tidak didukung rezim tersebut. Partai Masyumi dianggap terlibat dalam DI/TII dan PRRI, sedangkan pembentukan PARMUSI (Partai Muslimin Indonesia) sebagai alternatif partai bagi mantan aktivis Masyumi juga tidak mendapatkan dukungan pemerintah Orde Baru (Rachman, dalam Ulumul Qur an (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan), 1995, No.3 vol.vi p.4-5). Peristiwa-peristiwa tersebut yang akhirnya membuat tokoh-tokoh muda Islam, khususnya mereka yang aktif di HMI, merasa perlu merefleksikan kembali bentuk-bentuk hubungan Islam dan negara dalam Indonesia modern di masa depan. Puncaknya adalah adalah pidato Nurcholish Madjid, 3 Januari 1970, yang beradasarkan analisisnya mengenai keadaan organisasi-organisasi politik Islam, bahwa Islam tak mungkin lagi akan mendapatkan kekuatan politik, karena itu ia menyerukan pembaruan politik 93

13 Islam di Indonesia (Rachman, dalam Ulumul Qur an (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan), 1995, No.3 vol.vi p.5). Gerakan secara intelektual dan sosial mengenai modernisasi dianggap lebih dibutuhkan karena lebih kondusif dengan perubahan sosial. Berpijak pada pengalaman Eropa dalam proses modernisasinya, terlihat bahwa salah satu konsekuensi terpenting modernisasi adalah terjadinya sekularisasi, yang secara sederhana berarti tersingkirnya agama dari ranah aktivitas sosial dan pengalaman kemanusiaan yang diatur dengan normanorma keagamaan. Kebijakan-kebijakan politik pemerintah sepertinya mengarah kepada sekularisasi tersebut. Hal tersebut terlihat pada, misalnya, fusi partai-partai pada Januari 1973, yaitu partai-partai Islam digabungkan ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan partai-partai nasionalis, Katolik dan Protestan digabungkan ke dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Tidak hanya bagi organisasi-organisasi politik, tetapi juga bagi seluruh organisasi sosial-kemasyarakatan, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Dewan Gereja Indonesia (DGI), MAWI, dan seterusnya (Azra, 1999a: 5). Pemikiran sekularisasi dalam pembaruan pemikiran Islam yang dikemukakan Nurcholish sebenarnya tidak bermaksud mendukung kebijakankebijakan politik pemerintah Orde Baru tersebut. Berdasarkan kajian yang dilakukan Ann Kull mengenai keterkaitan antara pembaruan Nurcholish dengan pemerintah Orde Baru, dapat disimpulkan bahwa kondisi saat itu: In conclusion it is of course justified to ask whether neomodernism is a product of Suhartos reign or not. What is out of doubt is that the 94

14 development of neomodernistic ideas has benefited from the strategy on political Islam carried out by the Suharto regime. This strategy not only provided the neomodernists with the possibility to freedom of thought but also freedom to express these thoughts. But it is not fair to see it as solely a product of political circumstances. It is also according to Barton a sincere theological response by Islamic intellectuals to the changing social environment in Indonesia, and a product of their educational and other experiences (dalam 05/08/09). Penjelasannya bahwa dapat dipastikan bahwa kemunculan gagasangagasan Neo-Modernisme karena keuntungan dari strategi politik Islam pada masa Presiden Suharto (Orde Baru). Kondisi tersebut memberikan kebebasan mengemukakan pendapat/ gagasan serta kebebasan untuk menerapkan dan menjalankan gagasan tersebut. Walaupun tidak juga dapat dijustifikasi bahwa pembaruan pemikiran Islam merupakan produk/ hasil dari kondisi politik saja. Hal tersebut dikutip Ann Kull dari Barton, sebagai respon keagamaan dari cendekiawan Islam untuk melakukan perubahan sosial di Indonesia serta sebagai hasil dari pendidikan dan pengalaman cendekiawan-cendekiawan tersebut. Seperti yang dijelaskan pada pemaparan di atas, menurut peneliti, kondisi sosial-budaya sebagai alternatif sarana pergerakan Islam lebih mudah dilakukan pada masa Orde Baru. Berbeda dengan masa pemerintahan Orde Lama, dengan kondisi lemahnya stabilitas politik, ekonomi, dan sosial di Indonesia. Barton (1999:15) memaparkan, Persoalan yang sesungguhnya memang lebih jauh daripada yang diduga banyak orang, yakni bahwa pemikiran Islam neo-modernis secara fundamental dan substansial memiliki semangat religious dan tidak sekadar reaksi pragmatik terhadap realitasrealitas politik Orde Baru. Menurut Azra (1999a: 5), berlawanan dengan apa 95

15 yang disebutkan teori modernisasi dan sekularisasi, perkembangan selanjutnya ternyata tidak menimbulkan prediksi sekularisme. Proses pembangunan atau modernisasi, termasuk sekularisasi atau desakralisasi politik, ternyata tidak menghilangkan peran agama. Tetapi sebaliknya justru semakin meningkatkan antusiasme keagamaan. Pemaparan Azra mengenai cita-cita Nurcholish masa Orde Baru memperlihatkan keterkaitan dengan agenda pemikiran, bahwa: Agenda Cak Nur pada periode ini juga kentara: membawa umat ke alam modern, dunia kemajuan. Dan ini kebetulan sama dengan agenda pemerintah Orde Baru dengan program pembangunannya, yang pada esensinya merupakan modernisasi. Tetapi, jelas simplistis untuk mengatakan bahwa Cak Nur terperangkap ke dalam apalagi sekadar memberikan justifikasi terhadap strategi dan agenda pembangunan Orde Baru. Sikap Cak Nur yang berkampanye untuk PPP bukan untuk Golkar pada pemilu 1978 merupakan salah satu contoh untuk memperkuat argumen ini (1999b: 156). Dalam kondisi sosial-politik Indonesia yang dikemukakan di atas, dapat diperoleh kesimpulan bahwa program pembangunan dan modernisasi Orde Baru cukup berkontribusi memberikan kesempatan stabilitas ekonomi dan sosial, walaupun secara politik tidak berbeda dengan Orde Lama, sehingga memberikan kesempatan bagi berkembangnya gagasan pembaruan pemikiran Islam. Pemikiran Nurcholish Madjid juga mendapatkan kebebasan untuk tersebar luas, terutama dengan pemberitaan majalah Tempo, yang terdapat dalam laporan utama pada edisi Mei 1971, April 1972, Juli 1972, Desember 1972, Januari 1973, Juni 1986, dan April 1993 (Ridwan, M. Deden; dalam Ulumul Qur an (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan), 1995: Vol.VI p.52). 96

