ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI SEKITAR KAWASAN WISATA GUNUNG SALAK ENDAH, BOGOR, JAWA BARAT MAHMUDDIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI SEKITAR KAWASAN WISATA GUNUNG SALAK ENDAH, BOGOR, JAWA BARAT MAHMUDDIN"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI SEKITAR KAWASAN WISATA GUNUNG SALAK ENDAH, BOGOR, JAWA BARAT MAHMUDDIN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan di Sekitar Kawasan Wisata Gunung Salak Endah (GSE), adalah benar karya saya dengan arahan dan bimbingan dosen pembimbing yang belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014 Mahmuddin NIM H

3 ABSTRAK MAHMUDDIN. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan di Sekitar Kawasan Wisata Gunung Salak Endah (GSE), Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh NINDIYANTORO. Penduduk Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk sejalan pula dengan meningkatnya kebutuhan akan lahan untuk berbagai kebutuhan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) yaitu dengan model regresi double log dan Microsoft Excel Karakteristik responden dalam menjual lahan adalah didominasi oleh laki-laki, pada usia 45-53, sudah menikah, pekerjaan petani, tingkat pendidikan sekolah dasar, berpendapatan di bawah satu juta rupiah per bulan dan lahan sawah yang umumnya dijual. Motivasi dalam menjual lahan disebabkan oleh keinginan pemenuhan berbagai kebutuhan sehari-hari dan modal usaha dan faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) yaitu luas lahan dan jarak lahan ke jalan raya terdekat. Kata kunci: harga lahan, kawasan wisata GSE, penduduk indonesia

4 ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI SEKITAR KAWASAN WISATA GUNUNG SALAK ENDAH, BOGOR, JAWA BARAT MAHMUDDIN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

5 Judul Skripsi : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan di Sekitar Kawasan Wisata Gunung Salak Endah, Bogor, Jawa Barat Nama : Mahmuddin NIM : H Disetujui oleh Ir. Nindiyantoro, MSP Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Aceng Hidayat. MT Ketua Departemen Tanggal Lulus:

6 Judu! Skripsi: Analisis Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan di Sekitar Kawasan Wisata Gunung Salak Endah, Bogor, Jawa Barat Nama : Mahmuddin NIM : H Disetujui oleh If. Nmdyantoro, MSP Pembimbing Diketahui oleh TanggaJ Lulus: 3 0 JAN 2014

7 PRAKATA Puji syukur ke hadirat Allah SWT penulis ucapkan karena berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 sampai Desember 2012 dengan judul Analisis Faktor yang Mempemgaruhi Harga Lahan di Sekitar Kawasan Wisata Gunung Salak Endah, Bogor, Jawa Barat. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Nindiyantoro, MSP selaku dosen pembimbing, Bapak Novindra, SP, M.Si selaku dosen penguji utama serta Ibu Asti Istiqomah, SP, M.Si selaku dosen perwakilan Departemen ESL. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Purnawirawan H. Rilo Pambudi beserta Ibu Hj. Ida Mukida, Bapak Juanda Kades Gunung Bunder 2, Bapak H. Deden Ahdiyat Kades Gunung Bunder 1, Bapak Sugeng, Bapak Ayatullah, S.Ag, Bapak Hasan, teman-teman ESL 45 serta my beloved Liely. Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga disampaikan kepada Ayahanda H. Muhammad Yusuf dan Ibunda Hafsah (Almh) serta seluruh keluarga besar penulis di Jambi atas doa dan kasih sayangnya. Sebagaimana manusia yang tidak luput dari kesalahan, penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis berharap untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan topik ini dapat menyempurnakan kekurangan yang masih terdapat pada skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, akademisi, pemerintah maupun masyarakat luas. Bogor, Januari 2014 Mahmuddin

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... x I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 3 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Definisi Sumberdaya Lahan Teori Harga Lahan Teori Faktor Lokasi lahan Macam-macam Fungsi Lahan Jenis Hak Kepemilikan Lahan Model Regresi Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Pengertian Teori Permintaan dan Penawaran Lahan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan Kerangka Pemikiran Operasional Membangun Hipotesis IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Data Metode Analisis Data Analisis Deskriptif

9 V VI Adjusment Harga Analisis Regresi Uji Koefisien Determinasi (R2) dana dj-r Uji f Uji t Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Geografis Kondisi Demografi Desa Gunung Bunder I dan I Kondisi Perekonomian Jaringan Transportasi Jaringan Air Bersih Jaringan Listrik Jaringan Telekomonikasi Perekonomian Masyarakat HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Jenis Kelamin Tingkat Usia Status Pernikahan Tingkat Pendidikan Pekerjaan Tingkat Pendapatan Alasan Menjual Lahan Bentuk Lahan Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan Hasil Dengan Model Double-log Faktor-Faktor yang Berpengaruh Nyata dan Tidak Berpengaruh Nyata dengan Menggunakan Model Double log Luas Lahan

10 Jarak Lahan ke GSE Jarak Lahan ke Jalan Raya Terdekat Produktivitas Pertanian Bentuk Lahan Topografi VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 54

11 DAFTAR TABEL 1. Metode Analisis Data Batas-batas Wilayah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Sarana dan Prasarana Hasil Analisis Regresi Model Regresi double-log DAFTAR GAMBAR 1. Pengaruh Jarak Terhadap Biaya Transportasi dan Land Rent Penggunaan Umum Lahan Alokasi Lahan Perkotaan untuk Berbagai Sektor Kurva Bid-Rent Individu Alokasi Lahan Permukiman dengan Preferensi yang Realatif Tinggi terhadap Aksessibilitas Kerangka Pemikiran Flow Chart Adjusment Harga Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Menjual Lahan Karakteristik Responden Berdasarkan Bentuk Lahan DAFTAR LAMPIRAN 1. Hasil Uji Statistik dengan Minitab Peta Desa Gunung Bunder I Peta Desa Gunung Bunder II Contoh SPPT Kuosioner

12 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk Indonesia setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk sejalan pula dengan meningkatnya kebutuhan akan lahan. Meningkatnya jumlah penduduk, maka permintaan terhadap lahan juga mengalami peningkatan untuk bermacam-macam keperluan seperti pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan, permukiman, perkantoran, sarana rekreasi, tempat wisata, arena bermain dan lain sebagainya. Penggunaan lahan oleh manusia terkadang kurang benar akibat ketidaktahuan masyarakat tersebut. Hal ini mendorong timbulnya lahan-lahan kritis yang baru, dengan demikian tentunya diperlukan usaha pengendalian agar lahan mampu berproduksi dengan baik sesuai dengan kemampuannya. Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting agar kelangsungan hidup manusia berjalan. Lahan merupakan input yang diperlukan untuk kegiatan manusia. Secara fisik, lahan merupakan aset yang mempunyai keterbatasan dan tidak dapat bertambah jumlahnya. Walaupan fungsi dan penggunaan lahan (land function and use) dapat berubah, namun lahan tidak dapat dipindahkan karena bersifat tetap. Lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh penurunan nilai dan harga. Harga lahan akan semakin meningkat seiring dengan pemanfaatan lahan yang semakin meningkat pula. Dengan demikian, lahan di suatu wilayah atau daerah akan ditentukan oleh permintaan dan penawaran serta ketersedian jumlah lahan itu sendiri. Masalah lahan muncul akibat dari aktivitas manusia yang mempunyai dampak eksternalitas negatif dan positif. Salah satu masalah lahan di Kabupaten Bogor adalah masalah ketersediaan lahan dan faktor penyebab harga lahan meningkat. Lahan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana untuk membangun suatu tempat tinggal atau permukiman dibutuhkan lahan. Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan besar

13 2 yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunan lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian seperti tegalan, sawah, kebun, hutan produksi, hutan lindung dan lain sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan non-pertanian seperti lahan permukiman, industri, tempat wisata, sarana rekresi dan lain sebagainya. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah yang konversi lahannya terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan harga lahan untuk berbagai keperluan. Daerah yang pada awalanya hanya digunakan sebagai tempat bertani dan bercocok tanam kini beralih fungsi menjadi bangunan-bangunan untuk berbagai keperluan. Kecamatan Pamijahan khususnya Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 merupakan salah satu kawasan pariwisata yang ada di Kabupaten Bogor. Permintaan terhadap sumberdaya lahan terus mengalami peningkatan dengan adanya kawasan pariwisata tersebut. Hal ini disebabkan kawasan pariwisata membutuhkan banyak lahan yang digunakan untuk penunjang fasilitas kawasan tempat wisata tersebut. Kebutuhan lahan di kawasan pariwisata akan semakin meningkat seiring pertumbuhan penduduk yang semakin cepat sebagai sarana penunjang dari kawasan pariwisata tersebut. Penetapan harga suatu lahan juga dapat dipengaruhi karakteristik lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang menganalisis karakteristik masyarakat dalam menjual lahan, motivasi masyarakat dalam melakukan transaksi penjulan lahan serta menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi harga lahan di sepanjang jalan sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). 1.2 Perumusan Masalah Kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) merupakan salah satu tempat wisata yang ada di Kabupaten Bogor. Kawasan pariwisata ini dapat memperlancar dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar karena dengan banyaknya wisatawan yang datang berkunjung. Lahan yang tadinya hanya digunakan untuk usaha pertanian skala kecil atau bahkan dibiarkan begitu saja tanpa ditanami atau dibangun apapun. Jumlah penduduk yang bermukim di kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) cukup besar jumlahnya karena dekat dengan tempat wisata. Selain itu juga sarana dan prasarana transportasi lumayan

14 3 cukup memadai untuk menjangkau tempat wisata tersebut berupa angkutan umum (angkot) serta ojek sepeda motor. Lahan yang tadinya hanya digunakan sebagai tempat tinggal dan investasi jangka panjang berubah fungsi menjadi tempat usaha. Sehingga di sekitar kawasan wisata tersebut banyak dibangun toko-toko, bengkel kendaraan bermotor, toko jajanan, kedai makanan, aneka souvenir, minimarket dan lain sebagainya. Berdasarkan penjelasan tersebut menimbulkan beberapa pertanyaan yang dirumuskan dalam permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik masyarakat dalam menjual lahan yang berada di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE)? 2. Apa saja motivasi penjual dalam melakukan proses transaksi penjualan lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE)? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) tersebut? 1.3 Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang dirumuskan diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat dalam menjual lahan yang berada di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). 2. Mengidentifikasi motivasi penjual dalam melakukan proses transaksi penjualan lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai, maka pembatasan pada ruang lingkupnya adalah analisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE), Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada penelitian ini aspek yang hendak diteliti diasumsikan bahwa wilayah yang berada di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) memiliki tipologi lahan yang sama, harga lahan yang

15 4 dimaksud adalah harga pasar yang diperoleh dari transaksi penjualan, harga lahan yang dinilai adalah lahan yang berada di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE), harga transaksi yang diperoleh dari responden yang melakukan proses transaksi penjualan. Faktor-faktor yang mempengaruhi yang akan dihitung adalah luas lahan, jarak bidang tanah ke kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE), jarak bidang tanah ke jalan raya terdekat, produktivitas pertanian, bentuk lahan dan topografi lahan tersebut.

