BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
|
|
- Bambang Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi secara umum merupakan istilah yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan peningkatan integrasi ekonomi, politik, komunikasi, dan budaya. Dalam konteks yang paling dasar, globalisasi diartikan sebagai sebuah proses integrasi yang lebih erat antar negara dan masyarakat global melalui proses pengurangan biaya transportasi dan komunikasi, serta hilangnya batasan laju perpindahan barang, jasa, modal, ilmu pengetahuan, dan orang antar negara. 1 Secara singkat globalisasi diartikan banyak orang sebagai sebuah proses multidimensional yang komplek. Akan tetapi, globalisasi menjadi sebuah isu yang sangat dekat ketika kita berbicara tentang dampak yang dirasakan setiap individu. Globalisasi merupakan suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat global saat ini. Begitupun dengan dampak yang ditimbulkannya, beberapa kalangan masyarakat percaya bahwa globalisasi memberikan sebuah kemajuan yang mulia. Namun, banyak juga sekelompok orang yang tak henti-hentinya mengeluhkan dari adanya proses percepatan dan integrasi sebagai bagian dari proses globalisasi. Sebagian orang bahkan sangat vokal menolak datangnya globalisasi di sekitar mereka, meskipun mereka tahu kehidupan mereka saat ini tidak bisa lepas sepenuhnya dari adanya proses globalisasi. Perdebatan antara kelompok masyarakat yang bersikap mendukung ataupun yang sentimen terhadap globalisasi secara tidak langsung mengakibatkan globalisasi menjadi sebuah isu yang sangat sempit untuk dikaji. Globalisasi yang pada dasarnya merupakan sebuah isu yang mempunyai cakupan multidimensi, kemudian hanya dapat dikaji dan diperdebatkan dari sisi hitam dan putihnya saja. Kelompok yang 1 Stiglitz, Joseph E., Globalization and Its Discontent, W. W. Norton, New York, 2002, halaman 9
2 cukup mengapresiasi dan mampu memanfaatkan sisi globalisasi dengan baik akan dimasukkan ke dalam kelompok pro-globalisasi atau mungkin hiperglobalis. Sedangkan di pihak lainnya, kelompok yang mengkritisi salah satu dimensi, dampak, ataupun karakter globalisasi akan mudah diklasifikasikan sebagai kelompok antiglobalisasi atau bahkan skeptis. Faktanya tidak semua fenomena yang terjadi dalam proses globalisasi dapat dilhat dari sudut hitam atau putihnya saja. Masyarakat yang diidentikkan sebagai kelompok pro globalisasi tidak selamanya akan selalu diuntungkan dengan adanya proses globalisasi, seperti contoh para pemegang modal besar menggantungkan ekonominya dengan dinamika pasar bebas dan kebijakan institusi global yang kadang tidak sepihak dengan kepentingan mereka. Begitu juga dengan kelompok masyarakat yang diidentikan sebagai kelompok anti-globalisasi, meskipun mereka gencar menyuarakan kritik terhadap globalisasi, namun bukan berarti mereka tidak merasakan dampak positif dari globalisasi, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Slow Food Movement merupakan salah satu gerakan yang turut menjadi korban dari pengkerdilan cara pandang terhadap fenomena globalisasi. Slow Food Movement merupakan hasil gagasan dari Carlo Petrini yang berkampanye menggagalkan dibukanya McDonalds di Roma pada tahun Dari awal sejarah berdirinya gerakan tersebut, banyak pengamat melihat fenomena tersebut sebagai bentuk perlawanan melawan proses globalisasi, baik dengan kata lain berupa kapitalisme, hegemoni barat, hegemoni fast food atau yang lainnya. Maka dari itu, tak heran jika Slow Food Movement sering dikategorikan sebagai pergerakan kelompok anti-globalisasi. Istilah Slow Food dalam nama gerakan ini merupakan terminologi yang digunakan untuk menunjukkan sikap perlawanan secara tegas terhadap eksistensi fast food yang telah menjadi tren global dewasa ini. Makanan merupakan ikon utama 2 Carlo. Petrini, Wiiliam. McCuaig, Alice. Waters, Slow Food: The Case for Taste, Columbia University Press, New York, 2003, halaman 9.
