KONSEP PENGEMBANGAN KOTA BARU DI KECAMATAN BAKAUHENI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONSEP PENGEMBANGAN KOTA BARU DI KECAMATAN BAKAUHENI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Transkripsi

1 KONSEP PENGEMBANGAN KOTA BARU DI KECAMATAN BAKAUHENI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Zulqarnain Wdsn¹, Budi Sulisty¹ ¹Jurusan Teknik Planlgi, Universitas Esa Unggul Jln. Arjuna Utara Tl Tmang Kebun Jeruk, Jakarta Abstrak Perkembangan kawasan pada dasarnya tidak terlepas dari kegiatan ssialeknmi dan keterkaitan dengan daerah belakangnya yang kemudian membangkitkan dan menuntut kegiatan yang ada dalam masyarakat pada kawasan tersebut, sehingga membutuhkan ruang untuk mengalkasikan kebutuhan mereka. merupakan sebuah Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki fungsi yang sangat vital bagi Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, karena menghubungkan kedua pulau besar tersebut. memiliki ptensi perkembangan wilayah yang sangat baik pada masa mendatang karena memiliki lkasi yang strategis dan memiliki kebijakan terkait, baik dari tingkat daerah maupun nasinal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi perkembangan wilayah di Kecamatan dan memberikan usulan knsep pengembangan kta baru sebagai alternatif pengembangan wilayah. Sehingga dapat meminimalisir permasalahan ruang di Kecamatan pada masa mendatang.metde analisis penelitian yang dilakukan memiliki yaitu analisis kebijakan, analisis daya dukung, analisis daya tampung, analisis aksesibilitas, analisis penentuan lkasi, analisis kebutuhan prasarana kta, analisis pereknmian.hasil temuan studi ini ialah perlunya penanganan ruang untuk mengantisipasi perkembangan yang terjadi di Kecamatan dengan penerapan knsep kta baru. Pengembangan kta baru di Kecamatan menjadi salah satu alternatif penanganan kawasan dan secara khusus dapat meningkatkan kualitas fisik suatu kawasan dengan menyediakan kmpnen yang mempunyai ciri kta sehingga dapat mendukung aktifitas penduduk yang ada pada kawasan tersebut, menjaga keseimbangan lingkungan alam, serta mengurangi kesenjangan pembangunan. Usulan fungsi kta baru adalah sebagai kta transit terintegrasi transprtasi antar mda. Kata Kunci :, Kta baru, Perkembangan kawasan. Pendahuluan Kecamatan yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan merupakan gerbang masuk menuju Pulau Sumatera dari Pulau Jawa. Pulau Sumatera memiliki peranan penting bagi Pulau Jawa, karena menpang industri dan perdagangan dari segi bahan baku. Adanya Pelabuhan sebagai fasilitas penyeberangan, akan memudahkan kegiatan nasinal dan daerah. Hal ini membentuk kawasan memiliki peranan yang sangat strategis karena menpang pereknmian nasinal. Dengan fungsi yang strategis tersebut menjadikan peraturan-peraturan tata ruang baik tingkat kabupaten hingga nasinal berfkus terhadap pengembangan di Kecamatan. Diantaranya adalah rencana penetapan Kecamatan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah prmsi (PKWp) dan juga Sumatera Tll Rad serta Sumatera Railway yang akan dibangun dari Kecamatan. Selain itu perencanaan dengan skala nasinal juga tertuang di dalam PP N 26 Tahun 2008 dan MP3EI, perencanaan tersebut yaitu KSN Selat Sunda dan Rencana Jembatan Selat Sunda. Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda yang akan menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Sumatera menjadi salah satu agenda besar yang akan dilaksanakan di Indnesia, hal ini terdapat dalam Masterplan Percepatan dan

2 Perluasan Pembangunan Indnesia (MP3EI). Dengan dihubungkannya kedua pulau ini maka semakin mempermudah akses transprtasi dan dapat memicu pertumbuhan eknmi dengan pesat. Secara administratif Kawasan Jembatan Selat Sunda berada di Kecamatan Kabupaten Lampung Selatan dan Kecamatan Anyer Kabupaten Serang. Dengan adanya beberapa penetapan rencana tata ruang yang ada atau berpengaruh terhadap Kecamatan, terutama dengan adanya rencana penetapan Kecamatan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah prmsi (PKWp), dapat meningkatkan kegiatan yang ada di dalam kawasan tersebut. Salah satunya ialah kegiatan eknmi, yang akan memberikan dampak psitif pada masyarakat dan pemasukan daerah. Namun perkembangan eknmi dalam ruang memiliki dampak terhadap tumbuhnya titiktitik pertumbuhan kawasan baru yang kemudian di dalamnya terdapat kawasan permukiman, kawasan jasa dan kmersial, serta kawasan lainnya, yang pada akhirnya akan membentuk kawasan perktaan dan berptensi menimbulkan permasalahan ruang. Pengembangan kta baru di Kecamatan dapat menjadi salah satu langkah untuk menata tatanan ruang sehingga tercipta suasana yang nyaman, berkelanjutan, dan memiliki fungsi sebagai titik pertemuan terintegrasi antar berbagai macam mda transprtasi. Kecamatan yang memiliki pelabuhan penyeberangan, berkembang dan mulai menampakkan ciri-ciri perktaannya, terutama di. Hal ini terlihat dari kegiatan yang ada, seperti terpusatnya kegiatan pereknmian dan fasilitas umum serta ssial. Adanya ciri perktaan menunjukkan perkembangan dari kawasan tersebut, perkembangan kawasan dapat memiliki nilai psitif dan negatif. Nilai psitif dari perkembangan kawasan adalah tumbuhnya kegiatan eknmi sehingga memberikan pemasukan kepada kawasan tersebut sedangkan nilai negatif dari perkembangan kawasan dilihat dari segi gegrafis adalah berkembangnya kawasan secara alami dan menyebar secara acak. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan ruang karena terjadi pembrsan infrastruktur dan menurunnya kualitas alam. Upaya perencanaan di Kecamatan merupakan sebuah tindakan untuk mengantisipasi terjadinya pertumbuhan ruang fisik secara alami. Pengembangan kta baru pada dasarnya adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kemampuan lahan serta mensinergikan sarana dan prasarana yang pada akhirnya membentuk ciri perktaan. Penelitian ini dilakukan untuk menyusun knsep pengembangan kta baru di Kecamatan sebagai alternatif penataan kawasan. Khususnya akibat ditetapkannya berbagai kebijakan tata ruang, yang berptensi mengubah struktur ruang yang ada di Kecamatan. Penerapan knsep kta baru memiliki arti yang penting bagi penataan kawasan pada masa mendatang. Kawasan yang terencana dengan baik akan mengurangi terjadinya permasalahan ruang pada masa mendatang dan menciptakan keselarasan dengan lingkungan alami. Metde Penelitian Metde penelitian yang dilakukan leh penulis dalam mencapai tujuan dari tugas akhir ini adalah metde deskriptif kualitatif. Metde penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenmena yang diselidiki (Mh. Nazir, 2003:54). Pendekatan kualitatif dalam penulisan ini berfungsi sebagai penafsiran fenmena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metde yang ada. Dalam studi ini penulis melakukan pendekatan penelitian dengan mengumpulkan data dan menganalisis data yang diperleh untuk mendukung tujuan studi penelitian ini. Beberapa pendekatan yang dilakukan antara lain, sebagai berikut: 1. Pendekatan teri, pendekatan ini digunakan untuk menganalisa ptensi maupun permasalahan yang merujuk kepada teriteri knkrit yang masih berlaku dan berhubungan dengan aspek yang dikaji dalam penelitian ini. Serta tinjauan kebijakan yang digunakan untuk mensinkrnisasikan hasil kajian studi ini dengan implementasi yang dapat dilakukan di dalam pembangunan dan perencanaan. 2. Pendekatan lapangan, pendekatan ini digunakan untuk menghimpun keterangan tentang kndisi Kecamatan, guna mengetahui ptensi dan dampak yang akan terjadi pada pengembangan Kta Baru di Kecamatan. Pengumpulan data ditujukan untuk melihat keadaan yang aktual dan membantu analisis dalam studi penelitian. Data dan infrmasi