16 Pada perkembangannya kemudian, pembaruan pemikiran Islam yang dikemukakan Nurcholish semakin menyebar karena aktivitas-aktivitas beliau di Yayasan Wakaf Paramadina (mulai sekitar tahun 1985). Selain itu, Nurcholish juga mendapatkan posisi sebagai Anggota MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) Republik Indonesia pada tahun dan Dari berbagai tulisan dan ceramahnya yang disampaikan dalam seminar-seminar, peneliti akan dapat menggambarkan bagaimana perkembangan pemikiran Nurcholish. Genesis pemikiran Nurcholish Madjid tidak hanya dikaji dari latar belakang beliau mengemukakan pertama kali gagasan pembaruan pemikiran Islam. Akan tetapi seiring dengan waktu, baik adanya konsistensi maupun perubahan pemikiran, pemikiran Nurcholish pasti mendapatkan pengaruh dari berbagai kondisi pada waktu-waktu tersebut. Perkembangan atau pergeseran dalam pemikiran, concern intelektual, dan agenda Nurcholish Madjid, dapat dilihat dari kondisi sosial-politik yang pada masa tersebut. Seperti yang dijelaskan Azra (199b: 155), sepulangnya Nurcholish dari Chicago, terlihat adanya perubahan dalam agenda pemikiran Nurcholish. Berdasarkan perspektifnya terhadap kondisi sosial-politik saat itu, sekitar tahun 1984, Nurcholish menyadari bahwa umat Islam Indonesia sudah mulai sadar dengan peningkatan paham keagamaannya, sehingga agendanya berubah menjadi untuk membangun integritas umat, khususnya dalam membangun konteks peradaban Islam. Pemaparan mengenai perubahan pemikiran Nurcholish tersebut akan lebih dijelaskan pada sub bab berikutnya. 97

17 B. Pembaruan Pemikiran Islam di Indonesia Gerakan pembaruan dalam Islam sangat berkaitan dengan konsep ijtihad, karena hal tersebut menjadi landasan yang memungkinkan Islam relevan dengan setiap perkembangan zaman. Berkaitan dengan perlunya meningkatkan pemahaman keagamaan Islam di Indonesia, maka para cendekiawan Muslim Indonesia melakukan berbagai upaya pemurnian ajaran agama Islam. Hal tersebut yang menjadi motivasi Nurcholish Madjid mengemukakan anjuran sekularisasi dalam pembaruan pemikiran Islam. Nurcholish Madjid mengemukakan tentang urgensi dari pembaruan pemikiran Islam dalam buku Kontektualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah. Salah satu tulisannya dalam buku tersebut berjudul Taqlid dan Ijtihad, Masalah Kontinuitas dan Kreativitas dalam Memahami Pesan Agama, dijelaskan hal tersebut: Para pembaharu mendapati bahwa praktek taqlid yang umum menguasai orang-orang muslim, baik awam maupun ulama, telah berkembang menjadi suatu sikap mental, jika bukan malah pandangan teologis, yang meliputi penolakan secara sadar terhadap segala sesuatu yang baru, khususnya jika berbentuk unsur dari budaya asing. Tapi, sebagai sama-sama kegiatan manusiawi yang serba terbatas, maka taqlid ataupun ijtihad selalu mengandung persoalan, sehingga harus senantiasa dibiarkan membuka diri bagi tinjauan dan pengujian. Jadi tidak dibenarkan adanya absolutisme di sini. Sebab, setiap bentuk absolutisme akan membuat suatu sistem pemikiran menjadi tertutup, dan ketertutupan itu akan menjadi sumber absolutnya. Maka problema yang dihadapkan kepada setiap orang ialah bagaimana ia teguh tanpa menjadi kemutlakan-kemutlakan, dan sekaligus berkembang dan kreatif tanpa kehilangan keotentikan dan keabsahan -suatu penitian jalan yang sulit, namun tidak mustahil. Seluruh ide tentang mendekati (taqarrub) kepada Tuhan mengisyaratkan perlunya manusia berjalan tanpa jemu-jemunya meniti jalan lurus yang sulit itu, sampai ia akhirnya bertemu (liqa, namun tanpa menjadi satu) dengan Kebenaran, dengan izin dan ridla dari Sang Kebenaran itu sendiri (Madjid, 1994: 83-85). 98

18 Menurut Thoha Hamim dalam Moenawar Chalil s Reformist Thought, ciri umum gerakan pembaruan, antara lain, kembali kepada ajaran Quran, sunnah, dan tradisi salaf; menolak praktik-praktik taklid (ittiba ); berpikir rasional yang menafsir sumber-sumber ajaran Islam secara aktual; dan memerangi bidah dan khurafat (Nu'ad, Ismatillah A., dalam = &ref=mf, 05/08/09). K.H. Hasyim Asy ari sebagai tokoh yang sangat berpengaruh bagi ayahnya Nurcholish Madjid, merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) yang dianggap sebagai salah satu organisasi Islam yang berperan dalam pendidikan Islam dan gerakan modernisme. Secara tidak langsung, peranan K.H. Hasyim Asy ari yang sangat dihormati ayahnya, berpengaruh kepada pemahaman Nurcholish Madjid, khususnya tentang pemurnian ajaran agama Islam. Hal tersebut seperti yang dijelaskan Barton (1999: 162), Sekularisasi dan desakralisasi yang diajukan Nurcholish Madjid adalah suatu kebutuhan untuk membersihkan Islam dari pertumbuhan tradisi manusia yang sudah ketinggalan karena dengan upaya menyelenggarakan rasionalitas Islam. Selain karena pengaruh pendidikan ayahnya yang menghormati tokoh-tokoh pembaruan Islam, seperti K.H. Hasyim Asy ari, rasa hormat Nurcholish terhadap Mohammad Natsir yang berperan dalam partai Masyumi, memperlihatkan ketertarikannya terhadap aktualisasi peranan Islam dalam politik. Bahkan secara historis, yang mempengaruhi pemikiran Nurcholish jauh sebelum itu juga dibentuk ketika pembelajaran di pesantren Gontor. 99

19 Pengaruh pendidikan pesantren Gontor terhadap pembaruan juga terlihat dari tulisannya, seperti misalnya dalam kerja kerjanya yang disampaikan 3 Januari Dalam kertas kerja tersebut dibahas mengenai kebebasan berpikir bahwa Salah satu balai pendidikan Islam yang liberal yaitu Balai Pendidikan Darussalam di Gontor Ponorogo (Jawa Timur), memiliki moto Berpikiran Bebas setelah Berbudi Tinggi, Berbadan Sehat dan Berpengetahuan luas. Di antara kebebasan perseorangan, kebebasan berpikir, dan menyatakan pendapatlah yang paling berharga. (2008: 231). Hal tersebut juga yang diperhatikan Barton sebagai latar belakang historis pemikiran Nurcholish, bahwa: Jika lebih jauh ditelusuri bagaimana lingkungan memainkan peranan penting dalam memelihara serta membentuk kecenderungan rasionalitas ini pada pembaruan, sumbangan masa-masa belajar Nurcholish Madjid di Gontor, tentunya dapat menggambarkan hal tersebut. kecenderungan Nurcholish Madjid untuk menyuarakan pandangan sosio-politik konservatif generasinya dan terutama para pembimbingnya, sebab untuk beberapa tahun lamanya Nurcholish Madjid memang berada di lingkungan mereka dan ia mampu menyerap mereka melalui pengertian yang berangsur-angsur (Barton, 1999: ). Liddle (1997: 17) memaparkan juga bahwa pada tahun 1940-an dan an, ketika Nurcholish tumbuh dewasa di Jombang, pikiran-pikiran modernis berpengaruh ke seluruh Indonesia, terutama di kota-kota dan diajarkan di Gontor. Seperti juga suasana pembelajaran di IAIN Jakarta yang digambarkan Budhy Munawar Rachman, di IAIN tumbuh suasana intelektual yang kreatif, dengan kapasitas belajar mahasiswanya yang tinggi. Suasana ini sudah berlangsung sejak pertengahan 1970-an, yang di kalangan alumnus IAIN yang concern terhadap pembaruan, sering menyebutnya sebagai awal masa pembaruan Islam di Ciputat. (dalam jurnal Ulumul Qur an (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan) 1995, No. 100