3 gerakan ini yang kemudian dikaitkan dengan agenda politik yang diperjuangkannya. Makanan (food) dipercayai sebagai hasil konstruksi dari proses interaksi sosial, budaya, perdagangan, dan aspek multidimensi lainnya yang sangat luas. Prinsip pergerakan tersebut tercantum pada terminologi ide utama Slow Food Movement, yaitu Good, Clean, and Fair. 3 Good berarti makanan yang disajikan harus berasal dari bahan yang berkualitas dan memuaskan konsumennya, Clean menekankan bahwa proses produksi dan konsumsi harus tidak menimbulkan kerusakan lingkungan, memperhatikan prinsip animal-welfare, dan tidak berbahaya bagi manusia, sedangkan Fair dimaknai dengan perolehan manfaat yang adil antara produsen dan konsumen, baik dalam bentuk harga maupun perlakuan yang baik untuk keduanya. 4 Ide utama Slow Food Movement tersebut kemudian mampu diterima dan didukung oleh berbagai lapisan masyarakat di berbagai negara di dunia. Dukungan tersebut muncul atas dasar sentimen dan kritik terhadap fast food yang menimbulkan berbagai masalah yang identik di setiap negara mereka, seperti kerusakan lingkungan, penurunan kualitas kesehatan, monopoli perdagangan, perlakuan petani lokal yang buruk, dan budaya konsumerisme yang cenderung homogen. Hingga saat ini, Slow Food Movement memiliki convivia 5 yang tersebar di sekitar 800 kota besar dari 160 negara. 6 Convivia memiliki peran untuk bertanggungjawab terhadap penumbuhan kesadaran akan kekayaan agrikultur dan warisan kuliner lokal, serta pentingnya menjaga dan melindungi cita rasa lokal melalui berbagai kegiatan. 3 Slow Food International, Good, Clean and Fair: the Slow Food Manifesto for Quality 4 Slow Food International, Good, Clean and Fair Food, Slow Food Official Website (online), diakses 31 Maret Convivia (bahasa latin yang berarti pesta hidangan), yaitu unit struktural paling mendasar dalam organisasi Slow Food Movement di suatu wilayah lokal tertentu. 6 Slow Food International, Network of Members, Slow Food Official Website (online), diakses 31 Maret 2016
4 B. Rumusan Masalah Guna melihat korelasi antara Slow Food Movement dan globalisasi, maka skripsi ini akan fokus untuk menjawab pertanyaan bagaimana Slow Food Movement dapat menyebarkan ide gerakannya hingga ke tingkat global?. C. Landasan Konseptual 1. Konsep Globalisasi Globalisasi selalu diidentikkan dengan integrasi ekonomi yang kuat dengan menghubungakannya ke dalam sebuah agenda politik. Dengan adanya globalisasi, korporasi besar semakin berpeluang meningkatkan jumlah produksinya. Barang yang diproduksinya pun dapat disebar luaskan ke berbagai negara tanpa ada hambatan yang sulit. Harga yang ditetapkannya pun juga menjadi sangat terjangkau karena mereka mampu meminimalisir biaya produksi dengan membangun tempat produksi di berbagai negara dengan upah buruh yang rendah. Dengan demikian, maka globalisasi menciptakan sebuah pasar yang tunggal sebagai tempat pertukaran barang dan buruh korporasi besar. Aspek lain yang turut mempercepat proses integrasi ekonomi global adalah berdirinya institusi-institusi global yang memilik kekuatan superpower. 7 Munculnya institusi-institusi tersebut secara tidak langsung menciptakan pembangunan negaranegara peripheral yang secara tidak langsung berkaitan dengan konfigurasi global. Selain itu, institusi tersebut juga semakin memperkuat kebijakan-kebijakan neoliberal yang menitikberatkan kepada kekuatan pasar. Dari setiap kebijakan tersebut akan membawa sebuah ideologi baru yang mampu mempengaruhi kepercayaan pemerintah suatu negara mengenai apa yang harus mereka lakukan. Kondisi tersebut 7 Brecher, Jeremy, Globalization from Below: The Power of Solidarity, South End Press, Massachusets, 2002, halaman 3
5 mau tidak mau akan menjadikan negara sangat tergantung dengan aktor-aktor di balik kekuatan pasar, entah itu negara investor, korporasi multinasional, atau pun institusiinstitusi global. 8 Fenomena lain yang penting untuk diperhatikan adalah terjadinya sebuah homogenisasi budaya konsumtif yang didoktrinkan oleh kepentingan korporasi besar. Menurut Thomas Friedman, globalisasi kemudian bukan sekedar fenomena dan tren, tetapi sistem internasional yang mempunyai kekuatan kapitalisme pasar bebas di belakangnya. Peran media juga menjadi faktor pendukung lainnya untuk melakukan indoktrinisasi terhadap masyarakat global dengan meningkatkan keseragaman budaya dan identitas yang tunggal. Skema globalisasi yang telah disebutkan di atas merupakan bagian dari proses globalisasi yang berasal dari atas (globalization from above). Proses tersebut faktanya tidak memberikan keuntungan bagi semua pihak. Banyak kerugian-kerugian yang ditimbulkan di banyak sisi, seperti semakin besarnya tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial. Selain itu, permasalahan-permasalahan sosial juga semakin muncul ke permukaan, seperti permasalahan identitas, gender, degradasi moral, degradasi nilai-nilai demokrasi, dan juga penurunan kualitas kehidupan manusia. 9 Globalisasi dari Bawah (globalization from below) Proses globalisasi dari atas tersebut kemudian mendapatkan perlawanan, yaitu globalisasi dari bawah (globalization from below). Globalisasi dari bawah bukanlah sebuah bentuk resistensi atau perlawanan terhadap unsur-unsur globalisasi, namun lebih kepada bentuk perjuangan terhadap kepentingan-kepentingan lain yang gagal diakomodasi oleh globalisasi dari atas. 10 Jika globalisasi dari atas yang bermain adalah korporasi besar dan institusi global, globalisasi dari bawah berpusat pada gerakan-gerakan masyarakat akar rumput. Gerakan-gerakan tersebut pada umumnya 8 Brecher, Jeremy, 2002, halaman 4 9 Brecher, Jeremy, 2002, halaman 6 10 Brecher, Jeremy, 2002, halaman 10
6 menyuarakan kebutuhan dasar manusia sebagai individu di sebuah negara daripada sekedar pertumbuhan ekonomi. Kemunculan globalisasi dari bawah mulai disadari pertama kali oleh banyak pihak ketika puluhan ribu orang berunjuk rasa di Seattle saat pertemuan WTO pada akhir tahun Banyak orang kemudian menyadari bahwa hegemoni segala bentuk globalisasi dari atas telah membawa antithesis baginya sendiri dengan hadirnya ribuan orang pada level akar rumput yang mampu berkomunikasi dan bersatu atas sebuah visi lain yang global. Seperti halnya yang ditulis oleh Elaine Bernard, Direktur Eksekutif Harvard Trade Union Program dalam kolom Washington Post, bahwa gerakan-gerakan sosial di seluruh dunia sudah terhubung ke jaringan akar rumput yang dimungkinkan terjadi dengan kecepatan yang mengagumkan dimana mereka dapat berkomunikasi dengan baik di era internet. 12 Layaknya globalisasi dari atas, kemunculan globalisasi dari bawah juga berasal dari bermacam-macam sumbernya. Mereka bisa jadi mempunyai tujuan yang berbeda dan bermacam-macam (dapat terlihat dari isu gerakan yang bermacammacam pula) dalam gerakannya, tetapi terdapat kesatuan tujuan yakni mengembalikan kontrol negara, pasar dan korporasi agar demokratis sehingga dunia dan penduduknya dapat bertahan hidup dan mempunyai hak dalam menentukan tindakannya (self-organizing). Beberapa contoh gerakan globalisasi dari bawa tersebut adalah gerakan menuntut proteksi masyarakat indigenous, gerakan kaum enviromentalis yang menuntut keadilan bagi lingkungan, keadilan konsumen melawan produk GMO, dan juga gerakan kaum perempuan yang mengutuk diskriminasi hak-hak perempuan. Menurut Jeremy Brecher dalam bukunya, karakter globalisasi dari bawah muncul dari gerakan-gerakan sosial yang mampu mengakomodir perbedaan- 11 Brecher, Jeremy, 2002, halaman Elaine Bernard, Washington Post, Sunday, December 5,1999, diakses dari < pada 20 Mei 2016
7 perbedaan isu yang diperjuangkan oleh sekelompok-sekelompok individu. 13 Gerakan tersebut membawa isu yang beragam, memiliki jaringan dengan gerakan serupa lainnya, mampu tumbuh dan berkembang secara cepat melewati batas-batas negara, dan mengembangkan sebuah visi bersama. Globalisasi dari bawah mungkin terjadi jika sebuah gerakan sosial mampu mengkonstruksikan visinya menjadi visi yang bersifat universal (common vision), seperti halnya mengatasnamakan visi demokrasi, proteksi lingkungan, isu sosial, keadilan ekonomi, kesetaraan, dan juga solidaritas antar sesama manusia. Berbeda dengan karakter globalisasi dari atas yang cenderung dengan proses homogenisasi dan universalisasi, letak kekuatan globalisasi dari bawah adalah pada kemampuannya untuk terus berkembang mengatur keberagaman sumber isu yang bermunculan. 14 Dengan begitu gerakan sosial dalam globalisasi dari bawah juga menegaskan bahwa sebuah kerjasama tidak perlu mengandaikan sebuah keseragaman, namun cukup memiliki struktur organisasi yang berbasis jaringan dengan jaringan (network of networks). Maka dari itu, sebuah gerakan sosial mampu mengglobal tanpa menuntut adanya sentralisasi organisasi, layaknya institusi-institusi global pada karakter globalisasi dari atas. 2. Teori Strukturasi Awal kemunculan teori strukturasi merupakan salah satu bentuk kritik terhadap dua kubu teori besar lainnya yang telah membahas relasi antara struktur dan tindakan seorang aktor. Kubu pertama berpendapat bahwa struktur memiliki posisi yang lebih tinggi daripada action manusia, dengan kata lain struktur lah yang mendikte action tersebut. Argumen kubu ini didominasi oleh aliran fungsionalisme, naturalisme, dan strukturalisme. Di lain kubu, aliran seperti hermeunetika dan interaksionisme simbolik mengkiritsi argumentasi yang seakan-akan meremehkan 13 Brecher, Jeremy, 2002, halaman Brecher, Jeremy, 2002, halaman 16
8 kekuatan motivasional individu untuk bergerak bebas atas peran yang dibebankan kepadanya. Dengan kata lain aliran kubu tersebut menitikberatkan tindakan manusia lebih tinggi dibandingkan struktur sosial. 15 Anthony Giddens kemudian mencoba untuk mengkawinkan dualisme konsep antar dua kubu tersebut dengan membentuk jalan yang transformatif. Giddens menjelaskan bahwa yang sedang terjadi bukanlah dualisme antara struktur dan aktor, namun dualitas antara keduanya. Dualitas yang dimaksudkan oleh Giddens adalah terjadi reprositas antara struktur sosial dan tindakan aktor yang memenuhi suatu ruang dan waktu. 16 Dualitas berbeda dengan dualisme yang mengandaikan bahwa aktor terpisah dengan struktur. Dalam dualitas struktur, Giddens menganggap bahwa struktur bukan hanya medium, tetapi juga hasil dari tingkah laku (conduct) yang diorganisasikan secara berulang. Dengan kata lain, struktur bukan hanya memandu tindakan tetapi juga merupakan akibat dari tindakan agent dalam proses produksi dan reproduksi sistem sosial. Dalam teorinya, Giddens menggambarkan hubungan antara agen dan agency atau struktur sebagai entitas yang tak terpisahkan dan saling mempengaruhi. Meskipun Giddens tidak pernah memberikan definisi jelas apa yang dimaksudkan dengan agen, namun dari berbagai penjelasannya, agen dapat didefinsikan sebagai individu yang melakukan praktek-praktek sosial yang melintasi ruang dan waktu. Agen memiliki kemampuan yang disebut sebagai knowledgeability, yaitu kemampuan manusia untuk mengetahui dan merefleksikan dalam sebuah tindakan. 17 Maka dari itu, agen memiliki tujuan dalam melakukan setiap tindakannya, bahkan agen tidak hanya memiliki alasan logis dari setiap keputusannya yang diambil, namun juga mampu mengelaborasikan alasan-alasan yang bersifat diskursif. 15 Lihat Introduction dalam buku A. Giddens, The Constitution of Society: Outline of the Theory of Structuration, polity press, Cambridge, Giddens, A., The Constitution of Society: Outline of the Theory of Structuration, polity press, Cambridge, 1984, halaman 4 17 Giddens, A., halaman 6
9 Dengan kemampuan agen yang sedemikian rupa, maka agen akan selalu melakukan pemantauan ulang (reflextive monitoring) terhadap kondisi di sekitarnya. 18 Pemantauan tersebut akan menentukan alasan dan tujuan agen dalam melakukan serangkaian tindakan. Dalam konteks ini, agen tidak hanya dipengaruhi oleh struktur untuk menentukan sebuah tindakan, namun tindakan yang dipilih oleh agen juga akan mempengaruhi struktur kembali. Proses tersebut kemudian berlanjut berulang-ulang secara transformatif. Dalam menentukan tindakannya, Giddens mengkategorikan elemen yang mendasarinya menjadi tiga, yaitu kesadaran diskursif, kesadaran praktikal, dan juga motivasi tak sadar. 19 Kesadaran diskursif merupakan kapasitas agen untuk merasionalisasikan tindakan yang dilakukannya dengan mengelaborasikan alasanalasan yang dipercayainya. 20 Sedangkan kesadaran praktikal merupakan rutinitas tindakan yang dilakukan oleh agen untuk menyesuaikan dengan situasi tertentu tanpa bisa dijelaskan secara diskursif. 21 Kemudian, motivasi tak sadar merupakan representasi kepercayaan bahwa yang terjadi di dunia ini berlangsung apa adanya. 22 Alasan motivasional ini dibutuhkan agen untuk memenuhi kebutuhannya dalam membentuk sebuah kepercayaan hidup. Dalam tindakan agen yang dilakukan secara berulang-ulang, bukan berarti bahwa sistem reproduksi struktur sosial bertransfromasi tanpa adanya perubahan. Munculnya gagasan intropeksi dan monitoring (reflexive monitoring) dari Giddens menyatakan bahwa agen dapat memonitor tindakannya dimana terbentuk daya refleksifitas dalam diri agen untuk mencari makna/nilai dari tindakannya tersebut. Maka kemudian, agen akan mengambil jarak dari struktur yang akhirnya meluas hingga berlangsung de-rutinisasi. Derutinisasi adalah gejala dimana skema yang selama ini menjadi aturan dan sumberdaya tindakan serta praktek sosial dianggap 18 Giddens, A., halaman 4 19 Giddens, A., halaman Giddens, A., halaman 8 21 Giddens, A., halaman 8 22 Giddens, A., halaman 8
10 tidak lagi dapat untuk dipakai sebagai prinsip pemakanaan dan pengorganisasian praktek sosial, sehingga terjadi tindakan yang menyimpang dari rutinitas. 23 Keusangan struktur tersebut terjadi karena sudah terlalu banyaknya agen yang mengadopsi kesadaran diskursif. 24 Maka dari itu, dibutuhkan sebuah struktur sosial yang baru, yang lebih sesuai dengan praktek-praktek sosial yang terus berkembang. D. Argumen Utama Slow Food Movement merupakan sebuah gerakan yang berupaya untuk menciptakan sebuah alternatif globalisasi yang baru melalui konsep makanan sebagai mediasinya. Guna mengglobalkan visi dan ide gerakannya, Slow Food Movement menerapkan program-program gerakan yang berbasis pada strategi yang bersifat edukatif dan persuasif kepada masyarakat secara luas. Visi Slow Food Movement dalam mengembalikan kontrol penuh individu terhadap apa yang dikonsumsinya menunjukkan sebuah gerakan perlawanan terhadap hegemoni fast food yang mengglobal. Isu lingkungan, biodiversitas, budaya, ekonomi, hingga politik membuktikan bahwa Slow Food Movement menjadi sebuah gerakan yang tidak hanya terbatas terhadap perlawanan fast food saja, namun cenderung dinamis dalam mempengaruhi sistem keseluruhan dalam ranah globalisasi. Maka dari itu, kehadiran Slow Food Movement mampu menjadi fenomena dan pengaruh tersendiri bagi proses globalisasi pada era modern ini. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan untuk penulisan skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan akan 23 Herry, B. Priono, Anthony Giddens Suatu Pengantar, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2002, halaman Herry, B. Priono, halaman 25
11 didapatkan melalui kajian literatur, baik sumber literatur yang bersifat primer ataupun sekunder. Sumber literatur primer meliputi buku-buku yang berisi tentang globalisasi, gerakan sosial, dan perkembangan Slow Food Movement. Kemudian, sumber datadata sekunder bersumber dari artikel, jurnal ilmiah, terbitan serial, artikel surat kabar, dan juga artikel dari internet yang turut mendukung analisa dalam menjawab rumusan masalah. F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup bahasan dalam skripsi ini akan dimulai dari kelahiran Slow Food Movement hingga tahun Sedangkan tingkat analisis yang akan digunakan dalam membahas topik dalam skripsi ini adalah tingkat analisis global atau sistem internasional. G. Sistematika Penulisan Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan pertanyaan, landasan konseptual, argumen utama, metode penelitian, ruang lingkup penelitian, dan juga sistematika penulisan. Kemudian, bab II merupakan bab yang akan memaparkan awal kemunculan Slow Food Movement, ide dasar gerakan, dan struktur keanggotaan Slow Food Movement hingga saat ini. Sedangkan, bab III akan membahas program dan langkah-langkah strategis Slow Food Movement sebagai gerakan akar rumput yang mengglobal. Langkah-langkah strategis tersebut akan dipaparkan melalui agenda-agenda rutin yang diselenggarakan dalam tingkat lokal, regional, ataupun internasional. Dalam menjelaskan strategi Slow Food Movement, penulis akan menggunakan kerangka berpikir dari teori strukturasi. Selain itu, setiap strategi yang dipaparkan dalam bab ini akan dianalisa menggunakan kerangka konsep globalisasi, sehingga mampu ditarik benang merah bagaimana strategi tersebut digunakan dalam memberikan respon terhadap globalisasi. Terakhir,
12 bab IV akan berisikan kesimpulan dari seluruh penjelasan bab-bab sebelumnya dengan disertai ulasan singkat untuk menegaskan jawaban dari rumusan masalah dalam skripsi ini.
Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi
BAB IV KESIMPULAN Pemahaman masyarakat global terhadap istilah globalisasi dewasa ini didominasi oleh definisi-definisi yang merujuk pada pengertian globalisasi dari atas. Globalisasi dari atas merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fast food adalah sebuah istilah yang digunakan secara umum untuk menggambarkan konsep mengenai industri restoran layanan cepat saji. Pada awalnya, fast food yang berkembang
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.
KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bila ditarik garis besarnya maka di dalam skripsi ini saya telah mencoba memaparkan sebuah teori tentang kemungkinan baru di dalam memunculkan sebuah ranah publik melalui hubungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Sumber Daya Manusia 2.1.1. Pendidikan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu masalah besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia pada saat ini dalam skala yang begitu besar. Isu yang
Lebih terperinciPemberdayaan KEKUASAAN (POWER)
1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap
Lebih terperinciKerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1
2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu
Lebih terperinciISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis
ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. sosio-kultural dan struktural. Pemikiran dan aksi politik tersebut
438 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan. Penelitian tentang etika politik legislator muslim era demokrasi lokal ini menitikberatkan pada pemikiran dan aksi yang dijalankan legislator dalam arena sosio-kultural
Lebih terperinciGender, Interseksionalitas dan Kerja
Gender, Interseksionalitas dan Kerja Ratna Saptari Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Keadilan Gender: Memastikan Peran Maksimal Lembaga Akademik, Masyarakat Sipil,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP Pertama
BAB V PENUTUP Tesis ini adalah media sosial sebagai strategi gerakan dalam konteks demokrasi. Peneliti memandang media sosial dengan cara pandang teknorealis. Artinya, media sosial bagai pedang bermata
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Model representasi dan linkage politik para aleg perempuan di Pati cukup beragam. Beragamnya model ini dipengaruhi oleh perbedaan pengalaman pribadi serta latar belakang sosial
Lebih terperinciPengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia
Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.
Lebih terperinciproses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe.
BAB V KESIMPULAN Studi ini menyimpulkan bahwa politik luar negeri Hu Jintao terhadap Zimbabwe merupakan konstruksi sosial yang dapat dipahami melalui konteks struktur sosial yang lebih luas. Khususnya
Lebih terperinciRESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.
RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eksistensi dan penyebaran ideologi neoliberal dengan ide pasar bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi yang terjalin antara
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Partai Gerindra adalah partai yang mencintai Indonesia. Terlepas dari usaha untuk menilai apakah berhasil atau tidak dalam mewujudkan cita-citanya, konsistensi antara
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan
BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Penulisan sejarah Amerika Latin merupakan sebuah tantangan bagi peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciA. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya
BAB V PENUTUP Kehadiran social media sebagai media komunikasi telah memberikan warna baru dalam dinamika praktik komunikasi korporat. Proses komunikasi yang bersifat egaliter, langsung, dan dialogis mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan
Lebih terperinciBAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,
BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, yaitu: 1. Tahapan dan Bentuk Gerakan Lingkungan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan negara-negara lain, walaupun. akan sangat menarik dijalankan (Ulfah, 2013: 2).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi sangat berperan dalam perkembangan dunia secara keseluruhan. Dengan adanya globalisasi seakan dunia tidak memiliki batasan dan jarak, tidak lagi
Lebih terperinciCHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program
CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2012 MAIDS' RESISTANCE THROUGH THE BOOK TO EQUALIZE THE RIGHTS AS POTRAYED IN "THE HELP" MOVIE (2011)
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Fenomena internasional yang menjadi tren perdagangan dewasa ini adalah perdagangan bebas yang meliputi ekspor-impor barang dari suatu negara ke negara lain.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang
134 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Globalisasi ekonomi adalah proses pembentukan pasar tunggal bagi barang, jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang juga sebagai
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP KESIMPULAN
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian ini mengambil latar belakang akan adanya keinginan sebagian masyarakat untuk hidup dalam tatanan sistem pemerintahan yang baik dan dapat mengatasi sejumlah persoalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi dalam kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan efisien.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia dan perkembangan zaman khususnya di bidang teknologi sangatlah berhubungan erat. Teknologi yang ada terus berkembang dari waktu ke waktu dengan pesat.
Lebih terperinciStrategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016
Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada
Lebih terperinciMEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume
EKONOMI MEDIA MATA KULIAH EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi
Lebih terperinciS I L A B U S. Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara : Organisasi dan Administrasi Internasional Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: -
S I L A B U S Fakultas : Ilmu Sosial Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara Mata Kuliah : dan Administrasi Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: - Semester : V Mata Kuliah Prasyarat : - Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai
Lebih terperinciPEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)
9 BAB 2 PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS) SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK DARI PROSES MAKRO GLOBALISASI (MACROPROCESS OF GLOBALIZATION) 2.1 Globalisasi Munculnya arus migrasi
Lebih terperinciDASAR-DASAR ILMU SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM HADAPI GLOBALISASI
DASAR-DASAR ILMU SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM HADAPI GLOBALISASI GLOBALISASI: PENGERTIAN, RUANG LINGKUP/SEJARAH, TEORI, BENTUK, DAMPAK + DAN - KONDISI MASYARAKAT INDONESIA : KONDISI MASYARAKAT, SIKAP
Lebih terperinciBAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia
BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep
Lebih terperinciGlobalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat
Lebih terperinciPEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL
PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL Arti dan Tujuan Pembangunan Pembangunan merupakan suatu bentuk perubahan sosial yang terarah dan berencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Generasi 90an merupakan karya yang membuat Marchella masuk dan mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik Marchella sebagai penulis, yakni meningkatkan
Lebih terperinciBAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu:
BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Hasil penelitian pada studi kasus dari iklan lowongan kerja Kompas periode Desember 2011 sampai dengan Desember 2012, diperkuat dengan wawancara, dan telah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali
Lebih terperinci1. Pengantar sosiologi Pengantar Sosiologi NAMA MATA KULIAH TETAP
No LAMA BARU DESKRIPSI MATA KULIAH SEMESTER 1. Pengantar sosiologi Pengantar Sosiologi 2. Teori Sosiologi Klasik Sejarah Pemikiran Sosiologi Mata kuliah ini memaparkan sejarah masyarakat, sejarah pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam
Lebih terperincipembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga
BAB V KESIMPULAN Sejak sejarah pembentukannya di awal tahun 2000 lalu, Forum Sosial Dunia sudah mendeklarasikan diri sebagai wacana kontrahegemoni terhadap globalisasi ekonomi neoliberal, terutama tandingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa maupun dalam perdagangan berdampak besar terhadap perekonomian suatu bangsa. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui
Lebih terperinciPERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1
PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Lebih terperinciGOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007
GOOD GOVERNANCE Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007 Latar Belakang Pada tahun 1990an, dampak negatif dari penekanan yang tidak pada tempatnya terhadap efesiensi dan ekonomi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinciTeori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)
Teori Sosial (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Apa itu Teori dalam Sosiologi? Pada saat kita menanyakan mengapa dunia sosial kita seperti ini dan kemudian membayangkan bagaimana
Lebih terperinciMAKALAH PRO GLOBALISASI
MAKALAH PRO GLOBALISASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan Anggota Kelompok : Absen Ganjil PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN BAB. II PANDUAN CRITICAL BOOK REVIEW / REPORT
BAB I. PENDAHULUAN Dalam setiap perkuliahan, membaca buku yang menjadi bacaan wajib atau buku yang menjadi bahan rujukan yang direkomendasikan oleh dosen merupakan hal yang penting bagi setiap mahasiswa.
Lebih terperinciMEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI
Publikasi Hasil Riset Indeks Demokrasi Asia: Kasus Indonesia Tahun 2015 MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL)
Lebih terperinciPANDUAN LOMBA KARYA ESAI 2018 BERSAMA INQU-ID
PANDUAN LOMBA KARYA ESAI 2018 BERSAMA INQU-ID Meraih Sustainable Development Goals dengan Ide dan Passion-mu PENDAHULUAN INQU-ID adalah platform penghubung investor dengan petani dan UMKM yang memberikan
Lebih terperinciManifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini
Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi
Lebih terperinciTidak ada proses penelitian yang benar-benar memiliki fokus yang sama dengan penelitian kebijakan atau berorientasi tindakan
Penelitian kebijakan sebuah usaha untuk mempelajari masalah-masalah sosial fundamental dan sebuah usaha untuk mengkreasi serangkaian tindakan pragmatis untuk mengurangi masalah-masalah. Tidak ada proses
Lebih terperinciBAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan
BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran
Lebih terperinciAKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah Oleh Kamalia Purbani Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran Dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan 7 sub bab antara lain latar belakang penelitian yang menjelaskan mengapa mengangkat tema JFC, Identitas Kota Jember dan diskursus masyarakat jaringan. Tujuan penelitian
Lebih terperinciyang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan
Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Apalagi, seperti yang terjadi saat ini, mall mall berkembang dengan sangat pesat di pusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya arus globalisasi, masyarakat saat ini lebih memilih mall untuk menghabiskan waktu liburannya, daripada mengunjungi tempat tempat wisata.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama
Lebih terperinciPertemuan 2 Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern
Pertemuan 2 Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern Tiga Aspek Pokok dari Bisnis 1. Sudut Pandang Ekonomis 2. Sudut Pandang Moral 3. Sudut Pandang Hukum Sudut Pandang Ekonomis Bisnis adalah kegiatan ekonomis
Lebih terperinciMia Siscawati. *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI
Mia Siscawati *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI Kampung tersebut memiliki tingkat kemiskinan cukup tinggi, tingkat pendidikan rendah, dan tingkat
Lebih terperinciBab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai
Bab VI Kesimpulan Studi ini telah mengeksplorasi relasi dari kehadiran politik klan dan demokrasi di Indonesia dekade kedua reformasi. Lebih luas lagi, studi ini telah berupaya untuk berkontribusi terhadap
Lebih terperinciAgen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan
Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa
Lebih terperinciKebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi
KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang.
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan
Lebih terperinciPERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL Oleh: NANI TUARSIH 0810512064 Mahasiswa Program Strata
Lebih terperinciETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5
ETIKA BISNIS INTERNASIONAL Week 5 Bisnis Internasional Bisnis internasional yakni bisnis yang kegiatannya melewati batas-batas negara. Definisi ini termasuk perdagangan internasional, pemanufakturan diluar
Lebih terperinciINDONESIA NEW URBAN ACTION
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian
BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.
Lebih terperinciNew Media & Society ADI SULHARDI. Media Baru sebagai Teknologi yang Berbudaya. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Penyiaran
Modul ke: New Media & Society Media Baru sebagai Teknologi yang Berbudaya Fakultas ILMU KOMUNIKASI ADI SULHARDI. Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Tiga level definisi pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sub etnik Batak disatu sisi dan di sisi lain secara tegas pula menolak dikaitkan
1 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Hingga saat sekarang ini, isu tentang Mandailing bukan sebagai etnik Batak dan merupakan bagian dari etnik Batak masih sering diperdebatkan dan dipermasalahkan
Lebih terperinciBAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN
BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di
81 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokus Penelitian Lokus dalam penelitian ini adalah adanya indikasi masuknya ideologi neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di Indonesia. 3.2 Tipe
Lebih terperinciKEBIJAKAN PRESPEKTIF DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERWAWASAN KEPENDUDUKAN
KEBIJAKAN PRESPEKTIF DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERWAWASAN KEPENDUDUKAN Wahyu Saputra Mahasiswa Kependudukan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Jalan Padang Selasa No.524, Bukit Besar Palembang
Lebih terperinciDEFINISI & TERMINOLOGI ANALISIS GENDER
DEFINISI & TERMINOLOGI ANALISIS GENDER ISTILAH GENDER DIGUNAKAN UNTUK MENJELASKAN PERBEDAAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI YANG BERSIFAT BAWAAN SEBAGAI CIPTAAN TUHAN DAN PERBEDAAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI YANG
Lebih terperinci