3 yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan merupakan data yang menggambarkan kndisi saat ini. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan melalui survey lapangan (bservasi) yang dilakukan di Kecamatan. Data sekunder diperleh dari hasil studi pustaka, baik berupa data dari instansi pemerintah maupun swasta dan kajian-kajian yang mendukung tujuan penelitian. Infrmasi yang didapat melalui survey data primer dan sekunder (studi literatur dan kepustakaan) akan dirumuskan secara kuantitatif dan kualitatif yang kemudian disajikan secara deskriptif. Data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : Data yang berupa studi literatur atau karangan ilmiah yang mendukung penelitian tentang pengembangan kta baru di Kecamatan. Undang-undang, peraturan pemerintah, kebijakan yang terkait dengan Pengembangan dan Perencanaan Kta. Dalam prses pengumpulan data untuk studi penelitian ini, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan, yaitu: Tahap Pengumpulan Infrmasi dan Data Sekunder Merupakan tahapan awal yang dilakukan untuk mendukung studi tentang Analisis Peluang Pengembangan Kta Baru di Kecamatan. Pada tahapan ini dilakukan pencarian data melalui infrmasi, literatur, kajian ilmiah dan kebijakan terkait. Sehingga dapat diketahui ptensi, permasalahan dan gambaran umum kndisi eksisting pada kawasan studi. Tahapan Survey dan Pengamatan Lapangan Dalam tahapan ini dilakukan pengamatan secara langsung di kawasan studi, untuk menguji validitas data sekunder sekaligus untuk mengetahui fakta yang ada di lapangan sehingga dapat dilakukan pemetaan kndisi eksisting. Tahapan Kmpilasi Data Pengelmpkan data secara sistematis, dan seleksi data yang sesuai dengan kebutuhan studi penelitian. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Pertama yaitu analisis fisik lingkungan yang di dalamnya terdapat analisis verlay dan skring menggunakan SIG untuk menentukan daya dukung, analisis daya tampung, serta analisis aksesibilitas. Kedua yaitu analisis nn fisik yang akan menggunakan analisis regresi linier dan mengamati kegiatan eknmi yang terdapat di kawasan penelitian dan analisis kebijakan. Analisis Kebijakan Dari hasil pengamatan kebijakan yang terkait dengan Kecamatan, terdapat beberapa kebijakan diantaranya PP N. 26 Tahun 2008, MP3EI, RTRW Prvinsi Lampung dan RTRW Kabupaten Lampung Selatan. KSN Selat Sunda memiliki pengaruh terhadap Kecamatan sehingga memiliki ptensi menjadi daerah yang berkembang. Rencana Jembatan Selat Sunda dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Eknmi Indnesia menjadi salah satu agenda pembangunan yang ada di Kecamatan, khususnya di karena trase jembatan yang berada di Pulau Sumatera berada di desa ini. Tidak hanya itu, juga menjadi titik terujung dari rencana Sumatera Tll Rad dan Sumatera Railway, hal ini menjadikan Kecamatan khususnya menjadi titik transit dari berbagai macam mda transprtasi darat dan air. Faktr ini akan mempengaruhi pla penggunaan lahan dan pertumbuhan eknmi di dan sekitarnya. Analisis Daya Dukung a. Kemiringan Lereng Analisis kemiringan lereng dilakukan dengan menggunakan sftware ArcGIS yang memanfaatkan fungsi slpe anaylst. Data yang digunakan dalam analisis ini yaitu DEM (Digital Elevatin Mdel) yang kemudian dilah dengan slpe analyst sehingga menghasilkan klasifikasi kemiringan lereng, seperti pada Tabel 1. Sesuai dengan Peraturan Menteri PU tentang Pedman Teknis Kawasan Budidaya bahwa kawasan permukiman berada pada tingkat kemiringan lereng 0-25%. Sedangkan di Kecamatan kemiringan lereng minimum adalah 8%. Tabel 1. Klasifikasi Kemiringan Lereng Kelas Kelerengan (%) Klasifikasi I 0-8 Datar II 8-15 Landai III Agak Curam IV Curam V >40 Sangat curam Sumber : Peraturan Menteri PU N. 41/PRT/M/2007

4 N Hasil analisis menunjukkan bahwa Hatta memiliki luas kawasan sebesar 9,36 Km² dengan kemiringan lereng 8-15%. Kemudian diikuti leh yaitu 6,94 Km² (lihat pada Tabel 2) sehingga masih dimungkinkan untuk membangun kawasan permukiman dibeberapa desa yang ada di Kecamatan. Tabel 2. Jumlah Kawasan dengan Kemiringan Lereng 8-15% pada desa yang berada di Kecamatan (Km 2 ) Kawasan dengan Kemiringan 8-15% (Km 2 ) Distribusi (%) 1 Ttharj 7,10 4,67 65,82 2 Kelawi 9,54 3,64 38, ,24 6,94 27,51 4 Hatta 10,15 9,36 92,22 5 Semanak 5,10 4,59 89,91 57,13 29,20 51,11 b. Jenis Tanah dan Tekstur Tanah Jenis tanah dan tekstur tanah dapat dilihat dari bentukan batuan yang tersusun pada wilayah tersebut. Kecamatan tersusun leh empat jenis batuan yaitu batuan andesit, batuan aluvium, batuan gunung api muda dan batuan Frmasi Lampung. Jenis tanah yang ada merupakan hasil pelapukan dari batuan selama ratusan tahun bahkan hingga ribuan tahun. Hasil pelapukan tanah yang terbentuk di Kecamatan yaitu tanah andsl yang berasal dari pelapukan batuan andesit dan batuan gunung api muda rajabasa, terutama dibagian lereng pegunungan. Tanah aluvial yang terbentuk dari batuan aluvium, berada di sisi timur. Batuan Frmasi Lampung sebagian besar terdiri dari batu pasir tufaan pada lapisan aquifernya dan latsl & glei pada bagian permukaan. Untuk melihat klasifikasi dari jenis tanah yang ada di Kecamatan, mengacu kepada Peraturan Menteri PU N.41/PRT/M/2007 tentang Pedman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya. Tabel 3. Klasifikasi Jenis Tanah Kelas Jenis tanah Klasifikasi I Aluvial, Glei, Plansl, Tidak Peka Hidrmfr, Literite Air Tanah Kelas Jenis tanah Klasifikasi II Latsl Kurang Peka III Brwn Frest Sil, Nn Calcic, Agak Peka Brwn Mediteran IV Andsl, Laterit, Grumusl, Peka Pdslik V Regsl, Litsl, Organsl, Rinsina Sangat Peka Sumber : Peraturan Menteri PU N. 41/PRT/M/2007 yang memiliki jenis tanah aluvial hanya berada di. Jenis tanah terluas di yaitu jenis andsl dengan luas ttal 20,37 Km². Hal ini menandakan sebagian besar Kecamatan memiliki sifat tanah yang peka terhadap ersi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. N Tabel 4. Jumlah Jenis Tanah pada yang berada di Kecamatan Tanah (Km 2 ) Kawasan dengan Kemiring an 8-15% (Km 2 ) Distribusi (%) 1 Andsl Ttharj 6,81 95,96 2 Latsl Ttharj 0,27 3,82 7,1 3 Latsl Ttharj 0,02 0,22 & Glei 4 Andsl Kelawi 5,24 54,93 5 Latsl Kelawi 0,25 2,63 9,54 6 Latsl Kelawi 4,05 42,43 & Glei 7 Aluvial 3,33 13,18 8 Andsl 20,37 80,69 9 Latsl 1,45 25,24 5,73 10 Latsl & Glei 0,10 0,39 11 Andsl Hatta 4,97 48,93 12 Latsl 10,15 Hatta 5,18 & Glei 51,07 13 Andsl Semanak 3,92 76,83 14 Latsl 5,10 Semanak 1,18 & Glei 23,17 TOTAL 57,13 29,20 51,11 c. Hidrlgi dan Sumber Daya Air Sumber daya air yang terdapat di Kecamatan bersumber dari cekungan air tanah Metr-Kalianda. Cekungan air tanah ini memiliki imbuhan air tanah yang tertekan pada lapisan aquifernya mencapai ± m³ per tahunnya. Terdapat pula beberapa sungai kecil yang tersebar di Kecamatan. Untuk distribusi air bersih Kecamatan sudah terlayani leh jaringan pipa air PDAM, namun jaringan terluas hanya berada di. Untuk menganalisis kebutuhan air bersih di

5 Kecamatan dilakukan perhitungan sebagai berikut. Tabel 5. Perhitungan Kebutuhan Air Kecamatan N Uraian Kebutuhan Air Bersih Dmestik a. Jumlah Penduduk 1 (jiwa) b. Knsumsi Air (lt/rng/hari) Sub Ttal Kebutuhan Air Bersih Dmestik (Liter/Hari) Kebutuhan Nn Dmestik 2 Sub Ttal Kebutuhan Air Bersih Dmestik (Liter/hari) Persentase (%) Sub Ttal Kebutuhan Air Bersih Nn dmestik (Liter/Hari) Sub Ttal Kebutuhan Air Bersih (Dmestik + Nn Dmestik) Jumlah Air Bersih (Lt/Hari) Jumlah Air Bersih (m 3 /Hari) Jalur Hijau (5% dari sub ttal kebutuhan air bersih) Lsses (20% dari sub ttal kebutuhan air bersih) Sarana Pariwisata dan lain-lain (10% dari sub ttal kebutuhan) , , , , Ttal Kebutuhan Air Bersih (lt/hari) , Ttal Kebutuhan Air Bersih (m 3 /hari) 5.678, Ketersediaan Air dari CAT Metr-Kalianda (m 3 /hari) , ,44 Dari hasil analisis diketahui bahwa CAT Metr-Kalianda dapat memenuhi kebutuhan penduduk tahun 2012, bahkan dapat mencukupi kebutuhan air untuk jiwa penduduk. d. Rawan Bencana Indnesia terletak di antara pertemuan tiga buah lempeng bumi, yaitu: Ind-Australia, Eurasia dan Lempeng Pasifik, serta dilalui leh jalur pegunungan aktif dunia, yaitu: Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania. Hal ini menyebabkan indnesia masuk ke dalam jalur Ring f Fire atau cincin api pasifik dunia, yang merupakan jalur pegunungan aktif. Tidak heran jika Indnesia sering mengalami bencana alam. Pulau Sumatera sebagai salah satu pulau di Indnesia yang terletak di bagian barat berada pada pertemuan lempeng Eurasia dan Lempeng Ind-Australia. Zna pertemuan kedua lempeng tersebut membentuk palung yang dikenal dengan nama zna tumbukan (subduksi), akibat benturan tersebut muncul sesar (patahan) pada wilayah ini yang memtng Pulau Sumatera mulai dari Prvinsi Aceh hingga Prvinsi Lampung kurang lebih sepanjang Km. Pergeseran sistem sesar ini sangat aktif dengan kecepatan sekitar 60mm/tahun yang akan menimbulkan fenmena alam seperti gempa bumi di sepanjang lintasannya. Tidak heran jika zna pantai barat Sumatera sering mengalami bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. Tidak jauh dari Kecamatan juga terdapat Gunung Krakatau yang berptensi menimbulkan bencana alam seperti gempa, hujan abu vulkanik dan tsunami. Analisis Daya Tampung Untuk mengukur daya tampung pada setiap desa yang ada di Kecamatan dilakukan dengan berpedman kepada Peraturan Menteri PU N.20/PRT/M/2007 tentang Pedman Teknik Analisis Fisik & Lingkungan, Eknmi serta Ssial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang. Dari hasil analisis verlay diketahui bahwa luas ttal lahan dengan yang dapat dibangun adalah 26,01 Km². Hasil analisis verlay digunakan dalam menentukan kawasan yang dapat dibangun, sehingga perhitungan hasil daya tampung lebih akurat karena melalui prses analisis daya dukung dan verlay. Untuk menghitung daya tampung, ditetapkan anggapan luas lahan yang digunakan untuk permukiman 50% dari luas lahan yang bleh tertutup (30% untuk fasilitas dan 20% untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya). Kemudian dengan asumsi 1KK yang terdiri dari 5 rang memerlukan lahan seluas 100 m², maka akan didapatkan hasil seperti pada Tabel 6. N Tabel 6 Perhitungan Daya Tampung pada yang berada di Kecamatan Ket (Km 2 ) Daya tampung (jiwa) 1 Semanak Dapat dibangun 5, Hatta Dapat dibangun 7, Dapat dibangun 4, Ttharj Dapat dibangun 4, Kelawi Dapat dibangun 3, TOTAL 26,

