EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS (Kasus: Etnis Arab dan Etnis Sunda di Kelurahan Empang, Bogor Selatan) MUHAMMAD AZIS DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 ABSTRACT This study is focused on the effectiveness of communication between two different ethnics: Arabic and Sundanese. The objective of the study was to determine 1) to what extent is the correlation between the communication motivation and its effectiveness in inter-ethnic communication, 2) to what extent is the correlation between communication knowledge and its effectiveness in inter-ethnic communication, and 3) to what extent is the correlation between communication skill and its effectiveness in inter-ethnic communication. The research showed that the communication motivation was related to the effectiveness of communication between the Arabic and Sundanese ethnics. The higher the motivation, the lower was the feeling of being offended and awkward during interaction. Of the four dimensions, need to avoid diffuse anxiety obtained the highest value. Both ethnics can avoid offended and awkward feeling because they feel save when communicating each others. The knowledge of communication was also correlated to the effectiveness of communication. The higher the knowledge of communication, the lower was the feeling of being offended and awkward as indicated during interaction. Of the four dimensions, the knowledge to collect or get information obtained the highest value. Both ethnics have a good knowledge of the other speakers ways of communication by looking at and interacting directly. Communication skill was also correlated to the effectiveness of communication between the ethnic groups. The higher the communication skill, the lower was the feeling of being offended and awkward as indicated during interaction. The skill to adapt behavior got the highest value. The adapted skill was seen as the Arabic and Sundanese favored to use understandable forms of language to avoid offense and awkwardness during interaction. Keywords: intercultural communication, communication competences, communication effectiveness

3 RINGKASAN MUHAMMAD AZIS. EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS. Kasus: Etnis Arab dan Etnis Sunda di Kelurahan Empang, Bogor Selatan. (Di bawah bimbingan SARWITITI SARWOPRASODJO). Indonesia memiliki beragam kelompok etnis yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Terkadang kelompok etnis tersebut bertemu dan membentuk sebuah lingkungan sosial. Lingkungan yang ditempati oleh dua etnis yang berbeda dapat mengarahkan kedua etnis pada kemungkinan menciptakan kehidupan sosial yang damai atau menciptakan disharmoni yang berujung konflik antar etnis. Etnis Arab merupakan salah satu etnis pendatang yang mampu beradaptasi hampir di setiap lingkungan baru. Mereka dapat membaur dengan kehidupan sosial setempat dan mampu menyerap bentuk kebudayaannya. Kehidupan multi etnis yang dibangun oleh etnis Arab dan Sunda dapat dijadikan pelajaran bagaimana membangun kehidupan multi etnis yang rukun dan damai. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) mengetahui sejauh mana hubungan faktor motivasi berkomunikasi dengan efektivitas komunikasi antar etnis, 2) mengetahui sejauh mana hubungan faktor pengetahuan berkomunikasi dengan efektivitas komunikasi antar etnis, dan 3) mengetahui sejauh mana hubungan faktor keterampilan berkomunikasi dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan. Metode penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan strategi survai. Populasi merupakan seluruh kepala keluarga yang berasal dari etnis Arab dan etnis Sunda yang berada di wilayah RW 02. Teknik sampling menggunakan teknik quota sampling. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif dan eksplanatif dengan menghubungkan faktor motivasi, pengetahuan, dan keterampilan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Uji statistik yang digunakan adalah analisis Pearson. Hasil penelitian menunjukkan motivasi berkomunikasi berhubungan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Semakin tinggi motivasi berkomunikasi maka semakin rendah perilaku tersinggung dan canggung yang ditunjukkan oleh etnis Arab dan Sunda ketika berinteraksi. Dari keempat dimensi, motivasi untuk menghindari kecemasan memiliki nilai paling tinggi. Seseorang akan merasa

4 nyaman ketika berkomunikasi dan diakui keberadaannya jika lawan bicaranya menunjukkan sikap ramah tanpa perasaan tegang, khawatir, ataupun takut. Orang Arab dan Sunda mampu menghindari rasa canggung karena mereka merasa aman ketika berinteraksi. Pengetahuan berkomunikasi memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi maka semakin rendah perilaku tersinggung dan canggung yang ditunjukkan oleh etnis Arab dan Sunda ketika berinteraksi. Pengetahuan yang baik tentang lawan bicara membuat dua orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi mampu menghindarkan lawan bicaranya merasa tersinggung akibat menyinggung ciri fisik seperti bentuk hidung dan juga mampu mengendalikan rasa canggungnya. Dari keempat dimensi, pengetahuan untuk mengumpulkan atau mendapatkan informasi memiliki nilai paling tinggi. Kedua etnis memiliki pengetahuan yang baik tentang cara berkomunikasi lawan bicaranya dengan cara memperhatikan dan berinteraksi langsung. Keterampilan berkomunikasi juga memiliki hubungan yang signifikan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Semakin tinggi keterampilan yang dimiliki maka semakin rendah perilaku tersinggung dan canggung yang ditunjukkan oleh etnis Arab dan Sunda ketika berinteraksi. Keterampilan yang tinggi menghindarkan kedua etnis merasa tersinggung akibat menyinggung ciri fisik dan mampu mengendalikan perasaan khawatir ataupun ragu-ragu ketika berinteraksi. Dari keenam dimensi, keterampilan mengadaptasikan perilaku memiliki nilai paling tinggi. Orang Arab dan Sunda lebih memilih menggunakan bahasa yang dapat dipahami bersama agar tidak ada yang merasa tersinggung dan canggung ketika berkomunikasi. Faktor motivasi, pengetahuan, dan keterampilan tinggi yang dimiliki oleh orang Arab dan Sunda membuat kehidupan bertetangga mereka selalu rukun. Tidak pernah ada kasus konflik seperti adu mulut dan perkelahian yang melibatkan keduanya.

5 EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS (Kasus: Etnis Arab dan Etnis Sunda di Kelurahan Empang, Bogor Selatan) Oleh Muhammad Azis I Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

6 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa NRP Judul : Muhammad Azis : I : EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS (Kasus: Etnis Arab dan Etnis Sunda di Kelurahan Empang, Bogor Selatan) dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS NIP Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP Tanggal Lulus :

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS (KASUS: ETNIS ARAB DAN ETNIS SUNDA DI KELURAHAN EMPANG, BOGOR SELATAN) BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Oktober 2010 Muhammad Azis I

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 desember Penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Asep dan Ibu Atih. Penulis menamatkan pendidikannya di TK Purnama tahun 1994, SDN Sirnagalih 1 tahun 2000, SMPN 1 Bogor tahun 2003, dan SMAN 1 Bogor tahun Pada tahun 2006, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan memilih Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada tahun Selama masa perkuliahan, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan, di antaranya sebagai Kepala Divisi Humas Asrama Sylvasari periode , staf divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Kewirausahaan BEM FEMA IPB periode , dan staf divisi Pengembangan Budaya Olahraga dan Seni BEM FEMA IPB periode

9 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efektivitas Komunikasi Antar Etnis (Kasus: Etnis Arab dan Etnis Sunda di Kelurahan Empang, Bogor Selatan) dengan baik. Penulisan skripsi ini tentunya melibatkan banyak pihak, yang membantu baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran sehingga penulis dapat melengkapi skripsi ini menjadi lebih lengkap dan mendalam. 3. Ratri Virianita, S.Sos, MSi sebagai dosen penguji wakil departemen yang telah memberikan kritik dan saran terhadap teknik penulisan sehingga naskah skripsi dapat memenuhi standar penulisan skripsi. 4. Pak Solihin, Pak Umar, Pak Mangkit, dan staf kelurahan yang telah mendukung dan membantu penulis selama berada di lapangan serta seluruh Warga RW 02 atas kerjasamanya. 5. Mamah, Bapak, Teh Nta & Suami, A Dian & Istri, Neng Lala, Deden, dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatiannya, memberikan semangat untuk maju, dan tak henti-hentinya memberikan doa kepada penulis. 6. Saudara seperjuangan dan sependeritaan, Adha, Cepy, Ogi, Uphe, Kapten, Andris, hendra, yayan, bedil, Dhea, Tia, Iren, Uchan, neng gina, giwai, dan rauf yang telah berbagi waktu, cerita, dan pengalaman seru selama ini. Tim Cimapag, Pakpok, dan Malasari, lain waktu jalan-jalan lagi. Serta Seluruh teman di KPM 43, 44 (navalinesia relamareta), 45, dan 46 yang tidak dapat disebut semua karena keterbatasan kertas.