20 3 vol.vi p.7). Dengan penjelasan tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa faktor lingkungan dalam tinjauan historis kehidupan Nurcholish melandasi perspektif Nurcholish tentang pembaruan dan aktualisasinya. Pengetahuan dan pengalaman Nurcholish meninjau kondisi keagamaan umat Islam saat itu mendorongnya untuk mengemukakan gagasan Perubahan Pemikiran Islam. Terutama dengan disampaikannya pidato berjudul Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat pada silaturahim antara para aktivis, anggota dan keluarga empat organisasi, yaitu Persami, HMI, GPI, dan PII, yang diselenggarakan oleh PII Cabang Jakarta pada 3 Januari Gagasan tersebut dikemukakan berkaitan dengan latar belakang pemahamannya mengenai pesan-pesan pokok ajaran Islam dalam Al-Qur an. Kemudian sejak tahun 1971 hingga 1974, gagasan Nurcholish Madjid menjadi wacana yang sering dibahas dalam berbagai diskursus mahasiswa dan cendekiawan Islam di Indonesia, terutama kritik terhadap konsep sekularisasi yang dikemukakannya dalam pidato tersebut. Pembaruan pemikiran Islam di Indonesia sering dihubungkan dengan tipologi pemikiran para pengusungnya. Terutama Nurcholish Madjid yang dianggap sebagai pembaharu yang pertama kali mengusung gagasan pembaruan pemikiran, menurut Barton termasuk dalam tipologi neo-modernisme. Hal tersebut karena Nurcholish Madjid lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang memegang ajaran Islam klasik, kemudian mendapatkan pendidikan dalam lingkungan yang mengedepankan modernisme, sehingga pemikirannya merupakan dialektika dari ajaran Islam klasik dan pemikiran modernisme. Begitu 101

21 pula dengan pembaruan pemikiran Islam yang diusungnya, walaupun mengedepankan gagasan modernisme dalam pemikiran Islam, akan tetapi landasannya berasal dari ajaran Islam klasik. Peranan majalah Tempo sebagai salah satu media massa sering memberitakan pemikiran-pemikiran Nurcholish Madjid, mempermudah beliau dalam menyebarkan gagasan-gagasan pembaruan pemikiran Islam. Hal tersebut menjadi perhatian M. Deden Ridwan untuk mengkaji keterkaitan antara Tempo dan gerakan Neo-Modernisme Islam Indonesia. Sebagai pers yang memiliki visi intelektual, Tempo memiliki visi pembaruan sehingga memberi perhatian yang lebih besar kepada visi Nurcholish yang komitmen pada persoalan dinamika sejarah peradaban manusia dan persoalan budaya bangsanya (Ridwan, M. Deden; dalam Ulumul Qur an (Jurnal Ilmu dan Kebudayaan), 1995: Vol.VI p.60). Dalam pandangan Nurcholis Madjid, bahwa pembaruan harus dimulai dari dua hal yang saling erat hubungannya, yaitu melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional, dan mencari nilai-nilai yang berorientasi ke masa depan. Ide pembaruan dalam pemikiran Islam hanya dapat mungkin diterangkan, jika seseorang dapat secara historis-kritis mengamati perkembangan pemikiran Islam dalam hubungannya dengan konteks sosial-budaya yang mengitarinya. Tanpa mengaitkan dengan konteks tidak pernah ada pembaruan. (Pattimahu, M.Asrul, dalam 05/08/09). Barton (1999:3) mengemukakan besarnya pengaruh pembaruan pemikiran Islam di Indonesia yang dimulai Nurcholish Madjid, bahwa fakta membuktikan bahwa sepanjang tahun 1970-an, 1980-an dan berlanjut hingga kini, 102

22 Indonesia telah menyaksikan sebuah kebangkitan Islam yang amat progresif dan begitu memiliki masa depan. Nurcholish Madjid membentuk Yayasan Paramadina dan kemudian mendirikan Universitas Paramadina pada tahun Dengan didirikannya yayasan tersebut, pembaruan pemikiran Islam yang dimulai Nurcholish Madjid semakin berkembang sehingga menjadi diskursus pada cendekiawan muslim di Indonesia hingga sekarang. C. Sekularisasi 1. Dasar Pemikiran Dasar pemikiran Nurcholish Madjid tentang sekularisasi berkaitan dengan berbagai penafsiran atas tulisan-tulisan Nurcholish Madjid. Peneliti mengkaji tulisan-tulisan Nurcholish sejak tahun 1970 ketika gagasan tersebut pertama kali dikemukakan, hingga tahun 2005 menjelang wafatnya beliau tanggal 29 Agustus Dengan kajian tersebut dan merujuk dari penelitianpenelitian lain yang relevan, peneliti menafsirkan dasar pemikiran sekularisasi Nurcholish Madjid, sebagai berikut: a. Dasar Tauhid/ Teologis Perspektif pemikiran Nurcholish mengenai dasar tauhid proses sekularisasi digambarkan oleh beliau dalam kertas kerja pembaruan pemikiran Islam. Nurcholis mengemukakan prinsip tauhid sebagai alasan pentingnya proses sekularisasi, bahwa: Sebenarnya pandangan yang wajar dan menurut apa adanya kepada dunia dan masalahnya secara otomatis harus dipunyai seorang muslim sebagai konsekuensi logis dari tauhid. Pemutlakan transendensi semata-mata kepada Tuhan, sebenarnya harus melahirkan desakralisasi pandangan selain 103