6 N Hasil analisis menunjukkan bahwa daya tampung terbesar di Kecamatan berada di Hatta dengan jumlah jiwa, jiwa, sedangkan yang terkecil adalah Kelawi dengan jumlah jiwa. Analisis Aksesibilitas Aksesibiltas merupakan salah satu faktr yang sangat berpengaruh pada perkembangan suatu wilayah. Kndisi prasarana yang baik akan mempercepat pergerakan rang dan barang pada wilayah tersebut. Untuk melihat tingkat aksesibilitas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Tingkat Aksesibiltas Kecamatan Panjang Jalan (Km) Wilayah (Km 2 ) Aksesibiltas 1 Ttharj 12 7,10 1,69 2 Kelawi 14 9,54 1, ,5 25,24 0,65 4 Hatta 12 10,15 1,18 5 Semanak 10,5 5,10 2,06 TOTAL 65 57,13 1,14 Dari tabel di atas terlihat bahwa aksesibilitas terbesar yaitu Semanak dengan jumlah 2,06 dan yang terkecil adalah dengan nilai 0,65. Namun hasil dari analisis ini kurang sesuai dengan keadaan di lapangan, khususnya di. Dikarenakan luas wilayah yang terhitung merupakan luas secara keseluruhan yang di dalamnya terdapat banyak kawasan tidak terbangun seperti perkebunan, hutan dan ladang. Bila melihat dari kndisi yang ada, memiliki prasarana terminal kelas A dan pelabuhan penyeberangan yang berfungsi melayani kegiatan nasinal, sehingga memiliki aksesibilitas yang mudah dalam prasarana transprtasi. Dari jumlah prasarana transprtasi yang sebagian besar berada di membuktikan bahwa desa ini memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi. Jarak tiap desa terhadap prasarana transprtasi yang akan direncanakan ataupun eksisting di Kecamatan, dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jarak Menuju Fasilitas Prasarana Transprtasi N Dari Ke 1 Ds. Ttharj Jarak (Km) Pelabuhan Penyebrangan 8,6 Terminal Kelas A 8,5 Rencana Stasiun KA 8,5 Rencana Sumatera Tll Rad 9 N Dari Ke Jarak (Km) Bandara Raden Inten 90,6 Pelabuhan Penyebrangan 6,8 2 3 Ds. Kelawi Ds. 4 Ds. Hatta 5 Ds. Semanak Terminal Kelas A 6,75 Rencana Stasiun KA 6,75 Rencana Sumatera Tll Rad 7 Bandara Raden Inten 92,7 Pelabuhan Penyebrangan 0,8 Terminal Kelas A 0,75 Rencana Stasiun KA 0,75 Rencana Sumatera Tll Rad 1 Bandara Raden Inten 98,7 Pelabuhan Penyebrangan 8,8 Terminal Kelas A 8,75 Rencana Stasiun KA 8,75 Rencana Sumatera Tll Rad 9,1 Bandara Raden Inten 89,7 Pelabuhan Penyebrangan 10 Terminal Kelas A 9,4 Rencana Stasiun KA 9,4 Rencana Sumatera Tll Rad 10 Bandara Raden Inten 88 Analisis Penentuan Lkasi Kta Baru Dari hasil analisis kebijakan, daya dukung, daya tampung dan aksesibilitas diketahui bahwa Kecamatan memiliki ptensi perkembangan yang sangat baik, karena ditunjang leh rencana tata ruang, baik tingkat nasinal hingga kabupaten dan juga adanya fasilitas pendukung di Kecamatan. Fasilitas yang terdapat di Kecamatan memiliki fungsi penting bagi pertumbuhan eknmi reginal dan nasinal, fasilitas ini yaitu Pelabuhan Penyeberangan dan juga Jalan Lintas Sumatera. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Kecamatan direncanakan sebagai titik awal atau akhir dari Sumatera Tll Rad dan Sumatera Railway. Dalam knteks nasinal terdapat rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda yang tertuang dalam MP3EI dan juga penetapan Kawasan Strategis Nasinal Selat Sunda dalam PP N. 26 Tahun Untuk melihat hasil dari beberapa analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat pada Tabel 9. yang merupakan desa terluas di Kecamatan menjadi pilihan lkasi pengembangan kta baru karena terdapat trase pengembangan Sumatera Tll Rad, Sumatera Rail Way dan Jembatan Selat Sunda. Dalam Peta Rencana Tata Ruang Kabupaten Lampung Selatan, juga memiliki rencana pla ruang sebagai permukiman kta.

7 yang memiliki pelabuhan penyeberangan ini mempunyai lahan yang dapat dibangun dengan luas 4,95 Km² dengan daya tampung maksimum Jiwa. Namun tidak semua kawasan yang ada di akan dibangun menjadi kta baru, hal ini dikarenakan daya dukung yang berbeda antar kawasan yang ada di dalamnya. Setelah dilakukan teknik verlay (tumpang tindih) di Kecamatan didapatkan hasil lkasi yang dapat dibangun kta baru. Kawasan yang akan dibangun menjadi kta baru memiliki luas lahan 2,23 Km² dengan daya tampung penduduk ± Jiwa. Kta baru ini juga direncanakan memiliki ttal cadangan lahan pengembangan lanjutan seluas 23,21 Km². Tabel 9. Hasil Analisis Penentuan Lkasi Pengembangan Kta Baru di Kecamatan Analisis Ttharj Kelawi Hatta Semanak Rencana pla ruang (permukiman Kta) Kebijakan - - Rencana Sumatera Tll Rad Rencana Sumatera Railway Rencana JSS - - Daya Dukung yang dapat dibangun seluas 4,51 Km 2 yang dapat dibangun seluas 3,50 Km 2 yang dapat dibangun seluas 4,95 Km 2 yang dapat dibangun seluas 7,90 Km 2 yang dapat dibangun seluas 5,14 Km 2 Daya Tampung jiwa jiwa jiwa jiwa jiwa Nilai Nilai Nilai Aksesibiltas Nilai Nilai Aksesibiltas Aksesibiltas Aksesibiltas Aksesibiltas 0 0,77 (dekat dengan Aksesibiltas 2,23 0,76 pelabuhan dan 0,35 terminal) Analisis Kebutuhan Prasarana Kta Analisis kebutuhan prasarana kta digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan minimum pada kawasan perencanaan kta baru. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar para penduduk yang menempati Kta Baru. Analisis ini dilakukan dengan berdasar kepada SNI tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perktaan. Dalam penentuaan standar pelayanan minimum ini dilakukan terhadap prasarana niaga, prasarana pendidikan, prasarana kesehatan, prasarana ssial dan budaya, serta prasarana ruang terbuka hijau dan umum. Dalam analisis ini jumlah penduduk Kta Baru direncanakan memiliki jumlah penduduk ± jiwa. a. Prasarana Perdagangan dan Niaga Prasarana niaga pada kawasan pengembangan kta baru memiliki kebutuhan 2 unit pasar lingkungan/pusat perbelanjaan, dengan luas lahan yang dibutuhkan m². Kemudian juga membutuhkan 8 unit pertkan dengan luas lahan yang dibutuhkan m². N Tabel 10. Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga Jenis Sarana Standar Penduduk (jiwa) Jumlah Rencana Fasilitas (Unit) Minimum Ttal 1 Tk/Warung Pertkan Pusat Perbelanjaan/ Pasar Lingkungan b. Prasarana Pendidikan Prasarana pendidikan merupakan bagian penting dalam menunjang pengembangan sumber daya manusia. Dalam pengembangan Kta Baru jumlah Seklah Menengah Atas yang dibutuhkan untuk jumlah penduduk ± Jiwa adalah 9 unit dengan lahan yang dibutuhkan sebesar m². Sedangkan Seklah Menengah Pertama berjumlah 9 unit, Seklah Dasar 28 unit dan Taman Kanak-kanak 36 unit. Dengan perbandingan lahan yang dibutuhkan sebesar m², m² dan m² dengan luas ttal kebutuhan lahan secara keseluruhan sebesar m².