10 6. Gasmokaters: ArQ, Mizan, Ucup, Uji, Kutil, Yunan n Black Avanza (penolong setia), dan seluruh pengikut setia gasmokat. Kejarlah semua mimpi..! 7. Orang-orang sekret yang tetap setia di balik meja, serta para atlet angkat beban KPM: Pak Piyat, Pak Haji (Wong Fei Hung), dan Pak Komar yang lebih kuat dari Ade Rai sekalipun. 8. Semua makhluk hidup yang pernah menjadi inspirasi (baca: bahan ceng2-an) sehingga merubah waktu yang suntuk menjadi menyenangkan (penuh dosa lebih tepatnya),mohon maaf y, just kidding..,jangan ada dendam diantara kita.

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN xi xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 4 BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka Karakteristik Etnis Arab dan Etnis Sunda Interaksi Sosial Komunikasi Antar Budaya Efektivitas Komunikasi Antar Budaya dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Kerangka Pemikiran Hipotesis Uji Definisi Operasional BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Populasi dan Teknik Sampling Teknik Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Keadaan Penduduk dan Jenis Mata Pencaharian Gambaran Penduduk Etnis Arab dan Sunda di Kelurahan Empang Budaya Komunikasi Etnis Arab dan Etnis Sunda Karakteristik Warga Etnis Arab dan Etnis Sunda BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS 5.1 Hubungan Motivasi Berkomunikasi dengan Perilaku Tersinggung Hubungan Motivasi Berkomunikasi dengan Perilaku Canggung.. 35

12 BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS 6.1 Hubungan Pengetahuan Berkomunikasi dengan Perilaku Tersinggung Hubungan Pengetahuan Berkomunikasi dengan Perilaku Canggung 44 BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS 7.1Hubungan Keterampilan Berkomunikasi dengan Perilaku Tersinggung Hubungan Keterampilan Berkomunikasi dengan Perilaku Canggung 54 BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks Tabel 1. Luas Wilayah menurut Penggunaannya di Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Tabel 2. Persentase Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Empang. Kecamatan Bogor Selatan, Tabel 3. Persentase Kepala Keluarga (KK) di Setiap RT menurut Kategori Etnis Tabel 4. Persentase Responden menurut Jenis Kelamin di Wilayah RW 02 Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Tabel 5. Persentase Responden menurut Jenis Pekerjaan di Wilayah RW 02 Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Tahun Tabel 6. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Motivasi 31 Tabel 7. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Perilaku Tersinggung Tabel 8. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Motivasi dan Tingkat Perilaku Tersinggung Tabel 9. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Perilaku Canggung Tabel 10. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Motivasi dan Tingkat Perilaku Canggung Tabel 11. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan 40 Tabel 12. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Perilaku Tersinggung Tabel 13. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Perilaku Canggung Tabel 14. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Keterampilan Tabel 15. Presentase Pasangan Teman menurut Tingkat Keterampilan dan Tingkat Perilaku Tersinggung Tabel 16. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Keterampilan dan Tingkat Perilaku Canggung... 54

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks Gambar 1. Model Komunikasi Antar Budaya... 8 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Efektivitas Komunikasi Antar Etnis... 14

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman Lampiran 1 Kuesioner Orang Arab Lampiran 2 Kuesioner Orang Sunda Lampiran 3 Hasil Pengolahan Data... 68

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beragam etnis yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Berbagai etnis tersebut membentuk komunitas tersendiri, menentukan ciri-ciri keanggotaannya, dan berinteraksi dengan pola tertentu. Hal ini sejalan dengan pemikiran Barth (1988), bahwa kelompok etnis adalah suatu populasi yang secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilainilai budaya yang sama dan sadar akan kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, menentukan sendiri ciri kelompoknya, yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. Di Indonesia, selain adanya etnis lokal, juga terdapat kelompok etnis yang berasal dari wilayah atau negara di luar Indonesia. Menurut Bahanan (2007), mereka datang dan menetap dengan berbagai tujuan, namun biasanya didominasi oleh alasan ekonomi yaitu untuk melakukan perdagangan. Wilayah Indonesia yang luas dan dihuni oleh beragam etnis sangat memungkinkan terjadinya dua etnis atau lebih menempati lingkungan sosial yang sama. Kelompok etnis tersebut bertemu, berinteraksi dan menciptakan hubungan sosial yang terpola. Hubungan yang terjalin dengan baik diduga akan menciptakan interaksi yang efektif, sebaliknya, hubungan yang tidak baik menyebabkan interaksi tidak efektif, terjadi disharmoni dalam masyarakat dan dapat mengarah kepada konflik. Salah satu contoh hubungan yang tidak harmonis antar dua etnis yang menyebabkan konflik yaitu antara etnis Cina dan Jawa. Disertasi yang ditulis oleh Habib (2004) di Malang menunjukkan telah terjadi konflik antara kedua etnis tersebut. Konflik dipicu karena penguasaan pasar pertanian oleh etnis Cina. Warga lokal yang tidak menerima keadaan ini, menciptakan suasana agar etnis Cina tidak nyaman. Akibatnya tercipta representasi dimana seolah-olah etnis Jawa sebagai komunitas yang lebih berkuasa dari etnis Cina. Salah satu kelompok etnis pendatang atau warga keturunan yang dapat bertahan adalah etnis Arab. Di banyak lokasi di Indonesia, komunitas Arab dapat beradaptasi dengan masyarakat lokal dengan baik. Jarang terdengar kasus konflik

17 2 antar etnis yang melibatkan orang Arab. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Bahanan (2007) yang menyatakan bahwa sejauh yang dapat dicatat, konflik keagamaan, baik intra-agama (konflik antar mazhab/aliran dalam satu agama) maupun antar agama jarang sekali terjadi. Berbagai faktor yang menyebabkan etnis Arab jarang terlibat konflik yaitu; (1) sifatnya yang ramah tamah, (2) terbuka terhadap perbedaan, dan (3) toleransi. Berbagai kesamaan ciri etnis Arab dengan masyarakat lokal seperti rasa kolektivisme dan kekeluargaan diduga membuat mereka mudah beradaptasi dan dapat diterima di lingkungan sosial tersebut. Kemampuan etnis Arab untuk bertahan di lingkungan yang baru diduga tidak lepas dari kemampuan mereka untuk beradaptasi. Menurut Kim dan Gudykunts (1997), adaptasi adalah proses dimana pendatang menerima dan menginternalisasi sesuatu yang baru (akulturasi) dengan baik dan meninggalkan beberapa ritual atau kegiatan dari kebudayaan aslinya (dekulturasi). Etnis Arab dalam hal ini berperan sebagai pendatang yang melakukan akulturasi dengan Etnis Sunda sebagai tuan rumah. Proses adaptasi tersebut dimulai ketika etnis Arab masuk ke dalam lingkungan etnis Sunda, dan terus berlangsung selama etnis Arab melakukan kontak langsung dengan etnis Sunda. Adaptasi menjadi bagian yang penting bagi etnis Arab agar diterima di lingkungan etnis Sunda. Kegiatan adaptasi yang meliputi akulturasi dan dekulturasi diduga terjadi melalui sebuah proses yaitu komunikasi. Kim dan Gudykunts (1997) mengemukakan bahwa proses adaptasi dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, karena adaptasi dilakukan melalui proses komunikasi. Kemampuan etnis Arab dalam beradaptasi dengan kebudayaan etnis Sunda ditentukan oleh kemampuan etnis Arab dalam berkomunikasi dengan etnis Sunda sehingga kebudayaan baru dapat diterima dan segera diinternalisasikan oleh etnis Arab sebagai etnis pendatang. Komunikasi yang terjalin melalui interaksi sosial diduga menjadi faktor penting bagi kelangsungan keberadaan etnis Arab di tengah etnis Sunda. Proses adaptasi dilakukan dengan berkomunikasi secara efektif. Kim dan Gudykunst (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif berkaitan dengan usaha untuk mengurangi kesalahpahaman dimana pesan yang disampaikan tidak dimengerti, orang lain salah mengartikan pesan yang disampaikan, atau keduanya terjadi