16 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Definisi Sumberdaya Lahan Hardjowigeno ( 2003) menyatakan bahwa lahan sebagai kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang meliputi tanah yang tersusun dari horizonhorizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara yang merupakan media untuk tumbuhnya tanaman beserta faktor-faktor fisik lingkungannya sepeti lereng, hidrologi, iklim dan sebagainya. Fujita (1989) menyatakan bahwa penggunaan lahan yang optimal tergantung pada fungsi tujuan yang ditentukan. Salah satu teori penggunaan lahan adalah model Herbert- Stevent. Model ini menjelaskan tujuan penggunaan lahan untuk memaksimalkan surplus penggunaan lahan untuk semua model rumah tangga. Model ini dirancang sedemikian rupa sehingga solusinya selalu efisien, dan semua alokasi efisien dapat diperoleh hanya dengan berbagai tingkat utilitas target. Secara fisik lahan merupakan aset ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh kemungkinan penurunan nilai dan harga serta tidak dipengaruhi oleh faktor waktu. Secara fisik pula lahan merupakan asset yang mempunyai keterbatasan dan tidak dapat bertambah besar. Lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, walaupun fungsi dan penggunaan lahan (land use function) dapat berubah tetapi lahannya sendiri bersifat tetap (Sujarto, 1985). Reksohadiprodjo dan Karseno (1985) menjelaskan apabila lahan digunakan bersama-sama dengan faktor produksi lain seperti tenaga kerja, modal dan teknologi akan terjadi bahan pertimbangan tertentu untuk penggunaan tertentu pula. Pemanfaatan lahan sangat menentukan cara-cara masyarakat berfungsi. Lahan yang merupakan sumber dasar atau asal makanan, permukiman serta zat asam harus dimanfaatkan secara baik sehingga menjamin ekosistem yang stabil, membatasi pencemaran udara, menciptakan struktur politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan nasional, dan tidak terbatas pada perkembangan kota-desa saja.

17 Teori Harga Lahan Harga lahan didefinisikan sebagai sejumlah uang yang harus dibayar kepada pemilik lahan atas hak penggunaan suatu unit lahan pada periode waktu tertentu. Harga jual adalah harga yang disanggupi oleh pembeli (willingness to pay) setelah mempertimbangkan sebagai alternatif dan merupakan nilai diskonto dari total nilai sewa di masa mendatang sedangkan biaya kepemilikan lahan adalah fungsi dari harga jual dan harga kontrak. Dalam hal ini, harga lahan (land price) sebagai pengganti istilah nilai lahan (land value) dalam menganalisis masalah ekonomi lahan perkotaan. Istilah harga lahan mencerminkan nilai pasar atas harga kontrak (contract rent), harga jual (sales price) dan biaya kepemilikan (cost of ownership), definisi menurut Alonso (1970) Teori Faktor Lokasi lahan Hadianto (2009) menerangkan beberapa faktor yang dianggap berpengaruh terhadap harga lahan di suatu lokasi atau wilayah yaitu jarak terhadap jalan, drainase, luas tanah, lebar jalan, status jalan, elevasi, kontur dan bentuk tanah. Jarak terhadap jalan merupakan jarak lokasi bidang tanah dengan jalan terdekat yang ada di sekitarnya, baik jalan lokal, jalan kolektor maupun jalan arteri perimer dan sekunder. Hal ini mengindikasikan akses terhadap lokasi objek tanah tersebut. Kontur yang dimaksud adalah bidang tanah berkontur datar, bergelombang atau terasering, sedangkan yang dimaksud dengan bentuk tanah adalah apakan bidang tanah berbentuk normal atau persegi, persegi lima atau trapesiun atau lainnya atau tidak beraturan. Harga suatu lahan juga dipengaruhi oleh luas dan kualitas lahan. Kualitas lahan dapat dilihat dari segi kualitas air, kesuburan dan kandungan mineral di dalam tanah tersebut. Selain itu harga lahan juga dipengaruhi oleh faktor lokasi suatu lahan sebagaimana dijelaskan dalam model Von Thunen. Suparmoko (1997) menerangkan bahwa teori yang dikemukakan oleh Von Thunen berdasarkan tanaman yang dihasilkan oleh daerah-daerah subur dekat pusat pasar dan dikemukakan bahwa sewa lahan lebih tinggi dari daerah-daerah yang lebih jauh dari pusat pasar. Menurut Von Thunen sewa lahan berkaitan dengan perlunya biaya transportasi dari dari daerah yang jauh ke pasar.

18 7 Berdasarkan teori sewa lahan menurut Von Thunen sewa lahan mempunyai hubungan yang terbalik dengan jarak lokasi lahan ke pusat pasar. Semakin jauh jarak lokasi lahan dari pasar akan menyebabkan semakin tingginya biaya transportasi. Besarnya biaya transportasi tersebut memiliki pengaruh terhadap sewa lahan seperti terlihat pada Gambar 1. land rent (Rp) land rent (Rp) P Land rent C Biaya Y K X Keterangan gambar: P = Harga produk (Rp) C = Biaya produk (Rp) K, X = Jarak lahan ke pasar (Km) Gambar 1. Pengaruh Jarak Terhadap Biaya Transportasi dan Land Rent Sumber : Barlowe, Raleigh (1986) Suparmoko (1989) menjelaskan bahwa harga lahan yang berlokasi dekat fasilitas umum akan meningkat. Dengan adanya kegiatan pembangunan, khususnya prasarana umum, akan meningkatkan dan kepuasan yang dapat diberikan oleh satuan luasan lahan, yang diikuti pula dengan meningkatnya pendapatan masyarakat sehingga harga lahan akan meningkat. Lahan yang dekat dengan pasar oleh masyarakat digunakan untuk daerah pusat ekonomi yang akan memberikan pendapatan dan harga sewa yang tinggi untuk berbagai alternatif penggunaan, seperti industri atau penggunaan lainnya yang menguntungkan bagi perekonomian masyarakat sekitar. Sutarjo dalam Astrini (2009) memberikan penjelasan tentang pengaruh kualiatas dan lokasi lahan terhadap harga lahan. Kenaikan harga lahan merupakan suatu konsekuensi dari suatu perubahan penggunaan dan pemanfaatan lahan.

19 8 Pembangunan lahan memerlukan lahan yang luas dan memerlukan komponenkomponen kegiatan fungsional yang mendukung dan bersifat produktif seperti sarana transportasi, pasar, bank dan kondisi jalan akan merupakan suatu hal yang sangat peka terhadap kemungkinan kenaikan harga lahan. Permintaan juga dipengaruhi oleh harga lahan. Penentuan permintaan lahan tersebut adalah selera dan referensi dari konsumen, jumlah penduduk, pendapatan konsumen dan ekspektasi konsumsi terhadap terhadap harga dan pendapatan di masa yang akan datang. Keempat penentu permintaan lahan tersebut berhubungan positif dengan harga lahan. Semakin meningkat penentu permintaan lahan tersebut, maka harga lahan juga akan semakin meningkat (Halcrow, 1992) Macam-macam Fungsi Lahan Menurut FAO (1995) lahan memiliki banyak fungsi yaitu: 1. Fungsi Produksi Sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan, melalui produksi biomassa yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat, bahan baku kayu dan bahan-bahan biotik lainnya bagi manusia, baik secara langsung maupun melalui binatang ternak termasuk budidaya kolam dan tambak ikan. 2. Fungsi Lingkungan Biotik Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terretrial) yang menyediakan habitat biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan, hewan dan jasad-mikro di atas dan di bawah permukaan tanah. 3. Fungsi Pengatur Iklim Lahan dan penggunaannya merupakan sumber (source) dan penyerap (sink) gas rumah kaca dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan dan transformasi dari energi radiasi matahari dan unsur hidrologi global. 4. Fungsi Hidrologi Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air permukaan serta mempengaruhi kualitasnya.

20 9 5. Fungsi Penyimpanan Lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan mineral untuk dimanfaatkan oleh manusia. 6. Fungsi Pengendali Sampah dan Populasi Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, dan pengubah senyawasenyawa berbahaya. 7. Fungsi Ruang Kehidupan Lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri, dan aktivitas sosial seperti olahraga, tempat wisata, rekreasi dll. 8. Fungsi Peninggalan dan Penyimpanan Lahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda-benda bersejarah dan sebagai sumber informasi tentang kondisi iklim dan penggunaan lahan masa lalu. 9. Fungsi Penghubung Sosial Lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan dan produksi serta untuk pemindahan tumbuhan dan binatang antar daerah terpencil dari suatu ekosistem alami Jenis Hak Kepemilikan Lahan Hak atas tanah adalah hak untuk menguasai tanah yang diberikan atas perseorangan, kelompok atau badan hukum. Berdasarkan pasal 22 Undang- Undang Pokok Agraria (UUPA), hal yang menjadi dasar lahirnya hak milik atas tanah adalah menurut hukum adat, karena ketentuan undang-undang dan karena penetapan pemerintah. Menurut pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), sistem penguasaan tanah di Indonesia dapat dibagi menjadi: 1. Hak Milik Seseorang yang memegang sertifikat hak milik mempunyai hak penuh atas tanah dengan batas-batas yang tertera dalam sertifikat. Pemegang sertifikat tanah dengan status hak milik tidak perlu memperpanjang sertifikat hak miliknya dan bisa diwariskan atau diwakafkan. 2. Hak Guna Usaha (HGU) Hak Guna Usaha merupakan penguasaan tanah yang dimiliki negara untuk jangka waktu tertentu, baik untuk keperluan perusahaan, pertanian, perikanan

21 10 dan peternakan. Jangka waktu yang dimaksud adalah paling lama 25 tahun dan dapat diperpanjang 25 tahun setelahnya. 3. Hak Guna Bangunan (HGB) Hak Guna Bangunan merupakan hak untuk mendirikan dan atau memiliki bangunan diatas tanah yang bukan milik sendiri. HGB banyak diberlakukan untuk beberapa komplek perumahan di perkotaan. HGB bisa dipergunakan hingga jangka waktu 30 tahun dan bisa diperpanjang selama 20 tahun setelahnya dengan mempertimbangkan aspek-aspek lain seperti aspek sosial. Tanah dengan status HGB tidak dapat diwakafkan atau diwariskan. Jika ingin mewakafkan HGB harus meningkatkan statusya menjadi hak milik. 4. Hak Pakai Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan atau memanfaatkan, memungut hasil dari tanah yang dikuasai oleh Negara atau pihak lain yang punya wewenang untuk memberikan hak pakai yang kemudian diatur melelui surat perjanjian. 5. Hak Sewa Hak sewa merupakan hak yang dimiliki oleh suatu badan usaha atau individu untuk memanfaatkan tanah yang dimiliki oleh pihak lain untuk pemanfaatan bangunan dengan membayar sejumlah uang sewa kepada pemiliknya. Hak sewa tidak berlaku atas tanah negara. 6. Hak Membuka Lahan Hak untuk membuka lahan merupakan hak atas tanah yang diatur dalam hukum adat. Hak ini hanya bisa didapatkan oleh Warga Negara Indonesia (WNI) dan juga diatur oleh Peraturan Pemerintah (PP). 7. Hak Memungut Hasil Hutan Menggunakan suatu hak memungut hasil hutan secara hukum tidaklah berarti mendapatkan hak milik (right of ownership) atas tanah yang bersangkutan. Hak memungut hasil hutan diatur di dalam hukum adat. 8. Hak-hak lain yang tidak termasuk kedalam hak-hak tersebut diatas yang akan ditetapkan dengan Undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara yang disebutkan dalam pasal 53.