8 N Jenis Sarana Tabel 11. Kebutuhan Sarana Pendidikan Standar Penduduk (jiwa) Jumlah Rencana Fasilitas (Unit) Minimum Ttal 1 TK SD SMP SMA Taman Baca c. Prasarana Kesehatan Fasilitas Kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Kta Baru memiliki kebutuhan fasilitas rumah sakit 1 unit dengan luas lahan yang dibutuhkan sebesar m². Kebutuhan psyandu sebanyak 36 unit dengan kebutuhan lahan seluas m². Untuk melihat kebutuhan prasaran kesehatan dengan terperinci dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kebutuhan Sarana Kesehatan Jumlah Ttal Standar N Rencana Jenis Sarana Pendudu Fasilitas Minimum k (jiwa) (Unit) 1 Psyandu Klinik Bersalin 3 Puskesmas Praktek Dkter 5 Aptek Rumah Sakit d. Prasarana Ssial dan Budaya Kebutuhan prasarana ssial dan budaya pada Kta Baru yaitu dengan menyediakan sarana ibadah seperti masjid, balai pertemuan dan juga balai serbaguna. Kebutuhan sarana masjid berjumlah 36 unit dengan luas kebutuhan lahan m². Balai serbaguna untuk menunjang kegiatan masyarakat Kta Baru berjumlah 2 unit dengan luas kebutuhan lahan sebesar m². Ttal luas kebutuhan lahan prasarana Ssial dan Budaya yaitu m². N Tabel 13. Kebutuhan Sarana Ssial dan Budaya Jenis Sarana Standar Penduduk (jiwa) Jumlah Rencana Fasilitas (Unit) Minimum Ttal 1 Masjid Balai Pertemuan Balai Serbaguna N e. Ruang Terbuka Hijau dan Prasarana Umum Dalam pengembangan Kta Baru dibutuhkan ruang terbuka hijau yang di dalamnya terdapat fasilitas taman. Kebutuhan taman kecil pada Kta Baru berjumlah 36 unit dengan luas lahan m². Sedangkan kebutuhan taman bermain berjumlah 18 unit dengan luas kebutuhan lahan m². Untuk prasarana umum Kta Baru direncanakan memiliki lapangan lahraga berjumlah 3 unit dengan luas lahan m². Kebutuhan gelanggang lahraga berjumlah 1 unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau dan Sarana Umum Jenis Sarana Standar Penduduk (jiwa) Jumlah Rencana Fasilitas (Unit) Minimum Ttal 1 Taman Kecil Taman Bermain Lapangan lahraga GOR Analisis Pereknmian Dalam menganalisis pereknmian di Kecamatan dilakukan dengan melihat kepada fasilitas eknmi yang ada di Kecamatan dan juga faktr yang mempengaruhinya. Dari data yang ada pada Tabel 15 terlihat bahwa memiliki fasilitas eknmi terbanyak dengan ttal 326 unit fasilitas. Hal ini sangat dipengaruhi dengan adanya pelabuhan yang ada di, sehingga menimbulkan bangkitan kegiatan eknmi di kawasan sekitarnya.

9 N Tabel 15 Banyaknya Sarana Eknmi di Kecamatan tahun 2012 Pasar Tk/ Warung/ Kis Sarana Eknmi Restran/ Rumah Makan Htel/ Penginapan 1 Ttharj Kelawi Hatta Semanak Sumber : Kecamatan dalam Angka, 2013 Selain itu terdapat pula industri kecil yang bergerak dalam bidang penglahan kayu, makanan dan pembuatan gula merah. memiliki 8 industri penglahan kayu dan 9 industri makanan (seperti pada Tabel 16). Hal ini menandakan bahwa mulai menjajaki kegiatan-kegiatan usaha jasa yang erat kaitannya dengan sifat kawasan perktaan. Tabel 16 Banyaknya Jenis Industri Kecil di Kecamatan Tahun 2012 Jenis Industri Kecil N Industri Gula Makanan Kpra Penglahan Merah 1 Ttharj Kelawi Hatta Semanak Sumber : Kecamatan dalam Angka 2013 Kecamatan juga memiliki tempat wisata alami dan buatan, hal ini dapat menjadi daya tarik bagi para wisatawan jika dikella dengan baik. Faktr pariwisata sangat erat kaitannya dengan perkembangan eknmi. Jumlah wisata terbanyak di Kecamatan yaitu pada yang memiliki tiga buah destinasi wisata, yaitu Menara Siger, Pantai Tanjung Tua dan Air Terjun Curup. Dengan adanya faktr wisata di, maka berptensi dalam perkembangan eknmi di desanya sendiri. Melihat dari kebijakan yang ada, kegiatan eknmi di Kta Baru akan sangat mempengaruhi pendapatan daerah baik pendapatan Kabupaten Lampung Selatan maupun nasinal. Hal ini terlihat dari adanya rencana kegiatan pada masa mendatang, yaitu Sumatera Tll Rad, Sumatera Railway dan Jembatan Selat Sunda. Ketiga rencana tersebut akan memberikan pemasukan sehingga meningkatkan eknmi daerah tersebut. Knsep Rencana Struktur Ruang Knsep pengembangan kta baru di Kecamatan dalam studi ini diarahkan ke dalam penataan struktur ruang. Arahan struktur ruang dimaksudkan agar pengembangan kta baru lebih terarah dan jelas. Struktur ruang juga mengikuti peranan dan fungsi yang ada pada kawasan tersebut, sehingga memiliki keterkaitan dengan kegiatan internal maupun eksternal. Kta baru ini direncanakan untuk jumlah penduduk ± Jiwa, mengingat kta yang direncanakan adalah kta kecil mandiri dengan luas 2,23 Km² atau 223,75 Ha. Hal ini dikarenakan fungsi dan peranan kta baru ini sebagai kta transit. Knsep rencana struktur ruang dilakukan untuk mempermudah dalam menentukan pusatpusat kegiatan yang ada pada Kta Baru. Pengembangan pusat-pusat kegiatan diserasikan dengan sistem permukiman, jaringan prasarana dan sarana yang ada maupun yang direncanakan, sehingga pengembangannya dapat meningkatkan mutu pemanfaatan ruang yang ada. Knsep rencana struktur ruang di Kta Baru dibagi ke dalam empat zna. a. Zna 1 Zna 1 merupakan kawasan Pelabuhan yang dikella leh PT. ASDP Indnesia. Secara fisik kawasan ini berada di bibir pantai Selat Sunda. Pusat kegiatan ini direncanakan untuk diintegrasikan dengan mda transprtasi kereta api, sehingga memudahkan para pengguna sarana trasnprtasi umum untuk berpindah mda. Kawasan ini sangat mendukung kegiatan trasnprtasi multimda sehingga dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang akan menuju kta-kta di Pulau Sumatera maupun di Pulau Jawa. Zna ini memiliki luas 28 Ha. b. Zna 2 Zna 2 difungsikan sebagai kawasan perkantran dan pergudangan. Kawasan ini berada di dekat Pelabuhan dan dekat dengan rencana pembangunan stasiun kereta dan Sumatera Tll Rad. Zna ini direncanakan memiliki luas lahan sebesar 20,28 Ha. Zna ini menjadi pusat kegiatan dari kta baru. c. Zna 3 Zna 3 direncanakan sebagai kawasan perdagangan dan jasa serta kantr pemerintahan, zna ini memiliki luas 14,65 Ha. Pada sub pusat kegiatan di zna ini direncanakan sebagai kawasan jasa yang di dalamnya terdapat penginapan dan htel. Pemilihan kawasan jasa ini tidak terlepas dari lkasinya yang berada dekat dengan Pelabuhan dan Juga tempat wisata Pantai Tanjung Tua dan Air Terjun Curup. Untuk fasilitas perdagangan pada zna ini akan

10 disediakan 1 unit pusat perbelanjaan atau pasar lingkungan dengan luas 2 Ha. d. Zna 4 Zna 4 direncakan untuk kawasan permukiman, karena di kawasan ini sebagian besar masih memiliki lahan ksng dan terdapat permukiman eksisting yang berada dekat dengan jalan klektr. Zna ini direncanakan memiliki beberapa pusat kegiatan lingkungan yang tersebar di beberapa titik kawasan permukiman. Untuk menunjang kegiatan warga Kta Baru, maka direncanakan penyediaan fasilitas. Fasilitas yang dibangun berdasarkan hasil analisis kebutuhan fasilitas perumahan di perktaan yang terdapat dalam SNI Untuk dapat melihat fasilitas yang akan direncanakan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Rencana Penyediaan Fasilitas Perumahan di Kta Baru N Fasilitas Unit (Ha) 1 Tk/Warung 180 1,80 2 Pertkan 8 2,40 3 TK 36 1,80 4 SD 28 5,60 5 SMP 9 8,10 6 SMA 9 11,25 7 Taman Baca 18 0,27 8 Psyandu 36 0,22 9 Klinik Bersalin 2 0,60 10 Puskesmas 2 0,06 11 Praktek Dkter 9 0,18 12 Aptek 2 0,03 13 Rumah Sakit 1 3,00 14 Masjid 36 10,80 15 Balai Pertemuan 18 0,90 16 Balai Serbaguna 2 0,60 17 Taman Kecil 36 0,90 18 Taman Bermain 18 2,25 19 Lapangan Olahraga 3 2,70 20 GOR 1 2,40 TOTAL ,86 Dari fasilitas yang akan disediakan terlihat kebutuhan lahan yang harus disediakan sejumlah 55,86 Ha. Sedangkan zna 4 memiliki luas 160,81 Ha. Maka ttal kawasan permukiman yang tersisa adalah 104,95 Ha. Penempatan fasilitas-fasilitas dilakukan dengan berdasar kepada kriteria yang telah tertera pada SNI Kesimpulan Pengembangan kta baru pada hakekatnya merupakan sebuah usaha penanganan kawasan perktaan dengan membentuk struktur dan pla ruang yang terencana. Dengan pengellaan kawasan yang baik dan terencana dapat menselaraskan keseimbangan alam dan kawasan terbangun serta meminimalisir permasalahan ruang di masa mendatang. Dari hasil uraian dan analisis yang telah dilakukan mengenai kajian atas daya dukung lingkungan, daya tampung, kebijakan serta faktr pengaruh lainnya. Maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu: a. Faktr perkembangan Kecamatan dapat dilihat dari lkasinya yang berada di ujung selatan Sumatera yang menjadikan lkasi ini sebagai pintu masuk menuju Pulau Sumatera dari Pulau Jawa, sehingga memiliki lkasi yang sangat strategis. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan kawasan di Kecamatan, terutama pada kawasan yang letaknya dekat dengan Pelabuhan. Dari hasil analisis kebijakan, Kecamatan direncanakan sebagai salah satu kawasan yang memiliki berbagai macam mda transprtasi dan kawasan permukiman kta, khususnya di. Hal ini dapat dilihat dari rencana Sumatera Tll Rad, Sumatera Rail Way, dan Jembatan Selat Sunda yang memiliki trase awal atau akhir di. b. Kesesuaian penetapan pengembangan Kta Baru diketahui dengan metde analisis kndisi daya dukung, daya tampung, aksesibilitas, pereknmian serta kebijakan terkait. Dilihat dari berbagai metde analisis tersebut terdapat sebuah desa yang memenuhi kriteria pembangunan permukiman dengan kawasan yang luas dan juga aksesibiltas yang tinggi, yaitu. c. Penerapan pengembangan kta baru dapat diterapkan di karena desa ini memiliki rencana tata ruang tingkat kabupaten hingga nasinal. Selain itu penentuan lkasi ini juga berdasar kepada usulan knsep fungsi dan peranan kta baru sebagai kta transit. d. Usulan knsep yang ditetapkan dalam penelitian ini yaitu menetapan fungsi dan peranan dari kta baru di Kecamatan yang berfungsi dan memiliki perananan sebagai kta transit terintegrasi transprtasi antar mda. Daftar Pustaka Adisasmita, Rahardj Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Ygyakarta: Graha Ilmu.

11 Bailey, James New Twns in America. New Yrk: Jhn Willey & Sns. Catanese, Anthny J & James C. Synder Edisi Ke 2. Urban Planning. McGraw-Hill Inc. Ikatan Ahli Perencana Indnesia Kamus Tata Ruang. Jakarta: Direktrat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Kainz, Wlfgang Making Better Tls : Spatial Infrmatin Thery and Applied Cmputer Science as Basic fr GIS. Enschede Netherland: ITC Jurnal N. 3. Ktler, Philip & Kevin Lane Keller Manajemen Pemasaran. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Indeks. Miles, Mathew B & Michael Huberman Qualitative Data Analysis: A Surcebk f New Methds. Lndn: Sage Publicatin, Inc. Nazir, M Metde Penelitian. Edisi ke 5. Jakarta: Ghalia Indnesia. Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan Rencana Tata Ruang Kabupaten Lampung Selatan Kalianda. Pemerintah Prvinsi Lampung Rencana Tata Ruang Prvinsi Lampung Bandar Lampung. Pnth, Nia K et & Iwan Kustiawan Pengantar Perencanaan Perktaan. Bandung: Penerbit ITB. Republik Indnesia Peraturan Pemerintah N. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasinal. Jakarta. Republik Indnesia Masterplan Percepatan Pembangunan Eknmi Indnesia Jakarta. Riyadi & Deddy S. Bratakusumah Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Ptensi Dalam Mewujudkan Otnmi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rustiadi, Ernan., Sunsun, S., & Dyah, R. P Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crespent Press dan Yayasan Pustaka Obr Indnesia. Sabari Yunus, Hadi Struktur Tata Ruang Kta. Ygyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjart, Djk Catatan Kuliah: Perencanaan Kta Baru. Bandung: Penerbit ITB.. Catatan Kuliah: Pengantar Planlgi. Bandung: Penerbit ITB. Tarigan, Rbinsn Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara. Taylr, Griffit Edisi ke 2. Urban Gegraphy. Lndn: Rutledge.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecamatan Bakauheni yang terletak di Kabupaten Lampung Selatan merupakan gerbang masuk menuju Pulau Sumatera dari Pulau Jawa. Pulau Sumatera memiliki peranan penting

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Isu-isu strategis

1.1. Latar Belakang. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Isu-isu strategis pada desain terpadu antara tata guna lahan, berbagai elemen rancang lingkungan serta sarana dan prasarana lingkungan. Oleh karena itu, melalui prgram Penataan Lingkungan Berbasis Kmunitas (PLP-BK) maka

Lebih terperinci

TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT KALIWUNGU KENDAL TAHUN 2028 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT KALIWUNGU KENDAL TAHUN 2028 JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Issue yang sedang hangat menjadi pembicaraan adalah rencana pemindahan aktivitas pelabuhan laut khusus penumpang lintas Semarang - Kumai pada Pelabuhan Tanjung Emas.Tanjung

Lebih terperinci

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003 BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai eknmi, eklgi dan ssial

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Knsep ekwisata pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan (sustainable develpment). Pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas

Lebih terperinci

KISI KISI UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Nomor Soal. Karakteristik desa dan kota. Klasifikasi desa.