23 Tuhan, yaitu dunia dan masalah-masalah serta nilai-nilai yang bersangkutan dengannya. Sebab, sakralisasi kepada sesuatu selain Tuhan itulah pada hakikatnya, yang dinamakan syirik lawan tauhid. Maka sekularisasi itu sekarang memperoleh maknanya yang kongkret; yaitu desakralisasi terhadap sesuatu selain hal-hal yang benar-benar bersifat Ilahiah transendental, yaitu dunia ini (Madjid, 2008: 230). Proses sekularisasi melibatkan transformasi kepercayaan-kepercayaan dan praktik lainnya ke dalam dua arah. Arah transformasi pertama ialah ke bawah dengan cara melakukan desakralisasi atau menduniawikan segala hal yang tidak suci tapi selama ini dianggap suci. Arah kedua adalah ke atas dengan mensakralkan segala hal yang benar-benar transenden, kekal dan suci (Barton, 1999: 108). Pemahaman mengenai sekularisasi berkaitan dengan sudut pandang Nurcholish mengenai tauhid. Fathoni menjelaskan konsepsi Nurcholish mengenai tauhid, bahwa Konsep tauhid berasal dari kata wahid yang berarti satu atau esa, dan secara harfiah berarti menyatukan atau mengesakan. Dalam teologi dialektis Islam (ilmu kalam), tauhid dimaksudkan sebagai paham me-maha-esa-kan Tuhan atau paham Ketuhanan Yang Maha Esa (2009: 113). Nurcholish Madjid menjelaskan bahwa ajaran tauhid merupakan landasan dari proses sekularisasi. Dalam tulisannya berjudul Sekali lagi tentang Sekularisasi, dijelaskan bahwa dasar tauhid tersebut terdapat dalam kalimat syahadat yang mengandung dua pengertian, yaitu peniadaan (negation) dan pengukuhan (affirmation). Perkataan tidak ada Tuhan adalah peniadaan, dan perkataan melainkan Allah atau Tuhan itu sendiri adalah pengukuhan. 104

24 Pernyataan tidak ada Tuhan berarti, meniadakan penyembahan terhadap berbagai tuhan selain Tuhan yang Maha Esa, yaitu Allah. Prinsip negasi tersebut melandasi proses sekularisasi yang pada dasarnya juga proses desakralisasi terhadap segala sesuatu yang tidak suci atau profan. Nurcholish menegaskan bahwa pengertian negasi tersebut, Yang dimaksudkan ialah membebaskan manusia dari berbagai jenis kepercayaan kepada tuhan-tuhan yang selama ini dianut, kemudian mengukuhkan kepercayaan kepada Tuhan yang sebenarnya (Madjid, 2008: 252). Dengan pernyataan tersebut di atas, terlihat juga bahwa pengertian afirmasi yaitu kecuali Allah, melandasi proses sekularisasi sebagai proses sakralisasi segala sesuatu yang benar-benar transendental. Oleh karena itu, Nurcholish Madjid mengemukakan bahwa proses sekularisasi dilandasi oleh prinsip tauhid dalam Islam. Konsistensi pemikiran sekularisasi Nurcholish juga terlihat dalam tulisan lainnya yang dipublikasi di harian Suara Merdeka pada tahun 2003, bahwa: Maka kalau manusia dibiarkan untuk menyembah apa saja, maka dorongan tersebut akan berubah menjadi malapetaka yang luar biasa dahsyatnya, seperti terjadinya tiranisme pemujaan kepada manusia. Itu sebabnya, agama mengajarkan bebaskan diri manusia dari kepercayaankepercayaan palsu, baru setelah itu percaya kepada Tuhan yang sebenarnya: La ilaaha illa Allah (Tidak ada tuhan, kecuali Allah). Ajaran ini muncul bukan karena manusia tidak percaya kepada Tuhan, tetapi justru karena terlalu banyak percaya kepada "tuhan" -artinya "tuhannya" manusia itu terlalu banyak (dalam 08/08/09). 105

25 b. Dasar Filologis Nurcholish Madjid mengemukakan gagasan proses sekularisasi dengan merujuk kepada pemikiran Harvey Cox mengenai perbedaan sekularisasi dan sekularisme. Seperti yang dikutip oleh Nurcholish Madjid dari Harvey Cox yaitu: di mana pun ia timbul, ia harus dibedakan dari sekularisme. Sekularisasi menunjukkan adanya proses sejarah, hampir pasti tak mungkin diputar kembali, yang di dalamnya masyarakat dan kebudayaan dibebaskan dari kungkungan atau asuhan pengawasan keagamaan dan pandangan-dunia metafisis yang tertutup. (Madjid, 2008: 245). Pengertian sekularisasi digunakan pada istilah sosiologi sebagaimana pendapat Talcott Parsons, Harvey Cox dan Robert N. Bellah yang lebih merujuk pada pengertian pembebasan masyarakat dari belenggu takhayul dalam beberapa aspek kehidupan. Jadi, sekularisasi tidak berarti penghapusan orientasi keagamaan dalam norma-norma dan nilai-nilai kemasyarakatan, akan tetapi seperti pendapat Bellah adalah devaluasi radikal. Oleh karena itu, Nurcholish Madjid juga mengajukan konsep-konsep seperti sekularisasi, desakralisasi dan rasionalisasi (Pattimahu, M.Asrul, dalam Dengan mengutip pandapat Talcott Parson, Nurcholis Madjid menunjukkan bahwa sekularisasi sebagai suatu proses sosiologis, lebih banyak mengisyaratkan pengertian pembebasan masyarakat dari belenggu takhayul dalam beberapa aspek kehidupannya, dan tidak berarti penghapusan orientasi keagamaan dalam norma dan nilai kemasyarakatan (Pattimahu, M.Asrul, 106

26 dalam Menurut Barton (1999: 122), pengertian sekularisasi yang digunakan Nurcholish Madjid merujuk kepada pemikiran Harvey Cox, sebagai istilah kontemporer yang menunjukkan dunia ini atau hal-hal yang bersifat duniawi. Menurut William Liddle (1997: 14-15), konsep sekularisasi Nurcholish meminjam dari Robert Bellah, yang kertas kerjanya berjudul Tradisi Islam dan Masalah Modernisasi, yang dibaca Nurcholish dalam perjalanan ke Amerika Serikat dan Timur Tengah pada tahun Konsep Bellah memfokuskan Islam masa dahulu, yang dipandang lebih modern (dalam pengertian ilmu sosial Barat) daripada periode-periode berikutnya. Bellah (Liddle, 1997: 15) memperkenalkan empat elemen struktural Islam terdahulu yang membuatnya modern dalam pengertian berikut: Pertama, konsepsi satu Tuhan yang transcendental dan monoteistik Kedua, imbauan kembali kepada pengetahuan sendiri sebagai manusia bebas dan kebebasan memilih/ menilai Ketiga, penurunan nilai secara radikal, di mana seseorang boleh secara radikal, di mana seseorang boleh dan sah mengatakan sekularisasi, dari semua struktur sosial di hadapan pusat hubungan manusia-tuhan Dan akhirnya, ada konsepsi baru dari tata politik yang berdasarkan partisipasi semua orang yang menyetujui adanya wahyu Tuhan dan kemudian mengangkat mereka sendiri sebagai komunitas baru, yaitu umat. Pengaruh tulisan Bellah tersebut dihubungkan dengan tulisan Nurcholish Madjid, menurut Liddle berkaitan dengan visinya tentang masyarakat Islam yang sebenarnya dan kekurangan dari Islam Indonesia. Contoh yang dikemukakannya yaitu tulisan Nurcholish mengenai: Dengan sekularisasi bukan berarti pelaksanaan sekularisme Apa yang dibutuhkan 107

27 adalah setiap macam dari pengembangan yang membebaskan (Liddle, 1997: 15-16). Konsep sekularisasi digunakan juga sebelum Nurcholish mengemukakannya di Indonesia, di negara-negara Islam lainnya, seperti di Turki dan Mesir. Arif Syamsuddin (2008: 91-95) mengemukakan bahwa sekularisasi sebagai suatu proses, paradigma, ideologi dan dogma terjadi di dunia Islam di luar Indonesia. Seperti misalnya, penyebaran sekularisasi yang dikemukakan Thaha Husein ( ) di Mesir, yang tidak hanya mengusulkan sekularisasi dalam politik, tapi juga dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Walaupun berbagai kajian menjustifikasi Nurcholish Madjid mengambil ide dari teori-teori sosiologi Barat dan beberapa tokoh sekuler Islam sebelumnya, tetapi berdasarkan kajian dari latar belakang historis serta kajian teksnya, pemikiran Nurcholish Madjid banyak dilandasi oleh pemahamannya mengenai tradisi Islam klasik yang dihadapkan kepada tantangan modernisasi. c. Dasar Historis Gagasan mengenai sekularisasi sebagai suatu proses pembaruan dalam pemikiran Islam dilihat dari konteks sejarahnya, berkaitan dengan pandangan Nurcholish mengenai gerakan-gerakan pembaruan sebelumnya. Nurcholish merasa perlu munculnya gerakan pembaruan yang liberal sehingga dapat memecahkan masalah umat Islam di Indonesia yang dianggap jumud (kaku) dalam tradisi (Madjid, 2008: 235). Seperti yang dijelaskan Nurcholish (2008: ), 108

28 Di atas pentas sejarah, baik Indonesia maupun dunia, telah tampil gerakan-gerakan pembaruan. Di Indonesia, kita mengenal organisasiorganisasi dengan aspirasi-aspirasi pembaruan, seperti Muhammadiyah, Al-Irsyad, dan Persis. Tetapi sejarah mencatat pula, dan harus kita akui dengan jujur, bahwa mereka itu sekarang telah berhenti sebagai pembarupembaru. Mengapa? Sebab mereka, pada akhirnya, telah menjadi beku sendiri, karena mereka agaknya tidak sanggup menangkap semangat dari ide pembaruan itu sendiri, yaitu dinamika dan progresivitas. Dengan penjelasan yang dikemukakan di atas, dapat terlihat bahwa landasan pemikiran Nurcholish berkaitan dengan pemahamannya mengenai dinamika sejarah dan konsep ijtihad dalam Islam. Nurcholish ingin meyakinkan bahwa dalam perjalanan sejarahnya, proses sekularisasi sangat relevan dengan Islam, karena akan mengembalikan kejayaan Islam seperti pada masa Islam klasik terdahulu. Berarti hal tersebut berkaitan dengan pandangan Nurcholish tentang kondisi Islam klasik yang mampu menampilkan peradaban Islam yang tinggi. Konsistensi pemikiran Nurcholish mengenai hal tersebut terlihat dengan pemaparan Nurcholish di kolom harian Suara Merdeka mengenai masyarakat di kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW, yaitu: Dalam khazanah Islam, tatanan masyarakat seperti itu sering merujuk ke evolusi sosiologis dan pranata kemasyarakatan kota Madinah Rasulullah, Nabi Muhammad SAW, mendirikan Al-Madinah yang secara kebahasaan juga berasal dari kata kerja dana-yadinu, yaitu masyarakat yang setiap pribadi para warganya tunduk dan patuh kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dan tunduk patuh kepada Allah itu, secara sosial dan dalam kehidupan sesama manusia, adalah tunduk patuh kepada hukumhukum Allah dalam pengertian seluas-luasnya. (dalam 08/08/09). Pernyataan tersebut di atas memperlihatkan bahwa tinjauan historis Nurcholish Madjid mengenai kehidupan ideal masyarakat Islam pada Masa Islam klasik menjadi suatu hal yang diharapkan terwujud kembali pada masa 109

29 kontemporer. Berkaitan dengan hal tersebut, Nurcholish tetap menekankan perlunya kepatuhan terhadap hukum-hukum Allah. Dalam kaitannya dengan konsekuensi sekularisasi berarti umat Islam akan dapat terbebas dari kekeliruan sakralisasi, sehingga umat Islam dapat patuh sepenuhnya terhadap Allah. Sudut pandang Nurcholish Madjid mengenai perlunya umat Islam menyeimbangkan kehidupan duniawi dan ukhrawi juga terlihat dari pandangannya mengenai Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran Islam juga manusiawi. Penjelasan dalam tulisan Nurcholish bahwa penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW juga tidak boleh sampai mengkultuskan beliau, sehingga menghormati lebih dari seorang manusia di antara makhluk Allah. Oleh karena itu, tugas umat Islam menurut Nurcholish yaitu: Jadi sikap yang sangat proposional orang-orang Muslim terhadap Nabi itu merupakan salah satu wujud pelaksanaan misi Nabi sendiri, yaitu mengajarkan tawhid, Ketuhanan Yang Maha Esa. Tawhid membebaskan manusia dari mitologi, takhayul, dan berbagai kepercayaan palsu lainnya. Karena membebaskan manusia dari belenggu dan kekang hasil cipta khayalnya sendiri, maka bagi manusia tawhid menjadi pangkal kebahagiaan sejati, dasar nilai kemanusiaan yang hakiki (Madjid, 1995: 63). 2. Pemikiran Mengenai Sekularisasi Dalam kertas kerja Nurcholish Madjid berjudul Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat, dapat diperoleh penjelasan awal mengenai gagasan sekularisasi. Nurcholish Madjid mengemukakan bahwa proses pembaruan pemikiran Islam memerlukan proses 110

30 liberalisasi. Proses itu secara garis besar terbagi ke dalam tiga proses yang saling berkaitan, yaitu 1) sekularisasi, 2) kebebasan berpikir, dan 3) sikap terbuka. Oleh karena itu, sekularisasi yang dimaksudkan Nurcholish merupakan suatu proses yang saling berkaitan dengan kebebasan berpikir dan sikap terbuka sebagai agenda yang harus dilakukan dalam pembaruan pemikiran Islam. Seperti yang dikemukakan Nurcholish: kita hendak menarik pengertian bahwa pembaruan harus dimulai dengan dua tindakan yang saling erat hubungannya, yaitu melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional, dan mencari nilai-nilai yang berorientasi ke masa depan. Untuk itu diperlukan suatu proses liberalisasi. Proses itu dikenakan terhadap ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan Islam yang ada sekarang ini. Proses ini menyangkut proses-proses lainnya (2008: ). Sekularisasi yang dimaksudkan Nurcholish Madjid berbeda dengan sekularisme. Pada umumnya, sekularisme didefinisikan sebagai paham atau pandangan yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama. Sedangkan pengertian sekularisasi sangat berkaitan dengan sekularisme, yaitu 1) hal-hal yang membawa ke arah kehidupan yang tidak didasarkan pada ajaran agama, dan 2) pengambilalihan bangunan atau barang milik negara dan digunakan untuk keperluan lain (dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, 2002). Oleh karena itu, seseorang pandangan dan sikapnya memisahkan antara kehidupan agama/ kerohanian dengan kehidupan duniawi/ kebendaan, dianggap sebagai orang yang sekuler. Pada proses sekularisasi yang dikemukakan Nurcholish, ditekankan bahwa proses tersebut tidak sama dengan sekularisme. 111

31 Sekularisasi yang dikemukakan Nurcholish dipahami sebagai suatu proses daripada sebuah sistem kepercayaan. Proses sekularisasi melibatkan transformasi kepercayaan-kepercayaan dan praktik lainnya ke dalam dua arah. Arah transformasi yang pertama ialah ke bawah dengan melakukan desakralisasi atau menduniawikan segala hal yang tidak suci tapi selama ini dianggap suci. Arah kedua adalah ke atas dengan mensakralkan segala hal yang benar-benar transenden, kekal dan suci (Barton, 1999: 108). Nurcholish Madjid mengemukakan pemahaman mengenai sekularisasi sebagai berikut: Sekularisasi tidaklah dimaksudkan sebagai penerapan sekularisme, sebab secularism is the name of function very much like a new religion. Dalam hal ini, yang dimaksudkan ialah setiap bentuk liberating development. Proses pembebasan ini diperlukan karena umat Islam, akibat perjalanan sejarahnya sendiri, tidak sanggup lagi membedakan nilai-nilai yang disangkanya Islami itu, mana yang transendental dan mana yang temporal. Malahan, hierarki nilai itu sendiri terbalik, transendental semuanya, bernilai ukhrawi, tanpa kecuali (2008: 229). Pembebasan menurut Nurcholish yang disebut liberating development disebabkan karena pandangan terhadap kondisi umat Islam di Indonesia saat itu, yang masih belum bisa membedakan nilai-nilai yang benar-benar berasal dari ajaran Islam dan yang bukan merupakan nilai pokok ajaran Islam. Selain itu, terdapat juga beberapa masyarakat Islam yang justru terlalu bersifat ukhrawi/ keakhiratan, sehingga mengganggap hal yang transendental mempengaruhi seluruh kehidupannya tanpa menghiraukan kehidupan duniawinya. Lebih lanjut mengenai definisi sekularisasi yang membedakannya dengan sekularisme dipaparkan sebagai berikut: 112

SEKULARISASI DITINJAU KEMBALI 1

SEKULARISASI DITINJAU KEMBALI 1 SEKULARISASI DITINJAU KEMBALI 1 Oleh Nurcholish Madjid Pertama perlu ditegaskan bahwa saya membuat perbedaan prinsipal antara sekularisme dan sekularisasi. Sekularisme adalah suatu paham yang tertutup,

Lebih terperinci

BAB II NURCHOLISH MADJID TOKOH PEMBAHARU DALAM ISLAM ( ) pembaharu pemikiran di dalam Islam. Cak Nur lahir dan dibesarkan di lingkungan

BAB II NURCHOLISH MADJID TOKOH PEMBAHARU DALAM ISLAM ( ) pembaharu pemikiran di dalam Islam. Cak Nur lahir dan dibesarkan di lingkungan BAB II NURCHOLISH MADJID TOKOH PEMBAHARU DALAM ISLAM (1939-2005) A. Latar Belakang Sosial dan Pendidikan Nurcholis Madjid, yang populer dipanggil Cak Nur, merupakan sosok pembaharu pemikiran di dalam Islam.

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA

BAB IV KARAKTERISTIK PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA BAB IV KARAKTERISTIK PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID TENTANG HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA Nurcholish Madjid merupakan seorang tokoh intelektual Islam yang selalu memunculkan ide-ide cemerlang terhadap perjalanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada permulaan abad ke-20, Indonesia menghadapi tantangan modernisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada permulaan abad ke-20, Indonesia menghadapi tantangan modernisasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada permulaan abad ke-20, Indonesia menghadapi tantangan modernisasi yang juga dialami sebagian besar negara-negara di dunia. Kebutuhan untuk mewujudkan wacana

Lebih terperinci

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan c Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan d Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan Oleh Tarmidzi Taher Tema Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan di Indonesia yang diberikan kepada saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam skripsi berjudul Sekularisasi dalam Pembaruan Pemikiran Islam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam skripsi berjudul Sekularisasi dalam Pembaruan Pemikiran Islam : 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam skripsi berjudul Sekularisasi dalam Pembaruan Pemikiran Islam : Kajian Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid (1970-2005) ini, peneliti menelaah berbagai literatur yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling

Lebih terperinci

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM MASALAH PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Pendahuluan Reaksi-reaksi spontan telah dikemukakan oleh beberapa orang. Tetapi, tentu, reaksi-reaksi itu belum terumuskan dengan baik. Namun,

Lebih terperinci

Kata Kunci: Nurcholis Madjid, Pembaharuan, Pendidikan Islam.

Kata Kunci: Nurcholis Madjid, Pembaharuan, Pendidikan Islam. PEMIKIRAN NURCHOLIS MADJID TENTANG PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM Zaen Musyrifin 1 Abstrak Usaha modernasi ilmu pengetahuan melalui pendidikan Islam berkelanjutan di abad ke-20. Salah satu tokoh pembaharu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012 satu cara yang perlu ditempuh adalah mengembangkan model home schooling (yang antara lain berbentuk pembelajaran personal ) seperti yang pernah diterapkan pada masa kejayaan Islam abad pertengahan. - Membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dipaparkan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang penulis kaji. Sebagaimana yang telah dikaji

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila oleh Nahdlatul Ulama : Latar Belakang dan Proses 1983-1985 yang menjadi bahan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M M E T O D O L O G I Pertemuan ke-1 S T U D I I S L A M Pendahuluan Ainol Yaqin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Kontrak Perkuliahan Pendahuluan Outline Kontrak Perkuliahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai

BAB V KESIMPULAN. sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Hisotris Dari hasil penelitian ini dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa sekularisasi dari istilah sosiologis merupakan menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya bersifat

Lebih terperinci

Apa reaksi Anda ketika tahun 1971 Cak Nur melontarkan gagasan Islam, yes! Partai Islam, No!?

Apa reaksi Anda ketika tahun 1971 Cak Nur melontarkan gagasan Islam, yes! Partai Islam, No!? Proses pembaruan pemahaman keislaman di Indonesia pada era 1970 dan 1980-an tidak pernah lepas dari peran Cak Nur (sapaan akrab Prof. Dr. Nurcholish Madjid). Gagasan-gagasan segar Cak Nur tentang keislaman,

Lebih terperinci

SANG PENARIK GERBONG ITU 1

SANG PENARIK GERBONG ITU 1 TIDAK USAH MUNAFIK! SANG PENARIK GERBONG ITU 1 Oleh Nurcholish Madjid Rumah berukuran 122 m2 itu tergolong sederhana. Pekarangan berukuran 600 m2. Terletak di bilangan Tanah Kusir, Kebayoran Lama; rumah

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER l Edisi 001, Oktober 2011 Edisi 001, Oktober 2011 P r o j e c t i t a i g D k a a n MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER Ihsan Ali Fauzi 1 Edisi 001, Oktober 2011 Informasi Buku: Abdullahi Ahmed An- Na`im,

Lebih terperinci

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. *

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. * KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN Oleh, Novita Siswayanti, MA. * Abstrak: Pemikiran pembaharuan Kiai Wahid Hasyim telah memberikan pencerahan bagi eksistensi pesantren dalam menentukan arah serta

Lebih terperinci

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I ISBN: 978-602-71453-0-6 Editor

Lebih terperinci

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI 69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. koreksi terhadap duduk persoalan mengenai gerakan modernisme Islam. Penulis

BAB IV ANALISA. koreksi terhadap duduk persoalan mengenai gerakan modernisme Islam. Penulis 66 BAB IV ANALISA Hakikat Pemikiran Fazlur Rahman Beberapa catatan penting yang perlu penulis tulis dalam bab ini adalah koreksi terhadap duduk persoalan mengenai gerakan modernisme Islam. Penulis mencoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari pengaruh pembaharuan Islam yang dilakukan oleh umat Islam di Saudi Arabia, Mesir, dan India

Lebih terperinci

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA

BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA 18 BAB II KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA A. Konsep Syura dalam Islam Kata syura berasal dari kata kerja syawara>> yusyawiru yang berarti menjelaskan, menyatakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai 148 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai Masyumi di Jawa Barat periode tahun 1950-1960. Maka penulis dapat menyimpulkan. Pertama,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 216 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kiprah A. Hassan dalam upaya mencerdaskan umat Islam dapat dilihat dari karya-karyanya yang menambah khazanah ilmu pengetahuan. Usahanya mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia

BAB I PENDAHULUAN. dan tujuannya di dunia ini. Manusia seharusnya mengingat tujuan hidup di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup manusia mempunyai tugas dan tujuan yang harus dijalankan sebaikbaiknya, namun kenyataan yang terjadi banyaknya manusia yang melalaikan tugas dan tujuannya

Lebih terperinci

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep

A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep BAB IV PERBANDINGAN KONSEP NEGARA MENURUT PEMIKIRAN IMAM MAWARDI DENGAN ALI ABDUL RAZIQ A. Persamaan Pemikiran Imam Mawardi dengan Ali Abdul Raziq tentang Konsep Negara Dalam tulisan ini hampir semua pemikiran

Lebih terperinci

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL A. Tokoh Persatuan Islam ( Persis) 1 Ustadz Umar Fanani BA Ustadz Abdul Qadir Hassan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH SOSIAL DAN INTELEKTUAL NURCHOLISH MADJID. 26 Muharram 1358 Hijriyah. Ayahnya KH. Abdul Madjid, seorang kiai jebolan

BAB II SEJARAH SOSIAL DAN INTELEKTUAL NURCHOLISH MADJID. 26 Muharram 1358 Hijriyah. Ayahnya KH. Abdul Madjid, seorang kiai jebolan BAB II SEJARAH SOSIAL DAN INTELEKTUAL NURCHOLISH MADJID A. Riwayat Hidup Nurcholish Madjid Nurcholish Madjid atau yang lebih populer dengan sebutan Cak Nur lahir di Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur, pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.

Lebih terperinci

BAB II PEMIKIRAN NURCHOLIS MADJID TENTANG ISLAM LIBERAL DAN EKSISTENSI POLITIK ISLAM DI INDONESIA MENURUT PANDANGAN GREG BARTON

BAB II PEMIKIRAN NURCHOLIS MADJID TENTANG ISLAM LIBERAL DAN EKSISTENSI POLITIK ISLAM DI INDONESIA MENURUT PANDANGAN GREG BARTON 17 BAB II PEMIKIRAN NURCHOLIS MADJID TENTANG ISLAM LIBERAL DAN EKSISTENSI POLITIK ISLAM DI INDONESIA MENURUT PANDANGAN GREG BARTON A. Ruang Lingkup Sosial Nurcholis Madjid Menurut Pandangan Greg Barton

Lebih terperinci

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia

Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Peran PTAIN Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Berbicara PTAIN dikaitkan dengan pengembangan pendidikan, maka yang lebih relevan adalah mengungkap tentang Fakultas atau Jurusan Tarbiyah.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Lebih terperinci

PERSPEKTIF PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

PERSPEKTIF PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM PERSPEKTIF PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM Oleh Nurcholish Madjid Bangsa Indonesia sekarang dengan mantap memasuki era pembangunan. Kesadaran akan mutlaknya pembangunan muncul secara meyakinkan sejak tumbuhnya

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Problematika Umat Disebabkan Penurunan Kualitas Pendidikan Islam Problematika umat manusia dewasa ini telah menjalar ke setiap lini kehidupan. Dari aspek moral

Lebih terperinci

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi i ii TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi iii iv TEOLOGI SOSIAL: Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan khazanah pendidikan dan budaya Islam di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, peran pesantren tidak diragukan

Lebih terperinci

Islam dan Sekularisme

Islam dan Sekularisme Islam dan Sekularisme Mukaddimah Mengikut Kamus Dewan:- sekular bermakna yang berkaitan dengan keduniaan dan tidak berkaitan dengan keagamaan. Dan sekularisme pula bermakna faham, doktrin atau pendirian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

Masih Spiritualitas Bisnis

Masih Spiritualitas Bisnis c Prestasi, bukan Prestise d Masih Spiritualitas Bisnis Oleh Nurcholish Madjid Dalam uraian mengenai spiritualitas bisnis pekan lalu, kita menyadari bahwa adanya kombinasi antara ihsān dan itqān dalam

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara.

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara. DAFTAR PUSTAKA Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara. Ali, F. (2001). Diaspora Cak Nur, dalam dalam Pustaka Pelajar. (2001),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan agama dakwah, artinya agama yang selalu mendorong umatnya untuk berbuat kebaikan dan mengajak orang lain agar menjadi insan yang baik. Implikasi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya, atau pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan perkembangan Islam di Timur Tengah. Jaringan ulama yang terbentuk sejak abad ke-17 dan ke-18

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang memiliki kesempurnaan lebih dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dalam al-quran, Allah berfirman:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hadis Nabi yang paling populer menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para

BAB I PENDAHULUAN. hadis Nabi yang paling populer menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ulama menduduki tempat yang sangat penting dalam Islam dan dalam kehidupan kaum Muslimin. Dalam banyak hal, mereka dipandang menempati kedudukan dan otoritas

Lebih terperinci

4 Alasan Mengapa Buku ini Penting?

4 Alasan Mengapa Buku ini Penting? Oleh : Suswanta 4 Alasan Mengapa Buku ini Penting? 1. Merupakan pengembangan dari skripsi beliau : Perkembangan PSII Sebelum Fusi Parpol : Analisis Konflik Kepemimpinan 1971-1973 2. Satu-satunya buku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan umat Islam dari periode Nabi Muhammad Saw. diutus sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan dan kemunduran yang dialami

Lebih terperinci

Hubungan Islam Dan Orde Baru. Written by Wednesday, 08 September :03

Hubungan Islam Dan Orde Baru. Written by Wednesday, 08 September :03 Mohammad Natsir, salah seorang tokoh Islam terkemuka pada tahun 1972 pernah mengatakan, mereka (penguasa) memperlakukan kita (Islam) seperti kucing kurap. Pada saat Natsir melontarkan kalimat seperti ini,

Lebih terperinci

TWO VISIONS OF REFORMATION

TWO VISIONS OF REFORMATION l Edisi 024, Oktober 2011 TWO VISIONS OF REFORMATION P r o j e c t i t a i g k a a n D Robin Wright Dua Visi Reformasi Islam Review Paper oleh Hamid Basyaib 1 Edisi 024, Oktober 2011 Sumber Artikel: Two

Lebih terperinci

ISLAM DAN MODERNITAS. Relevansinya dengan Kenyataan Sosial Umat Islam Indonesia Dewasa Ini. Oleh Nurcholish Madjid. Pendahuluan

ISLAM DAN MODERNITAS. Relevansinya dengan Kenyataan Sosial Umat Islam Indonesia Dewasa Ini. Oleh Nurcholish Madjid. Pendahuluan ISLAM DAN MODERNITAS Relevansinya dengan Kenyataan Sosial Umat Islam Indonesia Dewasa Ini Oleh Nurcholish Madjid Pendahuluan Keadaan umat Islam Indonesia saat ini, sudah tentu erat kaitannya dengan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala menurunnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan di pesantren. Karenanya, penulis mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi pengaruh dalam rangka mengembangkan potensi manusia menuju kepada kedewasaan diri agar mampu

Lebih terperinci

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C. Islam dan Demokrasi Disusun oleh : AL-RHAZALI 07230054 MITRA ANUGRAH F 07230068 FEBRIAN DELI 201010050311070 NOVELIAWATI C. 201010050311085 MUSLIM DEMOKRAT Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik

Lebih terperinci

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN l Edisi 001, Agustus 2011 EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN P r o j e c t i t a i g k a a n D Luthfi Assyaukanie Edisi 001, Agustus 2011 1 Edisi 001, Agustus 2011 Empat Agenda Islam yang Membebaskan

Lebih terperinci

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS. Nuryani, M. IAIN Palopo

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS. Nuryani, M. IAIN Palopo FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS Nuryani, M. IAIN Palopo Abstrak: Filsafat merupakan sebuah sistem komprehensif dari ide-ide mengenai keadaan yang murni

Lebih terperinci

SEKULARISME, ISLAM DAN DEMOKRASI DI TURKI

SEKULARISME, ISLAM DAN DEMOKRASI DI TURKI , Edisi 003, Oktober 2011 i g i t a l l i m e m o k r a t i s m o k r a t i s. c o m SEKULARISME, ISLAM AN EMOKRASI I TURKI Ihsan Ali-Fauzi 1 Informasi Buku: Hakan Yavuz, Secularism and Muslim emocracy

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah

PENDAHULUAN. Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah PENDAHULUAN Turki merupakan negara Islam yang merupakan salah satu tempat bersejarah perkembangan Islam di Dunia. Turki juga merupakan wilayah yang terdiri dari dua simbol peradaban di antaranya peradaban

Lebih terperinci

KAJIAN JARINGANN ISLAM LIBERAL DI INDONESIA Oleh: Muhamad Nur

KAJIAN JARINGANN ISLAM LIBERAL DI INDONESIA Oleh: Muhamad Nur DIDAKTIKA ISLAMIKA Vol. 3 No. 1 - Maret 2014 KAJIAN JARINGANN ISLAM LIBERAL DI INDONESIA Oleh: Muhamad Nur Abstrak: Liberal mengandung konotatif negatif bagi sebagian umat Islam, karena diposisikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi BAB V ANALISIS Adanya sekolah dan madrasah di tanah air sebagai institusi pendidikan Islam, hanyalah akan mempersempit pandangan kita tentang pendidikan Islam itu sendiri. Ini berarti, kita hanya mementingkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat

BAB V PENUTUP. 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pendidikan Islam di Nusantara pada masa KH. Ahmad Dahlan sangat terbelenggu oleh kolonialisasi Belanda. Semua aktifitas pendidikan Islam dibatasi dan diawasi. Kondisi ini

Lebih terperinci

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia State Islam: Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia 13 September 2017 https://indoprogress.com/2017/09/state-islam-tentang-islam-yang-direstui-oleh-negara-di-indonesia/ Dendy Raditya Atmosuwito

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan selama ini dipercaya sebagai salah satu aspek yang menjembatani manusia dengan cita-cita yang diharapkannya. Karena berhubungan dengan harapan,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.

PANCASILA PANCASILA DAN AGAMA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi. PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN AGAMA Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA ABSTRACT Menjelaskan ideologi Pancasila

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

MENGAITKAN ISLAM DENGAN DEMOKRASI

MENGAITKAN ISLAM DENGAN DEMOKRASI l Edisi 026, Oktober 2011 P r o j e c t MENGAITKAN ISLAM DENGAN DEMOKRASI i t a i g k a a n D Bahtiar Effendy Edisi 026, Oktober 2011 1 Edisi 026, Oktober 2011 Mengaitkan Islam dengan Demokrasi Tidak mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN Oleh Nurcholish Madjid Agama merupakan suatu cara manusia menemukan makna hidup dan dunia yang menjadi lingkungannya. Tapi, hidup kita dan ling kungan abad modern

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada awalnya komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada awalnya komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada awalnya komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organisasi. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman dengan menggunakan bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Al-Ghazali (w. 1111 M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi umat Islam hingga saat ini. Montgomerry Watt (Purwanto dalam pengantar Al- Ghazali,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas,

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas, 78 BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas, baik yang tampak ataupun tidak tampak. Manusia pun mau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini, demokrasi merupakan salah satu pandangan dan landasan kehidupan dalam berbangsa yang memiliki banyak negara pengikutnya. Demokrasi merupakan paham

Lebih terperinci