18 3 secara berkesinambungan. Selanjutnya, komunikasi yang efektif dapat terjadi jika komunikator atau komunikan memiliki kompetensi komunikasi berupa motivasi, pengetahuan, dan keterampilan berkomunikasi. Kesalahpahaman yang terjadi antara kedua etnis diduga dapat menyebabkan komunikasi yang tidak efektif. Hal ini dapat mengarahkan proses sosial ke arah disosiatif yang berujung pada potensi konflik antara etnis Arab dan Sunda. Kasus konflik antara etnis Cina dan Jawa yang dicontohkan, melibatkan banyak orang dari kedua etnis. Namun pemicu konflik diduga terjadi antara individu dari kedua etnis. Konflik yang terjadi di Sampit misalnya, dipicu oleh perkelahian dua orang pemuda. Pemicu konflik diduga karena proses komunikasi yang tidak efektif. Komunikasi interpersonal yang efektif diduga memegang peranan penting untuk meredam atau bahkan menghapuskan potensi konflik antar etnis. Kemampuan etnis Arab untuk beradaptasi di berbagai lingkungan sosial dapat dijadikan contoh bagaimana membangun kehidupan multi etnis yang harmonis dengan cara menciptakan budaya komunikasi yang baik. Berbagai kompetensi komunikasi yang dimiliki oleh etnis Arab diduga membuat etnis tersebut mudah diterima di lingkungan baru dan mampu beradaptasi dengan baik. Studi kasus etnis Arab dan Sunda diharapkan mampu menjawab berbagai persoalan konflik antar etnis yang terjadi melalui pendekatan komunikasi interpersonal. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti mencoba merumuskan beberapa masalah, yaitu: 1. Sejauh mana faktor motivasi berkomunikasi berhubungan dengan efektivitas komunikasi antar etnis? 2. Sejauh mana faktor pengetahuan berkomunikasi berhubungan dengan efektivitas komunikasi antar etnis? 3. Sejauh mana faktor keterampilan berkomunikasi berhubungan dengan efektivitas komunikasi antar etnis?

19 4 1.3 Tujuan Penelitian Berbagai identifikasi masalah yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Analisis sejauh mana faktor motivasi berkomunikasi berhubungan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. 2. Analisis sejauh mana faktor pengetahuan berkomunikasi berhubungan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. 3. Analisis sejauh mana faktor keterampilan berkomunikasi berhubungan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini, di antaranya: 1. Civitas Akademika Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan sebagai literatur ilmiah bagi penelitian berikutnya yang terkait permasalahan komunikasi antar budaya. 2. Masyarakat Sebagai tambahan informasi mengenai proses komunikasi antar etnis yang berbeda, faktor-faktor apa yang mempengaruhinya, serta bagaimana cara bersikap ketika berinteraksi dengan etnis yang berlainan. Penelitian ini juga dapat menjadi salah satu pedoman bagaimana menciptakan kehidupan masyarakat multi etnis yang harmonis. 3. Pemerintah Bagi pemerintah daerah bermanfaat sebagai arahan untuk mempertahankan kehidupan multi etnis yang harmonis, sedangkan bagi pemerintah pusat sebagai tambahan informasi mengenai kehidupan multi etnis yang harmonis dan mempersiapkan arah pembangunan bagi lingkungan multi etnis di lokasi lain di Indonesia.

20 BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka Karakteristik Etnis Arab dan Etnis Sunda Kata Arab sering dikaitkan dengan wilayah Timur Tengah atau dunia Islam. Negara yang berada di wilayah Timur Tengah dapat dikatakan dunia Arab. Pada bulan Maret tahun 1945, dibentuk sebuah organisasi bernama Liga Arab yang beranggotakan 22 Negara. Negara yang tergabung dalam Liga Arab mempunyai beberapa kesamaan di antaranya; sikap budaya, perilaku, dan kemampuan berbicara yang tinggi. Hal ini tentunya membantu mendefinisikan kata Arab yang sering didengar. Lebih jauh Faris dan Husayn seperti dikutip Evanoff (2005) menduga bahwa hal-hal yang mempersatukan bangsa Arab meliputi: bahasa umum yang dipakai, sejarah umum dan mentalitas, agama mayoritas yang dianut, serta daya tarik terhadap ekonomi. Istilah lain yang sering melekat pada komunitas pendatang (migran) yaitu warga keturunan dan kelompok etnis. Contohnya seperti warga keturunan Cina. Untuk memahami arti kata etnis, pendapat dari Barth (1988) dapat dijadikan acuan. Menurutnya kelompok etnis adalah suatu populasi yang secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri, menentukan sendiri ciri kelompoknya, yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. Jadi yang dimaksud dengan etnis Arab adalah orang-orang atau sekelompok orang yang berasal dari wilayah Timur Tengah yang mempunyai kesamaan bahasa umum yang dipakai, sejarah umum dan mentalitas, agama mayoritas yang dianut, serta daya tarik terhadap ekonomi. Ekadjati (1996) memaparkan bahwa etnis Sunda berasal dari bagian Barat Pulau Jawa, dari Ujung Kulon di ujung Barat Pulau Jawa hingga sekitar Brebes (mencakup wilayah administrasi Propinsi Jawa Barat, Banten, sebagian DKI Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah). Lebih jauh Ekadjati mengungkapkan

21 6 karakteristik etnis Sunda yang membedakannya dengan etnis lain dilihat dari kebudayaan yang dimilikinya. Dari segi agama, mayoritas orang Sunda memeluk agama Islam. Sedikit sekali orang Sunda yang beragama Kristen, Katolik, Hindu, maupun Budha. Etnis Sunda senang hidup berkelompok dan berdekatan dengan sanak saudara. Ciri kebudayaan yang membedakan etnis Sunda dengan etnis lainnya juga tercermin dalam kesenian yang dimilikinya. Di antara yang populer yaitu Wayang Golek dan Tari Jaipong yang diiringi alunan musik degung Interaksi Sosial Sebagai makhluk sosial manusia melakukan interaksi dengan manusia lain. Soekanto (2002) menerangkan bahwa interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu kontak sosial dan adanya komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu: 1) antara orang perorangan, 2) antara orang perorangan dengan suatu kelompok, dan 3) antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Lebih jauh Soekanto (2002) menjelaskan bahwa kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Kontak sosial positif mengarah pada kerjasama, sedangkan kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan atau sama sekali tidak menghasilkan interaksi sosial. Warga etnis Arab dan lokal akan mengalami suatu proses sosial menuju bentuk yang konkrit, suatu hubungan yang terpola sesuai dengan nilai-nilai sosial budaya dalam masyarakat. Proses sosial itu sendiri merupakan cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut (Soekanto, 2002). Proses sosial yang dilakukan oleh kedua etnis akan membawa mereka pada dua kemungkinan. Pertama, kedua etnis meminimalisasi perbedaan kebudayaan yang ada di antara mereka dan hidup berdampingan, Kedua, perbedaan kebudayaan yang ada justru membuat mereka terpisah bahkan menimbulkan konflik. Menurut Gillin dan Gillin seperti dikutip Soekanto (2002), proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial pada akhirnya akan menunjuk pada dua macam bentuk interaksi sosial, yaitu proses sosial yang mendekatkan atau mempersatukan (asosiatif) dan proses sosial yang menjauhkan atau mempertentangkan (disosiatif). Ada beberapa macam tindakan dalam proses