22 Model Regresi Gujarati (2006) menjelaskan bahwa analisis regresi merupakan studi tentang hubungan antara suatu variabel yang disebut variabel tak bebas atau variabel yang dijelaskan dan satu atau lebih variabel lain yang disebut variabel bebas atau variabel penjelas. Variabel yang terletak di sisi kiri persamaan disebut variabel tak bebas (dependent variable), dan variabel yang berada di sisi kanan persamaan disebut variabel bebas (independent variable), atau variabel yang bersifat menjelaskan (explanatory variable). Dalam analisis regresi, sasaran utama adalah menjelaskan perilaku suatu variabel tak bebas sehubungan dengan perilaku satu atau lebih variabel bebas dengan memperhitungkan fakta bahwa hubungan antar semua variabel tersebut bersifat tidak pasti. Secara kuantitatif hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebas atau terikat tersebut dapat kita modelkan dalam suatu persamaan matematik, sehingga kita dapat meramal atau menduga nilai suatu peubah tak bebas bila diketahui nilai peubah bebasnya. Persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antar peubah bebas dan peubah tak bebas (terikat) sering disebut model (persamaan) regresi. Menurut Siregar (2005), langkah-langkah pembuatan persamaan (model) dikenal dengan istilah analisis regresi. Jenis analisis regresi yang sederhana adalah regresi linier. Regresi linier terdiri atas dua jenis yaitu: 1. Regresi Linier Sederhana Model regresi linier sederhana adalah persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara satu peubah bebas (X, independent variable), dan satu peubah tak bebas (Y, dependent variable), dimana dugaan hubungan keduanya dapat digambarkan sebagai suatu garis lurus. 2. Regresi Linier Berganda Model regresi linier berganda adalah persamaan regresi yang terdiri dari satu variabel tak bebas (dependent variable) dan minimal dua variabel bebas (independent variable). Analisis regresi dilakukan apabila jenis variabelnya (variabel bebas dan variabel terikat) terdefinisi dengan jelas. Penentuan nama variabel bebas dan variabel terikat dapat dilakukan secara empiris atau hasil analisis yang cermat,

23 12 atau hasil diskusi dengan pakar. Pada umumnya variabel yang mudah didapat (diukur) dianggap sebagai variabel bebas. Untuk keperluan analisis diperlukan notasi y i untuk variabel terikat, x i untuk variabel bebas (Siregar, 2005). Dalam suatu persamaan regresi sering terdapat variabel yang diukur pada skala nominal. Peubah nominal sering juga dinamakan peubah kuantitatif, sebab dua nilai yang berbeda bagi peubah demikian ini berbeda dalam hal kualitas, bukan kuantitas. Variabel ini biasa disebut sebagai variabel dummy. Variabel dummy adalah salah satu cara untuk melihat efek kualitatif dalam suatu persamaan regresi. 2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Astrini (2009). Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan permukiman adalah luas lahan, akses ke angkutan kota, jarak pasar, kepadatan penduduk, status jalan, fasilitas air, prasarana jalan dan akses ke fasilitas umum. Berdasarkan persepsi responden akan kondisi lingkungan pada wilayah Bogor Utara masalah kualiatas udara lebih banyak terjadi. Sedangkan wilayah Bogor Selatan permasalahan yang terjadi mengenai kualitas air, ancaman longsor, ancaman banjir, dan tingkat kebisingan yang terjadi. Penelitian terdahulu kedua yang dijadikan referensi dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Silalahi (2008) dimana diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi harga lahan adalah luas lahan, kepadatan penduduk, jarak lahan ke jalan, fasilitas air dan NJOP yang dilakukan di Kecamatan Cibinong. Faktor yang mempengaruhi penjual untuk melakukan transaksi penjualan lahannya adalah disebabkan oleh kebutuhan modal usaha dan keinginan untuk membuat tabungan demi kelangsungan hidup.

24 13 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis Pengertian Teori Permintaan dan Penawaran Lahan Harga lahan terjadi akibat permintaan (demand) dan penawaran (supply) dari produsen dan konsumen. Dimana dalam proses transaksi tersebut terjadi harga keseimbangan pasar (market price) yang akan menjadi harga yang berlaku di pasaran. Permintaan dan penawaran terjadi melalui lembaga formal dan lembaga non-formal. Kompetisi penggunaan lahan tersebut mempengaruhi harga lahan. Penggunaan lahan untuk permukiman saling berkompetisi dengan penggunaan lain dan menyebabkan terjadinya perbedaan harga lahan. Penggunaan lahan dapat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tentang rencana tata ruang suatu wilayah. Hal ini berdampak pada perubahan penggunaan lahan dan akan mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap lahan. Peningkatan permintaan terhadap lahan akan menyebabkan terjadinya peningkatan harga lahan dan harga lahan mengalami perubahan. Perubahan harga lahan ini menukjukkan adanya perbedaan terhadap besarnya harga lahan sebelum dan setelah adanya kebijakan pemerintah. Dalam masyarakat modern lahan pada umumnya memberikan keuntungan lebih tinggi digunakan untuk keperluan komersil atau industri (A) jika dibandingkan dengan penggunaan lainnya. Kemudian penggunaan untuk pemukiman (B), lalu diikuti dengan lahan pertanian dan (C), serta peggembalaan (D) seperti terlihat pada gambar 2.

25 14 Penggunaan Komersial dan Industri (A) Zona Transfer dari A ke B Permukiman (B) Zona Transfer dari B ke C Nilai lahan dan sewa Ekonomi Lahan Lahan Pertanian dan Padang Rumput (C) Zona Transfer dari C ke D Padang Penggembalaan (D) Pusat Kota P Q P Q R Kapasitas Penggunaan Lahan Gambar 2. Penggunaan Umum Lahan Sumber : Barlowe, Raleigh (1986) Margin penggunaan lahan untuk komersial dan industri dengan permukiman terjadi di titik P. Pada titik tersebut lebih menguntungkan untuk menggeser ke penggunaan permukiman daripada dilanjutkan untuk penggunaan komersial. Transfer margin lain yang juga nyata adalah di titik Q dimana lebih menguntungkan untuk menggeser ke penggunaan untuk lahan pertanian dan padang rumput daripada dilanjutkan untuk penggunaan permukiman. Sama halnya yang terjadi di titik R dimana menjadi lebih menguntungkan untuk menggeser ke penggunaan padang penggembalaan daripada dilanjutkan untuk penggunaan untuk pertanian dan padang rumput. McCann (2001) menjelaskan bahwa kompetisi penggunaan lahan untuk berbagai sektor berdasarkan beberapa asumsi. Sektor jasa diasumsikan memiliki preferensi yang paling tinggi terhadap akses pasar, sedangkan sektor retail dan distribusi diasumsikan memiliki preferensi yang relatif tinggi terhadap akses antarkota. Sektor tersebut pada umumnya memerlukan penggunaan lahan yang cukup luas. Sementara itu, sektor manufaktur diasumsikan berada antara sektor

26 15 jasa dan sektor retail. Hal ini karena sektor manufaktur membutuhkan akses terhadap kedua sektor tersebut. Diasumsikan juga bahwa pasar persaingan sempurna menjamin keuntungan berada pada titik keseimbangan, yaitu sebesar nol untuk seluruh sektor dapat dilihat pada gambar 3. Rent/m 2 W Kurva Bid-Rent sektor jasa Kurva Bid-Rent sektor manufaktur Kurava Bid-Rent sekror retail X Y Z ra M d (jarak dalam meter) ds dm dr lahan perkotaan lahan pertanian Gambar 3. Alokasi Lahan Perkotaan untuk Berbagai Sektor Sumber : McCann (2001) Gambar 3 juga menunjukkan bahwa sektor jasa mendominasi wilayah pusat kota dengan jarak ds dari titik M. sektor manufaktur mendominasi wilayah di sekitar pusat kota, yaitu antara ds dan batas dm. sementara itu sektor retail dan distribusi mendominasi area antara dm dan batas dr dari titik M. Kurva WXYZ menunjukkan gradien sewa lahan perkotaan dipengaruhi oleh jarak. Gradien sewa lahan tersebut dutunjukkan oleh kurva sewa lahan tertinggi dari setiap sektor penggunaan lahan. Kurva tersebut menunjukkan bahwa gradien sewa lahan cembung terhadap pusat kota (titik M). Hal ini memiliki arti bahwa sewa lahan akan menurun jika lahan semakin jauh dari pusat kota.

27 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan Penetapan harga lahan diperoleh dari penjumlahan sifat intrinsik yang dimiliki suatu lahan. Penetapan harga lahan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh sifat fisik lahan, tetapi juga dipengaruhi oleh aspek lainnya seperti aspek lokasi, sosial, ekonomi, kependudukan dan lingkungan. Besarnya harga lahan tergantung pada luas lahan itu sendiri. Secara empiris, semakin luas lahan yang ditransaksikan, maka harga lahan per m 2 akan lebih tinggi jika dibandingkan luas lahan yang kecil (Hadianto, 2009). Berdasarkan teori lokasi Von Thunen, lahan yang berada dekat dengan pusat pasar akan memiliki sewa yang lebih tinggi dibandingkan lahan yang berada jauh dari pusat pasar. Begitu juga dengan lokasi lahan terhadap sarana umum. Semakin dekat suatu lahan dengan sarana umum, permintaan terhadap lahan tersebut akan semakin tinggi sehingga harga lahan akan meningkat yang dekat dengan sarana umum. Teori lokasi lahan juga dapat ditunjukkan menurut McCann (2001) yang menjelaskan bahwa dalam rangka membangun sebuah kurva Bid-Rent, diasumsikan bahwa titik M merupakan pusat bisnis atau pusat kota. Sementara itu d merupakan jarak yang harus ditempuh seseorang dari permukiman menuju tempat kerja/pusat kota. Selain itu, diasumsikan bahwa perjalanan seseorang menuju titik M akan menimbulkan biaya transportasi. Model Bid-Rent dapat menunjukkan jarak permukiman dari pusat kota. Secara empiris, jika jarak permukiman semakin jauh dari pusat kota, maka sewa lahan akan lebih rendah karena semakin besarnya biaya transportasi yang harus dikeluarkan seseorang untuk menuju pusat kota tersebut. Beberapa kurva Bid-Rent individu dapat menunjukkan tingkat utilitas yang berbeda dengan individu lainya. Perbedaan utilitas tersebut disebabkan oleh kendala anggaran yang dimiliki setiap individu. Dimana tingkat utilitas masingmasing individu akan berbeda untuk setiap tingkat pendapatan. Perbedaan tingkat utilitas U individu yang digambarkan oleh kurva Bid-Rent BR1, BR2 dan BR3 dimana kurva BR3 menunjukkan tingkat utilitas tertinggi, atau dapat ditulis dengan U(BR1)<U( BR2)<U( BR3). Pernyatan tersebut ditunjukkan pada gambar 4.

28 17 Rent/m 2 BR1 BR2 BR3 M d (jarak dalam meter) Gambar 4. Kurva Bid-Rent Individu Sumber : McCann (2001) McCann (2001) juga menjelaskan alokasi lahan permukiman dengan preferensi yang relatif tinggi terhadap asessibilitas. Dalam kondisi tertentu, elastisitas pendapatan terhadap permintaan asksessibilitas lebih tinggi dibandingkan elastisitas pendapatan terhadap permintaan ruang. Kelompok dengan pendapatan tinggi akan lebih memilih untuk tinggal di pusat kota. Sedangkan kelompok dengan pendapatan menengah akan memilih untuk tinggal di daerah yang berdekatan dengan pusat kota. Hal ini berdasarkan elastisitas pendapatan masing-masing kelompok terhadap permintaan asksessibilitas. Kondisi ini dapat dilihat pada gambar 5.

29 18 Rent/m 2 W Kurva Bid-Rent untuk berpendapatan tinggi Kurva Bid-Rent untuk berpendapatan menengah Kurav Bid-Rent untuk berpendapatan rendah M d (jarak dalam meter) dh dm d1 Gambar 5. Alokasi Lahan Permukiman dengan Preferensi yang Relatif Tinggi Sumber : McCann (2001) Terhadap Aksessibilitas Gambar tersebut menunjukkan bahwa kelompok yang memiliki pendapatan tinggi akan memilih tinggal di daerah yang memiliki jarak sebesar dh dari pusat kota M. Kelompok yang berpendapatan menengah akan tinggal di daerah yang berdekatan dengan perbatasan dh. Jarak lahan permukiman kelompok yang berpendapatan menengah adalah sebesar dm dari pusat kota M. Sementara itu kelompok yang berpendapatan rendah akan menempati wilayah pinggir kota yang memiliki jarak sebesar d1 dari puast kota M. Semakin dekat dengan pusat kota maka harga lahan semakin tinggi jika dibandingkan harga lahan yang jauh dari pusat kota. Hal ini karena aksessibilitas terhadap lahan tersebut. Faktor lain yang dapat mempengaruhi harga lahan yaitu status lahan, jarak bidang ke jalan raya, status jalan, bentuk lahan dan topografi lahan. Lahan yang sudah memiliki sertifikasi hak milik secara teori memiliki harga yang lebih tinggi jika dibandingkan lahan yang belum memiliki sertifikasi hak milik. Jarak bidang lahan dari jalan raya dan status jalan raya tersebut juga menyebabkan perbedaan pada penetapan harga lahan. Lahan yang terisolir secara alami, akibat akses menuju lahan yang tidak memadai, dapat direkayasa dengan pembangunan jalan raya yang dapat menjadikan lahan terbuka dari isolasi sehingga memiliki akses

30 19 terhadap kawasan lain yang lebih maju. Hal ini akan mendorong mobilitas penduduk dan aktivitas yang menyertainya sehingga meningkatkan harga lahan. Harga lahan lebih tinggi jika lahan dekat dengan jalan arteri. Bentuk lahan dan topografi lahan juga memiliki faktor penentu dalam penetapan harga lahan. Lahan yang memiliki bentuk segiempat memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan lahan dengan bentuk lainnya. Begitu juga dengan lahan yang bertopografi datar memiliki harga lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang bertopografi bergelombang bahkan miring. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) merupakan salah satu tempat wisata yang ada di Kabupaten Bogor, dengan adanya tempat wisata ini dapat memperlancar dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, karena dengan banyaknya wisatawan yang datang berkunjung. Hal ini juga diikuti oleh peningkatan permintaan terhadap lahan di sepanjang akses menuju kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). Oleh karena itu, dilakukan penelitian dengan tujuan mengidentifikasi karakteristik masyarakat dalam menjual lahan dan mengidentifikasi motivasi masyarakat dalam menjual lahan. Selain itu juga, penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) sehingga dapat diidentifikasi faktor-faktor yang paling menentukan tinggi rendahnya nilai perubahan harga lahan yang terjadi. Penilaian harga lahan berdasarkan market price, diharapkan dapat menghindari terjadinya spekulasi harga lahan terutama dalam masalah pembangunan publik. Selain itu, juga diharapkan dapat menjadi masukan dalam perumusan kebijakan pemerintah kedepannya. Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner kepada responden kemudian dihitung dan dianalisis dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari kantor desa setempat. Harga lahan yang diperoleh dikonversi atau diselaraskan terlebih dahulu sehingga menjadi comparable. Hasil adjustment harga lalu dibandingkan dan dianalisis besarnya perbandingan harga lahan beberapa tahun ke belakang dengan tahun sekarang. Hasil adjustment harga kemudian juga dianalisis dengan regresi

31 20 model double log untuk mengidenifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). Setelah melakukan analisis terhadap perubahan harga lahan dan faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE), dapat dirumuskan rekomendasi bagi instansi/pemegang kebijakan yang terkait kebijakan sumberdaya lahan dan Rencana Tata Ruang Wilayah. Kerangka pemikiran penelitian ini berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan sebagai berikut ini:

32 21 Wisata Gunung Salak Endah (GSE) Jumlah penduduk meningkat Demand SD lahan meningkat Harga SD lahan meningkat Peningkatan harga lahan disebabkan demand SD lahan yang meningkat Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat dalam menjual lahan yang berada di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). 2. Mengidentifikasi motivasi penjual dalam melakukan proses transaksi penjualan lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). 3. Mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) Harga Lahan 1. Adjusment Harga 2. Harga Transaksi Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan Analisis Regresi Model double Log Simpulan dan Saran Gambar 6. Kerangka Pemikiran

33 Hipotesis Berdasarkan teori dan kajian peneliti terdahulu tentang harga lahan, maka disusun hipotesis sebagai berikut di bawah ini: 1. Luas lahan diduga mempunyai hubungan negatif terhadap harga lahan, jika lahan semakin luas, maka harga lahan per m 2 akan mengalami penurunan. 2. Jarak bidang tanah ke kawasan tempat wisata Gunung Salah Endah (GSE) diduga mempunyai hubungan negatif dengan harga lahan, semakin dekat maka akan meningkatkan harga lahan. 3. Jarak bidang tanah ke jalan raya terdekat diduga mempunyai hubungan negatif dengan harga lahan. Jarak lahan yang semakin dekat dengan jalan raya akan meningkatkan harga. 4. Produktivitas diduga mempunyai hubungan yang positif dengan harga lahan. Semakin besar hasil produksi suatu lahan maka akan meningkatkan harga lahan tersebut. 5. Bentuk lahan diduga mempunyai hubungan positif dengan harga lahan. Jika lahan berbentuk segi empat, maka harga lahan akan semakin tinggi dibandingkan harga lahan dengan bentuk lainnya. 6. Topografi lahan diduga mempunyai hubungan positif terhadap harga lahan. Semakin datar topografi lahan, maka harga lahan akan semakin tinggi pula.

34 23 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di jalur jalan sepanjang kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) yang terletak Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan memperhatikan bahwa daerah ini merupakan kawasan yang menjadi tujuan tempat wisata dan berpengaruh terhadap peningkatan harga lahan di kawasan tersebut. Adapun pengambilan data dilakukan pada bulan Oktober - Desember Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung seperti wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada responden. Wawancara dilakukan dengan menanyakan langsung kepada responden dan pihak-pihak yang terkait dengan tujuan penelitian ini. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dari instansi-instansi dan literatur yang terkait dengan tujuan penelitian ini. Data sekunder yang digunakan juga meliputi peta, data administrasi desa, perundang-undangan yang berkaitan dengan data penelitian dan data lain yang relevan serta mendukung dengan tujuan penelitian ini. Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 Kecamatan Pamijahan. Data sekunder ini digunakan untuk melengkapi data primer yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. 4.3 Metode Pengambilan Data Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling (sampel acak sederhana) terhadap tanah yang telah dilakukan transaksi penjualan lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). Cara pengambilan sampelnya yaitu dengan cara mengetahui informasi lebih

35 24 dahulu jumlah populasi yang pernah melakukan transaksi penjualan lahan. Informasi didata kemudian diacak dengan cara diundi atau random. Penggunaan sampel ini bertujuan untuk dapat mewakili karakteristik populasi. Sampel yang diambil adalah dari responden yang telah melakukan transaksi penjualan lahan antara tahun 2008 hingga tahun 2012 di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). Daerah pengambilan sampel meliputi dua desa yaitu Desa Gunung Bunder dan Desa Gunung Bunder 2. Jumlah sampel yang diambil masing-masing 30 responden. 4.4 Metode Analisis Data Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan Minitab 16. Metode analisis data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut dalam tabel 1. Tabel 1. Metode Analisis Data No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data 1 Mengidentifikasi Hasil dari karakteristik masyarakat pengolahan data dalam menjual lahan dengan yang berada di sekitar Microsoft exell kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). 2 Mengidentifikasi motivasi penjual dalam melakukan proses transaksi penjualan lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). 3 Mengidentifikasi faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) Hasil dari pengolahan data dengan Microsoft exell Nilai koefisien dari luas lahan, jarak bidang tanah ke kawasan wisata GSE, jarak bidang tanah ke jalan raya terdekat, produktivitas pertanian, bentuk lahan dan topografi lahan. Wawancara data Primer Wawancara data primer Wawancara dan data Sekunder. Metode Analisisi Analisis dengan Microsoft Exell dan analisis deskriptif Analisis dengan Microsoft Exell dan analisis deskriptif Analisis regresi double log dan analisis deskriptif.

36 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif diperlukan dalam melakukan analisis data dengan menggunakan berbagai cara misalnya dengan menampilkan grafik, diagram serta rekapitulasi data dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif bersifat eksploratif berupaya menelusuri dan mengungkapkan struktur dan pola data tanpa mengaitkan secara kaku asumsi-asumsi tertentu (Juanda, 2007). Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan karakteristik atau perilaku suatu populasi dengan cara yang sistematis dan akurat. Analisis deskriptif yang digunakan pada penelitian ini digunakan untuk menggambarkan harga lahan yang terjadi dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan yang terjadi di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE). Sehingga hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk yang lebih jelas dan mudah untuk dipahani serta dimengerti oleh orang lain Adjusment Harga Hadianto (2009), adjustment harga sangat diperlukan agar data yang diperoleh memiliki satuan yang sama sehingga dapat diperbandingkan (comparable). Adjustment harga diperlukan terhadap tiga faktor, yaitu faktor waktu, jenis transaksi dan status hak kepemilikan lahan. Adjustment terhadap faktor waktu merupakan penarikan setiap harga kedalam harga tahun dilakukan pemodelan. Adjustment terhadap jenis transaksi merupakan penarikan setiap harga lahan ke dalam jenis transaksi jual beli. Jika terdapat harga lahan berupa harga penawaran, maka penawaran pasar sangat penting untuk dilakukan. Data penawaran tersebut perlu di-adjust terhadap jenis transaksinya menjadi transaksi jual beli. Untuk memperoleh besarnya nilai persentase perbedaan harga lahan bedasarkan jenis transaksinya, diperlukan beberapa perbandingan data harga lahan berupa harga penawaran dan harga jual beli lahan yang memiliki karakteristik yang sama. Nilai persentase perbedaan tersebut kemudian dikaitkan dengan harga penawaran yang diperoleh. Sementara adjustment terhadap hak kepemilikan merupakan penarikan setiap harga kedalam status hak milik. Tahapan adjustment yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :

37 26 Pengambilan Data Primer (Survey) Data Harga Lahan Adjusment Harga Perhitungan Harga Lahan Status Hak Transaksi Waktu Tidak Comparable Ya Harga Lahan (Rp/m 2 ) Hasil harga lahan dengan adanya kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) Gambar 7. Flow Chart Adjusment Harga

38 Analisis Regresi Analisis regresi digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan. Analisis ini digunakan untuk membuat model pendugaan terhadap nilai-nilai parameter yang menjelaskan hubungan antar variabel penjelas dan variabel respon. Model regresi yang digunakan adalah regresi berganda dengan model double log. Parameter regresi diduga dengan menggunakan metode pendugaan OLS (Ordinary Least Squere). Adapun sifatsifat OLS menurut Gujarati (2003), penarikan OLS tidak bias, penaksiran OLS mempunyai varian yang minimum, konsisten, efisien dan linier. Medel double log dengan menggunkan metode pendugaan OLS, dimaksudkan untuk melihat model pendugaan secara statistik. Salah satu ciri dari model double log yaitu koefisien kemiringan nilai, koefisien dugaan mengukur elastisitas variabel tak bebas dengan variabel bebas. Persamaan double log dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut: Ln Y=β0 β 1 LnX 1 - β 2 LnX 2 - β 3 LnX 3 + β 4 D 4 + β 5 D 5 + β 6 D 6 + εi Keterangan: Y = Harga lahan (Rp/meter persegi) Β = Intersep X 1 = Luas lahan (meter persegi) X 2 = Jarak bidang tanah ke GSE (meter) X 3 = Jarak bidang tanah ke jalan raya (meter) X 4 = Produktivitas Pertanian (ton/hektar/tahun) D 5 = Bentuk lahan Segiempat=1; jika lainnya=0 D 6 = Topografi lahan, Topografi datar=1; jika lainnya=0 εi= Error term faktor lain yang turut menentukan harga lahan Dalam analisis regresi, evaluasi terhadap model perlu dilakukan untuk mengetahui apakah model yang telah dihasilkan adalah baik. Terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi model ekonometrika yaitu kriteria ekonomi, kriteria statistik, dan kriteria ekonometrika. Model yang dievaluasi berdasarkan kriteria ekonomi akan dilihat tanda dan besaran tiap

39 28 koefisien dugaan yang diperoleh. Kriteria ekonomi mensyaratkan tanda dan besaran yang terdapat pada tiap koefisien dugaan sesuai dengan teori ekonomi. Berdasarkan kriteria statistik, akan dilihat besarnya nilai koefisien determinasi (R 2 ), R 2 adjust, nilai uji f dan uji t. Pengujian terhadap kriteria ekonometrika adalah berdasarkan pada pelanggaran asumsi dalam metode OLS. Penyimpangan yang terjadi terhadap asumsi BLUE (Blue Linier Unbiased Estimator) akan menyebabkan estimasi terhadap nilai yang diukur menjadi tidak valid. Pada kriteria ekonometrika yang digunakan adalah dengan melihat adanya multikolieritas dan heteroskedastisitas. Gujarati (2006) menjelaskan serangkaian evaluasi model yang dapat dilakukan sebagai berikut : Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) dan R 2 adjust Nilai determinasi diinterpretasikan sebagai proporsi total keragaman Y yang dapat dijelaskan oleh model regresi X dan Y. Nilai R 2 berkisar antara 0 dan 1. Makin besar R 2 makin cocok hubungan regresi yang menggambarkan pola hubungan X dan Y. Nilai R 2 = 1 menunjukkan bahwa variabel X memiliki kecocokan sempurna dengan variabel Y. Jika nilai R 2 bernilai nol, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara X dan Y. Rumus menghitung R 2 adalah sebagai berikut: R 2 = Keterangan: JKR = Jumlah Kuadran Regresi JKT = Jumlah Kuadran Total Nilai R 2 adjust secara umum mempunyai karakteristik yang diinginkan sebagai ukuran goodness of fit (kebaikan dari kesesuaian model) daripada R 2. Jika variabel baru ditambahkan kedalam model R 2 selalu naik, tetapi R 2 adjust dapat naik dapat turun. Oleh karena itu, lebih disarankan untuk mennggunakan nilai R 2 adjust. Nilai R 2 adjust dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut: R 2 adjust = 1 (1 R 2 )[(n 1)/(n k)]. Nilai R 2 adjust tidak akan pernah melebihi nilai R 2 bahkan bisa turun jika ditambahkan variabel bebas yang tidak perlu. Nilai R 2 adjust dapat bernilai negatif jika model memiliki kecocokan yang sangat rendah.

40 Uji f Uji f dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersamaan berpengaruh nyata pada variabel bebasnya. F hit dalam uji f dihitung dengan menggunakan Minitab 16. Sedangkan f tabel dihitung dengan menggunakan rumus. Rumus menghitung f tabel adalah sebagai berikut: f tabel = fk, n-k-i, α. Teknik pengambilan keputusan sebagai berikut: Tolak Ho jika f hit > f tabel atau p-value < α (taraf nyata). Hal ini berarti terdapat minimal satu parameter tidak nol dan berpengaruh nyata terhadap keragaman variabel bebas. Terima Ho jika f hit < f tabel atau p-value > α (taraf nyata). Hal ini berarti bahwa secara bersamaan variabel yang digunakan tidak dapat menjelaskan keragaman dari variabel tak bebas secara nyata Uji - t Uji-t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh terhadap variabel terikat. Uji ini juga dilakukan untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis dan membuktikan apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara statistik. Hipotesis: Ho : β = 0 H1 : β 0 Statistik uji: t hit = b - β Sb Hasil t hit dihitung berdasarkan ttabel (t tabel = tα/2(n-2)) Keterangan: B = Koefisien regresi parsial sampel Β = Koefisien regresi parsial populasi Sb = Simpangan baku koefisien dugaan Teknik pengambilan keputusan sebagai berikut: Tolak Ho jika t hit > t tabel atau p-value < α (taraf nyata). Hal ini berarti variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya.

41 30 Terima Ho jika t hit < t tabel atau p-value > α (taraf nyata). Hal ini berarti variabel bebas yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya Uji Multikolinieritas Salah satu asumsi dari model regresi berganda adalah bahwa tidak ada hubungan linier sempurna antar peubah bebas dalam model. Jika hubungan tersebut ada, berarti terdapat multikolinieritas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolineritas ganda sempurna sehingga tidak mungkin diperoleh dugaan parameter koefisiennya. Pengujian ada tidaknya hubungan multikolinieritas dalam sebuah model dapat diketahui dengan uji Marquardt dan dapat dilihat dari nilai VIF (Varian Inflation Factor) pada masingmasing variabel bebas. Jika nilai VIF kurang dari 10 menunjukkan bahwa persamaan tersebut tidak mengalami multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah terjadi pelanggaran terhadap asumsi homoskedastisitas atau varian yang sama. Jika varian tidak sama, maka dapat disimpulkan terdapat masalah heteroskedastisitas. Jika terjadi heteroskedastisitas akibatnya pendugaan OLS tidak efisien lagi. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik residual terhadap fitted values pada output Minitab 16. Apabila titik-titik sebaran pada grafik tersebut menyebar secara acak, maka tidak ada masalah heteroskedastisitas.

42 31 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Kondisi Geografis Penelitian ini di fokuskan hanya pada Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 Kecamatan Pamijahan yang berada di Kabupaten Bogor. Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 dengan kondisi bentangan alam dataran tinggi yang berada di Gunung Salak dengan keadaan lahan dataran, lahan tegalan dan lahan pegunugan. Adapun luas wilayah Desa Gunung Bunder 1 adalah hektar dan Desa Gunung Bunder 2 adalah hektar dengan batas wilayah : Tabel 2. Batas-batas Wilayah No Batas Wilayah Gn Bunder 1 Gn Bunder 2 1 Sebelah Utara Ds. Cibening Ds. Gn. Bunder 1 2 Sebelah Selatan Ds. Gn. Bunder 2 Perum Perhutani 3 Sebelah Barat Ds. Gn. Picung Ds. Gn. Picung 4 Sebelah Timur Ds. Tapos Ds. Tapos Sumber : Ds. Gn. Bunder 1 dan Ds. Gn. Bunder 2 (2012) Dalam program pengembangan wilayah Kecamatan Pamijahan daerah Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 merupakan salah satu tujuan wisata di Kabupaten Bogor. Kedua desa ini masih merupakan daerah yang sedang berkembang dengan sektor utama komoditi pertanian sebagai mata pencaharian penduduknya. Sebagai wilayah yang berbasis pertanian wilayah ini mampu memproduksi tanaman padi sebagai komoditi utama dan tanamam pangan palawija berupa: singkong, ubi jalar, kacang panjang, kacang tanah, mentimun, kacang kedelai, jagung dll. Sedangkan tanaman buah-buahan yang diandalkan berupa: pepaya, pisang, bengkuang, pala dll. 5.2 Kondisi Demografi Desa Gunung Bunder 1 dan 2 Secara administrasi pemerintahan, Desa Gunung Bunder 1 terdiri dari 8 RW, 35 RT, dan KK. Jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Sektor usaha masyarakat Gunung Bunder 1 tidaklah berbeda dengan sektor lapangan usaha yang berada di desa lainnya.

43 32 Sedangkan secara administrasi pemerintahan, Desa Gunung Bunder 2 terdiri dari 6 RW, 36 RT, dan 2394 KK. Jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Sektor usaha masyarakat Gunung Bunder 2 tidaklah berbeda dengan sektor usaha masyarakat Gunung Bunder 1. Tiap sektor lapangan usaha selalu berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut. Tabel 3. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Ds. Gn. Bunder 1 (orang) Ds. Gn. Bunder 2 (orang) 1 Petani a) Petani Pemilik Tanah b) Petani Penggarap Tanah c) Buruh Tani Pengusaha Pengrajin Industri Kecil Pertukangan Pegawai Negeri Sipil TNI/POLRI Pensiunan/ Purnawirawan 3 9 Sumber : Ds. Gn. Bunder 1 dan Ds. Gn. Bunder 2 (2012) 5.3 Kondisi Perekonomian Kondisi perekonomian masyarakat Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 termasuk kedalam golongan ekomoni rendah dan menengah, karena sektor pekerjaan yang masyarakat geluti rata-rata berupa pertanian dan dari jumlah total penduduk mata pencaharian didominasi oleh petani. Sarana dan prasarana dalam pengembangan pembangunan berperan sebagai pengaruh pembentuk tata ruang wilayah. Pengembangan sarana dan prasarana tersebut meliputi ketersedian transportasi, pengairan, jaringan listrik, telekomonikasi dan permukiman warga Jaringan Transportasi Sarana transportasi merupakan sarana yang memegang peranan penting dalam pembangunan di suatu daerah. Pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan merupakan faktor penunjang perekonomian masyarakat sebagai sarana

44 33 penghubung mereka ke tempat pemasaran dan tempat lainnya. Berkaitan dengan hal tersebut, jaringan transportasi yang ada di Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 kurang begitu baik. Kondisi jalan yang kurang begitu baik, namun hanya jalan jalur wisata saja yang beraspal, sedangkan jalan- jalan di desa masih berupa jalan berbatu kerikil. Angkutan umum yang menghubungkan Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 dengan daerah-daerah lainnya berupa angkutan desa, kendaraan roda 2 (ojek). Untuk Desa Gunung Bunder 2 ada trayek angkutan umum khusus yang mengantarkan ke pasar Leuwiliang, sedangkan untuk Desa Gunung Bunder 1 juga ada khusus trayek angkutan umum yang mengantarkan penumpangnya ke Kota Bogor (Terminal Laladon). Tabel 4. Sarana dan Prasarana No Jenis Sarana Ds. Gn. Bunder 1 Ds. Gn. Bunder II dan Prasarana (Km atau Unit) (Km atau Unit) 1 Jalan Desa/Kelurahan a. Jalan Sirtu 5 Km 5.8 Km b. Jalan Semen/Beton 3.2 Km Km 2 Jalan Kecamatan 8.7 Km 10 Km 3 Jalan Kabupaten 451 Km 453 Km 4 Jalan Provinsi 148 Km 150 Km 5 Jembatan Desa/Kelurahan a. Jembatan Beton 6 unit 4 unit b. Jembatan Kayu 3 unit 2 unit 6 Prasarana Angkutan Darat a. Pangkalan Ojek 7 buah 4 buah b. Pangkalan Angkot 1 buah Sumber : Ds. Gn. Bunder 1 dan Ds. Gn. Bunder 2 (2012) Jaringan Air Bersih Fasilitas air bersih merupakan kebutuhan yang mendasar bagi masyarakat perkotaan dan pedesaan. Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 dalam pemenuhan kebutuhan air bersih didapat langsung dari mata air pegunungan dan sumur- sumur yang dibuat oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan untuk Mandi Cuci Kakus (MCK) sebagian besar masyarakat Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 menggunakan air yang berasal dari mata air pegunungan.

45 Jaringan Listrik Pelayanan jaringan listrik PLN telah menjangkau hampir seluruh wilayah Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2, namun tidak semua masyarakat menggunakan jaringan listrik PLN tersebut. Hal ini karena biaya pembelian alat pemasangan listrik yang dinilai cukup mahal oleh warga, sehingga masyarakat enggan menggunakan listrik PLN. Jaringan listrik PLN sayangnya tidak bekerja sebagaimana mestinya. masih banyak jalan umum desa yang minim penerangan waktu malam hari. Hal ini dikarenakan minimnya lampu yang dipasang di jalan-jalan oleh pihak PLN. Selain itu juga kesadaran masyarakat yang rendah akan menjaga keberadaan fasilitas yang diberikan pihak PLN Jaringan Telekomunikasi Sarana dan prasarana telekomonikasi masyarakat pada umumnya dilayani oleh provider-provider yang ada di Indonesia. Masyarakat Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2 pada umumnya sudah menggunakan telepon genggam (handphone) sebagai alat komunikasi untuk kebutuhan komunikasi jarak jauh sehari-hari dan untuk pos dan giro dilayani oleh Kantor Pos dan giro yang berada di Kantor Pos Desa Cibatok Perekonomian Masyarakat Krisis ekonomi telah membawa dampak yang cukup serius bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder 2. Kondisi ini berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari menurunya kemampuan menyekolahkan anak usia sekolah, menurunya derajat kesejahteraan masyarakat dan jumlah penduduk miskin meningkat tiap tahunnya, daya beli masyarakat menurun dan pengangguran meningkat setiap tahunnya. Berbagai upaya kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk memberdayakan masyarakat di segala bidang telah dilaksanakan. Adapun program-program yang telah dilaksanakan pemerintah dalam bidang pendidikan adalah: program BOS, KBBS dari provinsi Jawa Barat, pemberdayaan PLS, pemberian beasiswa dan lain-lain. Dibidang kesehatan pemerintah melakukan

46 35 program seperti: pemberian Askes Gakin, pemberdayaan posyandu, pemberdayaan kesehatan dan lain-lain, dan dibidang peningkatan daya beli dengan program seperti penciptaan lapangan pekerjaan, pemberian BLT dan lain sebagainya.

47 36 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Jenis Kelamin Berdasarkan hasil pengambilan responden sebanyak 60 orang diketahui bahwa 80,00 persen atau sebesar 48 orang berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 20,00 persen atau sebesar 12 orang berjenis kelamin perempuan. Hasil ini menujukan bahwa rata-rata masyarakat yang melakukan transaksi penjualan lahan berjenis kelamin laki-laki, yang artinya keinginan laki-laki untuk menjual lahan lebih besar daripada perempuan. Perempuan 20% Sumber: Data Primer, Diolah (2013) Gambar 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tingkat Usia Tingkat usia responden cukup bervariasi dengan distribusi usia antara 27 tahun sampai 90 tahun. Rata-rata kisaran usia tahun atau sebanyak 25 persen responden yang mendominasi untuk melakukan transaksi penjualan lahan. Hal ini menujukan tingkat usia juga berpengaruh dalam keputusan responden menjual lahan. Perbandingan persentase tingkat usia responden dapat dilihat pada Gambar 9. Laki-laki 80%

48 % % % % % % Sumber: Data Primer, Diolah (2013) Gambar 9. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Status Pernikahan Pada penelitian ini sebagian besar responden yaitu sebanyak 98,00 persen atau 59 orang memiliki status pernikahan yang sudah menikah. Hal ini disebabkan masyarakat yang sudah berkeluarga atau sudah menikah memiliki kebutuhan hidup yang cukup banyak untuk keperluan sehari-hari, sehingga mereka cenderung untuk melakukan transaksi penujalan lahan. Perbandingan persentase status pernikahan responden ditampilkan pada Gambar 10. Belum Menikah 2% % menikah 98% Sumber: Data Primer, Diolah (2013) Gambar 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden (berdasarkan pendidikan formal yang dijalani) cukup bervariasi. Perbandingan tingkat pendidikan responden disajikan pada Gambar 11.

49 38 SMA 22% PT 7% Tidak Sekolah 23% Sumber: Data Primer, Diolah (2013) Gambar 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa sebanyak 36,00 persen responden menjalani pendidikan selama 6 tahun (SD), dan 23,00 persen tidak bersekolah. Hal ini menujukan bahwa tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi terhadap keputusan dalam menjual lahan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka keputusan untuk menjual lahan akan semakin rendah Pekerjaan Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini sebagian besar merupakan petani yaitu sebesar 39,00 persen atau sebanyak 23 orang. Responden pedagang sebesar 27,00 persen atau sebanyak 16 orang. Maka kecenderungan petani dan pedagang lebih tinggi untuk menjual lahan untuk berbagai keperluan dibandingkan lainnya. Dengan demikian jenis pekerjaan juga berpengaruh dalam keputusan seseorang untuk menjual lahan. Perbandingan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Gambar 12. SMP 12% SD 36% PNS 18% Wiraswasta 8% Buruh IRT 5% 3% Pedagang 27% Sumber: Data Primer, Diolah (2013) Petani 39% Gambar 12. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

50 Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan responden cukup bervariasi. Tingkat pendapatan responden kisaran kurang dari Rp ,00 yakni 47,00 persen atau sebanyak 28 orang responden mendominasi dalam penjualan lahan. Semakin rendah pendapatan seseorang dalam rumah tangga maka semakin tinggi kecenderungan mereka untuk melakukan transaksi penjualan lahanyang dimiliki. Persentase tingkat pendapatan responden ditunjukkan pada Gambar 13. 1,5jt-2jt 18% 2jt-2,5jt 3% <1jt 47% Sumber: Data Primer, Diolah (2013) Gambar 13. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Alasan Menjual Lahan Penelitian ini sebagian besar alasan responden menjual lahan untuk keperluasn sehari-hari yaitu 48,00 persen atau sebanyak 29 orang. Alasan responden menjual lahan untuk Modal usaha yaitu 45,00 persen atau sebanyak 27 orang. Alasan responden menjual lahan untuk pelebaran jalan yaitu 7,00 persen atau sebanyak 4 orang. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan rata-rata masyarakat yang melakukan transaksi penjulan lahan hasilnya dipergunakan untuk keperluan sehari-hari. Persentase jumlah alasan menjual lahan dapat dilihat pada Gambar 14. 1jt-1,5jt 32%

51 40 Pelebaran jalan 7% Modal usaha 45% Keperluan Seharihari 48% Sumber: Data Primer, Diolah (2013) Gambar 14. Karakteristik Responden Berdasarkan Alasan Menjual Lahan Bentuk Lahan Penelitian ini sebagian besar lahan yang dijual berupa lahan sawah yaitu 70,00 persen. Hal ini menukan bahwa lahan sawan merupakan lahan yang paling banyak masyarakat lakukan penjualan. Dari hasil pengamatan di lapangan bahwa lahan yang berada di jalur sekitar kawasan wiasat Gunung Salak Endah (GSE) adalah persawahan. Persentase jumlah bentuk lahan dapat dilihat pada Gambar 15. Lahan Tegalan 13% Lahan Pekarangan 17% Sumber: Data Primer, Diolah (2013) Lahan Sawah 70% Gambar 15. Karakteristik Responden Berdasarkan Bentuk Lahan 6.2 Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan Hasil Dengan Model Double-log Model yang digunakan dalam menduga faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) adalah regresi persamaan double-log dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Model ini menggunakan model double-log karena adanya ketimpangan data yang

52 41 terlalu besar antara dependent variable dengan dua independent variable lain. Data dengan nilai-nilai besar harga lahan (Y) sebagai dependent variable dan pada variabel luas lahan (X 1 ), jarak lahan ke GSE (X 2 ) dan jarak ke jalan raya terdekat (X 3 ) dan produktivitas pertanian (X 4 ). Dua variabel independent yang lain angkanya kecil hanya berkisar antara angka 1 dan 0. Variable bentuk lahan (D 5 ) dan variable topografi lahan (D 6 ). Dipilihnya model double-log untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, karena dengan menggunakan model doublelog dapat menghilangkan ketimpangan nilai-nilai yang terjadi antara dependent variable yang terlalu besar dengan nilai-nilai independent variable yang angkanya kecil. Hasil pengolahan data dengan menggunakan model double log dengan bantuan software Minitab 16, hasil olahannya dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Model Regresi double-log. No Variabel Predictor Coef SE P VIF Coef 1 Intersep Constant Luas Lahan LnX Jarak Lahan ke GSE LnX Jarak Lahan ke LnX Jalan Raya Terdekat 5 Produktivitas Ln X Pertanian 6 Bentuk Lahan D Topografi D R 2 : 48.0% R 2 adj : 42.1% Uji- F : 8.16 Durbin-Watson statistic : p-value : Sumber: Data Primer, Diolah (2013) Dari hasil pengolahan data dengan menggunakan model double log maka didapatlah R 2 sebesar 48 %, artinya faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan (Y) dijelaskan oleh variabel independen (luas lahan, jarak lahan ke GSE, jarak lahan ke jalan raya terdekat, produktivitas pertanian, bentuk lahan dan topografi) dalam model sebesar 48 %, sedangkan sisanya 52 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model. R 2 adj sebesar 42.1%, artinya sama saja dengan R 2 hanya atau namun pengaruh jumlah variabel bebas terhadap R 2 ketetapan Durbin-Watson statistic sebesar : sudah dihilangkan. Nilai

53 42 Apabila dilihat dari banyaknya variabel yang berpengaruh nyata dengan menggunakan dependent variabel-nya harga lahan, ada dua variabel yang berpengaruh nyata (α= 0,05) dengan menggunakan model double log yaitu variabel luas lahan dan jarak lahan ke jalan raya terdekat. Untuk menguji kelinearan model yang digunakan, dilakukan uji-f. Model memberikan hasil f hit (8.16) yang lebih besar dari f tabel (6.17). Hal itu menunjukkan variabel-variabel bebas secara bersamaan mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya. P-value semuanya bernilai nol, lebih kecil dari taraf nyata 5 persen. Uji f yang dilakukan untuk melihat secara bersamaan variabel bebas mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel terikatnya sebagai syarat untuk melakukan uji masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau disebut dengan uji t. Dari uji Marquardt tidak terdapat multikolinieritas, karena tidak ada hubungan linier sempurna antar peubah bebas dalam model. Hal ini dapat dilihat dari VIF yang semuanya kurang dari 10. Dari hasil grafik residual pada output Minitab 16 titik sebaran menyebar secara acak, maka hal ini tidak terdapat heteroskedastisitas Faktor-Faktor yang Berpengaruh Nyata dan Tidak Berpengaruh Nyata dengan Menggunakan Model Double log Luas Lahan Luas lahan mempunyai pengaruh nyata terhadap harga lahan pada model double-log. P-value pada model double log didapat p-value sebesar 0,010. Hasil yang diperoleh lebih kecil jika dibanding dengan taraf nyata yang digunakan sebesar 5 persen (α = 0,05). Koefisien yang didapat dengan menggunakan Minitab 16 adalah sebesar - 0, Nilai tersebut menunjukkan hubungan yang negatif. Koefisien yang dihasilkan oleh model double log menunjukkan hasil yang negatif. Maka dapat dikatakan bahwa setiap kenaikan 1 persen luas lahan yang dijual maka diduga akan menurunkan harga lahan sebesar Rp ,59 per meter persegi. Berdasarkan hipotesis yang dibangun sebelumnya bahwa luas lahan diduga mempunyai hubungan negatif terhadap harga lahan, jika lahan semakin

54 43 luas, maka harga lahan per meter persegi akan semakin rendah. Hal ini sesuai dengan hasil estimasi model yang diperoleh pada penelitian ini Jarak Lahan ke GSE Hasil yang didapat dengan menggunakan model double-log, variabel jarak lahan ke jalan tidak berpengaruh nyata. P-value pada model double-log sebesar dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 5 persen (α = 0.05). Koefisien yang didapat pada model double log tersebut adalah Koefisien menunjukkan hubungan yang positif dengan harga lahan.hal ini dikarenakan daerah wilayah tersebut banyak dilalui kendaraan. Baik roda empat maupun roda dua. Dilihat dari hasil estimasi model dengan menggunakan model double log maka dapat disimpulkan bahwa setiap kenaikan jarak lahan ke GSE sebesar 1 persen akan terjadi peningkatan harga lahan sebesar Rp. 256,74 per meter. Apabila dilihat dari hipotesis yang dibangun sebelumnya maka jarak bidang tanah ke kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) diduga mempunyai hubungan negatif dengan harga lahan, semakin dekat maka akan meningkatkan harga lahan dan hasil yang didapat pada penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis yang dibangun. Pada umumnya masyarakat menjual lahan hanya karena kebutuhan dan tidak memperhatikan jarak terhadap suatu tempat, sehingga harga yang masyarakat tawarkan berdasarkan kesepakatan saja dan yang berlaku di sekitar tempat mereka tinggal saja Jarak Lahan ke Jalan Raya Terdekat Hasil pengolahan data ternyata jarak lahan ke jalan raya terdekat mempunyai pengaruh nyata terhadap harga lahan pada model double log. P-value pada model double-log didapat p-value sebesar dibanding dengan taraf nyata yang digunakan sebesar 5 persen (α = 0,05). Dilihat dari hasil estimasi model dengan menggunakan model double log maka dapat disimpulkan bahwa setiap penurunan jarak lahan ke jalan raya terdekat sebesar 1 persen akan terjadi peningkatan harga lahan sebesar Rp. 10,571,22 per meter. Berdasarkan hipotesis yang dibangun sebelumnya bahwa jarak bidang tanah ke jalan raya terdekat diduga mempunyai hubungan negatif dengan harga

55 44 lahan. Jarak lahan yang semakin dekat dengan jalan raya akan meningkatkan harga. Hasil yang didapat dari hasil estimasi model ini sesuai dengan hipotesis yang dibangun. Dari hasil penelitian ini jarak lahan ke jalan raya terdekat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga lahan di Desa Gunung Bunder 1 dan Desa Gunung Bunder Produktivitas Pertanian Hasil yang didapat dengan menggunakan model double-log, variabel produktivitas pertanian tidak berpengaruh nyata. P-value pada model double log sebesar dengan taraf nyata yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 5 persen (α = 0.05). Koefisien yang didapat pada model double log tersebut adalah -0,1303. Dilihat dari hasil estimasi model dengan menggunakan model double log maka dapat disimpulkan bahwa setiap peningkatan produktivitas pertanian sebesar 1 persen akan meningkatkan harga lahan sebesar Rp ,52 per meter persegi. Apabila dilihat dari hipotesis yang dibangun sebelumnya maka produktivitas pertanian mempunyai hubungan yang positif terhadap peningkatan harga lahan. Semakin besar jumlah produktivitas pertanian yang dihasilakan maka harga lahan tersebut juga mengalami peningkatan. Dilihat dari estimasi model diperoleh parameter maka produktivitas pertanian tidak berpengaruh terhadap harga lahan, sedangkan berdasarkan teori hal tersebut berpengaruh. Hal ini dikarenakan pada umumya masyarakat tidak begitu memperhatikan hasil yang diperoleh dari suatu lahan. Selain itu juga karena rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai produkivitas pertanian menurut teori, mereka hanya mengerti berdasarkan pengalaman saja Bentuk Lahan Dari hasil estimasi model bentuk lahan tidak berpengaruh nyata terhadap harga lahan dalam penelitian ini dengan menggunakan model double log. P-value yang didapat pada model adalah sebesar jika dibandingkan dengan taraf nyatan yang digunakan sebesar 5 persen (α = 0.05). Dengan demikian bentuk lahan dengan harga lahan tidak berpengaruh atau bernilai negatif.

56 45 Hasil estimasi model dengan menggunakan model double log pada koefisien adalah sebesar -0,31380 yang artinya bernilai negatif. Hasil tersebut menunjukkan bahwa apabila bentuk lahan tidak beraturan (bukan bentuk segi empat) maka akan menurunkan harga lahan sebesar Rp ,22 per meter persegi. Berdasarkan hipotesis yang dibangun sebelumnya bahwa bentuk lahan diduga mempunyai hubungan positif dengan harga lahan. Jika lahan berbentuk segi empat, maka harga lahan akan semakin tinggi dibandingkan harga lahan dengan bentuk lainnya. Dari penelitian ini hasil yang didapatkan bernilai negatif yang artinya tidak sesuai dengan harapan dari hipotesis yang dibangun. Hasil yang didapatkan di lapangan rata-rata lahan yang masyarakat miliki adalah lahan yang tidak beraturan atau berupa tegalan, sehingga apabila ditanyakan ke masyarakat apakah bentuk lahan berpengaruh terhadap harga lahan maka mereka rata-rata menjawab tidak berpengaruh. Selain itu pada umumnya masyarakat menjual lahan hanya karena kebutuhan untuk keperluan sehari-hari saja sehingga hal tersebut tidak begitu diperhatikan Topografi Hasil regresi dengan Minitab 16 dengan menggunakan model double log menunjukan bahwa pada topografi jika dilihat dari p-value adalah sebesar tidak menunjukan hasil yang lebih besar dengan taraf nyata yang digunakan 5 persen (α = 0.05). Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa antara hubungan topografi lahan dengan harga lahan tidak berpengaruh atau bernilai negatif. Koefisien yang didapat dari hasil estimasi model adalah sebesar 0, Hal ini menujukkan hasil yang positif. Apabila topografi tanah yang baik maka akan meningkatkan harga lahan sebesar Rp ,76 per meter persegi. Apabila dilihat dari hipotesis yang dibangun sebelumnya maka topografi lahan diduga mempunyai hubungan positif terhadap harga lahan. Semakin datar topografi lahan, maka harga lahan akan semakin tinggi pula. Dari hasil uji statistik yang didapat pada penelitian ini maka hasil yang diperoleh bernilai positif. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang dibangun sebelumnya, namun topografi bukan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah karena tidak berpengaruh nyata dengan taraf 5 persen (α = 0.05).

57 46 Topografi tidak berpengaruh dalam penelitian ini karena pada umumnya lahan yang masyarakat miliki berupa tegalan yang curam, lahan-lahan yang tidak beraturan bentuknya dan berupa lahan terjal. Topografi kurang begitu begitu berpengaruh terhadap harga lahan di daerah Desa Gunung Bunder 1 dan 2 itu, karena daerah tempat saya melakukan penelitian itu berupa pegunungan.

58 47 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarakan hasil dan pembahasan dapat dirumuskan beberapa simpulan penelitian ini. Hal-hal yang menjadi simpulan dalam penelitian ini adalah: 1. Karakteristik responden dalam menjual lahan adalah didominasi oleh lakilaki, pada usia 45-53, sudah menikah, pekerjaan petani, tingkat pendidikan sekolah dasar, berpendapatan di bawah satu juta rupiah per bulan dan lahan sawah yang umumnya dijual. 2. Motivasi dalam menjual lahan disebabkan oleh keinginan pemenuhan berbagai kebutuhan sehari-hari dan modal usaha. 3. Faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar kawasan wisata Gunung Salak Endah (GSE) yaitu luas lahan dan jarak lahan ke jalan raya terdekat. Sedangkan produktivitas pertanian tidak begitu berpengaruh terhadap harga lahan untuk sebagian wilayah, hal ini di karenakan produktivitas pertanian dalam setahun lebih kecil dibandingkan jika masyarakat menjual lahannya. 7.2 Saran Berdasarkan hasil, pembahasan dan simpulan yang diperoleh maka terdapat beberapa saran yang sebaiknya dipertimbangkan: 1. Masyarakat hendaknya mengetahui nilai lahan yang dimiliki, sehingga mereka mempunyai pertimbangkan dalam keputusan menjual lahan. 2. Dalam rangka meningkatkan pendapatan hendaknya masyarakat berupaya meningkatkan produktivitas pertanian yang mereka hasilkan dan disarankan tidak menjual lahan yang mereka miliki. Perlu adanya bantuan dari pemerintah setempat baik melalui penyuluhan maupun bantuan dana untuk memperbaiki hal tersebut, sehingga pemenuhan kebutuhan sehari-hari serta modal untuk usaha dapat terpenuhi dan kesejahteraan masyarakat meningkat, sehingga masyarakat tidak perlu menjual lahan yang dimiliki.

59 48 DAFTAR PUSTAKA Alonso, William Location and Land Use. Cambridge, Massachusetts. Harvard University Press, Astrini, Danti Analisis Fakto-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Harga Lahan Permukiman (Studi Kasus Kecamatan Bogor Utara dan Bogor Selatan, Kota Bogor). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statisitik Desa Gunung Bunder 1 dalam Angka Badan Pusat Statistik Desa Gunung Bunder 1 Kabupaten Bogor. [BPS] Badan Pusat Statisitik Desa Gunung Bunder 2 dalam Angka Badan Pusat Statistik Desa Gunung Bunder 2 Kabupaten Bogor. [BPS] Badan Pusat Statisitik Jumlah dan Distribusi Penduduk. Diakses Tanggal 9 Januari Febriastuti Analisis Fakto-Faktor ynag Mempengaruhi Harga Lahan di Sekitar Bandara Raja Fisabilillah Kepulauan Riau (Studi Kasus Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau). [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fujita, Masahisa Urban Economic Theory. Land Use and City Size. Cambridge. Cambridge University Press. Gujarati, Damodar N Dasar- Dasar Ekonometrika. Jilid I. Yogyakarta. Erlangga. Hadianto, Adi Pemodelan Harga Bidang Tanah pada Berbagai Tipologi Kawasan di DKI Jakarta dan Bogor. Executive Summary, Prosiding Seminar. Direktorat Jenderal Kekeyaan Negara, Departemen Keungan Republik Indonesia, Jakarta. Hardjowigeno, Suwarno Ilmu Tanah. Akademika. Jakarta. Pressindo. Juanda, Bambang Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Bogor. IPB Press McCann, Philip Urban and Regional Economics. United States. Oxford University Press.

60 49 Reksohadiprodjo, Sukanto dan A. R. Karseno Ekonomi Perkotaan. Yogjakarta. BPFE. Silalahi, Rocky D. F Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan Pemukiman di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siregar, Syafaruddin Statistik Terapan untuk Penelitian. Indonesia. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana Sujarto, Djoko Beberapa Pengertian Tentang Perencanaan Fisik. Jakarta. Bhratara Karya Aksara. Suparmoko Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Yogjakarta. BPFE.

61 50 Lampiran 1. Hasil uji statistik dengan Minitab 16 Regression Analysis: LnY versus LnX1, LnX2, LnX3, LnX4, D5, D6 The regression equation is LnY = LnX LnX LnX Lnx D D2 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant LnX LnX LnX Lnx LnD LnD S = R-Sq = 48.0% R-Sq(adj) = 42.1% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression Residual Error Total Source DF Seq SS LnX LnX LnX Lnx LnD LnD Unusual Observations Obs LnX1 LnY Fit SE Fit Residual St Resid X R X X R R X R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic =

62 Lampiran 2. Peta Desa Gunung Bunder I 51

63 Lampiran 3. PetaDesa Gunung Bunder 2 52

64 54 Lampiran 4. Kuesioner INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN Jl. Kempar Level 5 Wing 5 Kampus IPB Darmaga Bogor Telepon (0251) , fak (0251) KUESIONER PENELITIAN No. Responden : Nama Responden : Alamat : Tanggal : Kuesioner ini digunakan sebagai bahan acuan dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam skripsi mengenai Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan di Kawasan Wisata Gunung Salak Endah (GSE) oleh Mahmuddin mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manjemen, IPB. Mohon kiranya partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap, teliti dan objektif. Kerahasian informasi terjamin dan tidak untuk dipublikasikan, serta tidak terkait dengan kepentingan politik pihak manapun. Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih banyak. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : 3. Jumlah anggota keluarga (termasuk kepala keluarga) : orang 4. Pendidikan terakhir a. SD/Sederajat c. SMA/Sederajat e. Tidak Sekolah b. SMP/Sederajat d. Perguruan Tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sumberdaya Lahan Lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena lahan merupakan input penting yang diperlukan untuk mendukung

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Harga lahan secara nyata merupakan keseimbangan antara permintaan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Harga lahan secara nyata merupakan keseimbangan antara permintaan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Teori Supply Demand Lahan Harga lahan secara nyata merupakan keseimbangan antara permintaan dan penawaran baik melalui lembaga formal maupun non-formal.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI SEKITAR BANDARA RAJA HAJI FISABILILLAH KEPULAUAN RIAU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI SEKITAR BANDARA RAJA HAJI FISABILILLAH KEPULAUAN RIAU ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI SEKITAR BANDARA RAJA HAJI FISABILILLAH KEPULAUAN RIAU (Kasus: Harga Lahan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau) FEBRIASTUTI

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahan dapat disebutkan sebagai berikut : manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lahan dapat disebutkan sebagai berikut : manusia baik yang sudah ataupun belum dikelola. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan 1. Pengertian Pengertian lahan meliputi seluruh kondisi lingkungan, dan tanah merupakan salah satu bagiannya. Menurut Ritohardoyo, Su (2013) makna lahan dapat disebutkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. IV METODE PENELITIAN 4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah

TINJAUAN PUSTAKA. (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah TINJAUAN PUSTAKA Definisi Land Rent Land rent adalah penerimaan bersih yang diterima dari sumberdaya lahan. Menurut (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah hasil

Lebih terperinci

BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN

BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN 8.1. Beberapa Konsep Dasar Ekonomi Lahan Lahan mempunyai tempat yang khusus dalam kelompok sumber daya, karena lahan diperlukan dalam semua aspek kehidupan manusia dan lahan juga

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN. harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN. harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN Model yang digunakan dalam menduga faktor-faktor yang mempengaruhi harga lahan di sekitar Bandara Raja Haji Fisabilillah, Kepulauan Riau adalah model double

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Perumahan Kota Bogor tepatnya di

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Perumahan Kota Bogor tepatnya di IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Perumahan Kota Bogor tepatnya di perumahan Bogor Raya Permai, Kelurahan Curug, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor,

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6. 1 Latar Belakang Penjual Lahan yang Melakukan Transaksi Lahan 6. 1. 1 Jenis Kelamin Responden berdasarkan jenis kelamin lebih didominasi oleh laki-laki sebanyak 25 orang (62,5

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun 2000-2010. Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) mempublikasikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan

IV. METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu. dan juga berlokasi tidak jauh dari pusat kota sehingga prospek pengelolaan dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di objek wisata Pantai Mutun MS Town dan Pulau Tangkil yang terletak di Desa Mutun, Kecamatan Padang Cermin, Kelurahan Lempasing, Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah daerah tempat akan diadakannya penelitian yang mendukung dalam penulisan penelitian itu sendiri. Dalam hal ini yang akan dijadikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi

PENDAHULUAN. Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan faktor input penting dalam berbagai aktivitas ekonomi seperti pertanian dan kehutanan, pemukiman penduduk, komersial, dan penggunaan untuk industri serta

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi konsep ekonomi pencemaran, Contingent Valuation Method (CVM), eksternalitas, biaya produksi dan metode valuasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Pola (Pemanfaatan) Ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Pola (Pemanfaatan) Ruang 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Pola (Pemanfaatan) Ruang Menurut UU RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Pemanfaatan ruang di dalam

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

BAB III METODE PENELITIAN. Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitiannya adalah para pengunjung di Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka. Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembira Loka terletak di Jl. Kebun

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Proses penentuan harga lahan tidak terlepas dari karakteristik lahan

KERANGKA PEMIKIRAN. Proses penentuan harga lahan tidak terlepas dari karakteristik lahan III KERANGKA PEMIKIRAN 3. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis Harga lahan merupakan nilai lahan di pasar yang merupakan pertemuan antara permintaan dan penawaran baik melalui lembaga yang formal maupun nonformal.

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

VI. METODE PENELITIAN

VI. METODE PENELITIAN VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan

KERANGKA PEMIKIRAN. akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan metode CVM akan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Willingness to Accept Willingness to Accept merupakan salah satu bagian dari metode CVM dan akan digunakan dalam penelitian ini. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan obyek

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kabupaten Subang. Jalan Raya merupakan jalur alternatif untuk menuju Kabupaten Sumedang, Kuningan, Cirebon,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 99 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini, terdapat beberapa hal sebagai temuan studi yaitu sebagai berikut : 1. Karakteristik

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Muhammad Fauzi, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kawasan wisata ini meliputi wisata outbound (yang berada di Lembah Pertiwi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT

PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT Dosen Pembimbing : Ardy Maulidy Navastara, ST, MT. Radinia Rizkitania 3608100035 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usaha ternak ayam adalah usaha yang membudidayakan ayam ras pedaging probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang begitu cepat, serta aktivitas pembangunan dalam berbagai bidang tentu saja akan menyebabkan ikut meningkatnya permintaan akan lahan dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pembangunan menimbulkan suatu dampak baik itu dampak terhadap ekonomi, kehidupan sosial, maupun lingkungan sekitar. DKI Jakarta sebagai kota dengan letak yang

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Wilayah dan Hirarki Wilayah Secara yuridis, dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pengertian wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan yang posisinya berada di pusat Kota Bogor dan sekaligus menjadi pusat pemerintahan Kota Bogor. Selain pusat pemerintahan, wilayah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA

KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA KAJIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KAWASAN LINDUNG MENJADI KAWASAN BUDIDAYA (Studi Kasus: Kawasan sekitar Danau Laut Tawar, Aceh Tengah) TUGAS AKHIR Oleh: AGUS SALIM L2D

Lebih terperinci

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan dan Manfaat... 8 1.4 Ruang Lingkup...

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

IV. METODE PENELITIAN. Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja IV. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di TPA Pasir Sembung yang berada di Kabupaten Cianjur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah para pengunjung di Objek Wisata Pantai Muarareja yang terletak di Kel. Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43), BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kota berupa pembangunan infrastruktur, namun sayangnya terdapat hal penting yang kerap terlupakan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan penduduk kota yang sangat pesat selama beberapa dekade terakhir, baik secara alamiah maupun akibat urbanisasi, telah menyebabkan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tiga konsep pemikiran teoritis yang dibahas, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus

BAB I PENDAHULUAN. diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya yang terbatas karena tidak dapat diproduksi dan jumlahnya yang tetap, namun kebutuhan akan lahan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. [Type text] [Type text] [Type tex[type text] [T KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Studi Penerapan Mekanisme Insentif

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

LOGO Potens i Guna Lahan

LOGO Potens i Guna Lahan LOGO Potensi Guna Lahan AY 11 Contents 1 Land Capability 2 Land Suitability 3 4 Ukuran Guna Lahan Pengantar Proses Perencanaan Guna Lahan Land Capability Pemanfaatan Suatu lahan untuk suatu peruntukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian dimulai karena ada suatu permasalahan pada ruas dan simpang jalan Pamulang II di kota Tangerang Selatan. Berikut diagram alur pikir

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai sikap konsumen terhadap daging sapi lokal dan impor ini dilakukan di DKI Jakarta, tepatnya di Kecamatan Setiabudi, Kotamadya Jakarta

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI Oleh YORI AKMAL A14302024 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI

VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI VALUASI EKONOMI MANFAAT REKREASI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN TRAVEL COST METHOD MUTIARA INDAH SUSILOWATI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Lebih terperinci

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: HENDRA WIJAYA L2D 307 014 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 i ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci