BAB IV PROSEDUR PENGUJIAN, PENGAMBILAN DATA, DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PROSEDUR PENGUJIAN, PENGAMBILAN DATA, DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV OSEDU ENGUJIAN, ENGAMBILAN DATA, DAN ENGOLAHAN DATA 41 rsedur engujian Gasiikasi Bnggl Jagung Dalam melakukan pengujian gasiikasi campuran bnggl jagung dan sekam padi, terdapat prsedur yang harus diikuti rsedur ini dimaksudkan untuk menghindari kecelakaan kerja ataupun kerusakan alat rsedur ini juga dimaksudkan agar alat yang diuji dapat bekerja dengan baik, serta untuk memperleh hasil yang dapat dipercaya Berikut adalah prsedur yang harus dilakukan dalam pengujian: A ersiapan sebelum melakukan gasiikasi 1 ersiapkan reaktr gasiikasi dengan baik astikan blwer penghisap gas bahan bakar hasil gasiikasi telah terhubung dengan inverter astikan inverter dan blwer pembuang abu telah terhubung dengan listrik, namun kntak listrik dalam keadaan terbuka 2 tng bnggl jagung kering sehingga berukuran 3x3 cm 3 Campurkan ptngan bnggl jagung dengan sekam padi dengan perbandingan massa 1:1 lalu kemudian catat massa masing-masing 4 Siapkan abu atau arang hasil pembakaran sekam padi atau bnggl jagung 5 Siapkan br untuk memicu pembakaran gas hasil gasiikasi 6 Masukkan abu atau arang ke dalam reaktr sehingga memenuhi 2/3 dari tinggi tabung yang berada di bawah reaktr gasiikasi 7 Nyalakan blwer penghisap gas, kemudian ukur kecepatan aliran udara pada nsel keluaran blwer Catat harga kecepatan aliran, kemudian matikan kembali blwer 8 Nyalakan blwer pembuang abu agar sistem pembuang abu dalam keadaan vakum dan mencegah udara luar masuk ke dalam reaktr gasiikasi melalui kebcran 25

2 9 Masukkan bahan bakar hingga ketinggian bahan bakar berada di mulut bawah reaktr gasiikasi 10 Bakar secarik kertas dengan api, lalu masukkan ke dalam reaktr gasiikasi 11 Nyalakan inverter, kemudian atur rekuensi inverter agar blwer berputar pada kecepatan sedang dan terbentuk bara yang merata 12 Setelah bara terbentuk di permukaan atas bahan bakar, masukkan bahan bakar B rsedur yang dilaksanakan ketika prses gasiikasi sedang berlangsung 1 Nyalakan br 2 Setelah asap hasil pembakaran mula bahan bakar habis, bakar gas dengan cara memasukkan ujung br melalui lubang pemasukkan udara pada burner 3 Atur rekuensi inverter agar gas hasil gasiikasi mengalir dengan kecepatan yang cukup, sehingga dapat bercampur baik dengan udara ertahankan rekuensi inverter sehinga blwer berputar dengan kecepatan yang knstan 4 Setelah gas mengalir dengan kecepatan yang cukup, gas akan terbakar dengan mudah dan terjadi api pembakaran yang stabil 5 Catat waktu dimulainya pembakaran gas hasil gasiikasi 6 Catat rekuensi yang ditunjukkan display pada inverter 7 Matikan br guna mencegah terjadinya kebakaran 8 Ambil sampel gas hasil gasiikasi menggunakan suntikan pengambil gas, melalui lubang yang telah disiapkan khusus 9 Setelah sampel gas diambil, tutup jarum suntik menggunakan penutup karet 10 Apabila terjadi gangguan yang menyebabkan api pembakaran mati, nyalakan kembali menggunakan br 11 Setelah api meredup dan bara telah mencapai permukaan bahan bakar paling atas, hentikan pencatat waktu prses gasiikasi dan waktu pembakaran 26

3 C rsedur yang dilaksanakan setelah prses gasiikasi berakhir 1 Siramkan sedikit air guna mematikan bara yang terjadi 2 Setelah bara padam, matikan kntak listrik inverter 3 Nyalakan mtr pemutar kipas, sehingga abu hasil gasiikasi tersapu dan masuk ke dalam ruang pembuang abu 4 Tampung abu yang ditiupkan leh blwer pembuang abu dalam wadah 5 Setelah abu dalam reaktr gasiikasi berkurang hingga ketinggian 2/3 tinggi tabung di bawah reaktr gasiikasi, matikan mtr pemutar kipas 6 Matikan blwer dan putuskan semua kntak listrik 42 Data engujian Data-data yang dibutuhkan dalam melakukan analisis dan perhitungan eisiensi reaktr gasiikasi bnggl jagung, diperleh melalui pengujian yang dilakukan di labratrium Termdinamika AU-ITB engujian dilakukan pada tanggal 13 September 2007 Data yang diperleh melalui pengujian yang dilakukan disajikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 41 Data hasil pengujian Bahan bakar Bnggl jagung dan sekam padi erbandingan massa 1:1 Massa bahan bakar 2 [kg] LHV bnggl jagung LHV sekam padi Waktu pembakaran kj/kg kj/kg 16 menit 17 detik 43 Krmatgrai gas Kandungan gas hasil gasiikasi dapat diketahui melalui pengujian krmatgrai gas engambilan sampel gas uji dilakukan ketika pengujian reaktr sedang berlangsung melalui sebuah lubang kecil pada nzzle reaktr gasiikasi Gas sejumlah 1 cc diambil menggunakan sebuah alat suntik beserta jarum Gas yang telah diperleh kemudian disuntikkan ke dalam alat krmatgrai gas 27

4 Selanjutnya alat krmatgrai gas akan memisahkan gas berdasarkan waktu retensinya dan menghasilkan data kandungan gas beserta raksi vlumenya Kandungan gas hasil uji krmatgrai gas disajikan dalam tabel 42 di bawah ini: Tabel 42 Kmpsisi gas hasil uji krmatgrai gas N Gas Fraksi vlume 1 Karbn Diksida (CO 2 ) 0, Hidrgen (H 2 ) 0, Oksigen (O 2 ) 0, Nitrgen (N 2 ) 0, Metan (CH 4 ) 0, Karbn Mnksida (CO) 0,1516 Tabel 42 di atas menunjukkan kmpsisi gas dalam raksi vlume Dengan mengasumsikan bahwa campuran gas tersebut merupakan campuran gas ideal, maka raksi vlume gas tersebut dapat diasumsikan sama dengan raksi ml Data kmpsisi gas yang diperleh dari uji krmatgrai gas dapat digunakan untuk mengetahui siat-siat isik gas Dengan mengetahui kmpsisi dan siat siat isik gas hasil gasiikasi, berbagai perhitungan untuk mengetahui karakteristik reaktr gasiikasi dapat dilakukan 44 englahan Data 441 erhitungan Entalpi embakaran Gas Hasil Gasiikasi Kandungan energi dalam gas hasil gasiikasi dapat diketahui melalui perhitungan entalpi pembakaran pada burner Hal ini dapat dilakukan dengan menganggap burner sebagai sebuah sistem tertutup, dan pembakaran stkimetrik gas hasil gasiikasi terjadi di dalam burner Temperatur gas hasil gasiikasi diasumsikan sebesar 480 K Hal ini diperleh dari hasil pengukuran temperatur gas hasil gasiikasi reaktr milik Belni [7] Sedangkan tekanan gasnya adalah 1 atm (101,325 ka) Udara yang digunakan dalam pembakaran diasumsikan dalam tingkat keadaan standar yaitu 28

5 pada temperatur 298 K dan 1 atm eaksi pembakaran yang dilakukan menghasilkan prduk gas hasil pembakaran dengan temperatur 900 K dan tekanan 1 atm Hal ini sesuai dengan skema sistem yang digambarkan dalam Gambar 41 di bawah ini: Gambar 41 Skema pembakaran pada burner Dalam melakukan perhitungan nilai kalr bawah pada reaksi pembakaran yang terjadi, beberapa asumsi digunakan untuk menyederhanakan perhitungan Asumsi-asumsi tersebut diantaranya: 1 Batas vlume atur ditunjukkan leh garis putus-putus dalam Gambar 41 2 Sistem berperasi dalam keadaan tunak 3 erubahan energi kinetik dan ptensial diabaikan 4 eaktan dan prduk merupakan campuran gas yang berlaku seperti gas ideal 5 Udara pembakaran yang digunakan adalah udara kering Diketahui reaksi pembakaran gas hasil gasiikasi adalah: a CO + b H 2 + c CH 4 + d CO 2 + e O 2 + N 2 + g (O 2 +3,76N 2 ) d CO 2 + h CO 2 + i H 2 O + j N 2 Keisien reaksi gas dapat diperleh dari data raksi ml sesuai dengan kandungan gas hasil uji krmatgrai gas Sehingga, a = 0,1516 b = 0,0781 c = 0,0201 d = 0,1749 e = 0,0042 = 0,

6 Sehingga reaksi pembakaran menjadi: 0,1516 CO + 0,0781H 2 + 0,0201 CH 4 + 0,1749 CO 2 + 0,0042 O 2 + 0,0042 N 2 + g (O 2 +3,76N 2 ) d CO 2 + h CO 2 + i H 2 O + j N 2 Dengan menerapkan knservasi massa terhadap massa karbn, hidrgen, ksigen dan nitrgen, maka reaksi pembakaran di atas dapat disetarakan eaksi pembakaran kemudian menjadi: 0,1516 CO + 0,0781H 2 + 0,0201 CH 4 + 0,1749 CO 2 + 0,0042 O 2 + 0,0042 N 2 + 0,1585 (O 2 +3,76N 2 ) 0,1749 CO 2 + 0,1717 CO 2 + 0,1183 H 2 O + 1,1368N 2 Berdasarkan asumsi yang digunakan, maka keseimbangan energi yang terjadi pada sistem pada Gambar 41 di atas adalah: Entalpi reaktan = Entalpi prduk + Q h = h + Q 1) Sehingga, -Q = h - h = Entalpi pembakaran 2) h = h - h 3) Karena reaktan dan prduk merupakan suatu campuran gas dengan jumlah ml tertentu, maka dalam basis ml persamaan menjadi: h = n h n h 4) Berdasarkan deinisi yang diperleh dari reerensi [3], maka entalpi spesiik ( h ) pada tingkat keadaan diluar tingkat keadaan standar adalah penjumlahan entalpi pembentukan standar dengan ( ) perubahan entalpi spesiik antara tingkat keadaan standar dengan tingkat keadaan yang ditinjau ( Δ h ) Sehingga: h ( T, p ) = + [ h ( T, p ) - h( Tre, p re )] = + Δ h 5) h h Dengan meninjau reaksi pembakaran dan suku pertama dari persamaan 4), maka persamaan entalpi spesiik prduk adalah : n h = 0,1749 h + Δ h +0,1717 h + Δ h +0,118 h + Δ h CO 2 h CO 2 H2O + 1,1368 h + Δ h N 2 6) 30

7 Dalam reaksi pembakaran yang terjadi, sebanyak 0,1749 ml CO 2 dan 0,5711 ml N 2 yang terkandung dalam gas bakar tidak bereaksi dengan udara Dengan kata lain, tidak terjadi pembentukan 0,1749 ml CO 2 dan 0,5711 ml N 2 Sehingga dalam perhitungan yang dilakukan, entalpi pembentukan standarnya bernilai 0 ( h = 0) Selain itu, entalpi pembentukan standar dari elemen-elemen yang bersiat stabil seperti N2, O 2, H 2 dll juga bernilai 0 Maka persamaan 6) menjadi: n h = 0,1749 Δ h + 0, ,1183 h + Δ h h + Δ h CO 2 CO 2 H 2O + 1,1368 Δ h 7) N 2 Harga entalpi pembentukan standar untuk CO 2 dan H 2 O diperleh dari tabel A-25 Sedangkan entalpi spesiik untuk N 2, CO 2 dan H 2 O diperleh melalui interplasi pada T = 900 K pada tabel yang dilampirkan dalam lampiran B1 yang dikutip dari reerensi [3] Maka entalpi spesiik prduk adalah: n = 0,1749 [( )] + 0,1717 [ ( )] + h 0,1183 [ ( )] + 1,1368 [( )] = 4997,07 + (-62661,74) + (-26013,70) ,63 = ,74 kj/kml Sedangkan entalpi spesiik reaktan diperleh melalui persamaan: n h = 0,1516 h + Δ h +0,0781 h + Δ h +,0201 h + Δ h CO H 2 CH 4 + 0,1749 h + Δ h + 0,0042 CO 2 h + Δ h O 2 + 0,5711 h + Δ h + 0,15085 h + Δ h N 2 + 0,5672 h + Δ h 8) N 2 O 2 31

8 Udara yang direaksikan berada dalam tingkat keadaan standar, sehingga Δ h = 0 Selain itu, karena CO2 yang terkandung dalam gas bakar tidak bereaksi maka entalpi pembentukan standarnya bernilai 0 Sehingga entalpi pembentukan standar untuk CO 2 beserta elemen-elemen yang bersiat stabil seperti N 2, O 2, H 2, bernilai 0 n h = 0,1516 h + Δ h +0, Δ h + 0,0201 h h + Δ CO + 0, Δ h + 0,0042 h +, Δ h 0 + Δ CO 2 + 0,15085 [0 + 0] + 0,5672 [0 + 0] 9) Sehingga persamaan menjadi: n h = 0,1516 h + Δ h + 0,0781 Δ h + 0,0201 CO h + Δ h H 2 CH 4 + 0,1749 Δ h + 0,0042 Δ h + 0,5711 Δ h 10) CO 2 O 2 N2 Harga entalpi pembentukan standar untuk CO, dan CH 4 diperleh dari tabel pada lampiran B1 [3] Sedangkan entalpi spesiik untuk CO, N 2, CO 2, O 2 dan H 2 O diperleh melalui interplasi pada T = 480 K dari tabel pada lampiran B1 [3] Sedangkan entalpi spesiik untuk H 2 dan CH 4 diperleh melalui persamaan: Δ h = c Δ T 11) c p p Harga diperleh dari tabel pada lampiran B2 [3] Untuk T = 480 K, untuk H2 dan CH 4 adalah: H 2 O 2 c p CH 4 N 2 c p H 2 = 29,27 kj/kmlk c p CH 4 = 45,06 kj/kmlk Maka entalpi spesiik prduk adalah: n = 0,1516 [ ( ) ] + 0,0781 [29,27 ( )] h + 0,0201 [ ,06 ( )] + 0,1749 [( )] + 0,0042 [( )] + 0,5711 [( )] 32

9 = , ,05 + (-1339,65) , , ,68 = ,38 kj/kml Sehingga entalpi pembakaran gas hasil gasiikasi dalam basis ml adalah: h = n h n = (-62964,74-(-12511,38)) kj/kml h = ,36 kj/kml Untuk mengetahui entalpi pembakaran dalam basis massa, maka perlu diketahui massa mlar rata-rata dari gas, yaitu: M n rata rata = im 12) i = 0, , , , MCO H 2 0,0042 M O 2 + 0,5711 M N 2 M M CH M 4 CO 2 = 0,1516 (28,01) + 0,0781 (2,016) + 0,0201 (16,04) + 0,1749 (44,01) + 0,0042 (32) + 0,5711 (28,01) = 28,55 Maka entalpi pembakaran dalam basis massa adalah: h h h h = 13) M = ratarata ,36 28,55 = 1767,19 kj kg Sehingga: Q = 1767,19 kj/kg Kalr yang dalam gambar 41 digambarkan keluar dari sistem, sebenarnya adalah energi yang belum termanaatkan dan terbuang begitu saja ke lingkungan Sehingga: Q = Q lss = 1767,19 kj/kg 14) 442 Nilai emanasan Bawah Gas (LHV) Nilai pemanasan dideinisikan sebagai panas yang dilepaskan pada saat bahan bakar bereaksi pada tingkat keadaan standar (25 C, 1 atm) dan prduk hasil 33

10 pembakaran tersebut kembali ke tingkat keadaan standar [4] Karena itu, nilai pemanasan bawah yang diperleh lebih besar daripada entalpi pembakaran Sehingga nilai pemanasan bawah ini merupakan kandungan energi maksimum yang terkandung dalam gas hasil gasiikasi Nilai pemanasan bawah dapat diperleh melalui perhitungan pada stware Hysis 32 Dari Hysis 32 diketahui LHV gas hasil gasiikasi campuran bnggl jagung dan sekam padi adalah sebesar: LHV gas = 2729,1 [kj/kg] 15) 443 Laju Knsumsi Bahan Bakar Laju knsumsi bahan bakar dideinisikan sebagai jumlah knsumsi bahan bakar (campuran bnggl jagung dan sekam padi) per satuan waktu pembakaran bahan bakar yang menghasilkan gas Hal ini dirumuskan sebagai: m bahan bakar m bahan bakar[kg] = 16) t [hr] gasiikasi m m bahan bakar bahan bakar 2[kg] = 0,2894[hr] = 6,9kg hr Laju knsumsi bahan bakar adalah 6,9 kg/jam 444 Laju Aliran Massa Gas Dalam lapran Tugas Sarjana ini, siat-siat isik gas diperleh dengan menggunakan bantuan stware HYSIS 32 Input yang digunakan dalam stware tersebut adalah kmpsisi, temperatur, serta tekanan gas Untuk penglahan data, siat isik yang dibutuhkan adalah massa jenis gas, dari HYSIS 32 diperleh: Densitas (ρ) = 0,72468 [kg/m 3 ] 17) Laju aliran massa gas hasil gasiikasi dapat diketahui dengan mengalikan densitas gas dengan debit aliran gas Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut: m gas = ρa nzzlevgas 18) 34

11 m m gas gas 3 π(0,03m) = (0,72468)[kg/m ] 4 = 25,80[kg/hr] s (14)[m/s] 1hr Laju aliran massa gas keluaran reaktr adalah 25,80 kg/jam 445 Daya Gas Gas yang dihasilkan memiliki kandungan energi per satuan massanya Daya gas maksimum keluaran reaktr merupakan perkalian antara kandungan energi maksimum ini dikalikan dengan laju aliran massanya Sehingga: = m gas LHVgas 19) = (25,80)[kg/hr][1hr/3600s](2729,1)[kJ/kg] = 19,56kW Daya maksimum yang dapat diperleh melalui gasiikasi menggunakan bahan bakar campuran bnggl jagung dan sekam padi adalah sebesar 19,56 kw Namun daya yang dihasilkan ini bukan daya keluaran sebenarnya, karena adanya daya panas yang terbuang ( lss ) pada burner yang diakibatkan leh islasi sistem yang tidak sempurna Daya panas yang terbuang ( lss ) pada burner yang terjadi besarnya dapat diketahui dengan mengalikan besarnya entalpi pembakaran dengan laju aliran massanya lss = m gas Q lss 20) = (25,80)[kg/hr][1hr/3600s](1767,19)[kJ/kg] = 12,665kW Sehingga besarnya daya yang termanaatkan melalui pembakaran gas hasil gasiikasi adalah sebesar: sebenarnya = maks - lss 21) sebenarnya = 19,56 12,665 sebenarnya = 6,895 kw 446 Eisiensi Burner Eisiensi burner dideinisikan sebagai energi yang diperleh melalui prses pembakaran per energi minimum yang seharusnya diperleh Dalam hal 35

12 ini, eisiensi burner adalah besarnya daya yang diperleh per daya teretik maksimum yang dapat diperleh Sehingga besar eisiensi burner adalah: η sebenarnya burner = 100% 22) η η burner burner maks 6,895 = 100% 19,56 = 35,25% endahnya eisiensi burner yang diperleh diakibatkan leh besarnya kalr yang keluar melalui dinding burner Melalui insulasi yang baik pada dinding burner maka eisiensi burner dapat ditingkatkan Selain itu, melalui penggunaan reaktr gasiikasi sebagai biler maka maka energi yang hilang dapat dimanaatkan sehingga eisiensi burner menjadi eisiensi biler dengan tingkat eisiensi yang lebih tinggi 447 Eisiensi Gasiikasi Eisiensi gasiikasi dideinisikan sebagai daya maksimum gas hasil gasiikasi dibagi perkalian antara laju knsumsi bahan bakar dan LHV bahan bakar Sehingga eiesiensi gasiikasi menggunakan bahan bakar campuran bnggl jagung dan sekam padi adalah: maksimum ηgasiikasi = x100% 23) m bahanbakar LHV bahanbakar η η η gasiikasi gasiikasi gasiikasi = 19,56kW x100% 6,9108[kg/hr][1hr/3600s]14900[kJ/kg] 19,56kW = x100% 28,60kW = 68,49% Eisiensi gasiikasi adalah sebesar 68,49% 43 Analisis Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada sub-bab sebelumnya, reaktr gasiikasi dinilai cukup baik untuk aplikasi di industri kecil dan menengah Meskipun daya yang termanaatkan dalam pengujian reaktr relati kecil, namun energi yang hilang melalui burner dapat dimanaatkan Dengan 36

13 meningkatkan eisiensi burner melalui perancangan burner yang baik, daya gas yang diperleh akan mendekati daya gas maksimum Selain memiliki daya maksimum dan eisiensi yang cukup baik, reaktr gasiikasi ini terbukti mampu memanaatkan energi yang terkandung dalam bimassa secara lebih eekti dibandingkan pembakaran langsung Hal ini disebabkan sistem gasiikasi mempunyai keunggulan yaitu pembakaran yang terjadi relati lebih bersih serta kemudahan dalam pemanaatan bahan bakar dalam bentuk gas Guna mengenali karakteristik reaktr gasiikasi menggunakan bahan bakar campuran bnggl jagung dan sekam padi, perlu dilakukan perbandingan melalui pengujian gasiikasi untuk bahan bakar bimassa jenis lain Dengan menggunakan metda dan prsedur pengujian yang sama, dilakukan pengujian dan uji krmatgrai gas untuk bahan bakar bnggl jagung dan sekam padi secara terpisah diperleh data pengujian untuk gasiikasi sekam padi dan gasiikasi bnggl jagung secara terpisah erbedaan kepadatan antara bnggl jagung dan sekam padi, mengakibatkan perbedaan jumlah massa bahan bakar yang diuji Namun berbanding lurus dengan jumlah massa, waktu pembakaran gas pun menjadi lebih lama Hal ini sesuai dengan yang ditunjukkan dalam data pengujian dalam Tabel 43 Tabel 43 Data hasil pengujian gasiikasi menggunakan tiga jenis bahan bakar Sekam padi Campuran Bnggl jagung Massa bahan bakar 1,7 [kg] 2 [kg] 3,7 [kg] LHV bahan bakar [kj/kg] [kj/kg] [kj/kg] Waktu pembakaran 16 menit 17 detik 17 menit 22 detik 35 menit 19 detik Kecepatan udara 14 [m/s] 14 [m/s] 14 [m/s] Dimeter nzzle 0,03 [m] 0,03 [m] 0,03 [m] Api pembakaran Biru Biru kemerahan Merah rduksi gas Stabil Stabil Tersendat 37

14 Melalui pengamatan secara visual, api pembakaran gas hasil gasiikasi bnggl jagung terlihat berwarna merah Sedangkan api pembakaran gasiikasi menggunakan bahan bakar sekam padi berwarna biru Api pembakaran gasiikasi berbahan bakar campuran berwarna biru kemerahan Api pembakaran berwarna kemerahan menunjukkan terjadinya pembakaran yang tidak sempurna dalam burner yang digunakan Api pembakaran pada bahan bakar campuran dan bahan bakar sekam padi lebih stabil jika dibandingkan pembakaran bahan bakar bnggl jagung Hal ini disebabkan karena prduksi gas hasil gasiikasi bnggl jagung tidak stabil Salah satu kemungkinan penyebab tidak stabilnya prduksi gas adalah karena besarnya rngga yang terbentuk antara ptngan bnggl jagung Berbeda dengan bnggl jagung, pada bahan bakar campuran, rngga diisi leh sekam padi Hal ini membuat gas yang terbentuk lebih stabil erbedaan kandungan gas hasil gasiikasi untuk masing-masing jenis bahan bakar dapat diketahui melalui perbandingan hasil uji krmatgrai gas Sesuai dengan data hasil pengujian krmatgrai gas yang disajikan dalam Tabel 44, kandungan H 2 sebagai salah satu gas utama hasil gasiikasi meningkat dengan seiring meningkatnya jumlah bnggl jagung yang digasiikasikan Gas CO sebagai salah satu gas utama hasil gasiikasi lainnya, lebih banyak dikandung leh bnggl jagung, diikuti leh sekam padi dan bahan bakar campuran Kejanggalan ini dapat disebabkan leh adanya kebcran pada suntik pengambil sampel gas, maupun belum stabilnya prduksi gas ketika sampel gas diambil Tabel 44 Hasil uji krmatgrai gas untuk tiga jenis bahan bakar Gas Sekam adi Campuran Bnggl Jagung Fraksi vlume Fraksi vlume Fraksi vlume Karbn Diksida (CO 2 ) 0,1679 0,1749 0,1404 Hidrgen (H 2 ) 0,0507 0,0781 0,0802 Oksigen (O 2 ) 0,0216 0,0042 0,012 Nitrgen (N 2 ) 0,5787 0,5711 0,5703 Metan (CH 4 ) 0,0202 0,0201 0,0158 Karbn Mnksida (CO) 0,1609 0,1516 0,

15 Data yang diperleh melalui pengujian kemudian dilah menggunakan prsedur perhitungan yang sama dengan yang digunakan pada sub-bab sebelumnya Hasil penglahan data untuk ketiga jenis bahan bakar ditunjukkan dalam Tabel 45 di bawah: Tabel 45 Hasil penglahan data untuk tiga jenis bahan bakar Sekam padi Campuran Bnggl jagung Kalr terbuang (Q lss ) [kj/kg] 1666, , ,5 LHV gas [kj/kg] 2532,6 2729, M rata-rata [kg/kml] 29,22 28,55 28,03 Massa jenis gas (ρ) [kg/m 3 ] 0, , ,71136 Knsumsi bahan bakar ( m bahan bakar )[kg/hr] Laju aliran massa gas ( m gas ) [kg/hr] Daya maksimum reaktr ( maks ) [kw] 6,264 6,911 6,286 26,41 25,80 25,33 18,58 19,56 20,68 Daya nett burner () [kw] 6,36 6,895 6,76 Eisiensi gasiikasi (η) [%] 74,15 68,49 76,9 Hasil perhitungan yang disajikan dalam Tabel 45 di atas masih belum menunjukkan hasil perhitungan yang teliti Hal ini disebabkan karena beberapa hal, diantaranya adalah: 1 Banyaknya asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan perhitungan 2 Belum terpasangnya alat ukur untuk memperleh data-data yang diperlukan 3 engambilan data hanya dilakukan satu kali sehingga keterulangannya masih belum teruji Secara umum, perhitungan yang dilakukan pada sub-bab sebelumnya menunjukkan harga eisiensi dan daya sistem gasiikasi yang cukup baik eaktr 39

16 gasiikasi mempunyai eisiensi sebesar 68,49% Sedangkan daya maksimum yang dapat dihasilkan adalah sebesar 19,56 kw erbedaan kmpsisi gas hasil gasiikasi untuk masing-masing jenis bahan bakar menyebabkan terjadinya perbedaan LHV (nilai kalr bawah) seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 45 Nilai LHV hasil gasiikasi untuk bahan bakar campuran lebih kecil daripada bahan bakar bnggl jagung namun lebih tinggi daripada bahan bakar sekam padi ada tabel 45 juga tampak bahwa laju knsumsi bahan bakar campuran paling tinggi dalam pengujian yang dilakukan Hal ini diperkirakan menjadi penyebab rendahnya eisiensi reaktr gasiikasi menggunakan bahan bakar campuran dibandingkan dengan gasiikasi menggunakan bahan bakar bnggl jagung atau sekam padi 40

Bab 4 Prosedur Pengujian, Pengambilan Data, dan Pengolahan Data

Bab 4 Prosedur Pengujian, Pengambilan Data, dan Pengolahan Data Bab 4 rsedur engujian, engambilan Data, dan englahan Data 4.1 rsedur engujian Gasiikasi Bnggl Jagung Dalam melakukan pengujian gasiikasi bnggl jagung, terdapat prsedur yang harus diikuti. rsedur ini dimaksudkan

Lebih terperinci

Bab 5 Pengujian dan Pengolahan Data

Bab 5 Pengujian dan Pengolahan Data Bab 5 Pengujian dan Penglahan Data 5.1 Prsedur Pengujian Gasiikasi Sekam Padi Dalam melakukan pengujian gasiikasi sekam padi, terdapat prsedur yang harus diikuti. Prsedur ini dimaksudkan untuk menghindari

Lebih terperinci

BAB 6. Neraca Energi dengan Efek Reaksi Kimia

BAB 6. Neraca Energi dengan Efek Reaksi Kimia BAB 6 Neraca Energi dengan Efek Reaksi Kimia 1.1 Analisis Derajat Kebebasan untuk Memasukkan Neraca Energi dengan Reaksi Neraca energi dalam penghitungan derajat kebebasan menyebabkan penambahan persamaan

Lebih terperinci

Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi

Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi 3.1 Perancangan Reaktor Gasifikasi Perancangan reaktor didasarkan pada rancangan reaktor gasifikasi sekam padi milik Willy Adriansyah. Asumsi yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI 3.1 Perancangan Reaktor Gasifikasi Reaktor gasifikasi yang akan dibuat dalam penelitian ini didukung oleh beberapa komponen lain sehinga membentuk suatu

Lebih terperinci

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi 4.1 Pertimbangan Awal Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk membakar gas hasil gasifikasi. Di dalam pembakar (burner), gas dicampur

Lebih terperinci

BAB 2 Pengenalan Neraca Energi pada Proses Tanpa Reaksi

BAB 2 Pengenalan Neraca Energi pada Proses Tanpa Reaksi BAB Pengenalan Neraca Energi pada Prses Tanpa Reaksi Knsep Hukum Kekekalan Energi Ttal energi pada sistem dan lingkungan tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan..1 Neraca Energi untuk Sistem Tertutup

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, diperlukan pengertian yang sesuai mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

2. Variable penelitian adalah komposisi serbuk gergaji kayu sonokeling

2. Variable penelitian adalah komposisi serbuk gergaji kayu sonokeling BAB HI METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian 1. Untuk pengujian nilai kalr dilakukan dilabratrium Energi Kayu, Jurusan Teknlgi Hasil Hutan Universitas Gajah Mada Jgjakarta. 2. Untuk pemeriksaan lama

Lebih terperinci

10/18/2012. Enthalpi. Enthalpi

10/18/2012. Enthalpi. Enthalpi 6_7 1/18/212 Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) TERMODINAMIKA KIMIA (KIMIA FISIK 1 ) dan Hukum Termdinamika Pertama Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Labratrium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB III ANALISA DAN PERHITUNGAN 3.1. Perhitungan Dalam perhitungan perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan mesin, meliputi : a. Perhitungan efisiensi bahan bakar b. Perhitungan sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Turbin gas merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Turbin gas merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi BAB II INJAUAN USAKA 2.1. Cara Kerja Instalasi urbin Gas urbin gas merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi ptensial gas menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi

Lebih terperinci

Termodinamika Material

Termodinamika Material Termdinamika Material Kuliah 4: Enthalphy(cnt d), Hukum II Termdinamika & Entrpi Oleh: Fajar Yusya Ramadhan 1306448312 (21) Ira Adelina 1306448331 (22) Kelmpk 11- paralel Teknik Metalurgi & Material Universitas

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA

BAB 4 PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA BAB 4 PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA Penelitian dilakuakan untuk meninjau prestasi mesin 4 langkah yang mengalami penambahan bahan bakar berupa gas LPG. Penambahan bahan bakar tambahan ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN PERHITUNGAN DATA Peninjauan prestasi mesin pada mesin mtr bakar 4-Tak yang mengalami penambahan bahan bakar berupa gas LPG perlu dilakukan untuk mendapatkan pengaruh penggunanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKIPSI POSES A. Prses Pembuatan Carbn Black Menurut prinsip dasarnya metde pembuatan Carbn Black ini pada jaman dahulu sangat sederhana, yaitu dengan cara pembakaran gas penerangan dengan jumlah

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan bulan Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut.

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) dan energi kalor input dari gasifikasi biomassa tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pembahasan pada sisi gasifikasi (pada kompor) Telah disebutkan pada bab 5 diatas bahwa untuk analisa pada bagian energi kalor input (pada kompor gasifikasi), adalah meliputi karakteristik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Prses Ddekilbenzena dapat dibuat dengan mereaksikan ddekana dan benzena. Dalam prduksi ddekilbenzena dapat digunakan prses sebagai berikut: 1. Prses alkilasi benzena

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan Termokimia Kelas XI IPA

Soal dan Pembahasan Termokimia Kelas XI IPA Sal dan Pembahasan Termkimia Kelas XI IPA Sal 1. Diketahui H2O(l) H2O(g) ΔH = + 40 kj/ml, berapakah kalr yang diperlukan untuk penguapan 4,5 gram H2O (Ar H = 1,0 Ar O = 16)?. Mr H2O = 18 g/ml Massa H2O

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan dan menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH Oleh : ASHARI HUTOMO (2109.105.001) Pembimbing : Dr. Bambang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Putro S., Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Muhamadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch.

Laju Pendidihan. Grafik kecepatan Pendidihan. M.Sumbu 18. M.Sumbu 24. Temperatur ( C) E.Sebaris 3 inch. E.Susun 3 inch. E.Sususn 2 inch. Temperatur ( C) Laju Pendidihan Grafik kecepatan Pendidihan 120 100 80 60 40 M.Sumbu 18 M.Sumbu 24 E.Sebaris 3 inch E.Susun 3 inch 20 0 0 20 40 60 80 E.Sususn 2 inch Waktu (menit) Kesimpulan 1. Penggunaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

Thermodinamika. Enthalpi - H (fungsi keadaan) Proses Endothermis and Eksothermis. Drs. Iqmal Tahir, M.Si.

Thermodinamika. Enthalpi - H (fungsi keadaan) Proses Endothermis and Eksothermis. Drs. Iqmal Tahir, M.Si. 6_7 IV. Hukum pertama Thermdinamika Thermdinamika Drs. Iqmal Tahir, M.Si. A. Panas dan Kerja Sublimasi CO 2 Perubahan kuantitas energi dalam suatu sistem (ΔE)( adalah jumlah panas yang ditranser (q)( menuju

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas BAB II DASAR TEORI. rinsip embangkit Listrik Tenaga Gas embangkit listrik tenaga gas adalah pembangkit yang memanfaatkan gas (campuran udara dan bahan bakar) hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP Sartono Putro, Sumarwan Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhamadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pebelan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

SISTEM DAN LINGKUNGAN

SISTEM DAN LINGKUNGAN SISTEM DA LIGKUGA Sistem: dapat berupa suatu zat atau campuran zat-zat yang dipelajari sifat-sifatnya pada kndisi yang dapat diatur. Segala sesuatu yang berada diluar sistem disebut lingkungan. Antara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA Bab IV Penglahan Data BAB IV PENGOLAHAN DATA. Data Hasil Pengujian Setelah mengidentifikasi jenis A penulis memilih A LG S8LFG PK yang berada dilingkungan jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNPAS

Lebih terperinci

MODEL SISTEM DAN ANALISA PENGERING PRODUK MAKANAN

MODEL SISTEM DAN ANALISA PENGERING PRODUK MAKANAN MODEL SISTEM DAN ANALISA PENGERING PRODUK MAKANAN Abstrak Pengeringan adalah sebuah prses dimana kelembaban dari sebuah prduk makanan dikurangi agar rasa, dan bentuk tetap terjaga dengan meningkatnya kemampuan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Teknologi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Menggunakan Media Pemurnian Batu Kapur, Arang Batok Kelapa, Batu Zeolite Dengan Satu Tabung

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Percobaan Fluidisasi Penelitian gasifikasi fluidized bed yang dilakukan menggunakan batubara sebagai bahan baku dan pasir silika sebagai material inert. Pada proses gasifikasinya,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah. Nama :... Kelas :... FLUIDA Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah. Kompetensi dasar : 8.. Menganalisis

Lebih terperinci

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN

Lebih terperinci

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263 3 3 BAB II DASAR TEORI 2. 1 Bahan Bakar Cair Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam tanah dengan jalan mengebornya di ladang-ladang minyak, dan memompanya sampai ke atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. Bentuk dari energi alternatif yang saat ini banyak dikembangkan adalah pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling

Lebih terperinci

A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI B. ENTALPI (H) DAN PERUBAHAN ENTALPI

A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI B. ENTALPI (H) DAN PERUBAHAN ENTALPI 2 TERMOKIMIA A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI B. ENTALPI (H) DAN PERUBAHAN ENTALPI ( H) C. REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM D. PERUBAHAN ENTALPI STANDAR ( H O ) E. MENENTUKAN HARGA PERUBAHAN ENTALPI Partikel

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

Laju Reaksi KIM 2 A. KEMOLARAN B. LAJU REAKSI C. UNGKAPAN LAJU REAKSI LAJU REAKSI. materi78.co.nr

Laju Reaksi KIM 2 A. KEMOLARAN B. LAJU REAKSI C. UNGKAPAN LAJU REAKSI LAJU REAKSI. materi78.co.nr Laju eaksi A. KEMOLAAN Dalam laju reaksi, besaran yang digunakan adalah kemolaran benda. Kemolaran menyatakan jumlah mol zat terlarut dari tiap liter larutan atau gas, menunjukkan kekentalan atau kepekatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Riset Kimia Lingkungan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Riset Kimia Lingkungan, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboraturium Riset Kimia Lingkungan, Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya mesin listrik,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan bahan baku biodiesel dilakukan di laboratorium PIK (Proses

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan bahan baku biodiesel dilakukan di laboratorium PIK (Proses BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 1. Persiapan bahan baku biodiesel dilakukan di laboratorium PIK (Proses Industri Kimia) selama 5 minggu. 2. Pengujian Kandungan Biodiesel dilakukan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA 2 K e l a s A. HUKUM HESS TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA 2 K e l a s A. HUKUM HESS TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI TERMOKIMIA TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami cara menentukan entalpi reaksi berdasarkan hukum Hess,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah tanaman, pepohonan,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1. Pengertian Perencanaan dan perhitungan diperlukan untuk mengetahui kinerja dari suatu mesin (Toyota Corolla 3K). apakah kemapuan kerja dari mesin tersebut masih

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL & ANALISIS

BAB 4 HASIL & ANALISIS BAB 4 HASIL & ANALISIS 4.1 PENGUJIAN KARAKTERISTIK WATER MIST UNTUK PEMADAMAN DARI SISI SAMPING BAWAH (CO-FLOW) Untuk mengetahui kemampuan pemadaman api menggunakan sistem water mist terlebih dahulu perlu

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN

kimia KTSP & K-13 TERMOKIMIA I K e l a s A. HUKUM KEKEKALAN ENERGI TUJUAN PEMBELAJARAN KTSP & K-13 kimia K e l a s XI TERMOKIMIA I TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Menjelaskan hukum kekekalan energi, membedakan sistem dan

Lebih terperinci

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong) Arang sekam padi memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah. Arang sekam dibuat dari pembakaran tak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tekanan Biogas Untuk mengetahui tekanan biogas yang ada perlu dilakukan pengukuran tekanan terlebih dahulu. Pengukuran ini dilakukan dengan membuat sebuah manometer sederhana

Lebih terperinci

Cara Menggunakan Tabel Uap (Steam Table)

Cara Menggunakan Tabel Uap (Steam Table) Cara Menggunakan Tabel Uap (Steam Table) Contoh : 1. Air pada tekanan 1 bar dan temperatur 99,6 C berada pada keadaan jenuh (keadaan jenuh artinya uap dan cairan berada dalam keadaan kesetimbangan atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu incinerator Pada Ruang Bakar utama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil pengukuran suhu incinerator Pada Ruang Bakar utama Suhu (ºC) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengukuran Suhu Incinerator Pengukuran suhu incinerator dilakukan guna mengetahui kelayakan incinerator dalam mengolah limbah padat rumah sakit. Pengukuran

Lebih terperinci

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik JURNAL PUBLIKASI Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai langkah untuk memenuhi kebutuhan energi menjadi topik penting seiring dengan semakin berkurangnya sumber energi fosil yang ada. Sistem energi yang ada sekarang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PELEBURAN PERAK CAMPURAN DENGAN BAHAN BAKAR GAS

TEKNOLOGI PELEBURAN PERAK CAMPURAN DENGAN BAHAN BAKAR GAS Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 TEKNOLOGI PELEBURAN PERAK CAMPURAN DENGAN BAHAN BAKAR GAS Dwi Suheryanto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1

Gambar 4.21 Grafik nomor pengujian vs volume penguapan prototipe alternatif rancangan 1 efisiensi sistem menurun seiring dengan kenaikan debit penguapan. Maka, dari grafik tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem akan bekerja lebih baik pada debit operasi yang rendah. Gambar 4.20 Grafik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap energi setiap tahun cenderung meningkat, hal ini menyebabkan perlu adanya sumber bahan bakar alternatif penghasil energi yang bisa didaur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia. menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah di Indonesia menyebabkan konsumsi bahan bakar yang tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara semakin meningkat,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG NASKAH PUBLIKASI INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG Ringkasan Tugas Akhir ini disusun Untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh derajat sarjana S1 Pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data

Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data Bab IV Data Percobaan dan Analisis Data 4.1 Data Percobaan Parameter yang selalu tetap pada tiap percobaan dilakukan adalah: P O = 1 atm Panci tertutup penuh Bukaan gas terbuka penuh Massa air pada panci

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengujian Variasi sudut kondensor dalam penelitian ini yaitu : sudut 0 0, 15 0, dan 30 0 serta aliran air dalam kondensor yaitu aliran air searah dengan laju

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir dibawah ini;

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir dibawah ini; 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir dibawah ini; Mulai Studi Literatur Persiapan Alat dan Bahan Pengujian Tungku Gasifikasi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN 4.1 Pengumpulan dan penyajian data 4.1.1 Pengumpulan data dan penyajian data Pada tabel 4.1 Check sheet temperatur dan tekanan pompa sirkulasi periode Tabel 4.1 Check Sheet

Lebih terperinci

Campuran udara uap air

Campuran udara uap air Campuran udara uap air dan hubungannya Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang campuran udara-uap air dan hubungannya membaca grafik psikrometrik

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL

PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL PERBANDINGAN BIDANG API ISOTHERMAL KOMPOR ENGKEL DINDING API TUNGGAL DAN DINDING API GANDA BERBAHAN BAKAR BIOETHANOL Yusufa Anis Silmi (2108 100 022) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang keberadaanya dialam terbatas dan akan habis. dalam kurun waktu tertentu, yaitu minyak bumi, gas alam, dan

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang keberadaanya dialam terbatas dan akan habis. dalam kurun waktu tertentu, yaitu minyak bumi, gas alam, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Sumber energi ada yaitu sumber energi tidak terbarukan dan sumber energi terbarukan. Sumber energi tidak terbarukan adalah sumber energi yang keberadaanya dialam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1. Instalasi Pengujian Alat pemanas air yang diuji performansinya ditunjukan pada gambar instalasi pengujian di bawah ini. Gambar 4.1 Instalasi pengujian alat pemanas air.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan pembahasan dimulai dari proses pengambilan dan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan meliputi data dan spesifikasi obyek penelitian dan hasil pengujian. Data-data

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER 4.1 Spesifikasi boiler di PT. Kartika Eka Dharma Spesifikasi boiler yang digunakan oleh PT. Kartika Eka Dharma adalah boiler jenis pipa air dengan kapasitas 1 ton/ jam,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR B Y. M A R R I O S Y A H R I A L D O S E N P E M B I M B I N G : D R. B A M B A N G S U D A R M A N T A, S T. M T.

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Bambang (2016) dalam perancangan tentang modifikasi sebuah prototipe kalorimeter bahan bakar untuk meningkatkan akurasi pengukuran nilai

Lebih terperinci

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar. 5 TURBIN GAS Pada turbin gas, pertama-tama udara diperoleh dari udara dan di kompresi dengan menggunakan kompresor udara. Udara kompresi kemudian disalurkan ke ruang bakar, dimana udara dipanaskan. Udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan energi di dunia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk, sementara itu akses energi yang handal dan terjangkau merupakan

Lebih terperinci

Lampiran I Data Pengamatan. 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku

Lampiran I Data Pengamatan. 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku Lampiran I Data Pengamatan 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku No. Parameter Bahan Baku Sekam Padi Batubara 1. Moisture (%) 10,16 17,54 2. Kadar abu (%) 21,68 9,12 3.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH Sampah adalah sisa-sisa atau residu yang dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas. kegiatan yang menghasilkan sampah adalah bisnis, rumah tangga pertanian dan pertambangan

Lebih terperinci

PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN

PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN DADANG SUPRIATMAN STT - JAWA BARAT 2013 DAFTAR ISI JUDUL 1 DAFTAR ISI 2 DAFTAR GAMBAR 3 BAB I PENDAHULUAN 4 1.1 Latar Belakang 4 1.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan. Energi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu energi yang bersumber

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA TEORI KINETIK GAS. Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : XI / II. Nama Kelompok:

LEMBAR KERJA SISWA TEORI KINETIK GAS. Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : XI / II. Nama Kelompok: BAB 3 LEMBAR KERJA SISWA TEORI KINETIK GAS Mata Pelajaran : Fisika Kelas/ Semester : XI / II Nama Kelompok: 1. 2. 3. 4. 5. Kompetensi Dasar: I Mendeskripsikan sifat-sifat gas ideal monoatomik I TEORI KINETIK

Lebih terperinci

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB FLUIDA A. 150 N. 1 BAB FLUIDA I. SOAL PILIHAN GANDA Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan g = 10 m/s 2, tekanan atmosfer p 0 = 1,0 x 105 Pa, dan massa jenis air = 1.000 kg/m 3. dinyatakan dalam meter). Jika tekanan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN CETANE PLUS DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL

PENGARUH PENGGUNAAN CETANE PLUS DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL PENGARUH PENGGUNAAN CETANE PLUS DIESEL DENGAN BAHAN BAKAR SOLAR TERHADAP PERFORMANSI MOTOR DIESEL SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik SABAM NUGRAHA TOBING

Lebih terperinci