22 7 sosial yang mendekatkan. Pertama kerjasama, yaitu bekerja bersama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam masyarakat pedesaan, bentuk kerjasama biasanya terdiri dari gotong-royong atau kerja bakti, tolong menolong, dan musyawarah. Kedua, akomodasi yaitu usaha-usaha untuk meredakan pertikaian secara permanen atau sementara antara pihak-pihak yang berkonflik, paling sedikit dalam hal-hal yang disepakati. Sebagai hasil interaksi sosial, akomodasi menunjuk pada suatu keadaan dimana terdapat keseimbangan baru setelah pihakpihak yang berkonflik berbaikan kembali. Bentuk-bentuk akomodasi menurut Soekanto (2002) antara lain paksaan, kompromi, mediasi, konsiliasi, dan toleransi. Ketiga, asimilasi yaitu proses sosial yang ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompokkelompok manusia. Proses sosial yang menjauhkan (disosiatif) terdiri dari persaingan, kontravensi, dan konflik. Persaingan diartikan sebagai proses sosial dimana dua orang atau lebih berjuang dengan bersaing satu sama lain untuk memiliki atau mempergunakan barang-barang yang berbentuk material atau bukan material. Kontravensi yaitu bentuk antara persaingan dan konflik, ditandai dengan gejalagejala ketidakpastian mengenai diri seseorang, atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan. Konflik yaitu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain atau lawan dengan ancaman atau kekerasan Komunikasi Antar Budaya Proses sosial yang dilakukan oleh kedua etnis membawa mereka pada dua kemungkinan. Pertama, kedua etnis meminimalisasi perbedaan kebudayaan yang ada di antara mereka dan hidup berdampingan, Kedua, perbedaan kebudayaan yang ada justru membuat mereka terpisah bahkan menimbulkan konflik. Menurut Gillin dan Gillin (Soekanto, 2002), proses sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial pada akhirnya akan menunjuk pada dua macam bentuk interaksi sosial, yaitu proses sosial yang mendekatkan atau mempersatukan (asosiatif) dan proses sosial yang menjauhkan atau mempertentangkan (disosiatif).

23 8 Dengan pemahaman yang sama, menurut Liliweri (2003) komunikasi antar budaya dapat diartikan melalui beberapa pernyataan sebagai berikut: 1. Pernyataan diri antar pribadi yang paling efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang kebudayaan. 2. Pertukaran pesan-pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya. 3. Pembagian pesan yang berbentuk informasi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau metode lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang budayanya. Setiap individu mempunyai kebudayaan yang melekat pada dirinya. disadari atau tidak, karakteristik budaya yang mereka miliki mempengaruhi komunikasi yang dilakukan. Menurut De Vito (1997), komunikasi antar budaya mengacu pada komunikasi antar orang-orang dari kultur yang berbeda, antara orang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai, atau cara berperilaku kultural yang berbeda. Lebih lanjut De Vito menguraikan komunikasi antar budaya ke dalam suatu model komunikasi antar budaya yang digambarkan sebagai berikut: kultur s/ pesan kultur s/ Gambar 1. Model Komunikasi Antar Budaya Penjelasan dari gambar di atas adalah lingkaran yang lebih besar menggambarkan kultur dari komunikator. Lingkaran yang lebih kecil menggambarkan komunikatornya (sumber/penerima). Dalam model ini, masingmasing komunikator adalah anggota dari kultur yang berbeda. Salah satu contoh komunikasi antar budaya adalah penelitian tentang interaksi antara Suku Lampung dengan Suku Jawa di Kota Bandar Lampung (Rosalia, 2000). Penelitian ini merupakan contoh yang sederhana bagaimana dua individu yang berlainan kultur saling berkomunikasi untuk mencapai pemahaman bersama. Suku Jawa sebagai pendatang bersosialisasi dengan suku Lampung agar

24 9 nilai-nilai budaya Lampung dapat terinternalisasi dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat nilai-nilai budaya yang dikembangkan seperti musyawarah, keterbukaan, dan gotong royong. Adapun aspek-aspek yang disosialisasikan meliputi; sopan santun, disiplin dan tanggung jawab, nilai keagamaan, kerukunan, dan kemandirian. Penelitian lain yang melibatkan proses adaptasi yang panjang adalah pola interaksi antara masyarakat keturunan Arab dengan masyarakat lokal di Gresik (Hafidzah, 2007). Penelitian ini tidak hanya melihat proses komunikasi yang terjadi sehari-hari antara orang Arab dan lokal, namun lebih jauh melihat pembauran yang terjadi akibat proses adaptasi yang panjang. Hasilnya adalah berbagai integrasi seperti perkawinan campuran, kerjasama ekonomi, tradisi (makanan, bangunan, bahasa, kesenian, dan pengobatan), dan simbol (musholla dan pakaian) Efektivitas Komunikasi Antar Budaya dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Agar dapat berkomunikasi dengan baik satu sama lain, dalam artian mampu bertukar informasi, ide, gagasan, dan simbol-simbol, maka kedua etnis tersebut menerapkan komunikasi yang efektif. Menurut Kim dan Gudykunts (1997), komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang meminimalisasi kesalahpahaman. Komunikasi yang melibatkan dua etnis terkadang menimbulkan kesalahpahaman yang disebabkan perbedaan-perbedaan kultural, oleh karena itu setiap individu perlu mengembangkan kemampuannya untuk berkomunikasi secara efektif dengan individu dari etnis lain. Berlangsungnya komunikasi yang efektif dapat dianalisis dengan mengadopsi skema An Anxiety/Uncertainly Managements Perspective yang dikemukakan Kim dan Gudykunts (1997). Kompetensi komunikasi yang berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi antar budaya tersebut antara lain: A. Faktor motivasi, yaitu sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan orang lain, faktor motivasi ini terbagi menjadi: 1. Kebutuhan untuk dapat meramalkan tingkah laku orang lain, yaitu melihat perilaku individu lain sebagai sesuatu yang dapat diprediksi.

25 10 2. Kebutuhan untuk menghindari kecemasan, yaitu dengan mengendalikan tingkat kecemasan pada saat berkomunikasi dengan individu dari etnis lain 3. Kebutuhan mempertahankan identitas diri, yaitu dengan memperlihatkan atau menunjukkan identitas budaya sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain. 4. Kecenderungan untuk mendekat atau menjauh. Ketika berinteraksi dengan etnis lain, individu cenderung mendekat agar dianggap sebagai orang baik dan tidak berprasangka buruk. Di sisi lain, ada kecenderungan untuk menjauh karena ada rasa khawatir ketika individu melakukan interaksi dengan etnis lain kemudian gagal, maka akan sulit untuk keluar dari situasi tersebut. B. Faktor pengetahuan, yaitu menyangkut kesadaran tentang apa yang dibutuhkan untuk berkomunikasi secara tepat dan efektif. Faktor pengetahuan ini dibagi menjadi: 1. Pengetahuan mengumpulkan/mendapatkan informasi, yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai individu dari etnis lain. Cara-cara untuk mengumpulkan informasi adalah dengan strategi pasif (mengamati), aktif (mencari informasi), dan interaktif (mengajukan pertanyaan). 2. Pengetahuan tentang perbedaan antar etnis. Perbedaan-perbedaan yang membuat kita sadar di antaranya sikap etnosentrisme, prasangka, gender, dan stereotipe. 3. Pengetahuan tentang persamaan individu, yaitu mengidentifikasi ciri-ciri yang membuat kita dengan etnis lain merasakan persamaan. 4. Pengetahuan tentang interpretasi alternatif, yaitu kemampuan mengenali berbagai cara dalam menginterpretasikan pesan kita pada orang lain dan kemampuan untuk mengenali interpretasi orang lain terhadap kita. C. Faktor keterampilan, yaitu sarana yang dibutuhkan untuk berkomunikasi secara efektif dan tepat dengan pihak asing dan berkaitan langsung untuk mengurangi kecemasan dan ketidaktentuan partisipan dalam proses komunikasi antarbudaya. Faktor ini dibagi menjadi:

26 11 1. Keterampilan untuk sadar/berhati-hati ketika berkomunikasi, yaitu berusaha semaksimal mungkin untuk menggunakan dua sudut pandang ketika berkomunikasi, sudut pandang sendiri dan sudut pandang orang lain. Hal ini menjadi penting agar dicapai pemahaman bersama. 2. Kemampuan untuk mentoleransi ambiguitas, yaitu kemampuan untuk mengendalikan situasi dalam proses interaksi walaupun banyak informasi yang dibutuhkan untuk berinteraksi secara efektif tidak diketahui oleh kedua kedua etnis yang terlibat. 3. Keterampilan untuk menenangkan diri, yaitu dengan cara menanggulangi distorsi kognitif yang dirasakan ketika berinteraksi dengan orang lain. 4. Kemampuan untuk berempati, yaitu aktivitas masing-masing anggota etnis Arab dan Sunda dalam mendengarkan orang lain secara cermat, memahami perasaan, saling peka terhadap satu sama lain, dan memahami kondisi satu sama lain 5. Keterampilan untuk mengadaptasi kebiasaan/perilaku, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan perilaku kita dengan kondisi lingkungan dan nilai serta norma yang berlaku di lingkungan tersebut. 6. Kemampuan untuk memberi prediksi dan penjelasan yang akurat, yaitu kemampuan untuk memprediksi dan memberikan penjelasan tentang perilaku orang lain. Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif bertujuan untuk mengurangi kesalahpahaman, rasa cemas, dan khawatir dari individu yang berkomunikasi. Kesalahpahaman dalam komunikasi dapat terjadi ketika seseorang tidak memahami pesan lawan bicaranya. Salah paham yang terjadi menimbulkan ketidaknyamanan saat berkomunikasi dan dapat timbul perasaan tersinggung dari individu yang berkomunikasi. Rasa cemas dan khawatir ketika berkomunikasi disebabkan seseorang tidak memiliki informasi yang cukup tentang cara berkomunikasi lawan bicaranya. Kurangnya informasi mengenai cara berkomunikasi etnis lain dapat membuat seseorang merasa canggung ketika berkomunikasi karena tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dengan lawan bicaranya.

27 Kerangka Pemikiran Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa proses adaptasi dilakukan melalui proses komunikasi. Agar interaksi yang dilakukan berjalan dengan efektif, etnis Arab dan etnis Sunda diduga berkomunikasi secara efektif. Terdapat tiga kompetensi yang mempengaruhi komunikasi yang efektif, yaitu: (1) Faktor motivasi, yang meliputi kebutuhan meramalkan tingkah laku orang lain, menghindari kecemasan, mempertahankan identitas diri, dan kecenderungan untuk mendekat dan menjauh. (2) Faktor pengetahuan, yang meliputi pengetahuan mengumpulkan atau mendapatkan informasi, perbedaan antar etnis, persamaan individu, dan interpretasi alternatif. (3) Faktor keterampilan, yang meliputi keterampilan untuk Sadar atau berhati-hati ketika berkomunikasi, toleransi terhadap ambiguitas, kemampuan menenangkan diri, kemampuan berempati, adaptasi kebiasaan atau perilaku, dan prediksi atau penjelasan yang akurat. Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif bertujuan untuk mengurangi kesalahpahaman, rasa cemas, dan khawatir dari individu yang berkomunikasi. Kesalahpahaman dalam komunikasi dapat terjadi ketika seseorang tidak memahami pesan lawan bicaranya. Salah paham yang terjadi menimbulkan ketidaknyamanan saat berkomunikasi dan dapat timbul perasaan tersinggung dari individu yang berkomunikasi. Rasa cemas dan khawatir ketika berkomunikasi disebabkan seseorang tidak memiliki informasi yang cukup tentang cara berkomunikasi lawan bicaranya. Kurangnya informasi mengenai cara berkomunikasi etnis lain dapat membuat seseorang merasa canggung ketika berkomunikasi karena tidak mengetahui apa yang harus dilakukan dengan lawan bicaranya. Oleh karena itu kesalahpahaman diukur berdasarkan perilaku tersinggung sedangkan rasa cemas dan khawatir diukur berdasarkan perilaku canggung yang ditunjukkan ketika berkomunikasi. Dua orang dikatakan berkomunikasi secara efektif apabila menunjukkan perilaku tersinggung dan canggung yang rendah. Motivasi berkomunikasi diduga berhubungan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Motivasi berkomunikasi yang baik mendorong seseorang untuk selalu berusaha menjadi lawan bicara yang baik bagi orang lain. Ketika seseorang memiliki motivasi yang baik untuk meramalkan tingkah laku orang

28 13 lain, menghindari kecemasan dalam dirinya, mempertahankan identitas diri, dan memiliki kecenderungan untuk mendekat maka orang tersebut dapat berkomunikasi tanpa perasaan tersinggung dan canggung. Pengetahuan berkomunikasi juga diduga berhubungan dengan efektivitas komunikasi. Pengetahuan mendorong seseorang untuk mencari informasi tentang cara berkomunikasi, persamaan maupun perbedaan antara etnisnya dengan etnis lain. Pengetahuan yang baik tentang cara mendapatkan informasi bagaimana etnis lain berkomunikasi, perbedaan antar etnis, persamaan antara etnisnya dengan etnis lain, dan pengetahuan tentang alternatif interpretasi akan membuat seseorang berkomunikasi secara efektif. Perilaku tersinggung yang terjadi akibat perbedaan cara berkomunikasi dapat terhindarkan karena pengetahuan tentang perbedaan antara dirinya dengan etnis lain sudah diketahui dan dipahami dengan baik. Persamaan etnis yang telah diketahui juga dapat menghindarkan kedua etnis merasa canggung ketika berkomunikasi. Adanya persamaan membuat dua orang yang sedang berkomunikasi merasa nyaman sehingga proses pertukaran informasi berjalan efektif dan perilaku canggung dapat dihindari. Keterampilan berkomunikasi berhubungan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Keterampilan menunjukkan sikap dan perilaku seseorang ketika berkomunikasi dengan etnis lain. Keterampilan yang baik mampu menghindarkan seorang komunikator atau komunikan merasa tersinggung maupun canggung ketika berkomunikasi. Keterampilan yang baik untuk sadar atau berhati-hati ketika berkomunikasi, toleransi terhadap ambiguitas, kemampuan menenangkan diri, kemampuan berempati, adaptasi kebiasaan atau perilaku, dan prediksi atau penjelasan yang akurat tentang perilaku seseorang dapat menghindarkan dua orang yang berkomunikasi merasa tersinggung maupun canggung. Penjelasan mengenai efektivitas komunikasi antar etnis dapat dilihat pada Gambar 2.

29 14 Faktor Motivasi: Meramalkan Tingkah Laku Orang Lain Menghindari Kecemasan Mempertahankan Identitas Diri Kecenderungan untuk Mendekat atau Menjauh Faktor Pengetahuan: Mengumpulkan/Mendapatkan Informasi Perbedaan Antar Etnis Persamaan Individu Interpretasi Alternatif Efektivitas Komunikasi Antar Etnis: Perilaku Tersinggung Perilaku Canggung Faktor Keterampilan: Sadar/berhati-hati Ketika Berkomunikasi Toleransi Terhadap Ambiguitas Kemampuan Menenangkan Diri Kemampuan Berempati Adaptasi Kebiasaan/Perilaku Prediksi dan Penjelasan yang Akurat Gambar 2. Kerangka Pemikiran Efektivitas Komunikasi Antar Etnis 2.3 Hipotesis Uji Berbagai kompetensi yang diungkapkan Kim dan Gudykunts (1997) yang mempengaruhi komunikasi yang efektif antar etnis yang berbeda, dan telah diuraikan dalam kerangka pemikiran, maka terdapat hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini, yaitu: 1. Semakin tinggi motivasi berkomunikasi, maka semakin efektif komunikasi antar etnis yang terjadi. 2. Semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi, maka semakin efektif komunikasi antar etnis yang terjadi. 3. Semakin tinggi keterampilan berkomunikasi, maka semakin efektif komunikasi antar etnis yang terjadi.

30 Definisi Operasional Kim dan Gudykunts (1997) telah mengemukakan bahwa terdapat tiga kompetensi yang mempengaruhi komunikasi yang efektif, yaitu motivasi, pengetahuan, dan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain. Faktor-faktor tersebut membantu pengukuran variabel yang akan diukur dalam penelitian. Adapun beberapa definisi operasional yang membantu pengukuran variabel, di antaranya: 1. Faktor motivasi, yaitu sesuatu yang mendorong etnis Arab maupun Sunda untuk melakukan komunikasi dengan etnis lain. a. Meramalkan tingkah laku orang lain, yaitu melihat perilaku individu lain sebagai sesuatu yang dapat diprediksi. Perilaku yang dapat diramalkan ketika berinteraksi yaitu gerak tubuh dan ekspresi wajah berupa perasaan senang, sedih, atau marah. b. Menghindari kecemasan, yaitu mengendalikan tingkat kecemasan pada saat berinteraksi dengan individu dari etnis lain. Kecemasan merupakan perasaan tegang, khawatir, atau takut tentang apa yang mungkin terjadi ketika berinteraksi. c. Mempertahankan identitas diri, yaitu memperlihatkan atau menunjukkan identitas budaya sendiri ketika berinteraksi dengan orang lain. Identitas yang dimunculkan adalah gaya bicara yang berupa nada bicara (lantang atau lembut ) dan gerak tubuh (gerakan tangan, gerakan kepala). d. Kecenderungan untuk mendekat atau menjauh, yaitu ketika etnis Arab atau Sunda cenderung mendekat agar dianggap sebagai orang baik dimana dia tidak punya prasangka buruk terhadap lawan bicaranya. Di sisi lain, ada kecenderungan untuk menjauh karena ada rasa khawatir gagal dalam bertukar informasi. Total keempat dimensi untuk masing-masing faktor motivasi adalah 11 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam tiga kategori dengan bobot Jika jawaban kedua pasangan teman sama, yaitu Ya dan Ya, maka diberi skor = 2

31 16 2. Jika jawaban kedua pasangan teman berbeda, yaitu Ya dan Tidak atau kebalikannya, maka diberi skor = 1 3. Jika jawaban kedua pasangan teman sama, yaitu Tidak dan Tidak, maka diberi skor = 0 Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor motivasi sebagai berikut; nilai minimal = 14, nilai maksimal = 21, nilai rata-rata = 19,2 dengan nilai standar deviasi = 1,7. Kriteria faktor motivasi dalam hubungannya dengan efektivitas komunikasi antar budaya adalah sebagai berikut: 1. Tinggi : Apabila skor total variabel berada pada rentang 19, Sedang : Apabila skor total variabel berada pada rentang 17,4-19,2 3. Rendah : Apabila skor total variabel berada pada rentang 14-17,3 2. Faktor pengetahuan, yaitu menyangkut kesadaran tentang apa yang dibutuhkan untuk berkomunikasi antara etnis Arab dan Sunda. a. Mengumpulkan atau mendapatkan informasi, yaitu cara-cara yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai cara-cara berkomunikasi dari etnis Arab maupun Sunda. Cara-cara untuk mengumpulkan informasi adalah dengan strategi pasif (mengamati), aktif (mencari informasi dengan bertanya pada orang lain, internet, atau membaca buku), dan interaktif (mengobrol atau berdiskusi). b. Perbedaan antar etnis, yaitu ciri-ciri yang membuat kedua etnis berbeda. Perbedaan di sini adalah perbedaan kultural berupa kebiasaan dalam berinteraksi meliputi jarak interpersonal dan gerak tubuh (gerakan tangan dan gerakan kepala). c. Persamaan individu, yaitu identifikasi ciri-ciri yang membuat seseorang dari etnis yang berbeda merasakan persamaan. Persamaan diukur dari ciri fisik berupa warna kulit dan tinggi badan. d. Interpretasi alternatif, yaitu kemampuan mendeskripsikan, interpretasi, dan mengevaluasi tentang apa yang disampaikan atau dilakukan orang lain ketika berinteraksi. Hal yang diinterpretasikan yaitu jarak interpersonal ketika berkomunikasi. Feghali (1997) menyatakan bahwa orang Arab merasa sangat nyaman bila jarak antara mereka dengan lawan bicaranya sekitar dua kaki,

32 17 atau sekitar setengah meter. Ketika dua orang berinteraksi pada jarak tertentu, interpretasi yang mungkin muncul yaitu sikap agresif, melanggar jarak pribadi, atau tertarik. Total keempat dimensi untuk masing-masing faktor pengetahuan adalah 13 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam tiga kategori dengan bobot Jika jawaban kedua pasangan teman sama, yaitu Ya dan Ya, maka diberi skor = 2 2. Jika jawaban kedua pasangan teman berbeda, yaitu Ya dan Tidak atau kebalikannya, maka diberi skor = 1 3. Jika jawaban kedua pasangan teman sama, yaitu Tidak dan Tidak, maka diberi skor = 0 Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor pengetahuan sebagai berikut; nilai minimal = 9, nilai maksimal = 20, nilai rata-rata = 16, dengan nilai standar deviasi = 3,5. Kriteria faktor pengetahuan dalam hubungannya dengan efektivitas komunikasi antar budaya adalah sebagai berikut: 1. Tinggi : Apabila skor total variabel berada pada rentang 16, Sedang : Apabila skor total variabel berada pada rentang 12, Rendah : Apabila skor total variabel berada pada rentang 9-12,5 3. Faktor keterampilan, yaitu sarana yang dibutuhkan untuk berkomunikasi antara etnis Arab dan Sunda serta berkaitan langsung untuk mengurangi kecemasan dan ketidaktentuan dalam proses komunikasi antar etnis Arab dan Sunda. a. Keterampilan untuk sadar dan berhati-hati ketika berkomunikasi, yaitu berusaha semaksimal mungkin untuk menggunakan dua sudut pandang ketika berkomunikasi, sudut pandang sendiri dan sudut pandang orang lain. Dua sudut pandang yang digunakan yaitu menyampaikan pesan dengan jelas dan mendengarkan dengan cermat perkataan orang lain. b. Toleransi terhadap ambiguitas, yaitu kemampuan untuk mengendalikan situasi dalam proses interaksi walaupun banyak informasi yang dibutuhkan untuk berinteraksi tidak diketahui oleh kedua pihak. Informasi yang

33 18 dibutuhkan meliputi penggunaan bahasa lokal dan pilihan kata yang digunakan. c. Kemampuan menenangkan diri, yaitu cara-cara menanggulangi distorsi kognitif yang dirasakan ketika berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan yang dibutuhkan yaitu mengendalikan rasa kaku ketika berbicara dan mengendalikan rasa khawatir jika pesan tidak dimengerti. d. Kemampuan berempati, yaitu aktivitas masing-masing anggota yang berinteraksi dalam mendengarkan orang lain secara cermat dan tertarik dengan yang dikatakan orang lain. e. Adaptasi kebiasaan dan perilaku, yaitu kemampuan untuk menyesuaikan perilaku kita dengan kondisi lingkungan dan nilai serta norma yang berlaku di lingkungan tersebut. Adaptasi yang dilakukan yaitu penggunaan bahasa lokal dan jarak interpersonal ketika berkomunikasi. f. Prediksi dan penjelasan yang akurat, yaitu kemampuan untuk memprediksi dan memberikan penjelasan secara akurat tentang perilaku orang lain. Keterampilan yang dibutuhkan meliputi pemahaman akan jarak interpersonal, nada bicara, dan gerak tubuh (non verbal). Total keenam dimensi untuk masing-masing faktor keterampilan adalah 14 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam tiga kategori dengan bobot Jika jawaban kedua pasangan teman sama, yaitu Ya dan Ya, maka diberi skor = 2 2. Jika jawaban kedua pasangan teman berbeda, yaitu Ya dan Tidak atau kebalikannya, maka diberi skor = 1 3. Jika jawaban kedua pasangan teman sama, yaitu Tidak dan Tidak, maka diberi skor = 0 Hasil pengolahan dari jawaban responden untuk setiap pernyataan diperoleh nilai faktor keterampilan sebagai berikut; nilai minimal = 17, nilai maksimal = 28, nilai rata-rata = 23,2 dengan nilai standar deviasi = 2,4. Kriteria faktor keterampilan dalam hubungannya dengan efektivitas komunikasi antar budaya adalah sebagai berikut: 1. Tinggi : Apabila skor total variabel berada pada rentang 23,3-28

34 19 2. Sedang : Apabila skor total variabel berada pada rentang 20,9-23,2 3. Rendah : Apabila skor total variabel berada pada rentang 17-20,8 Selanjutnya Kim dan Gudykunts (1997) memaparkan bahwa komunikasi yang efektif tercapai ketika antara etnis Arab dan Sunda yang berinteraksi mencapai pemahaman bersama. Pada tingkatan yang sederhana, kondisi efektif tercapai ketika dalam proses komunikasi kedua etnis tidak merasa tersinggung dan tidak merasa canggung untuk bertukar informasi. 1. Perasaan tersinggung yaitu salah satu ungkapan emosi disebabkan perasaan tidak nyaman dikarenakan sikap, perkataan, dan perilaku lawan bicara. Perasaan tersinggung merupakan respon berupa tindakan diam, membuang muka, perkataan kasar, atau pergi dari situasi. Total pernyataan untuk variabel perasaan tersinggung adalah 8 pernyataan. Setiap pernyataan dibagi dalam tiga kategori dengan bobot Jika jawaban kedua pasangan teman sama, yaitu Tidak dan Tidak, maka diberi skor = 2 2. Jika jawaban kedua pasangan teman berbeda, yaitu Ya dan Tidak atau kebalikannya, maka diberi skor = 1 3. Jika jawaban kedua pasangan teman sama, yaitu Ya dan Ya, maka diberi skor = 0 Hasil pengolahan data kuesioner untuk variabel ketersinggungan diperoleh; nilai minimal = 5, nilai maksimal = 12, nilai rata-rata = 10,4 dengan nilai standar deviasi = 2,4. Kriteria ketertersinggungan dalam hubungannya dengan efektivitas komunikasi antar budaya adalah sebagai berikut: 1. Tinggi : Apabila skor total variabel berada pada rentang 10, Sedang : Apabila skor total variabel berada pada rentang 8,1-10,4 3. Rendah : Apabila skor total variabel berada pada rentang Perasaan canggung yaitu perasaan yang timbul dari etnis Arab maupun etnis Sunda dimana individu tersebut tidak berani, malu, atau ragu-ragu dalam menyapa, memulai pembicaraan, atau bertukar pendapat dengan lawan bicaranya.

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Karakteristik Etnis Arab dan Etnis Sunda Kata Arab sering dikaitkan dengan wilayah Timur Tengah atau dunia Islam. Negara yang berada di wilayah Timur

Lebih terperinci

KUESIONER. Faktor Motivasi Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak. Faktor Pengetahuan Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak Mengumpulkan atau

KUESIONER. Faktor Motivasi Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak. Faktor Pengetahuan Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak Mengumpulkan atau LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuesioner Orang Arab KUESIONER A. karakteristik Individu Nama : Umur : Jenis Kelamin : Jenis Pekerjaan : B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Antar Budaya Faktor

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) memaparkan bahwa keterampilan berkomunikasi penting agar dapat berkomunikasi dengan efektif

Lebih terperinci

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kim dan Gudykunts (1997) menyatakan bahwa komunikasi yang efektif adalah bentuk komunikasi yang dapat mengurangi rasa cemas

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kompetensi komunikasi berikutnya yang memiliki peranan penting dalam menciptakan komunikasi yang efektif adalah pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 24 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Kelurahan Empang merupakan kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Secara administratif, batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang multikultural. Bangsa Indonesia memiliki lebih dari 300 suku bangsa besar dan kecil, banyak suku bangsa dengan bahasa dan identitas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN i EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Oleh : PARNAMIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurun waktu terdekat ini kemajuan disegala aspek kehidupan menuntut masyarakat untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh

BAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Huntington & Harrison, 2000, hal. 227) mengatakan bahwa pada era globalisasi budaya-budaya lokal yang bersifat keetnisan semakin menguat, dan penguatan budaya

Lebih terperinci

Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia.

Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia. 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia. 2. Proses Interaksi Sosial

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten)

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) NUR PUTRI AMANAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh : AYU TRI PRATIWI A14204027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari kelompokkelompok etnis, agama, suku, dan budaya yang berbeda-beda. Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu ruang lingkup sosial tertentu yang menjadi wadah kehidupannya. Manusia dalam aktivitasnya setiap saat memerlukan bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT Bagian ini menjelaskan hasil-hasil yang didapatkan dari penelitian dan mendiskusikannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RENNY YUSNIATI A 14204055

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang berarti berpartisipasi untuk memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Pengertian Penyesuaian diri ialah suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi kebutuhankebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Asertif 1. Pengertian Perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung kepada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : akomodasi, jawa, batak, interaksi

ABSTRAK. Kata kunci : akomodasi, jawa, batak, interaksi ABSTRAK Judul Skripsi : Pengalaman Akomodasi Komunikasi (Kasus: Interaksi Etnis Jawa dengan Etnis Batak) Nama : Osa Patra Rikastana NIM : 14030111140104 Jurusan : Ilmu Komunikasi Geografis Indonesia yang

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR LAMPIRAN I KATA PENGANTAR Dengan hormat, Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai hubungan antara kemandirian dan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dikenal sebagai bangsa besar dengan masyarakat dan bahasa yang beragam. Di antara keragaman itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan

Lebih terperinci

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus pada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke

BAB I PENDAHULUAN. calon mahasiswa dari berbagai daerah Indonesia ingin melanjutkan pendidikan mereka ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan manusia dari generasi ke generasi untuk menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tak akan terlepas dari kodratnya, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang mana ia harus hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan sepanjang hidupnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

Efektifitas Komunikasi Interpersonal Umat Beragama di Perumahan Bekasi Jaya Indah Rt 10/14

Efektifitas Komunikasi Interpersonal Umat Beragama di Perumahan Bekasi Jaya Indah Rt 10/14 Jurnal Studi Al-Qur an; Vol. 10, No. 2, Tahun. 2014 Membangun Tradisi Berfikir Qur ani Efektifitas Komunikasi Interpersonal Umat Beragama di Perumahan Bekasi Jaya Indah Rt 10/14 Yudwy Pradipta, Kusnul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada yang halus dan juga ada yang kasar, ada yang berterus terang dan ada juga yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN (Kasus PT Indofarma Tbk. Cikarang, Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat) FACHRI AZHAR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Kemajukan ini di tandai oleh adanya suku-suku bangsa yang masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN

BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN BAB IV ANALISIS PROSES KOMUNIKASI ANTAR AGAMA ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI PECINAN DESA WELAHAN KEC. WELAHAN KAB. JEPARA (KAJIAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA) 4.1 Pola Komunikasi Etnis Tionghoa dengan Etnis

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA i PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ANNISA AVIANTI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini. 74 BAB IV ANALISIS DATA 1. Temuan Penelitian Pada bab Analisis data ini akan disajikan data yang diperoleh peneliti dari informan dan dari lapangan untuk selanjutnya dikaji lebih lanjut. Analisis data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai sosial, manusia senantiasa berinteraksi dan melakukan kontak sosial dengan manusia

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I34060667 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB III PENYAJIAN DATA BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab ini akan dideskripsikan mengenai data setiap variabel yang diukur dalam penelitian ini didasarkan hasil jawaban kuesioner yang telah diberikan kepada responden, yaitu para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau disebut makhluk bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pelaporan penelitian yang membahas tentang latar belakang penelitian yang dilakukan, adapun yang menjadi fokus garapan dalam penelitian ini adalah masalah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS. Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS. Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIFITAS PROGRAM PUBLIC AWARENESS (Studi Kasus Kampanye Flu Burung oleh Badan Karantina Pertanian di Jakarta) Disusun oleh: Ghea Gatya Ezaputri Panduwinata I34052469

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG (Kasus: RT 005/002 Kampung Baru Selatan, Kecamatan Serpong Utara, Kabupaten Tangerang) SITI HANI RAHMANITA I34050585 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI

GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI GANGGUAN DAN RINTANGAN KOMUNIKASI Gangguan dan rintangan komunikasi adalah intervensi dan hambatan yang membuat proses komunikasi tidak dapat berlangsung efektif sebagaimana harapan komunikator dan penerima.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Long Distance Relationship adalah suatu hubungan dimana para pasangan yang menjalaninya dipisahkan oleh jarak yang membuat mereka tidak dapat saling bertemu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seorang mualaf sebagai Muslim baru, mereka membutuhkan teman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seorang mualaf sebagai Muslim baru, mereka membutuhkan teman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang mualaf sebagai Muslim baru, mereka membutuhkan teman, tempat berlindung dan pembinaan. Seperti seorang balita yang memulai pertumbuhan dan perkembangan dari

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE Komunikasi menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia, setiap hari manusia menghabiskan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu yang tidak bisa hidup sendiri dan juga merupakan makhluk sosial yang selalu ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA INTRA GARUDA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI KARYAWAN PT. GARUDA INDONESIA PERSERO DI CENGKARENG SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA INTRA GARUDA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI KARYAWAN PT. GARUDA INDONESIA PERSERO DI CENGKARENG SKRIPSI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA INTRA GARUDA DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI KARYAWAN PT. GARUDA INDONESIA PERSERO DI CENGKARENG SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Perolehan Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidup kesehariannya selalu berinteraksi dengan sesama, baik dalam keluarga maupun di lingkungan sekitar. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL PADA PETANI (Studi Kasus Di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL PADA PETANI (Studi Kasus Di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL PADA PETANI (Studi Kasus Di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu yang mempunyai akal, pikiran dan

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu yang mempunyai akal, pikiran dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk individu yang mempunyai akal, pikiran dan perasaan yang membedakan dengan individu lainnya serta melakukan sesuatu hal berdasarkan pada intuisi

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki ciri khas dengan berbagai macam bentuk keberagaman. Keberagaman tersebut terlihat dari adanya perbedaan budaya

Lebih terperinci

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM INTERAKSI SOSIAL SISWA SUKU JAWA DAN BALI (SUKU PENDATANG) DENGAN SISWA SUKU BUGIS LUWU (SUKU SETEMPAT) DI SMA NEGERI 1 SUKAMAJU KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA Fatniyanti Pendidikan Sosiologi

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya)

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. untuk menelaah data yang tlah diperoleh peneliti dari informan maupun dari

BAB IV ANALISIS DATA. untuk menelaah data yang tlah diperoleh peneliti dari informan maupun dari BAB IV ANALISIS DATA Analisis data adalah bagian dari tahap penelitian kualitatif yang berguna untuk menelaah data yang tlah diperoleh peneliti dari informan maupun dari lapangan. Analisis data juga bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

AKULTURASI BAHASA ANTAR ETNIS MELAYU SAMBAS DAN ETNIS JAWA

AKULTURASI BAHASA ANTAR ETNIS MELAYU SAMBAS DAN ETNIS JAWA AKULTURASI BAHASA ANTAR ETNIS MELAYU SAMBAS DAN ETNIS JAWA Ike Triwulan, Sulistyarini, Parijo Program studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Email: Ike Triwulan84@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan keragaman etnis, suku, bahasa, budaya, gender, agama dan lain sebagainya, sehingga Indonesia dikenal dan disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin Rakhmat dan Deddy BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seluruh manusia tercipta sebagai makhluk sosial, yang dimana tak pernah terlepas dalam kegiatan komunikasi. Dalam buku Komunikasi AntarBudaya, Jalaluddin

Lebih terperinci

KONSEP DIRI ANAK JALANAN

KONSEP DIRI ANAK JALANAN KONSEP DIRI ANAK JALANAN (Kasus: Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) YUNDA PRAMUCHTIA A14204050 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur)

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) SKRIPSI DEWI SHINTA KOMALA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia)

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) Oleh: Sushane Sarita A14203008 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan) Oleh: MUTIARA PERTIWI A14304025 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn. BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar PKn Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar mata pelajaran PKn. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya Sunda merupakan budaya yang berpengaruh bagi perkembangan budaya Indonesia. Sunda sedikit banyak memiliki pengaruh pada perkembangan budaya di Indonesia, terutama

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR Oleh EVITA DWI PRANOVITANTY A 14203053 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang 248 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengkaji tentang Internalisasi Nilai Integrasi untuk Menciptakan Harmonisasi Hubungan Antaretnik di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial Interaksi Sosial dalam masyarakat merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Dalam bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan

Lebih terperinci

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci