BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi secara umum merupakan istilah yang biasa digunakan untuk mendeskripsikan peningkatan integrasi ekonomi, politik, komunikasi, dan budaya. Dalam konteks yang paling dasar, globalisasi diartikan sebagai sebuah proses integrasi yang lebih erat antar negara dan masyarakat global melalui proses pengurangan biaya transportasi dan komunikasi, serta hilangnya batasan laju perpindahan barang, jasa, modal, ilmu pengetahuan, dan orang antar negara. 1 Secara singkat globalisasi diartikan banyak orang sebagai sebuah proses multidimensional yang komplek. Akan tetapi, globalisasi menjadi sebuah isu yang sangat dekat ketika kita berbicara tentang dampak yang dirasakan setiap individu. Globalisasi merupakan suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat global saat ini. Begitupun dengan dampak yang ditimbulkannya, beberapa kalangan masyarakat percaya bahwa globalisasi memberikan sebuah kemajuan yang mulia. Namun, banyak juga sekelompok orang yang tak henti-hentinya mengeluhkan dari adanya proses percepatan dan integrasi sebagai bagian dari proses globalisasi. Sebagian orang bahkan sangat vokal menolak datangnya globalisasi di sekitar mereka, meskipun mereka tahu kehidupan mereka saat ini tidak bisa lepas sepenuhnya dari adanya proses globalisasi. Perdebatan antara kelompok masyarakat yang bersikap mendukung ataupun yang sentimen terhadap globalisasi secara tidak langsung mengakibatkan globalisasi menjadi sebuah isu yang sangat sempit untuk dikaji. Globalisasi yang pada dasarnya merupakan sebuah isu yang mempunyai cakupan multidimensi, kemudian hanya dapat dikaji dan diperdebatkan dari sisi hitam dan putihnya saja. Kelompok yang 1 Stiglitz, Joseph E., Globalization and Its Discontent, W. W. Norton, New York, 2002, halaman 9

2 cukup mengapresiasi dan mampu memanfaatkan sisi globalisasi dengan baik akan dimasukkan ke dalam kelompok pro-globalisasi atau mungkin hiperglobalis. Sedangkan di pihak lainnya, kelompok yang mengkritisi salah satu dimensi, dampak, ataupun karakter globalisasi akan mudah diklasifikasikan sebagai kelompok antiglobalisasi atau bahkan skeptis. Faktanya tidak semua fenomena yang terjadi dalam proses globalisasi dapat dilhat dari sudut hitam atau putihnya saja. Masyarakat yang diidentikkan sebagai kelompok pro globalisasi tidak selamanya akan selalu diuntungkan dengan adanya proses globalisasi, seperti contoh para pemegang modal besar menggantungkan ekonominya dengan dinamika pasar bebas dan kebijakan institusi global yang kadang tidak sepihak dengan kepentingan mereka. Begitu juga dengan kelompok masyarakat yang diidentikan sebagai kelompok anti-globalisasi, meskipun mereka gencar menyuarakan kritik terhadap globalisasi, namun bukan berarti mereka tidak merasakan dampak positif dari globalisasi, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Slow Food Movement merupakan salah satu gerakan yang turut menjadi korban dari pengkerdilan cara pandang terhadap fenomena globalisasi. Slow Food Movement merupakan hasil gagasan dari Carlo Petrini yang berkampanye menggagalkan dibukanya McDonalds di Roma pada tahun Dari awal sejarah berdirinya gerakan tersebut, banyak pengamat melihat fenomena tersebut sebagai bentuk perlawanan melawan proses globalisasi, baik dengan kata lain berupa kapitalisme, hegemoni barat, hegemoni fast food atau yang lainnya. Maka dari itu, tak heran jika Slow Food Movement sering dikategorikan sebagai pergerakan kelompok anti-globalisasi. Istilah Slow Food dalam nama gerakan ini merupakan terminologi yang digunakan untuk menunjukkan sikap perlawanan secara tegas terhadap eksistensi fast food yang telah menjadi tren global dewasa ini. Makanan merupakan ikon utama 2 Carlo. Petrini, Wiiliam. McCuaig, Alice. Waters, Slow Food: The Case for Taste, Columbia University Press, New York, 2003, halaman 9.

3 gerakan ini yang kemudian dikaitkan dengan agenda politik yang diperjuangkannya. Makanan (food) dipercayai sebagai hasil konstruksi dari proses interaksi sosial, budaya, perdagangan, dan aspek multidimensi lainnya yang sangat luas. Prinsip pergerakan tersebut tercantum pada terminologi ide utama Slow Food Movement, yaitu Good, Clean, and Fair. 3 Good berarti makanan yang disajikan harus berasal dari bahan yang berkualitas dan memuaskan konsumennya, Clean menekankan bahwa proses produksi dan konsumsi harus tidak menimbulkan kerusakan lingkungan, memperhatikan prinsip animal-welfare, dan tidak berbahaya bagi manusia, sedangkan Fair dimaknai dengan perolehan manfaat yang adil antara produsen dan konsumen, baik dalam bentuk harga maupun perlakuan yang baik untuk keduanya. 4 Ide utama Slow Food Movement tersebut kemudian mampu diterima dan didukung oleh berbagai lapisan masyarakat di berbagai negara di dunia. Dukungan tersebut muncul atas dasar sentimen dan kritik terhadap fast food yang menimbulkan berbagai masalah yang identik di setiap negara mereka, seperti kerusakan lingkungan, penurunan kualitas kesehatan, monopoli perdagangan, perlakuan petani lokal yang buruk, dan budaya konsumerisme yang cenderung homogen. Hingga saat ini, Slow Food Movement memiliki convivia 5 yang tersebar di sekitar 800 kota besar dari 160 negara. 6 Convivia memiliki peran untuk bertanggungjawab terhadap penumbuhan kesadaran akan kekayaan agrikultur dan warisan kuliner lokal, serta pentingnya menjaga dan melindungi cita rasa lokal melalui berbagai kegiatan. 3 Slow Food International, Good, Clean and Fair: the Slow Food Manifesto for Quality 4 Slow Food International, Good, Clean and Fair Food, Slow Food Official Website (online), diakses 31 Maret Convivia (bahasa latin yang berarti pesta hidangan), yaitu unit struktural paling mendasar dalam organisasi Slow Food Movement di suatu wilayah lokal tertentu. 6 Slow Food International, Network of Members, Slow Food Official Website (online), diakses 31 Maret 2016

4 B. Rumusan Masalah Guna melihat korelasi antara Slow Food Movement dan globalisasi, maka skripsi ini akan fokus untuk menjawab pertanyaan bagaimana Slow Food Movement dapat menyebarkan ide gerakannya hingga ke tingkat global?. C. Landasan Konseptual 1. Konsep Globalisasi Globalisasi selalu diidentikkan dengan integrasi ekonomi yang kuat dengan menghubungakannya ke dalam sebuah agenda politik. Dengan adanya globalisasi, korporasi besar semakin berpeluang meningkatkan jumlah produksinya. Barang yang diproduksinya pun dapat disebar luaskan ke berbagai negara tanpa ada hambatan yang sulit. Harga yang ditetapkannya pun juga menjadi sangat terjangkau karena mereka mampu meminimalisir biaya produksi dengan membangun tempat produksi di berbagai negara dengan upah buruh yang rendah. Dengan demikian, maka globalisasi menciptakan sebuah pasar yang tunggal sebagai tempat pertukaran barang dan buruh korporasi besar. Aspek lain yang turut mempercepat proses integrasi ekonomi global adalah berdirinya institusi-institusi global yang memilik kekuatan superpower. 7 Munculnya institusi-institusi tersebut secara tidak langsung menciptakan pembangunan negaranegara peripheral yang secara tidak langsung berkaitan dengan konfigurasi global. Selain itu, institusi tersebut juga semakin memperkuat kebijakan-kebijakan neoliberal yang menitikberatkan kepada kekuatan pasar. Dari setiap kebijakan tersebut akan membawa sebuah ideologi baru yang mampu mempengaruhi kepercayaan pemerintah suatu negara mengenai apa yang harus mereka lakukan. Kondisi tersebut 7 Brecher, Jeremy, Globalization from Below: The Power of Solidarity, South End Press, Massachusets, 2002, halaman 3

5 mau tidak mau akan menjadikan negara sangat tergantung dengan aktor-aktor di balik kekuatan pasar, entah itu negara investor, korporasi multinasional, atau pun institusiinstitusi global. 8 Fenomena lain yang penting untuk diperhatikan adalah terjadinya sebuah homogenisasi budaya konsumtif yang didoktrinkan oleh kepentingan korporasi besar. Menurut Thomas Friedman, globalisasi kemudian bukan sekedar fenomena dan tren, tetapi sistem internasional yang mempunyai kekuatan kapitalisme pasar bebas di belakangnya. Peran media juga menjadi faktor pendukung lainnya untuk melakukan indoktrinisasi terhadap masyarakat global dengan meningkatkan keseragaman budaya dan identitas yang tunggal. Skema globalisasi yang telah disebutkan di atas merupakan bagian dari proses globalisasi yang berasal dari atas (globalization from above). Proses tersebut faktanya tidak memberikan keuntungan bagi semua pihak. Banyak kerugian-kerugian yang ditimbulkan di banyak sisi, seperti semakin besarnya tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial. Selain itu, permasalahan-permasalahan sosial juga semakin muncul ke permukaan, seperti permasalahan identitas, gender, degradasi moral, degradasi nilai-nilai demokrasi, dan juga penurunan kualitas kehidupan manusia. 9 Globalisasi dari Bawah (globalization from below) Proses globalisasi dari atas tersebut kemudian mendapatkan perlawanan, yaitu globalisasi dari bawah (globalization from below). Globalisasi dari bawah bukanlah sebuah bentuk resistensi atau perlawanan terhadap unsur-unsur globalisasi, namun lebih kepada bentuk perjuangan terhadap kepentingan-kepentingan lain yang gagal diakomodasi oleh globalisasi dari atas. 10 Jika globalisasi dari atas yang bermain adalah korporasi besar dan institusi global, globalisasi dari bawah berpusat pada gerakan-gerakan masyarakat akar rumput. Gerakan-gerakan tersebut pada umumnya 8 Brecher, Jeremy, 2002, halaman 4 9 Brecher, Jeremy, 2002, halaman 6 10 Brecher, Jeremy, 2002, halaman 10

6 menyuarakan kebutuhan dasar manusia sebagai individu di sebuah negara daripada sekedar pertumbuhan ekonomi. Kemunculan globalisasi dari bawah mulai disadari pertama kali oleh banyak pihak ketika puluhan ribu orang berunjuk rasa di Seattle saat pertemuan WTO pada akhir tahun Banyak orang kemudian menyadari bahwa hegemoni segala bentuk globalisasi dari atas telah membawa antithesis baginya sendiri dengan hadirnya ribuan orang pada level akar rumput yang mampu berkomunikasi dan bersatu atas sebuah visi lain yang global. Seperti halnya yang ditulis oleh Elaine Bernard, Direktur Eksekutif Harvard Trade Union Program dalam kolom Washington Post, bahwa gerakan-gerakan sosial di seluruh dunia sudah terhubung ke jaringan akar rumput yang dimungkinkan terjadi dengan kecepatan yang mengagumkan dimana mereka dapat berkomunikasi dengan baik di era internet. 12 Layaknya globalisasi dari atas, kemunculan globalisasi dari bawah juga berasal dari bermacam-macam sumbernya. Mereka bisa jadi mempunyai tujuan yang berbeda dan bermacam-macam (dapat terlihat dari isu gerakan yang bermacammacam pula) dalam gerakannya, tetapi terdapat kesatuan tujuan yakni mengembalikan kontrol negara, pasar dan korporasi agar demokratis sehingga dunia dan penduduknya dapat bertahan hidup dan mempunyai hak dalam menentukan tindakannya (self-organizing). Beberapa contoh gerakan globalisasi dari bawa tersebut adalah gerakan menuntut proteksi masyarakat indigenous, gerakan kaum enviromentalis yang menuntut keadilan bagi lingkungan, keadilan konsumen melawan produk GMO, dan juga gerakan kaum perempuan yang mengutuk diskriminasi hak-hak perempuan. Menurut Jeremy Brecher dalam bukunya, karakter globalisasi dari bawah muncul dari gerakan-gerakan sosial yang mampu mengakomodir perbedaan- 11 Brecher, Jeremy, 2002, halaman Elaine Bernard, Washington Post, Sunday, December 5,1999, diakses dari < pada 20 Mei 2016

7 perbedaan isu yang diperjuangkan oleh sekelompok-sekelompok individu. 13 Gerakan tersebut membawa isu yang beragam, memiliki jaringan dengan gerakan serupa lainnya, mampu tumbuh dan berkembang secara cepat melewati batas-batas negara, dan mengembangkan sebuah visi bersama. Globalisasi dari bawah mungkin terjadi jika sebuah gerakan sosial mampu mengkonstruksikan visinya menjadi visi yang bersifat universal (common vision), seperti halnya mengatasnamakan visi demokrasi, proteksi lingkungan, isu sosial, keadilan ekonomi, kesetaraan, dan juga solidaritas antar sesama manusia. Berbeda dengan karakter globalisasi dari atas yang cenderung dengan proses homogenisasi dan universalisasi, letak kekuatan globalisasi dari bawah adalah pada kemampuannya untuk terus berkembang mengatur keberagaman sumber isu yang bermunculan. 14 Dengan begitu gerakan sosial dalam globalisasi dari bawah juga menegaskan bahwa sebuah kerjasama tidak perlu mengandaikan sebuah keseragaman, namun cukup memiliki struktur organisasi yang berbasis jaringan dengan jaringan (network of networks). Maka dari itu, sebuah gerakan sosial mampu mengglobal tanpa menuntut adanya sentralisasi organisasi, layaknya institusi-institusi global pada karakter globalisasi dari atas. 2. Teori Strukturasi Awal kemunculan teori strukturasi merupakan salah satu bentuk kritik terhadap dua kubu teori besar lainnya yang telah membahas relasi antara struktur dan tindakan seorang aktor. Kubu pertama berpendapat bahwa struktur memiliki posisi yang lebih tinggi daripada action manusia, dengan kata lain struktur lah yang mendikte action tersebut. Argumen kubu ini didominasi oleh aliran fungsionalisme, naturalisme, dan strukturalisme. Di lain kubu, aliran seperti hermeunetika dan interaksionisme simbolik mengkiritsi argumentasi yang seakan-akan meremehkan 13 Brecher, Jeremy, 2002, halaman Brecher, Jeremy, 2002, halaman 16

8 kekuatan motivasional individu untuk bergerak bebas atas peran yang dibebankan kepadanya. Dengan kata lain aliran kubu tersebut menitikberatkan tindakan manusia lebih tinggi dibandingkan struktur sosial. 15 Anthony Giddens kemudian mencoba untuk mengkawinkan dualisme konsep antar dua kubu tersebut dengan membentuk jalan yang transformatif. Giddens menjelaskan bahwa yang sedang terjadi bukanlah dualisme antara struktur dan aktor, namun dualitas antara keduanya. Dualitas yang dimaksudkan oleh Giddens adalah terjadi reprositas antara struktur sosial dan tindakan aktor yang memenuhi suatu ruang dan waktu. 16 Dualitas berbeda dengan dualisme yang mengandaikan bahwa aktor terpisah dengan struktur. Dalam dualitas struktur, Giddens menganggap bahwa struktur bukan hanya medium, tetapi juga hasil dari tingkah laku (conduct) yang diorganisasikan secara berulang. Dengan kata lain, struktur bukan hanya memandu tindakan tetapi juga merupakan akibat dari tindakan agent dalam proses produksi dan reproduksi sistem sosial. Dalam teorinya, Giddens menggambarkan hubungan antara agen dan agency atau struktur sebagai entitas yang tak terpisahkan dan saling mempengaruhi. Meskipun Giddens tidak pernah memberikan definisi jelas apa yang dimaksudkan dengan agen, namun dari berbagai penjelasannya, agen dapat didefinsikan sebagai individu yang melakukan praktek-praktek sosial yang melintasi ruang dan waktu. Agen memiliki kemampuan yang disebut sebagai knowledgeability, yaitu kemampuan manusia untuk mengetahui dan merefleksikan dalam sebuah tindakan. 17 Maka dari itu, agen memiliki tujuan dalam melakukan setiap tindakannya, bahkan agen tidak hanya memiliki alasan logis dari setiap keputusannya yang diambil, namun juga mampu mengelaborasikan alasan-alasan yang bersifat diskursif. 15 Lihat Introduction dalam buku A. Giddens, The Constitution of Society: Outline of the Theory of Structuration, polity press, Cambridge, Giddens, A., The Constitution of Society: Outline of the Theory of Structuration, polity press, Cambridge, 1984, halaman 4 17 Giddens, A., halaman 6

9 Dengan kemampuan agen yang sedemikian rupa, maka agen akan selalu melakukan pemantauan ulang (reflextive monitoring) terhadap kondisi di sekitarnya. 18 Pemantauan tersebut akan menentukan alasan dan tujuan agen dalam melakukan serangkaian tindakan. Dalam konteks ini, agen tidak hanya dipengaruhi oleh struktur untuk menentukan sebuah tindakan, namun tindakan yang dipilih oleh agen juga akan mempengaruhi struktur kembali. Proses tersebut kemudian berlanjut berulang-ulang secara transformatif. Dalam menentukan tindakannya, Giddens mengkategorikan elemen yang mendasarinya menjadi tiga, yaitu kesadaran diskursif, kesadaran praktikal, dan juga motivasi tak sadar. 19 Kesadaran diskursif merupakan kapasitas agen untuk merasionalisasikan tindakan yang dilakukannya dengan mengelaborasikan alasanalasan yang dipercayainya. 20 Sedangkan kesadaran praktikal merupakan rutinitas tindakan yang dilakukan oleh agen untuk menyesuaikan dengan situasi tertentu tanpa bisa dijelaskan secara diskursif. 21 Kemudian, motivasi tak sadar merupakan representasi kepercayaan bahwa yang terjadi di dunia ini berlangsung apa adanya. 22 Alasan motivasional ini dibutuhkan agen untuk memenuhi kebutuhannya dalam membentuk sebuah kepercayaan hidup. Dalam tindakan agen yang dilakukan secara berulang-ulang, bukan berarti bahwa sistem reproduksi struktur sosial bertransfromasi tanpa adanya perubahan. Munculnya gagasan intropeksi dan monitoring (reflexive monitoring) dari Giddens menyatakan bahwa agen dapat memonitor tindakannya dimana terbentuk daya refleksifitas dalam diri agen untuk mencari makna/nilai dari tindakannya tersebut. Maka kemudian, agen akan mengambil jarak dari struktur yang akhirnya meluas hingga berlangsung de-rutinisasi. Derutinisasi adalah gejala dimana skema yang selama ini menjadi aturan dan sumberdaya tindakan serta praktek sosial dianggap 18 Giddens, A., halaman 4 19 Giddens, A., halaman Giddens, A., halaman 8 21 Giddens, A., halaman 8 22 Giddens, A., halaman 8

10 tidak lagi dapat untuk dipakai sebagai prinsip pemakanaan dan pengorganisasian praktek sosial, sehingga terjadi tindakan yang menyimpang dari rutinitas. 23 Keusangan struktur tersebut terjadi karena sudah terlalu banyaknya agen yang mengadopsi kesadaran diskursif. 24 Maka dari itu, dibutuhkan sebuah struktur sosial yang baru, yang lebih sesuai dengan praktek-praktek sosial yang terus berkembang. D. Argumen Utama Slow Food Movement merupakan sebuah gerakan yang berupaya untuk menciptakan sebuah alternatif globalisasi yang baru melalui konsep makanan sebagai mediasinya. Guna mengglobalkan visi dan ide gerakannya, Slow Food Movement menerapkan program-program gerakan yang berbasis pada strategi yang bersifat edukatif dan persuasif kepada masyarakat secara luas. Visi Slow Food Movement dalam mengembalikan kontrol penuh individu terhadap apa yang dikonsumsinya menunjukkan sebuah gerakan perlawanan terhadap hegemoni fast food yang mengglobal. Isu lingkungan, biodiversitas, budaya, ekonomi, hingga politik membuktikan bahwa Slow Food Movement menjadi sebuah gerakan yang tidak hanya terbatas terhadap perlawanan fast food saja, namun cenderung dinamis dalam mempengaruhi sistem keseluruhan dalam ranah globalisasi. Maka dari itu, kehadiran Slow Food Movement mampu menjadi fenomena dan pengaruh tersendiri bagi proses globalisasi pada era modern ini. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan untuk penulisan skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan akan 23 Herry, B. Priono, Anthony Giddens Suatu Pengantar, Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2002, halaman Herry, B. Priono, halaman 25

11 didapatkan melalui kajian literatur, baik sumber literatur yang bersifat primer ataupun sekunder. Sumber literatur primer meliputi buku-buku yang berisi tentang globalisasi, gerakan sosial, dan perkembangan Slow Food Movement. Kemudian, sumber datadata sekunder bersumber dari artikel, jurnal ilmiah, terbitan serial, artikel surat kabar, dan juga artikel dari internet yang turut mendukung analisa dalam menjawab rumusan masalah. F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup bahasan dalam skripsi ini akan dimulai dari kelahiran Slow Food Movement hingga tahun Sedangkan tingkat analisis yang akan digunakan dalam membahas topik dalam skripsi ini adalah tingkat analisis global atau sistem internasional. G. Sistematika Penulisan Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan pertanyaan, landasan konseptual, argumen utama, metode penelitian, ruang lingkup penelitian, dan juga sistematika penulisan. Kemudian, bab II merupakan bab yang akan memaparkan awal kemunculan Slow Food Movement, ide dasar gerakan, dan struktur keanggotaan Slow Food Movement hingga saat ini. Sedangkan, bab III akan membahas program dan langkah-langkah strategis Slow Food Movement sebagai gerakan akar rumput yang mengglobal. Langkah-langkah strategis tersebut akan dipaparkan melalui agenda-agenda rutin yang diselenggarakan dalam tingkat lokal, regional, ataupun internasional. Dalam menjelaskan strategi Slow Food Movement, penulis akan menggunakan kerangka berpikir dari teori strukturasi. Selain itu, setiap strategi yang dipaparkan dalam bab ini akan dianalisa menggunakan kerangka konsep globalisasi, sehingga mampu ditarik benang merah bagaimana strategi tersebut digunakan dalam memberikan respon terhadap globalisasi. Terakhir,

12 bab IV akan berisikan kesimpulan dari seluruh penjelasan bab-bab sebelumnya dengan disertai ulasan singkat untuk menegaskan jawaban dari rumusan masalah dalam skripsi ini.

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi BAB IV KESIMPULAN Pemahaman masyarakat global terhadap istilah globalisasi dewasa ini didominasi oleh definisi-definisi yang merujuk pada pengertian globalisasi dari atas. Globalisasi dari atas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fast food adalah sebuah istilah yang digunakan secara umum untuk menggambarkan konsep mengenai industri restoran layanan cepat saji. Pada awalnya, fast food yang berkembang

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bila ditarik garis besarnya maka di dalam skripsi ini saya telah mencoba memaparkan sebuah teori tentang kemungkinan baru di dalam memunculkan sebuah ranah publik melalui hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Sumber Daya Manusia 2.1.1. Pendidikan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, pendidikan adalah usaha sadar dan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu masalah besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia pada saat ini dalam skala yang begitu besar. Isu yang

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu

Lebih terperinci

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis

ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis ISU-ISU GLOBALISASI KONTEMPORER, oleh Ahmad Safril Mubah, M.Hub., Int. Hak Cipta 2015 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. meyampaikan pendapatnya di pertemuan rakyat terbuka untuk kepentingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media dan demokrasi merupakan dua entitas yang saling melengkapi. Media merupakan salah satu produk dari demokrasi. Dalam sejarah berkembangnya demokrasi, salah satu

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. sosio-kultural dan struktural. Pemikiran dan aksi politik tersebut

BAB VII PENUTUP. sosio-kultural dan struktural. Pemikiran dan aksi politik tersebut 438 BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan. Penelitian tentang etika politik legislator muslim era demokrasi lokal ini menitikberatkan pada pemikiran dan aksi yang dijalankan legislator dalam arena sosio-kultural

Lebih terperinci

Gender, Interseksionalitas dan Kerja

Gender, Interseksionalitas dan Kerja Gender, Interseksionalitas dan Kerja Ratna Saptari Disampaikan dalam Seminar Nasional "Jaringan dan Kolaborasi untuk Mewujudkan Keadilan Gender: Memastikan Peran Maksimal Lembaga Akademik, Masyarakat Sipil,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Pertama

BAB V PENUTUP Pertama BAB V PENUTUP Tesis ini adalah media sosial sebagai strategi gerakan dalam konteks demokrasi. Peneliti memandang media sosial dengan cara pandang teknorealis. Artinya, media sosial bagai pedang bermata

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Model representasi dan linkage politik para aleg perempuan di Pati cukup beragam. Beragamnya model ini dipengaruhi oleh perbedaan pengalaman pribadi serta latar belakang sosial

Lebih terperinci

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia

Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Pengaruh Globalisasi Ekonomi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia Oleh : Indah Astutik Abstrak Globalisasi ekonomi merupakan proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam sistim ekonomi global yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe.

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe. BAB V KESIMPULAN Studi ini menyimpulkan bahwa politik luar negeri Hu Jintao terhadap Zimbabwe merupakan konstruksi sosial yang dapat dipahami melalui konteks struktur sosial yang lebih luas. Khususnya

Lebih terperinci

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi

BAB 1 PENDAHULUAN. bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Eksistensi dan penyebaran ideologi neoliberal dengan ide pasar bebasnya telah menjadi dasar munculnya konsep good governance. Relasi yang terjalin antara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Partai Gerindra adalah partai yang mencintai Indonesia. Terlepas dari usaha untuk menilai apakah berhasil atau tidak dalam mewujudkan cita-citanya, konsistensi antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Penulisan sejarah Amerika Latin merupakan sebuah tantangan bagi peneliti karena sangat sulit sekali menemukan sumber-sumber yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup:

BAB I PENDAHULUAN. demi stabilitas keamanan dan ketertiban, sehingga tidak ada lagi larangan. tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yang mencakup: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (untuk selanjutnya disebut dengan UUD 1945) secara tegas menyebutkan negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

A. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya

A. Simpulan Peran public relations dalam organisasi semakin signifikan dalam kurun beberapa tahun terakhir. Divisi public relations yang mulanya hanya BAB V PENUTUP Kehadiran social media sebagai media komunikasi telah memberikan warna baru dalam dinamika praktik komunikasi korporat. Proses komunikasi yang bersifat egaliter, langsung, dan dialogis mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan

Lebih terperinci

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini,

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.I Kesimpulan Hasil penelitian ini menjawab beberapa hal, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian tesis ini, yaitu: 1. Tahapan dan Bentuk Gerakan Lingkungan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan negara-negara lain, walaupun. akan sangat menarik dijalankan (Ulfah, 2013: 2).

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan negara-negara lain, walaupun. akan sangat menarik dijalankan (Ulfah, 2013: 2). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi sangat berperan dalam perkembangan dunia secara keseluruhan. Dengan adanya globalisasi seakan dunia tidak memiliki batasan dan jarak, tidak lagi

Lebih terperinci

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2012 MAIDS' RESISTANCE THROUGH THE BOOK TO EQUALIZE THE RIGHTS AS POTRAYED IN "THE HELP" MOVIE (2011)

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Fenomena internasional yang menjadi tren perdagangan dewasa ini adalah perdagangan bebas yang meliputi ekspor-impor barang dari suatu negara ke negara lain.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan. jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang 134 BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Globalisasi ekonomi adalah proses pembentukan pasar tunggal bagi barang, jasa, finansial dan faktor produksi di seluruh dunia. Globalisasi ekonomi dipandang juga sebagai

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

BAB V PENUTUP KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian ini mengambil latar belakang akan adanya keinginan sebagian masyarakat untuk hidup dalam tatanan sistem pemerintahan yang baik dan dapat mengatasi sejumlah persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi dalam kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan efisien.

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi dalam kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan efisien. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia dan perkembangan zaman khususnya di bidang teknologi sangatlah berhubungan erat. Teknologi yang ada terus berkembang dari waktu ke waktu dengan pesat.

Lebih terperinci

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada

Lebih terperinci

MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume

MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi media yang ditargetkan pada khalayak atau konsume EKONOMI MEDIA MATA KULIAH EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Universitas Muhammadiyah Jakarta Aminah, M.Si MEDIA ECONOMICS Media massa adalah institusi ekonomi yang berkaitan dengan produksi dan penyebab isi

Lebih terperinci

S I L A B U S. Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara : Organisasi dan Administrasi Internasional Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: -

S I L A B U S. Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara : Organisasi dan Administrasi Internasional Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: - S I L A B U S Fakultas : Ilmu Sosial Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara Mata Kuliah : dan Administrasi Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: - Semester : V Mata Kuliah Prasyarat : - Dosen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)

PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS) 9 BAB 2 PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS) SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK DARI PROSES MAKRO GLOBALISASI (MACROPROCESS OF GLOBALIZATION) 2.1 Globalisasi Munculnya arus migrasi

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM HADAPI GLOBALISASI

DASAR-DASAR ILMU SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM HADAPI GLOBALISASI DASAR-DASAR ILMU SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA DALAM HADAPI GLOBALISASI GLOBALISASI: PENGERTIAN, RUANG LINGKUP/SEJARAH, TEORI, BENTUK, DAMPAK + DAN - KONDISI MASYARAKAT INDONESIA : KONDISI MASYARAKAT, SIKAP

Lebih terperinci

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia BAB I - PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini ingin melihat kebijakan eksternal Uni Eropa (UE) di Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai bentuk implementasi dari konsep kekuatan normatif. Konsep

Lebih terperinci

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL Arti dan Tujuan Pembangunan Pembangunan merupakan suatu bentuk perubahan sosial yang terarah dan berencana melalui berbagai macam kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik

BAB IV PENUTUP. mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Generasi 90an merupakan karya yang membuat Marchella masuk dan mengambil posisi di ranah perbukuan Indonesia pasca-orde Baru. Praktik Marchella sebagai penulis, yakni meningkatkan

Lebih terperinci

BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu:

BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN. fakta yang menjawab pertanyaan penelitian yaitu: BAB KELIMA KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Hasil penelitian pada studi kasus dari iklan lowongan kerja Kompas periode Desember 2011 sampai dengan Desember 2012, diperkuat dengan wawancara, dan telah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali

Lebih terperinci

1. Pengantar sosiologi Pengantar Sosiologi NAMA MATA KULIAH TETAP

1. Pengantar sosiologi Pengantar Sosiologi NAMA MATA KULIAH TETAP No LAMA BARU DESKRIPSI MATA KULIAH SEMESTER 1. Pengantar sosiologi Pengantar Sosiologi 2. Teori Sosiologi Klasik Sejarah Pemikiran Sosiologi Mata kuliah ini memaparkan sejarah masyarakat, sejarah pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam

Lebih terperinci

pembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga

pembentukan FSD pada tahun 2001 lalu. Kota tersebut dianggap mewakili kontradiksi neoliberalisme, ia merupakan kota finansial terbesar di India juga BAB V KESIMPULAN Sejak sejarah pembentukannya di awal tahun 2000 lalu, Forum Sosial Dunia sudah mendeklarasikan diri sebagai wacana kontrahegemoni terhadap globalisasi ekonomi neoliberal, terutama tandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa maupun dalam perdagangan berdampak besar terhadap perekonomian suatu bangsa. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan salah satu bentuk implementasi pendidikan. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia melalui

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME A. Pengantar Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1 Tulisan pada artikel ini akan menyajikan persoalan peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Lebih terperinci

GOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007

GOOD GOVERNANCE. Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007 GOOD GOVERNANCE Bahan Kuliah 10 Akuntabilitas Publik & Pengawasan 02 Mei 2007 Latar Belakang Pada tahun 1990an, dampak negatif dari penekanan yang tidak pada tempatnya terhadap efesiensi dan ekonomi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Teori Sosial (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Apa itu Teori dalam Sosiologi? Pada saat kita menanyakan mengapa dunia sosial kita seperti ini dan kemudian membayangkan bagaimana

Lebih terperinci

MAKALAH PRO GLOBALISASI

MAKALAH PRO GLOBALISASI MAKALAH PRO GLOBALISASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan Anggota Kelompok : Absen Ganjil PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN BAB. II PANDUAN CRITICAL BOOK REVIEW / REPORT

BAB I. PENDAHULUAN BAB. II PANDUAN CRITICAL BOOK REVIEW / REPORT BAB I. PENDAHULUAN Dalam setiap perkuliahan, membaca buku yang menjadi bacaan wajib atau buku yang menjadi bahan rujukan yang direkomendasikan oleh dosen merupakan hal yang penting bagi setiap mahasiswa.

Lebih terperinci

MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI

MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI Publikasi Hasil Riset Indeks Demokrasi Asia: Kasus Indonesia Tahun 2015 MEMPERKUAT PENGORGANISASIAN MASYARAKAT SIPIL UNTUK MEMPERCEPAT DEMONOPOLISASI DI POLITIK DAN EKONOMI Pusat Kajian Politik (PUSKAPOL)

Lebih terperinci

PANDUAN LOMBA KARYA ESAI 2018 BERSAMA INQU-ID

PANDUAN LOMBA KARYA ESAI 2018 BERSAMA INQU-ID PANDUAN LOMBA KARYA ESAI 2018 BERSAMA INQU-ID Meraih Sustainable Development Goals dengan Ide dan Passion-mu PENDAHULUAN INQU-ID adalah platform penghubung investor dengan petani dan UMKM yang memberikan

Lebih terperinci

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini

Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi

Lebih terperinci

Tidak ada proses penelitian yang benar-benar memiliki fokus yang sama dengan penelitian kebijakan atau berorientasi tindakan

Tidak ada proses penelitian yang benar-benar memiliki fokus yang sama dengan penelitian kebijakan atau berorientasi tindakan Penelitian kebijakan sebuah usaha untuk mempelajari masalah-masalah sosial fundamental dan sebuah usaha untuk mengkreasi serangkaian tindakan pragmatis untuk mengurangi masalah-masalah. Tidak ada proses

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sebagai kebutuhan dasar dan hak asasi manusia, pangan mempunyai arti dan peran

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah

AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI LSM: Perspektif Pemerintah Daerah Oleh Kamalia Purbani Sumber: BUKU KRITIK & OTOKRITIK LSM: Membongkar Kejujuran Dan Keterbukaan Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia (Hamid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan 7 sub bab antara lain latar belakang penelitian yang menjelaskan mengapa mengangkat tema JFC, Identitas Kota Jember dan diskursus masyarakat jaringan. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi, seperti yang terjadi saat ini, mall mall berkembang dengan sangat pesat di pusat

BAB I PENDAHULUAN. Apalagi, seperti yang terjadi saat ini, mall mall berkembang dengan sangat pesat di pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya arus globalisasi, masyarakat saat ini lebih memilih mall untuk menghabiskan waktu liburannya, daripada mengunjungi tempat tempat wisata.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern

Pertemuan 2 Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern Pertemuan 2 Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern Tiga Aspek Pokok dari Bisnis 1. Sudut Pandang Ekonomis 2. Sudut Pandang Moral 3. Sudut Pandang Hukum Sudut Pandang Ekonomis Bisnis adalah kegiatan ekonomis

Lebih terperinci

Mia Siscawati. *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI

Mia Siscawati. *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI Mia Siscawati *Program Studi Kajian Gender-Program Pascasarjana UI *Pusat Kajian Antropologi-FISIP UI Kampung tersebut memiliki tingkat kemiskinan cukup tinggi, tingkat pendidikan rendah, dan tingkat

Lebih terperinci

Bab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai

Bab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai Bab VI Kesimpulan Studi ini telah mengeksplorasi relasi dari kehadiran politik klan dan demokrasi di Indonesia dekade kedua reformasi. Lebih luas lagi, studi ini telah berupaya untuk berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan Oleh Hardy Merriman Aksi tanpa kekerasan menjadi salah satu cara bagi masyarakat pada umumnya, untuk memperjuangkan hak, kebebasan, dan keadilan. Pilihan tanpa

Lebih terperinci

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi Makalah Disampaikan pada

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang.

Bab 1. Pendahuluan. tersebut dituangkan melalui bahasa. (Sutedi, 2003: 2). pada masyarakat untuk belajar bahasa Jepang. Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang terkadang kita menggunakan bahasa bukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemasaran adalah proses sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL Oleh: NANI TUARSIH 0810512064 Mahasiswa Program Strata

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5

ETIKA BISNIS INTERNASIONAL. Week 5 ETIKA BISNIS INTERNASIONAL Week 5 Bisnis Internasional Bisnis internasional yakni bisnis yang kegiatannya melewati batas-batas negara. Definisi ini termasuk perdagangan internasional, pemanufakturan diluar

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

New Media & Society ADI SULHARDI. Media Baru sebagai Teknologi yang Berbudaya. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Penyiaran

New Media & Society ADI SULHARDI. Media Baru sebagai Teknologi yang Berbudaya. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Penyiaran Modul ke: New Media & Society Media Baru sebagai Teknologi yang Berbudaya Fakultas ILMU KOMUNIKASI ADI SULHARDI. Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Tiga level definisi pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sub etnik Batak disatu sisi dan di sisi lain secara tegas pula menolak dikaitkan

BAB I PENDAHULUAN. sub etnik Batak disatu sisi dan di sisi lain secara tegas pula menolak dikaitkan 1 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Hingga saat sekarang ini, isu tentang Mandailing bukan sebagai etnik Batak dan merupakan bagian dari etnik Batak masih sering diperdebatkan dan dipermasalahkan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN TEORI DEPENDENSI Dr. Azwar, M.Si & Drs. Alfitri, MS JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS Latar Belakang Sejarah Teori Modernisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di

BAB III METODE PENELITIAN. neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di 81 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokus Penelitian Lokus dalam penelitian ini adalah adanya indikasi masuknya ideologi neoliberal melalui proses penerapan diskursus good governance di Indonesia. 3.2 Tipe

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PRESPEKTIF DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERWAWASAN KEPENDUDUKAN

KEBIJAKAN PRESPEKTIF DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERWAWASAN KEPENDUDUKAN KEBIJAKAN PRESPEKTIF DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERWAWASAN KEPENDUDUKAN Wahyu Saputra Mahasiswa Kependudukan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Jalan Padang Selasa No.524, Bukit Besar Palembang

Lebih terperinci

DEFINISI & TERMINOLOGI ANALISIS GENDER

DEFINISI & TERMINOLOGI ANALISIS GENDER DEFINISI & TERMINOLOGI ANALISIS GENDER ISTILAH GENDER DIGUNAKAN UNTUK MENJELASKAN PERBEDAAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI YANG BERSIFAT BAWAAN SEBAGAI CIPTAAN TUHAN DAN PERBEDAAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI YANG

Lebih terperinci