KISI KISI UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015/2016. Nomor Soal. Karakteristik desa dan kota. Klasifikasi desa. KISI KISI UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Nama Seklah : MA Negeri Cibaliung Mata Pelajaran : Gegrafi Kelas/ Prgram : XII / IPS Semester : Ganjil N Standar Kmpetensi Kmpetensi Dasar

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah populasi jiwa serta kepadatan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah populasi jiwa serta kepadatan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Jakarta dengan luas 661,52 km 2 dan jumlah ppulasi 8.389.443 jiwa serta kepadatan penduduk sebesar 12.682,1/ 2 km, diperkirakan akan terus bertambah. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

Lahan 3.1. Kondisi Peruntukan. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman. Tabel 3.1. Kondisi Peruntukan Lahan Kawasan Prioritas Kelurahan Tenilo

Lahan 3.1. Kondisi Peruntukan. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman. Tabel 3.1. Kondisi Peruntukan Lahan Kawasan Prioritas Kelurahan Tenilo Tabel 3.1. Kndisi Peruntukan Lahan Kawasan Priritas Kelurahan Tenil 3.1. Kndisi Peruntukan Lahan Peruntukan lahan di Kelurahan Tenil sebagian besar masih di dminasi leh semak/belukar yaitu sekitar 136,91

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 49 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lkasi wilayah studi dalam penelitian ini secara fisik terletak dalam sistem DAS Law. Dalam penelitian ini batasan yang digunakan adalah batasan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DATABASE JARINGAN JALAN KOTA MAKASSAR BERBASIS GIS OPEN SOURCE

PENYUSUNAN DATABASE JARINGAN JALAN KOTA MAKASSAR BERBASIS GIS OPEN SOURCE PRO S ID IN G 20 11 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Arsitektur Elektr Gelgi Mesin Perkapalan Sipil PENYUSUNAN DATABASE JARINGAN JALAN KOTA MAKASSAR BERBASIS GIS OPEN SOURCE Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

EVALUASI TEKNIK OPERASIONAL PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN TANAH LAUT ( Studi Kasus : Kecamatan Pelaihari )

EVALUASI TEKNIK OPERASIONAL PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN TANAH LAUT ( Studi Kasus : Kecamatan Pelaihari ) Prsiding Seminar Nasinal Manajemen Teknlgi III Prgram Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006 EVALUASI TEKNIK OPERASIONAL PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN TANAH LAUT ( Studi Kasus : Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara agraris, Indnesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikella dengan tepat, kekayaan tersebut mampu diandalkan menjadi andalan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Memperoleh pangan yang cukup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia agar berada dalam kondisi sehat, produktif dan sejahtera. Oleh karena itu hak untuk memperoleh

Lebih terperinci

Taman edukasi profesi dan Rekreasi anak medan

Taman edukasi profesi dan Rekreasi anak medan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sewaktu kita anak-anak, kita memiliki cita-cita yang kita impikan. Kita sering membayangkan bagaimana kalau ketika sudah dewasa nanti kita akan bekerja ataupun menekunin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teluk Bungus yang luasnya ± 17 km 2 atau 1383,86 Ha berada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kecamatan ini merupakan kecamatan pesisir di wilayah selatan Kota Padang

Lebih terperinci

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 009-013 I BAB I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG 009-013 A. VISI DAN MISI DAERAH V isi merupakan gambaran bersama mengenai masa depan, berupa kmitmen murni,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

Model Trip Generation Perjalanan Antar Pulau Di Maluku Tengah Selly Metekohy Mahasiswa Pascasarjana ITS

Model Trip Generation Perjalanan Antar Pulau Di Maluku Tengah Selly Metekohy Mahasiswa Pascasarjana ITS Mdel Trip Generatin Perjalanan Antar Pulau Di Maluku Tengah Selly Metekhy Mahasiswa Pascasarjana ITS Email: selly.metekhy@ymail.cm. Ir. Wahju Herijant, MT Dsen Teknik Sipil Pascasarjana ITS Cahya Buana,

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pada sektr industri di Semarang semakin meningkat seiring dengan perkembangan kta. Salah satunya di Kecamatan Pedurungan, Semarang. Di wilayah ini tingkat

Lebih terperinci

ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI KOTA MANADO

ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI KOTA MANADO Jurnal Sipil Statik Vl.1 N.9, Agustus (623-629) ISSN: 2337-6732 ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN PADA RUAS JALAN WOLTER MONGINSIDI KOTA MANADO Ardi Palin A. L. E. Rumayar, Lintng E. Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Pengaruh Infrastruktur terhadap Properti Komersial

Pengaruh Infrastruktur terhadap Properti Komersial Cldwell Banker Cmmercial Kawasan Bisnis Granadha, 12 th B Flr Jl. Jenderal Sudirman Kav. 50 Jakarta 12930 Indnesia Phne : +62 21 255 39 388 Fax : +62 21 255 39 399 1 PENGARUH INFRASTRUKTUR TERHADAP PROPERTI

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032 1. PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung sebagai salah satu kota yang perkembangannya sangat pesat dihadapkan pada berbagai kebutuhan dalam memenuhi kehidupan perkotaan. Semakin pesatnya pertumbuhan

Lebih terperinci

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011 IPB International Convention Center, Bogor, 12 13 September 2011 Kerangka Latar Belakang Masalah PERTUMBUHAN EKONOMI PERKEMBANGAN KOTA PENINGKATAN KEBUTUHAN LAHAN KOTA LUAS LAHAN KOTA TERBATAS PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II: STUDI PUSTAKA

BAB II: STUDI PUSTAKA BAB II: STUDI PUSTAKA 2.1. PemahamanTerhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan KAK yang telah diberikan sebagai pedman awal dalam perencanaan dan perancangan terminal terpadu telah membahas secara spesifik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada banyak alasan untuk dibangunnya prasarana jalan disuatu daerah salah satunya adalah untuk memperlancar distribusi barang dari suatu daerah ke daerah lain. Hal ini

Lebih terperinci

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT 1 EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 Muhamad Nur Ichwanuddin 1, Buchori Asyik 2, Zulkarnain 3 ABSTRACT This study aims to investigate the conformity of

Lebih terperinci

VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT

VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT 4.1. Visi dan Misi Visi adalah gambaran realistis masa depan yang ingin diwujudkan dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau

Lebih terperinci

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Hutan Tanaman Palembang PERANAN SEKTOR KEHUTANAN DALAM SISTEM PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA BARAT 1) Oleh : Nur Arifatul Ulya 2) ABSTRAK Prvinsi Sumatera Barat merupakan salah satu prvinsi di Pulau Sumatera yang memiliki kawasan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

Penentuan Lokasi Alternatif Kawasan Hijau Binaan Di Jakarta Barat

Penentuan Lokasi Alternatif Kawasan Hijau Binaan Di Jakarta Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penghijauan dalam kota merupakan satu upaya yang dapat menanggulangi degradasi dari kualitas lingkungan, yang pada dasarnya penghijauan merupakan prioritas pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA Asmirawati Staf Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Bulukumba asmira_st@gmail.com ABSTRAK Peningkatan kebutuhan lahan perkotaan

Lebih terperinci

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB VI INFRASTRUKTUR BAB VI INFRASTRUKTUR Sarana dan prasarana fisik dasar yang baik dapat menjadi bagian penting dalam pembangunan sektor lainnya. Ketersediaan dengan kualitas yang baik tentunya dapat mendorong dan memperlancar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KAWASAN INDUSTRI CILEGON

IV. KONDISI UMUM KAWASAN INDUSTRI CILEGON IV. KONDISI UMUM KAWASAN INDUSTRI CILEGON 4.1. Letak Geografis dan Administratif Kota Cilegon merupakan salah satu kota yang berkembang pesat terutama di bidang industri. Berdasarkan RTRW nasional (PP

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan... 4 D. Manfaat...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK 116 BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik merupakan salah satu pertimbangan penting dalam upaya mendirikan suatu pabrik, karena harus dapat memberikan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, pemukiman semakin lama membutuhkan lahan yang semakin luas. Terjadi persaingan yang kuat di pusat kota,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia, Pasifik dan Australia dengan ketiga lempengan ini bergerak saling menumbuk dan menghasilkan suatu

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN 63 V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN A. Luas Perubahan Lahan Perkebunan Karet yang Menjadi Permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2005-2010 Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

5.1 Visi dan Misi Pembangunan Kota Kediri

5.1 Visi dan Misi Pembangunan Kota Kediri DOKUMEN KEBIJAKAN RUMUSAN VISI bab 5 Tujuan dan Kebijakan RPJM Prvinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014 Terwujudnya Jawa Timur ya Makmur dan Berakhlak dala Kerangka Negara Kesatuan Republik Indnesia RTRW Prvinsi

Lebih terperinci

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN

BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN BAB V RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN 5.1 Umum Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan, merupakan penjabaran dari Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota/Kabupaten ke dalam rencana pemanfaatan

Lebih terperinci

Data. - Data Primer - Data Sekunder

Data. - Data Primer - Data Sekunder Analisa Prgramming Tinjauan Lkasi Kndisi Eksisting Kndisi Site Batas batas wilayah (Makr & Mikr) Ptensi Lkasi ALR BERPIKIR (Pengembangan Ptensi Perkebunan) (Perancangan Agrwisata Strawberry) LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN

BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN BAB V PRINSIP PENGEMBANGAN 5.1 MAKSUD DAN TUJUAN PENGEMBANGAN Maksud dan Tujuan pengembangan dikawasan Ekowisata Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman ialah menggali potensi-potensi wisata unik yang ada dikawasan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Penyusunan Sistem Informasi/Data Base Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukamara TAHUN ANGGARAN 2014

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Penyusunan Sistem Informasi/Data Base Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukamara TAHUN ANGGARAN 2014 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Penyusunan Sistem Infrmasi/Data Base Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sukamara TAHUN ANGGARAN 2014 A. LATAR BELAKANG Kebijakan pembinaan kebinamargaan sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif

BAB I PENDAHULUAN. pembangkit tenaga listrik. Secara kuantitas, jumlah air yang ada di bumi relatif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan sumberdaya yang sangat vital untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia menggunakan air untuk berbagai macam kebutuhan diantaranya kebutuhan

Lebih terperinci

APLIKASI GIS UNTUK PEMETAAN POLA ALIRAN AIR TANAH DI KAWASAN BOROBUDUR

APLIKASI GIS UNTUK PEMETAAN POLA ALIRAN AIR TANAH DI KAWASAN BOROBUDUR APLIKASI GIS UNTUK PEMETAAN POLA ALIRAN AIR TANAH DI KAWASAN BOROBUDUR Oleh Fr. Dian Ekarini, S.Si. Balai Knservasi Peninggalan Brbudur ABSTRAK Candi Brbudur merupakan warisan nenek myang yang harus dilestarikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak pada zona rawan bencana. Posisi geografis kepulauan Indonesia yang sangat unik menyebabkan Indonesia termasuk daerah yang

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN TEKNIS

BAB III KAJIAN TEKNIS BAB III KAJIAN TEKNIS Kajian teknis dilakukan dari data primer berupa Undang-Undang Informasi Geospasial (UU-IG) dan Permendagri No. 2 tahun 1987 yang telah dikumpulkan. Ketelitian posisi terkait erat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 ayat (6) Undang-Undang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR ISI. PRAKATA... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... iiv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISI PRAKATA... v DAFTAR ISI..... vi DAFTAR TABEL..... iiv DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran... 5 1.4 Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Tentang PEDOMAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum. Tentang PEDOMAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: / / Tentang PEDOMAN PEMANTAUAN DAN EVALUASI PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KOTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementrian Pekerjaan

Lebih terperinci

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN

PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, P ISSN X - E ISSN PLANO MADANI VOLUME 5 NOMOR 2, OKTOBER 2016, 136-142 2016 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973 KETIMPANGAN SPASIAL PERKOTAAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER Ratih Yuliandhari 1, Agam Marsoyo 2, M Sani Royschansyah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON 110 BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON Pada Bab ini dilakukan analisis data-data yang telah diperoleh. Untuk mempermudah proses analisis secara keseluruhan, dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tepatnya di Desa Suban Kecamatan Tungkal Ulu di kabupaten Tanjung Jabung Barat,

BAB III METODE PENELITIAN. tepatnya di Desa Suban Kecamatan Tungkal Ulu di kabupaten Tanjung Jabung Barat, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lkasi Penelitian Lkasi analisis ketersediaan air yang ditijau adalah di Daerah irigasi Suban, tepatnya di Desa Suban Kecamatan Tungkal Ulu di kabupaten Tanjung Jabung Barat,

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI Yunan Maulana 1, Janthy T. Hidajat. 2, Noordin Fadholie. 3 ABSTRAK Wilayah pengembangan merupakan bagian-bagian wilayah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini BAB III METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini menguraikan tentang cara kerja dan tahapan dalam penelitian yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir. Bab ini menjelaskan tentang penggunaan metode

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data

Lebih terperinci

Profil DAS Bengawan Solo

Profil DAS Bengawan Solo D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L S U M B E R D A Y A A I R S A T K E R B A L A I B E S A R W I L A Y A H S U N G A I B E N G A W A N S O L O Jl. SOLO-Kartsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dian Mayasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dian Mayasari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan wilayah dengan kejadian bencana cukup besar mulai dari bencana geologi, vulkanologi, klimatologi, lingkungan, dan lain-lain. Struktur geologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN KOTABARU LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dilihat dari sejarah atau proses perkembangannya pada masa yang lalu dapat diketahui bahwa kota-kota pada umumnya mempunyai corak atau cirinya sendiri yang berbeda

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2011 2031 I. UMUM Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yang meliputi

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 Lampiran 1 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013 PENDAHULUAN Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan dkumen pembangunan yang disusun untuk kurun waktu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG DAYA DUKUNG LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN DI KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG Yulianti Samsidar 1), Indarti Komala Dewi 2), Bayu Wirawan 3) 1) Mahasiswa Program Studi PWK Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang selalu bergerak dan saling menumbuk.

Lebih terperinci

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN Zona (berdasarkan Kawasan Lindung Kawasan Hutan Manggrove (Hutan Bakau Sekunder); Sungai, Pantai dan Danau; Rel Kereta Api pelindung ekosistim bakau

Lebih terperinci

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA Perumahan menengah : meliputi kompleks perumahan atau dan sederhana permukiman Perumahan pasang surut : meliputi perumahan yang berada di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geologis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada di lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan berbagai lempeng tektonik

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci